HUBUNGAN ANTARA INTERNAL LOCUS OF CONTROL DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU KORUPSI PADA KARYAWAN
HUBUNGAN ANTARA INTERNAL LOCUS OF CONTROL DENGAN
KECENDERUNGAN PERILAKU KORUPSI PADA KARYAWAN
SKRIPSI
Oleh:
Fiqih Rindra Anisah
201110230311104
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016
1
HUBUNGAN ANTARA INTERNAL LOCUS OF CONTROL DENGAN
KECENDERUNGAN PERILAKU KORUPSI PADA KARYAWAN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu persyaratan
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Oleh:
Fiqih Rindra Anisah
201110230311104
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016
2
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Skripsi
2.
3.
4.
5.
Nama Peneliti
NIM
Perguruan Tinggi
Waktu Penelitian
: Hubungan Antara Internal Locus of Control
Kecenderungan Perilaku Korupsi Pada Karyawan
: Fiqih Rindra Anisah
: Psikologi
: Universitas Muhammadiyah Malang
: 7 November-23 November
dengan
Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji pada tanggal 4 Februari 2016
Dewan Penguji
Ketua Penguji
Anggota Penguji
: Dra. Tri Dayakisni, M.Si
: Yuni Nurhamida, S.Psi. M.Si
Zakarija Achmat, S.Psi. M.Si
M. Shohib, S.Psi. M.Si
Pembimbing I
(
(
(
(
Pembimbing II
Dra. Tri Dayakisni, M.Si
Yuni Nurhamida, S.Psi. M.Si
Malang, 14 Februari 2016
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
Dra. Tri Dayakisni, M.Si
i
)
)
)
)
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Fiqih Rindra Anisah
NIM
: 201110230311104
Fakultas/Jurusan
: Psikologi
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa:
1. Tugas Akhir dengan Judul: “Hubungan Antara Internal Locus of Control dengan
Kecenderungan Perilaku Korupsi pada Karyawan” adalah hasil karya saya, dan dalam
naskah Tugas Akhir ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain
untuk memperoleh gelar Akademik di suatu Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain baik sebagian ataupun
keseluruhan, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam
sumber kutipan dan daftar pustaka.
2. Apabila ternyata di dalam naskah Tugas Akhir ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur
PLAGIASI, saya bersedia TUGAS AKHIR INI DIGUGURKAN dan GELAR
AKADEMIK YANG TELAH SAYA PEROLEH DIBATALKAN, serta diproses sesuai
dengan ketentuan hukum yang berlaku.
3. Tugas Akhir ini dapat dijadikan sumber pustaka yang merupakan HAK BEBAS
ROYALTI NON EKSKLUSIF.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Malang, 14 Februari 2016
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Yang Menyatakan,
Yuni Nurhamida, S.Psi, M.Si
Fiqih Rindra Anisah
ii
Kata Pengantar
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Hubungan Antara Internal Locus of Control dengan Kecenderungan Perilaku
Korupsi pada Karyawan” yang menjadi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Tidak lupa penulis ucapkan salawat serta
salam kepada Rasullullah SAW yang telah mengantarkan umatnya ke masa yang terang
benderang seperti saat ini.
Penulis sangat menyadari bahwa mulai memasuki kampus Universitas Muhammdiyah
Malang, perkuliahan sampai pada akhirnya menyusun skripsi ini sangat banyak pihak yang
telah memberikan motivasi, doa, bimbingan dan petunjuk kepada penulis. Oleh karena itu
penulis ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada:
1. Dra. Tri Dayaksini, M.Si selaku dekan fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah
Malang dan selaku dosen pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktunya
untuk memberikan wawasan, memberikan bimbingan serta motivasi kepada penulis
untuk menyelesaikan skripsi sebagai syarat akhir studi.
2. Yuni Nurhamida, S.Psi. M.Si selaku dosen pembimbing II yang juga telah
meluangkan waktunya untuk memberikan wawasan, memberikan bimbingan serta
motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi sebagai syarat akhir studi.
3. Dr. Diah Karmiyati M.Si selaku dosen wali yang selalu memberikan saran, nasehat,
dan motivasi kepada penulis mulai dari awal masuk kuliah hingga sampai
terselesaikannya skripsi ini.
4. Seluruh dosen dan karyawan fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
yang telah memberikan wawasan sekaligus informasi akademik kepada penulis.
5. Kedua orang tua Ayahanda Thamrin S.H, Ibunda Tatie Indrawatie S.T, dan nenek Hj
Mi’in yang selalu terus-menerus tidak lupa untuk memberikan doa, nasehat, motivasi,
dan membantu dalam segi material kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
6. Adik laki-laki tersayang Dwira Fikho Indrawan yang juga selalu memberikan doa,
dukungan, semangat untuk menyelesaikan skripsi ini dan selalu berbagi canda tawa
kapanpun kepada penulis.
7. Sepupu tersayang Vany Rizky, Prananty Izzati Sari Dewi dan Hanum Nur Mahmuda
yang sudah memberikan doa, dukungan, dan semangat kepada penulis hingga
akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.
8. Teman-teman seperjuangan saya (Uus, Baiq, Indra, Puput, Laily, Beng-beng, Timmy,
Putri, Iin, Uty, Nesa, Bobi, Ardi, Bayu, Widdy, Eka, Hendra, Fath) dan teman-teman
lainnya spesial kelas B 2011 terimakasih banyak sudah memberikan bantuan doa,
dukungan, berbagi canda tawa dan semangat yang tidak pernah putus sampai akhirnya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman seperiode (Fike, Kud, Diyah, Ryan, Fais, Yuni dan teman-teman
seperiode yang lain) terimakasih banyak atas segala waktu dan tempat untuk saling
sharing mengenai skripsi dan saling memberikan semangat satu sama lain. Sukses
untuk kalian.
10. Adik tingkat (Hedi dan Indi) terimakasih juga untuk selalu memberikan dukungan,
semangat dan doa bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Pihak karyawan yang bersedia memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengambil data sebagai syarat penyelesaian skripsi.
iii
12. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah
membantu dalam bentuk apapun sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya bagi mereka yang telah
memberikan segalanya kepada penulis dengan harapan agar rizki-Nya selalu ada untuk kita
semua. Amin.
Penulis menyadari bahwa tidak ada suatu karya yang sangat sempurna. Maka dari itu penulis
juga membutuhkan kritik dan saran dalam memperbaiki skripsi yang diharapkan bagi penulis.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat secara khusus bagi peneliti dan secara umumnya bagi
pembaca.
Malang, 14 Februari 2016
Penulis
Fiqih Rindra Anisah
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................................ i
SURAT PERNYATAAN ............................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. v
ABSTRAK ..................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 2
LANDASAN TEORI ..................................................................................................................... 4
Internal Locus of Control ...................................................................................................... 4
Kecenderungan Perilaku Korupsi .......................................................................................... 5
Internal Locus of Control dan Kecenderungan Perilaku Korupsi ............................................ 6
Hipotesa................................................................................................................................ .7
METODE PENELITIAN ............................................................................................................... . 7
Rancangan Penelitian ............................................................................................................ . 7
Subjek Penelitian .................................................................................................................. . 7
Variabel dan Instrumen Penelitian ......................................................................................... . 7
Prosedur Penelitian ............................................................................................................... . 8
HASIL PENELITIAN .................................................................................................................... . 9
DISKUSI ....................................................................................................................................... 10
SIMPULAN DAN IMPLIKASI...................................................................................................... 11
REFERENSI .................................................................................................................................. 12
LAMPIRAN ................................................................................................................................... 14
v
HUBUNGAN ANTARA INTERNAL LOCUS OF CONTROL DENGAN
KECENDERUNGAN PERILAKU KORUPSI PADA KARYAWAN
Fiqih Rindra Anisah
Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang
[email protected]
Korupsi merupakan tindakan yang dimana dapat dilakukan oleh setiap orang dengan tujuan
untuk memperkaya diri ataupun yang dapat merugikan diri sendiri, orang lain ataupun
sekaligus negara. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebenarnya tindakan korupsi sangat erat
kaitannya dengan internal locus of control dalam diri individu itu sendiri. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan antara internal locus of control
dengan kecenderungan perilaku korupsi pada karyawan. Subjek yang digunakan sejumlah
150 karyawan dengan menggunakan metode non probability sampling yaitu sampling
incidental. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner berbentuk skala
likert dan analisis data menggunakan product moment dari pearson. Dari hasil penelitian ini
didapatkan bahwa ada hubungan negatif antara internal locus of control dengan
kecenderungan perilaku korupsi pada karyawan (r = -0,266, r2= 0,070, p= 0,001). Jadi
semakin tinggi internal locus of control maka semakin rendah kecenderungan perilaku
korupsi.
Kata kunci: internal locus of control dan kecenderungan perilaku korupsi
Corruption is a action which can be carried by everyone with a view to enrich themselves or
can be hurt, others or an state. It cannot be denied that actually corryption very much
connected with internal locus of control in individual it self. The purpose of this study is to
find what is the relationship between internal locus of control with a tendency behaviour
corruption on employees. The subject of used some 150 employees by using the method non
the probability sampling of incidental sampling. Data collection in this research using a
questionnare shaped scales likert and analysis of data using product moment of pearson. The
research is got that is no link beetwen locus is negative internal locus of control with a
tendency behaviour corruption on employees (r = -0,266, r2 = 0,070, p= 0,001). So the
negative internal locus of control, the lower tendency behaviour corruption.
Keywords: internal locus of control and tendency behaviour corruption
1
Indonesia merupakan negara yang tergolong pada negara berkembang. Dikatakan demikian
karena salah satu penyebabnya adalah rendahnya kualitas sumber daya manusianya. Kualitas
tersebut bukan hanya dari segi pengetahuan atau intelektualnya tetapi juga menyangkut
kualitas moral dan kepribadiannya. Rapuhnya moral dan rendahnya tingkat kejujuran
masyarakat di Indonesia misalnya petinggi-petinggi negara di Indonesia menyebabkan
terjadinya korupsi. Korupsi merupakan tindakan yang dapat dilakukan oleh setiap orang
dengan cara melakukan perbuatan memperkaya diri ataupun yang dapat merugikan diri
sendiri, orang lain atau sekaligus negara.
Korupsi di Indonesia saat ini sudah merupakan penyakit sosial yang sangat berbahaya yang
dapat mengancam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.Tindakan ini
dilakukan oleh setiap orang dengan keinginan, kesempatan, ataupun sarana yang ada untuk
memperoleh suatu keuntungan yang diinginkan dengan cara negatif dan melanggar normanorma sosial di lingkungannya. Di Indonesia, tindakan korupsi sudah meluas di dalam
masyarakat. Perkembangannya terus meningkat dari tahun ke tahun, baik itu dari jumlah
kasus yang ada dan dapat dilihat dari kerugian yang didapatkan oleh negara. Dalam survey
yang dilakukan terhadap 176 negara di dunia, Indonesia dilaporkan mendapat nilai 32 dari
skala 100 dimana angka 100 merupakan negara yang terbersih dan bebas dari korupsi (Fajar
Online, 2012).
Saat ada celah untuk melakukan tindakan korupsi, tidak semua individu akan melakukannya.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa sebenarnya tindakan korupsi sangat erat kaitannya
dengan diri individu itu sendiri baik secara internal. Dalam artian, diri internal itu adalah
kepribadian yang dimiliki oleh setiap individu. Hal ini dikarenakan setiap individu memiliki
karakteristik yang berbeda-beda dalam berperilaku. Karakteristik yang menetap ini disebut
dengan kepribadian. Kepribadian yang dimiliki oleh individu akan menentukan bagaimana ia
akan bertindak saat menghadapi suatu situasi tertentu (wikipedia.org, 2013).
Berdasarkan hasil riset MCW tahun 2011 tentang studi pemetaan modus, aktor, dan potensi
kerugian di Kota Malang, di temukan praktik korupsi marak terjadi di sektor pendidikan. Di
tahun 2010, korupsi di sektor pendidikan terjadi setidaknya 6 kasus korupsi. Akan tetapi, di
tahun 2011 kasus korupsi di sektor pendidikan meningkat menjadi 31 kasus. Dengan
akumulasi kerugian per-siswa sebesar 125.785.000 dari 31 kasus. Kondisi menunjukkan
bahwa tidak adanya tegas dari pemerintah terhadap lembaga pendidikan yang melakukan
tindakan-tindakan diluar ketentuan yang berlaku atau peraturan.
Demikianpula kasus korupsi APBD juga terjadi di wilayah Malang Raya yang menjadi objek
penelitian. Di Kota Malang misalnya kasus sisa anggaran 2,1 M dan pesangon dewan senilai
1,7 M sampai saat ini belum ada kepastian hukum sementara uang tersebut sudah masuk ke
kantong anggota dewan yang terhormat. Di Kabupaten Malang penyimpangan dana APBD
juga dilakukan untuk kepentingan pejabat dan keluaraganya seperti penyelewengan sekwan
22,5 juta, umrah gate dan Dem-deman Mobil. Di Kota Batu mark-up APBD telah digunakan
untuk kepentingan Pilihan Kepala Daerah (MCW,2004).
Transparency International Indonesia (TI Indonesia) merilis survey integritas anak muda di
Aceh. Dari hasil survey tersebut menyebutkan bahwa dari 1556 pemuda di Aceh 82% pernah
melakukan suap kepada polisi saat ditilang. Hasil survey juga menjelaskan bahwa 30% anak
muda di Aceh memberi suap saat mengurus dokumen atau administrasi negara. Seperti
pembuatan SIM, KTP, Paspor dan lain-lain (E-News Letter, 2014).
Ribuan sopir truk, fuso mengeluhkan maraknya praktik pungutan liar (Pungli) di Jembatan
Timbang di Jalintim Desa Pematang Panggang, Kecamatan Mesuji, Kabupaten OKI,
2
Sumatera. Pasalnya, banyak oknum yang meminta jatah kepada para sopir truk kontainer
tersebut. Tidak tanggung-tanggung, untuk sekali melintas, para sopir mengaku dimintai uang
mulai dari Rp 250 ribu- hingga Rp 500 ribu (Sindonews.com).
Menurut Squire (dalam Boshoff & van Zyl, 2011) sebuah penurunan pada nasional maupun
internasional di tingkat perilaku etis dalam organisasi. Pada periode tahun 2005 sampai 2007,
kejahatan yang terjadi dalam satu dari dua organisasi di tingkat internasional. Di Afrika
Selatan juga dianggap sebagai negara dengan kejahatan kerah putih tertinggi di seluruh dunia.
Organisasi Afrika Selatan memiliki rata-rata 23 kasus penipuan per tahun dilaporkan dalam
periode waktu antara tahun 2006 dan 2007, dengan kerugian rata-rata pendapatan Rp 7,4 juta
dalam periode tersebut.
Tingkah laku tercela adalah perhatian khusus dalam bidang keuangan. Permasalahan situasi
yang berhubungan dengan etika bisnis terutama dalam bidang keuangan, sebagaimana
terdapat berbagai macam skandal yang pantas pada perusahaan terkemuka dalam sepuluh
tahun terakhir. Tingkah laku yang tidak pantas yang paling umum dalam bidang keuangan,
dengan referensi khusus pada bidang perbankan, termasuk penyalahgunaan wewenang,
penyuapan, dan eksploitasi (dalam Boshoff & van Zyl, 2011).
Menurut Stead , Chonko, dan Hume (dalam Boshoff & van Zyl, 2011) faktor individu seperti
locus of control mungkin mempengaruhi keputusan para karyawan untuk berkelakuan secara
pantas atau tidak pantas dalam bekerja. Cara locus of control mungkin berpengaruh pada
tingkah laku yang pantas diantara para karyawan yang bekerja dalam bidang keuangan di
Afrika Selatan.
Dalam penelitian Abidin (HIMPSI) dijelaskan bahwa skor tertinggi para partisipan dalam
kaitannya dengan locus of control secara berturut-turut adalah adanya chance, lalu internal
atau internality, dan kemudian powerful others. Bahwa skor chance paling tinggi
(dibandingkan skor internal dan powerful others) secara psikologis dan secara logis, dapat
dipahami. Seorang individu yang locus of controlnya masuk dalam kategori chance,
cenderung berperilaku berdasarkan persepsinya tentang ada tidaknya peluang atau
kesempatan yang bersifat eksternal. Jika kesempatan atau peluang untuk melakukan korupsi
di tempat kerjanya terbuka lebar, maka besar kemungkinan akan melakukan korupsi. Apalagi
individu memiliki skor yang tinggi dalam power motive dan compliance (dengan lingkungan
sekitar yang mungkin juga korupsi).
Dari fenomena diatas, merupakan bagian dari fenomena korupsi. Pada kenyataannya, di
Indonesia juga masih sering ditemukan kasus korupsi yang terjadi di beberapa daerah seperti
yang telah diberitakan diatas. Oleh karena itu, peran locus of control terhadap sikap korupsi
bisa diprediksi dari perilaku yang dilakukan oleh individu. Jadi ketika individu didominasi
oleh internallocus of control, maka ia akan cenderung dapat bertanggung jawab dan dapat
membedakan mana yang benar dan salah ketika akan melakukan korupsi. Tetapi, ketika
individu didominasi oleheksternallocus of control, maka ia akan cenderung cepat mengambil
keputusan untuk melakukan korupsi.
Berdasarkan uraian diatas, maka masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan
antara internal locus of control dengan kecenderungan perilaku korupsi pada
karyawan?Tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana kecenderungan perilaku korupsi
yang ada di dalam diri karyawan yang didasari pada internal locus of control seseorang.
Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas
mengenai peran penting internal locus of control terhadap kecenderungan perilaku korupsi.
3
Locus Of Control
Rotter (dalam Dayakisni & Yuniardi, 2012) menegaskan bahwa locus of control adalah suatu
keyakinan dimana individu memiliki pusat kendali dalam kehidupannya, baik di dalam diri
individu tersebut atau diluar diri individu tersebut (ekternal). Locus of control terbagi
menjadidalam dua dimensi, yakni internal dan ekternal. Individu dengan eksternal locus of
control melihat diri mereka sangat ditentukan oleh bagaimana lingkungan dan orang lain
melihat mereka. Sedangkan internal locus of control melihat independency yang besar dalam
kehidupan dimana hidupnya sangat ditentukan oleh dirinya sendiri.
Konsep yang dibangun oleh Rotter (dalam Pinasti, 2011) menyatakan bahwa setiap orang
berbeda dalam bagaimana dan seberapa besar kontrol diri mereka terhadap perilaku dan
hubungan mereka dengan orang lain serta lingkungan. Suatu konsep yang pada awalnya
diambil dari teori belajar sosial yang mendudukkan penguat (reinforcement) pada suatu posisi
inti.
Konsep Dasar Locus of Control
Konsep tentang locus of control yang digunakan oleh Rotter (dalam Pinasti, 2011) memiliki
empat konsep. Yang pertama, potensi perilaku yaitu kemungkinan yang relatif akan muncul
pada situasi yang sedang dihadapi, berkaitan dengan hasil yang diinginkan maupun
kehidupan seseorang. Kedua, harapan yaitu suatu kemungkinan dari kejadian yang akan
muncul dan dialami oleh seseorang. Ketiga, nilai unsur penguat yaitu pilihan dalam berbagai
kemungkinan atas hasil dari beberapa penguat hasil lainnya yang dapat muncul dalam situasi
tertentu. Keempat, suasana psikologis yaitu bentuk rangsangan internal maupun eksternal
yang diterima seseorang pada situasi tertentu, yang dapat meningkatkan ataupun menurunkan
harapan terhadap hasil yang diinginkan.
Internal Locus of Control
Menurut Rotter 1966 (dalam Dayakisni & Yuniardi, 2012) locus of control internal
merupakan tentang melihat independency yang besar dalam kehidupan dimana hidupnya
sangat ditentukan oleh dirinya sendiri.
Rotter (dalam Friedman & Schustack, 2006) locus of control internal terdapat adanya
ekspektasi umum dimana tindakan individu sendiri akan menyebabkan munculnya hasil akhir
yang diinginkan.
Menurut Rotter 1966, orang-orang yang memiliki locus of control internal pada umumnya
yakin bahwa sumber kontrol berada dalam diri mereka sendiri dan mereka melakukan kontrol
personal yang cukup tinggi dalam kebanyakan situasi (Feist & Feist, 2009).
Lefcourt (dalam Srianik, 2008) internal locus of control dimana individu memandang
peristiwa-peristiwa dalam kehidupannya sebagai konsekuensi perbuatannya, dengan
demikian dapat dikontrol (kontrol internal) atau dapat sebagai sesuatu yang tidak
berhubungan dengan perilakunya sehingga di luar kontrol pribadinya (kontrol eksternal).
Menurut Lefcourt, karakteristik individu dengan internal locus of control yaitu, kepercayaan
individu bahwa tingkah lakunya mempengaruhi hasil yang akan didapatkannya, memiliki
usaha untuk mengatur perilakunya dalam meraih kesuksesan, dan lebih mampu bertahan
dalam menghadapi tekanan atau pengaruh dari luar dirinya.
Keyakinan individu bahwa keberhasilan yang diraih akan sebanding dengan usaha yang
dilakukan dan sebagian besar mereka dapat mengendalikan dirinya. Individu yang memiliki
4
locus of control internal memiliki keyakinan bahwa kejadian yang dialami merupakan akibat
dari perilaku atau tindakannya sendiri, memiliki kendali yang baik terhadap penilaian dirinya,
cenderung dapat mempengaruhi orang lain, yakin bahwa usaha yang dilakukannya akan
berhasil, aktif dalam mencari sebuah informasi ataupun pengetahuan terhadap situasi yang
sedang dihadapi (Pinasti, 2011).
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa internal locus of control adalah
dimana keberhasilan atau kegagalan yang didapatkan oleh seseorang itu merupakan hasil dari
usaha ataupun tindakan yang dilakukan oleh dirinya sendiri.
Kecenderungan Perilaku Korupsi
Menurut Kartono(2013) korupsi adalah suatu tingkah laku yang dilakukan individu untuk
menggunakan wewenang dan jabatan untuk mendapatkan keuntungan, yang dapat merugikan
kepentingan umum maupun negara. Dimana korupsi tersebut merupakan gejala seperti salah
pakai ataupun menyalahgunakan kekuasaan demi keuntungan pribadi, kekayaan negara
dengan menggunakan wewenang untuk memperkaya diri sendiri.
Sedangkan korupsi menurut La Sina (dalam Alatas,1975) dapat dikatakan korupsi jika
seorang pegawai negeri menerima pemberian yang disodorkan oleh seseorang untuk
mempengaruhi dengan memberikan perhatian kepada pemberi. Seperti pemerasan dengan
permintaan pemberian hadiah. Hal seperti ini dapat dikatakan sebagai korupsi.
Sementara kecenderungan dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI.web.id) merupakan
suatu kecondongan hati yang menunjukkan perasaan suka atau tidak suka untuk
menunjukkan sebuah tindakan/perilaku. Dalam hal ini, kecenderungan merupakan
representasi dari aspek afektif seseorang. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
kecenderungan perilaku korupsi adalah suatu kecondongan hati pada individuyang
menunjukkan perasaan suka/tidak suka terhadap tindakan penyalahgunaan wewenang dan
jabatan, serta merugikan orang lain untuk mendapatkan keuntungan secara pribadi/golongan.
Bentuk Korupsi
Alatas (dalam Wibowo Agus, 2013) membedakan jenis-jenis korupsi menurut tipologinya
yaitu:
1. Bribery (sogokan)
Memberikan barang atau uang dengan tujuan memperlancar keinginan individu.
2. Nepotisme
Dalam hal ini nepotisme diartikan atau dicontohkan seperti pengangkatan kerabat,
teman, atau sekutu politik untuk menduduki atau menempati jabatan-jabatan publik,
terlepas dari kemampuan yang dimilikinya dan dampaknya akan mempengaruhi
kebutuhan publik.
3. Exortion (pemerasan)
Tindakan meminta secara paksa sejumlah uang atau barang untuk mendapatkan
keuntungan pribadi dengan tujuan menutupi atau memperlancar keinginan individu.
4. Penggelapan (fraud)
Perbuatan mengambil barang milik orang lain sebagian atau seluruhnya.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Seseorang Melakukan Korupsi
Menurut Carroll (Ancok, 2004) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang
melakukan korupsi, yaitu:
5
Faktor dalam diri, salah satu sifat yang menyebabkan orang mudah tergoda melakukan
korupsi adalah motivasi untuk berprestasi yang rendah (low achievement motivation). Dengan
hal ini para koruptor merasa tidak berdosa dan merasa tidak bersalah dalam menerima uang
dari manapun dan mereka tidak peduli bahwa uang tersebut akan merugikan masyarakat dan
negara
Faktor di luar diri, suatu tindakan kejahatan adalah realisasi dari keputusan yang telah
diambil. Faktor-faktor yang dipertimbangkan di dalam pengambilan keputusan untuk berbuat
korupsi atau kejahatan adalah pertimbangan dari si pelaku, pertimbangan besar kecilnya
keuntungan yang akan diperoleh dari suatu tindak kejahatan yang direncanakan baik berupa
materi seperti barang-barang berharga ataupun uang, pertimbangan besar kecilnya saat gagal,
dan besar kecilnya kerugian yang didapatkan oleh si pelaku saat gagal atau tertangkap.
Faktor Budaya, perilaku korupsi akan sangat dipengaruhi oleh budaya yang melekat pada
suatu bangsa. Ada tiga aspek budaya yang memudahkan terjadinya perilaku korupsi yaitu
budaya kekeluargaan, orientasi masyarakat yang bapakisme, dan budaya masyarakat yang
kurang berani berterus terang (asertif)
Internal Locus of Control dengan Kecenderungan Perilaku Korupsi
Ada tiga faktor yang mempengaruhi orang untuk melakukan korupsi, diantaranya adalah
dalam diri, luar diri, dan budaya. Terkait dengan faktor dalam diri salah satunya adalah
kendali individu terhadap locus of control. Locus of control adalah suatu keyakinan dimana
individu memiliki kendali dalam kehidupannya. Jadi ketika individu didominasi oleh locus of
control internal, maka ia akan cenderung dapat bertanggung jawab dan dapat membedakan
mana yang benar dan salah dalam melakukan korupsi. Tetapi, ketika individu didominasi
oleh locus of control eksternal, maka ia akan cenderung cepat mengambil keputusan dan
tingkah laku untuk melakukan korupsi.
Robbin &Hume dkk (Boshoff &Zyl, 2011) menyatakan bahwa individu yang memiliki locus
of control eksternal kemungkinan besar lebih sedikit untuk menerima tanggung jawab pada
konsekuensi tingkah laku yang mereka lakukan. Individu tersebut lebih percaya kepada
pengaruh eksternal untuk dapat mengambil keputusan dan tingkah laku. Seseorang dengan
locus of control eksternal cenderung lebih sedikit memiliki kepuasan kerja, kedisiplinan yang
rendah dan kurangnya tanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan kepada individu
tersebut. Hal ini diperjelas oleh Edwards (E. Boshoff & E.S van Zyl, 2011) yang berpendapat
bahwa locus of control eksternal berdampak buruk bagi individu tersebut seperti frustasi,
stress, dan mudah menyalahkan orang lain.
Sedangkan pada individu yang memiliki locus of control internal, masih dapat membedakan
antara mana yang benar ataupun yang salah dan cenderung mengambil tanggung jawab
perseorangan dalam kondisi yang tidak baik dalam suatu organisasi. Individu tersebut mampu
mengendalikan dirinya dalam mengatasi beberapa masalah yang ada dalam organisasi
ataupun dunia kerjanya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian hubungan antara locus of
control dengan perilaku etis yang di lakukan oleh Jones dan George (Boshoff & Zyl, 2011)
bahwa seseorang yang memiliki locus of control internal selalu berusaha untuk ikut campur
tangan untuk mengubah situasi ataupun memecahkan masalah. Selain itu, individu tersebut
memiliki kemampuan untuk mengendalikan dan melawan tekanan untuk menyesuaikan diri
di dalam organisasi.
Oleh karena itu, kendali locus of control yang ada pada diri seseorang dapat memberikan
pengaruh terhadap kecenderungan korupsi.
6
Hipotesa
Ada hubungan yang negatif antara internal locus of control dengan kecenderungan perilaku
korupsi pada karyawan.
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis pendekatan kuantitatif korelasional yaitu untuk mengetahui
hubungan antara internal locus of control dengan kecenderungan perilaku korupsi pada
karyawan. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah kuantitatif, dimana metode ini
dapat digunakan apabila memiliki permasalahan yang didukung dengan teori yang sesuai,
dimana data tersebut dapat didukung dengan hasil penelitian sebelumnya. Kemudian
dilakukan dengan membuat hipotesa sementara dan dilanjutkan dengan pengumpulan data
serta dianalisa, dan diakhiri dengan kesimpulan serta saran.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah 150 karyawan. Hal ini didasari
dengan teknik sampling non probability sampling yaitu sampling incidental, dimana dalam
teknik ini peneliti menentukan sampel secara kebetulan siapa saja yang secara kebetulan
bertemu dengan peneliti dan sesuai dengan kriteria sampel peneliti maka orang tersebut dapat
dijadikan sebagai subjek/ sumber data (Sugiyono, 2015).
Variabel dan Instrumen Penelitian
Terdapat dua variabel yang akan diteliti, yaitu variabel bebas adalah internal locus of control
dan variabel terikat adalah kecenderungan perilaku korupsi.Internal locus of control adalah
keyakinan individu tentang hasil dari segala sesuatu yang didapatkan berdasarkan dari apa
yang dilakukan oleh individu tersebut.Kecenderungan perilakukorupsimerupakansuatu
kecondongan hati pada individu yang menunjukkan perasaan suka atau tidak suka terhadap
tindakan penyalahgunaan wewenang ataupun jabatan.Dalam penelitian ini, metode
pengumpulan data menggunakan dua skala, yaitu skala internal locus of control dan skala
kecenderungan perilaku korupsi.
Untuk skala internal locus of control, menggunakan skala yang diadaptasi oleh Srianik (2008)
berjumlah 30 item yang terdiri dari tiga aspek internallocus of control yaitu kepercayaan
individu bahwa tingkahlakunya mempengaruhi hasil yang akan didapatkan, memiliki usaha
untuk mengatur perilakunya dalam meraih kesuksesan, dan lebih mampu bertahan dalam
menghadapi tekanan atau pengaruh dari luar dirinya. Skala tersebut berbentuk likert dimana
terdiri dari 4 skor yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat
Tidak Setuju). Pada item favorable skor yang diperoleh adalah SS=4, S=3, TS=2, dan STS=1.
Dan pada item unfavorable skor yang diperoleh adalah SS=1, S=2, TS=3, dan STS=4.
Skala kecenderungan perilaku korupsi yang dikembangkan oleh Bachruddin (2015)
berjumlah 60 item yang terdiri dari lima aspek yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan 24 item dari aspek konatif. Skala tersebut berbentuk
likert dimana terdiri dari 4 skor yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), dan
STS (Sangat Tidak Setuju). Pada item favorable skor yang diperoleh adalah SS=4, S=3,
TS=2, dan STS=1. Dan pada item unfavorable skor yang diperoleh adalah SS=1, S=2, TS=3,
dan STS=4.
7
Validitas Instrumen
Berdasarkan proses validitas item alat ukur padatry out yang dilakukan yaitu dengan
menyebarkan skala kepada 76 karyawan diperoleh hasil validitas dari setiap item sebagai
berikut:
Tabel 1. Indeks Validitas Alat Ukur
Alat Ukur
Jumlah Item
Diujikan
Jumlah Item
Valid
Indeks Validitas
Skala Internal Locus of Control
Skala Kecenderungan Perilaku
Korupsi
30
24
14
15
0.341-0.583
0.321-0.550
Berdasarkan hasil uji validitas yang dilakukan dengan menggunakan SPSS 16, diketahui
indeks validitas dari skala internal locus of controlyaitu sebesar 0.341-0.583 sehingga dari 30
item yang telah di uji terdapat 14 item yang valid. Kemudian untuk indeks validitas pada skal
kecenderungan perilaku korupsi yaitu sebesar 0.321-0.550 sehingga dari 24 item yang telah
di uji terdapat 15 item yang valid.
Reliabilitas Instrumen
Tabel 2. Indeks Reliabilitas Alat Ukur
Alat Ukur
Alpha
Skala Internal Locus of Control
Skala Kecenderungan Perilaku Korupsi
0.734
0.728
Berdasarkan hasil tersebut kedua instrumen dinyatakan reliabel untuk digunakan dalam
penelitian. Jika dibandingkan menggunakan syarat crobanch alpha dengan minimal 0,6 atau
60% (Ghazali, 2005). Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kedua instrumen dalam
penelitian ini memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi.
Prosedur Penelitian& Analisis
Prosedur penelitian diawali dengan tahap persiapan yaitu mengadaptasi skala yang akan
digunakan. Kemudian, setelah skala kecenderungan perilaku korupsi dan internal locus of
control telah siap untuk disebarkan, maka peneliti melakukan uji coba skala kepada 76
karyawan. Uji coba tersebut dilakukan dengan cara peneliti mendatangi langsung subjek yang
sesuai dengan kriteria peneliti. Uji coba ini dilakukan selama 7 hari dari tanggal 12 Oktober
sampai 17 Oktober 2015. Dari hasil skala yang telah terisi peneliti melakukan uji reliabilitas
dan validitas sehingga alat ukur tersebut dapat digunakan untuk melakukan penelitian.
Dalam penelitian ini, untuk menguji hipotesis metode yang digunakan adalah menggunakan
analisis statistik SPSS 16. Dimana teknik yang digunakan untuk menganalisis adalah korelasi
product momen. Alasan menggunakan korelasi product momen karena data yang ada
berbentuk rasio dan peneliti akan menguji hipotesis hubungan antara 1 variabel bebas dengan
1 variabel terikat, variabel bebas adalah internal locus of control dan variabel terikat adalah
kecenderungan perilaku korupsi.
8
HASIL PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan pada 150 subjek yaitu karyawan yang masih aktif bekerja dalam
suatu perusahaan atau instansi.
Tabel 3. Perhitungan t-score skala internal locus of control
Internal Locus of
Control
Interval
Frekuensi
Presentase (%)
Tinggi
Rendah
Total
T-score ≥ 50
T-score < 50
71
79
47%
53%
100%
Berdasarkantabel 3. diketahui dari jumlah subjek sebanyak 150 karyawan didapatkan hasil
yaitu sebanyak 71 atau 47% masuk dalam kategori tinggi. Sedangkan sisanya yaitu sebanyak
79 atau 53% masuk dalam kategori internal locus of control rendah. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa internal locus of control pada karyawan masi tergolong rendah.
Tabel 4. Perhitungan t-score kecenderungan perilaku korupsi
Kecenderungan Perilaku
Korupsi
Interval
Frekuensi
Presentase (%)
Tinggi
Rendah
Total
T-score ≥ 50
T-score < 50
72
78
48%
52%
100%
Berdasarkan tabel 4. diketahui dari jumlah subjek sebanyak 150 karyawan didapatkan hasil
yaitu sebanyak 72 atau 48% masuk dalam kategori tinggi. Sedangkan sisanya yaitu sebanyak
78 atau 52% masuk dalam kategori kecenderungan perilaku korupsi rendah. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kecenderungan perilaku korupsi pada karyawan masih tergolong rendah.
Tabel 5. Hasil korelasi product momen Internal locus of control dengan Kecenderungan
Perilaku Korupsi
Kategori
Indeks analisis
Koefisien Korelasi (r)
Koefisien Determinasi (r2)
P (nilai signifikansi)
-0,266
0,070
0,001
Berdasarkan hasil dari perhitungan SPSS 16 terdapat skor koefisien korelasi sebesar -0,266
dengan nilai siginifikan yang ditunjukkan 0,001 lebih kecil dari taraf yang digunakan yaitu
0,05 (0,001 < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara internal locus
of control dengan kecenderungan perilaku korupsi pada karyawan. Jika semakin tinggi
internal locus of control maka semakin rendah kecenderungan perilaku korupsi. Begitupun
sebaliknya, jika semakin rendah internal locus of control maka semakin tinggi kecenderungan
perilaku korupsi.
Hasil penelitian ini diketahui bahwa koefisien determinasi (r2) yaitu sebesar 0,070 atau
sebesar 7% sumbangan efektif dari internal locus of control dan sisanya yaitu sebanyak 93%
dipengaruhi oleh faktor lain. Menurut Caroll (dalam Ancok, 2004) menyebutkan bahwa
9
terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan korupsi, yaitu adanya
faktor dalam diri yang menyebabkan orang mudah tergoda untuk melakukan korupsiatau
motivasi berprestasi yang dimiliki rendah (low achievement motivation), faktor di luar diri
dimana realisasi muncul dari keputusan yang telah diambil, dan faktor budaya seperti budaya
kekeluargaan ataupun adanya budaya masyarakat yang asertif.
DISKUSI
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara internal locus of
control dengan kecenderungan perilaku korupsi pada karyawan yang sangat signifikan (r = 0,266, p< 0,001). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara variabel X yaitu
internal locus of control dengan variabel Y yaitu kecenderungan perilaku korupsi. Sehingga
hipotesa yang diajukan oleh peneliti dapat diterima. Hal ini didukung oleh penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Boshoff & Zyl (2011) yang menunjukkan adanya hubungan
antara locus of control dengan perilaku etis pada sektor keuangan. Semakin tinggi internal
locus of control individu, maka semakin tinggi perilaku etis individu tersebut. Sebaliknya,
jika semakin tinggi eksternal locus of control, maka semakin rendah perilaku etisnya,
sehingga dapat melakukan perilaku korupsi.
Kecenderungan perilaku korupsi merupakan suatu kecondongan hati pada individuyang
menunjukkan perasaan suka/tidak suka terhadap tindakan penyalahgunaan wewenang dan
jabatan, serta merugikan orang lain untuk mendapatkan keuntungan secara pribadi/golongan.
individu yang memiliki locus of control internal, masih dapat membedakan antara mana yang
benar ataupun yang salah dan cenderung mengambil tanggung jawab perseorangan dalam
kondisi yang tidak baik dalam suatu organisasi. Individu tersebut mampu mengendalikan
dirinya dalam mengatasi beberapa masalah yang ada dalam organisasi ataupun dunia
kerjanya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian hubungan antara locus of control dengan
perilaku etis yang di lakukan oleh Jones dan George (Boshoff & Zyl, 2011) bahwa
seseorang yang memiliki locus of control internal selalu berusaha untuk ikut campur tangan
untuk mengubah situasi ataupun memecahkan masalah. Selain itu, individu tersebut memiliki
kemampuan untuk mengendalikan dan melawan tekanan untuk menyesuaikan diri di dalam
organisasi.
Menurut Lefcourt (dalam Srianik, 2008) internal locus of control adalah dimana individu
memandang bahwa peristiwa-peristiwa dalam kehidupannya merupakan konsekuensi
perbuatannya. Dengan demikian dapat dikontrol (kontrol internal) atau dapat sebagai sesuatu
yang tidak berhubungan dengan perilakunya sehingga diluar kontrol pribadinya (kontrol
eksternal). Karakteristik yang dimiliki individu dengan internal locus of control adalah: 1)
kepercayaan individu bahwa tingkah lakunya mempengaruhi hasil yang akan didapatkannya,
2) memiliki usaha untuk mengatur perilakunya dalam meraih kesuksesan, dan 3) lebih
mampu bertahan dalam menghadapi tekanan atau pengaruh dari luar dirinya.
Dari hasil penelitian ini, hubungan antara internal locus of control sebesar 7% sedangkan
sisanya 93% dipengaruhi oleh faktor lain. Menurut Caroll (dalam Ancok, 2004) terdapat
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan korupsi, diantaranya
adalah faktor dalam diri, faktor diluar diri, dan faktor budaya. Faktor dalam diri, akan ada
salah satu sifat yang menyebabkan orang tersebut mudah melakukan korupsi yaitu adanya
motivasi berprestasi yang rendah (low achievement motivation) dengan hal ini seseorang
merasa tidak berdosa dan merasa tidak bersalah dalam melakukan korupsi yang dimana hal
tersebut akan merugikan masyarakat dan negara. Faktor diluar diri, suatu tindakan terjadi
adanya realisasi dari keputusan yang telah diambil. Pertimbangan besar ataupun kecilnya
10
keuntungan yang akan diperoleh seperti barang-barang berharga ataupun uang, pertimbangan
besar kecilnya saat gagal, dan besar kecilnya kerugian yang akan didapatkan oleh seseorang
tersebut. Faktor budaya, dimana budaya ini sangat melekat dalam masyarakat. Budaya
kekeluargaan, orientasi masyarakat yang bapakisme, dan budaya masyarakat yang masih
kurang berani untuk berterus terang (asertif) yang dapat memudahkan terjadinya perilaku
korupsi. Terkait dengan faktor dalam diri salah satunya adalah kendali individu terhadap
internal locus of control, yang pada dasarnya dibentuk berdasarkan internalisasi dalam diri
seseorang terhadap perilaku yang telah diusahakannya, mampu bertanggung jawab atas diri
perseorangan dalam kondisi yang tidak baik, maka adanya internal locus of control
menjadikan individu lebih bijak dalam memutuskan suatu perkara dan enggan melakukan
korupsi.
Selain itu, aspek terjadinya korupsi (Arifin, 2000) adalah: (1) aspek perilaku individu
organisasi, sebab-sebab dia melakukan korupsi berupa dorongan yang ada didalam diri
individu yang bisa dikatakan sebagai keinginan, niat ataupun kesadaran untuk melakukan
sesuatu. (2) aspek organisasi, sistem organisasi yang membuka adanya kesempatan atau
peluang untuk melakukan korupsi biasanya terjadi karena kurang adanya teladan dari
pimpinan, tidak adanya kultur organisasi yang benar, sistem akuntabilitas di instansi
pemerintah kurang memadai, serta menajemen cenderung menutupi korupsi di dalam
organisasinya (3) aspek peraturan perundang-undangan, peraturan undang-undang yang
kurang memadai dapat juga memberikan adanya motif korupsi yang dapat dilakukan (4)
aspek pengawasan, pengawasan yang kurang efektif bisa mengakibatkan terjadinya tumpang
tindih pengawasan pada berbagai instansi dan kurangnya kepatuhan terhadap etika hukum
maupun pemerintahan yang akhirnya pengawasan tersebut dapat dijadikan dalam praktik
korupsi.
Seperti yang dikemukakan oleh Rotter (dalam Pinasti, 2011) bahwa internal locus of control
merupakan suatu keyakinanan tentang individu bahwa keberhasilan yang diraih akan
sebanding dengan usaha yang dilakukan dan sebagian besar mereka dapat mengendalikan
dirinya. Individu yang memiliki locus of control internal memiliki keyakinan bahwa kejadian
yang dialami merupakan akibat dari perilaku atau tindakannya sendiri, memiliki kendali yang
baik terhadap penilaian dirinya, cenderung dapat mempengaruhi orang lain, yakin bahwa
usaha yang dilakukannya akan berhasil, aktif dalam mencari sebuah informasi ataupun
pengetahuan terhadap situasi yang sedang dihadapi. Sedangkan individu dengan eksternal
locus of controltinggi maka akan cenderung melakukan korupsi.Hal ini dikarenakan beberapa
faktor eksternal yang berpengaruh besar terhadap individu itu sendiri. Seperti halnya
seseorang yang rakus, ia kurang puas akan apa yang sudah didapatkannya. Sehingga individu
tersebut akan melakukan hal apapun termasuk korupsi untuk mendapatkan apa yang ia
inginkan.
SIMPULAN DAN IMPLIKASI
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan negatif antara internal
locus of control dengan kecenderungan perilaku korupsi. Penelitian ini bisa disimpulkan
bahwa seseorang yang memiliki internal locus of control, maka akan memiliki
kecenderungan perilaku korupsi yang rendah.
Dari hasil penelitian tersebut, maka menjadi lebih penting bagi karyawan jika instansi
ataupun perusahaan di tempat karyawan tersebut bekerja mempertahankan dan meningkatkan
internal locus of control dengan cara memberikan sebuah pelatihan atau training, baik itu
merupakan pelatihan kemampuan maupun memberikan pelatihan soft skill pada karyawan
11
tersebut. Kaitannya dengan internal locus of control yang pada dasarnya dibentuk
berdasarkan internalisasi dalam diri seseorang terhadap perilaku yang telah diusahakan,
karyawan juga harus meyakinkan diri bahwa adanya suatu pencapaian atau keberhasilan itu
datang atas usaha atau kerja keras, misalnya dapat menunjukkan komitmen kerjanya,
berkompetensi dalam usahanya, memiliki integritas tinggi dalam organisasinya, semakin
objektif, semakin independen dalam menghadapi suatu konflik dalam kepentingannya, dan
memperhatikan prinsip kode etik perilaku profesional dalam kerja. Dengan demikian,
peranan internal locus of control dapat digunakan sebagai peningkatan sikap dan perilaku etis
pada karyawan.
Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan melakukan perbandingan antara
internal locus of control dengan eksternal locus of control kaitannya dengan kecenderungan
perilaku korupsi.
REFERENSI
Abidin, Z dan Prathama, G.S. 2014. Integritas, keberbedaan (Ed, Supratiknya, S. Faturochim
dan Panggabean, H. Bunga rampai Psikologi 2). HIMPSI
Ancok, Djamaludin. (2004). Korupsi: Sekelumit visi psikologi. Diakses pada Maret 28, 2015,
from http://ancok.staff.ugm.ac.id/main/wp-content
Bachruddin, Moch .(2015). Pengaruh big five personality terhadap sikap tentang korupsi
pada mahasiswa. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.
Boshoff E, E.S Van Zyl (2011). The relationship between locus of control and ethical
behaviour among employess in the financial sector. Diakses April 28, 2015.
Dayakisni, T. Salis. (2012). Psikologi lintas budaya. Malang: UMM Press.
E-newsletter Transparency International Indonesia. (2014), Februari. Transparansi, hal 5.
Feist, J & Gregory J. Feist (2009). Teori kepribadian theories of personality. Jakarta:
Salemba Humanika
Friedman, Howard S & Miriam W. Schustack. (2006). Kepribadian teori klasik dan riset
modern. Jakarta: Erlangga
Ghazali, Imam. (2005). Aplikasi analisis multivariat dengan menggunakan program spss.
Yogyakarta: UGM
La Sina (2008). Dampak dan upaya pemberantasan serta pengawasan korupsi di Indonesia.
Journal of Internet Corruption.
Diakses Maret 28, 2015 from
http://journal.unpar.ac.id/index.php/projustitia/article/viewFile/1108/1075
Pinasti, Woro. (2011). Pengaruh self-efficacy, locus of control dan faktor demografis terhadap
kematangan karir mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Journal of Internet
Psychology.
Accessed
on
Maret
20,
2015
from
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1364/1/WORO%20PINA
STI-FPS.pdf
Sindonews.com. (2013, Februari 28). Fenomena pungli jembatan timbang. Diakses pada
April 10, 2015 from http://daerah.sindonews.com/read/722575/24/fenomena-punglijembatan-timbang-1362036445/1
12
Srianik (2008). Hubungan antara locus of control internal dengan komitmen organisasi pada
pegawai BPMD Kabupaten Pamekasan Madura. Journal of Psychology. Skripsi
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
Sugiyono, Prof. Dr. (2015). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif,
dan R&D. Alfabetha Bandung: Bandung.
Wahyudi, I (2010). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi korupsi anggaran pendapatan
belanja daerah (APBD) di Malang Raya. UMG. Gresik
Wibowo Agus. (2013). Pendidikan antikorupsi disekolah strategi internalisasi pendidikan
antikorupsi di sekolah. Yogyakarta : Pustaka pelajar
13
LAMPIRAN 1
Skala Try Out
Internal Locus of Control dan Kecenderungan Perilaku
Korupsi
14
BLUE PRINT
INTERNAL LOCUS OF CONTROL
No
1
2
3
Aspek Locus of Control Internal
Keyakinan dari diri sendiri bahwa
tingkah lakunya mempengaruhi
hasil yang akan didapatkan
Memiliki kendali baik terhadap
dirinya dalam meraih kesuksesan
Mampu bertahan dalam
menghadapi tekanan atau
pengaruh dari luar dirinya
Total
F
1, 3, 5, 7, 9
UF
2, 4, 6, 8, 10
11, 13, 15,
17, 19
21, 23, 25,
27, 29
12, 14, 16,
18, 20
22, 24, 26,
28, 30
Total
10
10
10
30
15
SKALA 1
INTERNAL LOCUS OF CONTROL
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Item Pernyataan
SS
Keberhasilan yang saya capai sebagian adalah hasil
kerja keras saya sendiri
Keberhasilan yang saya terima sebagian besar karena
bantuan orang-orang disekitar saya
Kehidupan saya ditentukan oleh tindakan saya
sendiri
Jika saya memperoleh apa yang saya inginkan, hal ini
biasanya terjadi oleh karena saya beruntung
Dapat tidaknya saya menjadi pemimpin sebagian
besar tergantung pada kecakapan saya
Segala sesuatu tidak perlu direncanakan terlalu jauh
karena banyak hal yang nantinya akan ditentukan
oleh nasib
Hal yang saya peroleh disebabkan oleh tingkah laku
saya sendiri
Sering terbukti pada saya, bahwa apa yang terjadi
pasti terjadi
Bagaimanapun pada akhirnya saya akan
mendapatkan hasil seesuai dengan usaha saya
Apa yang saya alami sebagian besar karena faktor
kebetulan
Saya harus bekerja keras karena memang demikian
jika ingin sukses
Saya serahkan pada nasib jika saya gagal dalam
meraih kesuksesan
Saya berusaha untuk menyelesaikan tugas-tugas saya
tepat pada waktunya, agar saya bisa meraih
kesuksesan
Jika saya tidak dapat mencapai target yang telah saya
buat, itu karena situasi tidak mendukung
Saya berusaha dengan sungguh-sungguh agar dapat
memperoleh apa yang saya inginkan
Tanpa kesempatan yang baik saya tidak mungkin
bisa meraih kesuksesan
Dengan rencana yang matang saya bisa memperoleh
apa yang saya inginkan
Mendapatkan pekerjaan yang baik tergantung dari
kesempatan dan waktu yang tepat
Apabila tidak ada usaha dan kerja keras, saya tidak
yakin apa yang saya lakukan akan berhasil
Membuat rencana yang terlalu jauh adalah kurang
bijaksana, karena berhasil atau tidak rencana sering
tergantung pada faktor keberuntungan
Saya yakin bahwa apa yang saya lakukan sesuai
dengan rencana
16
S
TS
STS
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Saya merasa apa yang saya lakukan tidak sebanding
dengan apa yang saya dapatkan
Keberhasilan yang saya dapatkan merupakan hasil
kerja keras saya sendiri
Saya yakin apa yang saya lakukan tidak akan
bermanfaat bagi orang lain
Bagi saya kerja keras yang sa
KECENDERUNGAN PERILAKU KORUPSI PADA KARYAWAN
SKRIPSI
Oleh:
Fiqih Rindra Anisah
201110230311104
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016
1
HUBUNGAN ANTARA INTERNAL LOCUS OF CONTROL DENGAN
KECENDERUNGAN PERILAKU KORUPSI PADA KARYAWAN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu persyaratan
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Oleh:
Fiqih Rindra Anisah
201110230311104
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016
2
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Skripsi
2.
3.
4.
5.
Nama Peneliti
NIM
Perguruan Tinggi
Waktu Penelitian
: Hubungan Antara Internal Locus of Control
Kecenderungan Perilaku Korupsi Pada Karyawan
: Fiqih Rindra Anisah
: Psikologi
: Universitas Muhammadiyah Malang
: 7 November-23 November
dengan
Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji pada tanggal 4 Februari 2016
Dewan Penguji
Ketua Penguji
Anggota Penguji
: Dra. Tri Dayakisni, M.Si
: Yuni Nurhamida, S.Psi. M.Si
Zakarija Achmat, S.Psi. M.Si
M. Shohib, S.Psi. M.Si
Pembimbing I
(
(
(
(
Pembimbing II
Dra. Tri Dayakisni, M.Si
Yuni Nurhamida, S.Psi. M.Si
Malang, 14 Februari 2016
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
Dra. Tri Dayakisni, M.Si
i
)
)
)
)
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Fiqih Rindra Anisah
NIM
: 201110230311104
Fakultas/Jurusan
: Psikologi
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa:
1. Tugas Akhir dengan Judul: “Hubungan Antara Internal Locus of Control dengan
Kecenderungan Perilaku Korupsi pada Karyawan” adalah hasil karya saya, dan dalam
naskah Tugas Akhir ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain
untuk memperoleh gelar Akademik di suatu Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain baik sebagian ataupun
keseluruhan, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam
sumber kutipan dan daftar pustaka.
2. Apabila ternyata di dalam naskah Tugas Akhir ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur
PLAGIASI, saya bersedia TUGAS AKHIR INI DIGUGURKAN dan GELAR
AKADEMIK YANG TELAH SAYA PEROLEH DIBATALKAN, serta diproses sesuai
dengan ketentuan hukum yang berlaku.
3. Tugas Akhir ini dapat dijadikan sumber pustaka yang merupakan HAK BEBAS
ROYALTI NON EKSKLUSIF.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Malang, 14 Februari 2016
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Yang Menyatakan,
Yuni Nurhamida, S.Psi, M.Si
Fiqih Rindra Anisah
ii
Kata Pengantar
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Hubungan Antara Internal Locus of Control dengan Kecenderungan Perilaku
Korupsi pada Karyawan” yang menjadi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Tidak lupa penulis ucapkan salawat serta
salam kepada Rasullullah SAW yang telah mengantarkan umatnya ke masa yang terang
benderang seperti saat ini.
Penulis sangat menyadari bahwa mulai memasuki kampus Universitas Muhammdiyah
Malang, perkuliahan sampai pada akhirnya menyusun skripsi ini sangat banyak pihak yang
telah memberikan motivasi, doa, bimbingan dan petunjuk kepada penulis. Oleh karena itu
penulis ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada:
1. Dra. Tri Dayaksini, M.Si selaku dekan fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah
Malang dan selaku dosen pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktunya
untuk memberikan wawasan, memberikan bimbingan serta motivasi kepada penulis
untuk menyelesaikan skripsi sebagai syarat akhir studi.
2. Yuni Nurhamida, S.Psi. M.Si selaku dosen pembimbing II yang juga telah
meluangkan waktunya untuk memberikan wawasan, memberikan bimbingan serta
motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi sebagai syarat akhir studi.
3. Dr. Diah Karmiyati M.Si selaku dosen wali yang selalu memberikan saran, nasehat,
dan motivasi kepada penulis mulai dari awal masuk kuliah hingga sampai
terselesaikannya skripsi ini.
4. Seluruh dosen dan karyawan fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
yang telah memberikan wawasan sekaligus informasi akademik kepada penulis.
5. Kedua orang tua Ayahanda Thamrin S.H, Ibunda Tatie Indrawatie S.T, dan nenek Hj
Mi’in yang selalu terus-menerus tidak lupa untuk memberikan doa, nasehat, motivasi,
dan membantu dalam segi material kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
6. Adik laki-laki tersayang Dwira Fikho Indrawan yang juga selalu memberikan doa,
dukungan, semangat untuk menyelesaikan skripsi ini dan selalu berbagi canda tawa
kapanpun kepada penulis.
7. Sepupu tersayang Vany Rizky, Prananty Izzati Sari Dewi dan Hanum Nur Mahmuda
yang sudah memberikan doa, dukungan, dan semangat kepada penulis hingga
akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.
8. Teman-teman seperjuangan saya (Uus, Baiq, Indra, Puput, Laily, Beng-beng, Timmy,
Putri, Iin, Uty, Nesa, Bobi, Ardi, Bayu, Widdy, Eka, Hendra, Fath) dan teman-teman
lainnya spesial kelas B 2011 terimakasih banyak sudah memberikan bantuan doa,
dukungan, berbagi canda tawa dan semangat yang tidak pernah putus sampai akhirnya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman seperiode (Fike, Kud, Diyah, Ryan, Fais, Yuni dan teman-teman
seperiode yang lain) terimakasih banyak atas segala waktu dan tempat untuk saling
sharing mengenai skripsi dan saling memberikan semangat satu sama lain. Sukses
untuk kalian.
10. Adik tingkat (Hedi dan Indi) terimakasih juga untuk selalu memberikan dukungan,
semangat dan doa bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Pihak karyawan yang bersedia memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengambil data sebagai syarat penyelesaian skripsi.
iii
12. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah
membantu dalam bentuk apapun sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya bagi mereka yang telah
memberikan segalanya kepada penulis dengan harapan agar rizki-Nya selalu ada untuk kita
semua. Amin.
Penulis menyadari bahwa tidak ada suatu karya yang sangat sempurna. Maka dari itu penulis
juga membutuhkan kritik dan saran dalam memperbaiki skripsi yang diharapkan bagi penulis.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat secara khusus bagi peneliti dan secara umumnya bagi
pembaca.
Malang, 14 Februari 2016
Penulis
Fiqih Rindra Anisah
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................................ i
SURAT PERNYATAAN ............................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. v
ABSTRAK ..................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 2
LANDASAN TEORI ..................................................................................................................... 4
Internal Locus of Control ...................................................................................................... 4
Kecenderungan Perilaku Korupsi .......................................................................................... 5
Internal Locus of Control dan Kecenderungan Perilaku Korupsi ............................................ 6
Hipotesa................................................................................................................................ .7
METODE PENELITIAN ............................................................................................................... . 7
Rancangan Penelitian ............................................................................................................ . 7
Subjek Penelitian .................................................................................................................. . 7
Variabel dan Instrumen Penelitian ......................................................................................... . 7
Prosedur Penelitian ............................................................................................................... . 8
HASIL PENELITIAN .................................................................................................................... . 9
DISKUSI ....................................................................................................................................... 10
SIMPULAN DAN IMPLIKASI...................................................................................................... 11
REFERENSI .................................................................................................................................. 12
LAMPIRAN ................................................................................................................................... 14
v
HUBUNGAN ANTARA INTERNAL LOCUS OF CONTROL DENGAN
KECENDERUNGAN PERILAKU KORUPSI PADA KARYAWAN
Fiqih Rindra Anisah
Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang
[email protected]
Korupsi merupakan tindakan yang dimana dapat dilakukan oleh setiap orang dengan tujuan
untuk memperkaya diri ataupun yang dapat merugikan diri sendiri, orang lain ataupun
sekaligus negara. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebenarnya tindakan korupsi sangat erat
kaitannya dengan internal locus of control dalam diri individu itu sendiri. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan antara internal locus of control
dengan kecenderungan perilaku korupsi pada karyawan. Subjek yang digunakan sejumlah
150 karyawan dengan menggunakan metode non probability sampling yaitu sampling
incidental. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner berbentuk skala
likert dan analisis data menggunakan product moment dari pearson. Dari hasil penelitian ini
didapatkan bahwa ada hubungan negatif antara internal locus of control dengan
kecenderungan perilaku korupsi pada karyawan (r = -0,266, r2= 0,070, p= 0,001). Jadi
semakin tinggi internal locus of control maka semakin rendah kecenderungan perilaku
korupsi.
Kata kunci: internal locus of control dan kecenderungan perilaku korupsi
Corruption is a action which can be carried by everyone with a view to enrich themselves or
can be hurt, others or an state. It cannot be denied that actually corryption very much
connected with internal locus of control in individual it self. The purpose of this study is to
find what is the relationship between internal locus of control with a tendency behaviour
corruption on employees. The subject of used some 150 employees by using the method non
the probability sampling of incidental sampling. Data collection in this research using a
questionnare shaped scales likert and analysis of data using product moment of pearson. The
research is got that is no link beetwen locus is negative internal locus of control with a
tendency behaviour corruption on employees (r = -0,266, r2 = 0,070, p= 0,001). So the
negative internal locus of control, the lower tendency behaviour corruption.
Keywords: internal locus of control and tendency behaviour corruption
1
Indonesia merupakan negara yang tergolong pada negara berkembang. Dikatakan demikian
karena salah satu penyebabnya adalah rendahnya kualitas sumber daya manusianya. Kualitas
tersebut bukan hanya dari segi pengetahuan atau intelektualnya tetapi juga menyangkut
kualitas moral dan kepribadiannya. Rapuhnya moral dan rendahnya tingkat kejujuran
masyarakat di Indonesia misalnya petinggi-petinggi negara di Indonesia menyebabkan
terjadinya korupsi. Korupsi merupakan tindakan yang dapat dilakukan oleh setiap orang
dengan cara melakukan perbuatan memperkaya diri ataupun yang dapat merugikan diri
sendiri, orang lain atau sekaligus negara.
Korupsi di Indonesia saat ini sudah merupakan penyakit sosial yang sangat berbahaya yang
dapat mengancam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.Tindakan ini
dilakukan oleh setiap orang dengan keinginan, kesempatan, ataupun sarana yang ada untuk
memperoleh suatu keuntungan yang diinginkan dengan cara negatif dan melanggar normanorma sosial di lingkungannya. Di Indonesia, tindakan korupsi sudah meluas di dalam
masyarakat. Perkembangannya terus meningkat dari tahun ke tahun, baik itu dari jumlah
kasus yang ada dan dapat dilihat dari kerugian yang didapatkan oleh negara. Dalam survey
yang dilakukan terhadap 176 negara di dunia, Indonesia dilaporkan mendapat nilai 32 dari
skala 100 dimana angka 100 merupakan negara yang terbersih dan bebas dari korupsi (Fajar
Online, 2012).
Saat ada celah untuk melakukan tindakan korupsi, tidak semua individu akan melakukannya.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa sebenarnya tindakan korupsi sangat erat kaitannya
dengan diri individu itu sendiri baik secara internal. Dalam artian, diri internal itu adalah
kepribadian yang dimiliki oleh setiap individu. Hal ini dikarenakan setiap individu memiliki
karakteristik yang berbeda-beda dalam berperilaku. Karakteristik yang menetap ini disebut
dengan kepribadian. Kepribadian yang dimiliki oleh individu akan menentukan bagaimana ia
akan bertindak saat menghadapi suatu situasi tertentu (wikipedia.org, 2013).
Berdasarkan hasil riset MCW tahun 2011 tentang studi pemetaan modus, aktor, dan potensi
kerugian di Kota Malang, di temukan praktik korupsi marak terjadi di sektor pendidikan. Di
tahun 2010, korupsi di sektor pendidikan terjadi setidaknya 6 kasus korupsi. Akan tetapi, di
tahun 2011 kasus korupsi di sektor pendidikan meningkat menjadi 31 kasus. Dengan
akumulasi kerugian per-siswa sebesar 125.785.000 dari 31 kasus. Kondisi menunjukkan
bahwa tidak adanya tegas dari pemerintah terhadap lembaga pendidikan yang melakukan
tindakan-tindakan diluar ketentuan yang berlaku atau peraturan.
Demikianpula kasus korupsi APBD juga terjadi di wilayah Malang Raya yang menjadi objek
penelitian. Di Kota Malang misalnya kasus sisa anggaran 2,1 M dan pesangon dewan senilai
1,7 M sampai saat ini belum ada kepastian hukum sementara uang tersebut sudah masuk ke
kantong anggota dewan yang terhormat. Di Kabupaten Malang penyimpangan dana APBD
juga dilakukan untuk kepentingan pejabat dan keluaraganya seperti penyelewengan sekwan
22,5 juta, umrah gate dan Dem-deman Mobil. Di Kota Batu mark-up APBD telah digunakan
untuk kepentingan Pilihan Kepala Daerah (MCW,2004).
Transparency International Indonesia (TI Indonesia) merilis survey integritas anak muda di
Aceh. Dari hasil survey tersebut menyebutkan bahwa dari 1556 pemuda di Aceh 82% pernah
melakukan suap kepada polisi saat ditilang. Hasil survey juga menjelaskan bahwa 30% anak
muda di Aceh memberi suap saat mengurus dokumen atau administrasi negara. Seperti
pembuatan SIM, KTP, Paspor dan lain-lain (E-News Letter, 2014).
Ribuan sopir truk, fuso mengeluhkan maraknya praktik pungutan liar (Pungli) di Jembatan
Timbang di Jalintim Desa Pematang Panggang, Kecamatan Mesuji, Kabupaten OKI,
2
Sumatera. Pasalnya, banyak oknum yang meminta jatah kepada para sopir truk kontainer
tersebut. Tidak tanggung-tanggung, untuk sekali melintas, para sopir mengaku dimintai uang
mulai dari Rp 250 ribu- hingga Rp 500 ribu (Sindonews.com).
Menurut Squire (dalam Boshoff & van Zyl, 2011) sebuah penurunan pada nasional maupun
internasional di tingkat perilaku etis dalam organisasi. Pada periode tahun 2005 sampai 2007,
kejahatan yang terjadi dalam satu dari dua organisasi di tingkat internasional. Di Afrika
Selatan juga dianggap sebagai negara dengan kejahatan kerah putih tertinggi di seluruh dunia.
Organisasi Afrika Selatan memiliki rata-rata 23 kasus penipuan per tahun dilaporkan dalam
periode waktu antara tahun 2006 dan 2007, dengan kerugian rata-rata pendapatan Rp 7,4 juta
dalam periode tersebut.
Tingkah laku tercela adalah perhatian khusus dalam bidang keuangan. Permasalahan situasi
yang berhubungan dengan etika bisnis terutama dalam bidang keuangan, sebagaimana
terdapat berbagai macam skandal yang pantas pada perusahaan terkemuka dalam sepuluh
tahun terakhir. Tingkah laku yang tidak pantas yang paling umum dalam bidang keuangan,
dengan referensi khusus pada bidang perbankan, termasuk penyalahgunaan wewenang,
penyuapan, dan eksploitasi (dalam Boshoff & van Zyl, 2011).
Menurut Stead , Chonko, dan Hume (dalam Boshoff & van Zyl, 2011) faktor individu seperti
locus of control mungkin mempengaruhi keputusan para karyawan untuk berkelakuan secara
pantas atau tidak pantas dalam bekerja. Cara locus of control mungkin berpengaruh pada
tingkah laku yang pantas diantara para karyawan yang bekerja dalam bidang keuangan di
Afrika Selatan.
Dalam penelitian Abidin (HIMPSI) dijelaskan bahwa skor tertinggi para partisipan dalam
kaitannya dengan locus of control secara berturut-turut adalah adanya chance, lalu internal
atau internality, dan kemudian powerful others. Bahwa skor chance paling tinggi
(dibandingkan skor internal dan powerful others) secara psikologis dan secara logis, dapat
dipahami. Seorang individu yang locus of controlnya masuk dalam kategori chance,
cenderung berperilaku berdasarkan persepsinya tentang ada tidaknya peluang atau
kesempatan yang bersifat eksternal. Jika kesempatan atau peluang untuk melakukan korupsi
di tempat kerjanya terbuka lebar, maka besar kemungkinan akan melakukan korupsi. Apalagi
individu memiliki skor yang tinggi dalam power motive dan compliance (dengan lingkungan
sekitar yang mungkin juga korupsi).
Dari fenomena diatas, merupakan bagian dari fenomena korupsi. Pada kenyataannya, di
Indonesia juga masih sering ditemukan kasus korupsi yang terjadi di beberapa daerah seperti
yang telah diberitakan diatas. Oleh karena itu, peran locus of control terhadap sikap korupsi
bisa diprediksi dari perilaku yang dilakukan oleh individu. Jadi ketika individu didominasi
oleh internallocus of control, maka ia akan cenderung dapat bertanggung jawab dan dapat
membedakan mana yang benar dan salah ketika akan melakukan korupsi. Tetapi, ketika
individu didominasi oleheksternallocus of control, maka ia akan cenderung cepat mengambil
keputusan untuk melakukan korupsi.
Berdasarkan uraian diatas, maka masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan
antara internal locus of control dengan kecenderungan perilaku korupsi pada
karyawan?Tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana kecenderungan perilaku korupsi
yang ada di dalam diri karyawan yang didasari pada internal locus of control seseorang.
Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas
mengenai peran penting internal locus of control terhadap kecenderungan perilaku korupsi.
3
Locus Of Control
Rotter (dalam Dayakisni & Yuniardi, 2012) menegaskan bahwa locus of control adalah suatu
keyakinan dimana individu memiliki pusat kendali dalam kehidupannya, baik di dalam diri
individu tersebut atau diluar diri individu tersebut (ekternal). Locus of control terbagi
menjadidalam dua dimensi, yakni internal dan ekternal. Individu dengan eksternal locus of
control melihat diri mereka sangat ditentukan oleh bagaimana lingkungan dan orang lain
melihat mereka. Sedangkan internal locus of control melihat independency yang besar dalam
kehidupan dimana hidupnya sangat ditentukan oleh dirinya sendiri.
Konsep yang dibangun oleh Rotter (dalam Pinasti, 2011) menyatakan bahwa setiap orang
berbeda dalam bagaimana dan seberapa besar kontrol diri mereka terhadap perilaku dan
hubungan mereka dengan orang lain serta lingkungan. Suatu konsep yang pada awalnya
diambil dari teori belajar sosial yang mendudukkan penguat (reinforcement) pada suatu posisi
inti.
Konsep Dasar Locus of Control
Konsep tentang locus of control yang digunakan oleh Rotter (dalam Pinasti, 2011) memiliki
empat konsep. Yang pertama, potensi perilaku yaitu kemungkinan yang relatif akan muncul
pada situasi yang sedang dihadapi, berkaitan dengan hasil yang diinginkan maupun
kehidupan seseorang. Kedua, harapan yaitu suatu kemungkinan dari kejadian yang akan
muncul dan dialami oleh seseorang. Ketiga, nilai unsur penguat yaitu pilihan dalam berbagai
kemungkinan atas hasil dari beberapa penguat hasil lainnya yang dapat muncul dalam situasi
tertentu. Keempat, suasana psikologis yaitu bentuk rangsangan internal maupun eksternal
yang diterima seseorang pada situasi tertentu, yang dapat meningkatkan ataupun menurunkan
harapan terhadap hasil yang diinginkan.
Internal Locus of Control
Menurut Rotter 1966 (dalam Dayakisni & Yuniardi, 2012) locus of control internal
merupakan tentang melihat independency yang besar dalam kehidupan dimana hidupnya
sangat ditentukan oleh dirinya sendiri.
Rotter (dalam Friedman & Schustack, 2006) locus of control internal terdapat adanya
ekspektasi umum dimana tindakan individu sendiri akan menyebabkan munculnya hasil akhir
yang diinginkan.
Menurut Rotter 1966, orang-orang yang memiliki locus of control internal pada umumnya
yakin bahwa sumber kontrol berada dalam diri mereka sendiri dan mereka melakukan kontrol
personal yang cukup tinggi dalam kebanyakan situasi (Feist & Feist, 2009).
Lefcourt (dalam Srianik, 2008) internal locus of control dimana individu memandang
peristiwa-peristiwa dalam kehidupannya sebagai konsekuensi perbuatannya, dengan
demikian dapat dikontrol (kontrol internal) atau dapat sebagai sesuatu yang tidak
berhubungan dengan perilakunya sehingga di luar kontrol pribadinya (kontrol eksternal).
Menurut Lefcourt, karakteristik individu dengan internal locus of control yaitu, kepercayaan
individu bahwa tingkah lakunya mempengaruhi hasil yang akan didapatkannya, memiliki
usaha untuk mengatur perilakunya dalam meraih kesuksesan, dan lebih mampu bertahan
dalam menghadapi tekanan atau pengaruh dari luar dirinya.
Keyakinan individu bahwa keberhasilan yang diraih akan sebanding dengan usaha yang
dilakukan dan sebagian besar mereka dapat mengendalikan dirinya. Individu yang memiliki
4
locus of control internal memiliki keyakinan bahwa kejadian yang dialami merupakan akibat
dari perilaku atau tindakannya sendiri, memiliki kendali yang baik terhadap penilaian dirinya,
cenderung dapat mempengaruhi orang lain, yakin bahwa usaha yang dilakukannya akan
berhasil, aktif dalam mencari sebuah informasi ataupun pengetahuan terhadap situasi yang
sedang dihadapi (Pinasti, 2011).
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa internal locus of control adalah
dimana keberhasilan atau kegagalan yang didapatkan oleh seseorang itu merupakan hasil dari
usaha ataupun tindakan yang dilakukan oleh dirinya sendiri.
Kecenderungan Perilaku Korupsi
Menurut Kartono(2013) korupsi adalah suatu tingkah laku yang dilakukan individu untuk
menggunakan wewenang dan jabatan untuk mendapatkan keuntungan, yang dapat merugikan
kepentingan umum maupun negara. Dimana korupsi tersebut merupakan gejala seperti salah
pakai ataupun menyalahgunakan kekuasaan demi keuntungan pribadi, kekayaan negara
dengan menggunakan wewenang untuk memperkaya diri sendiri.
Sedangkan korupsi menurut La Sina (dalam Alatas,1975) dapat dikatakan korupsi jika
seorang pegawai negeri menerima pemberian yang disodorkan oleh seseorang untuk
mempengaruhi dengan memberikan perhatian kepada pemberi. Seperti pemerasan dengan
permintaan pemberian hadiah. Hal seperti ini dapat dikatakan sebagai korupsi.
Sementara kecenderungan dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI.web.id) merupakan
suatu kecondongan hati yang menunjukkan perasaan suka atau tidak suka untuk
menunjukkan sebuah tindakan/perilaku. Dalam hal ini, kecenderungan merupakan
representasi dari aspek afektif seseorang. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
kecenderungan perilaku korupsi adalah suatu kecondongan hati pada individuyang
menunjukkan perasaan suka/tidak suka terhadap tindakan penyalahgunaan wewenang dan
jabatan, serta merugikan orang lain untuk mendapatkan keuntungan secara pribadi/golongan.
Bentuk Korupsi
Alatas (dalam Wibowo Agus, 2013) membedakan jenis-jenis korupsi menurut tipologinya
yaitu:
1. Bribery (sogokan)
Memberikan barang atau uang dengan tujuan memperlancar keinginan individu.
2. Nepotisme
Dalam hal ini nepotisme diartikan atau dicontohkan seperti pengangkatan kerabat,
teman, atau sekutu politik untuk menduduki atau menempati jabatan-jabatan publik,
terlepas dari kemampuan yang dimilikinya dan dampaknya akan mempengaruhi
kebutuhan publik.
3. Exortion (pemerasan)
Tindakan meminta secara paksa sejumlah uang atau barang untuk mendapatkan
keuntungan pribadi dengan tujuan menutupi atau memperlancar keinginan individu.
4. Penggelapan (fraud)
Perbuatan mengambil barang milik orang lain sebagian atau seluruhnya.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Seseorang Melakukan Korupsi
Menurut Carroll (Ancok, 2004) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang
melakukan korupsi, yaitu:
5
Faktor dalam diri, salah satu sifat yang menyebabkan orang mudah tergoda melakukan
korupsi adalah motivasi untuk berprestasi yang rendah (low achievement motivation). Dengan
hal ini para koruptor merasa tidak berdosa dan merasa tidak bersalah dalam menerima uang
dari manapun dan mereka tidak peduli bahwa uang tersebut akan merugikan masyarakat dan
negara
Faktor di luar diri, suatu tindakan kejahatan adalah realisasi dari keputusan yang telah
diambil. Faktor-faktor yang dipertimbangkan di dalam pengambilan keputusan untuk berbuat
korupsi atau kejahatan adalah pertimbangan dari si pelaku, pertimbangan besar kecilnya
keuntungan yang akan diperoleh dari suatu tindak kejahatan yang direncanakan baik berupa
materi seperti barang-barang berharga ataupun uang, pertimbangan besar kecilnya saat gagal,
dan besar kecilnya kerugian yang didapatkan oleh si pelaku saat gagal atau tertangkap.
Faktor Budaya, perilaku korupsi akan sangat dipengaruhi oleh budaya yang melekat pada
suatu bangsa. Ada tiga aspek budaya yang memudahkan terjadinya perilaku korupsi yaitu
budaya kekeluargaan, orientasi masyarakat yang bapakisme, dan budaya masyarakat yang
kurang berani berterus terang (asertif)
Internal Locus of Control dengan Kecenderungan Perilaku Korupsi
Ada tiga faktor yang mempengaruhi orang untuk melakukan korupsi, diantaranya adalah
dalam diri, luar diri, dan budaya. Terkait dengan faktor dalam diri salah satunya adalah
kendali individu terhadap locus of control. Locus of control adalah suatu keyakinan dimana
individu memiliki kendali dalam kehidupannya. Jadi ketika individu didominasi oleh locus of
control internal, maka ia akan cenderung dapat bertanggung jawab dan dapat membedakan
mana yang benar dan salah dalam melakukan korupsi. Tetapi, ketika individu didominasi
oleh locus of control eksternal, maka ia akan cenderung cepat mengambil keputusan dan
tingkah laku untuk melakukan korupsi.
Robbin &Hume dkk (Boshoff &Zyl, 2011) menyatakan bahwa individu yang memiliki locus
of control eksternal kemungkinan besar lebih sedikit untuk menerima tanggung jawab pada
konsekuensi tingkah laku yang mereka lakukan. Individu tersebut lebih percaya kepada
pengaruh eksternal untuk dapat mengambil keputusan dan tingkah laku. Seseorang dengan
locus of control eksternal cenderung lebih sedikit memiliki kepuasan kerja, kedisiplinan yang
rendah dan kurangnya tanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan kepada individu
tersebut. Hal ini diperjelas oleh Edwards (E. Boshoff & E.S van Zyl, 2011) yang berpendapat
bahwa locus of control eksternal berdampak buruk bagi individu tersebut seperti frustasi,
stress, dan mudah menyalahkan orang lain.
Sedangkan pada individu yang memiliki locus of control internal, masih dapat membedakan
antara mana yang benar ataupun yang salah dan cenderung mengambil tanggung jawab
perseorangan dalam kondisi yang tidak baik dalam suatu organisasi. Individu tersebut mampu
mengendalikan dirinya dalam mengatasi beberapa masalah yang ada dalam organisasi
ataupun dunia kerjanya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian hubungan antara locus of
control dengan perilaku etis yang di lakukan oleh Jones dan George (Boshoff & Zyl, 2011)
bahwa seseorang yang memiliki locus of control internal selalu berusaha untuk ikut campur
tangan untuk mengubah situasi ataupun memecahkan masalah. Selain itu, individu tersebut
memiliki kemampuan untuk mengendalikan dan melawan tekanan untuk menyesuaikan diri
di dalam organisasi.
Oleh karena itu, kendali locus of control yang ada pada diri seseorang dapat memberikan
pengaruh terhadap kecenderungan korupsi.
6
Hipotesa
Ada hubungan yang negatif antara internal locus of control dengan kecenderungan perilaku
korupsi pada karyawan.
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis pendekatan kuantitatif korelasional yaitu untuk mengetahui
hubungan antara internal locus of control dengan kecenderungan perilaku korupsi pada
karyawan. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah kuantitatif, dimana metode ini
dapat digunakan apabila memiliki permasalahan yang didukung dengan teori yang sesuai,
dimana data tersebut dapat didukung dengan hasil penelitian sebelumnya. Kemudian
dilakukan dengan membuat hipotesa sementara dan dilanjutkan dengan pengumpulan data
serta dianalisa, dan diakhiri dengan kesimpulan serta saran.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah 150 karyawan. Hal ini didasari
dengan teknik sampling non probability sampling yaitu sampling incidental, dimana dalam
teknik ini peneliti menentukan sampel secara kebetulan siapa saja yang secara kebetulan
bertemu dengan peneliti dan sesuai dengan kriteria sampel peneliti maka orang tersebut dapat
dijadikan sebagai subjek/ sumber data (Sugiyono, 2015).
Variabel dan Instrumen Penelitian
Terdapat dua variabel yang akan diteliti, yaitu variabel bebas adalah internal locus of control
dan variabel terikat adalah kecenderungan perilaku korupsi.Internal locus of control adalah
keyakinan individu tentang hasil dari segala sesuatu yang didapatkan berdasarkan dari apa
yang dilakukan oleh individu tersebut.Kecenderungan perilakukorupsimerupakansuatu
kecondongan hati pada individu yang menunjukkan perasaan suka atau tidak suka terhadap
tindakan penyalahgunaan wewenang ataupun jabatan.Dalam penelitian ini, metode
pengumpulan data menggunakan dua skala, yaitu skala internal locus of control dan skala
kecenderungan perilaku korupsi.
Untuk skala internal locus of control, menggunakan skala yang diadaptasi oleh Srianik (2008)
berjumlah 30 item yang terdiri dari tiga aspek internallocus of control yaitu kepercayaan
individu bahwa tingkahlakunya mempengaruhi hasil yang akan didapatkan, memiliki usaha
untuk mengatur perilakunya dalam meraih kesuksesan, dan lebih mampu bertahan dalam
menghadapi tekanan atau pengaruh dari luar dirinya. Skala tersebut berbentuk likert dimana
terdiri dari 4 skor yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat
Tidak Setuju). Pada item favorable skor yang diperoleh adalah SS=4, S=3, TS=2, dan STS=1.
Dan pada item unfavorable skor yang diperoleh adalah SS=1, S=2, TS=3, dan STS=4.
Skala kecenderungan perilaku korupsi yang dikembangkan oleh Bachruddin (2015)
berjumlah 60 item yang terdiri dari lima aspek yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan 24 item dari aspek konatif. Skala tersebut berbentuk
likert dimana terdiri dari 4 skor yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), dan
STS (Sangat Tidak Setuju). Pada item favorable skor yang diperoleh adalah SS=4, S=3,
TS=2, dan STS=1. Dan pada item unfavorable skor yang diperoleh adalah SS=1, S=2, TS=3,
dan STS=4.
7
Validitas Instrumen
Berdasarkan proses validitas item alat ukur padatry out yang dilakukan yaitu dengan
menyebarkan skala kepada 76 karyawan diperoleh hasil validitas dari setiap item sebagai
berikut:
Tabel 1. Indeks Validitas Alat Ukur
Alat Ukur
Jumlah Item
Diujikan
Jumlah Item
Valid
Indeks Validitas
Skala Internal Locus of Control
Skala Kecenderungan Perilaku
Korupsi
30
24
14
15
0.341-0.583
0.321-0.550
Berdasarkan hasil uji validitas yang dilakukan dengan menggunakan SPSS 16, diketahui
indeks validitas dari skala internal locus of controlyaitu sebesar 0.341-0.583 sehingga dari 30
item yang telah di uji terdapat 14 item yang valid. Kemudian untuk indeks validitas pada skal
kecenderungan perilaku korupsi yaitu sebesar 0.321-0.550 sehingga dari 24 item yang telah
di uji terdapat 15 item yang valid.
Reliabilitas Instrumen
Tabel 2. Indeks Reliabilitas Alat Ukur
Alat Ukur
Alpha
Skala Internal Locus of Control
Skala Kecenderungan Perilaku Korupsi
0.734
0.728
Berdasarkan hasil tersebut kedua instrumen dinyatakan reliabel untuk digunakan dalam
penelitian. Jika dibandingkan menggunakan syarat crobanch alpha dengan minimal 0,6 atau
60% (Ghazali, 2005). Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kedua instrumen dalam
penelitian ini memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi.
Prosedur Penelitian& Analisis
Prosedur penelitian diawali dengan tahap persiapan yaitu mengadaptasi skala yang akan
digunakan. Kemudian, setelah skala kecenderungan perilaku korupsi dan internal locus of
control telah siap untuk disebarkan, maka peneliti melakukan uji coba skala kepada 76
karyawan. Uji coba tersebut dilakukan dengan cara peneliti mendatangi langsung subjek yang
sesuai dengan kriteria peneliti. Uji coba ini dilakukan selama 7 hari dari tanggal 12 Oktober
sampai 17 Oktober 2015. Dari hasil skala yang telah terisi peneliti melakukan uji reliabilitas
dan validitas sehingga alat ukur tersebut dapat digunakan untuk melakukan penelitian.
Dalam penelitian ini, untuk menguji hipotesis metode yang digunakan adalah menggunakan
analisis statistik SPSS 16. Dimana teknik yang digunakan untuk menganalisis adalah korelasi
product momen. Alasan menggunakan korelasi product momen karena data yang ada
berbentuk rasio dan peneliti akan menguji hipotesis hubungan antara 1 variabel bebas dengan
1 variabel terikat, variabel bebas adalah internal locus of control dan variabel terikat adalah
kecenderungan perilaku korupsi.
8
HASIL PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan pada 150 subjek yaitu karyawan yang masih aktif bekerja dalam
suatu perusahaan atau instansi.
Tabel 3. Perhitungan t-score skala internal locus of control
Internal Locus of
Control
Interval
Frekuensi
Presentase (%)
Tinggi
Rendah
Total
T-score ≥ 50
T-score < 50
71
79
47%
53%
100%
Berdasarkantabel 3. diketahui dari jumlah subjek sebanyak 150 karyawan didapatkan hasil
yaitu sebanyak 71 atau 47% masuk dalam kategori tinggi. Sedangkan sisanya yaitu sebanyak
79 atau 53% masuk dalam kategori internal locus of control rendah. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa internal locus of control pada karyawan masi tergolong rendah.
Tabel 4. Perhitungan t-score kecenderungan perilaku korupsi
Kecenderungan Perilaku
Korupsi
Interval
Frekuensi
Presentase (%)
Tinggi
Rendah
Total
T-score ≥ 50
T-score < 50
72
78
48%
52%
100%
Berdasarkan tabel 4. diketahui dari jumlah subjek sebanyak 150 karyawan didapatkan hasil
yaitu sebanyak 72 atau 48% masuk dalam kategori tinggi. Sedangkan sisanya yaitu sebanyak
78 atau 52% masuk dalam kategori kecenderungan perilaku korupsi rendah. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kecenderungan perilaku korupsi pada karyawan masih tergolong rendah.
Tabel 5. Hasil korelasi product momen Internal locus of control dengan Kecenderungan
Perilaku Korupsi
Kategori
Indeks analisis
Koefisien Korelasi (r)
Koefisien Determinasi (r2)
P (nilai signifikansi)
-0,266
0,070
0,001
Berdasarkan hasil dari perhitungan SPSS 16 terdapat skor koefisien korelasi sebesar -0,266
dengan nilai siginifikan yang ditunjukkan 0,001 lebih kecil dari taraf yang digunakan yaitu
0,05 (0,001 < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara internal locus
of control dengan kecenderungan perilaku korupsi pada karyawan. Jika semakin tinggi
internal locus of control maka semakin rendah kecenderungan perilaku korupsi. Begitupun
sebaliknya, jika semakin rendah internal locus of control maka semakin tinggi kecenderungan
perilaku korupsi.
Hasil penelitian ini diketahui bahwa koefisien determinasi (r2) yaitu sebesar 0,070 atau
sebesar 7% sumbangan efektif dari internal locus of control dan sisanya yaitu sebanyak 93%
dipengaruhi oleh faktor lain. Menurut Caroll (dalam Ancok, 2004) menyebutkan bahwa
9
terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan korupsi, yaitu adanya
faktor dalam diri yang menyebabkan orang mudah tergoda untuk melakukan korupsiatau
motivasi berprestasi yang dimiliki rendah (low achievement motivation), faktor di luar diri
dimana realisasi muncul dari keputusan yang telah diambil, dan faktor budaya seperti budaya
kekeluargaan ataupun adanya budaya masyarakat yang asertif.
DISKUSI
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara internal locus of
control dengan kecenderungan perilaku korupsi pada karyawan yang sangat signifikan (r = 0,266, p< 0,001). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara variabel X yaitu
internal locus of control dengan variabel Y yaitu kecenderungan perilaku korupsi. Sehingga
hipotesa yang diajukan oleh peneliti dapat diterima. Hal ini didukung oleh penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Boshoff & Zyl (2011) yang menunjukkan adanya hubungan
antara locus of control dengan perilaku etis pada sektor keuangan. Semakin tinggi internal
locus of control individu, maka semakin tinggi perilaku etis individu tersebut. Sebaliknya,
jika semakin tinggi eksternal locus of control, maka semakin rendah perilaku etisnya,
sehingga dapat melakukan perilaku korupsi.
Kecenderungan perilaku korupsi merupakan suatu kecondongan hati pada individuyang
menunjukkan perasaan suka/tidak suka terhadap tindakan penyalahgunaan wewenang dan
jabatan, serta merugikan orang lain untuk mendapatkan keuntungan secara pribadi/golongan.
individu yang memiliki locus of control internal, masih dapat membedakan antara mana yang
benar ataupun yang salah dan cenderung mengambil tanggung jawab perseorangan dalam
kondisi yang tidak baik dalam suatu organisasi. Individu tersebut mampu mengendalikan
dirinya dalam mengatasi beberapa masalah yang ada dalam organisasi ataupun dunia
kerjanya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian hubungan antara locus of control dengan
perilaku etis yang di lakukan oleh Jones dan George (Boshoff & Zyl, 2011) bahwa
seseorang yang memiliki locus of control internal selalu berusaha untuk ikut campur tangan
untuk mengubah situasi ataupun memecahkan masalah. Selain itu, individu tersebut memiliki
kemampuan untuk mengendalikan dan melawan tekanan untuk menyesuaikan diri di dalam
organisasi.
Menurut Lefcourt (dalam Srianik, 2008) internal locus of control adalah dimana individu
memandang bahwa peristiwa-peristiwa dalam kehidupannya merupakan konsekuensi
perbuatannya. Dengan demikian dapat dikontrol (kontrol internal) atau dapat sebagai sesuatu
yang tidak berhubungan dengan perilakunya sehingga diluar kontrol pribadinya (kontrol
eksternal). Karakteristik yang dimiliki individu dengan internal locus of control adalah: 1)
kepercayaan individu bahwa tingkah lakunya mempengaruhi hasil yang akan didapatkannya,
2) memiliki usaha untuk mengatur perilakunya dalam meraih kesuksesan, dan 3) lebih
mampu bertahan dalam menghadapi tekanan atau pengaruh dari luar dirinya.
Dari hasil penelitian ini, hubungan antara internal locus of control sebesar 7% sedangkan
sisanya 93% dipengaruhi oleh faktor lain. Menurut Caroll (dalam Ancok, 2004) terdapat
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan korupsi, diantaranya
adalah faktor dalam diri, faktor diluar diri, dan faktor budaya. Faktor dalam diri, akan ada
salah satu sifat yang menyebabkan orang tersebut mudah melakukan korupsi yaitu adanya
motivasi berprestasi yang rendah (low achievement motivation) dengan hal ini seseorang
merasa tidak berdosa dan merasa tidak bersalah dalam melakukan korupsi yang dimana hal
tersebut akan merugikan masyarakat dan negara. Faktor diluar diri, suatu tindakan terjadi
adanya realisasi dari keputusan yang telah diambil. Pertimbangan besar ataupun kecilnya
10
keuntungan yang akan diperoleh seperti barang-barang berharga ataupun uang, pertimbangan
besar kecilnya saat gagal, dan besar kecilnya kerugian yang akan didapatkan oleh seseorang
tersebut. Faktor budaya, dimana budaya ini sangat melekat dalam masyarakat. Budaya
kekeluargaan, orientasi masyarakat yang bapakisme, dan budaya masyarakat yang masih
kurang berani untuk berterus terang (asertif) yang dapat memudahkan terjadinya perilaku
korupsi. Terkait dengan faktor dalam diri salah satunya adalah kendali individu terhadap
internal locus of control, yang pada dasarnya dibentuk berdasarkan internalisasi dalam diri
seseorang terhadap perilaku yang telah diusahakannya, mampu bertanggung jawab atas diri
perseorangan dalam kondisi yang tidak baik, maka adanya internal locus of control
menjadikan individu lebih bijak dalam memutuskan suatu perkara dan enggan melakukan
korupsi.
Selain itu, aspek terjadinya korupsi (Arifin, 2000) adalah: (1) aspek perilaku individu
organisasi, sebab-sebab dia melakukan korupsi berupa dorongan yang ada didalam diri
individu yang bisa dikatakan sebagai keinginan, niat ataupun kesadaran untuk melakukan
sesuatu. (2) aspek organisasi, sistem organisasi yang membuka adanya kesempatan atau
peluang untuk melakukan korupsi biasanya terjadi karena kurang adanya teladan dari
pimpinan, tidak adanya kultur organisasi yang benar, sistem akuntabilitas di instansi
pemerintah kurang memadai, serta menajemen cenderung menutupi korupsi di dalam
organisasinya (3) aspek peraturan perundang-undangan, peraturan undang-undang yang
kurang memadai dapat juga memberikan adanya motif korupsi yang dapat dilakukan (4)
aspek pengawasan, pengawasan yang kurang efektif bisa mengakibatkan terjadinya tumpang
tindih pengawasan pada berbagai instansi dan kurangnya kepatuhan terhadap etika hukum
maupun pemerintahan yang akhirnya pengawasan tersebut dapat dijadikan dalam praktik
korupsi.
Seperti yang dikemukakan oleh Rotter (dalam Pinasti, 2011) bahwa internal locus of control
merupakan suatu keyakinanan tentang individu bahwa keberhasilan yang diraih akan
sebanding dengan usaha yang dilakukan dan sebagian besar mereka dapat mengendalikan
dirinya. Individu yang memiliki locus of control internal memiliki keyakinan bahwa kejadian
yang dialami merupakan akibat dari perilaku atau tindakannya sendiri, memiliki kendali yang
baik terhadap penilaian dirinya, cenderung dapat mempengaruhi orang lain, yakin bahwa
usaha yang dilakukannya akan berhasil, aktif dalam mencari sebuah informasi ataupun
pengetahuan terhadap situasi yang sedang dihadapi. Sedangkan individu dengan eksternal
locus of controltinggi maka akan cenderung melakukan korupsi.Hal ini dikarenakan beberapa
faktor eksternal yang berpengaruh besar terhadap individu itu sendiri. Seperti halnya
seseorang yang rakus, ia kurang puas akan apa yang sudah didapatkannya. Sehingga individu
tersebut akan melakukan hal apapun termasuk korupsi untuk mendapatkan apa yang ia
inginkan.
SIMPULAN DAN IMPLIKASI
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan negatif antara internal
locus of control dengan kecenderungan perilaku korupsi. Penelitian ini bisa disimpulkan
bahwa seseorang yang memiliki internal locus of control, maka akan memiliki
kecenderungan perilaku korupsi yang rendah.
Dari hasil penelitian tersebut, maka menjadi lebih penting bagi karyawan jika instansi
ataupun perusahaan di tempat karyawan tersebut bekerja mempertahankan dan meningkatkan
internal locus of control dengan cara memberikan sebuah pelatihan atau training, baik itu
merupakan pelatihan kemampuan maupun memberikan pelatihan soft skill pada karyawan
11
tersebut. Kaitannya dengan internal locus of control yang pada dasarnya dibentuk
berdasarkan internalisasi dalam diri seseorang terhadap perilaku yang telah diusahakan,
karyawan juga harus meyakinkan diri bahwa adanya suatu pencapaian atau keberhasilan itu
datang atas usaha atau kerja keras, misalnya dapat menunjukkan komitmen kerjanya,
berkompetensi dalam usahanya, memiliki integritas tinggi dalam organisasinya, semakin
objektif, semakin independen dalam menghadapi suatu konflik dalam kepentingannya, dan
memperhatikan prinsip kode etik perilaku profesional dalam kerja. Dengan demikian,
peranan internal locus of control dapat digunakan sebagai peningkatan sikap dan perilaku etis
pada karyawan.
Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan melakukan perbandingan antara
internal locus of control dengan eksternal locus of control kaitannya dengan kecenderungan
perilaku korupsi.
REFERENSI
Abidin, Z dan Prathama, G.S. 2014. Integritas, keberbedaan (Ed, Supratiknya, S. Faturochim
dan Panggabean, H. Bunga rampai Psikologi 2). HIMPSI
Ancok, Djamaludin. (2004). Korupsi: Sekelumit visi psikologi. Diakses pada Maret 28, 2015,
from http://ancok.staff.ugm.ac.id/main/wp-content
Bachruddin, Moch .(2015). Pengaruh big five personality terhadap sikap tentang korupsi
pada mahasiswa. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.
Boshoff E, E.S Van Zyl (2011). The relationship between locus of control and ethical
behaviour among employess in the financial sector. Diakses April 28, 2015.
Dayakisni, T. Salis. (2012). Psikologi lintas budaya. Malang: UMM Press.
E-newsletter Transparency International Indonesia. (2014), Februari. Transparansi, hal 5.
Feist, J & Gregory J. Feist (2009). Teori kepribadian theories of personality. Jakarta:
Salemba Humanika
Friedman, Howard S & Miriam W. Schustack. (2006). Kepribadian teori klasik dan riset
modern. Jakarta: Erlangga
Ghazali, Imam. (2005). Aplikasi analisis multivariat dengan menggunakan program spss.
Yogyakarta: UGM
La Sina (2008). Dampak dan upaya pemberantasan serta pengawasan korupsi di Indonesia.
Journal of Internet Corruption.
Diakses Maret 28, 2015 from
http://journal.unpar.ac.id/index.php/projustitia/article/viewFile/1108/1075
Pinasti, Woro. (2011). Pengaruh self-efficacy, locus of control dan faktor demografis terhadap
kematangan karir mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Journal of Internet
Psychology.
Accessed
on
Maret
20,
2015
from
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1364/1/WORO%20PINA
STI-FPS.pdf
Sindonews.com. (2013, Februari 28). Fenomena pungli jembatan timbang. Diakses pada
April 10, 2015 from http://daerah.sindonews.com/read/722575/24/fenomena-punglijembatan-timbang-1362036445/1
12
Srianik (2008). Hubungan antara locus of control internal dengan komitmen organisasi pada
pegawai BPMD Kabupaten Pamekasan Madura. Journal of Psychology. Skripsi
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
Sugiyono, Prof. Dr. (2015). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif,
dan R&D. Alfabetha Bandung: Bandung.
Wahyudi, I (2010). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi korupsi anggaran pendapatan
belanja daerah (APBD) di Malang Raya. UMG. Gresik
Wibowo Agus. (2013). Pendidikan antikorupsi disekolah strategi internalisasi pendidikan
antikorupsi di sekolah. Yogyakarta : Pustaka pelajar
13
LAMPIRAN 1
Skala Try Out
Internal Locus of Control dan Kecenderungan Perilaku
Korupsi
14
BLUE PRINT
INTERNAL LOCUS OF CONTROL
No
1
2
3
Aspek Locus of Control Internal
Keyakinan dari diri sendiri bahwa
tingkah lakunya mempengaruhi
hasil yang akan didapatkan
Memiliki kendali baik terhadap
dirinya dalam meraih kesuksesan
Mampu bertahan dalam
menghadapi tekanan atau
pengaruh dari luar dirinya
Total
F
1, 3, 5, 7, 9
UF
2, 4, 6, 8, 10
11, 13, 15,
17, 19
21, 23, 25,
27, 29
12, 14, 16,
18, 20
22, 24, 26,
28, 30
Total
10
10
10
30
15
SKALA 1
INTERNAL LOCUS OF CONTROL
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Item Pernyataan
SS
Keberhasilan yang saya capai sebagian adalah hasil
kerja keras saya sendiri
Keberhasilan yang saya terima sebagian besar karena
bantuan orang-orang disekitar saya
Kehidupan saya ditentukan oleh tindakan saya
sendiri
Jika saya memperoleh apa yang saya inginkan, hal ini
biasanya terjadi oleh karena saya beruntung
Dapat tidaknya saya menjadi pemimpin sebagian
besar tergantung pada kecakapan saya
Segala sesuatu tidak perlu direncanakan terlalu jauh
karena banyak hal yang nantinya akan ditentukan
oleh nasib
Hal yang saya peroleh disebabkan oleh tingkah laku
saya sendiri
Sering terbukti pada saya, bahwa apa yang terjadi
pasti terjadi
Bagaimanapun pada akhirnya saya akan
mendapatkan hasil seesuai dengan usaha saya
Apa yang saya alami sebagian besar karena faktor
kebetulan
Saya harus bekerja keras karena memang demikian
jika ingin sukses
Saya serahkan pada nasib jika saya gagal dalam
meraih kesuksesan
Saya berusaha untuk menyelesaikan tugas-tugas saya
tepat pada waktunya, agar saya bisa meraih
kesuksesan
Jika saya tidak dapat mencapai target yang telah saya
buat, itu karena situasi tidak mendukung
Saya berusaha dengan sungguh-sungguh agar dapat
memperoleh apa yang saya inginkan
Tanpa kesempatan yang baik saya tidak mungkin
bisa meraih kesuksesan
Dengan rencana yang matang saya bisa memperoleh
apa yang saya inginkan
Mendapatkan pekerjaan yang baik tergantung dari
kesempatan dan waktu yang tepat
Apabila tidak ada usaha dan kerja keras, saya tidak
yakin apa yang saya lakukan akan berhasil
Membuat rencana yang terlalu jauh adalah kurang
bijaksana, karena berhasil atau tidak rencana sering
tergantung pada faktor keberuntungan
Saya yakin bahwa apa yang saya lakukan sesuai
dengan rencana
16
S
TS
STS
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Saya merasa apa yang saya lakukan tidak sebanding
dengan apa yang saya dapatkan
Keberhasilan yang saya dapatkan merupakan hasil
kerja keras saya sendiri
Saya yakin apa yang saya lakukan tidak akan
bermanfaat bagi orang lain
Bagi saya kerja keras yang sa