RESUME PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK MASA
RESUME MATA KULIAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK, PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH, DAN
PEMBELAJARAN BERBASIS PEMBERDAYAAN OTAK
UNTUK MEMENUHI TUGAS BAPAK HUSAMAH, S.Pd
DISUSUN OLEH :
NAMA
: HANI’ FARIDAH
NIM
:201310070311166
PROGRAM STUDI
: PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS
: FKIP
UNIVERSITAS
: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN PELAJARAN
: 2014/2015
PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK
Pembelajaran berbasis proyek adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan suatu
proyek dalam proses pembelajaran. Proyek yang dikerjakan oleh siswa dapat berupa proyek
perseorangan atau kelompok dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu secara kolaboratif,
menghasilkan sebuah produk, yang hasilnya kemudian akan ditampilkan atau dipresentasikan.
Implikasi model pembelajaran berbasis proyek dalam proses belajar mengajar adalah
pembelajaran berbasis proyek memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk merencanakan
aktivitas belajar, melaksanakan proyek secara kolaboratif, dan pada akhirnya menghasilkan
produk kerja yang dapat dipresentasikan kepada orang lain.
Sampurno, 2009 menyatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang
amat besar untuk membuat pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna untuk
pebelajar serta dapat meningkatkan kinerja ilmiah siswa dalam pembelajaran, sedangkan guru
hanya berperan sebagai fasilitator dan mediator. Keuntungan-keuntungan pembelajaran berbasis
proyek, yaitu: (1) meningkatkan motivasi belajar siswa, (2) meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah, (3) meningkatkan kolaborasi. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek
menyebabkan siswa mampu mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi dan
kinerja ilmiah siswa, (4) meningkatkan keterampilan mengelola sumber yaitu bertanggung jawab
untuk menyelesaikan tugas yang kompleks.
Keberhasilan penerapan pembelajaran berbasis proyek pada siswa tergantung dari
rancangan tahap pembelajaran. Tahap pelajaran yang dirancang harus dapat menggali penemuanpenemuan mereka sendiri. Peran pendidik dalam pembelajaran ini adalah sebagai mediator dan
fasilitator, di mana dalam penerapan pembelajaran berbasis proyek, pendidik harus mampu
memotivasi siswa untuk mengemukakan pendapat mereka dalam presentasi proyek secara
demokratis.
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning / PBL) adalah
konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai
dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi peserta didik, dan
memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata).
Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran yang aktif,
kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang mengembangkan kemampuan pemecahan
masalah dan kemampuan belajar mandiri.
Keunggulan pembelajaran berbasis masalah di antaranya adalah: 1.) Pemecahan masalah
dapat membantu peserta didik bagaimana mentrasfer pengetahuan mereka untuk memahami
masalah dalam kehidupan nyata. 2.) Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan
peserta didik untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan
dengan pengetahuan baru. 3.) Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada peserta
didik untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata dll. Sedangkan
kekurangan pembelajaran berbasis masalah, di antaranya: 1.) Manakala peserta didik tidak
memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk
dipecahkan,
maka
mereka
akan
merasa
enggan
untuk
mencoba.
2.) Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu
untuk persiapan. 3.) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah
yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
Komponen-komponen pembelajaran berbasisi masalah dikemkakan oleh Arends,
diantaranya:
a.) Permasalahan autentik. Model pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan masalah
nyata yang penting secara sosial dan bermanfaat bagi peserta didik. Permasalahan yang dihadapi
peserta didik dalam dunia nyata tidak dapat dijawab dengan jawaban yang sederhana.
b) Fokus interdisipliner. Dimaksudkan agar peserta didik belajar berpikir struktural dan belajar
menggunakan
berbagai
perspektif
keilmuan.
c.) Pengamatan autentik. Hal ini dinaksudkan untuk menemukan solusi yang nyata. Peserta didik
diwajibkan untuk menganalisis dan menetapkan masalahnya, mengembangkan hipotesis dan
membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen,
membuat
inferensi,
dan
menarik
kesimpulan.
d.) Produk. Peserta didik dituntut untuk membuat produk hasil pengamatan.produk bisa berupa
kertas
yang
dideskripsikan
dan
didemonstrasikan
kepada
orang
lain.
e.) Kolaborasi. Dapat mendorong penyelidikan dan dialog bersama untuk mengembangkan
keterampilan berpikir dan keterampilan sosial.
PEMBELAJARAN BERBASIS PEMBERDAYAAN OTAK
Menurut Eric Jensen (2008:40), ketika kita belajar untuk mengajar dengan cara yang
alami bagi otak, akan sangat membantu jika kita punya pemahaman tentang anatomi otak. Saat
proses pembelajaran melibatkan seluruh bagian tubuh, otak bertindak sebagai pos perjalanan
untuk stimuli berikutnya. Semua input sensori disortir, diprioritaskan, diproses, disimpan atau
dibuang ke dalam ruang bawah sadar sembari diproses oleh otak.
Eric Jensen dalam bukunya Brain Based Learning, menawarkan sebuah konsep dalam
menciptakan pembelajaran dengan orientasi pada upaya pemberdayaan otak siswa. Menurutnya
ada tiga strategi berkaitan dengan cara kita mengimplementasikan pembelajaran berbasis
kemampuan otak, yaitu :
1. menciptakan suasana atau lingkungan yang mampu merangsang kemampuan berpikir
siswa. Strategi ini bisa dilakukan terutama pada saat guru memberikan soal-soal untuk
mengevaluasi materi pelajaran. Soal-soal yang diberikan harus dikemas seatraktif
mungkin sehingga kemampuan berpikir siswa lebih optimal, seperti melalui teka-teki,
simulasi, permainan dan sebagainya.
2. menghadirkan siswa dalam lingkungan pembelajaran yang cukup menyenangkan. Guru
tidak hanya memanfaatkan ruangan kelas untuk belajar siswa, tetapi juga tempat-tempat
lainnya, seperti di taman, di lapangan bahkan diluar kampus. Guru harus menghindarkan
situasi pembelajaran yang dapat membuat siswa merasa tidak nyaman, mudah bosan atau
tidak senang terlibat di dalamnya. Strategi pembelajaran yang digunakan lebih
menekankan pada diskusi kelompok yang diselingi permainan menarik serta variasi lain
yang kiranya dapat menciptakan suasana yang menggairahkan siswa dalam belajar.
3. membuat suasana pembelajaran yang aktif dan bermakna bagi siswa. Pembelajaran yang
aktif dan bermakna hanya dapat dilakukan apabila siswa secara fisik maupun psikis dapat
beraktivitas secara optimal. Strategi pembelajaran yang digunakan dikemas sedemikian
rupa sehingga siswa terlibat secara aktraktif dan interaktif, melalui model pembelajaran
yang bersifat demontrasi.
PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK, PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH, DAN
PEMBELAJARAN BERBASIS PEMBERDAYAAN OTAK
UNTUK MEMENUHI TUGAS BAPAK HUSAMAH, S.Pd
DISUSUN OLEH :
NAMA
: HANI’ FARIDAH
NIM
:201310070311166
PROGRAM STUDI
: PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS
: FKIP
UNIVERSITAS
: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN PELAJARAN
: 2014/2015
PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK
Pembelajaran berbasis proyek adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan suatu
proyek dalam proses pembelajaran. Proyek yang dikerjakan oleh siswa dapat berupa proyek
perseorangan atau kelompok dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu secara kolaboratif,
menghasilkan sebuah produk, yang hasilnya kemudian akan ditampilkan atau dipresentasikan.
Implikasi model pembelajaran berbasis proyek dalam proses belajar mengajar adalah
pembelajaran berbasis proyek memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk merencanakan
aktivitas belajar, melaksanakan proyek secara kolaboratif, dan pada akhirnya menghasilkan
produk kerja yang dapat dipresentasikan kepada orang lain.
Sampurno, 2009 menyatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang
amat besar untuk membuat pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna untuk
pebelajar serta dapat meningkatkan kinerja ilmiah siswa dalam pembelajaran, sedangkan guru
hanya berperan sebagai fasilitator dan mediator. Keuntungan-keuntungan pembelajaran berbasis
proyek, yaitu: (1) meningkatkan motivasi belajar siswa, (2) meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah, (3) meningkatkan kolaborasi. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek
menyebabkan siswa mampu mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi dan
kinerja ilmiah siswa, (4) meningkatkan keterampilan mengelola sumber yaitu bertanggung jawab
untuk menyelesaikan tugas yang kompleks.
Keberhasilan penerapan pembelajaran berbasis proyek pada siswa tergantung dari
rancangan tahap pembelajaran. Tahap pelajaran yang dirancang harus dapat menggali penemuanpenemuan mereka sendiri. Peran pendidik dalam pembelajaran ini adalah sebagai mediator dan
fasilitator, di mana dalam penerapan pembelajaran berbasis proyek, pendidik harus mampu
memotivasi siswa untuk mengemukakan pendapat mereka dalam presentasi proyek secara
demokratis.
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning / PBL) adalah
konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai
dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi peserta didik, dan
memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata).
Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran yang aktif,
kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang mengembangkan kemampuan pemecahan
masalah dan kemampuan belajar mandiri.
Keunggulan pembelajaran berbasis masalah di antaranya adalah: 1.) Pemecahan masalah
dapat membantu peserta didik bagaimana mentrasfer pengetahuan mereka untuk memahami
masalah dalam kehidupan nyata. 2.) Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan
peserta didik untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan
dengan pengetahuan baru. 3.) Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada peserta
didik untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata dll. Sedangkan
kekurangan pembelajaran berbasis masalah, di antaranya: 1.) Manakala peserta didik tidak
memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk
dipecahkan,
maka
mereka
akan
merasa
enggan
untuk
mencoba.
2.) Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu
untuk persiapan. 3.) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah
yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
Komponen-komponen pembelajaran berbasisi masalah dikemkakan oleh Arends,
diantaranya:
a.) Permasalahan autentik. Model pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan masalah
nyata yang penting secara sosial dan bermanfaat bagi peserta didik. Permasalahan yang dihadapi
peserta didik dalam dunia nyata tidak dapat dijawab dengan jawaban yang sederhana.
b) Fokus interdisipliner. Dimaksudkan agar peserta didik belajar berpikir struktural dan belajar
menggunakan
berbagai
perspektif
keilmuan.
c.) Pengamatan autentik. Hal ini dinaksudkan untuk menemukan solusi yang nyata. Peserta didik
diwajibkan untuk menganalisis dan menetapkan masalahnya, mengembangkan hipotesis dan
membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen,
membuat
inferensi,
dan
menarik
kesimpulan.
d.) Produk. Peserta didik dituntut untuk membuat produk hasil pengamatan.produk bisa berupa
kertas
yang
dideskripsikan
dan
didemonstrasikan
kepada
orang
lain.
e.) Kolaborasi. Dapat mendorong penyelidikan dan dialog bersama untuk mengembangkan
keterampilan berpikir dan keterampilan sosial.
PEMBELAJARAN BERBASIS PEMBERDAYAAN OTAK
Menurut Eric Jensen (2008:40), ketika kita belajar untuk mengajar dengan cara yang
alami bagi otak, akan sangat membantu jika kita punya pemahaman tentang anatomi otak. Saat
proses pembelajaran melibatkan seluruh bagian tubuh, otak bertindak sebagai pos perjalanan
untuk stimuli berikutnya. Semua input sensori disortir, diprioritaskan, diproses, disimpan atau
dibuang ke dalam ruang bawah sadar sembari diproses oleh otak.
Eric Jensen dalam bukunya Brain Based Learning, menawarkan sebuah konsep dalam
menciptakan pembelajaran dengan orientasi pada upaya pemberdayaan otak siswa. Menurutnya
ada tiga strategi berkaitan dengan cara kita mengimplementasikan pembelajaran berbasis
kemampuan otak, yaitu :
1. menciptakan suasana atau lingkungan yang mampu merangsang kemampuan berpikir
siswa. Strategi ini bisa dilakukan terutama pada saat guru memberikan soal-soal untuk
mengevaluasi materi pelajaran. Soal-soal yang diberikan harus dikemas seatraktif
mungkin sehingga kemampuan berpikir siswa lebih optimal, seperti melalui teka-teki,
simulasi, permainan dan sebagainya.
2. menghadirkan siswa dalam lingkungan pembelajaran yang cukup menyenangkan. Guru
tidak hanya memanfaatkan ruangan kelas untuk belajar siswa, tetapi juga tempat-tempat
lainnya, seperti di taman, di lapangan bahkan diluar kampus. Guru harus menghindarkan
situasi pembelajaran yang dapat membuat siswa merasa tidak nyaman, mudah bosan atau
tidak senang terlibat di dalamnya. Strategi pembelajaran yang digunakan lebih
menekankan pada diskusi kelompok yang diselingi permainan menarik serta variasi lain
yang kiranya dapat menciptakan suasana yang menggairahkan siswa dalam belajar.
3. membuat suasana pembelajaran yang aktif dan bermakna bagi siswa. Pembelajaran yang
aktif dan bermakna hanya dapat dilakukan apabila siswa secara fisik maupun psikis dapat
beraktivitas secara optimal. Strategi pembelajaran yang digunakan dikemas sedemikian
rupa sehingga siswa terlibat secara aktraktif dan interaktif, melalui model pembelajaran
yang bersifat demontrasi.