PERBEDAAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI MENGGUNAKAN MEDIA PICTURE SERIES DAN MIND MAPPING DENGAN KEMAMPUAN AWAL PADA SISWA KELAS X SMA N 2 MENGGALA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

ABSTRAK
PERBEDAAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI MENGGUNAKAN
MEDIA PICTURE SERIES DAN MIND MAPPING DENGAN
KEMAMPUAN AWAL PADA SISWA KELAS X SMA N 2
MENGGALA TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh
DESSYANNA
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis : (1) interaksi antara penggunaan
media picture series dan media mind mapping dengan kemampuan awal siswa
terhadap kemampuan menulis narasi, (2) kemampuan menulis narasi siswa yang
menggunakan media picture series lebih tinggi dari pada kemampuan menulis
narasi siswa yang menggunakan media mind mapping, (3) perbedaan kemampuan
menulis narasi siswa yang menggunakan media picture series lebih tinggi dari
pada kemampuan menulis narasi siswa yang menggunakan media mind mapping
untuk siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi, (4) perbedaan kemampuan
menulis narasi siswa yang menggunakan media picture series lebih tinggi dari
pada kemampuan menulis narasi siswa yang menggunakan media mind mapping
untuk siswa yang memiliki kemampuan awal rendah.
Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan desain faktorial 2x2.
Populasi penenlitian ini adalah siswa kelas X SMAN 2 Menggala semester ganjil
tahun pelajaran 2012-2013. Pengumpulan data mernggunakan instrumen tes, dan

dianalisis menggunakan analisis varian dua arah anava dan uji t.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Ada interaksi antara penggunaan media
dan kemampuan awal terhadap prestasi menulis narasi siswa dengan nilai
signifikan 0,000, (2) kemampuan menulis narasi siswa yang menggunakan media
picture series lebih tinggi yaitu 64,20 dan yang menggunakan media mind
mapping 55,56 (3) kemampuan menulis narasi siswa berkemampuan awal tinggi
yang mengunakan media picture series adalah 23,31 lebih tinggi dari siswa yang
menggunakan media mind mapping (4) kemampuan menulis narasi siswa
berkemampuan awal rendah yang menggunakan media picture series adalah 12,62
lebih tinggi dari rata-rata prestasi menulis narasi siswa yang menggunakan media
mind mapping.

Kata Kunci: narasi, picture series, mind mapping, kemampuan awal

ABSTRACT
THE DIFFERENCES ACHIEVEMENT OF WRITING NARRATIVE
COMPOSITION USING PICTURE SERIES AND MIND MAPPING
MEDIA WITH INITIAL ABILITY OF X GRADE STUDENTS
OF SENIOR HIGH SCHOOL 2 MENGGALA IN 2012/2013
By

DESSYANNA

The Purpose of this reserach is to analyze : (1) the interaction between media and
initial ability toward students achievement, (2) students’ achievement who write
narrative composition by using picture series is higher than the students who write
narrative composition using mind mapping media, (3) the difference of students’
achievement who write narrative composition by using picture series is higher than
the students narrative composition using mind mapping media for high initial
ability students, and (4) the difference of students’ achievement who write
narrative by using picture series is higher than the students’ narrative composition
using mind mapping media for low initial ability students.
The research was the quaesy experiment research using 2x2 factorial design. The
population was the first grade students of Senior High School Students 2
Menggala in the first semester, 2012-2013. The data collection was conducted by
test, and it analyzed using two-way analysis variance and t test.
The research result showed that : (1) there was an interaction between media and
initial ability toward students’ achievement in significance 0,000, (2) students’
achievement on narative composition using media picture series 64,20 which is
higher than using mind mapping, 55,56, (3) the students’ achievement who make
narrative composition using picture series is 25,31 higher than mind mapping, and

(4) the students’ achievement who make narrative composition using picture series
is 12,62 higher than mind mapping.

Keywords: narrative composition, pictures series, mind mapping, initial
ability

PERBEDAAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI MENGGUNAKAN
MEDIA PICTURE SERIES DAN MIND MAPPING DENGAN
KEMAMPUAN AWAL YANG BERBEDA PADA SISWA
KELAS X SMAN 2 MENGGALA TAHUN
PELAJARAN 2012/2013

(Tesis)

Oleh
DESSYANNA
NPM 0923011013

PROGRAM PASCASARJANA TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG
2013

PERBEDAAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI MENGGUNAKAN
MEDIA PICTURE SERIES DAN MIND MAPPING DENGAN
KEMAMPUAN AWAL YANG BERBEDA PADA SISWA
KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2
MENGGALA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh
DESSYANNA
NPM 0923011013

Tesis
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN

PROGRAM PASCASARJANA TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG

2013

Judul Tesis

: PERBEDAAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI
MENGGUNAKAN MEDIA PICTURE SERIES DAN
MIND MAPPING DENGAN KEMAMPUAN AWAL
YANG BERBEDA PADA SISWA KELAS X
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2
MENGGALA TAHUN PELAJARAN 2012-2013

Nama Mahasiswa

: Dessyanna

Nomor Pokok Mahasiswa

: 0923011013

Program Studi


: Teknologi Pendidikan

Fakultas

: Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Cucu Sutarsyah, M.A
NIP. 19570406 198603 1 002

Dr. Adelina Hasyim, M.Pd.
NIP. 19531018 198112 2 001

2. Ketua Program Pasca Sarjana
Teknologi Pendidikan

Dr. Adelina Hasyim, M.Pd.

NIP. 19531018 198112 2 001

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji
Ketua

: Prof. Dr. Cucu Sutarsyah, M.A

....................................

Sekretaris

: Dr. Adelina Hasyim, M.Pd.

....................................

Penguji Anggota

: I. Dr. Dwi Yulianti, M.Pd.


....................................

II. Dr. Herpratiwi, M.Pd.

....................................

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si.
NIP. 19600315 198503 1 003

3. Direktur Program Pascasarjana

Prof. Dr. Sudjarwo, M.S.
NIP. 19530528 198103 1 002

4. Tanggal Lulus Ujian : 21 Januari 2013

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
1. Tesis

dengan

judul

“Perbedaan

Kemampuan

Menulis

Narasi

Menggunakan Media Picture Series dan Mind Mapping Dengan
Kemampuan Awal Pada Siswa Kelas X SMAN 2 Menggala” adalah karya
saya sendiri dan tidak melakukan penjiplakan/pengutipan atas karya
penulis lain dengan cara yang tidak sesuai dengan tata etika ilmiah yang
berlaku dalam masyarakat akademik/yang disebut plagiatisme.

2. Hak intelektual atas karya ilmiah ini diserahkan sepenuhnya kepada
Universitas Lampung.
Atas pernyataan ini, apabila dikemudian hari ternyata ditemukan adanya
ketidakbenaran, saya bersedia menanggung akibat dan sanksi yang diberikan
kepada saya, saya bersedia dan sanggup dituntut sesuai dengan hukum yang
berlaku.

Bandar Lampung, Januari 2013
Pembuat Pernyataan,

Dessyanna
NPM. 0923011013

!
$

% # & '()*

" ##


SANWACANA

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah subhanawataala, atas
segala rahmat dan karunia-Nya pada penulis, akhirnya dapat menyelesaikan
penyususnan tesis yang berjudul “Perbedaan Kemampuan Menulis Narasi
Menggunakan Media Picture Series dan Mind Mapping Dengan Kemampuan
Awal Yang Berbeda Pada Siswa Kelas X SMAN 2 Menggala”.

Tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar
Magister Pendidikan pada Program Studi Pascasarjana Teknologi Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa tesis ini dapat diselesaikan berkat dukungan dan
bantuan-bantuan dari berbagai pihak. Secara khusus pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Sugeng P. Haryanto, M.Si, selaku Rektor Unila.
2. Prof. Dr. Sudjarwo, M.S, selaku Direktur Pascasarjana Universitas
Lampung
3. Dr. Bujang Rahman, M.Si, selaku Dekan FKIP Unila.
Dr. Adelina Hasyim, M. Pd., selaku Ketua Program Pascasarjana
Teknologi Pendidikan dan Pembimbing 2, yang telah memberi bantuan
kepada penulis selama penulis menempuh pendidikan S2 Program Studi
Teknologi Pendidikan FKIP Unila.

Dr. Herpratiwi, M.Pd., selaku Sekretaris Program Pascaarjana yang selalu
mengingatkan, memotivasi dan memberikan kritik dan saran kepada
peneliti demi sempurnanya tesis ini.
Prof. Cucu Sutarsyah, selaku Pembimbing I yang telah banyak
mencurahkan perhatian untuk membimbing dan mengarahkan penulis
selama penyusunan tesis ini dari awal hingga tesis ini dapat diselesaikan.
Kepala SMA N 2 Menggala, Febriansyah, S.Pd. dan Guru Bahasa Inggris,
Uswatun Hasanah, S.Pd., Bety, S.Pd. dan Darmalina, S.Pd. yang telah
memberikan bantuan dan kerjasamanya kepada penulis dalam
melaksanakan penelitian di SMA N 2 Menggala.
Kepala SMP N 3 Menggala, Suradi, S.Pd.,M.M.Pd dan Rekan-rekan guru
yang dengan ikhlas mengizinkan penulis menyelesaikan studi S2.
Rekan-rekan mahasiswa Pasca TP khususnya angkatan 2009: Husnul
Khotimah, Herita Dewi, Lidya Aryani, yang selalu memberikan support.
Kepada orang tua, kakak, adik dan seluruh keluarga besar ku yang tidak
henti-hentinya memberikan do’a dan semangat demi selesainya
pendidikan.

Penulis berharap tesis ini dapat memberikan sumbangsih bagi dunia pendidikan,
khususnya bagi kemudahan pendidikan bahasa Inggris bagi SMA dan umumnya
bagi dunia pendidikan untuk menghadapi tantangan zaman era globalisasi ini.

Bandar Lampung, Februari 2013

Dessyanna

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI .....................................................................................................

viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK .............................................................

x

I

II

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................

1

1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................

11

1.3 Batasan Masalah .............................................................................

12

1.4 Rumusan Masalah ...........................................................................

12

1.5 Tujuan Penelitian ...........................................................................

13

1.6 Manfaat Penelitian ..........................................................................

14

KAJIAN PUSTAKA
2.1 Teori Belajar dan Pembelajaran .......................................................

15

2.1.1

Hakikat Belajar dan Pembelajaran .................................

15

2.1.2

Teori Belajar dan Pembelajaran .....................................

16

2.2 Desain Pembelajaran .......................................................................

24

2.3 Karakeristik Pembelajaran Bahasa Inggris .....................................

31

2.4 Kemampuan Menulis ......................................................................

37

2.4.1 Karakteristik Pembelajaran Menulis .................................

40

2.4.2 Karangan Narasi ................................................................

44

2.5 Media Pembelajaran .........................................................................

47

2.5.1

Media Picture Series………………………………… ...

2.5.2

Hakekat Pembelajaran Menulis dengan

52

Picture Series ................................................................

55

2.5.3 Mind Mapping .................................................................

59

2.5.4

Hakikat Pembelajaran Menulis dengan Mind
Mapping ........................................................................

62

2.6 Kemampuan Awal ............................................................................

63

2.7 Kajian Penelitian yang Relevan .......................................................

66

2.8 Kerangka Pikir .................................................................................

69

2.8.1

Interaksi Antara Penggunaan Media dan Kemampuan
Awal Terhadap Kemampuan Menulis Narasi Siswa ....

2.8.2

Perbedaan Kemampuan Menulis Narasi Siswa yang
Menggunakan Media Picture Series dan Mind Mapping

2.8.3

69

70

Perbedaan Kemampuan Menulis Narasi Siswa yang
Menggunakan Media Picture Series dengan Siswa yang
Menggunakan Mind Mapping untuk Siswa Berkemampuan
Awal Tinggi ...................................................................

2.8.4

73

Perbedaan Kemampuan Menulis Narasi Siswa yang
Menggunakan Media Picture Series dengan Siswa yang
Menggunakan Mind Mapping untuk Siswa Berkemampuan

III

Rendah ...........................................................................

74

2.9 Hipotesis ...........................................................................................

75

METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian ..........................................................................

77

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .........................................................

78

3.3 Populasi dan Teknik Sampling .......................................................

79

3.4 Tehnik Pengumpulan Data .............................................................

80

3.5 Instrumen Penelitian ......................................................................

80

3.5.1 Variabel Penenlitian .............................................................

80

3.5.2 Definisi Konseptual dan Operasionala .................................

82

3.5.3 Kisi-Kisi Instrumen Evaluasi Karangan Narasi ....................

84

3.6. Tehnik Analisis Data .......................................................................

85

3.6.1 Uji Normalitas Data .............................................................

86

3.6.2 Uji Homogenitas Data ..........................................................

87

3.7 Hipotesis Statistik ...........................................................................
IV

V

88

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data .................................................................................

91

4.1.1 Data Kemampuan Awal .........................................................

91

4.1.1 Data Hasil Inter-rater ..............................................................

93

4.2 Pengujian Hipotesis .........................................................................

96

4.2.1 Hipotesis Pertama ..................................................................

96

4.2.2 Hipotesis Kedua .....................................................................

99

4.2.3 Hipotesis Ketiga ....................................................................

101

4.2.4 Hipotesis Keempat ................................................................

103

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ..........................................................

105

4.4. Keterbatasan Penelitian ...................................................................

108

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
5.1 Simpulan ........................................................................................

109

5.2 Implikasi ..........................................................................................

110

5.3 Saran ................................................................................................

111

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 PERANGKAT PEMBELAJARAN ......................................

115

LAMPIRAN 2 PERANGKAT TES ................................................................

128

LAMPIRAN 3 MEDIA PICTURE SERIES....................................................

134

LAMPIRAN 4 MEDIA MIND MAPPING .....................................................

136

LAMPIRAN 5 HASIL UJI NORMALITAS DAN HOMOGENITAS ........

138

LAMPIRAN 6 HASIL PERBANDINGAN ANTAR RATER .....................

139

LAMPIRAN 7 HASIL MENULIS NARASI SISWA ...................................

160

RIWAYAT HIDUP

DAFTAR TABEL

TABEL

Halaman

3.1 Pengelompokkan Jumlah Siswa Berdasarkan Kemampuan
Awal .......................................................................................................

71

3.2 Desai Penenlitian ............................................................................

73

3.3 Kisi-kisi Instrumen Karangan Narasi...............................................

75

3.4 Hasil Uji Normalitas Data ................................................................

80

3.5 Hasil Uji Homogenitas Data ...........................................................

81

4.1Data Kemampuan Awal Siswa Yang Menggunakan Media
Picture Series .........................................................................................

85

4.2 Data Kemampuan Awal Siswa Yang Menggunakan Media
Mind Mapping .........................................................................................

85

4.3 Hasil Perolehan Rata-rata Akhir .....................................................

86

4.4 Hasil Perbandingan Antar Rater .....................................................

87

4.5 Perolehan Data Kemampuan Menulis Siswa ..................................

88

4.6 Test of Between-Subjects Effects of Kemampuan Menulis .........

90

4.7 Hasil Perhitungan Rata-rata Berdasarkan Penggunaan Media .....

93

4.8 Independent Sample Test of Kemampuan Menulis ......................

93

4.9 Hasil Perhitungan Rata-rata Kemampuan Menulis Siswa
Berdasarkan Penggunaan Media Kemampuan Awal Tinggi ........

95

4.10 Independent Sample Test ..............................................................

95

4.11 Hasil Perhitungan Rata-rata Kemampuan Menulis Siswa
Berdasarkan Penggunaan Media Kemampuan Awal Rendah ......

97

4.12 Independent Sample Test ..............................................................

97

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR

2.1

Halaman

Contoh Mind Mapping Yang Digunakan Sebagai Kerangka
Karangan ........................................................................................

71

2.2 Contoh Mind Mapping Berpikir Lurus ...........................................

73

2.3 Contoh Mind Mapping Berpikir Memencar ..................................

75

DAFTAR GRAFIK

Halaman
4.1 Grafik Interaksi Antara Penggunaan Media dan Kemampuan Awal
Terhadap Kemampuan Menulis Narasi Siswa .............................................

91

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Nasional diarahkan (1) untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan (2) untuk menembangkan potensi siswa
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab. Namun demikian, untuk mewujudkan
tujuan mulia tersebut tidak semuah yang dibayangkan, berbagai upaya harus
dilakukan untuk mewujudkannya.

Menyikapi hal tersebut, pemerintah berupaya mewujudkan tujuan Pendidikan
Nasional dengan memulai berbagai cara, antara lain dengan menyempurnakan
Sistem Pendidikan Nasional sebagaimana telah ditetapkan melalui Undangundang Nomor 20 Tahun 2003. Salah satu aspek penting dalam Sistem
Pendidikan Nasional adalah kurikulum. Pada tahun pelajaran 2006/2007
kurikulum yang diterapkan adalah KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).
KTSP diharapkan benar-benar dapat diterapkan dan efektif dalam mencapai
tujuan pembelajaran.

2

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Bahasa Inggris tahun 2006,
kurikulum yang digunakan sebagai dasar pendidikan saat ini, dijelaskaan bahwa
keterampilan berbahasa (language skills) mencakup empat aspek, yaitu
keterampilan menyimak/mendengarkan (listening skills), keterampilan berbicara
(speaking skills), keterampilan membaca (reading skills) dan keterampilan
menulis (writing skills). Tujuan pembelajaran Bahasa Inggris secara umum di
tingkat SMA adalah siswa memiliki kemampuan untuk mengembangkan
kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan maupun tulisan.

Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa Inggris yang merupakan
keterampilan menuangkan atau mengungkapkan gagasan atau pikiran melalui
saluran tulis. Macdonald and Macdonald (1996: xii) mengatakan, “Writing is a
vital part of any education, because writing is basic to thinking and education is
all about thinking.”

Hal ini membuktikan bahwa menulis tidak dapat dipisahkan dari proses
pembelajaran karena keterampilan menulis merupakan suatu rangkaian proses
mulai dari memikirkan gagasan yang akan disampaikan kepada pembaca sampai
menentukan cara mengungkapkan atau menyajikan gagasan itu dalam rangkaian
kalimat.

Pembelajaran menulis harus diajarkan walaupun kemampuan tersebut tidak
diujikan dalam ujian semester, ujian nasional maupun ujian masuk perguruan
tinggi. Akan tetapi, dalam pembelajaran menulis banyak ditemui kesulitan

3

disebabkan oleh siswa, guru, dan proses pembelajarannya, seperti yang
diungkapkan oleh Bell and Burnaby (1984:127):
“writing is an extremely complex cognitive activity in which the writer
required to demonstrate control of a number of variables simultaneously.
At the sentence level these include control of content, format, sentence
structure, vocabulary, punctuation, spelling, and letter formation. Beyond
the sentence, the writer must be able to structure and integrated
information into cohesive and coherent paragraph and text.”

Menulis adalah menyusun atau mengkoordinasikan buah pikiran atau ide ke
dalam rangkaian kalimat yang logis dan terpadu dalam bahasa tulis. Menulis
merupakan salah satu kegiatan keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh
siswa. Dengan menulis, siswa dapat mengekspresikan atau menginformasikan
kekayaan ilmu, pikiran, perasaan, pengalaman, dan imajinasinya kepada orang
lain dalam bentuk tulisan.

Sesuai dengan penjelasan tersebut maka dapat dinyatakan bahwa keterampilan
menulis (writing skills) merupakan salah satu aspek penting dalam pembelajaran
Bahasa Inggris. Oleh karena itu, guru bahasa Inggris dituntut untuk melakukan
berbagai upaya dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menuangkan ide
dan gagasannya ke dalam bentuk tulisan atau karangan guna mencapai tujuan
pembelajaran yang ditetapkan sebelumnya. Hal ini selaras dengan konsep bahwa
kemampuan menggunakan bahasa, baik secara lisan maupun secara tulisan
merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, sebagai alat
komunikasi dan sebagai alat untuk mengungkapkan informasi dan ide yang
bermakna.

4

Proses pembelajaran saat ini masih menggunakan model konvensional, serta
berhadapan dengan kelas yang kurang atraktif, guru masih menganggap bahwa
kemampuan siswa sama sehingga penyelenggaraan pembelajaran bersifat klasikal.
Pada dasarnya kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru
dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar.
Perilaku mengajar dan perilaku belajar tersebut terkait dengan bahan
pembelajaran. Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai- nilai
kesusilaan, seni, agama, sikap, dan ketrampilan. Hubungan antara guru, siswa dan
bahan ajar bersifat dinamis dan kompleks. Untuk mencapai keberhasilan dalam
kegiatan pembelajaran, terdapat beberapa komponen yang dapat menunjang, yaitu
komponen tujuan, komponen materi, komponen strategi belajar mengajar, dan
komponen evaluasi.

Proses pembelajaran, khususnya bahasa Inggris, selama ini masih banyak
mengalami kendala antara lain dominasi guru dalam pembelajaran yang masih
tinggi, kurangnya penggunaan media dan alat peraga, penggunaan strategi
pembelajaran yang kurang tepat dan kurangnya guru memahami karakteristik
siswa dengan memperlakukan seluruh siswa dengan perlakuan yang sama,
walaupun kenyataannnya kemampuan siswa dalam menyerap materi berbedabeda. Khususnya pada SMA N 2 Menggala, sebagian siswa ada yang dapat
mengikuti dengan baik namun tidak sedikit siswa yang mengalami kesulitan
dalam menguasainya. Hal ini dikarenakan keterampilan menulis dianggap lebih
sulit dibandingkan keterampilan berbahasa lain, karena meliputi beberapa
komponen yang harus dikuasai siswa seperti : kosakata, tata bahasa,

5

pengorganisasian ide, dan tanda baca sehingga sangat diperlukan penguasaan
yang cukup untuk membuat suatu karangan selain itu juga perlu adanya kriteria
penilaian menulis yang sangat mendetail agar hasil dari sebuah keterampilan
menulis bisa dikatagorikan berhasil atau tidak. Komponen-komponen yang harus
dikuasai siswa merupakan suatu kemampuan awal yang harus dimiliki siswa
untuk dapat menulis dengan baik dan berurutan sehingga dapat dibaca dan
dipahami oleh pembaca dengan baik. Dengan kata lain kemampuan awal yang
dimiliki siswa akan berpengaruh pada tingkat berfikir dalam membuat suatu
karangan, karenanya perlu adanya alat pembelajaran yang bersifat konkrit.

Proses pembelajaran Bahasa Inggris pada menulis disajikan kurang menarik siswa
dalam belajar, karena dominasi guru masih tinggi dan tidak melibatkan siswa
secara aktif, sehingga berakibat banyak siswa mengalami kesulitan untuk
memahami materi dan akibatnya mereka memiliki prestasi belajar rendah.
Rendahnya hasil menulis dapat dilihat pada data ketuntasan belajar dan rata-rata
nilai yang diperoleh siswa kelas X SMA N 2 Menggala tahun 2012 masih banyak
siswa yang belum dapat mencapai standard ketuntasan, yaitu siswa dinyatakan
tuntas belajar bila mencapai KKM 67 secara individual.

Dalam kegiatan pembelajaran menulis, guru pada umumnya tidak memberikan
bekal yang cukup pada siswa sehingga siswa mampu menggunakan buah
pikirannya dalam tulisan yang benar. Banyak siswa sulit menemukan ide dan
menuangkannya ke dalam bentuk tulisan yang terorganisasi dengan baik. Hal
yang sangat diperlukan disini adalah media yang tepat untuk mengantarkan siswa

6

menemukan ide dan mampu mengungkapkan buah pikirannya dalam tulisan yang
runtut dan baik.

Dari semua komponen tersebut salah satu yang tidak kalah penting adalah
menjadikan siswa sebagai subjek belajar yang aktif dalam proses pembelajaran
karna selama ini peran aktif siswa dalam proses pembelajaran masih rendah
terutama dalam menulis. Selain itu alur, alur proses belajar tidak harus berasal
dari guru menuju siswa akan tetapi dari siswa ke siswa.

Dengan demikian

diharapkan dapat memacu motivasi belajar siswa yang pada akhirnya akan
berpengaruh pada prestasi belajar.

Proses pembelajaran akan berhasil dengan baik jika guru mengawali pembelajaran
dari yang diketahui oleh siswa. Pembelajaran akan sukar dipahami oleh siswa,
jika tidak atau belum memiliki pengetahuan dasar tentang materi yang akan
dipelajari. Kemampuan awal siswa adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa
sebelum mengikuti pembelajaran yang akan diberikan. Kemampuan awal ini
dapat menggambarkan kesiapan siswa dalam menerima pelajaran yang akan
disampaikan oleh guru. Dari gambaran tersebut jelas bahwa kemampuan awal
siswa penting untuk diketahui guru sebelum memulai pembelajaran dan
Kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa SMAN 2 Menggala rata-rata masih
rendah. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut.

7

Tabel 1.1. Data nilai ulangan harian siswa kelas X.1 dan X.6 mata pelajaran
Bahasa Inggris untuk kemampuan menulis semester Ganjil T.P 20122013

Kategori

Interval

Baik sekali

75

Jumlah siswa

Presentase (%)

5

8,33 %

Baik

65

nilai siswa < 75

8

13,3 %

Cukup

56

nilai siswa < 65

11

18,3 %

Kurang

41

nilai siswa < 56

15

25 %

21

35 %

Gagal

< 41

Berdasarkan tabel 1.1 terlihat bahwa hanya 8,33% siswa yang memiliki nilai
dengan katagori baik sekali sedangkan siswa lainnya memiliki nilai baik
berjumlah 13,3%, kategori cukup sebanyak 18,3%, kurang 25% dan yang gagal
35% dari jumlah siswa 60 orang

Berdasarkan permasalahan yang muncul di kelas X.1 dan X.6 yaitu rendahnya
hasil tes pada pembelajaran menulis bahasa Inggris khususnya pada teks
narrative. Persoalan ini muncul diantaranya disebabkan oleh pembelajaran yang
monoton dan jarangnya guru menggunakan media pembelajaran bahasa Inggris,
media yang memudahkan siswa belajar. Tehnik pembelajaran dan media dalam
pembelajaran merupakan sumber belajar yang dapat menyampaikan pesan-pesan
pendidikan pada siswa. Perbedaan gaya belajar, minat, intelegensi, keterbatasan
indera, hambatan jarak dan waktu dan lain-lain dapat dibantu dengan
memanfaatkan media dan tehnik pembelajaran yang digunakan. Oleh karena itu,

8

media dan tehnik pembelajaran tidak mungkin diabaikan dalam proses
pembelajaran.

Upaya mengatasi siswa dalam memahami dan menerapkan unsure instrinsik
dalam

menulis

teks

narrative

yang

dibuatnya

serta

kesulitan

dalam

mengembangkan ide cerita, dipilihlah media yang dirancang oleh peneliti guna
memudahkan siswa dalam mengembangkan menulis narasi.

Media pembelajaran diartikan sebagai semua benda yang menjadi perantara
terjadinya proses belajar, dapat berwujud perangkat lunak, maupun perangkat
keras. Berdasarkan fungsinya media pembelajran dapat berbentuk alat peraga dan
sarana. Banyak macam media pembelajaran dan alat peraga yang digunakan
dalam menyajikan suatu meteri pembelajaran. Untuk keterampilan menulis
biasanya diberikan suatu perintah agar siswa dapat menuliskan beberapa kalimat
berdasarkan contoh yang terkadang membuat siswa bingung serta siswa kurang
tertarik karena penyajiannya terlalu monoton sehingga membuat siswa tidak
begitu antusias dan menimbulkan kejenuhan dalam belajar.

Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam rangka
menulis karangan narasi adalah dengan menggunakan gambar berseri (picture
series). Menurut Atmazaki (2006: 28), karangan narasi adalah cerita yang
didasarkan atas urutan serangkaian kejadian atau peristiwa. Dalam kejadian
tersebut, terdapat satu atau berapa tokoh dan tokoh tersebut mengalami satu
serangkaian peristiwa. Kejadian, tokoh, dan konflik ini merupakan unsur pokok

9

sebuah narasi, dan ketiganya secara bersama-sama bisa pula membentuk plot
atau alur.

Penggunaan media picture series dapat dijadikan solusi terhadap permasalahan
yang dihadapi dalam pembelajaran keterampilan menulis karangan narasi. Media
picture series dalam menulis karangan narasi diharapkan dapat membantu siswa
dalam memecahkan suatu permasalahan dan membereskan peluang siswa untuk
menemukan ide, gagasan, pendapat dan pengetahuan secara tertulis serta siswa
memiliki kegemaran menulis karangan narasi.

Selain media picture series, penelitian ini juga menggunakan media yang
dirancang oleh peniliti yang merupakan hasil dari peta pemikiran mengenai
sebuah cerita yaitu mind mapping.

Peta pikiran (mind mapping) merupakan

tehnik pencatat yang dikembangkan oleh Tony Buzan, yang didasarkan pada riset
tentang cara kerja otak. Peta pikiran menggunakan pengingat visual dan sensorik
alam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan. Peta ini dapat membangkitkan ide-ide
orisinil dan memicu ingatan yang mudah.

Buzan (2004:15) mengatakan bahwa mind mapping adalah alat yang lebih ampuh
untuk berpikir karena alat ini memungkinkannya (dan juga para pengguna mind
maping) membuat sketsa ide utama dan melihat dengan cepat serta jelas
bagaimana semua data saling berkaitan. Mind mapping membekali penggunanya
dengan tahap antara yang bermanfaat, antara proses berpikir, dan benar-benar
menuangkan kata-kata dalam kertas. Buzan sampai pada suatu kesimpulan bahwa

10

menggunakan teknik mind mapping dalam menulis berarti menjembatani
kesenjangan antara berpikir dan menulis narrative.

Terciptanya partisipasi siswa dapat dilakukan dengan diadakannya program
pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik siswa binaan, secara alamiah
siswa memang siswa sudah memiliki karakteristik yang berbeda. Ragam
karakteristik

ini

ternyata

mempengaruhi

bagaimana

hasil

implementasi

pembelajaran yang telah dirancang. akan tetapi yang terjadi di lapangan program
pembelajaran yang ada hanya mementingkan satu sisi saja tidak sesuai dengan
yang dibutuhkan.

Program pembelajaran yang kurang sesuai dapat ditanggulangi dengan adanya
kegiatan pembelajaran kelompok. Hal ini sangat penting untuk membantu siswa
dalam menyelesaikan masalah dengan cara berdiskusi dalam proses pembelajaran,
namun kegiatan kerja berkelompok yang diterapkan oleh guru bahasa Inggris
belum berbentuk pembelajaran kooperatif akan tetapi hanya bertujuan
menyelesaikan tugas.
Dalam penelitian ini dilakukan studi untuk mengetahui perbandingan dua media
pembelajaran dalam menulis narasi yaitu media picture series dan media mind
mapping yang telah di rancag oleh peneliti. Pemilihan dua media pembelajaran ini
didasarkan atas karakteristik yang terdapat didalamnya, terutama kesempatan
siswa untuk mengeksplorasi kemampuan belajarnya secara kelompok, sehingga
dapat membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menghadapi materi yang
sulit terutama dalam pelajaran bahasa Inggris terutama pada menulis narasi.

11

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat diidentifikasi
masalah yang ada sebagai berikut:
1.

Dominasi guru sangat tinggi dalam kegiatan pembelajaran, sehingga
pembelajaran menjadi monoton dan membosankan yang menimbulkan
kejenuhan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

2.

Siswa kurang kreatif dalam pembelajaran karena pembelajaran berpusat
pada guru.

3.

Proses

pembelajaran

masih

menggunakan

model

konvensional,

kemampuan siswa dianggap sama sehingga penyelenggaraan pembelajaran
bersifat klasikal.
4.

Peran aktif siswa di dalam menulis narasi masih rendah

5.

Rata-rata kemampuan awal siswa di SMAN 2 Menggala masih rendah

6.

Program pembelajaran yang di rancang oleh guru kurang memperhatikan
karakteristik siswa binaan

7.

Kegiatan belajar kelompok yang diterapkan oleh guru bahasa Inggris
belum berbentuk pembelajaran kooperatif tetapi hanya bertujuan
menyelesaikan tugas.

8.

Dalam pembelajaran bahasa Inggris khususnya menulis narasi guru belum
menggunakan menggunakan media picture series.

12

1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah disebutkan, maka
penulis membatasi masalah yang akan di teliti sebagai berikut:
1. Pemilihan model pembelajaran belum tepat sehingga tidak optimal dalam
proses pembelajaran.
2. Peran aktif siswa di dalam menulis narasi masih rendah
3. Rata-rata kemampuan awal siswa di SMAN 2 Menggala masih rendah
4. Dalam pembelajaran bahasa Inggris khususnya menulis narasi guru belum
menggunakan media picture series.

1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, di susun rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah ada interaksi antara penggunaan media picture series dan media
mind mapping dengan kemampuan awal berbeda terhadap kemampuan
menulis narasi.
2. Apakah kemampuan menulis narasi siswa yang menggunakan media
picture series lebih tinggi dari pada kemampuan menulis siswa yang
menggunakan media mind mapping?
3. Apakah kemampuan menulis narasi bagi siswa yang menggunakan media
picture series lebih tinggi dari pada kemampuan menulis narasi bagi siswa
yang menggunakan media mind mapping pada siswa berkemampuan awal
tinggi?

13

4. Apakah kemampuan menulis narasi bagi siswa yang menggunakan media
picture series lebih tinggi dari pada kemampuan menulis narasi bagi siswa
yang menggunakan media mind mapping pada siswa berkemampuan awal
rendah?

1.5 Tujuan Penelitian
Seiring dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini untuk
mengetahui:
1.

Interaksi antara penggunaan media picture series dan media mind
mapping dengan kemampuan awal siswa terhadap kemampuan menulis
narasi.

2.

Kemampuan menulis narasi siswa yang menggunakan media picture series
lebih tinggi dari kemampuan menulis narasi siswa yang menggunakan
media mind mapping.

3.

Perbedaan kemampuan menulis narasi siswa yang menggunakan media
picture series lebih tinggi dari pada kemampuan menulis narasi siswa yang
menggunakan media mind mapping untuk siswa yang memiliki
kemampuan awal tinggi.

4.

Perbedaan kemampuan menulis narasi siswa yang menggunakan media
picture series lebih tinggi dari pada kemampuan menulis narasi siswa yang
menggunakan media mind mapping untuk siswa yang memiliki
kemampuan awal rendah.

14

1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1

Manfaat Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat untuk kepentingan Ilmu
pengetahuan khususnya pada teknologi pendidikan dalam kawasan pengelolaan
dan desain pembelajaran.

1.6.2 Manfaat Secara praktis
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat secara praktis dan mampu
diaplikasikan ke dalam kegiatan proses pembelajaran baik di kelas maupun
pembelajaran di luar kelas terutama bagi:
a. Penulis
Penelitian ini memberikan pengalaman yang sangat berguna dam menambah
pengetahuan serta meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan penelitian.
b. Guru
Memberikan wawasan dalam pembelajaran bahasa Inggris agar dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Inggris, dan secara khusus
sebagai rujukan dalam mengatasi masalah dalam menulis narasi.
c. Siswa
Mendapatkan pembelajaran menulis narasi yang lebih sistematis, menarik,
menyenangkan dan bermakna
d. Sekolah
Sebagai masukan dalam usaha peningkatan kualitas pembelajaran dan
memberikan tambahan wawasan untuk evaluasi kinerja guru.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Teori Belajar dan Pembelajaran
2.1.1 Hakekat Belajar dan Pembelajaran

Istilah pembelajaran mengandung makna ada siswa yang belajar dan ada guru
yang mengajar, keduanya membutuhkan proses yang panjang. Slameto (2003:2)
menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar merupakan
hal yang kompleks, dari segi siswa yang belajar dialami sebagai proses mental
dalam menghadapi bahan belajar. Sedangkan dari sisi guru proses belajar
merupakan prilaku belajar tentang satu hal. Siswa yang belajar diharapkan dapat
mengalami perubahan dalam hal pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku,
keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada
pada individu, dan perubahan tersebut sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.Seperti dikatakan Gredler dalam Winataputra
(2006;4b) tentang pengertian belajar, “... is the process by which human beings
acquire a vast variety of competencies, skills, and attitudes.” Suatu proses dimana
manusia mencapai suatu keanekaragaman yang luar biasa berupa kompetensi,
keterampilan serta sikap dan tingkah

laku. Sementara Kolb dalam Suciati

(2001:38) mengatakan “... the process whereby knowledge is created through the
transformation of experience.” Belajar merupakan proses pengetahuan dibentuk
melalui transformasi pengalaman.

Selanjutnya Thorndike dalam Suciati (2001:32) menyatakan belajar adalah
perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon.
Belajar dipandang sebagai suatu proses yang aktif melibatkan eksplorasi daripada
sekedar penerimaan informasi yang pasif yang diberikan oleh guru. Hal ini juga
dikemukakan oleh Mc. Pherson dalam Siregar (2005:21) yaitu “Learning is an
active process, involving exploration, rather than the passive receipt of
information downloaded by teachers.” Belajar merupakan suatu proses pencarian
makna oleh karena itu belajar sebagai suatu proses atau aktifitas yang
menekankan kepada suatu hasil atau produk.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses
perubahan tingkah laku yang mengakibatkan bertambahnya pengetahuan,
keterampilan dan nilai sikap yang diperoleh melalui interaksi yang aktif dari diri
siswa dengan lingkungannya.

2.1.2 Teori Belajar dan Pembelajaran

Ada beberapa teori belajar dan pembelajaran seperti teori belajar humanistic,
behavioristik, kognitif, konstruktivistik, sibernetik, dan kecerdasan ganda, yang
pada penerapannya harus disesuaikan dengan kondisi dan konteks pembelajaran.

Masing-masing teori memiliki kelebihan dan kelemahan sendiri-sendiri. Beberapa
teori yang mendukung penelitian ini diantaranya:
a. Teori Belajar Konstruktivisme
Menurut pandangan teori konstruktivisme, belajar merupakan usaha
pemberian makna oleh siswa kepada pengalamnannya melalui asimilasi dan
akomodasi yang menuju struktur kogniifnya. Untuk itu pembelajaran
diupayakan agar dapat memberikan kondisi terjadinya proses pembentukan
tersebut seara optimal pada diri siswa. Proses belajar sebagai usha pemberian
makna kepada siswa oleh siswa kepada pengalamannya akan membentuk
suatu konstruksi pengetahuan. Konstruktivisme sebagai aliran psikologi
kognitif menyatakan manusialah yang membangun makna terhadap suatu
realita. Siswa dalam belajar kostruktivistik harus aktif melakukan kegiatan,
aktif berfikir, menyusun konsep, dan member makna tentang hal-hal yang
sedang dipelajari. Sedangkan guru memiliki peran sebagai pemberdaya
potensi siswa agar siswa mampu melaksanakan proses pembelajaran.

Untuk itu menurut Zahronik (1995:28) dalam proses pembelajaran guru harus
dapat mengkondisikan siswanya untuk memecahkan masalah, menemukan
sesuatu yang berguna bagi dirinya dengan belajar dari mengalami sendiri
bukan dari menghafal. Dalam mengkondisikan atau mewujudkan system
pembelajaran yang mendukung kemudahan belajar bagi siwa agar memiliki
peluang optimal berlatih untuk memperoleh kompetensi, guru harus dapat
memanfaatkan sarana maupun media pembelajaran.

Pembelajaran dalam konteks konsruktivistik harus lebih menekankan
penggunaan

media

sebagai

satu-satunya

sarana

untuk

mempercepat

pemahaman terhadap materi. Oleh sebab itu guru mutlak memiliki
kemampuan untuk memberdayakan media pembelajaran. Dengan sarana
tersebut siswa akan berlaih untuk berfikir sendiri, memecahkan masalah yang
dihadapinya, mandiri, kritis, kreatif dan mampu mempertanggungjawabkan
pemikirannya secara rasional.

Pembelajaran penting bagi siswa untuk mengetahui ‘untuk apa’ ia belajar, dan
bagaimana ia menggunakan pengetahuannya serta keterampilan yang telah ia
miliki. Atas dasar itulah pembelajaran harus dikemas menjadi proses
mengkonstruksi bukan hanya sekedar transfer pengetahuan

siswa hanya

menerima, tetapi siswa harus dikondisikan untuk membangun pengetahuannya
sendiri melalui keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran. Untuk itu dalam
pembelajaran konstruktivis harus berlandaskan pada pengetahuan dibangun
(dikonstruksi) secara aktif oleh diri subyek belajar, bukan secara pasif
diterima dari lingkungan belajar dan peranjakan dalam memahami suatu
pengetahuan merupakan proses adaptif, yang mengorganisasikan pengalaman
si pebelajar dalam interaksi dengan lingkungannya Vigotsky (1986;26)

b. Teori Belajar Humanistik
Menurut teori belajar humanistic, proses belajar harus dimulai dan ditujukkan
untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Ide pokok teori belajar
ini adalah bagaimana siswa belajar mengarahkan diri sendiri, memotivasi diri

sendiri dalam belajar dan tidak pasif dalam proses pembelajaran. Dalam
pembelajaran, toeri ini menekankan pentingnya emosi atau perasaan dan
adanya komunikasi terbuka serta nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap siswa.
Tujuan yang ingin dicapai bukan hanya pada ranah kognitif saja, melainkan
menjadikan siswa bertanggung jawab, perhatian penuh pada lingkungannya,
dan dewasa secara emosi dan spiritual. Prinsip lain dalam teori humanistik
adalah mengajarkan siswa bagaimana belajar dan menilai kegunaan belajar
bagi dirinya sendiri. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan
dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Factor motivasi dan
emosional sangat penting dalam peristiwa belajar, karena tanpa motivasi dan
keinginan dari pihak si pebelajar, maka tidak aakan terjadi asimilasi
pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimilikinya. Teori
belajar

humanistic

berpendapat

bahwa

teori

belajar

apapun

dapat

dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memenusiakan manusia, yaitu untuk
mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, dan relisasi diri si pebelajar secara
optimal.

Kolb dalam Saekhan (2008:82) sebagai penganut aliran humanistic membagi
tahap-tahap belajar menjadi (a) tahap pengalaman konkret, (b) tahap
pengamatan aktif dan reflektif, (c) tahap konseptualisasi, (d) tahap
eksperimentsi aktif. Pada tahap pengelaman konkret, siswa harus dapat
melihat dan merasakan sendiri agar mereka dapat merumuskan konsep atau
prinsip-prinsip, dengan kata lain belajar akan efektif jika didesain dengan cara
memberikan pengalaman secara optimal. Pada tahap ini siswa hanya bisa

merasakan suatu kejadian apa adanya namun belum dapat memahami dan
menjelaskan bagaimana atau mengapa peristiwa itu terjadi. Kemampuan inilah
yang dimiliki seseorang pada tahap yang paling awal dalam proses belajar.
Konsekuensinya guru harus menyediakan fasilitas atau kondisi yang
memungkinkan siswa untuk mengelaborasikan segala pengalaman sehingga
dapat dijadikan bahan untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya.

Tahap pengamatan aktif dan reflektif, pada tahap ini belajar harus member
kebebasan kepada seluruh siswa untuk melakukan observasi secara aktif
terhadap peristiwa yang dialaminya. Tahap konseptualisasi, tahap ketiga ini
siswa diberi kebebasan untuk merumuskan (konseptualisasi) terhadap hasil
pengamatannya,

artinya

siswa

berupaya

untuk

membuat

abstraksi,

mengembangkan suatu teori atau konsep dan prosedur tentang suatu obyek
yang menjadi perhatiannya. Berfikir induktif banyak dilakukan untuk
merumuskan suatu aturan umum atau sebagai contoh peristiwa yang
dialaminya. Walaupun kejadian yang diamatinya berbeda-beda, namun
memiliki komponen yang sama yang dapat dijadikan dasar aturan bersama.
Tahap eksperimentasi aktif, tahap ini didasarkan atas hasil dari asumsi bahwa
hasil dari proses belajar harus bersifat produk nyata. Oleh sebab itu siswa
harus mampu melakukan eklsperimentasi aktif dengan mengaplikasikan
konsep-konsep, teori-teori atau aturan-aturan untuk memecahkan masalah
yang

belum ia jumpai sebelumnya. Tahap-tahap belajar yang demikian

dianggap oleh Kolb sebagai suatu siklus yang berkesinambungan dan
berlangsung diluar kesadaran orang yang belajar.

Dalam prakteknya teori humanistik cendrung mengarahkan siswa untuk
berfikir induktif, mementingkan pengalaman, membutuhkan keterlibatan
secara aktif dalam belajar. Langkah-langkah pembelajaran humanistic dimulai
dari menentukan tujuan, menentukan materi, mengidentifikasikan kemampuan
awal (entry behavior) siswa, mengidentifikasikan topic-topik pembelajaran,
merancang fasilitas belajar seperti lingkungan dan media pembelajaran,
membimbing siswa untuk belajar aktif, memahami hakikat makna
pembelajaran, membuat konseptualisasi pengalaman belajar, mengaplikasikan
konsep baru ke situasi nyata, dan mengevaluasi proses dan hasil belajar.
Suciati (2001;70).

c. Teori Belajar Kognitif
Teroi kognitif lebih menenkankan bagaimana proses atau upaya untuk
mengoptimalkan kemampuan aspek rasional. Asumsi teori ini adalah bahwa
setiap siswa telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata
dalam bentuk struktur kognitif yang dimilikinya. Skema kognitif tersebut
berbeda untuk setiap siswa, dan senantiasa berkembang sejalan dengan
perkembangan usia mereka serta menjadi dasar dan motivasi bagi dirinya
untuk berfikir dan bertindak (memahami hubungan-hubungan) atas situasi
yang dihadapi.

Belajar adalah proses reorganisasi atau restrukturisasi (struktur atau skema),
pengetahuan, proses informasi dan pengambilan keputusan secara cerdas dan
bernalar. Reorganisasi tersebut terjadi secara berkesinambungan dan bertahap

dari konkrit menuju abstrak; serta melalui proses asimilasi dan akomodasi
(Piaget); pengaitan (Ausebel), antara bahan dan materi atau informasi baru
yang dipelajari dengan struktur kognitif siswa. Belajar tidak sekedar
melibatkan hubungan antara stimulus dan respon namun juga elibatkan proses
berfikir yang kompleks. Teori ini lebih mementingkan proses belajar dari pada
prestasi belajar itu sendiri.

Meurut Piaget dalam Saekhan (2008;60), bahwa belajar akan lebih berhasil
apabila disesuakan dengan tahap perkembangan kognitif siswa. Siswa
hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek
fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh
pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan
kepada siswa agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari
dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.

Istilah belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah proses belajar yang
sengaja diciptakan atau intentional learning, bukan belajar yang terjadi secara
spontan atau incidental learning. Agar dapat berlangsung efektif dan efisien,
proses belajar perlu dirancang menjadi sebuah kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran adalah proses yang sengaja dirancang untuk menciptakan
terjadinya aktivitas belajar dalam diri individu.

Dengan kata lain,

pembelajaran merupakan sesuatu hal yang bersifat eksternal yang sengaja
dirancang untuk mendukung terjadinya proses belajar internal dalam diri
individu (Pribadi, 2009: 17).

Menurut teori belajar kognitif, belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan
dengan tahap perkembangan kognitif siswa. Siswa hendaknya diberi
kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik, yang ditunjang
oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan pengarah dari
guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada siswa agar
mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan
berbagai hal dari lingkungan.

Ada tiga prinsip belajar dalam teori belajar kognitif, yaitu belajar aktif akan
menghindarkan siswa dari kebosanan, belajar lewat interaksi sosial manusia,
dan belajar lewat pengalaman sendiri. Pada pembelajaran ini proses mencari
ilmu dilakukan secara tidak sengaja, jadi siswa merasa tidak terpaksa untuk
belajar.

Implikasi teori belajar kognitif ini dalam belajar, yakni (1) bahasa dan cara
berpikir siswa berbeda dengan orang dewasa, oleh karena itu guru
membelajarkan dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berpikir
siswa, (2) siswa-siswa akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi
lingkungan dengan baik, guru harus membantu siswa agar dapat berinteraksi
dengan lingkungan sebaik-baiknya, (3) bahan yang harus dipelajari siswa
hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing, (4) berikan peluang agar siswa
belajar