HUBUNGAN ANTARA LOCUS OF CONTROL INTERNAL DENGAN KECENDERUNGAN MELAKUKAN PROBLEM FOCUSED COPING PADA REMAJA

  

HUBUNGAN ANTARA LOCUS OF CONTROL INTERNAL

DENGAN KECENDERUNGAN MELAKUKAN PROBLEM

FOCUSED COPING PADA REMAJA

Skripsi

  

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar sarjana psikologi

Program studi psikologi

  

Disusun oleh:

YULIUS DONY MARADONA

009114059

FAKULTAS PSIKOLOGI

  

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

HUBUNGAN ANTARA LOCUS OF CONTROL INTERNAL

DENGAN KECENDERUNGAN MELAKUKAN PROBLEM

FOCUSED COPING PADA REMAJA

Skripsi

  

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar sarjana psikologi

Program studi psikologi

  

Disusun oleh:

YULIUS DONY MARADONA

009114059

FAKULTAS PSIKOLOGI

  

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA LOCUS OF CONTROL INTERNAL DENGAN KECENDERUNGAN MELAKUKAN PROBLEM FOCUSED COPING PADA REMAJA Disusun oleh: Yulius Dony Maradona 009114059 telah disetujui oleh: Dosen Pembimbing: Dr. A. Supratiknya

  

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA LOCUS OF CONTROL INTERNAL

DENGAN KECENDERUNGAN MELAKUKAN PROBLEM

FOCUSED COPING PADA REMAJA

oleh:

Yulius Dony Maradona

  

009114059

Telah dipertahankan didepan panitia penguji

Pada tanggal ……………………….

  

Dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Penguji Nama Lengkap

  Tanda Tangan

Penguji I : Dr. A. Supratiknya ……………….

Penguji II : ………………. Penguji III : ………………. Yogyakarta, ………………….. Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Dekan P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si

  

Eagle fly free

Let people see

Just make it own your way

Leave time behind

  

Follow the sign

Together we fly someday

( HELLOWEEN – EAGLE FLY FREE )

  

I have a dream

I shall continue to work for that dream as long as life itself

( Dr. Martin Luther King)

Our problems are man made, therefore they may be sloved by man.

  

A man can be as big as he wants. No problem of human destiny is

beyond human being

(JFK)

  Karya kecil ini kupersembahkan kepada: Jesus Christ and Mother Mary Papa dan Mama My sister Mle Me, Myself and I

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang telah saya susun ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, November 2008 Yulius Dony Maradona

  

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA LOCUS OF CONTROL INTERNAL DENGAN

KECENDERUNGAN MELAKUKAN PROBLEM FOCUSED COPING PADA

REMAJA

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan hubungan antara locus of control

internal dan kecenderungan melakukan problem focused coping pada remaja.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara locus

of control internal dengan kecenderungan melakukan problem focused coping pada

remaja. Semakin tinggi tingkat internalitas locus of control maka akan semakin tinggi

kecenderungan problem focused coping-nya, sebaliknya semakin rendah tingkat

internalitas locus of control maka semakin rendah kecenderungan problem focused

coping -nya.

  Subyek dalam penelitian ini adalah siswa SMAK Sang Timur Yogyakarta,

dengan total subyek sebanyak 64 orang yang tersebar dari kelas X sampai XII dan

usia antara 15 sampai 18 tahun. Metode pengumpulan data dengan menggunakan 2

macam skala, yaitu skala IPC Locus of control dan skala coping.

  Hasil pengolahan data menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,383 (r= 0,

383) antara locus of control internal dengan kecenderungan melakukan problem

focused coping. Ini berarti hipotesis penelitian diterima, yaitu “ada hubungan positif

antara locus of control internal dam kecenderungan melakukan problem focused

coping pada remaja.”.Koefisien determinasi yang diperoleh sebesar 0, 147

menunjukkan bahwa locus of control memberikan sumbangan efektif sebesar 14,7%

pada kecenderungan problem focused coping, sementara sisanya sebesar 85,3%

dijelaskan oleh variabel lain.

  

ABSTRACK

CORRELATION BETWEEN INTERNAL LOCUS OF CONTROL AND

TENDENCY OF USING PROBLEM FOCUSED COPING AMONG

TEENAGER

The purpose of this research is to find the correlation between internal locus

of control and tendency of using problem focused coping. The hypothesis in this

research is there is a positive correlation between internal locus of control and

tendency of using problem focused coping among teenager. It means the internal

direction toward locus of control, the tendency of using problem focused coping will

be higher, in the other hand, the less internal direction toward locus of control, the

tendency of using problem focused coping will be lower.

  Subjects of this research are students from SMAK Sang Timur Yogyakarta,

with total subjects are 64 students spreading from class X to XII and age ranging

between 15 to 18 years old. Method in collecting data is by using 2 type of scale,

which is IPC locus of control scale and coping scale.

  Result of data analysis showed that the correlation coefficient was 0,383

(r=0,383) between locus of control and tendency of using problem focused coping. It

mean the hypothesis of this research were accepted, that there was a positive

correlation between internal locus of control and tendency of using problem focused

coping among teenager. The determination coefficient was 0, 147 showed that locus

of control gives 14,7% of effective contribution to tendency of using problem focused

coping, while the rest, about 85,3%, were contributed by another variable.

KATA PENGANTAR

  Terima kasih dan rasa syukur yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yesus

Kristus dan Bunda Maria atas berkat tak terbatas serta pengalaman yang luar biasa

dala menyelesaikan skripsi ini.

  Selesainya skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

  1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

  

2. Ibu Sylvia C.M.Y.M., selaku Kaprodi Psikologi Universitas Sanata Dharma

  3. Bapak DR. A. Supratiknya, selaku Dosen Pembimbing Skripsi

  4. Bapak Minta Istono S.Psi., M.Si., dan Ibu A. Tanti Arini S.Psi., M.Si., selaku Dosen Penguji Skripsi. Terimakasih atas masukan dan sarannya.

  5. Civitas akademika SMUK Sang Timur Jogjakarta atas kesempatan dan ijin yang diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

  6. Semua Dosen di Fakultas Psikologi Sanata Dharma. Terimakasih atas bimbingan, kesabaran dan pengarahan selama penulis menempuh masa perkuliahan.

  7. Mas Gandung, Pak Giek dan Mba’ Nanik di secretariat, Mas Muji di laboratorium dan mas Dony di ruang baca. Terimakasih atas segala bantuan

  

8. Papa dan Mama, terimakasih atas doa serta nasehat yang selalu menguatkan

penulis. Terimakasih pula atas kesabaran, perhatian dan kasih sayang tak terbatas selama ini. Semoga ini bisa menjadi langkah awal untuk menjadi lebih baik esok hari.

  

9. Kakak-ku, Mle. Ga pernah bosen buat marah-marah haha..Terimakasih untuk

doa dan dukungannya selama ini.

  

10. Ari. Welcome aboard..Harusnya gw ngatain ini dari sekitar 2 tahun yang lalu,

tapi karena skripsinya baru selesai sekarang, maklumin ye..

  11. Ibet, the next metal hero..

  

12. Mamuk dan Clay..Makasi atas semuanya, wordless to describe. Tanpa kalian,

penulis bagaikan kelinci tanpa gigi depan..

  

13. Keluarga di Sedah 14. Dit, Bara, Joe, Ryan. Bang Ferry, Gun, Pan, Ndon dan

Meng ..Terimakasih atas kebersamaannya..

  

14. Teman-teman di Jazz Coffee, Djendelo Café dan ILP Jogja, gw ga tau dimana

lo pada sekarang, wish all the best for you guys..

  15. Bang Toyib..ga akan lupa gw sama lo..

  

16. Teman-teman angkatan ’00..ga cukup buat nulisin nama kalian disini satu per

satu..Sukses selalu buat kalian..God speed..

  

17. Nora..finally sis, selesai juga gw akhirnya..Kapan kita backpacking ke Eropa-

nya? jadi ga nih?

  19. Teman-teman di forum Indonesia Metal Central dan Jazz Lover 20. Band-band inspirational yang selalu menemani disaat senang dan sedih.

  Tielman Brothers, Angra, Aquaria, Opeth, Necrophagist, Heeloween, Rhapsody, Mysery Index, Nile, Nocturnal Rites..segini aja deh, ga cukup kalo harus nulis semua..

  21. Keluarga besar di Singkawang, Pontianak, Jakarta, Bali. Doa, semangat dan

kebaikan kalian akan selalu menyertai perjalanan hidupku..God bless..

  22. Semua pihak yang telah membantu, serta teman-teman yang ga mungkin untuk disebutin satu persatu disini. Terima kasih atas semuanya..

  

Skripsi ini mungkin masih terdapat banyak kekurangan yang tidak terlepas dari

kekurangan yang dimiliki oleh penulis sendiri. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi yang membacanya, dan memberikan wawasan serta inspirasi untuk hidupnya.

  Jogjakarta, November 2008 Penulis

  

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul....................................................................................................... i

  

Halaman Persetujuan Pembimbing ....................................................................... ii

Halaman Pengesahan ............................................................................................ iii

Halaman Motto ..................................................................................................... iv

Halaman Persembahan .......................................................................................... v

Pernyataan Keaslian Karya ................................................................................... vi

Pernyataan Publikasi Karya Ilmiah ...................................................................... vii

Abstrak .................................................................................................................. viii

Abstract ................................................................................................................. ix

Kata Pengantar ...................................................................................................... x

Daftar Isi ............................................................................................................... xiii

Daftar Tabel .......................................................................................................... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................

  1 A. Latar Belakang ...........................................................................................

  1 B. Rumusan Masalah ......................................................................................

  7 C. Tujuan Penelitian........................................................................................

  7 D. Manfaat Penelitian .....................................................................................

  7 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................

  9 A. Locus of control........................................................................................

  9

  

2. Penggolongan Individu berdasarkan locus of control...........................

  11

3. Pengaruh perbedaan orientasi locus of control pada individu ..............

  12

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan locus of control .....

  16

5. Faktor-faktor yang dapat merubah locus of control..............................

  17 B. Coping.......................................................................................................

  20

1. Definisi Coping .....................................................................................

  20

2. Fungsi dan tujuan Coping .....................................................................

  22

3. Jenis-jenis strategi Coping ....................................................................

  24 C. Remaja........................................................................................................

  27

1. Definisi Remaja.....................................................................................

  27

2. Ciri-ciri masa remaja.............................................................................

  28

3. Masa remaja sebagai masa yang sulit ...................................................

  30 D. Hubungan antara remaja, locus of control dan kecenderungan problem focused coping ...........................................................................................

  32 E. Hipotesis .....................................................................................................

  34 BAB III. METODE PENELITIAN ......................................................................

  35 A. Jenis Penelitian...........................................................................................

  35 B. Identifikasi Variabel Penelitian ..................................................................

  35 C. Defenisi Operasional ..................................................................................

  35 D. Subyek Penelitian.......................................................................................

  37

  

1. Metode Pengumpulan Data ...................................................................

  38

2. Alat Pengumpulan Data ........................................................................

  39 a. Skala locus of control ...................................................................

  39 b. Skala problem focused coping .....................................................

  40 F. Validitas, Reliabilitas dan Seleksi Item ......................................................

  42 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................

  46 A. Orientasi Kancah ........................................................................................

  46 B. Persiapan Penelitian ...................................................................................

  46

1. Prosedur Ijin Penelitian .........................................................................

  47

2. Ujicoba alat ukur ...................................................................................

  47 a. Skala IPC locus of control ...........................................................

  48 1. Uji kesahihan butir skala..............................................................

  48 2.Reliabilitas skala ...........................................................................

  49 b. Skala problem focused coping .....................................................

  50 1. Uji kesahihan butir skala..............................................................

  50 2. Reliabilitas skala ..........................................................................

  51 C. Pelaksanaan Penelitian ...............................................................................

  51 D. Deskripsi hasil penelitian ...........................................................................

  52 E. Analisis data penelitian...............................................................................

  54

1. Uji Asumsi ............................................................................................

  54

  b. Uji linearitas .................................................................................

  55

2. Uji Hipotesis .........................................................................................

  55 F. Pembahasan ................................................................................................

  55 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................

  61 A. Kesimpulan ...............................................................................................

  61 B. Saran..........................................................................................................

  61 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................

  63 LAMPIRAN..........................................................................................................

  66

  

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel I. Kisi-kisi sebaran item skala IPC locus of control (sebelum ujicoba).

  40 Tabel II. Kisi-kisi sebaran item skala problem focused coping (sebelum ujicoba) ...............................................................................................................................

  42 Tabel III. Koefisen korelasi antar faktor skala IPC locus of control dari Agustomo ...............................................................................................................................

  43 Tabel IV Kisi-kisi sebaran item skala IPC locus of control (setelah ujicoba) ...

  49 Tabel V. Kisi-kisi sebaran item skala problem focused coping (setelah ujicoba) ...............................................................................................................................

  50 Tabel VI Ringkasan hasil penelitian ..................................................................

  52 Tabel VII Tabel kategorisasi skor skala IPC locus of control .............................

  53 Tabel VIII Tabel kategorisasi skor skala problem focused coping ......................

  53 Tabel IX Frekuensi kategori skor locus of control subyek penelitian ...............

  53 Tabel X Frekuensi kategori skor problem focused coping subyek penelitian .

  54

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada rentang kehidupannya, individu pasti akan melewati masa usia tertentu. Salah satu masa tersebut adalah masa yang dikenal dengan masa remaja. Kata remaja

  

atau adolescence berasal dari kata Latin yaitu adolescere yang berarti tumbuh atau

tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence atau remaja yang dipergunakan saat ini

mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan

fisik (Hurlock, 1994).

  Pada masa ini terjadi proses dan perjuangan untuk menyusun dan menegakkan

identitas diri di lingkungannya. Hal ini sering menimbulkan konflik dan dilema

mengenai status dan peran diri remaja dalam lingkungan. Penyesuaian remaja atas

perubahan hasil dari proses dan perjuangan tersebut bisa disertai dengan hadirnya

stress

  . Masa remaja sering pula disebut sebagai masa stress and storm, yang mengindikasikan tingginya frekuensi dan intensitas stress selama periode ini.

  Istilah stress menjadi kata yang menakutkan banyak orang karena sering

diasosiasikan dengan berbagai jenis kecemasan dan gangguan jiwa. Pada hakekatnya,

stress merupakan suatu keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan dalam diri

individu akibat munculnya tuntutan dari dalam maupun luar yang menyedot sumber

  

1995). Pengaruh stress pada setiap individu bisa berbeda-beda, tergantung dari

individu itu sendiri. Sumber stress yang sama bisa menghasilkan efek yang berbeda

pada subyek yang berbeda. Cara individu tersebut merespon stress akan menentukan

bagaimana pengaruh stress terhadap dirinya. Respon dan usaha untuk mengatasi

stress ini disebut dengan coping.

  Ada banyak definisi yang menjelaskan tentang coping. Cohen dan Lazarus

(Cohen, 1987) mendefinisikan coping sebagai usaha-usaha manajemen stress yang

dilakukan oleh individu baik berupa tindakan intrapsikis maupun tindakan nyata.

Usaha-usaha ini ditujukan untuk menguasai, memberikan toleransi, mengurangi dan

memperkecil tuntutan eksternal maupun internal beserta konflik yang menguras atau

melebihi sumber daya dalam individu. Definisi lain tentang coping diberikan oleh

Pearlin dan Scholer (1978) yang mengatakan bahwa coping adalah kecenderungan

bentuk tingkah laku individu untuk melindungi diri dari tekanan-tekanan psikologis

yang ditimbulkan oleh problematika pengalaman sosial.

  Perilaku coping sendiri terbagi menjadi 2 bagian yaitu emotional focused coping dan problem focused coping. Emotional focused foping adalah upaya-upaya

mencari dan memperoleh rasa nyaman dengan memperkecil tekanan yang dirasakan.

  Emotional focused coping hanya bersifat sementara, karena yang dilakukan hanya

usaha untuk tidak terlalu menderita akibat stress yang dialaminya, sementara masalah

yang dialaminya tidak diupayakan pemecahannya. Emotional focused coping lebih

  

dihadapi tidak dapat dikurangi atau dihilangkan secara maksimal, dan hal ini justru

beresiko menimbulkan masalah baru. Problem focused coping merupakan usaha-

usaha nyata yang berupa perilaku individu untuk menyelesaikan masalah, tekanan

dan tantangan. Pada perilaku problem focused coping, seseorang menghadapi

masalah dengan memikirkan dan mempertimbangkan secara matang alternatif-

alternatif pemecahan masalah, meminta pendapat orang lain untuk mengevaluasi

strategi yang pernah dilakukan dan bersikap hati-hati sebelum memutuskan sesuatu,

instrumentasi dan negosiasi (Aldwin & Revenson, 1987). Penggunaan problem

focused coping cenderung meningkat pada situasi yang dinilai mudah untuk diubah.

  

Apabila seorang individu merasa bahwa situasi tersebut mudah untuk diubah, maka

individu akan berusaha untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut secara

langsung pada sumber masalahnya.

  Dari penjelasan tentang coping di atas, problem focused coping memberikan

pengaruh yang lebih positif terhadap individu. Menurut Holahan & Moos (1987),

problem focused coping relatif berhubungan dengan menurunnya tingkat depresi

karena problem focused coping bertujuan menyelesaikan masalah hingga tuntas dan

mengatasi masalah secara efektif. Emotional focused coping relatif berhubungan

dengan munculnya stress psikologis karena lebih terfokus pada pengelolaan emosi

dalam menghadapi masalah sehingga masalah tidak dapat dihilangkan secara

maksimal dan berpotensi menimbulkan stress dan menimbulkan masalah baru.

  

masalah yang dihadapinya dengan baik, dan pada akhirnya menciptakan individu

yang sehat secara psikologis.

  Pemilihan strategi coping tergantung dari karakteristik kepribadian masing-

masing individu dimana dalam hal ini lebih mengarah pada persepsi diri. Salah satu

aspek dari persepsi diri tersebut adalah locus of control. Locus of control adalah

keyakinan seseorang terhadap faktor-faktor yang mengatur kejadian dalam hidupnya.

  

Konsep tentang locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter (dalam

Phares, 1978) dengan istilah locus of control internal vs locus of control eksternal.

  

Individu dengan locus of control internal meyakini bahwa peristiwa dan hasil dalam

hidupnya sebagai akibat dari perilakunya. Individu dengan locus of control eksternal

meyakini bahwa peristiwa dan hasil dalam hidupnya ditentukan oleh keberuntungan,

kebetulan, takdir atau kekuatan lain yang berada di luar kendalinya.

  Pada dasarnya tidak ada individu yang benar-benar berada pada salah satu

titik keyakinan tersebut. Namun setiap individu punya kecenderungan yang mengarah

pada salah satunya, baik internal maupun eksternal. Kecenderungan keyakinan itu

akan menentukan jenis coping yang akan dipergunakan untuk mengatasi stress.

  Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa perbedaan locus of control akan

menimbulkan perbedaan orientasi dalam memandang masalah dan cara

penyelesaiannya. Strickland (dalam Folkman dan Lazarus, 1984) menyatakan bahwa

individu dengan locus of control internal akan lebih aktif dalam mencari informasi

  

menyelesaikan masalahnya dibandingkan dengan individu yang memiliki

kecenderungan locus of control eksternal. Individu dengan locus of control internal

akan menganggap bahwa sesuatu yang dialaminya merupakan sebuah tantangan yang

harus dihadapi sehingga akan mendorong individu untuk mengerahkan usahanya dan

mencegah timbulnya akibat-akibat negatif dan memperkecil peluang munculnya

stress pada dirinya. Individu dengan locus of control eksternal akan menganggap

bahwa sesuatu yang dialaminya adalah takdir yang memang harus terjadi pada

dirinya sehingga individu akan cenderung pasrah dan tidak melakukan tindakan nyata

untuk mencegah timbulnya akibat-akibat negatif dari masalah sehingga memperbesar

peluang munculnya stress pada dirinya.

  Dalam hubungannya dengan lingkungan sosial, individu dengan locus of

control internal cenderung untuk tidak mudah terpengaruh, aktif, mempunyai rasa

percaya diri, dan mempunyai motif berprestasi tinggi, sedangkan individu dengan

locus of control eksternal cenderung menarik diri, berpenyesuaian diri kurang baik dan konformis terhadap perubahan (Engler, 1985).

  Penelitian oleh Spector (1986) mengatakan bahwa individu dengan locus of control internal cenderung kurang konformis karena rasa percaya diri yang

dimilikinya dan mampu melakukan kontrol dengan kemampuan sendiri,

mengandalkan ketrampilan diri dan usaha-usaha nyata yang dilakukannya. Individu

dengan locus of control internal juga lebih giat, rajin, ulet, mandiri dan mempunyai

  

tanggung jawab atas segala hasil yang diperolehnya (Salomon & Oberlander dalam

Coop & White, 1974).

  Hal ini didukung oleh pernyataan Folkman et al (1986), ketika individu

percaya bahwa tuntutan situasi yang menyebabkan stresss dapat diubah dan yakin

bahwa yang terjadi pada dirinya adalah karena pengaruh dari dirinya sendiri maka

individu cenderung menggunakan problem focused coping. Dengan melakukan

problem focused coping

  , individu melakukan usaha-usaha nyata yang bersumber dari

dalam dirinya, berusaha untuk maju dan menyelesaikan masalah langsung pada pada

intinya sehingga individu tidak menjadi semakin tertekan dan bisa mencapai kondisi

kesehatan psikologis yang lebih baik.

  Jika dikaitkan dengan masa remaja, remaja mulai menemui tuntutan yang

lebih besar dari lingkungannya. Remaja perlu melakukan penyesuaian-penyesuaian

terhadap masalah-masalah yang dialami seperti masalah akademik dan masalah

pergaulan atau pertemanan. Penyelesaian masalah-masalah tersebut dengan problem

focused coping akan memberikan manfaat lebih besar pada remaja karena persoalan-

persoalan dihadapi secara langsung pada inti masalah dan didapatkan hasil nyata

yang bisa dirasakan oleh remaja tersebut.

  Fase remaja adalah fase pencarian jati diri, salah satu bagian didalam masa ini

adalah tentang pembentukan persepsi mengenai bagaimana locus of control-nya. Jika

remaja memiliki locus of control internal yang tinggi, merasa bahwa kejadian dan

  

yang dihadapinya merupakan sebuah tantangan yang harus dihadapi secara langsung,

apakah remaja tersebut cenderung lebih menggunakan problem focused coping dalam

menghadapi masalah-masalahnya? Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab

pertanyaan apakah ada hubungan antara locus of control internal dan kecenderungan

menggunakan problem focused coping untuk mengatasi masalah pada remaja.

  B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari penelitian ini adalah : Apakah ada hubungan positif antara locus of control internal dengan kecenderungan menggunakan problem focused coping pada remaja?

  C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: Mengungkapkan hubungan positif antara locus of control internal dengan kecenderungan menggunakan problem focused coping pada remaja

  D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

  Penelitian ini diharapkan dapat semakin memperkaya khasanah teori remaja pada khususnya. Dari penelitian ini diharapkan memberikan hasil yang signifikan bahwa masa remaja adalah masa penyesuaian yang sulit dalam rentang kehidupan dimana remaja harus melakukan coping terhadap konflik yang mereka alami pada masa-masa remaja seperti masalah penyesuaian diri, perubahan perilaku dan masalah hubungan dengan teman sebaya dan bagaimana kecenderungan mereka melakukan coping dilihat dari locus of control yang dimiliki oleh remaja tersebut.

2. Manfaat Praktis.

  Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi remaja tentang bagaimana mereka meletakkan kendali atas peristiwa dalam hidupnya dan melakukan coping yang tepat terhadap masalah yang mereka alami, sehingga mereka terhindar dari stress dan menjadi inidividu yang lebih sehat secara psikologis dimasa yang akan datang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Locus of control

1. Definisi locus of control

  Konsep locus of control pertama kali dikemukan oleh Julian Rotter sebagai konsep yang memberikan gambaran tentang keyakinan seseorang mengenai sumber penentu pribadinya (Phares, 1978). Selanjutnya locus of control dibagi 2 dengan istilah locus of control internal dan locus of control eksternal. Locus of control internal adalah persepsi individu terhadap sebuah peristiwa sebagai hasil dari perilakunya, atau bagian dari karakteristiknya yang bersifat relatif permanen. Sebaliknya, locus of control eksternal adalah persepsi individu terhadap suatu peristiwa sebagai hasil dari keberuntungan, kebetulan, takdir, sesuatu yang dikendalikan oleh kekuasaan di luar dirinya, atau sebagai sesuatu yang tidak dapat diprediksi karena kompleksitas hebat dari daya di sekitarnya ( Rotter dalam Phares, 1978).

  Novick, Cauce dan Grove (Bracken, 1996) mengatakan bahwa locus of control adalah bagian dari sistem kognitif individu dalam hal atribusi. Locus of control adalah atribusi yang diberikan individu terhadap hal-hal yang mengendalikan hidupnya. Atribusi tersebut berkenaan dengan persepsi

  

Semakin keluar arah pengendali yang ia rasakan, semakin eksternal locus of

control- nya. Sebaliknya semakin ke dalam arah pengendali yang individu percayai, semakin internal locus of control individu tersebut.

  Locus of control adalah sebuah kontinum dimana individu dapat

ditempatkan pada sepanjang kontinum tersebut. Jarang seorang individu

sepenuhnya bersandar pada salah satu ujung kontinum locus of control

tertentu. Umumnya kedua locus tersebut dimiliki dan digunakan dalam

proporsi yang berbeda oleh tiap individu (Phares, 1978). Meski demikian,

kebanyakan individu cenderung bersandar pada salah satu ujung kontinum,

dimana salah satu locus akan lebih cenderung untuk dipergunakan individu

dalam mempersepsi peristiwa-peristiwa dalam hidupnya (Hamacheck, 1987).

  Rotter menjelaskan konsep locus of control atas dasar teori belajar

sosial menggunakan tiga aspek utama yaitu behaviour potential, expectancy

dan reinforcement value (McMillan, 1980). Selanjut McMillan (1980)

menjelaskan hubungan ketiga aspek tersebut sebagai berikut: perilaku

individu tergantung pada harapan-harapan dimana suatu tingkah laku akan

memberikan penguatan, dan nilai penguatan tersebut akan dapat memuaskan

kebutuhan individu. Selanjutnya jika individu berhasil memperoleh penguatan

yang diharapkan, maka individu cenderung meyakini bahwa penguatan yang

diperolehnya berasal dari perilakunya sendiri, sedangkan jika gagal mendapatkan penguatan yang diharapkan maka ia cenderung meyakini bahwa penguatan tersebut diperoleh bukan dari dirinya.

  Dengan demikian, dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa locus of control merupakan persepsi individu atas letak kendali peristiwa dalam hidupnya, faktor-faktor yang mengatur hasil dari usahanya, baik faktor yang bisa dikendalikan oleh dirinya (locus of control internal) atau faktor yang diluar kendalinya (locus of control eksternal).

2. Penggolongan individu berdasarkan locus of control

  Perbedaan locus of control dalam diri individu akan menentukan kecenderungan locus of control yang lebih dominan pada diri individu.

  Kecenderungan locus of control internal akan ditunjukkan apabila individu merasa bahwa kejadian-kejadian dalam hidupnya terjadi akibat dari tingkah locus of control lakunya, sedangkan kecenderungan eksternal akan ditunjukkan apabila individu merasa tidak ada hubungan antara usaha yang dilakukan dengan akibat-akibat yang diterima oleh individu tersebut.

  Untuk mengungkap kecenderungan locus of control individu, Rotter menggunakan suatu ukuran diagnostik yang yang disebut internal-external locus of control scale atau yang sering disebut skala I-E. Skala ini bertujuan untuk mengukur seberapa jauh seseorang berpendapat bahwa perilakunya itu

  (locus of control eksternal) dibandingkan dengan pendapatnya bahwa perilakunya dikendalikan oleh minat, kemauan atau pilihan bebasnya (locus of control internal). Selanjutnya, skala ini dikembangkan oleh Levenson menjadi

  IPC locus of control scale pada tahun 1972 dimana Levenson membagi pusat pengendali keyakinan individu atas kendali hidupnya kedalam tiga faktor yaitu : 1) faktor internal, yaitu individu merasa peristiwa dalam hidupnya terjadi karena dikendalikan oleh kemampuan individu tersebut, 2) faktor chance

  , yaitu individu merasa bahwa kejadian dalam hidupnya dikendalikan oleh nasib, peluang dan keberuntungan, 3) faktor powerful-others, yaitu individu merasa bahwa kejadian dalam hidupnya ditentukan oleh orang lain yang lebih berkuasa. Dalam skala ini, faktor internal mengacu kepada locus of control internal sedangkan faktor chance dan powerful-others mengacu kepada locus of control eksternal (Robinson & Shaver, 1974).

  Berdasarkan penjelasan diatas, secara ringkas dapat dikatakan bahwa individu yang didominasi oleh locus of control internal disebut individu dengan locus of control internal dan individu yang didominasi oleh locus of control

eksternal disebut individu dengan locus of control eksternal.

3. Pengaruh perbedaan orientasi locus of control pada individu

  Adanya perbedaan orientasi locus of control pada setiap individu dapat

  

akhirnya akan membawa implikasi pada perbedaan dalam efesiensi dan

efektivitas tingkah laku (Findley dan Cooper dalam Baron and Byrne, 1978).

  

Hal serupa juga diungkapkan oleh Phares (1978) dan Kleinke (1978) yang

menyatakan perbedaan orientasi locus of control ternyata membawa banyak

perbedaan dalam aspek hidup individu, yaitu:

  a. Sikap terhadap lingkungan Individu yang memiliki kecenderungan locus of control internal menganalisa situasi dengan lebih terarah dan waspada dibandingkan dengan individu dengan locus of control eksternal. Individu dengan locus of control internal lebih aktif mencari, memperoleh dan menggunakan dan mengolah informasi yang relevan dalam rangka memanipulasi dan mengendalikan lingkungan (Phares, 1978) b. Pengaruh konformitas dan perubahan sikap.

  Individu dengan kecenderungan locus of control internal lebih mampu bertahan terhadap pengaruh dan tekanan dari lingkungan, sedangkan individu dengan kecenderungan locus of control eksternal lebih siap sedia untuk menerima pengaruh, mengikuti lingkungan sosial dan menerima informasi dari orang lain sehinggga individu dengan kecenderungan locus of control eksternal lebih menunjukkan konformitas dan kemudahan dalam mengubah sikap (Phares, 1978). Individu dengan locus of control mengabaikan kekuatan-kekuatan dari luar yang mencoba mengambil alih kendali hidupnya. Sebaliknya individu dengan locus of control eksternal mempercayai bahwa hal-hal diluar dirinyalah yang mengendalikan hidupnya sehingga ia lebih mudah menerima pengaruh dan kendali dari luar tersebut (Kleinke, 1978).

c. Perilaku menolong dan atribusi tanggungjawab.

  Individu dengan kecenderungan locus of control internal lebih sering menunjukkan perilaku menolong daripada individu dengan kecenderungan locus of control eksternal (Phares, 1978). Individu dengan locus of control internal juga cenderung memberi atribusi tanggungjawab internal terhadap orang lain. Individu yang merasa bahwa setiap orang bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri pada umumnya tidak begitu terdorong untuk melibatkan diri dalam kesulitan yang dialami orang lain.

  Hal ini menunjukkan bahwa perilaku menolong lebih disebabkan oleh kepercayaan individu bahwa ia mampu memberikan pertolongan dan bukan karena rasa belas kasihan.

  d. Pencapaian prestasi Menurut Kleinke (1978) tingginya prestasi yang dicapai oleh individu dengan kecenderungan locus of control internal merupakan hasil dari kemampuannya untuk menunda menikmati penghargaan atas hasil- hasil usahanya serta mengurangi reaksi negatif yang cenderung muncul pada saat individu mengalami kegagalan.

  e. Penyesuaian diri, kecemasan dan psikopatologi Individu dengan kecenderungan locus of control internal akan lebih mampu menyesuaikan diri daripada individu dengan kecenderungan eksternal karena individu dengan locus of control internal lebih mengandalkan diri sendiri, aktif dan memiliki kecenderungan berjuang yang tinggi, dimana hal ini membawanya pada keberhasilan dalam penyesuaian diri. Sementara itu, individu dengan kecenderungan locus of control eksternal mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri karena memandang penolakan-penolakan dan kecemasan akan kegagalan sebagai akibat dari kurangnya kemampuan dan kesempatan yang mereka miliki untuk mengendalikan situasi (Kleinke, 1978).

  Ditambahkan oleh Folkman dan Lazarus (1984), bahwa coping pada hakekatnya adalah usaha penyesuaian diri. Individu dengan kecenderungan locus of control internal cenderung lebih berhasil dalam mengatasi masalah dan melakukan penyesuaian diri karena mampu melakukan coping yang lebih adaptif terhadap stress. Sementara itu individu dengan kecenderungan locus of control eksternal cenderung lebih sulit dalam mengatasi masalah dan melakukan penyesuaian diri karena

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan locus of control

  Phares (1978) menyatakan bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi individu menentukan kecenderungan orientasi locus of control yang ada dalam dirinya. Faktor-faktor tersebut adalah: