View of PENERAPAN MODEL PENEMUAN TERBIMBING PADA LESSON STUDY PEMBELAJARAN MATERI TRANSFORMASI BERBANTUAN GEOGEBRA
PENERAPAN MODEL PENEMUAN TERBIMBING PADA LESSON
STUDY PEMBELAJARAN MATERI TRANSFORMASI
BERBANTUAN GEOGEBRA
Arifin
SMP Negeri 1 Karangploso, Guru Matematika, Kab. Malang
Abstrak
Penelitian ini mengkaji manfaat penerapan pembelajaran model penemuan terbimbing materi
transformasi berbantuan geogebra pada lesson study di SMP Negeri 1 Karangploso tahun pelajaran
2016/2017. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Dari penelitian
diperoleh temuan dampak pembelajaran penemuan terbimbing berbantuan geogebra pada lesson studybagi siswa yaitu (1) dengan bantuan software geogebra dapat meningkatkan penguasaan konsep
transformasi yaitu pergeseran dan pencerminan, (2) dengan pembelajaran penemuan terbimbing keaktifan
siswa dalam belajar meningkat, (3) dengan penemuan terbimbing siswa meninggalkan belajar menghafal
rumus (4) lesson study dapat dijadikan sarana meningkatkan kualitas guru dalam memfasilitasi pembelajaran.Kata kunci : geogebra, lesson study, penemuan terbimbing, transformasi.
Abstract
This study examines the benefits of applying learning model of guided discovery of geogebra-assisted
transformation materials to lesson study in SMP Negeri 1 Karangploso in academic year 2016/2017. The
method used in this research is qualitative descriptive. From the research, it is found that the learning
impact of guided discovery of geogebra assisted on lesson study for students are (1) with the help of
geogebra software, it can improve the mastery of transformation concept that is translation and reflection,
(2) with learning of guided discovery, the students’ activeness in learning increase, (3) Guided discovery
makes students avoiding memorize the formula (4) lesson study can be used as a means of improving the
quality of teachers in facilitating learning Keywords: geogebra, guided discovery, lesson study, transformation.PENDAHULUAN permendikbud no
65 tahun 2013 diantaranya perubahan dari siswa diberi Peranan guru sangat sentral dalam tahu diubah menjadi siswa mencari tahu. meningkatkan kualitas pendidikan di Hal ini tidak mudah, karena selama ini Indonesia. Peran itu antara lain sebagai pembelajaran di SMP Negeri
1 fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa Karangploso siswa diberi tahu saja sulit pembelajaran dan pemberi inspirasi mengerti, bagaimana kalau tidak diberi belajar bagi peserta didik. Perkembangan tahu. Tantangan bagi guru untuk kurikulum menuntut guru selalu belajar membelajarkan siswa tidak diberitahu dan memberikan pelayanan pembelajaran menjadi siswa mencari tahu berimplikasi yang berkualitas sesuai dengan tuntutan pada metode pembelajaran, bahan ajar, prinsip pembelajaran pada standar proses rencana pelaksanaan pembelajaran, pendidikan yang berlaku. Satu prinsip aktivitas siswa harus mencerminkan pembelajaran yang terdapat dalam siswa tidak diberi tahu. Pembelajaran dimana siswa tidak diberitahu adalah pembelajaran dengan metode penemuan. Penelitian dengan penemuan telah dilakukan (Goos, 2004; Jaworski, 2006; Balim, 2009; Sikko & Pepin, 2011; Diezmann, 2004; Hunter R, 2010; Santos, 2008; Makar, 2007; Delcourt & McKinnon, 201; Leikin & Rota, 2006; Abdullah & Shariff , 2008; Muhsetyo, 2004; Effendi, 2011; Pais, 2009, Yunari, 2012). Goos (2004) menemukan dalam inquiry partisipasi, respon, ide dan pendapat siswa akan sesuai harapan apabila guru mampu memberikan
scafolding yang tepat dan menyarankan
dalam pembelajaran perlu diciptakan komunitas dan kultur belajar dikelas melaui inquiry. Jaworski (2006) menemukan bahwa praktik inquiry membawa pemahaman siswa terhadap teori menjadi lebih baik dan berkembang. Balim (2009) menemukan pembelajaran
inquiry dapat meningkatkan kapasitas
metacognisi. Sikko & Pepin (2011) menemukan inquiry dapat meningkatkan kedalaman belajar dan menambah literatur guru dalam pembelajaran. Diezmann (2004) menemukan tipe tugas
inquiry dan implikasinya pada
assessmen. Hunter (2010) menemukan untuk menciptakan komunitas inquiry diantaranya dengan mengembangkan pertanyaan murid dengan cara yang tepat. Santos (2008) menyatakan ada banyak cara mengembangkan petunjuk aktivitas untuk membantu perkembangan siswa dalam bernalar matematika. Makar (2007) menemukan dengan inquiry kepercayaan diri guru dapat meningkat. Delcourt dan McKinnon (2011) menemukan bahwa bertanya adalah kemampuan dasar dalam pembelajaran
inquiry. Leikin & Rota (2006)
menemukan kualitas guru dalam membangun partisipasi diskusi sangat dipengaruhi oleh keahliaan dalam mengajar. Abdullah & Shariff (2008) menemukan
inqury dapat meningkatkan
kemampuan bernalar, kerjasama dan pemahaman konsep. Muhsetyo (2004) memberikan contoh penemuan terbimbing, meteode penemuan terbimbing dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Effendi (2011) menunjukkan bahwa dengan penemuan terbimbing kemampuan-kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis siswa lebih baik bila dibanding diajar dengan metode konvensional. Selain itu siswa memiliki sikap positif terhadap matematika dan pembelajaran. Pais (2009) pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing berkelompok dapat meningkatkan penguasaan siswa pada materi volume bangun ruang. Yunari (2012) menemukan penerapan discovery
learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Matematika secara garis besar dibagi ke dalam 4 cabang yaitu aritmetika, aljabar, geometri, dan analisis (Bell, 1978:27). Geometri merupakan cabang matematika yang menempati posisi penting untuk dipelajari karena geometri digunakan oleh setiap orang dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari geometri digunakan untuk mendesain rumah, taman atau dekorasi (Van de Walle, 1990:269). Dengan demikian geometri perlu diajarkan di sekolah sejak SD.
Geometri merupakan bagian dari matematika yang menempati bagian esensial dalam kurikulum sekolah menengah. Hal ini terbukti dari banyaknya standart kompetensi dalam geometri dan manfaat yang didapatkan siswa dengan mempelajari geometri. Berdasarkan observasi awal di SMP Negeri 1 Karangploso, dimana peneliti sebagai guru ditempat tersebut didapatkan bahwa kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari pokok bahasan geometri. Berdasarkan nilai ulangan harian siswa kelas VII semester II tahun pelajaran 2015/2016 dapat dilihat bahwa nilai matematika pada materi geometri dari 306 siswa yang mencapai nilai di atas ketuntasan kompetensi minimum yaitu 75 sebanyak 154 siswa, ini berarti hanya ada 50 % siswa yang mencapai nilai ketuntasan kompetensi minimum yang ditetapkan. Ini menunjukkan bahwa nilai ulangan siswa khususnya pada pokok bahasan geometri masih belum mencapai ketuntasan. Berdasarkan persentase tingkat ketercapaian hasil belajar siswa dengan mengacu pada teori belajar tuntas ( mastery learning), Mukminan (2003:14) menyatakan bahwa siswa harus menguasai sekurang-kurangnya 65 % dari kompetensi dasar yang ditetapkan. Kesulitan siswa juga ditemui dalam hal pemahaman, Jika siswa ditanya jika titik adalah koordinat bayangan suatu titik yang dicerminkan terhadap garis Y = x siswa diminta menentukan koordinat titik asalnya siswa tidak segera memberikan jawaban. Hal ini disebabkan karena siswa hanya menghafal rumus, dan tidak dilibatkan menemukan sendiri rumusnya.
Pembelajaran matematika di SMP Negeri 1 Karangploso, guru biasanya menyajikan materi terlebih dahulu kepada siswa, kemudian memberikan contoh soal, dan selanjutnya memberikan soal-soal latihan kepada siswa. Siswa biasanya memperhatikan penjelasan guru kemudian mencatat apa yang ditulis guru di papan tulis. Dalam situasi pembelajaran seperti ini, siswa cenderung pasif, menunggu guru menyampaikan materi, dan kegiatan tanya jawab terjadi hanya jika guru melontarkan pertanyaan.
Dalam menyampaikan materi transformasi, guru biasanya langsung memberikan rumus dan siswa sekedar menghafal. Siswa tidak terlibat secara aktif yang mengarah pada penemuan pola/rumus tersebut. Seharusnya siswa tidak sekedar menghafal rumus
transformasi (refleksi, translasi, rotasi
dan dilatasi) tetapi aktif terlibat secara fisik dan mental untuk menemukan rumus tersebut. Menurut Bruner (dalam Dahar, 1988:125) menyatakan bahwa penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh siswa, dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Senada dengan hal itu, Hudojo (2005:135), mengatakan agar proses belajar matematika terjadi, bahasan matematika seyogyanya tidak disajikan dalam bentuk yang sudah tersusun secara final, melainkan siswa dapat terlibat secara aktif di dalam menemukan konsep-konsep, struktur- struktur sampai kepada teorema atau rumus-rumus.
Materi transformasi merupakan bagian materi geometri, pada kurikulum 2013 diberikan dikelas 7 semester genap. Untuk membelajarkan materi tranformasi dengan tidak memberitahu siswa maka diperlukan bantuan media. Jones (2009) ketika siswa menggunakan geogebra pemahaman mereka akan berakhir lebih mendalam pada materi geometri.
METODE
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari dan Februari tahun 2017 di SMP Negeri 1 Karangploso Kabupaten Malang. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Tahap pertama yang dilakukan adalah observasi meliputi pembelajaran, budaya belajar siswa, bahan ajar yang digunakan, metode guru mengajar, fasilitas yang ada disekolah, latar belakang kemampuan akademik siswa. Temuan itu didiskusikan dalam kelompok untuk menentukan rencana pembelajaran yang akan dilakukan. Rencana materi apa dan persiapan perangkat dan alternatif pembelajarannya. Pembelajaran direncanakan dua kali pertemuan pada materi pergeseran dan pencerminan dilaksankan di kelas 7H. Data penelitian diperoleh dengan obervasi dan dokumentasi melalui video. Data dianalisis dengan mendeskripsikan temuan kemudian dikaji berdasarkan teori teori maupun penelitian yang ada.
Pembelajaran dirancang bersandarkan pada prinsip Lesson Study melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegialitas dan mutual learning untuk membangun
Translasi dan Refleksi
siswa diminta menemukan ciri-ciri translasi, Untuk menemukan konsep pencerminan dengan diberikan alat peraga bidang pencerminan siswa
translasi,
mall menggunakan konsep
lift di
Goos (2004) untuk menumbuhkan budaya inquiri perlu diciptakan iklim belajar berupa partisipasi, respon, ide dan pendapat siswa dengan memberikan scafolding yang tepat. Misalkan bantuan ilustrasi pada kehidupan nyata,
Menurut Van Hiele dalam Suherman (2003) pada tahap awal suatu bentuk geometri perlu ada visualiasasi. Dengan bantuan software Geogebra bentuk tersebut dikontekskan dalam bidang kartesius. (3) tidak semua siswa terlibat dalam kerja kelompok, belum terbiasa bekerja kelompok, diskusi dan belum terbiasa presentasi.
merupakan istilah baru bagi siswa smp, Menurut teori Gestalt dalam Suherman (2003) kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan harus memperhatikan; (a) penyajian konsep harus lebih mengutamakan pengertian, (b) memperhatikan kesiapan intektual siswa, (c) mengatur suasana kelas agar siswa siap belajar. Sehingga untuk mempelajari materi translasi dan refleksi diperlukan materi prasarat sistem koordinat kartesius. (2) Siswa dihadapkan makna dan konteks penotasian tanslasi
teori pendukung didiskripsikan sebagai berikut: (1) Istilah
BAHASAN UTAMA
learning community maka langkah
(Refleksi). Permasalahan dan solusi serta
beberapa masalah dan solusi yang akan digunakan dalam rencana pembelajaran terkait pembelajaran transformasi yaitu pergeseran (translasi) dan Pencerminan
Plan, didapatkan
Hasil diskusi saat
class serta menentukan moderator dan notulen pada saat refleksi.
adalah tahapan awal dalam kegiatan lesson study. Dalam kegiatan ini, didiskusikan beberapa hal yang berkaitan dengan persiapan pelaksanaan pembelajaran lesson study. Kegiatan tersebut meliputi memilih materi/KD yang akan digunakan untuk open class, menentukan jadwal open class, menyusun RPP, LKS, evaluasi, media/alat yang diperlukan dan menentukan guru model yang akan open
Plan atau perencanaan
pertama adalah melakukan perencanaan yang dilakukan pada tanggal 27 dan 28 Januari 2017.
dipandu dengan pertanyaan tentang jarak benda kecermin dibanding jarak bayang kecermin, bentuk benda dan bayangan. Untuk menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP, uraian materi, media pembelajaran, LKS dan sistem penilaian dilakukan diskusi bersama teman sejawat, yang didahului melakukan observasi di kelas 7H dan 7I . Setelah observasi dilanjutkan dengan diskusi dengan guru pengajar mengenai kondisi pembelajaran yang terjadi, motivasi belajar siswa, kemampuan siswa, bahan ajar yang ada, komunikasi yang terjadi antar siswa di kelas, komunikasi siswa dengan guru dan permasalahan yang terjadi di kelas.
Setelah melakukan disiskusi saat
plan pada tanggal 27 dan 28 Januari 2017
dihasilkan perangkat yang terdiri; (1) Rencana pelaksanaan pembelajaran unuk materi
translasi dan refleksi, (2) Media
pembelajaran translasi dan refleksi, (3) Lembar kegiatan siswa untuk materi
translasi dan refleksi, (4) Uraian materi translasi dan refleksi.
Pelaksanaan pada pembelajaran pertama dapat terlaksana di kelas yang telah direncanakan yaitu kelas 7H pada hari Selasa, 11 Pebruari 2017 jam ke 4 sampai ke 5. Alokasi waktu pembelajaran berjalan sesuai yang direncanakan. Berikut ini dipaparkan pelaksanaan hasil rangkuman observasi pembelajaran yang berlangsung pada kegiatan hari pertama, diawali pendahuluan Guru menanyakan materi yang dipelajari pada pertemuan sebelumnya, menanyakan lebih detail untuk menentukan koordinat suatu titik pada bidang kartesius. Meminta siswa menentukan koordinat titik sebelum digeser dan setelah digeser. Menanyakan apa materi yang akan dipelajari, ketika siswa berpindah dari ruang kelas 7H ke ruang multimedia apa bisa disebut bergeser
(translasi)
Meminta siswa menyebutkan contoh lain dalam kehidupan sehari hari yang menggunakan prinsip perpindahan?
Siswa antusias ditunjukkan dengan respon dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran, ada beberapa siswa menentukan koordinat suatu titik pada koordinat kartesius. Diperoleh gambaran dalam translasi yang bergeser hanya posisinya sedangkan bentuk benda tetap Kegiatan Inti
Guru membagi kelompok dengan ditentukan ketuanya. Setiap kelompok menyelesaikan kegiatan yang telah diterima. Pada lembar kerja ada tambahan informasi yang dituliskan guru di papan penamaan gambar 1,2 dan 3 belum jelas. Secara berkelompok menyelesaikan lembar kerja yang telah dirancang untuk menemukan aturan pergeseran . Banyak kelompok yang mengalami kesulitan mengerjakan lembar kegiatan siswa pada poin 5,6,7,8 dan kesimpulan. Guru membantu kelompok menunjukkan kesalahan dan membantu dengan bertanya yang mengarah pada yang benar. Kesimpulan hasil diskusi kelompok ditulis di kertas manila ditempel di depan kelas. Kegiatan diakhiri dengan mengerjakan latihan soal secara individu.
Ada siswa merasa senang ditunjuk menjadi ketua kelompok. Apa yang ditulis dilembar kegiatan sulit dipahami oleh siswa. terutama no 8 Dari kegiatan nomor 7 dapat kita simpulkan Apabila ada titik koordinat ...... (......, ......) ditranslasikan dengan ...... (....... , .......)maka akan menjadi..... (........+......, ......+.......) sehingga dapat dinotasikan menjadi ..... (......, ......) T (a,b) ..... (......+...... ,
.......+ ......). Kesimpulan diskusi kelompok banyak yang tidak dituliskan. Lembarkerja satu kelompok hanya satu seharusnya dua anak dapat satu .Laitihan soal individu dapat dilaksankan akan tetapi dari 4 soal. Banyak siswa mengalami kesulitan no 2,3, dan 4 dikernakan siswa harus menggambar bidang kartesius terlebih dahulu meskipun bidang berpetak telah diberikan. Keempat soal tersebut adalah; 1.
Gambarlah titik koordinat berikut dalam diagram kartesius a.
A(-2,7) b. B(7,-2) c. C(-6,-2) d.
D(0,6) e. E(3,2) 2.
SebuahtitikP(2,4) digeserdengan T(3,-1) sehingga hasil pergeserannya adalah P’.
Tentukanlah koordinat P’! Tunjukkan dalam diagram kartesius
3. Gambarlah sebuah segitiga ABC dalam diagram kartesius dengan titik A (-5,5), B (- 8,3) dan C (-3,1) Dari soal no. 3 ditranslasikan oleh T (3,-2). Tentukan titik hasil translasi dan gambar dalam diagram kartesius
Penutup,guru memberikan penguatan materi translasi dan memberikan pesan untuk selalu belajar.
Pelaksanaan pembelajaran kedua dapat terlaksana di kelas yang telah direncanakan yaitu kelas7H pada hari Rabu , 12 Pebruari 2017. Waktu pelaksanaan pembelajaran ini pada jam ke 1-3 mulai 07.00-09.00 WIB. Berikut ini dipaparkan pelaksanaan hasil rangkuman observasi pembelajaran yang berlangsung pada PPL kedua. Pendahuluan diawali berdoa bersama, guru menanyakan materi sebelumnya, meberikan soal terkait titik (1,2) digeser (1,2) bayangannya mempunyai koordinat berapa? mengingatkan pergeseran yang berubah posisinya saja bentuknya tetap. Menanyakan siapa yang bercermin sebelum berangkat sekolah? Menyakan siapa yang pernah bercermin? Menanyakan apa yang membedakan pergeseran dengan pencerminan ? memberi tahu akan dibentuk kelompok untuk melakukan pengamatan menemukan sifat pencerminan, Untuk membentuk kelompok siswa diminta berhitung 1 sampai 4. No 1 berkumpul menjadi kelompok satu dan seterusnya.
Pada waktu siswa diminta menentukan koordinat titik bayangan hasil translasi siswa belum dengan lancar menjawab masih perlu diingatkan konsep pergeseran. Pada saat berhitung membentuk kelompok ada siswa yang tidak konsentrasi sehingga tidak bisa melanjutkan berhitung, teman
temannya menyalahkan dengan bersorak hoo...
Kegiatan inti Pada aktivitas pertama menemukan konsep pencerminan setiap kelompok sudah melakukan pengamatan dengan benar dan mengerjakan lembar kegiatan siswa dengan benar dan dihasilkan kesimpulan yang benar tentang konsep pencerminan. Pada aktivitas kedua ada satu kelompok mengerjakan lembar kegitan siswa yang seharusnya disisi dengan kesimpulkan setiap titik (x,y) dicerminkan ke sumbu X menghasilkan titik (x,-y) disimpulkan setiap titik (x,y) dicerminkan ke sumbu X menghasilkan titik (2,-3) Aktivitas keempat sudah dikerjakan oleh setiap siswa, sebagian besar 90 % siswa sudah diatas nilai 75, meskipun ada satu siswa yang jawabnya salah semua namun lembar kegiatan yang disusun sudah lebih sistematis dan mudah dipahami oleh siswa.
Siswa kesulitan menuliskan dan memahami notasi yang melibatkan generaliasi dari arimatik. Sebagi contoh apabila diberikan soal yang melibatkan bentuk (a,b) dicerminkan terhadap sumbu y siswa masih mengalami kebingungan bayangan (a,b) pada konteks pada koordinat kartesius. Berdasar pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan peneliti melakukan refleksi dan perbaikan sebagai berikut : 1.
Penyampaian aplikasi materi untuk memotivasi siswa perlu dikontekskan yang sesuai dengan kondisi lingkungan di Gondanglegi. Pada saat materi translasi contohnya lift hal ini tidak semua siswa pernah melihat langsung lift tersebut. Perbaikan pada pembelajaran kedua dibuatkan media bidang pencerminan dengan menggunakan cermin data yang sudah familier dengan siswa.
2. Materi prasyarat belum maksimal dikuasai oleh siswa, sehingga pada awal apersepsi siswa merasa kebingungan dengan konsep materi yang akan diterima. Namun hal tersebut bisa diatasi oleh guru model dan tim PPL berbasis project lesson study yaitu dengan mempertegas materi yang akan disampaikan pada pertemuan berikutnya.
Berdasarkan hasil pelaksanaan Lesson Study disimpulkan:
PENUTUP
dengan simbol matematika siswa mengalami kesulitan
translasi dan refleksi baik namu dalam penulisa formal
5. Pemahaman konsep
4. Siswa belum terbiasa diskusi kelompok. Dengan memberikan pertanyaan pertanyaan sederhana melatih siswa mengemukakan pendapat.
3. Memahami notasi generaliasasi translasi dan refleksi. Masalah tersebut diatasi dengan meberikan bentuk sederhana dikaitkan dengan kemampuan bahasa siswa.
1. Lembar kegiatan yang telah disusun masih belum dengan mudah dipahami, membantu dengan pertanyaan sehingga diperoleh tujuan yang akan
2. Kegiatan siswa dalam LKS terlalu memakan waktu dan ada hal yang belum jelas dan kurang dapat dilakukan. Perbaikan terhadap masalah ini telah dilakukan pada pembelajaran kedua.
10. Memberikan kepercayaan menjadi ketua kelompok kepada siswa yang biasanya tidak pernah menjadi ketua akan berdampak kepercayaan diri siswa meningkat. Kendala yang dihadapi selama kegiatan PPL berbasis project lesson study ini adalah:
9. Siswa yang malas dalam belajar hendaknya diberi pengarahan dengan baik atau dengan pendekatan secara persuasive mengetahui penyebabnya dan mencoba mencari cara mengatasinya.
8. Suasana pembelajaran yang tidak didominasi oleh guru menjadikan siswa semakin aktif dalam belajar.
6. Dalam menyusun soal perlu dipertimbangkan kemampuan prasarat sudah dikuasai apa belum oleh siswa.
5. Dalam bekerja kelompok siswa tertentu yang aktif, belum merata keaktifan siswa dalam diskusi dan menyelesaikan tugas kelompok.
4. Apa yang ditulis dalam lembar kegiatan siswa belum dipahami dengan jelas oleh siswa. Pada pembelajaran kedua penulisan notasi pada pencerminan diberikan tahap demi tahap.
3. Guru terlalu memberikan bantuan dalam pembuatan kesimpulan. Pada pembelajaran kedua bantuan guru dalam membuat kesimpulan telah dikurangi.
7. Penilaian dan penugasan pembelajaran belum terlaksana dengan maksimal.
1. Dalam menyusun lembar kegiatan siswa apa yang ditulis oleh guru belum tentu dipahami dengan mudah oleh siswa.
2. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan profesionalisme pendidik dapat dilakukan dengan lesson study.
2. Implentasi pembelajaran inquiry pada pelajaran matematika dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar dan kemampuan berfikir mandiri siswa, menganalisa masalah, mengajukan pendapat dan belajar antar sesama siswa.
3. Pemanfaatan geogebra dapat diujicobakan untuk materi lain.
DAFTAR PUSTAKA
6. Suasana pembelajaran yang tidak didominasi oleh guru menjadikan siswa semakin aktif dalam belajar.
Eurasian Journal of Education Research, 25, 1-20
LEARNing Landscapes | Vol. 4, No. 2, Spring 2011 page 145 -158
Delcourt, M .A.B. McKinnon. Tools for Inquiry: Improving Questioning in the Classroom.
Mathematical Association of Victoria Conference, 2004 .pages 80-85, Melbourne.
From Mathematical Inquiry: Challenges For Students,Teachers And Researchers. Proceedings
Jakarta: Dedikbud P2LPTK. Diezmann C M. Assessing Learning
Dahar, R.W.. 1988. Teori-teori Belajar.
Teching Learning Mathematics: In Secondary Shooles. Iowa: Wn. C. Brown Company Publishers.
Bell, F.H.. 1978.
Balim, A G. 2009. The effects of Discoveri Learning On Student’s Succes Inquiry Learning Skills.
7. Siswa yang malas dalam belajar hendaknya diberi pengarahan dengan baik atau dengan pendekatan secara persuasive mengetahui penyebabnya dan mencoba mencari cara mengatasinya.
Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education,2008, 4(4), 387-398
3. Pembelajaran inquiry menekankan pada pembelajaran student centered dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar.
4. Dalam menyusun bahan ajar diperlukan ujicoba apakah yang telah disusun telah dipahami oleh siswa sesuai dengan apa yang telah diharapkan oleh penulis.
5. Guru sebaiknya memperhatikan pembagian kelompok dengan baik, yaitu dengan pemerataan kemampuan siswa.
Untuk meningkatkan partisipasi dan kualitas belajar siswa dapat diterapkan pembelajaran dengan penemuan terbimbing.
Saran 1.
9. Lesson study sangat bermanfaat untuk melakukan perbaikan kualitas pembelajaran berkelanjutan sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif.
8. Notasi berbentuk simbol aljabar general misalkan dan tidak dipahami dengan baik oleh siswa.
Abdullah S, Shariff A. 2008. The Effects of Inquiry-Based Computer Simulation with Cooperative Learning on Scientific Thinking and Conceptual Understanding of Gas Laws.
Journal of Mathematics, Science
Education Research Joumal 2006,Vol.18,No.3,44-68
Santos M, Trigo. An Inquiry Approach to Construct Instructional Trajectories Based on The Use of Digital Technologies. Eurasia
Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang: PPs UM
Konsep Volume Bangun Ruang Dengan Metode Penemuan Terbimbing Berkelompok di Mts D arussa’adah Gubugklakah
Jakarta: Depdiknas. Pa’is. 2009. Peningkatan Penguasaan
Jurnal Matematika Tahun X, Nomor 2, Agustus 2009 Mukminan. 2003. Pembelajaran Tuntas.
Matematika Berbasis Kompetensi,
G, 2004. Pembelajaran
Muhsetyo,
— 2007 Volume 2 page 483- 492
Proceedings of the 30th annual conference of the Mathematics Education Research Group of Australasia Mathematics: Essential Research, Essential Practice
Developing Teachers’ Expertise with Mathematical Inquiry.
Philadelphia, PA: Reseach for better School, Inc. Makar, K. “Connection Levers”:
handbook of techer-Led Instructional Change.
Lewis, Chaterine. 2002. Lesson Study : A
Teacher's Proficiency in Managingan Inquiry-Based Classroom. Mathematics
(2010) 13:397
Malang: PPS UM. Hunter R. Changing roles and identities in the construction of a community of mathematical inquiry. J Math Teacher Educ
Goos, M. 2004. Learning mathematics in a classroom community of inquiry . Jurnal for Research in
mathematic education 2004 vol 35 no 4 258 -291
Suherman, E. dkk. 2003.
Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Universitas
Pendidikan Indonesia Hudojo, H. 2005.
Kapita Selekta Pembelajaran Matematika.
- –409
Leikin R & Rota S. Learning through Teaching:A Case Study on theDevelopment of a Mathematics
Jaworski, B. Theory And Practice In Mathematics Teachingdevelopment: Critical Inquiry As A Mode Of Learning In Teaching. Journal of
Mathematics Teacher Education (2006) 9:187
- –211
Jones, K., et al. 2009. Esstablising a professional development network to support techers using dynamic mathemathic software GeoGebra. Proceeding of the
British Society for reseach into Learning Mathematics, 29(I), 97- 102
Knuth, E. J. 2000. Student Understanding of Cartesian Connection: An Exploratory Study . Jurnal for
Research in mathematic education 2000 vol 31 no 4 500 - 507
& Technology Education,2008, Biografi Penulis 4(4), 347-357
Arifin, M.Pd Sikko S A, . Lyngved & Pepin. 2010. Penulis adalah Guru Matematika di SMP
Working with Mathematics and Negeri
1 Karangploso Kabupaten Science teachers on inquirybased Malang. Pendidikan terakhir penulis learning (IBL) approaches: adalah Program Magister (S2) Teacher beliefs. Visions Pendidikan Matematika Universitas
Coference Teacher Education Negeri Malang, lulus tahun 2014.
Vol. 6 Nr. 1 Art. 17 Subanji. 2013.
Pembelajaran Matematika Kreatif dan Inovatif,
Penerbit Universitas Negeri Malang Subanji, 2014.
Pedoman Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Berbasis Project Lesson Study.
FMIPA UM Taufik, A. 2012. Penggunaan media pembelajaran Berbasis Komputer pada mata pelajaran IPS sebagai Upaya Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa kelas VII-B SMPN 2 Jogoroto Jombang Tahun pelajaran 2011/2012.
Jurnal Riset Pendidikan dan Pembelajran Vol III (11), 1236- 1245
Van de Walle, J.A..1990. Elementary
School Mathematics: Teaching Developmentally. New York:
Longman. Yunari, N. 2012. Increasing the achievement og fraction Material in Mathematic Subject by Discovery Learning At Third Year Sudent of SDN 1 Wonorejo Tulungagung. Jurnal Riset
Pendidikan dan Pembelajran Vol