KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN TEKNIK PEMBERIAN TUGAS/RESITASI PADA SISWA KELAS VIII SMPN 2 TANGERANG SELATAN

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S1)

Oleh

Aulia Herdiana Puspasari 1110013000048

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2015


(2)

(3)

(4)

(5)

ii

dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Di bawah bimbingan Dra. Hindun, M.Pd Januari 2015.

Dalam penelitian ini, masalah yang dikaji adalah kemampuan menulis puisi dengan teknik pemberian tugas/resitasi pada siswa kelas VIII SMPN 2 Tangerang Selatan semester genap tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini dilakukan di SMPN 2 Tangerang Selatan pada bulan Mei 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan menulis puisi dengan teknik pemberian tugas/resitasi pada siswa kelas VIII SMPN 2 Tangerang Selatan. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Instrumen dalam penelitian ini adalah pretest dan posttest. Objek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2013/2014. Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah teknik analisis data angket dan lembar observasi dengan menggunakan rumus P =

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil angket kemampuan menulis puisi siswa menunjukkan bahwa menulis puisi sebelum menggunakan teknik pemberian tugas/resitasi belum mendapatkan hasil yang baik yaitu nilai rata-rata siswa mendapatkan 67,2. Sedangkan menulis puisi setelah menggunakan teknik pemberian tugas/resitasi sudah mendapatkan hasil yang baik yaitu nilai rata-rata siswa mendapatkan 74,1. Dari hasil angket dapat dilihat bahwa 25 siswa atau 59,5% siswa suka menulis puisi dan 22 siswa atau 52,39% siswa menyukai pembelajaran di luar kelas.


(6)

ii

Department of Indonesian Language and Literature, Faculty of MT and Teaching Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. Under the guidance of Dra. Hindun, M.Pd January 2015.

In this study, the considered problem is the ability to write poetry with techniques of giving task / recitation in class VIII SMP 2 South Tangerang second semester of the school year 2013/2014. This research was conducted in South Tangerang SMP 2 in May 2014. The purpose of this study was to determine the ability to write poetry with techniques of giving task / recitation in class VIII SMP 2 South Tangerang. The method used was descriptive qualitative. The instruments used in this study were a pretest and posttest. The object of this research was class VIII semester of the school year 2013/2014. These research data collection techniques used were techniques of data analysis questionnaire and observation sheet by using the formula P =

The results showed that the ability to write poetry based on the questionnaire results pointed out that writing poetry before using technique of task giving / recitation had not reached better score with the average 67.2. While writing poetry after using task giving technique / recitation, students got better score with the average 74.1. From the questionnaire results can be seen that 25 of students or 59.5 like to write poetry while 22 of students or 52.39% like to learn outside the classroom.


(7)

iii

salam senantiasa tercurah untuk Nabi besar Muhammad SAW, keluarga, para sahabat, dan umatnya.

Penulis menyusun skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana pendidikan program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat masukan, bimbingan, saran, dorongan, dan semangat dari berbagai pihak. Semua itu tidak lain untuk menjadikan penulis menjadi pribadi yang lebih baik dan kaya informasi, sehingga pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Nurlena Rifa’i, M.A, Ph. D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dra. Hindun, M.Pd, selaku ketua jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, selaku dosen Penasihat Akademik dan selaku dosen Pembimbing yang senantiasa sabar membimbing dan meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Dosen-dosen jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islan Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membagi ilmunya selama perkuliahan.

4. Budi Heryawan dan Titin Puspitasari S.Pd selaku orang tua, dan Muhammad Fadhlan Mumtaza selaku adik yang sangat luar biasa selalu mendoakan dan memberikan semangat serta dorongan sehingga tersusunlah skripsi ini.

5. Dra. Hj. Siti Alawiyah, selaku guru bahasa Indonesia SMPN 2 Tangerang Selatan yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, dan saran selama melaksanakan penelitian.

6. Siswa-siswa kelas VIII SMPN 2 Tangerang Selatan yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini, beserta para dewan guru SMPN 2 Tangerang Selatan dan


(8)

iv

Mabruroh, Nurul Inayah, Ade Rufaida Awalia) yang selalu berbagi cerita, suka, duka selama perkuliahan.

8. Teman-teman seperjuangan saat sidang skripsi (Mawaddah, Kurnia Dewi Nurfadillah dan Solikha) yang selalu menyemangati satu sama lain sampai saat sidang.

9. Sahabat-sahabat komunitas (Dewi Amalia Safitri, Eni Yuliani, Fatma Lestari, Iis Rohimah, I’anatul Afiyah, Elsa Respitasari, Rini Riyadi, Ihsan Nurahman, Prasetyo Nugros, Endi Suhendi, Dhian Nugraha) yang selalu menyemangati dan memotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

10.Teman-teman Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2010, terutama kelas B yang telah banyak memberikan masukan, dorongan, motivasi dan pengalaman selama perkuliahan.

Terima kasih atas segala bantuan dan dorongan yang telah kalian berikan kepada penulis, semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Jakarta, Desember 2014

Penulis


(9)

5

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ………... ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Batasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 4

E. TujuanPenelitian ... 4

F. ManfaatPenelitian ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 5

A. Hakikat Menulis ... 5

1. Definisi Menulis ... 5

2. Manfaat Menulis ... 7

3. Tujuan Menulis ... 8

4. Langkah-Langkah Menulis……… . 8

B. Hakikat Puisi ... 9

1. Definisi Puisi ……… .. 9

2. Ragam Puisi ………. .. 12

3. Struktur Puisi ……… . 17

4. Penulisan Kreatif ………. ... 28

5. Penulisan Puisi ……….... ... 31

C. Teknik Pembelajaran ……… ... 32

1. Teknik Pemberian Tugas/Resitasi ……… ... 32


(10)

6

Resitasi ………... .. 33

D. Hasil Penelitian yang Relevan ………. .... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 38

A. Tempat dan Waktu Penelitian . ... 38

B. Metode Penelitian ... 38

C. Instrumen Penelitian ………. ... 39

D. Teknik Pengumpulan Data ………... .... 47

E. Teknik Pengolahan Data ……….. .... 49

BAB IV ANALISIS DATA ... 52

A. Profil Sekolah ... 52

1. Latar Belakang Sekolah ……….. ... 52

2. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah ……….. .... 53

3. Daftar Guru-guru Bahasa Indonesia SMPN 2 Tangerang Selatan ………. ... 54

B. Hasil Penelitian ... 55

1. Deskripsi Hasil Penelitian ………... ... 55

2. Analisis Data ………... ... 111

BAB V PENUTUP ………... ... 112

A. Simpulan ………... ... 112

B. Saran ……….. .. 113 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN BIOGRAFI PENULIS


(11)

Tabel 2. Kisi-kisi Angket Posttest ... 44 Tabel 3. Rubrik Penilaian Menulis Puisi ... 49 Tabel 4. Guru-guru SMPN 2 Tangerang Selatan ... 54 Tabel 5. Hasil Penelitian Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas VIII-5

(Pretest) ... 85 Tabel 6. Hasil Penelitian Kemampuan Menulis Puisi

Siswa Kelas VIII-5 (Posttest) ... 89 Tabel 7. Data Pengolahan Hasil Pretest dan Posttest

Pada Kemampuan Menulis Puisi Siswa

Kelas VIII-5 ... 93 Tabel 8. Data Angket Kemampuan Menulis Puisi

Siswa Kelas VIII-5 (Pretest) ... 96 Tabel 9. Data Angket Kemampuan Menulis Puisi

Siswa Kelas VIII-5 (Posttest) ... 105


(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Keterampilan berbahasa terdiri atas empat aspek, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Menulis merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan suatu tulisan melalui proses atau tahapan-tahapan.

Keterampilan menulis seseorang bukan merupakan bakat, tetapi keterampilan yang dapat dikembangkan melalui latihan yang berkesinambungan. Keterampilan menulis memerlukan intensitas yang terus menerus hingga menghasilkan sebuah tulisan yang indah dan memiliki nilai estetika. Keterampilan menulis perlu ditumbuhkembangkan dalam dunia pendidikan karena dapat melatih siswa untuk berpikir kritis dalam menanggapi segala sesuatu.

Pelajaran bahasa Indonesia terdapat dua aspek yang dipelajari yaitu aspek kebahasaan dan sastra. Dengan adanya pelajaran sastra, siswa diharapkan dapat memahami sastra bukan hanya membaca karya yang ada di dalam buku pelajaran saja tetapi dapat membuat karya sastra, seperti menulis novel, puisi, naskah drama, dan lain-lain. Pendidikan sastra adalah pendidikan yang mencoba untuk mengembangkan kompetensi apresiasi satra, kritik sastra dan proses kreatif sastra. Tetapi dalam hal ini, proses kreatif sastra lebih ditekankan oleh penulis kepada siswa agar dapat menulis sebuah puisi dengan sekreatif mungkin.

Pembelajaran menulis puisi dapat digunakan siswa untuk mengekspresikan perasaan dan pikirannya, serta melatih kreativitas yang dimilikinya. Puisi diperkenalkan di sekolah menengah pertama dengan mengapresiasikan melalui membaca. Setelah membaca karya seorang penyair yang ada di dalam buku pelajaran, siswa disuruh membuat atau menulis puisi dengan imajinasi mereka. Namun, kegiatan menulis puisi mungkin sulit karena bukan hal mudah bagi mereka untuk menuangkan gagasan, pikiran dan perasaannya secara tertulis. Selain itu, siswa juga


(13)

sulit mencari inspirasi dan berimajinasi di dalam kelas jika disuruh membuat sebuah puisi.

Melihat fenomena tersebut, kegiatan menulis belum dapat terlaksana seperti yang diharapkan. Untuk itu, guru harus dapat memberikan teknik yang tepat saat memberikan tugas menulis puisi, karena sebagaimana pengajaran sastra pada umumnya, tujuan pengajaran puisi adalah untuk memberikan bekal kepada siswa berupa pengalaman, baik pengalaman menulis, mengapresiasi maupun berekspresi, serta memberikan bekal berupa pengetahuan yang berhubungan dengan puisi.

Pengetahuan tentang puisi ini merupakan salah satu landasan pengajaran. Untuk mendapatkan pengalaman mengapresiasi dan mengekspresikan suatu puisi, siswa perlu memahami hakikat puisi, teknik penulisan puisi, dan unsur-unsur yang ada di dalam sebuah puisi. Keterampilan menulis puisi dapat dicapai melalui bimbingan yang sistematis dan latihan secara intensif.

Sebenarnya tidak sedikit siswa yang suka menulis puisi tetapi karena singkatnya waktu yang diberikan oleh guru kepada siswa untuk membuat puisi, maka mereka membuat puisi seadanya tanpa memperhatikan keindahan kata dan lain-lainnya. Dalam sebuah puisi, tema juga sangat penting diperhatikan oleh siswa dalam menulis puisi, karena dengan adanya tema jadi lebih mudah untuk menulis sebuah puisi.

Terdapat beberapa alasan yang melatarbelakangi penelitian ini, yaitu sebagai berikut. Pertama, bahwa menulis memiliki kedudukan yang penting siswa untuk melatih kecerdasan dalam berpikir dan menunjang hasil belajar. Pembelajaran menulis puisi dapat digunakan siswa untuk mengekspresikan perasaan dan pikirannya, serta melatih kreativitas yang dimilikinya. Namun, siswa masih banyak yang sulit menuangkan ide atau gagasannya ke dalam sebuah tulisan. Berdasarkan hasil observasi di SMP Negeri 2 Tangerang Selatan sebagian besar siswa menganggap bahwa kegiatan menulis puisi itu bukan hal mudah. Siswa tidak mudah menuangkan gagasan dan merangkai kata-kata menjadi rangkaian kalimat yang


(14)

bermakna. Kedua, dalam kendala waktu. Singkatnya waktu yang diberikan guru kepada siswa untuk menulis sebuah puisi sehingga siswa terburu-buru dan menyebabkan puisi yang dihasilkan tidak maksimal. Dengan waktu yang cukup dan memberikan siswa kebebasan dalam menulis puisi, tidak hanya di dalam kelas saja, itu sangat membantu siswa untuk mencari inspirasi dan imajinasi mereka, kemudian dapat dituangkan ke dalam sebuah tulisan. Ketiga, kurangnya minat siswa dalam menulis puisi. Ada siswa yang suka menulis puisi, tetapi ada juga siswa yang tidak suka atau menulis puisi hanya karena tugas yang diberikan oleh guru di sekolah.

Berdasarkan fakta di atas, menunjukkan bahwa menulis puisi memang bukan hal yang mudah. Keterampilan menulis puisi dapat dicapai melalui bimbingan yang sistematis dan pelatihan yang intensif. Oleh karena itu, siswa hendaknya diarahkan dan dibimbing tahap demi tahap tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai keterampilan tersebut sehingga siswa dapat memahami unsur-unsur puisi dan teknik membuat puisi agar mereka mampu menulis puisi dengan indah. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti “Kemampuan Menulis Puisi dengan Teknik Pemberian Tugas/Resitasi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Tangerang Selatan, Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah, antara lain:

1. Rendahnya kemampuan siswa dalam menulis puisi. 2. Kurangnya minat siswa dalam menulis puisi. 3. Kurangnya imajinasi siswa dalam menulis puisi.


(15)

C. Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini, penulis membatasi agar permasalahan tidak meluas, yaitu: 1. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tangerang Selatan,

Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014

2. Penelitian ini menggunakan Teknik Pemberian Tugas/Resitasi

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang telah diuraikan, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

“Bagaimana kemampuan menulis puisi dengan teknik pemberian tugas/ resitasi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tangerang Selatan, semester genap tahun pelajaran 2013/2014?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dikembangkan dan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan menulis puisi dengan teknik pemberian tugas/resitasi pada siswa kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2013/2014.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat, baik manfaat teoritis dalam rangka mengembangkan teori, maupun kegiatan praktis yang dapat dipraktikan dalam pengembangan pengajaran di institusi pendidikan. Adapun manfaat penelitian ini adalah

1. Penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang teknik pengajaran, khususnya menulis puisi agar mendapatkan hasil yang optimal.

2. Meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa agar memiliki kreativitas yang tinggi.


(16)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Hakikat Menulis

1. Definisi Menulis

Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan bahasa yang semakin

penting untuk dikuasai. Kemampuan menulis merupakan “kemampuan yang sangat

penting dalam kehidupan, tidak hanya penting dalam lingkungan pendidikan tetapi

juga penting untuk di masyarakat.”1

Menulis pada hakikatnya “menyampaikan ide atau gagasan dan pesan dengan menggunakan lambang grafis (tulisan).”2

Dengan menulis, seseorang dapat menuangkan segala yang ada di dalam pikirannya. Menulis dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia (KBBI) adalah “melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan.”3

Menulis dan berbicara sesungguhnya berhubungan, dengan pengertian tulisan adalah penggambaran secara tertulis apa yang kita lisankan. Langan dalam Mansoer Pateda mengatakan, “menulis adalah pengalihan bahasa lisan ke dalam bentuk

tulisan.”4

Menulis sebenarnya bukan kegiatan yang asing karena setiap hari pun pasti

menulis. Menulis juga merupakan “suatu kegiatan memamparkan isi jiwa,

pengalaman, penghayatan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alatnya.”5 Orang memakai bahasa tulis sebagai wadah, alat, dan media untuk memaparkan isi jiwa serta pengalamannya.

1

Budinuryanta Y, Pengajaran Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), Cet.2, h. 12.2

2

Yeti Mulyati, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 2.44

3

Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia cet-2, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), h.968

4

Mansoer Pateda, Analisis Kesalahan, (Gorontalo: Nusa Indah, 1987), h.101 5

M. Silitonga, A.H. Hasan Lubis, dkk, Kemampuan Berbahasa Indonesia Siswa Kelas III SMP Sumatra Utara: Membaca dan Menulis, (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1984), h. 9


(17)

Menulis merupakan “suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan

bahasa.”6

Menulis biasa dilakukan pada kertas dengan menggunakan alat-alat seperti

pena atau pensil. Menulis dapat didefinisikan sebagai “suatu kegiatan untuk

menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan

aksara.”7

Tulisan yang baik harus memiliki makna , jelas, lugas, merupakan kesatuan yang bulat, singkat dan padat, serta memenuhi kaidah kebahasaan dan harus bersifat komunikatif.

Pendapat lain mengatakan, bahwa menulis merupakan “keterampilan

berbahasa yang produktif dan ekspresif karena penulis harus terampil menggunakan

grofologi, struktur bahasa, dan memiliki pengetahuan bahasa yang memadai.”8 Seorang penulis harus dapat memilih kata yang tepat untuk ditulis agar dimengerti oleh orang lain. “Keterampilan menulis erat kaitannya dengan kepemimpinan atau

posisi seseorang.”9

Selain itu, menulis juga merupakan suatu aktivitas komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai medianya. Wujudnya berupa tulisan yang terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan semua kelengkapannya, seperti ejaan dan tanda baca.

Kegiatan menulis dapat dilakukan melalui proses atau tahapan-tahapan sebelumnya. Menulis merupakan “suatu kegiatan yang dapat menjelaskan masalah untuk diri sendiri maupun pembaca. Seorang penulis memerlukan waktu yang tidak cepat dan mudah untuk menuangkan pikirannya di atas kertas agar tersampikan ke pembaca. Banyak siswa yang berpikir bahwa mereka memiliki banyak masalah dengan menulis, karena mereka percaya menulis itu banyak tahapan-tahapannya.”10

6

Djago Tarigan dan H.G Tarigan, Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, ), h. 186

7

Alex dan H. Achmad H.P, Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 106

8

Puji Santosa, Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), h.3.21

9

Djago Tarigan dan H.G Tarigan, Op.cit., h. 186 10

William Vesterman, Reading and Writing Short Arguments, (New York: McGraw Hill, 2005), h.24


(18)

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara menuangkan ide atau gagasan yang dimiliki dalam bentuk tulisan. Menulis merupakan kegiatan yang penting bagi siswa untuk melatih kecerdasannya dalam menuangkan gagasan atau pikirannya melalui kata-kata.

2. Manfaat Menulis

Menulis merupakan suatu kegiatan yang mempunyai banyak manfaat. Semua orang pasti dapat menulis. Kemampuan menulis memberikan beberapa manfaat, yaitu dapat:

a. Mengenali kemampuan dan potensi diri sendiri; b. Mengembangkan berbagai gagasan;

c. Memperluas wawasan teoritis dan praktis; d. Memperjelas permasalahan yang samar-samar; e. Menilai gagasan sendiri secara objektif;

f. Memecahkan masalah;

g. Mendorong belajar secara aktif; dan

h. Membiasakan diri untuk berpikir dan berbahasa secara tertib.11 Selanjutnya Tarigan mengatakan manfaat menulis yaitu:

a. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir;

b. Menolong kita berpikir secara kritis;

c. Memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap atau persepsi kita;

d. Memecahkan masalah-masalah yang kita hadapi; e. Membantu menjelaskan pikiran-pikiran kita.12

11

Budinuryanta, Op.cit., h. 12.2-12.3 12

Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 2008), h. 22-23


(19)

Dari beberapa manfaat di atas, dapat dilihat bahwa menulis memang sangat penting dimiliki oleh seseorang untuk mengenali kemampuan dan potensi yang dimiliki, dan dapat membantu kita dalam berpikir secara kritis.

3. Tujuan Menulis

Setiap jenis tulisan mengandung beberapa tujuan agar tulisan tersebut memiliki makna bagi setiap pembacanya. Tujuan pembelajaran menulis harus didasari oleh tujuan menulis tersebut. Tujuan mempelajari menulis adalah agar memiliki kemampuan dan pengalaman menulis serta mendapatkan kemampuan itu untuk berbagai keperluan. Tujuan dalam sebuah tulisan itu sangat beraneka ragam, seperti:

a. Memberitahukan atau mengajar; b. Meyakinkan atau mendesak; c. Menghibur atau menyenangkan;

d. Mengutarakan atau mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api.”13 Jadi dapat disimpulkan, bahwa tujuan menulis itu sangat beraneka ragam, diantaranya untuk memberitahukan atau menginstruksikan, meyakinkan atau mempersuasikan, menghibur atau menyenangkan, dan mencurahkan perasaan. Setiap penulis memiliki tujuan masing-masing dalam menuangkan ide atau gagasannya dalam sebuah tulisan.

4. Langkah-langkah Menulis

Sebelum menulis, terdapat langkah-langkah yang harus diperhatikan, yaitu: a. Persiapan (preparation)

1) Buat kerangka tulisan (outline);

2) Temukan idiom yang menarik (eye catching); 3) Temukan kata kunci (key word).

13


(20)

b. Menulis (writing)

1) Ingatkan diri agar tetap logis;

2) Baca kembali setelah menyelesaikan satu paragraf; 3) Percaya diri akan apa yang ditulis.

c. Editing

1) Perhatikan kesalahan kata, tanda baca, dan tanda hubung; 2) Perhatikan hubungan antarparagraf;

3) Baca esai secara keseluruhan.14

Jadi dapat disimpulkan bahwa sebelum menulis harus memiliki sebuah persiapan terlebih dahulu, setelah itu baru dapat menulis dan terakhir adanya proses

editing agar tulisan tersebut indah dan mudah untuk dipahami.

B. Hakikat Puisi 1. Definisi Puisi

Puisi memiliki makna yang luas dan beragam. Puisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), merupakan “ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, mantra, rima, serta penyusunan larik dan bait.”15 Melalui puisi orang memilih kata dan memadatkan bahasa. Luxemburg dalam Siswanto mengatakan bahwa puisi

adalah “teks-teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah

alur.”16

Dengan kata lain, isinya bukan hanya sebuah cerita, tetapi lebih mengungkapkan perasaan pengarang. Waluyo juga mendefinisikan puisi merupakan

“bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara

imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan struktur fisik dan struktur

batinnya.”17

Penyair mempunyai maksud tertentu mengapa baris-barisnya dan bait-baitnya disusun sedemikian rupa.

14

Alex dan H. Achmad H.P, Op.cit., h. 107 15

Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Op.cit., h.706 16

Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: PT.Grasindo, 2008), h.107 17


(21)

Puisi merupakan karya yang dimaksudkan oleh pengarang sebagai puisi dan diterima dengan sama oleh pembaca. Roman Jacobson, seorang ahli linguistik dari

Prancis, menekankan pada fungsi puitik teks, yakni “sebuah fungsi yang

mengarahkan segenap upaya dan perhatian pada unsur-unsur teks itu sendiri.”18 Selain itu, Pradopo mengatakan bahwa “puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indra dalam suasana yang berirama. Puisi adalah pengalaman, imajinasi, dan sesuatu yang berkesan yang ditulis sebagai ekspresi seorang dengan menggunakan bahasa tak langsung.”19 Artinya, puisi ditulis oleh seseorang sebagai bentuk ekspresi yang menggunakan bahasa tak langsung dan merupakan suatu hasil pengalaman, imajinasi maupun sesuatu yang berkesan dalam dirinya.

Puisi adalah “perasaan seorang penyair diwaktu senggangnya. Puisi muncul

dari kebebasan berkhayal yang mungkin diutamakan oleh seorang penyair.”20

Dengan berkhayal, akan banyak imajinasi-imajinasi yang muncul dari pemikiran sang

penyair. Sayuti memberikan batasan, puisi merupakan “pengucapan bahasa yang memperhitungkan adanya aspek-aspek bunyi di dalamnya, yang mengungkapkan pengalaman imajinatif, emosional, dan intelektual penyair yang ditimba dari kehidupan individual dan sosialnya; yang diungkapkan dengan teknik tertentu sehingga puisi itu dapat membangkitkan pengalaman tertentu pula dalam diri

pembaca atau pendengarnya.”21

Puisi adalah dunia dalam kata. Isi yang terkandung dalam puisi merupakan cerminan pengalaman, pengetahuan, dan perasaan penyair yang membentuk sebuah dunia bernama puisi. Panuti Sudjiman dalam Kamus Istilah

Sastra menguraikan bahwa puisi adalah “ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, mantra dan rima serta penyusunan larik dan bait.”22

18

Melani Budianta, dkk, Membaca Sastra, (Magelang: Indonesia Tera, 2003), h.40 19

Sigit Mangun Wardoyo, Teknik Menulis Puisi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h.19-20 20

Vincent B. Leitch, The Norton Anthology of Theory and Criticism, (London: ), h.1805 21

Sukino, Menulis itu Mudah, (Yogyakarta: Pustaka Populer LKiS, 2010), h.113 22


(22)

Puisi merupakan hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat-syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak, dan kadang-kadang kata kiasan.

Pandangan bahwa “puisi menghibur, bertentangan dengan pandangan bahwa puisi

mengajarkan sesuatu. Pandangan bahwa puisi adalah propaganda, bertentangan dengan pandangan bahwa puisi semata-mata permainan bunyi dan citra, tanpa acuan

ke dunia nyata.”23

Ada beberapa pendapat mengenai pengertian puisi dalam buku Kajian Puisi Teori dan Praktik, antara lain.

a. James Reeves memberikan batasan bahwa puisi adalah “ekspresi bahasa yang kaya dan penuh daya pikat.”

b. Herbert Spencer dalam Waluyo, menyatakan bahwa puisi merupakan “bentuk pengucapan gagasan yang bersifat emosional dengan mempertimbangkan efek

keindahan.”

c. Samuel Jhonson menyatakan bahwa puisi adalah “seni penyatuan kesenangan -kesenangan dengan kebenaran melalui sentuhan imajinasi yang bernalar.”

d. W.H Auden dalam Gani, menyatakan bahwa puisi adalah “ekspresi yang

berbaur.”

e. Wallace Steven dalam Gani, berpendapat bahwa puisi adalah “penikmatan dalam kata dengan serangkaian kata-kata.”

f. Mathew Arnol dalam Situmorang, mengatakan puisi adalah “satu-satunya cara

yang paling indah, impresif, dan yang paling efektif mendendang sesuatu.”24 Jadi, dapat disimpulkan puisi merupakan permainan kata dan bunyi yang disusun dalam larik dan bait yang dibuat oleh seorang penyair secara imajinatif. Melalui puisi, seseorang dapat menuangkan perasaannya ke dalam sebuah tulisan dengan menggunakan kata-kata yang indah.

23

Rene Wellek dan Austin Warren, Teori Kesusatraan, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993), h.25

24


(23)

2. Ragam Puisi

Puisi dibedakan berdasarkan bentuknya, yaitu:

a. Puisi lama, yaitu puisi yang sangat terkait oleh ketentuan banyaknya baris dalam satu bait, persajakan dan irama. Jenis-jenis puisi lama, yaitu:

1) Mantra adalah puisi yang mempunyai kekuatan magis. Puisi mantra biasanya diucapkan oleh para pawang (orang yang memiliki kemampuan supranatural) misalnya pawang hujan, pawang ular, dan lain-lain.

Contoh:

Mantra Berbahasa Jawa Ya rohku, yarohe pangeran

Aku njaluk banyu sundul ing ngawiyat Kanggo tamba larane si ….

Ya rohku, rohnya pangeran

Aku minta air menyentuh angkasa

Untuk mengobati sakitnya si ….

Ungkapan banyu sundul ing ngawiyat adalah ungkapan magis, karena banyu (air) yang dimaksud adalah air suci dari Tuhan yang dipercayai mampu mengobati penyakit.

2) Bidal adalah bahasa kias yang artinya berupa konvensional atau berdasarkan kesepakatan dengan melibatkan perasaan yang halus. Bidal terdiri dari:

a) Pepatah adalah kiasan untuk mematahkan pernyataan orang lain. Contoh:

Besar pasak daripada tiang.

Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.

b) Pribahasa adalah kiasan dengan kalimat singkat. Contoh:

Bertopeng dagu. Berpangku tangan.


(24)

c) Tamsil adalah perumpamaan yang mengandung perbandingan. Contoh:

Ilmu padi

Makin menunduk makin berisi. Tua-tua keladi

Makin tua makin jadi.

d) Ibarat adalah perkataan atau cerita yang menggunakan perumpamaan. Contoh:

Mata lepas badan terkurung.

e) Pameo adalah kalimat yang merupakan semboyan. Contoh:

Merdeka atau mati.

f) Amsal adalah umpama atau perumpamaan.

3) Pantun adalah puisi khas Melayu yang terdiri atas empat baris. Rimanya a-b-a-b dan dua larik pertama saling terkait dengan dua larik berikutnya dari segi, namun kedua pasangan itu memiliki hubungan bunyi dan irama yang erat. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka.

Contoh:

Jalan-jalan ke pulau Jawa

Jangan lupa mampir ke Surabaya Siapa orang tidak tertawa

Melihat kuda pakai kebaya

4) Karmina adalah pantun singkat terdiri dari dua baris. Contoh:

Kura-kura dalam perahu Pura-pura tidak tahu.


(25)

5) Seloka adalah pantun berkait atau pantun berantai. Contoh:

Merah-merah buah rambutan Rambutan matang di keranjang Setitik cinta aku layangkan Berbunga-bunga untukmu sayang

Rambutan matang di keranjang Warnanya merah layaknya bata Berbunga-bunga untukmu sayang Tersenyum manis kuterima cinta

6) Talibun adalah sajak bersilang, pantun yang terdiri dari 6, 8, atau 10 baris bersajak abc/abc, abcd/abcd/abcd.

Contoh:

Dikala katak tersepak pelita Menarilah kuda di batu akik Dikejar teledu terkena pahat Jika hendak anakmu sempurna Carilah di guru cerdik

Mengajar ilmu dunia akhirat

7) Gurindam adalah puisi yang terdiri dari dua baris bersajak a-a baris 1 sampiran baris 2 isi.25

b. Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama, baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.

1) Jenis-jenis puisi baru menurut isinya, yaitu: a) Balada

Balada adalah puisi yang mengungkapkan sesuatu dan berakhir dengan kesedihan.

25


(26)

b) Romans

Romans adalah puisi yang mengungkapkan tentang kisah percintaan. c) Elegi

Elegi adalah puisi yang mengisahkan tentang ratapan nasib. d) Himne adalah

Himne puisi yang berisi tentang pemujaan kepada dewa-dewa dan Tuhan.

e) Ode

Ode adalah puisi yang berisi pujian terhadap seseorang atau sesuatu yang dianggap luhur.

f) Satire

Satire adalah puisi yang berisi protes social dan sindiran keras terhadap kondisi tertentu dan perilaku kelompok masyarakat.

g) Idyle

Idyle adalah puisi yang mengisahkan kehidupan aman, tentram, damai sentosa.

h) Epigram

Epigram adalah puisi sindiran yang berisi ajaran kehidupan yang luhur dan perjuangan.

i) Didaktis

Didaktis adalah puisi yang berisi tentang nilai-nilai pendidikan dan pengajaran.

j) Serenade

Serenade adalah puisi yang mengungkapkan tentanag kisah percintaan yang dapat dinyanyikan (puisi/lirik lagu cinta).

k) Diafan

Diafan adalah puisi sederhana karena mudah ditangkap dan mudah dicerna maknanya (diksi sederhana).


(27)

l) Prismatik

Prismatic adalah puisi yang cenderung sulit dicerna maknanya (diksi denotatif), tetapi bila dibaca secara cermat maknanya dapat dicerna. m) Hermetis

Hermetis adalah puisi yang sulit dipahami maknanya. Untuk memahami puisi ini kita harus memahami latar belakang dan kepribadian penyair.26

2) Jenis-jenis puisi baru menurut bentuknya, yaitu:

a) Distison adalah sajak dua seuntai dan dua serangkum. Contoh:

“Hang Tuah” karya Amir Hamzah.

b) Terzina merupakan sajak tiga seuntai dan tiga serangkum. Contoh:

“Di mana tempat cinta sejati….?” karya Intojo. c) Kuatren adalah sajak empat seuntai empat serangkum.

Contoh:

“Kemuning” karya Karim Halim.

d) Kuin adalah sajak lima seuntai. Contoh:

“Hanya Kepada Tuan” karya Omar Mandank.

e) Sekstet/Terzina adalah sajak enam seuntai. Contoh:

“Tanah Air” karya Moh Yamin. f) Septime adalah sajak tujuh seuntai.

Contoh:

“Langit” karya Intojo.

26


(28)

g) Oktafo/Stanza adalah sajak delapan seuntai. Contoh:

“Pertanyaan anak kecil” karya M.R. Dajoh.

h) Soneta adalah sajak empat belas seuntai, yaitu puisi yang kaya akan unsur bunyi (melodius).

Contoh:

“Menyesal” karya Ali Hasymi.

i) Akrostison adalah puisi yang baris awalnya membentuk nama benda. Contoh:

“Menghadap Matahari” karya Tariganu.27 3. Struktur Puisi

Struktur berarti bentuk keseluruhan yang kompleks objek dan peristiwa adalah sebuah struktur yang terdiri dari berbagai unsur yang di dalam unsur-unsur tersebut menjalin hubungan. Setiap karya sastra termasuk puisi dibentuk dari beberapa unsur yang saling berhubungan yang membangun struktur tersebut.

Struktur puisi terdiri dari unsur fisik dan unsur batin. Struktur fisik secara tradisional disebut elemen bahasa, sedangkan struktur batin secara tradisional disebut makna puisi. Berikut ini unsur-unsur puisi yaitu:

1. Struktur fisik puisi (bahasa yang digunakan), meliputi unsur-unsur pembangun puisi yaitu:

a. Diksi

Diksi mengandung dua makna. Pertama, pilihan kata merupakan kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan situasi dan gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Kedua, pilihan kata yang tepat dan sesuai dengan konteks

27


(29)

kosa kata bahasa itu sendiri. Keraf menyatakan diksi bukan saja digunakan untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tetapi meliputi persoalan fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan.28 Pemilihan kata begitu penting digunakan dalam menulis puisi karena pemilihan kata mempertimbangkan berbagai aspek estetis, maka kata-kata yang sudah dipilih oleh penyair untuk puisinya bersifat absolut dan tidak bisa diganti dengan padan katanya, sekalipun maknanya tidak berbeda.

Jadi diksi adalah pilihan kata yang digunakan oleh penyair di dalam karyanya yang berfungsi untuk membangun dan memperindah karya tersebut. Contoh:

HANYUT AKU (Amir Hamzah) Hanyut aku, kekasihku!

Hanyut aku!

Ulurkan tanganmu, tolong aku

Dari kutipan puisi di atas, terdapat kata-kata kiasan dalam merasakan kesedihannya, ungkapan putus asa dan permintaan tolong yang digunakan oleh Amir Hamzah.

b. Irama atau Ritme

Irama adalah turun dan naiknya suara dalam puisi. Waluyo mengatakan dalam buku Kajian Puisi, irama atau ritme adalah “turun naik suara secara teratur.” 29Djojosuroto pun menyatakan dalam buku Kajian Puisi, irama dibagi atas tempo, dinamik, nada, periodenosasi.

Jadi irama atau ritme adalah tinggi rendahnya suara saat melafalkan dan mengekspresikan puisi yang dibaca. Dengan menggunakan irama yang benar, puisi akan lebih indah untuk dibacakan.

28

Sukino, Op.cit., h.117-118 29


(30)

Contoh:

DOA (Chairi Anwar) Tuhanku

Dalam termangu

Aku masih menyebut namaMu

Biar susah sungguh

Mengingat Kau penuh seluruh

cayaMu panas suci

tinggal kerdip lilin dikelam sunyi

Tuhanku

Aku hilang bentuk Remuk

Tuhanku

Aku mengembara di negeri asing

Tuhanku

Di pintuMu aku mengetuk Aku tidak bisa berpaling

13 November 1943

Pada puisi di atas, terdapat keindahan bahasa yang digunakan oleh penyair sehingga ketika puisi ini dibacakan akan sangat terasa apa yang ingin disampikan oleh penyair.

c. Kata Konkret

Kata konkret adalah kata-kata yang digunakan oleh penyair untuk merujuk kepada arti yang menyeluruh.30 Kata konkret juga merupakan kata-kata yang

30


(31)

digunakan oleh penyair untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana batin dengan maksud untuk membangkitkan imaji pembaca.

Jadi dapat disimpulkan, kata nyata atau konkret adalah kata-kata yang digunakan oleh seorang penyair untuk menimbulkan imajinasi pembaca tentang karyanya tersebut.

Contoh:

IKAN (Wahyudi S.) Aku lihat ikan di akuarium

Tidak pernah tidur

Lalu bagaimana ia menghitung hari dan kematian Barangkali memang tidak perlu dirisaukannya Karena ia selalu berdzikir dengan mata dan siripnya

Pada puisi di atas, kata konkret ditunjukkan pada kata ikan, akuarium, mata dan sirip. Kata konkret berhubungan dengan kiasan atau lambing. Pada puisi di atas, menggambarkan seekor ikan yang berada di akuarium. Ikan tidak pernah tidur dan tidak akan memejamkan matanya, ia hanya dapat berkedip. Ikan tidak mengenal waktu sehingga tidak akan tahu kapan kematiannya akan tiba. Dengan menggunakan mata dan siripnya ikan dapat hidup tentram di air.

d. Rima

Rima merupakan pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi.31 Salah satu yang mencakup rima adalah onomatope. Onomatope merupakan tiruan terhadap bunyi. Dalam puisi, bunyi-bunyi ini memberikan warna suasana tertentu seperti yang diharapkan oleh penyair.

Contoh:

BULAN TERANG (J.E Tatengkeng) Sunyi lengang alam terbang

Udara jernih tenang

Dilangit mengerlip ribuan bintang

31

Ibid., h.39


(32)

Bulan memancar caya senang

Angin mengembus tertahan-tahan Dan berbisik rasa kesukaan Bulan beralih perlahan-lahan Menuju magrib peraduan

Hati yang masygul menjadi senang Sukma riang terbang melayang Karna lahir kerinduan semalam Ribaan Hua yang kukenang

Kudapat t’rang, kasih dan sayang Serta damai hati di dalam

Pada puisi di atas, terdapat rima akhir pada setiap baris puisi. Pada bait pertama terdapat bunyi / ang/ dalam empat baris, bait kedua terdapat bunyi /an/ dalam empat baris, dan pada bait ketiga terdapat bunyi /ang/ dalam dua baris, baris ketiga terdapat bunyi /am/, baris kelima dan enam terdapat bunyi /ang/, dan baris keenam terdapat bunyi /am/.

2. Struktur batin puisi merupakan wujud kesatuan makna puisi yang berupa pokok pikiran. Untuk memahami makna dari unsur batin puisi, pembaca harus melibatkan diri dengan nuansa puisi, konteks, sosiologi, dan psikologi penyair. Unsur-unsur batin puisi, yaitu:

a. Tema atau Sens

Tema adalah hal yang paling utama dilihat oleh para pembaca dari sebuah

tulisan. Tema merupakan “pengungkapan pokok pikiran dan persoalan manusia yang hakiki yang mengandung arti (cinta, benci, dendam, duka, keserakahan,

keadilan, kesengsaraan, penindasan, dan kebahagiaan).”32

Tema puisi dapat diketahui melalui hubungan kata-kata yang semakna yang ada di dalamnya.

32


(33)

Jadi dapat disimpulkan, tema adalah ide pokok dari sebuah tulisan. Sebelum membuat sebuah puisi, lebih baik menentukan tema terlebih dahulu agar isi puisi tersebut tidak meluas dan tetap berpacu ke tema tersebut.

Contoh:

DOA (Chairi Anwar) Tuhanku

Dalam termangu

Aku masih menyebut namaMu

Biar susah sungguh

Mengingat Kau penuh seluruh

cayaMu panas suci

tinggal kerdip lilin dikelam sunyi

Tuhanku

Aku hilang bentuk Remuk

Tuhanku

Aku mengembara di negeri asing

Tuhanku

Di pintuMu aku mengetuk Aku tidak bisa berpaling

13 November 1943

Pada puisi di atas, bertemakan ketuhanan. Penyair memberi judul “DOA”

dan puisi ini berisikan tentang Tuhan. Dimana pun, kapan pun, harus selalu ingat Tuhan, walau dalam keadaan susah maupun senang.


(34)

b. Perasaan

Perasaan adalah “segala yang dirasakan atau dialami penyair secara

imajinatif.”33

Puisi merupakan karya yang paling mewakili ekspresi perasaan penyair. Jadi dapat disimpulkan, bahwa perasaan adalah sesuatu yang dirasakan oleh penyair dan disampikan melalui puisi.

Contoh:

TUHAN (Bahrum Rangkuti)

Tuhan, tiada kasih melainkan Kaulah Kaulah pelita hatiku Nyinari batinku gelisah menderita rintih

Selama ini hampir remuk jiwaku tapi kau datang, Datang Tuhanku,

Bawalah aku meninggi ke langit rohani Tempat geta mu damai

Biar segar dijiwa yang rindu berisi batin yang kosong

“Tuhanku”, 1943

Aku,

Hilang aku oleh Belaian bisikmu Lunak-merdu

Hanyut aku, Tuhanku Dalam lautan kasihMu.

Tuhanku tiada kasih Melainkan Kaulah

“Tuhanku”, 1943

Puisi di atas, tentang bagaimana seorang penyair mengeskpresikan bentuk-bentuk perasaan dan kerinduannya kepada Tuhan melalui puisi. Dalam penggalan puisi /Hanyut aku, Tuhanku/Dalam lautan KasihMu/Datang, Tuhanku/ bawalah aku meninggi ke langit rohani/. Kerinduannya diekspresikan melalui kata hanyut, kasih, meninggi, langit rohani. Nuansa makna dari kata-kata itu

33


(35)

memancarkan isi batin, kedalaman penghayatan penyair terhadap ekspresi rohaniah dan pesan-pesan ketuhanan.

c. Amanat

Amanat merupakan hal yang mendorong untuk menciptakan puisi.

Amanat ialah “pesan atau kesan yang ingin disampikan oleh pengarang melalui

jalan cerita.”34

Jadi dapat disimpulkan bahwa amanat adalah pesan yang ingin disampikan oleh penyair dalam puisinya.

Contoh:

DIPONEGORO (Chairil Anwar) Di masa pembangunan ini

Tuan hidup kembali

Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti

Tak gentara. Lawan banyaknya seratus kali. Pedang di kanan, keris di kiri

Berselempang semangat yang tak bisa mati.

MAJU

Ini barisan tak bergenderang-berpalu Kepercayaan tanda menyerbu.

Sekali berarti Sudah itu mati

MAJU

Bagimu Negeri Menyediakan api.

34


(36)

Punah di atas menghamba Binasa di atas ditinda

Sungguhpun dalam ajal baru tercapai Jika hidup harus merasai.

Maju. Serbu. Serang. Terjang.

Februari 1943

Pada puisi di atas, bertemakan perjuangan, dengan amanat berupa semangat yang berapi-api disampaikan oleh penyair kepada generasi muda, yaitu setiap generasi tidak boleh putus asa dalam memperjuangkan hak yang terampas oleh bangsa asing. Demi menjaga harga diri dana martabat bangsa dilukiskan lebih baik mati daripada harus menjadi budak bangsa asing.

d. Imaji (Citraan)

Djojosuroto mengungkapkan, imaji adalah “segala yang dirasakan atau dialami penyair secara imajinatif.” Imaji atau pencitraan merupakan upaya

menghidupkan suasana puisi dari pengalaman sensoris ke dalam suasana yang

lebih konkret. Sayuti mengatakan bahwa “citraan dapat dilihat dari dua sudut

pandang. Pertama, citraan dilihat dari sisi pembaca adalah pengalaman indra yang terbentuk dalam rongga imajinasi pembaca, yang ditimbulkan oleh sebuah kata atau rangkaian kata. Kedua, citraan dilihat dari sisi penyair adalah bentuk bahasa yang dipergunakan oleh penyair untuk membangun komunikasi estetik

atau untuk menyampaikan pengalaman indranya.”35

Jadi dapat disimpulkan bahwa imaji adalah gambaran dalam pikiran yang dihasilkan oleh penangkapan terhadap suatu objek yang dapat dilihat oleh panca

35


(37)

indera. Dengan pengimajian atau citraan dapat mengingatkan kembali apa yang telah dirasakan.

Contoh:

MATA PISAU (Sapardi Djoko Damono) Mata pisau itu tak berkejap menatapmu

Kau yang baru saja mengasahnya Berfikir: ia tajam untuk mengiris apel Yang tersedia di atas meja

Sehabis makan malam;

Ia berkilat ketika terbayang olehnya urat lehermu.

Pada puisi di atas, terdapat pengimajian atau citraan penglihatan yang

ditunjukkan oleh kata “menatapmu”, “mengiris”. Dalam puisi ini, penyair

membayangkan pisau yang tajam karena baru saja diasah, dan berfikir untuk digunakan memotong buah apel. Kemudian berfikir singkat untuk memotong urat lehermu.

e. Bahasa Figuratif atau Majas

Bahasa figuratif adalah “bahasa yang digunakan untuk mendapatkan kepuitisan.”36

Bahasa figuratif dapat membuat puisi menjadi prismatik, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. H.B. Jassin dalam Jabrohim

mengatakan “pemakaian bahasa figuratif pada dasarnya bersifat spontan, langsung keluar dari kalbu penciptanya dan terdapat kesejajaran dengan lukisan

yang dimaksud.”37

Penggunaan majas membantu penyair menghadirkan kesan puitis melalui pemilihan bunyi yang dapat menimbulkana imajinasi di dalam diri pembaca.

36

Ibid., h.25 37


(38)

Jadi dapat disimpulkan bahwa majas adalah bahasa yang digunkan oleh penyair untuk menyatakan sesuatu dengan cara pengiasan, atau mengungkapkan makna secara tersembunyi.

Contoh:

MATA PISAU (Sapardi Djoko Damono) Mata pisau itu tak berkejap menatapmu Kau yang baru saja mengasahnya Berfikir: ia tajam untuk mengiris apel Yang tersedia di atas meja

Sehabis makan malam;

Ia berkilat ketika terbayang olehnya urat lehermu.

Pada puisi di atas, terdapat majas personifikasi yang ditunjukkan pada

kalimat “mata pisau itu tak berkejap menatapmu”. Pada kalimat menatapmu,

seolah-olah pisau itu mempunyai mata atau panca indera penglihatan sehingga dapat melihat seperti manusia.

f. Tata Wajah (Tipografi)

Tata wajah merupakan “pembeda penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak berbentuk paragraf, namun berbentuk bait.”38 Tata

wajah puisi atau wujud visual sebuah puisi merupakan “bentuk tampilan puisi yang ditulis oleh penyair.”39

Jadi dapat disimpulkan bahwa tata wajah (tipografi) merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama. Kata-kata dalam puisi membentuk larik-larik sajak dalam bait, tidak berbentuk kalimat dalam paragraf. Contoh:

DOA PERAHU (Ismed Natsir, 1974) Tuhanku

Beritahu kini

38

Ibid., h.74 39


(39)

Ke manakah harus

kupergi Ke muara

menyongsong laut

biru Ataukah

melawan arus

menuju hulu

Pada puisi di atas, ditulis seperti itu agar dapat memberikan warna dan dapat mempengaruhi daya tarik pembaca. Puisi ini berisikan tentang laut. Penyair meminta petunjuk kepada Tuhan kemanakah ia harus pergi. Apakah ke muara menyongsong langit biru atau pergi melawan arus.

4. Penulisan Kreatif

Menulis sastra berkaitan dengan pribadi kreatif. Seorang yang kreatif adalah yang memiliki kemampuan kapasitas tersebut. Oleh karena itu, dalam menulis sastra harus ada nilai seni dan kegunaannya yang terkandung di dalamnya. Kreativitas juga merupakan kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru, dan sebelumnya tidak dikenal pembuatnya.40 Maksudnya bahwa kreativitas merupakan kegiatan imajinatif pemikiran yang hasilnya bukan hanya perangkuman, melainkan gabungan informasi yang diperoleh dari pengalaman.

Seorang guru yang ingin mengajarkan penulisan kreatif pada siswanya, mau tak-mau harus memulainya dengan mengenalkan karya-karya sastra yang ada. Salah satu cara yang baik untuk mendorong siswa berlatih menulis kreatif adalah dengan

40


(40)

memberikan beberapa tema yang bersifat umum agar dapat dikembangkan sendiri oleh para siswa berdasarkan pengamatan dan pengalaman mereka.41 Latihan menulis kreatif ini, akan lebih lancar apabila tema-tema yang diberikan diambil dari karya-karya sastra yang pernah mereka baca, atau paling tidak diambil dari karya-karya sastra yang pernah dikenalnya.

Proses yang biasanya dilakukan oleh penulis atau pengarang dalam menulis kreatif puisi dibagi atas tiga hal. Pertama adalah kegiatan sebelum menulis. Dari ketiga proses menulis kreatif puisi di atas akan diuraikan sebagai berikut.

1) Kegiatan sebelum menulis

Ada beberapa kegiatan yang dilakukan penulis atau pengarang sebelum menulis karya sastra. Kegiatan ini bisa berupa kegiatan yang sudah lama berlangsung sebelum proses menulis karya sastra, bisa juga kegiatan menjelang penulisan karya sastra. Kegiatan yang dilakuan sastrawan sebelum menulis pada umumnya adalah berjalan-jalan, membaca, mendengarkan, dan memperoleh pengalaman.42

Proses pertama yaitu berjalan-jalan. Ketika seseorang berjalan-jalan, maka ia akan mudah mendapatkan ide untuk menulis dengan berpergian dari suatu tempat ke tempat lain. Banyak hal yang dapat dilihat ketika berjalan-jalan dan akan banyak obyek yang dapat dilihat ketika berjalan-jalan.sehingga memudahkan penulis puisi untuk menuangkat ide dalam menulis kreatif puisi.

Proses yang kedua yaitu membaca. Membaca merupakan kunci seseorang untuk mendapatkan dan menguasai informasi. Bekal menjadi penulis adalah banyak membaca. Ketika penulis sering membaca maka akan banyak pengetahuan yang akan masuk ke dalam daya imajinasi seorang penulis dalam menuangkan tulisannya. Oleh karena itu, membaca sangatlah penting dalam proses menulis kreatif puisi, dengan membaca akan bertambahnya pengetahuan dan imajinasi seseorang sehingga memudahkan dalam menulis puisi.

41

B. Rahmanto, Metode Pengajaran Sastra, (Yogyakarta: Kanisius, 1992), h. 117 42


(41)

Proses yang ketiga yaitu mendengarkan. Kegiatan mendengarkan merupakan kegiatan yang biasa dilakukan penulis sebelum menulis. Misalnya seorang penulis yang biasanya sebelum menulis puisi lalu ia mendengarkan sebuah lagu yang romantis, maka akan terciptalah puisi yang romantis pula. Sehingga proses mendengarkan juga sangat berpengaruh dalam kreativitas menulis puisi.

Proses yang terakhir adalah memperoleh pengalaman. Kegiatan yang biasanya dilakukan oleh seorang pengarang adalah mencari pengalaman. Sebagai seorang penulis pengalaman itu sangat penting untuk menambah pengetahuan dan wawasan sesuai apa yang pernah ia rasakan. Ketika seorang penulis pernah pergi ke suatu tempat yang menyenangkan, maka hasil tulisan yang dihasilkan juga akan bertemakan sesuatu yang menyenangkan pula. Sama halnya dengan menulis puisi, ketika seorang penulis puisi pernah merasakan sedihnya ditinggalkan kedua orangtua untuk selamanya, maka hasil puisinya pun akan mengisahkan tentang kedua orangtuanya yang telah tiada.

2) Kegiatan pada saat menulis

Pada tahapan ini, dalam menulis puisi seharusnya penulis sudah menentukan tema apa yang akan dijadikan puisi. Karena pada proses kegiatan sebelum menulis, seharusnya penulis sudah dapat menentukan tema lalu sudah dapat mengembangkan tema menjadi butir-butir kerangka yang akan dijadikan puisi. Jika dalam menulis puisi, penulis memiliki ide yang baru lagi yang dirasa lebih baik dari ide sebelumnya, maka hendaknya penulis meneruskan tulisan yang sudah terkonsep dari awal yang sudah dibuat kerangkanya. Karena tugas penulis adalah mengatur atau menggerakkan suatu proses yang mengakibatkan suatu perubahan tertentu dalam bayangan atau kesan pembaca.43 Jadi ketika penulis sudah mulai tidak fokus maka hasilnya pun tidak maksimal.

43


(42)

3) Kegiatan Pascapenulisan

Kegiatan pascapenulisan merupakan kegiatan penyempurnaan hasil tulisan yang sudah dibuat dengan butir-butir kerangka. Kegiatan ini disebut juga dengan kegiatan merevisi. Setelah menulis puisi hendaknya melakukan revisi puisi yang telah dibuat. Gunanya agar hasil puisi menjadi maksimal.

5. Penulisan Puisi

Menulis puisi merupakan ekspresi seseorang yang dituangkan dalam bahasa tulis. Dalam latihan menulis, masih banyak yang berangggapan bahwa pembinaan keterampilan menulis untuk mayoritas siswa hanya dapat dilaksanakan lewat prosa. Akan tetapi sebenarnya percobaan-percobaan latihan penulisan puisi perlu juga dilaksanakan. Latihan penulisan puisi ini tidak hanya untuk mempertajam pengamatan dan meningkatkan kemampuan bahasa.44 Melalui latihan penulisan puisi, siswa diharapkan dapat memperoleh minat segar yang muncul dari kedalaman puisi itu sendiri.

Cara membina siswa agar dapat menulis puisi dengan cara memanfaatkan model yang cocok dan mudah ditiru untuk membina keterampilan menulis puisi. Puisi yang cocok sebagai model untuk latihan menulis, biasanya puisi yang berbentuk bebas dan sederhana, berisi hasil pengamatan yang berupa imbauan atau pernyataan.

Lalu perkenalkan “kiasan” pada tahap latihan awal. Kiasan tidak hanya dapat

memperpadat pesan yang ingin disampaikan dalam puisi itu, tapi juga dapat menimbulkan pengaruh keindahan khusus bagi si pembaca.45

44

B. Rahmanto, Op.cit., h.118 45


(43)

C. TEKNIK PEMBELAJARAN 1. Teknik Pemberian Tugas/Resitasi

a. Definisi Teknik Pemberian Tugas/Resitasi

Teknik penugasan/resitasi merupakan teknik pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk yang telah dipersiapkan guru sehingga siswa dapat mengalami kegiatan belajar secara nyata. Teknik tugas atau resitasi merupakan teknik pembelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari sesuatu kemudian melaporkan hasilnya.46 Adapun pada resitasi, tugas yang diberikan oleh guru tidak hanya dilaksanakan di rumah, melainkan dikerjakan juga di sekolah, perpustakaan, laboratorium, atau tempat-tempat lain.

Dalam teknik ini ada dua fase penting, yaitu fase belajar dan fase resitasi.

Fase belajar adalah fase siswa mengerjakan tugas, sedangkan fase resitasi adalah fase

siswa untuk mempertanggungjawabakannya.

Teknik resitasi (penugasan) adalah penyajian bahan di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.47 Teknik ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran terlalu banyak, sementara waktu sedikit. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar, baik secara individual maupun secara kelompok.

Jadi dapat disimpulkan, bahwa teknik pemberian tugas/resitasi merupakan teknik pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk memberikan tugas kepada siswa dan kemudian tugas tersebut harus dipertanggungjawabkan hasilnya.

b. Fungsi dan Tujuan Pemberian Tugas

Teknik pemberian tugas memiliki fungsi, yaitu:

1) Menambah pengertian, memperkuat hasil belajar yang telah diterima di sekolah; 2) Melatih siswa untuk belajar sendiri;

46

M. subana dan Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia, ), h.199

47

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h.85


(44)

3) Melatih siswa untuk membagi waktu secara teratur

4) Melatih siswa untuk menggunakan waktu luangnya untuk menyelesaikan tugasnya;

5) Membiasakan siswa berdisiplin dan tidak mengabaikan tugas;

6) Melatih siswa untuk mencari dan menemukan cara yang tepat untuk menyelesaikan tugasnya;

7) Memperkaya pengalaman sekolah dengan memulai kegiatan di luar kelas.

Tujuan teknik pemberian tugas/resitasi, yakni agar siswa memperoleh hasil belajar yang lebih mantap. Dengan melaksanakan latihan-latihan, pengalaman siswa lebih terintegrasi, diantaranya sebagai berikut.

1) Memperluas dan memperkaya pengetahuan siswa melalui kegiatan luar sekolah; 2) Siswa aktif belajar dan terangsang untuk meningkatkan kegiatan belajar yang

lebih baik;

3) Inisiatif dan tanggung jawab siswa lebih terpupuk;

4) Siswa dapat memanfaatkan waktu senggang untuk menunjang belajarnya.48 c. Kelebihan dan kekurangan Resitasi

Kelebihan teknik pemberian tugas/resitasi adalah sebagai berikut. 1) Kesempatan siswa untuk belajar lebih banyak serta lebih luas;

2) Rasa tanggung jawab siswa lebih berkembang; 3) Hubungan sekolah dengan keluarga lebih erat; 4) Motivasi belajar lebih besar;

5) Keberanian berinisiatif lebih berkembang; 6) Kerjasama antarsiswa lebih kompak;

7) Siswa mendalami dan megalami sendiri pengetahuan yang dicarinya; 8) Pengetahuan akan tinggal lama dijiwanya;

9) Siswa dapat berpikir sendiri, memiliki inisiatif, kreatif, tanggung jawab, dan melatih berdiri sendiri.49

48


(45)

10)Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual atau kelompok;

11)Dapat mengembangkan kemandirian siswa di luar pengawasan guru; 12)Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa;

13)Dapat mengembangkan kreatifitas siswa.50

Jadi kelebihan dengan menggunakan teknik pemberian tugas/resitasi, siswa dapat lebih mandiri dan memiliki kreativitas yang tinggi serta tanggung jawab.

Namun, teknik ini tidak lepas dari kelemahan-kelemahan, yaitu sebagai berikut.

1) Siswa mungkin meniru hasil temannya;

2) Ada kemungkinan orang lain yang mengerjakan tugas itu maka perlu mengecek dengan bantuan orang tua untuk memberitahukan apakah anaknya mengerjakan tugas atau tidak;

3) Siswa mengalami kesukaran untuk mengerjakan tugas akibat terlalu banyak tugas yang diberikan.

4) Memerlukan pengawasan, baik oleh orang tua maupun guru;

5) Sukar menetapkan, apakah tugas itu dikerjakan sendiri atau dengan bantuan orang lain;

6) Dapat menimbulkan frustasi bila siswa gagal menyelesaikannya.51

7) Siswa sulit dikontrol, apakah benar ia yang mengerjakan tugas atau orang lain; 8) Khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan

menyelesaikannya adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota lainnya tidak berpartisipasi dengan baik;

9) Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa; 10)Sering memberikan tugas yang monoton dapat menimbulkan kebosanan siswa.52

49

Ibid., h.201 50

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Op.cit., h.87 51

M. subana dan Sunarti, Op.cit., h.201-202 52


(46)

Jadi kelemahan menggunakan teknik pemberian tugas/resitasi ini rentan orang yang mengerjakan tugas bukan siswa itu sendiri, tetapi orang lain atau mencontek hasil temannya.

D. Hasil Penelitian yang Relevan

Berikut ini hasil penelitian dari beberapa mahasiswa yang sudah melakukan penelitian mengenai menulis puisi dengan teknik yang berbeda-beda. Penelitian terdahulu yang relevan dengan skripsi ini:

1. “Kemampuan Menulis Puisi Melalui Media Lagu Iwan Fals Siswa Kelas VIII MTs Darussalam Palabuhanratu Tahun Pelajaran 2012/2013” oleh Hairul Muhtadi. Skripsi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Hairul menyimpulkan bahwa kemampuan menulis puisi melalui media lagu Iwan Fals tergolong baik. Terlihat dari hasil observasi dan angket. Dari hasil observasi diperoleh skor 3,56 dan masuk dalam kategori A dalam segi penilaian observer terhadap peneliti dalam menggunakan media lagu Iwan Fals. Dan terlihat juga dalam hasil angket yang telah diberikan kepada siswa, sebesar 77,41% menyatakan bahwa media lagu Iwan Fals berpengaruh terhadap pembelajaran menulis kreatif puisi dan 80,64% menjawab bahwa media lagu Iwan Fals memudahkan dan tepat dalam pembelajaran menulis puisi. Perbedaan penelitian tersebut dengan skripsi ini adalah dari segi teknik dan model pembelajaran. Dalam penelitian ini menggunakan teknik pemberian tugas/resitasi, sedangkan pada skripsi Hairul menggunakan media lagu Iwan Fals.

2. “Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Bebas dengan Pendekatan Kontekstual

pada Siswa Kelas VIII E SMP Negeri 7 Pontianak Tahun Pelajaran 2012/2013”

oleh Megawati. Skripsi jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura Pontianak. Dari


(47)

penelitian yang dilakukan oleh Megawati menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil pembelajaran menulis puisi bebas pada siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Pontianak. Presentase aktivitas siswa kelas E SMP Negeri 7 Pontianak tahun pelajaran 2012/2013 dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi bebas dengan pendekatan kontekstual mengalami peningkatan, yaitu siklus I 54% menjadi 89,18% pada siklus II. Jadi, terjadi peningkatan sebesar 35,18%. Sementara itu, rataa-rata hasil belajar siswa kelas VIII E SMP Negeri 7 Pontianak tahun pelajaran 2012/2013 dalam mengikuti pelajaran menulis puisi bebas dengan pendekatan kontekstual mengalami peningkatan, yaitu pada siklus I nilai rata-rata kelas adalah 65 meningkat menjadi 78. Jadi, terjadi peningkatan nilai rata-rata sebesar 13. Perbedaan penelitian tersebut dengan skripsi ini adalah dari segi pendekatan yang digunakan dalam mengajar. Dalam penelitian ini menggunakan teknik pemberian tugas/resitasi, sedangkan pada skripsi Megawati menggunakan pendekatan kontekstual.

3. “Pengaruh Penggunaan Media Gambar Berseri Tehadap Keterampilan Menulis Kreatif Puisi Siswa Kelas VII Islamiyah Ciputat Tahun Pelajaran 2011/2012” oleh Khaerunisa. Skripsi jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dari penelitian yang dilakukan oleh Khaerunisa menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh media gambar berseri tehadap kemampuan menulis kreatif puisi siswa. Nilai rata-rata keterampilan menulis kreatif puisi siswa di kelas eksperimen sudah melewati nilai KKM yang telah ditentukan sekolah sebesar 70. Nilai rata-rata keterampilan menulis kreatif puisi siswa di kelas eksperimen mencapai 86,2. Perbedaan penelitian tersebut dengan skripsi ini adalah media atau alat yang digunakan dalam mengajar. Dalam penelitian ini menggunakan media gambar berseri sedangkan pada skripsi ini menggunakan teknik pemberian tugas/resitasi.


(48)

Berdasarkan yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui sejauhmana kemampuan menulis puisi dengan teknik pemberian tugas/resitasi yaitu dengan menugaskan siswa membuat puisi bebas dengan tes awal (pretest) puisi bebas dengan tema bebas dan tes akhir (posttest) puisi bebas yang sudah ditentukan temanya. Peneliti menugaskan siswa untuk membuatnya di dalam kelas pada saat tes awal dan di luar kelas pada saat tes akhir. Peneliti ingin melihat sejauhmana kemampuan siswa menulis puisi.


(49)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Kota Tangerang Selatan. Sekolah tersebut berlokasi di Jalan Cireundeu Raya, No. 2 Ciputat.

Waktu penulisan skripsi ini dilakukan pada tanggal 02 Desember 2013-Agustus 2014. Waktu pengambilan data dilaksanakan pada tahun pelajaran 2013/2014, tepatnya selama dua minggu dari tanggal 15 sampai 30 April 2014.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Metode deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian.53 Metode ini berusaha menggambarkan dan menginterpretasi apa yang ada atau mengenai kondisi yang sedang terjadi. Metode deskriptif juga merupakan suatu penelitian yang diupayakan untuk mengamati permasalahan secara sistematis dan akurat mengenai fakta dan sifat objek tertentu.

Penelitian dengan pendekatan kualitatif menekankan analisis proses dari proses berpikir secara induktif yang berkaitan dengan dinamika hubungan antarfenomena yang diamati, dan menggunakan logika ilmiah. Bogdan dan Taylor

berpendapat bahwa “penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan berperilaku yang dapat diamati yang diarahkan pada latar dan individu secara holistic

(utuh).”54

Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka. “Metode

53

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h.3 54

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h.82


(50)

penelitian kualitatif juga merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang

alamiah.”55

Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif adalah penelitian yang hanya melihat apa yang terjadi pada diri objek yang diteliti, kemudian dideskripsikan dalam bentuk penelitian secara lugas. Dan metode penelitian kualitatif adalah metode yang bertujuan untuk memahami sistem makna yang menjadi prinsip-prinsip umum dari satuan gejala yang terdapat di dalam kehidupan sosial sebuah masyarakat. Pemahaman tersebut diperoleh melalui pengamatan, pendeskripsian, serta interpretasi yang terperinci tentang gejala yang menjadi fokus penelitian.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ilmu sosial adalah suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi yang diinginkan.56 Instrumen biasanya dipakai oleh peneliti untuk menanyakan atau mengamati responden sehingga diperoleh informasi yang dibutuhkan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Pembelajaran

a. Persiapan, yang bertujuan untuk merancang pembelajaran menulis puisi. b. Mengkondisikan peserta didik di dalam kelas untuk menerima pembelajaran

yang telah direncanakan.

c. Peneliti memberikan test awal (pretest) kepada siswa dengan menyuruh siswa membuat puisi bebas di dalam kelas secara berkelompok.

d. Peneliti memberikan test akhir (posttest) kepada siswa dengan menyuruh

siswa membuat puisi dengan tema “Alam” di luar kelas/sekolah secara

55

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methodes), (Bandung: Alfabeta, 2011), h.13

56


(51)

berkelompok. Peneliti menggunakan teknik pemberian tugas/resitasi karena ingin melihat perkembangan siswa saat belajar di luar kelas/sekolah.

2. Lembar kuesioner (angket) pretest digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dan minat siswa dalam menulis puisi. Lembar angket posttest

digunakan untuk mengetahui respons dan hasil belajar siswa dalam menulis puisi dengan teknik pemberian tugas/resitasi.

Tabel 1

Kisi-kisi Angket Pretest

No Aspek yang dinilai Pertanyaan Jawaban

1. Minat dan pendapat siswa mengenai pengertian menulis.

1. Apakah kamu suka dengan kegiatan menulis?

a. Sangat suka

b. Suka

c. Tidak suka

d. Biasa saja

2. Apakah yang kamu ketahui tentang menulis?

a. Menulis adalah menuangkan ide atau gagasan ke dalam suatu tulisan.

b. Menulis adalah kegiatan

merangkai kata-kata


(52)

dalam kertas

c. Menulis adalah pengalihan bahasa lisan ke dalam bentuk tulisan.

d. Menulis adalah suatu kegiatan yang

menggunakan bahasa tulis sebagai

alatnya.

2. Pemahaman dan pengetahuan siswa mengenai puisi dan pengalaman siswa menulis puisi.

3. Apa yang kamu ketahui tentang puisi?

a. Puisi adalah pengalaman, imajinasi, dan sesuatu yang berkesan yang ditulis sebagai ekspresi

seorang dengan menggunakan bahasa tak langsung.

b. Puisi adalah permainan kata


(53)

dan bunyi yang disusun dalam larik dan bait yang dibuat oleh seorang penyair secara imajinatif.

c. Puisi adalah perasaan

seorang

penyair yang dibuat dalam sebuah tulisan.

d. Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapka n pikiran dan perasaan

penyair secara imajinatif.

4. Apakah kamu suka menulis puisi?

a. Ya

b. Tidak

c. Kadang-kadang


(54)

d. ……….. 5. Menurut kamu, apakah

kegiatan menulis puisi termasuk hal yang mudah?

a. Sangat mudah

b. Mudah

c. Biasa saja

d. …………

3. Pendapat siswa mengenai teknik yang digunakan guru di dalam kelas.

6. Apakah guru bahasa Indonesia di sekolah selalu menyuruh kamu untuk mencatat?

a. Iya

b. Tidak

c. Kadang-kadang

d. …………

7. Apakah kamu di sekolah selalu belajar di dalam kelas?

a. Iya

b. Tidak

c. Kadang-kadang

d. …………

8. Apakah belajar di dalam kelas dapat menumbuhkan imajinasimu dalam menulis puisi?

a. Iya

b. Tidak

c. Kadang-kadang


(55)

d. ………… 4. Kesulitan siswa

mengolah kata dalam menulis puisi.

9. Apakah kamu mengalami kesulitan dalam menulis puisi?

a. Iya

b. Tidak

c. Kadang-kadang

d. ………….

10.Apakah kamu mengalami kesulitan dalam mengolah kata yang akan ditulis dalam puisi?

a. Iya

b. Tidak

c. Kadang-kadang

d. ………….

Tabel. 2

Kisi-kisi Angket Posttest

No Aspek yang dinilai Pertanyaan Jawaban

1. Pengetahuan dan pengalaman siswa menulis puisi dengan teknik pemberian

tugas/resitasi (di

1. Apakah kamu pernah menulis puisi di tempat-tempat terbuka, seperti taman, pantai, rumah dan lain-lain?

a. Pernah

b. Tidak pernah

c. Kadang-kadang


(56)

luar kelas/sekolah).

2. Apakah kamu menulis puisi jika ditugaskan oleh guru saja di sekolah?

a. Iya

b. Tidak

c. Kadang-kadang

d. …………..

2. Kesulitan siswa mengolah kata dalam menulis puisi dengan teknik pemberian

tugas/resitasi (di luar kelas/sekolah)

3. Apakah kamu mengalami kesulitan dalam menulis

puisi dengan tema “Alam”

di luar kelas/sekolah?

a. Iya

b. Tidak

c. Kadang-kadang

d. …………..

4. Apakah kamu mengalami

kesulitan dalam

menuangkan ide atau gagasan ke dalam puisi?

a. Iya

b. Tidak

c. Kadang-kadang

d. …………..

5. Menurut kamu, apakah kegiatan menulis puisi termasuk hal yang mudah?

a. Iya

b. Tidak

c. Biasa saja


(57)

3. Ketertarikan siswa menulis puisi dengan teknik pemberian

tugas/resitasi (di luar kelas/sekolah).

6. Apakah kamu menyukai proses pembelajaran di luar kelas/sekolah?

a. Iya

b. Tidak

c. Biasa saja

d. …………..

7. Setelah kamu mengikuti pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan teknik pemberian tugas/resitasi, apakah kamu tertarik menulis puisi lagi?

a. Sangat tertarik

b. Tertarik

c. Biasa saja

d. …………

8. Apakah kamu senang jika ditugaskan menulis puisi oleh gurumu?

a. Sangat senang

b. Senang

c. Tidak senang

d. Biasa saja

4. Solusi mengatasi kesulitan dalam menulis puisi.

9. Bagaimana cara kamu mengatasi kesulitan dalam menulis puisi dengan tema

“Alam”?

a. Bertanya kepada guru

b. Bertanya kepada teman

c. Ke tempat-tempat yang tenang agar


(58)

imajinasi berjalan.

d. Dengan mendengarkan musik agar dapat berpikir.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data sangat penting bagi penelitian, sebab teknik pengumpulan data mendukung keberhasilan dalam suatu penelitian. Adapun teknik yang digunakan yaitu dengan tes dan non test.

1. Tes

Tes adalah rangkaian pertanyaan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.57 Dalam penelitian ini, tes digunakan untuk mendapatkan data mengenai hasil menulis puisi peserta didik sesudah menggunakan teknik pemberian tugas/resitasi. Dalam penelitian ini, tes diberikan dua kali, yaitu tes awal (pretest) dan test akhir (posttest).58 Tes awal merupakan langkah yang diambil peneliti untuk mengetahui kemampuan dasar peserta didik dalam pembelajaran menulis puisi di dalam kelas sebelum menggunakan teknik pemberian tugas/resitasi sedangkan tes akhir dilakukan untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam menulis puisi di luar kelas/sekolah sesudah menggunakan teknik pemberian tugas/resitasi.

57

H.Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h.185 58

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 236


(59)

2. Nontest a. Observasi

Observasi merupakan “teknik pengamatan dan pencatatan sistematis dari fenomena-fenomena yang diselidiki.”59 Observasi dilakukan untuk menemukan data dan informasi dari gejala atau fenomena secara sistematis dan didasarkan pada tujuan penelitian yang telah dirumuskan. Poerwandi mengatakan bahwa observasi merupakan “metode yang paling dasar dan paling tua, karena dengan cara-cara tertentu kita selalu terlibat dalam proses mengamati.”60 Dengan teknik observasi atau pengamatan, dimungkinkan peneliti melihat dan mengamati sendiri kejadian yang sebenarnya sehingga mampu memahami situasi-situasi yang ada.

Pada tahap ini, peneliti melakukan observasi dengan mengunjungi langsung SMPN 2 Tangerang Selatan dan melihat proses pembelajaran di dalam kelas yang dilakukan oleh guru. Peneliti ingin melihat sejauh mana perkembangan siswa dalam menulis puisi.

b. Kuesioner (Angket)

Angket adalah “teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi oleh responden.”61 Sebagian besar penelitian sosial, termasuk pendidikan, menggunakan kuesioner sebagai teknik yang dipilih untuk mengumpulkan data.

Angket yang dibuat dalam penelitian ini, akan diserahkan kepada siswa untuk diisi, sehingga peneliti mengetahui respon siswa tentang materi menulis puisi dengan menggunakan teknik pemberian tugas/resitasi.

59

H.Mahmud, Op.cit., h.168 60

Imam Gunawan, Op.cit., h.143 61


(60)

E. Teknik Pengolahan Data

Tahapan analisis data merupakan tahapan yang sangat menentukan, karena pada tahapan ini kaidah-kaidah yang mengatur keberadaan objek penelitian harus sudah diperoleh. Penemuan kaidah-kaidah tersebut merupakan inti dari sebuah aktifitas ilmiah yang disebut penelitian, betapa pun sederhananya kaidah yang ditemukan tersebut.

Cara peneliti menganalisis kemampuan menulis puisi melalui metode pemberian tugas/resitasi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tangerang Selatan semester genap tahun pelajaran 2013/2014, yaitu dengan:

a. Analisis Data Tes

1. Menentukan nilai yang menggambarkan taraf kemampuan siswa secara individual, dengan aspek penilaian kemampuan menulis puisi.

Tabel. 3

Rubrik Penilaian Menulis Puisi62

No Aspek/kriteria Bobot Skala Skor Skor

Maksimum 1 2 3 4 5

1

Kesesuaian Judul dengan Tema 5 25

2

Kesesuaian Isi dengan Judul 5 25

3

Pilihan Kata (diksi) 4 20

4

Perulangan Bunyi (rima) 3 15

5

Pengimajian (pencitraan) 2 10

Jumlah Skor Maksimum 100

62

Hindun, Pembelajaran Apresiasi Bahasa & Kreasi Sastra Indonesia, (Ciputat: Mazhab, 2014), h. 37


(61)

Kriteria Bobot Penilaian: a. Judul puisi

 5 = Judul puisi sangat sesuai dengan tema.  4 = Judul puisi sesuai dengan tema.

 3 = Judul puisi cukup sesuai dengan tema.  2 = Judul puisi kurang sesuai dengan tema.  1 = Judul puisi tidak sesuai dengan tema. b. Isi puisi

 5 = Isi puisi sangat sesuai dengan judul.  4 = Isi puisi sesuai dengan judul.

 3 = Isi puisi cukup sesuai dengan judul.  2 = Isi puisi kurang sesuai dengan judul.  1 = Isi puisi tidak sesuai dengan judul. c. Pilihan Kata

 5 = Pilihan kata sangat sesuai dengan situasi dan gagasan yang ingin disampaikan.

 4 = Pilihan kata sesuai dengan situasi dan gagasan yang ingin disampaikan.

 3 = Pilihan kata cukup sesuai dengan situasi dan gagasan yang ingin disampaikan.

 2 = Pilihan kata kurang sesuai dengan situasi dan gagasan yang ingin disampaikan.

 1 = Pilihan kata tidak sesuai dengan situasi dan gagasan yang ingin disampaikan.

d. Rima

 5 = Keseluruhan isi puisi terdapat perulangan bunyi.


(62)

 3 = Setengah isi puisi terdapat perulangan bunyi .  2 = Kurang adanya perulangan bunyi dalam isi puisi.  1 = Tidak terdapat perulangan bunyi dalam isi puisi. e. Pengimajian/citraan

 5 = Imaji yang ditimbulkan sangat sesuai dengan isi.  4 = Imaji yang ditimbulkan sesuai dengan isi.  3 = Imaji yang ditimbulkan cukup sesuai dengan isi.  2 = Imaji yang ditimbulkan kurang sesuai dengan isi.  1 = Imaji yang ditimbulkan tidak sesuai dengan isi.

b. Analisis Data Angket dan Lembar Observasi

Dalam pengolahan analisis data angket dan lembar observasi, peneliti menggunakan rumus sebagai berikut.

P =

Keterangan:

f = Frekuensi yang sedang dicari presentasenya

N = Number of Cases (Jumlah Frekuensi/banyak individu) P = Angka presentase. 63

63

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 43


(63)

BAB IV ANALISIS DATA A. Profil Sekolah

1. Latar Belakang Sekolah

SMP Negeri 2 Kota Tangerang Selatan mulai berdiri sejak tanggal 2 Januari 1974 sebagai sekolah filial dari SMP Negeri 48 Jakarta dengan nama SMP Persiapan. Seiring dengan terjadinya pengembangan wilayah dan peralihan pemerintahan, SMP Persiapan kemudian berubah nama menjadi SMPN Cireundeu (1979) dan SMPN 1 Ciputat (1999).

Pada tahun 2004 berdasarkan Keputusan Direktur PLP Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 1147A/C3/SK/2004 tanggal 5 Juli 2004, SMPN 1 Ciputat mendapat predikat sebagai Sekolah Standar Nasional (SSN).

Predikat SSN sangat memacu semangat warga sekolah untuk mewujudkan sekolah sebagai pusat pengembangan logika, etika dan estetika melalui berbagai kegiatan sesuai Standar Nasional Pendidikan. Guru bersama orang tua dan komite sekolah saling bahu membahu dalam pengelolaan sekolah untuk peningkatan mutu pendidikan khususnya mutu lulusan, sehingga pada tahun 2009 SMPN 1 Ciputat berhasil meraih sertifikat ISO 9001-2000.

Berdasarkan Keputusan Wali Kota Tangerang Selatan Nomor 10 Tahun 2009, SMPN 1 Ciputat berubah nama menjadi SMPN 2 Kota Tangerang Selatan dan atas prestasi kerja warga sekolah pada tahun 2010 SMPN 2 Kota Tangerang Selatan meraih sertifikat ISO 9001-2008.

Mulai tahun pelajaran 2013/2014 SMPN 2 Kota Tangerang Selatan telah mencanangkan program Sekolah Berwawasan Lingkungan Hidup. Untuk mewujudkan program tersebut sekolah telah menetapkan 5 (lima) rencana aksi, yaitu: 1) optimalisasi pelaksanaan tata tertib sekolah tentang pola hidup bersih dan sehat;


(64)

2) pengadaan, perbaikan dan perawatan sarana prasarana pendidikan secara bertahap dan proporsional;

3) penyediaan perlatan dan sarana kebersihan yang memadai;

4) pemanfaatan setiap lahan kosong untuk penghijauan dan taman;

5) menggalang kerjasama dengan orang tua, masyarakat, instansi pemerintah dan swasta dalam pengadaan peralatan kebersihan dan pengelolaan lingkungan;

2. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah Visi:

Misi:

Menyelenggarakan pembelajaran efektif berwawasan IPTEK berlandaskan IMTAQ

Tujuan:

Menghasilkan lulusan yang cerdas, kreatif, kompetitif dan berakhlakul-karimah indikator:

1) Unggul dalam prestasi akademis dan non akademis

2) Mampu mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang dimiliki

3) Melaksanakan syariah agama dan berbudi pekerti


(1)

I

Bahasa

lndonesia 22. Syaiful Bahri

Djamarah dan

Aswan Zain

Strategi Belajar Mengajar

Jakarta:

Rineka Cipta, Edisi Revisi Cetakan ke-3, 2006 Halaman 37,39, 40 61,64, 66 23. Suharsimi Arikunto Prosedur Penelitian Jakarta: Rineka Cipta, 2010 Halaman 43 67

{

24. Imam Gunawan Metode

Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik

Jakarta: Bumi Aksara,2013

Halaman 43,53

68,74

25. H. Mahmud Metode Penelitian Pendidikan

Bandung: Pustaka Setia,

20rt

Halaman 52,53

71,75

r

26. Wina Sanjaya Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran

Jakarta:

Kencana, Cetakan ke-5,

20t2

Halaman

52

72,

r

27. Hindun Pembelajaran

Apresiasi

Bahasa dan Kreasi Sastra

lndonesia Ciputat: Mazhab,2014 Halaman 54 76


(2)

.::

I

Metode Penelitian Pendidikan @endekatan Kuantitatif,

Kualitatif

dan R&d)

Bandung: Alfabeta, Cetakan ke-11, 2010

Halaman

M

M. Toha Anggoro, dkk

Jakarla: Universitas Terbuka,2008

NIP. 19701 t5 2009122 001

i

r

I i

-. I

I I I'


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT PENULIS

Aulia Herdiana Puspasari, lahir di Jakarta 25 Agustus 1992. Anak pertama dari dua bersaudara ini memiliki orang tua yang bernama Budi Heryawan dan Titin Puspitasari S.Pd. Kakak dari Muhammad Fadhlan Mumtaza, bertempat tinggal di Jalan Slada 1 No.47 Rt.004/03 Pondok Cabe Ilir 5, Tangerang Selatan.

Pendidikan yang sudah ditempuh yakni di sekolah TK Aria Putra Ciputat yang lulus pada tahun 1997. Setelah itu melanjutkan pendidikannya di SDN 2 Pondok Cabe Ilir yang lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2006 lulus dari jenjang SLTP tepatnya yakni di SMPN 2 Tangerang Selatan. Kemudian melanjutkan pendidikannya di SMAN 8 Tangerang Selatan yang lulus pada tahun 2009. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikannya ke Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Penulis yang memiliki hobi jalan-jalan, menonton konser dan mendengarkan musik ini menyelesaikan S-1 dengan menulis skripsi yang berjudul “Kemampuan Menulis Puisi dengan Teknik Pemberian Tugas/Resitasi pada Siswa Kelas VIII