BAB II KAJIAN PUSTAKA - PERBEDAAN PENGARUH TEKNIK MIND MAPPING DENGAN TEKNIK AKROSTIK TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII MTs MA’ARIF NU 1 CILONGOK - repository perpustakaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini akan diuraikan mengenai (1), kajian teori (2)

  penelitian Relevan,(3) Kerangka Berpikir (4) hipotesis penelitian, secara lebih rinci akan diuraikan sebagai berikut.

A. Kajian Teori 1. Menulis a. Pengertian Menulis

  Menulis merupakan salah satu jenis aspek dari kebahasaan selain menyimak, berbicara, dan membaca.Yunus (2008: 1.3) mengemukakan bahwa menulis ialah suatu aktivitas menuangkan pikiran secara sistematis ke dalam bentuk tertulis.Menulis merupakan kegiatan memikirkan menggali, dan mengembangkan suatu ide sambil menuliskannya.Johnson dalam (Wardoyo, 2013:1) menulis adalah menemukan ide, mengorganisasi ide dan mengkomunikasikan ide. Penjelasan tersebut menyiratkan bahwa di dalam menulis selain menemukan ide kita juga harus bisa mengorganisasikan dan mengkomunikasikan ide tersebut sehingga bisa dinikamati oleh orang lain. Komunikasi ide itu tentu saja bukan secara lisan ,tetapi dengan rangkaian kata-kata sehingga membentuk sebuah tulisan.

  Tarigan (1994:3) mengemukakan bahwa menulis suatu aspek keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Pengertian Tarigan ini menyiratkan bahwa sebuah komunikasi berbahasa tidak hanya lisan namun juga tulis dan tulis ini termasuk komunikasi yang tidak langsung, karena penulis tersebut menyampaikannya melalui media kertas bukan bertatap muka.

  Sejalan dengan pendapat Tarigan, Syamsuddin ( 2011: 1) menjelaskan menulis sebagai salah satu jenis keterampilan berbahasa yang dimiliki dan digunakan oleh manusia sebagai alat komunikasi tidak langsung antara mereka. Hal ini terjadi karena dalam kenyataannya hidup bermasyarakat, kontak komunikasi itu tidak selalu dapat dilakukan dengan tatap muka. Berbeda dengan yang disampaikan Kurniawan (2012:7) bahwa menulis adalah ekspresifitas pengetahuan dan kosakata yang ada dalam diri penulis.

  Di sini Kurniawan manyampaikan kecenderungannya dalam menulis adalah ekspresifitas yang artinya mengungkapkan pengetahuan tentang kosakata dari seorang penulis kepada sebuah kertas.

  Melihat dari pendapat para ahli tersebut mengenai menulis, maka dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu aspek keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk menyampaikan suatu hal kepada orang lain secara tidak langsung dalam bentuk kosa kata. Dengan membutuhkannya kosakata, maka menulis juga harus didampingi dengan rajin membaca. Kurniawan (2012:7) menyampaikan bahwa orang yang rajin membaca maka akan menambah pengetahuan luas, yang akhirnya akan melahirkan bentuk kata- kata yang variatif dan segar.

  b. Fungsi Menulis Menulis merupakan salah satu aspek penting dalam proses komunikasi.

  Kemajuan suatu bangsa dan negara dapat diukur dari maju atau tidaknya komunikasi tulis bangsa tersebut. Menurut Hallidy dalam (Aziez,2015:172) dalam dunia modern ini bahasa tulis memiliki sejumlah fungsi dalam kehidupan sehari-hari. Fungsi tersebut yaitu : 1)

  Untuk tindakan : tanda-tanda di tempat umum, seperti rambu –rambu lalulintas; label produk dan instruksi, seperti pada alat-alat rumah tangga; menu makanan; buku telepon; surat pemilihan umum. Singkatnya untuk kontak sosial. 2)

  Untuk informasi : surat kabar dan majalah; buku-buku non fiksi; iklan; pamphlet; laporan ilmiah; dan buku petunjuk.

  3) Untuk hiburan : majalah hiburan; buku fiksi; puisi dan drama; feature surat kabar; ketreangan film; dan permainan komputer.

  Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa fungsi menulis adalah sebagai sarana informasi, hiburan dan sebagai kontak sosial.

  c. Tujuan Menulis

  Keterampilan menulis merupakansalah satu keterampilan berbahasa yang dipelajari oleh siswa di sekolah.Melalui menulis siswa dituntut untuk kratif dan aktif dalam berpikir dan beraktivitas sebanyak mungkin menuangkan ide-ide yang dimilikinya ke dalam bahasa tulis.Hartig dalam (Fajar, 2008:2) mengemukakan tujuan dari menulis sebagai berikut:

  1) Tujuan Penugasan. Penulis tidak memiliki tujuan untuk apa dia menulis. Penulis hanya menulis tanpa mengetahui tujuannya. Dia menulis karena mendapat tugas, bukan atas kemauan sendiri.

  2) Tujuan Persuasif. Menulis bertujuan untuk mempengaruhi pembaca supaya pembaca yakin akan kebenaran gagasan yang dituangkan atau diuraikan.

  3) Tujuan informasi atau penerangan. Menulis untuk menuangkan gagasan dengan tujuan memberi informasi atau keterangan kepada pembaca. Penulis berusaha menyampaikan informasi agar pembaca menjadi tahu mengenai apa yang diinformasikan oleh penulis

  4) Tujuan pernyataan diri. Menulis untuk memperkanalkan atau menyatakan dirinya sendiri kepada para pembaca. Dengan melalui tulisannya, pembaca dapat memahami “siapa” sebenarnya sang penulis itu.

  5) Tujuan kreatif. Menulis yang bertujuan agar pembaca dapat memiliki nilai-nilai artistic atau nilai-nilai kesenian dengan membaca tulisan si penulis.

  6) Tujuan pemecahan masalah. Menulis yang bertujuan memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Dengan tulisannya, penulis memberi kejelasan kepada para pembaca tentang bagaimana cara pemecahan suatu masalah.

  Penulis menyimpulkan bahwa pada dasarnya tujuan menulis dapat mengenali kemampuan dan potensi diri dengan cara mengembangkan berbagai gagasan yang menuntut penalaran yang disusun secara sistematik. Menulis juga dapat menambah wawasan mengenai fakta-fakta yang berhubungan serta menilai gagasan sendiri secara objektif.

c. Manfaat Menulis

  Menulis memiliki peran yang sangat penting bagi manusia yang selalu dituntut untuk bersosialisasi dengan orang lain. Banyak manfaat yang bisa diperoleh dari aktivitas menulis. Wardoyo ( 2013:5) menjelaskan mengenai manfaat dari menulis. Manfaat yang pertama adalah sebagai sarana pengungkapan diri.Manfaat yang kedua adalah sebagai sarana memahami sesuatu.Manfaat yang ketiga adalah mengembangkan kepuasan pribadi, kepercayaan diri, dan sebuah kebanggaan. Manfaat yang keempat dan kelima adalah sebagai sarana melibatkan diri dalam lingkungan dan meningkatkan kesadaran akan potensi diri. Sedangkan manfaat yang keenam adalah sebagai sarana untuk mengembangkan pemahaman dan kemampuan berbahasa .

  Pendapat di atas menunjukan bahwa manfaat menulis adalah sebagai sarana pengungkapan diri, sarana untuk memahami sesuatu, sarana untuk kekpuasan pribadi, sarana melibatkan diri dalam lingkungan dan untuk meningkatkan potensi yang ada pada diri, serta sebagai sarana untuk mengembangkan pemahaman dan kemampuan dalam berbahasa.

2. Puisi

a. Pengertian Puisi

  Puisi merupakan bagian dari karya sastra yang sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat. Walaupun puisi sendiri sering muncul pada permukaan masyarakat, namun mereka belum tentu mengetahui arti tentang puisi tersebut dan mereka kadang bingung dengan menulis puisi yang baik.

  Pengertiaan puisi ini memang banyak sekali yang dituangkan oleh para pakar antara lain menurut Luxemberg dalam (Wardoyo, 2013:19) menyatakan bahwa puisi adalah ciptaan kreatif sebuah karya seni. Sementara itu, pendapat lain menyatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinya (Waluyo,1995:25).

  Adapun Pradopo(2009:7) menyatakan bahwa puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indra dalam susunan yang berirama. Puisi juga merupakan bentuk pengucapan bahasa yang memperhitungkan adanya aspek bunyi-bunyi di dalamnya, yang mengungkapkan pengalaman imajinatif, emosional, dan intelektual penyair yang ditimba dari kehidupan individual dan sosialnya, yang diungkapkan dengan teknik pilihan tertentu, sehingga puisi itu mampu membangkitkan pengalaman tertentu dalam diri pembaca atau pendengar-pendengarnya (Sayuti,2010:3). Sedangkan Kurniawan dan Sutardi (2012:26) menyatakan puisi bagi seorang yang sedang berlatih menulis puisi adalah apa yang ditulis dan dianggap sebagai puisi itu sendiri. Dari beberapa pendapat tentang puisi yang telah dipaparkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa puisi merupakan pengalaman yang bersifat imajinatif, dan berkesan yang ditulis sebagai bentuk ekspresi seseorang dengan menggunakan bahasa yang tidak langsung.

b. Jenis-Jenis Puisi

  Ternyata penjenisan pusi begitu beragam. Jenis-jenis puisi yang dirangkum oleh Waluyo (1995:135) dari pendapat-pendapat para ahli asing yaitu; puisi naratif, puisi lirik, puisi deskriptif, puisi kamar, puisi auditorium, puisi fisikal, puisi platonik, puisi metafisikal, puisi subjektif, puisi objektif, puisi konkret, puisi parnasians, puisi inspiratif, puisi demonstrasi, puisi pamflet, dan alegori.

  Sedangkan dalam pengungkapan gagasan atau isi yang hendak disampaikan penyair melalui puisi, Waluyo dalam (Suryaman,2012: 81-85) mengemukakan bahwa puisi tersebut dibedakan menjadi tiga.

  1) Puisi naratif adalah puisi yang digunakan untuk menyampaikan sebuah cerita. Puisi ini meliputi epik, romansa, dan balada.

  2) Puisi lirik adalah puisi yang digunakan utnuk mengungkapkan gagasan pribadi penyairnya atau aku lirik. Puisi ini dibedakan menjadi elegi, serenada, dan ode.

  3) Puisi deskriptif adalah puisi yang mengemukakan tanggapan atau kesan penyair terhadap suatu hal atau keadaan. Puisi ini dapat berupa tanggapan yang bersifat kritik maupun sindiran sehingga dikenal adanya puisi ironi atau satire (kritik)

  Dari kedua teori tersebut penulis dapat menarik kesimpulan bahwa sebenarnya kedua pendapat itu sama hanya Suryaman menyaring lagi menjadi lebih spesifik dan terkategori.

c. Unsur-unsur Puisi

  Dalam sebuah puisi tidak akan dibuat secara asal-asalan namun harus memperhatikan unsur-unsur yang membangun puisi. Hal ini sebagai bentuk hasil puisi yang tidak asal-asalan maka harus ada unsur-unsur yang harus diperhatikan. Selain itu puisi juga memiliki lapis atau strata.. Menurut Roman Ingardendalam (Baribin,1990: 40-41) strata norma karya sastra (puisi) itu sebagai berikut:

  1) lapis bunyi. Bila orang membaca puisi, maka yang terdengar ialah rangkaian bunyi. Lapis bunyi ini menjadi dasar timbulnya lapis kedua, yakni:

  2) lapis arti. Bunyi-bunyi yang terdengar tadi berupa rangkaian fonem, suku kata, kata, frasa, dan kalimat. Kalimat, bait, atau keseluruhan sajak itu mengandung arti lapis ketiga, yakni:

  3) lapis objek yang dikemukakan penyair, makna atau arti yang terkandung dalam dalam sajak itu berupa latar, pelakyang harus dipeu, dan dunia pengarang, dan ini menimbulkan adanya lapis keempat dan kelima, yakni:

  4) lapis “dunia” penyair. Lapis ini secara implisit adanya berupa “dunia” yang dipandang dari titik pandang penyair (visi),

  5) lapis metafisis. Lapis ini juga emplisit, berupa sifat-sifat sublim, tragis, atau suci. Lapis ini, bila terdapat dalam puisi, menyebabkan pembaca/pendengar berkontepensi (merenung).

  Unsur bunyi dalam puisi merupakan salah satu hal yang tidak boleh diabaikan di dalam menentukan penilaian. Dapat juga dikatakan bahwa bunyi dan segala aspek turut menentukan keberhasilan dan kegagalan sebuah puisi.Unsur –unsur pembangun puisi tidak dapat dipisahkan karena memiliki keterkaitan satu dengan yang lainya. Waluyo dalam (Wardoyo,2013: 23) menyatakan bahwa Puisi tidak semata-mata diatur oleh struktur bunyi, suku kata, dan baris, namun juga diatur oleh aturan makna tersendiri. Puisi sebagai suatu bentuk karya sastra terdiri atas dua unsur pokok, yaitu struktur fisik dan sturktur batin. Kedua unsur tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya dan membentuk totalitas makna yang utuh (Wardoyo,2013:23). Menurut Pradopo (2009: 14) puisi atau sajak merupakan struktur yang kompleks, maka untuk memahaminya perlu dianalisis sehingga dapat diketahui bagian-bagian serta jalinannya secara nyata. Bagian-bagian tersebut adalah struktur fisik dan struktur batin puisi.

1. Struktur Fisik Puisi

  Struktur fisik puisi meliputi unsur-unsur seperti : diksi, bahasa figuratif, citraan (pengimajian), verifikasi dan wujud atau tipografi puisi.

  1) Diksi

  Diksi adalah pilihan bahasa yang merupakan esensi dari penulisan puisi.Artinya diksi merupakan dasar bangunan setiap puisi. Diksi dapat dijadikan sebagai tolak ukur seberapa jauh seorang penyair mempunyai daya cipta yang asli. Penyair hendaknya mencurahkan perasaan dan isi pikirannya dengan setepat-tepatnya seperti yang dialami batinnya.Untuk itu perlu dipilih kata-kata yang tepat. Barfield dalam (Pradopo ,2009:54) mengemukakan bahwa bila kata-kata dipilih dan disusun dengan cara yang sedemikian rupa hingga artinya menimbulkan atau dimaksudkan untuk menimbulkan imaginasi estetik,maka hasilnya itu disebut diksi puisi. Oleh karena itu , seorang penyair harus cermat dalam memilih kata-kata agar makna komposisi bunyi dalam rima dan irama dapat terbangun dengan baik. Jadi, diksi itu untuk memperoleh kepuitisan dan untuk mendapatkan nilai estetik. Seperti Chairil Anwar dalam (Pradopo,2009:55) yang begitu cermat dalam memilih kata-kata dan kalimatnya. Misalnya sajaknya “Aku” yang terkenal itu, dalam

  Kerikil Tajam judulnya “Semangat”, dalam Deru CAmpur

  Debuberjudul “Aku” Juga kata‘Ku tahu’ pada baris kedua bait pertama, diganti’Ku mau’,sebagai berikut.

  SEMANGAT Kalau sampai waktuku ‘Ku tahu tak seorang ‘kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu! …. (Kerikil Tajam, h.15)

  AKU Kalau sampai waktuku ‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu …. (Deru Campur Debu, h.7)

  Mengapa Chairil mengganti kata-kata itu ? Dalam kata ‘Semangat “ itu terkandung arti perasaan yang menyala-nyala, dan terasa ada sifat propaganda ataupun rasa yang agak berlebih-lebihan.

  Sedangkan dalam kata ‘aku’ itu, terkandung perasaan yang menunjukkan kepribadian penyair dan semangat individualistisnya.Oleh karena itu maka kata ‘aku’ lebih tepat dari ‘semangat untuk judulnya.Sedangkan kata ‘Ku tahu’ ini menunjukkan rasa yang pesimistis, rasa keterpencilan. Maka dirasa kata itu tidak tepat dan diganti oleh penyair dengan kata ‘ku mau’ yang lebih mengandung arti memiliki kemauan pribadi yang kuat

  2) Bahasa Figuratif (Bahasa Kiasan)

  Bahasa Figuratif adalah bahasa yang digunakan untuk mendapatkan kepuitisan. Dengan bahasa kiasan, sajak menjadi menarik perhatian, menimbulkan kesegaran, dan terutama menimbulkan kejelasan gambaran angan (Pradopo,2009:62). Bahasa kiasan yang digunakan penyair memiliki perasaan penting sebagai upaya penyair dalam menggandakan makna dalam sajaknya. Bahasa kiasan dalam sebuah sajak adalah bahasa yang digunakan untuk menyatakan sesuatu yang lain (Wardoyo,2013:25). Artinya dengan bahasa kiasan yang dipakai, penyair berusaha menyampaikan sesuatu secara tidak langsung. Pradopo (2009 : 62) menjelaskan bahasa figuratif yang biasa digunakan oleh penyair dalam puisi-puisinya, antara lain: a)

  Perbandingan (simile) Perbandingan atau simile, ialah bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain dengan mempergunakan kata-kata pembanding seperti : bagai, sebagai, bak, seperti, seumpama, laksana, ibarat dan kata-kata pembanding lainnya. Hal ini dapat dilihat pada saja “Riwayat” karya Wiji Thukul dalam (Wardoyo ,2013:28) berikut ini:

  Seperti tanah lempung Pinggir kampung Masa laluku kuaduk-aduk ….

  Dalam sajaknya tersebut, penulis memulai menulis puisi dengan menggunakan kata ‘seperti’.Dia mengibaratkan bahwa masa lalunya dapat diaduk-aduk sperti tanah lempung. Penggambaran dengan menggunakan kata ‘seperti’ harus memiliki hubungan yang tepat agar makna dapat utuh dan mudah dipahami maknanya.

  b) Metafora

  Metafora adalah bahasa kiasan seperti perbandingan , hanya tidak mempergunakan kata-kata pembanding. Metafora merupakan bahasa kiasan yang digunakan dengan cara melihat sesuatu dengan perantaraan benda lain. Perbandingan yang dimunculkan dalam majas metafora itu bersifat implisit (Wardoyo,2013: 27). Dengan kata lain, kata –kata untuk mengungkapkan pengandaian dihilangkan, tetapi tidak mengurangi kadar keindahan dari ungkapan tersebut.

  Contoh : Kenapa matamu yang oase, cinta itu menatapnya? Oase itu akan keruh oleh peluh dan Burung-burung tidak akan mau lagi berteduh dan Kafilah akan berlalu tanpa dahaga dan ….

  (Abdul Wachid dalam Wardoyo,2013: 27) Dalam puisi di atas, metafora dapat terlihat pada ungkapan ‘matamu yang oase’ sebenarnya dalam ungkapan tersebut ada kata-kata seperti ‘matamu yang seperti oase’,namun penyair menghilangkan kata ‘seperti’ dengan jalinan bahasa yang tidak ketara. Maksud dari ungkapan ‘matamu yang oase’artinya memiliki mata yang sifatnya sama dengan oase.

  c) Perumpamaan

  Perumpamaan ialah perbandingan yang dilanjutkan atau diperpanjang, yaitu dibentuk dengan cara melanjutkan sifat-sifat pembandingnya lebih lanjut dalam kalimat-kalimat atau frase-frase yang berturut-turut. Hal ini dapat dilihat pada kutipan puisinya Aoh Kartadimadja dalam (Pradopo,2009:69) Contoh : Aoh Kartahadimadja:

  SEBAGAI DAHULU Laksana bintang berkilat cahya Di atas langit hitam kelam, Sinar berkilau cahya matamu, Menembus aku ke jiwa dalam, ….

  Pembanding tersebut dimaksudkan untuk lebih memperdalam dan menandaskan sifat-sifat pembandingnya, bukan sekadar memberikan persaamaanya saja.

  d) Personifikasi

  Personifikasi ialah mempersamakan benda dengan manusia, benda- benda mati dibuat dapat berbuat, berpikir, dan sebagainya seperti manusia. Ini dapat dilihat pada kutipan puisinya Amir Hamzah dan Chairil Anwar dalam (Pradopo,2009:76)

  PADAMU JUA Kaulah kandil kemerlap Pelita jendela di malam gelap Melambai pulang perlahan Sabar, setia selalu SEBUAH KAMAR Sebuah jendela menyerahkan kamar ini Pada dunia. Bulan yang menyinar ke dalam

  Mau lebih banyak tahu.….

  e) Metonimia

  Metonimia ialah kiasan pengganti nama. Bahasa ini berupa penggunaan sebuah atribut sebuah objek atau penggunaan sesuatu yang sangat dekat berhubungan dengannya untuk menggantikan objek tersebut (Altenbernd dalam Pradopo,2009:77). Penggunaan metonimia dapat dilihat pada sajaknya Toto Sudarto Bachtiar dalam (Pradopo ,2009:78)

  IBU KOTA SENJA

  Klakson dan lonceng bunyi bergiliran ….

  Dan perempuan maendaki tepi sungai kesayangan Di bawah bayangan samar istana kejang O, kota kekasih setelah senja

  Dalam puisi tersebut ‘Klaskon dan lonceng’, diartikan sebagai pengganti orang-orang atau partai-partai yang bersaing adu keras suaranya. ‘Sungai kesayangan’ menggantikan Sungai Ciliwung .‘Istana’ mengganti kaum kaya yang memiliki rumah-rumah seperti istana.‘Kota kekasih’ adalah Jakarta.

  f) Alegori

  Alegori ialah cerita kiasan ataupun lukisan kiasan. Alegori ini banyak terdapat dalam sajak-sajak Pujangga Baru. Alegori ini sesungguhnya metafora yang dilanjutkan. Misalnya sajak Sutan Takdir Alisjahbana yang berjudul “Menuju ke Laut”. Sajak ini melambangkan angkatan baru yang berjuang ke arah kemajuan.Angkatan baru ini dikiaskan sebagai air danau yang menuju ke laut dengan melalui rintangan-rintangan. 3)

  Citraan Menurut Sayuti (2002:170) citraan dapat dilihat dari dua sudut pandang. Pertama citraan dilihat dari sisi pembaca adalah pengalaman indera yang terbentuk dalam rongga imajinasi pembaca, yang ditimbulkan oleh sebuah kata atau rangkaian kata.Keduacitraan dilihat dari sisi pernyair adalah bentuk bahasa (kata atau rangkaian kata) yang dipergunakan oleh penyair utnuk membangun komunikasi estetik atau utnuk menyampaikan pengalaman inderanya.Pradopo (2002:79) menyatakan bahwa citraan adalah gambaran angan yang dituankan ke dalam sajak.Dengan demikian citraan dapat diartikan sebagai gambaran angan yang terbentuk hasil dari penglaman indera manusia.Jadi citraan merupakan penggunaan kata-kata yang diperoleh melalui pengindraan agar mendapatkan sebuah kalimat puisi yang lebih hidup dan menarik untuk dibaca. Citraan ini antara lain penglihatan, pendengaran, perabaan, pencecapan, dan penciuman. Citraan penglihatan adalah citraan atau hal yang dieroleh dengan penglihatan (mata) sebagai contoh serupa dara di balik tirai. Citraan Pendengaran merupakan citraan yang timbul melalui pendengaran. Biasanya adanya bunyi yang ditangkap melalui telinga. Sebagai contoh Ruang duributi jerit dada

  (pendengaran). Kedua citraan tersebutadalah yang sering dipakai oleh penyair-penyair. Citraan Peraba (tactile/thermal imagery), citraan ini diperoleh melalui perabaan. Seperti yang dikemukakan dalam contoh berikut mencakardan mencakar, menggaruki rasa gatal di sukma.

  Pencecapan dan penciuman, citraan ini tidak begitu sering digunakan. Contoh puisinya yang dikutip dari W.S Rendra dan Subagio Satrowardoyo dalam (Pradopo ,2009: 85) Penciuman:

  NYANYIAN SUTO UNTUK FATIMA Dua puluh tiga matahari Bangkit dari pundakmu Tubuhmu menguapkan bau tanah

  Pencecapan: PEMBICARAAN Hari mekar dan bercahaya: yang neraka sorga. Neraka adalah rasa pahit dimulut waktu bangun pagi

  4) Versifikasi (Rima dan Ritma ) Versifikasi merupakan bunyi-bunyi yang diciptakan dari dalam puisi.

  Bunyi dalam puisi menghasilkan rima (persajakan ) dan ritma. Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi.Ritma adalah tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Artinya bahwa ritma terkait erat dengan pembacaan puisi (Warodyo,2013:39).

  Menurut tempatnya dalam puisi, rima dibedakan menjadi rima awal, rima tengah, dan akhir. Menurut sempurna atau tidak sempurnanya bunyi, rima dibedakan rima sempura dan tidak sempurna. Disamping itu terdapat pula persamaan bunyi pada konsonannya saja disebut aliterasi. Sedangkan persamaan bunyi pada vocal saja disebut asonansi. Bunyi yang berulang, pergantian yang teratur, dan variasi-variasi bunyi menimbulkan suatu gerak yang hidup,; seperti gemricik air yang mengalir turun tak putus-putus;gerak yang teratur disebut irama. Irama dalam bahasa adalah pergantian turun-naik, panjang-pendek, keras- lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur.Irama dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu mertum dan ritme.Metrum adalah irama yang tetap, artinya pergantiannya sudah tetap menurut pola tertentu.Ini desebabkan karena jumlah suku kata yang sudah tetap dan tekanan yang tetap, sehingga alun suara yang naik dan menurun itu tetap saja.Ritme adalah irama yang disebabkan oleh pertentangan atau perrgantian bunyi tinggi- rendah secara teratur. 5)

  Wujud Visual (Tata Wajah) Puisi Wujud visual puisi adalah bentuk tampilan puisi yang ditulis oleh penyair.Wujud visual puisi merupakan salah satu hal yang menjadi tanda kemampuan penyair dalam mengukuhkan pengalaman- penglaman kemanusiaannya dalam puisi yang ditulisnya.Wujud visual puisi memiliki beberapa fungsi. Wardoyo (2013:40) menjelaskan fungsi dari wujud visual puisi antara lain sebagai pembda karya sastra puisi dengan karya sastra lainnya, sebagai sarana untuk menyampaikan makna oleh penyair kepada pembacanya,memberikan petunjuk pembaca dalam memahami dan menghayati berbagai hal yang ingin dikomunikasikan oleh penyair dan memberikan petunjuk bagaimana membaca atau mendeklamasikan puisi secara tepat. Wujud visual puisi yang dikenal secara umum yakni pembaitan, pungtuasi, tipografi, dan enjabemen.

  a) Pembaitan

  Merupakan bagian dari wujud visual puisi terkait dengan bagaimana seorang penyair mewujudkan puisinya ke dalam bentuk bait- baitnya.Dalam hal ini sangat bergantung pada keinginan penyair dalam mengekspresikan idenya dalam bentuk bait-bait yang disukainya.Ada penyair yang lebih menyukai bentuk bebas, ada yang menyukai bentuk terikat, ada yang menyukai bentuk panjang dan ada juga yang menyukai bentuk pendek. Ada penyair yang suka menyajikan puisinya dalam bait-bait, da nada juga yang tidak menyukainya (Sayuti,2002:285).

  b) Pungtuasi

  Pungtuasi sebagai bagian wujud visual puisi terkait dengan penggunaan ejaan dan tanda baca yang digunakan penyair di dalam puisinya.Pungtuasi memiliki fungsi untuk memberikan kejelasan arti, ketepatan membaca, atau rupa bentuk yang menarik.Tidak sedikit penyair yang mempergunakan ejaan menurut aturan yang berlaku, tetapi tidak jarang juga penyair menggunakan ejaan yang tidak biasa.

  c) Tipografi

  Tipografi merupakan aspek wujud visual puisi yang berupa tata hubungan dan tata baris. Oleh karena itu tipografi juga disebut sebagai susunan baris puisi atau juga disebut sebagai ukiran bentuk (Sayuti, 2002:329).Selain sebagai sarana untuk mendapatkan bentuk yang menarik, tipografi juga berfungsi untuk menyampaikan pesan secara tidak langsung kepada pembacanya. Hal ini dikarenakan dapat dipertimbangkan sebagai symbol pikiran dan perasaan yang diekspresikan oleh penyair.

  d) Enjabemen

  Enjabemen adalah peloncatan satuan sintaksis yang terdapat pada baris tertentu ke dalam baris berikutnya, bait dalam bait yang sama maupun ke dalam bait berikutnya. Enjabemen merupakan kata atau frase atau baris puisi yang berfungsi ganda, yaitu menghubungkan bagian yang mendahului dan yang mengikutinya. Disamping itu juga berfungsi sebagai sarana untuk mencapai pola persajakan tertentu.

2. Struktur Batin Puisi

  Struktur batin juga merupakan unsur pokok dari terbentuknya karya sastra puisi.Struktur batin puisi meliputi tema, nada, suasana,dan amanat. 1)

  Tema merupakan gagasan pokok atau subject-matter yang dikemukakan oleh penyair. Tema yang menarik akan memberikan nilai lebih pada tulisan tersebut. Macam tema yang dapat diangkat oleh penyair, antara lain: tema ketuhanan, kemanusiaan, patriotism atau kebangsaaan, kedaulatan rakyat dan tema sosial. 2)

  Nada adalah bunyi yang memiliki getaran teratur tiap diksi.Nada dan suasana puisi saling berhubungan. Nada puisi menimbulkan suasana tertentu terhadap pembacanya. Nada duka yang diciptakan dapat menimbulkan suasana iba di hati pembaca. Nada kritik yang diberikan penyair dapat menimbulkan suasana penuh pemberontakan bagi pembaca.

  3) Suasana adalah kondisi psikologi yang dirasakan oleh pembaca yang tercipta akibat adanya interaksi antara pembaca dengan puisi yang dibaca. Artinya setiap puisi memiliki potensi untuk menciptakan suasana tersendiri dalam diri pembacanya ketika membaca dan menghayati puisi tersebut.

  4) Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya. Amanat dapat disampaikan secara implisit yaitu dengan cara memberikan ajaran moral atau pesan dalam tingkah lagu atau persitiwa yang terjadi pada tokoh menjelang cerita berakhir, dan dapat pula disampaikan dengan cara eksplisit yaitu dengan penyampaian seruan, saran, peringatan, nasihat, anjuran, atau larangan yang berhubungan dengan gagasan utama cerita 3.

   Materi Pembelajaran Menulis Puisi

  Materi pembelajaran tidak lepas dari Standar kompetensi, kompetensi dasar, dan materi pokok yang tertera dalam silabus.Selain itu adanya KKM sebagai pengukur keberhasilan siswa.Standar Kompetensi (SK) menurut Suryaman (2012:11-12) adalah kebulatan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan tingkat penguasaan yang diharapkan dicapai siswa dalam mempelajari suatu mata pelajaran.Maksudnya bahwa siswa itu dituntut untuk bisa menguasai suatu mata pelajaran disertai dengan adanya pencapaan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Setelah standar kompetensi, selanjutnya adanya kompetensi dasar (KD) merupakan pengetahuan, keterampilan, serta sikap minimal yang harus dikuasai serta dapat diperagakan siswa. Kompetensi Dasar ini adalah bagian standar kompetensi yang di dalamnya siswa harus mencapai kemampuan minimal mata pelajaran tersebut. Selanjutnya setelah Kompetensi Dasar, diturunkan ke materi pokok.Materi pokok adalah pokok-pokok materi yang harus dipelajari siswa sebagai sarana pencapaian kompetensi dasar.

  Materi pembelajaran bahasa Indonesia yang digunakan untuk penelitian terlihat pada silabus dan diambil pada perangkat yang digunakan pada MTs Ma’arif NU 1 Cilongok. Silabus ini yang digunakan pada pelajaran bahasa Indonesia kelas VII dan yang dilaksanakan pada semester ganjil (I). Silabus sendiri adalah sebuah perangkat yang mengatur rencana pembelajaran KTSP (Faik dalam Firdos,2014:18)

  Jadi setiap kegiatan pembelajaran terpaku dalam silabus agar pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai standar kompetensi maupun kompetensi dasar. Silabus menulis puisi dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut.

  Tabel 2.1Silabus Menulis Puisi Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator

  MenulisSastra

  • 16.Mengungkapkan larik puisi yang berisi

  16.1 Menulis kreatif Mampu menulis larik-

  puisi berkenaan

  keindahan alam dan keindahan alam

  dengan keindahan

  pengalaman melalui

  alam

  • kegiatan menulis kreatif Mampu menulis puisi puisi

  dengan pilihan kata dan rima yang menarik Mampu menyunting

  • puisi yang ditulis sendiri Sumber, silabus MTs Ma’arif NU 1 Cilongok.

  Sebuah keberhasilan dalam penyampaian materi akan diukur melalui adanya KKM (kriteria ketuntasan minimal). KKM ini sebagai hasil pencapaian akhir dalam pembelajaran. Jaya (2017:1) menjelaskan bahwa KKM adalah kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan pada sebuah materi pembelajaran (Jaya,2017:1). Dalam hal ini siswa dituntut untuk dapat memperoleh nilai yang telah diminimalkan oleh guru, apabila siswa tersebut belum tuntas maka harus mengulang kembali. Ketuntasan yang ada pada KKM ditentukan saat awal ajaran baru.

4. Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran

  Dalam proses pembelajaran, ada beberapa istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan situasi kegiatan belajar mengajar.

  Beberapa istilah yang penggunaannya sering tidak konsisten adalah istilah model, pendekatan atau strategi, metode dan teknik pembelajaran.

  Joyce dalam (Ngalimun,2016:7) menjelaskan model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain Selanjutnya Joyce juga menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarah pad desain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedmikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

  Adapun istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran menurut Sanjaya (2007: 127) memiliki kemiripan dengan strategi.Sebenarnya pendekatan berbeda balik dengan strategi maupun metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepad pandangan tentang terjadinyan suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya strategi dan metode pembelajaran yang digunakan bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu. Masih dalam (Sanjaya, 2007: 127)Roy Killen mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centred approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung, pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori.Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaan discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif. Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan (KBBI,1995). Metode lebih bersifat procedural dan sistematis karena tujuannya untuk mempermudah pengerjaan suatu pekerjaan.Pupuh dalam (Ngalimun, 2016:8) menyatakan bahwa dalam kaitannya dengan pembelajaran, metode didefinisikan sebagai cara-cara menyajikan bahan pelajaran pada peserta didik untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.Dengan demikian, salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh guru dalam pembelajaran adalah keterampilan memilih metode.Pemiliha metode terkait langsung dengan usaha-usaha guru dalam menampilkan pengajaran yang sesuai denga situasi dan kondisi sehingga

pencapaian tujuan pengajaran dperoleh secara optimal.Ini berarti, metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan.Dengan demikian, metode dalam rangkaian system pembelajaran memegang peran yang sangat penting.

  Selain strategi, metode dan pendekatan, terdapat juga istilah lain yang kadang-kadang sulit dibedakan, yaitu teknik dan taktik mengajar. Teknik dan taktik merupakan penjabaran dari metode pembelajaran. Teknik adalah cara sistematis mengerjakan sesuatu (KBBI,1995). Teknik merupakan suatu kiat, siasat, atau penemuan yang digunakan untuk menyelesaikan serta menyempurnakan suatu tujuan langsung (Iskandarwassid,2015:66). Teknik adalah cara yang dilakukan orang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode, yaitu cara yang harus dilakukan agar metode yang dilakukan berjalan efektif dan efisien. Oleh karena itu teknik harus konsisten dengan metode, harus selaras dan serasi dengan pendekatan.

  Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu. Dengan demikian taktik sifatnya lebih individual.

  Misalnya, walaupun dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah dalam situasi dan kondisi yang sama, sudah pasti mereka akan melakukannya secara berbeda, misalnya dalam taktik menggunakan ilustrasi atau mengunakan gaya bahas agara materi yang disampaikan mudah dipahami.

  Dari penjelasan di atas, maka dapat ditentukan bahwa suatu strategi pembelajaran yang diterapkan guru akan tergantung pada pendekatan yang digunakan; sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat ditetapkan berbagai metode pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran guru dapat menentukan teknik yang dianggapnya relevan dengan metode, dan penggunaan tekni itu setiap guru memilik taktik yang mungkin berbeda antara guru yang satu dengan yang lain. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dibuat gambar skema tentang model, pendekatan metode dan teknik pembelajaran.Gambar skema tentang model, pendekatan, metode dan teknik dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut.

Gambar 2.1. Skema model, pendekatan, metode dan teknik pembelajaran Berdasarkan gambar skema di atas maka dapat dijelaskan bahwa

  antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik

  apabila

  pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran .

5. Teknik Mind Mapping a.

   Pengertian Mind Mapping

  Proses pembelajaran di kelas diperlukan sebuah strategi mengajar untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Sanjaya (2007:124), dalam dunia pendidikan teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasaarkan pada definisi tersebut, dalam penelitian ini, digunakan teknik Mind Mapping dalam proses pembelajaran di kelas.

  Konsep mind mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan pada tahun 1970-an. Ia adalah seorang ahli psikologi dari Inggris yang memiliki peranan yang sangat besar dalam mengembangkan konsep mind

  mapping. Ia membuat membuat konsep tersebut karena terinspirasi oleh

  diagram sebuah buku novel fiksi. Dengan menggunakan diagram, pembaca lebih mudah untuk mengetahui isi novel fiksi tersebut.

  Buzan (2010: 4) menjelaskan bahwa Mind Mapping adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan “memetakan” pikiran-pikiran kita.Saleh (2009: 100), mind mapping adalah diagram yang digunakan untuk menggambarkan sebuah tema, ide, atau gagasan utama dalam materi pembelajaran.Tema, ide atau gagasan utama ditempatkan di tengah-tengah diagram. Masing-masing tema, ide, atau gagasan tersebut membentuk jaringan yang luas dan saling berkaitan satu dengan yang lainnya (Saleh,2009:100). Santosa (2013: 57), Mind Mappingadalah suatu cara memetakan sebuah informasi yang digunakan ke dalam bentuk cabang- cabang pikiran dengan berbagai imajinasi kreatif. Dengan demikian,Mind

  Mapping merupakan gambaran menyeluruh dari suatu materi pembelajaran

  yang dibuat dalam bentuk yang sederhana. Bentuk sederhana tersebut berupa diagram atau graf yang digunakan untuk mempresentasikan kata- kata, ide, pekerjaan atau hal lain yang terhubung dan tersusun mengelilingi sebuarh kata yang mengandung ide pokok. Diagram Mind Mapping memiliki bentuk yang menyerupai neuron pada sel otak manusia. Neuron memiliki banyak sekali sambungan dan jaringan yang semuanya saling berkaitan.Inti sel dapat diumpakan sebagai tema, ide, atau gagasan utama, sedangkan dendrit merupakan jaringan dari tema, ide, atau gagasan utama tersebut (Saleh, 2009: 101).

  

Mind Mapping diibaratkan peta kota yang memiliki pusat. Pusat Mind Mapp mirip dengan pusat kota. Pusat Mind Mapp mewakili ide penting.Jalan-jalan utama yang menyebar dari pusat mewakili pikiran- pikiraan utama dalam proses pemikiran kita, jalan-jalan sekunder mewakili pikiran –pikiran sekunder, dan seterusnya. Gambar-gambar atau bentuk- bentuk khusus dapat mewakili area-area yang menarik atau ide-ide menarik tertentu (Buzan,2010:4) Berdasarkan pendapat dari para ahli mengenai pengertian Mind

  Mapping , dapat ditarik kesimpulan bahwa Mind Mapping adalah cara

  mencatat ide-ide yang kreatif, efektif, dan memetakan pikiran-pikiran kita, secara menarik, mengagumkan dan menyerap fakta serta informasi baru dengan sangat mudah. Cara ini lebih menyenangkan, dan membuat pikiran tidak buntu. Dengan cepat ide akan keluar dan membantu kesulitan dalam proses berpikir.

b. Keuntungan dan Manfaat Teknik Mind Mapping

  

Mind Mapping memiliki sejumlah keuntungan dibandingkan bentuk

  pencatatan linear . Dilihat dari karakter dan sifatnya, konsep Mind

  Mapping dapat dijadikan media yang tepat untuk melatih pola pikir, brainstorming ,visualisasi, dan penyelesaian masalah. Keuntungan tersebut

  oleh Buzan (2010: 106 ) dipaparkan antara lain sebagai berikut : 1. Bagian pusat dengan gagasan utama lebih jelas terdefinisikan.

  2. Nilai penting relative dari setiap gagasan secara jelas ditunjukkan

  3. Hubungan antara konsep-konsep kunci dengan segera akan dapat dikenali karena kedekatan dan hubungnnya

  4. Sebagai hasil dari kelebihan di atas, ingata dan kaji ulang keduanya akan lelbih efektif dan lebih cepat

  5. Setiap peta yang dibuat akan tampak dan berbeda dari setiap peta lainnya ini akan membantu ingatan.

  6. Dalam pembuatan catatan yang lebih kreatif, seperti dalampersiapan menulis esai, dan sebagainya, sifat terbuka dari peta akan membuat otak mampu membuat hubungan baru jauh lebih mudah. Penggunaan Mind Mapping sebelum menulis juga memberikan banyak manfaat. Menurut Buzan ( 2010: 6), beberapa manfaat yang didapat dari

  Mind Mapping adalah sebagai berikut : 1.

  Mengaktifkan seluruh otak 2. Menghemat waktu 3. Memungkinkan kita berfokus pada pokok bahasan 4. Mengingat dengan lebih baik dan memudahkan ide mengalir 5. Belajar lebih cepat dan efisien 6. Membantu menunjukkan hubungan antara bagian-bagian informasi yang saling pisah

7. Memberi gambaran yang jelas pada keseluruhan dan perincian 8.

  Memungkinkan kita mengelompokan konsep, membantu kita membandingkannya

  9. Mensyaratkan kita untuk memusatkan perhatian pada pokok-pokok bahasan yang membantu mengalihkan informasi tentangnya dari ingatan jangk pendek ke ingatan jangka panjang. Menurut Tony Buzan dalam Saleh (2009: 110), ada beberapa manfaat dari konsep Mind Mapping dalam proses pembelajaran di kelas, yaitu sebagai berikut: 1.

  Mind Map untuk memilah Mampu melatih anak-anak didik untuk memilah berbagai informasi yang disampaikan dalam materi pelajaran.Artinya mereka harus menyerap kata atau kalimat yang benar-benar penting dan membuang bagian-bagian yang tidak penting.

  2. Mind Map untuk mengingat Biasanya, Mind Map dibuat dengan berbagai gambar dan permainan warna yang menarik.Hal ini dimaksudkan agar anak-anak didik mampu meningkatkan daya ingat terhadap materi yang disampaikan oleh guru.Dengan warna-warna tertentu dapat meningkatkan kinerja otak.

  3. Mind Map untuk mencatat Tidak sedikit anak didik yang merasa malas untuk mencatat materi pelajaran.Alasanya, materi tersebut sudah tertulis di buku pelajaran.Mind

  Map dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. Mind

  Map merupakan alata mencatat yang sangat praktis dan sederhana. Dengan MindMap, anak didik tidak perlu mencatat semua informasi yang

  disampaikan.

  4. Mind Map untuk memahami

  

Mind Map merupakan gambaran keseluruhan materi yang dibuat

  dengan cara yang sederhana. Segala informasi penting, baik yang berhubungan secara langsung maupun tidak langsung, tertulis dengan jelas di dalam Mind Map. Anak didik akan mengetahui secara detail pokok permasalahan yang dibahas dalam suatu materi pelajaran. Dengan demikian,

  Mind Map mampu membuat anak didik cepat memahami materi pelajaran dengan baik.

  5. Mind Map untuk mengendalikan

  

Mind Map merupakan konsep penggambaran materi dengan

  menggunakan kata kunci sebagai pusatnya.Ini membuktikan bahwa Mind Map mampu memusatkan pikiran anak-anak didik terhadap materi pelajaran yang sedang disampaikan.Artinya mereka mampu meningkatkan konsentrasi dalam belajar dan mampu mengendalikan perhatian dan pemikiran anak-anak didik untuk fokus terhadap suatu materi pelajaran tertentu.

  6. Mind Map untuk menjadi kreatif

  Pemikiran kreatif muncul dari imajinasi yang tinggi. Oleh karena

  Mind Map dapat meningkatkan daya imajinasi pada anak-anak didik melalui

  kebebasan berekspresi, maka secara tidak langsung kreativitas mereka akan berkembang. Dari sini, akan timbul keinginan untuk membuat atau meciptakan sesuatu yang baru.

  Berdasarkan pendapat para ahli di atas, jelas sekali bahwa teknik Mind

  Mapping memiliki banyak sekali manfaat, baik itu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari ataupun di dunia pendidikan.

c. Langkah Pembelajaran dengan Teknik Mind Mapping

  

Mind Mapping tidak hanya mempermudah anak-anak didik dalam

  menerima materi pelajaran, tetapi juga mudah bagi guru untuk membuatnya.Mind Map dapat dibuat dengan tulisan tangan dalam waktu yang singkat. Sebelum membuat Mind Mappingdiperlukan beberapa bahan yaitu kertas kosong tidak bergaris, pena, dan pensil warna. Buzan (2010: 15-16) ada tujuh langkah untuk membuat Mind Mappingsecara cermat dan bermakna yaitu sebagai berikut

  1. Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakan mendatar.

  2. Ditengah kertas, buatlah lingkaran dari gagasan utamanya 3.

  Gunakan warna, karena warna mebuat Mind Mapping lebih hidup, menambah energy pada pemikiran kreatif, dan menyenangkan.

  4. Hubungkan cabang-cabang utama ke gagasan utamanya, dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua,dan seterusnya. Hal ini dilakukan karena otak bekerja menurutm asosiasi. Otak senang mengaitkan dua, tiga, atau empat hal sekaligus.

  5. Buatlah garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus. Hal ini dikarenakan garis lurus akan membosankan otak.

  6. Gunakan satu kata kunci untuk tiap garis, karena kata kunci tunggal memberi lebih banyak daya dan fleksibilitas kepada mind mapping

  7. Gunakan gambar, karena sebuah gambar akan bermakna seribu kata. Hubungan cabang-cabang utama ke gagasam utama dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut.

Gambar 2.2 Hubungan cabang-cabang utama dalam teknik Mind

  Mapp Cabang

  Subtema tema Adapun langkah-langkah pembelajaran menulis puisi dengan Mind Mapping dilakukan dengan cara sebagai berikut.

  a.

  Peserta didik diberi tugas membuat Mind Mapping sesuai dengan tema yang ditentukan b.

  Guru membagi kertas,spidol warna, dan sumber-sumber yang lain yang dapat membantu peserta didik membuat mind mapping.

  c.

  Peserta didik membuat puisi dalam bentuk mind mapping. Adapun proses yang dilalui peserta didik dalam membuat Mind Mapping adalah: 1) peserta didik menentukan topik yang diletakan di bagian tengah dengan bentuk gambar

  2) peserta didik memberi warna yang menarik pada gambar sentral 3) peserta didik menghubungkan cabang-cabang ke gambar sentral dengan warana berbeda untuk membedakan urutan

  4) peserta didik membuat cabang di setiap cabang dengan bentuk melengkung

  5) peserta didik memberi kata kunci setiap baris untuk memudahkan pengembangan imajinasi

  6) peserta didik memberi gambar di seluruh mind map, karena setiap gambar membiliki banyak makna d. Peseerta didik menerapkan teknik Mind Mappinguntuk mengembangkan menjadi sebuah puisi yang utuh sesuai dengan tema yang telah ditentuka Untuk membuat Mind Mapping dalam membuat puisi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan unsur intrinsic puisi.Contoh pembuatan Mind Mappingdapat penulis gambarkan pada gambar 2.3 berikut

  sepi

gembira sunyi

Sejuk sendiri

  Rima a suasan

  Pantai panas

  Kiasan pencitra an

  Getarkan hati Diksi Gelitiki hati pendengaran penciuma n

  Sejukan hati penglihatan kembanga bunga