FILSAFAT TIMUR YANG BERASAL DARI TIGA PE (1)

FILSAFAT TIMUR YANG BERASAL DARI
TIGA PERADABAN KUNO

DISUSUN OLEH :
HILMY KHAIRY

1

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................................................ 2
BAB 1 : PENDAHULUAN ...................................................................................... 3
I.
Latar Belakang ........................................................................................ 3
II.
Rumusan Masalah ................................................................................... 3
BAB 2 : PEMBAHASAN ......................................................................................... 4
I.
Pengertian Filsafat Timur dan Peradaban Kuno yang Menyokongnya ...... 4
A. Definisi Filsafat Timur............................................................................. 4
B. Tiga Peradaban Timur Kuno .................................................................... 5
II.

Kronologi Perkembangan Filsafat di Cina, India, dan Persia .................... 7
A. Pertumbuhan Pemikiran Kompleks Kekaisaran Cina ............................... 7
B. Perkembangan Kebijaksanaan Bangsa India ............................................ 9
C. Pencerahan Kehidupan di Kerajaan Persia ............................................. 11
III.
Keragaman Corak Filosofi Timur dan Para Pendirinya........................... 12
A. Gaya Pemikiran Cina di dalam Rentetan Dinasti .................................... 12
B. Kebijaksanaan dalam Kasta atau Kesederhanaan ................................... 13
C. Ragam Corak Pemikiran di Kerajaan Persia ........................................... 14
BAB 3 : PENUTUP ................................................................................................ 16
I.
Kesimpulan ........................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 18

2

BAB 1
PENDAHULUAN

I.


Latar Belakang

Berpandangan dan berpikir jernih bukan hanya kebiasaan yang dilakukan di
Yunani Kuno, wilayah asia seperti Cina, India dan Persia juga memiliki filsafat untuk
menentukan kebijaksanaan mereka sendiri. Mereka pula yang mengawali ilmu
kebijaksanaan tersebut walaupun istilah Filsafat sendiri bukan dari mereka, namun
bukan berarti eksistensi mereka dalam dunia pemikiran ini sedikit.
Empat Tradisi Besar yang berkembang di Asia yaitu Konfusianisme, Taoisme,
Buddhisme, dan Hinduisme merupakan buah pemikiran yang merangkap menjadi
agama yang berasal dari para filsuf Cina dan India. Agama Majusi atau Zoroastrianisme
adalah buah pikir juga yang dilakukan oleh seorang nabi dari Persia serta Manikheisme
juga lahir di sini dan menghilang pada abad ke-16.
Dengan peradaban filsafat kuno yang gemilang ini menyatakan bahwa filsafat
kuno bukanlah milik Yunani Kuno sendiri namun juga milik para perintis ilmu filosofi
dari Timur seperti Cina, India, dan Persia.

II.

Rumusan Masalah

1.
2.
3.
4.

Apakah definisi dari Filsafat Timur?
Siapakah yang menyokong Filsafat Timur di Asia?
Bagaimanakah Filsafat Timur berawal?
Bagaimanakah perkembangan Filsafat Timur yang berasal dari Cina, India,
dan Persia?
5. Kenapa Filsafat Timur memiliki banyak corak dalam hal pemikiran?
6. Siapakah yang menyokong pemikiran-pemikiran Filsafat Timur di Cina,
India, dan Persia?

3

BAB 2
PEMBAHASAN

I. Pengertian Filsafat Timur dan Peradaban Kuno yang Menyokongnya

A. Definisi Filsafat Timur
Filsafat Timur merupakan perintis dari Filsafat Yunani Kuno, yang
memiliki sejarah lebih jauh daripada Filsafat Yunani Kuno sendiri. Peradaban
India memulai eksistensinya di daratan Indus yang sekarang kita kenal dengan
nama India sekitar tahun 1000-600 SM1, Peradaban Cina yang hadir dipanggung
sejarah dalam pemerintahan dinasti ke dinasti pada tahun 1027-506 SM2, dan
sekitar tahun 550-330 SM Kerajaan Persia berdiri setelah runtuhnya Kerajaan
Assyria3. Peradaban-peradaban tersebut dapat ditentukan berdiri dan runtuhnya
dengan bukti arkeologis yang telah ditemukan, serta peradaban tersebut berdiri
setelah kebudayaan-kebudayaan di masa lalu (+3000-5000 SM) melebur
menjadi satu menjadi sebuah kerajaan.
Wilayah persebaran pertama Filsafat Timur adalah Asia dan sekitarnya
tentulah berbeda dengan Filsafat Barat yang berkembang di Eropa sesudahnya.
Perbedaan-perbedaan tersebut dapat dibagi sebagai berikut :
Filsafat Timur
Ingin menyesuaikan diri dengan alam
Spiritualis dan Mistis
Kabur
Secara Siklis
Spiritualistis


Filsafat Barat
Ingin menguasai dan memanfaatkan
alam
Rasional dan Empiris
Jelas
Secara garis lurus
Materialistis dan Rasionalistis

Selain menjadi pemikiran-pemikiran kebijaksanaan, Filsafat Timur juga
berkembang menjadi agama-agama yang diajarkan di masing-masing wilayah.
Empat Tradisi Besar yang terkenal di Asia, yakni Hinduisme, Buddhisme,

1

Arnold Toynbee, Sejarah Umat Manusia Uraian Analitis, Kronologis, Naratif, dan Komparatif,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), Cet. II, hlm. 189.
2
Ibid., hlm. 193.
3

Ibid., hlm. 246.

4

Taoisme, dan Konfusianisme4 merupakan hasil dari Filsafat yang berkembang di
India dan Cina. Zoroastrianisme juga menjadi agama negara di kerajaan Persia
hingga sekarang yang dikenal sebagai Agama Majusi. Manikheisme juga berasal
dari Persia namun tidak bertahan terlalu lama karena bertentangan dengan
agama negara yang akhirnya menghilang pada abad ke-145. Lalu masih banyak
lagi agama-agama yang berasal dari Filsafat tersebut seperti Jainisme (India) dan
Mohisme (Cina) namun citra mereka tidak terlalu kuat dalam pembelajaran
Filsafat oleh Barat dibandingkan dengan agama yang menjadi Empat Tradisi
Besar.
Seiring berjalannya waktu, agama Konghucu (Konfusianisme), Hindu
(Hinduisme), Tao (Taoisme), Buddha (Buddhisme), dan Zoroastrianisme
(Majusi) tidak hanya berkembang di tempat asalnya namun menyebar ke seluruh
Asia hingga Eropa, dan masih menjadi agama yang bersaing dengan agama
samawi (Yahudi, Nasrani, dan Islam) yang berkembang di wilayah yang sama.
Penyebaran ini berawal dari kontak dagang yang melahirkan bentuk diplomasi
antara kedua kerajaan yang saling berdagang, kemudian para cendikiawan

memberikan ajaran agama di masing-masing daerah yang dikunjungi dan
membangun tempat ibadah untuk mengkokohkan keberadaan agama tersebut.
Selain bantuan dari luar, agama-agama luar tersebut (agama yang berasal dari
Filsafat Timur) juga harus menyesuaikan dengan agama-agama lokal yang telah
dianut oleh masyarakat pribumi sehingga sering terjadi asimilasi antara agama
dan kebudayaan yang membuat agama tersebut memiliki kekhasan di setiap
tempat yang memiliki budaya yang berbeda.

B. Tiga Peradaban Timur Kuno
Sebelum Filsafat Cina, India dan Persia muncul, peradaban awal telah
berkembang di Asia yakni Mesopotamia, Assyria, dan Babilonia. Peradaban
Sumeria di dataran Mesopotamia yang membentang dari Tigris hingga Eufrat
pada sekitar tahun 3000-2350 SM, mereka bermukim di dataran rawa dan
padang rumput berair yang terdapat di dalamnya negara-negara kota yang saling
hidup berdampingan selama lima atau enam abad pertama di sejarah peradaban
mereka 6 . Kemudian akibat kesenjangan politik kekuasaan, Bangsa Sumeria
4

Jay Stevenson, The Complete’s Idiot’s Guide to Eastern Philosophy, (Macmillan : Alpha Books, 2000),
Cet. I, hlm. 3.

5
Jason David BeDuhn, The Manichaean Body: In Discipline and Ritual, (Baltimore: John Hopkins
University Press, 2002), Cet. II, hlm. IX.
6
Arnold Toynbee, Sejarah Umat Manusia Uraian Analitis, Kronologis, Naratif, dan Komparatif,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), Cet. II, hlm. 87-88

5

runtuh dan digantikan Peradaban Assyria yang sering disebut bangsa Semit
sekitar tahun 2350 SM, mereka juga mewarisi kebudayaan bangsa Sumeria
dalam hal keagamaan dan perdagangan 7 . Bangsa Assyria selain mengadopsi
kebudayaan dari daerah yang ditaklukkannya, mereka juga telah
mengembangkan kekuatan militer dan persenjataan untuk menaklukkan daerah
di sekitarnya yang membuat mereka akhirnya diserang oleh musuh-musuh
mereka sekitar tahun 614 SM 8 . Walaupun Kerajaan Assyria hidup dalam
peperangan dengan tetangga-tetangganya, mereka juga telah mengembangkan
bahasa Semit (Asal bahasa Arab dan Ibrani), sastra, pengobatan, matematika,
ilmu pengetahuan alam, kamus, dan sejarah yang ditulis dalam huruf paku yang
telah mereka kembangkan di atas tanah liat. Lalu setelah terjadi banyak

peperangan di daerah Tigris-Eufrat, Assyria runtuh dan menghilang pada tahun
614 SM, meninggalkan Babilonia yang telah menjadi musuh lama dari Assyria
sejak 745-639 SM. Peradaban Babilonia terkenal dengan adanya hukum undangundang pertama yang terdiri dari 280 pasal yang dibentuk oleh Hammurabi
(1792-1750 SM) yang mengatur tentang pencurian dan tukang tadahnya, korupsi,
pembunuhan, penculikan, penipuan, perpajakan, pencemaran nama baik, dan
kehidupan keluarga 9 . Sebelumnya Bangsa Assyria merupakan bagian dari
Babilonia, namun sejak melepaskan diri dan membentuk kerajaan sendiri
mereka selalu berhasrat berperang menaklukkan bangsa lain seperti Babilonia
dan Sumeria sehingga akhirnya hanya meninggalkan bekas-bekas yang
dibawakan oleh Babilonia yang berupa ilmu bahasa Semit, dan kebudayaan
kuno yang akan diwariskan ke Kerajaan Persia.
Kerajaan yang mewariskan peradaban kuno yang berasal dari
Mesopotamia adalah Kerajaan Persia yang mulai berkembang sekitar tahun 550525 SM10. Pada wilayah Asia Timur sekitar tahun 1000 SM, Peradaban Cina11
dan India 12 telah berkembang pesat dalam segala bidang kehidupan seperti
ekonomi, militer, teknologi, dan ilmu pengetahuan. Salah satu ilmu pengetahuan
yang berkembang di peradaban tersebut ialah ilmu Filsafat. Ilmu ini selain
berkembang di Cina dan India, Persia mengambil bagian dalam
perkembangannya yang akan melahirkannya Ilmu Filsafat Islam.
7


Ibid., hlm. 93.
https://informasiana.com/sejarah-mesopotamia-sumeria-babilonia-assyria-persia/ (Diakses 5 Oktober
2017)
9
Ibid.
10
Arnold Toynbee, Sejarah Umat Manusia Uraian Analitis, Kronologis, Naratif, dan Komparatif,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), Cet. II, hlm. 246
11
Ibid., hlm. 193.
12
Ibid., hlm. 189.
8

6

Berawal dari pemikiran-pemikiran para filsuf yang mengembangkan ideide mereka di Cina, India, dan Persia maka lambat-laun falsafah-falsafah mereka
berubah menjadi agama yang dianut oleh banyak orang. Pada kerajaan Persia,
Zarathustra mengembangkan pemikiran Zoroastrianisme atau agama
Mazdayasna 13 . Kekaisaran Cina juga memiliki Kong Fuzi yang mendirikan

Kebijaksanaan Konfusianisme 14 , dan Lao zi yang memiliki jalan pemikiran
sederhana yang disebut Taoisme15. Peradaban India sebenarnya telah memiliki
filosofi yang sekaligus dibuat sebagai lokal yang disebut Jainisme, namun baru
dianggap ada saat Mahavira menjadi Nabi ke-24 bagi agama ini 16 , dan
bersamaan zaman juga dengan Siddhartha Gautama yang mendapatkan
pencerahan dengan bertapa di bawah pohon Asatta yang kemudian menjadi
Agama Buddha17. Brahmanisme atau Hinduisme juga telah menjadi agama yang
berkembang di India selama puluhan tahun sejak zaman filsafat India bermula18.
Kemudian agama-agama besar tersebut berkembang pesat hingga keluar dari
negeri asalnya, dan memiliki gelar agama kebumian karena bukan termasuk
Agama Samawi yang juga berkembang bersama mereka.

II. Kronologi Perkembangan Filsafat di Cina, India, dan Persia
A. Pertumbuhan Pemikiran Kompleks Kekaisaran Cina
Filosofi Cina berkembang setelah memasuki zaman Dinasti Zhou sekitar
1122-256 SM. Dinasti ini berawal dari penulisan aksara-aksara orakel di
tempurung kura-kura sampai dimulainya penulisan naskah-naskah Tionghoa
Klasik. Konfusianisme dan Taoisme mulai berkembang pada periode
pertengahan Dinasti Zhou yang dinamai periode musim semi dan musim gugur
(Chunqiu) sekitar tahun 722-481 SM.19
Dinasti Qin yang didirikan oleh Qin Shi Huangdi menggusur Dinasti
Zhou dengan cepat namun sangat berpengaruh bagi masa depan China20. Dinasti
Qin juga melakukan banyak penemuan-penemuan dalam hal pemerintahan,
militer dan ekonomi. Pada bidang militer, Dinasti ini telah mengembangkan
crossbow dan membangun Tembok Besar Tiongkok untuk menangkal serbuan
13

M. Ali Imron, Sejarah Terlengkap Agama-Agama di Dunia dari Masa Klasik hingga Modern
(Yogyakarta: IRCiSoD, 2015), Cet. I, hlm. 277.
14
Ibid., hlm. 236.
15
Ibid., hlm. 196.
16
Ibid., hlm. 160.
17
Ibid., hlm. 121.
18
Ibid., hlm. 70.
19
Budiono Kusumohamidjojo, Sejarah Filsafat Tiongkok Sebuah Pengantar Komprehensif (Yogyakarta :
Jalasutra, 2010), Cet. I, hlm. 31.
20
Ibid., hlm. 32-33.

7

yang sering terjadi dari suku-suku di sebelah utara21. Politik pemerintahan pada
dinasti ini adalah bersekutu dengan negeri-negeri yang jauh tetapi menyerang
negeri-negeri yang dekat, dan strategi ini berhasil membuat kekuasaan Dinasti
Qin meluas hingga keenam negara kuat di Cina 22 . Perkembangan di bidang
ekonomi ini menyangkut dengan perdagangan, transportasi, dan agraris, seperti
pemberlakuan sistem metrik dan uang yang seragam di seluruh negeri,
penyeragaman panjang poros roda kereta dan pedati yang sendirinya
mempengaruhi lebar jalan-jalan di seluruh kekaisaran, dan pembangunan sistem
kanal untuk mengairi sawah seluas 10.000 km persegi.23 Kekaisaran dinasti ini
terbilang singkat karena hanya berkisar 15 tahun (221-206 SM), dan disebut
sebagai perintis bagi datangnya zaman Han serta peletak dasar-dasar konseptual
bagi kekaisaran Tiongkok berikutnya.24
Dinasti Han membangkitkan kembali khasanah filsafat dan sastra
Tiongkok yang telah menjadi korban pembakaran buku pada 213 SM25. Dinasti
Han berbeda dengan Dinasti sebelumnya, mereka lebih mengedepankan
perkembangan Ilmu Pengetahuan, dan menjadi pintu masuknya Buddhisme ke
Cina. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut meliputi; teknik
pembuatan kertas dari bahan dasar bambu yang ditemukan oleh Cai Lun,
penemuan teknik percetakan yang menghasilkan koran pertama (Kaiyuan Za
Bao atau Buletin Istana), dan penemuan seismograf oleh Zhang Heng 26 .
Penerjemahan manuskrip-manuskrip Buddha yang masuk Cina merupakan hal
yang luar biasa sulit 27. Namun dalam prakteknya, Buddha memiliki konsep yang
mirip dengan Taoisme sehingga lebih mudah berasimilasi dengan budaya lokal
walaupun persepsi keagamaannya akan berubah28 . Dinasti Han juga tak lepas
dengan masalah konflik berdarah, pemberontakan petani membuat pusat
kekaisaran berpindah dari barat ke timur sampai runtuh menjadi Dinasti-Dinasti
kecil yang menjadi perintis dari dinasti berikutnya29.
Dinasti berikutnya dipersingkat oleh penyusun karena memiliki
kemiripan masalah yang dihadapi dan perkembangan dalam ilmu pengetahuan
yang tidak banyak, Dinasti tersebut meliputi Dinasti Tang (618-907 M), Dinasti
Song (960-1279 M), Dinasti Yuan (1279-1368 M), dan Dinasti Ming (136821

Ibid., hlm. 35.
Ibid., hlm. 36-37.
23
Ibid., hlm. 37.
24
Ibid., hlm. 38.
25
Ibid.
26
Ibid., hlm. 38-39.
27
Ibid., hlm. 39.
28
Ibid.
29
Ibid., hlm. 39-40.
22

8

1644 M). Buddhisme berkembang lambat karena terjadi pemberangusan oleh
birokrasi pada Dinasti Tang 30 . Zaman Lima Dinasti dan Sepuluh Kerajaan
(Wudai Shiguo, 907-960 M) merupakan masa setengah abad dimana Cina
mengalami kekacauan politik setelah Dinasti Tang runtuh31. Dinasti Song Utara
berdiri sekitar tahun 960-1127 M yang sejajar dengan bangsa Tartar Khitan yang
berkuasa di tahun 907-1125 M, kemudian dilanjutkan oleh Dinasti Song Selatan
pada tahun 1127-1279 M yang sejajar dengan bangsa Tartar Jurchen di tahun
1115-1234 M 32 . Tahun 850 M di Dinasti Song Utara telah ditemukan mesiu
secara tidak sengaja oleh sejumlah ahli kimia, lalu pada 70 tahun kemudian
mulai digunakan oleh militer sebagai senjata dalam bentuk meriam, ‘bola api’,
roket yang merintis meriam, bom, dan roket yang kita kenal sekarang33. Dinasti
Yuan adalah penerus Dinasti sesudah Dinasti Song yang didirikan oleh Kubilai
Khan, yang pada masa ini terjadi kontak luar antara Cina dan Barat yang
membawa mesiu dari Cina ke Italia yang mendukung pembuatan meriam di
Florence pada tahun 1326 M34. Lalu terjadinya pemberontakan terhadap bangsa
Han yang dilakukan oleh Kaum Turban Merah pada tahun 1351 M35. Pendiri
dari Dinasti sesudah Yuan ialah Dinasti Ming didirikan oleh Zhu Yuanzhang
yang berasal dari Kaum Turban Merah yang membentuk kelompok lain yang
bernama Teratai Putih. Pada tahun 1356 M, Zhu Yuanzhang berhasil merebut
Kota Nanjing dan menjadikannya ibukota Kekaisaran Ming, serta mengangkat
pangkatnya menjadi Kaisar Ming Hong Wudi36.

B. Perkembangan Kebijaksanaan Bangsa India
Filsafat India dimulai saat bangsa Arya berkuasa dengan dasar
pemikiran yang berasal dari sastra Brahmana atau Weda dan Upanishad,
sehingga zaman ini disebut dengan Zaman Weda (1500-600 SM)37. Dasar-dasar
filsafat diambil dari kitab-kitab Weda yaitu Rig Weda, Sama Weda, Yajur Weda,
dan Atharwa Weda. Berikut ini merupakan benih pemikiran filsafat dalam
bentuk mantera38 :
 “di atas air samudera mengapung telur dunia, kemudian pecah
menjadi wismakarman sebagai anak pertama alam semesta.”

30

Ibid., hlm. 41.
Ibid.
32
Ibid., hlm. 42.
33
Ibid.
34
Ibid.
35
Ibid., hlm. 43.
36
Ibid., hlm. 44.
37
Asmoro Achmadi, Filsafat Umum (Jakarta : PT RajaGrafinfo Persada, 2013), Cet. 14, hlm. 86.
38
Ibid., hlm. 86-87.
31

9



“Dunia tersusun menjadi tiga bagian, yaitu surga, bumi, dan
langit, dimana ketiga bagian tersebut mempunyai dewa sendirisendiri.”
 “Jiwa manusia tidak dapat mati.”
 “Mereka yang masuk surga adalah orang-orang yang soleh dan
hidup baik.”
Bangsa Arya pada zaman Weda menyembah dewa-dewa dan
mengaitkannya dengan cara berpikir mereka tentang alam semesta ini. Dewa
secara harfiah berarti terang, karena itu pengertian dewa adalah benda yang
terang yang dianggap sebagai kekuatan alam yang memiliki kekuatan tertentu39.
Kemudian pada tahun 700 SM benih pemikiran filsafat pembahasannya semakin
mendalam yang bersumber dari sastra Upanishad, hal ini muncul setelah terjadi
pemberontakkan Kastra Kesatria yang menuduh Kasta Brahmana
menyelewengkan ajaran Upanishad. Akibatnya pemikiran tentang adanya dewa
yang kuat dan satu berubah menjadikan dewa tersebut bukan sebagai asas
pertama semesta tapi unsur alam yang bersemayam di setiap makhluk hidup.40
Krisis politik lokal dan kemerosotan moral yang dipengaruhi bangsa
pendatang mendorong filsafat India untuk memasuki Zaman Wiracarita (600 SM
– 200 M). Kemudian banyak yang mencari ketenangan dan menuangkan
pemikirannya tentang kehidupan sehingga terjadi pertentangan antarpemikiran,
yang menyebabkan timbulnya aliran yang bertuhan (Baghawadgita), aliran yang
tak bertuhan (Jainisme dan Buddhisme), juga aliran yang spekulatif
(Saddarcana)41.
Zaman Sastra Sutra (200 M- Sekarang) merupakan zaman peralihan atau
Skolastik yang memunculkan banyak aliran filsafat yang memiliki dasar-dasar
falsafah sendiri, baik yang sejalan dengan Weda maupun bertentangan dengan
Weda. Sistem yang berkembang di zaman ini terbagi menjadi enam macam
yaitu : Nyala yaitu membicarakan bagian umum dan metode yang dipakai dalam
penyelidikan; Waisesika, yaitu kitab yang bersumber pada Waisesika Sutra;
Sakha, yaitu aliran yang mengemukakan bahwa untuk merealisasikan kenyataan
akhir filsafat diperlukan pengetahuan; Yoga, yaitu suatu cara untuk mengawasi
pikiran, agar kesadaran yang biasa menjadi luar biasa; Purwa Wimansa, yaitu
sistem yang sangat mendasarkan diri terhadap kitab Weda; Wedanta yaitu suatu
sistem yang membicarakan bagian kitab Weda yang terakhir42.
39

Ibid., hlm. 87.
Ibid.
41
Ibid., hlm. 88.
42
Ibid., hlm. 88-89.
40

10

C. Pencerahan Kehidupan di Kerajaan Persia
Kebangkitan Bangsa Persia pada tahun 550-252 SM yang berasal dari
sejarah kelam Bangsa Assyria. Berbeda dengan Bangsa Assyria, Bangsa Persia
lebih damai, tenang, dan tertib walaupun mereka menaklukkan negeri lain,
Persia tidak terlalu membuat kehadiran mereka mengganggu pemerintahan
pribumi. Pasukan Persia juga menghargai dan menghormati agama-agama yang
dipeluk oleh negeri-negeri yang ditaklukkannya43. Hal ini juga berperan sebagai
tempat berkembangnya agama dan ilmu pengetahuan daripada pemberontakan
atau pertikaian berdarah.
Agama Zoroastrianisme tumbuh dan berkembang pada abad ke-6 SM di
kerajaan Persia yang dibawakan oleh Zarathustra. Setelah Zarathustra menerima
wahyu dari Ahura Mazda, beliau berusaha keras untuk menyebarkan agama ini
dan menyingkirkan agama tradisional dari Kerajaan Persia sehingga
Zoroastrianisme menjadi agama negara Persia44.
Selain Zarathustra, seorang nabi lain bernama Mani juga menyebarkan
pemahamannya tentang Tuhan. Berbeda dengan Zoroastrianisme, Manikheisme
(agama yang dibawakan Mani) memiliki pemikiran bahwa Tuhan tidak
sepenuhnya absolut dalam urusan alam semesta yang diambil dari banyak agama
yang telah dipelajari oleh Mani45 . Reaksi dari pemerintah terhadap pemikiran
Mani ini sangatlah mengerikan, pemerintah yang memiliki paham
Zoroastrianime langsung memberangus Manikheisme sehingga Mani pun
dieksekusi oleh pemerintah dan penyebaran agama tersebut hilang dari Persia46.
Agar dapat diterima dengan baik, Islam perlahan-lahan masuk ke Persia
melalui jalur perdagangan dan ilmu pengetahuan. Selain saling berdagang
dengan orang-orang arab, bangsa Persia juga mendapatkan ilmu pengetahuan
tentang Islam dari sekolah yang didirikan Al-Kindi pada abad-9 SM 47 . Lalu
berkembanglah Islam dengan pesat setelah runtuhnya Kerajaan Persia dan
digantikan dengan pemerintahan Islam.
Persia selain menerima dengan baik Islam sebagai agama baru, Persia
juga melahirkan banyak sekali Cendikiawan cemerlang yang banyak penemuan
mereka berguna hingga sekarang. Pada bidang Filsafat, Abu al-Abbas
Muhammad Iranshahri merupakan filosof yang cemerlang dalam dunia Islam
43

Arnold Toynbee, Sejarah Umat Manusia Uraian Analitis, Kronologis, Naratif, dan Komparatif,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), Cet. II, hlm. 246.
44
Ibid., hlm. 247.
45
Seyyed Hossein Nasr dan Mehdi Aminrazavi, An Anthology of Philosophy in Persia, Jilid 1, (London:
I.B Tauris, 2008) , Cet. 2, hlm. 105.
46
Ibid., hlm. 106.
47
Ibid., hlm. 127.

11

namun dikarenakan pengetahuanya yang melahirkan agama baru dalam Islam
maka nama beliau tidak banyak diketahui secara umum48, sebaliknya Abu Nasr
Muhammad bin Muhammad bin Tarkhan bin Uzlag Al-Farabi atau yang lebih
kita kenal Al-Farabi adalah cendikiawan dan filsuf yang menggabungkan ilmu
filsafat timur yang mistis dengan filsafat barat yang dapat dijelaskan oleh akal49.

III.

Keragaman Corak Filosofi Timur dan Para Pendirinya
A. Gaya Pemikiran Cina di dalam Rentetan Dinasti
Filsafat kehidupan telah ada selama ribuan tahun yang lalu di darah
bangsa Cina, Agama Rujiao merupakan agama kuno yang sering kita sebut
Konghucu setelah Konfusius atau Kong Fuzi menyempurnakan dan
meneruskannya pada abad ke-5 SM50 . Konfusius atau Kong Fuzi merupakan
Bangsawan yang aktif di pemerintahan sekaligus guru bagi ajaran Rujiao, beliau
juga orang yang berjasa besar dalam perkembangan agama Konghucu. Cara-cara
dalam pengajaran Konfusius adalah dengan mengajarkan muridnya dengan
bakat alami mereka, menyelesaikan masalah dengan menghubungkan antara
takdir kebaikan, dan kebajikan, serta menjunjung tinggi pendidikan moral dan
karakter51. Konghucu dalam ajarannya bersifat monoteistik karena menyembah
Tuhan Yang Maha Esa (Thian), namun disamping itu agama ini juga
memuliakan dan memuja alam, leluhur, dan langit yang membuat Konghucu
mirip dengan paganisme52.
Selain Konghucu, Taoisme atau Daoisme juga termasuk agama yang
banyak diikuti oleh rakyat cina. Taoisme merupakan jalan keutuhan,
keseimbangan, dan keserasian dalam menjalani kehidupan sehingga ajaran
Taoisme lebih filosofis daripada agama karena sifatnya selalu mengarah kepada
perubahan dan kesadaran universal53. Taoisme dirintis oleh Lao zi sekitar abad
ke-4 SM, dan ajarannya tersebut diperoleh dari jalan hidupnya sebagai
cendikiawan di perpustakaan negara 54 .Dalam Taoisme, Lao zi mengajarkan
sederhana, penuh kedamaian, tenang dalam batin, dan murni dalam pikiran atau
budi. Lalu agama Taoisme ini berbeda dari Konfusianisme karena murni berupa
politheisme yang menganggungkan dewa-dewa yang berasal dari sejarah rajaraja kuno55.

48

Ibid., hlm. 130-131.
Ibid., hlm. 134-136.
50
M. Ali Imron, Sejarah Terlengkap Agama-Agama di Dunia dari Masa Klasik hingga Modern
(Yogyakarta: IRCiSoD, 2015), Cet. I, hlm. 230.
51
Ibid., hlm. 236.
52
Ibid., hlm. 249.
53
Ibid., hlm. 189.
54
Ibid., hlm. 197-198.
55
Ibid., hlm. 208.
49

12

Sebuah ajaran yang mengkritik ajaran Konfusianisme dan Taoisme juga
berkembang di Cina, bernama Mohisme. Berbeda dengan kedua ajaran yang
dikritiknya, Mohisme berupa ajaran yang mewajibkan setiap umatnya untuk
mencapai standar moral yang tetap. Ajaran Mohisme juga merupakan ajaran
yang mementingkan kepentingan bersama dan menelaah segala sesuatu dengan
akal dan pemikiran rasional. Namun nasib dari ajaran ini tidak seberuntung
Konfusianisme dan Taoisme karena mengalami pemberangusan dan
pemusnahan pada Dinasti Qin (221-206 SM).56

B. Kebijaksanaan dalam Kemistikan dan Kesederhanaan
Hindu merupakan agama tertua di dunia dan menjadi warisan bangsa
Arya dan Dravida yang telah tinggal di India berpuluh-puluh tahun yang lalu.
Hindu secara umum memandang hukum dan aturan moral berdasarkan karma,
dharma, dan norma masyarakat 57 . Nama asli dari agama ini adalah Sanatana
Dharma atau Waidika Dharma, yang berarti agama yang berdasarkan kitab suci
Weda58. Kitab Weda mengandung kepercayaan-kepercayaan, adat-istiadat, dan
hukum-hukum. Agama Hindu selain memiliki kitab yang tidak diketahui
penulisnya, agama ini juga tidak diketahui siapa yang membawakannya. Namun
diyakini bahwa agama Hindu merupakan gabungan tradisi dan pemikiran antara
bangsa Arya dan Dravida 59 . Selain itu, Hindu bukan hanya sebagai agama
melainkan aliran-aliran rohani, prinsip moral, tradisi-tradisi, dan perundangundangan60. Lalu dalam sistem kepercayaan mereka diyakini bahwa hanya ada
satu kekuatan dan menjadi sumber dari segala yang ada (Brahman), yang
memanifestasikan diri-Nya kepada manusia dalam beragam bentuk61.
Agama yang berkembang pada zaman Wiracarita sekitar abad ke-6 SM
di India adalah Buddha. Agama Buddha didirikan oleh Siddhartha Gautama,
yang merupakan Buddha ke-28. Selain Buddha, Siddhartha juga telah
mendapatkan gelar Bhagoua (orang yang menjadi sendiri tanpa guru yang
mengajar sebelumnya), Sakya Mimi (Pertapa dari suku Sakya), Sakya Sumba
(Singa dari suku Sakya), Sugata (orang yang datang dengan selamat), Suaria
Siddha (Orang yang terkabul semua permintaannya), dan Tathagata (orang yang

56

Marcellius Ari Christy, Rangkuman Materi Tentang Mozi dan Mohisme,
(https://www.academia.edu/28368772/MOZI_DAN_MOHISME.ringkasan_docx.docx), diakses tanggal 8
Oktober 2017.
57
M. Ali Imron, Sejarah Terlengkap Agama-Agama di Dunia dari Masa Klasik hingga Modern
(Yogyakarta: IRCiSoD, 2015), Cet. I, hlm. 70.
58
Ibid.
59
Ibid., hlm. 71.
60
Ibid.
61
Ibid., hlm. 88.

13

baru datang) 62 . Secara umum, agama Buddha ini mengajak umatnya untuk
mendapatkan penerangan yang sempurna dengan membersihkan diri dari dosa
(kebencian), lobha (serakah), dan moha (kegelapan) 63 . Sistem kepercayaan
agama ini bersumber dari kitab Tripitaka yang merupakan kumpulan khotbah,
keterangan, perumpamaan, dan percakapan yang pernah dilakukan oleh Sang
Buddha dengan para siswa dan pengikutnya64.
Ajaran Jainisme juga berkembang bersamaan dengan Buddhisme yang
dipopulerkan oleh Mahavira pada abad ke-6 SM. Ajaran Jainisme ini meyakini
bahwa kehidupan dunia ini sengsara, hidup di dalamnya adalah suatu neraka,
serta perubahan dan kelenyapan adalah asas kehampaan dan puncak penderitaan.
Selain itu Mahavira juga meyakini adanya pengulangan kelahiran dan menyeru
berzuhud sebagai suatu jalan untuk menyelamatkan diri 65 . Dalam kenyataan
bahwa Jainisme adalah agama kuno, menjelaskan bahwa Mahavira bukanlah
pendiri dari agama tersebut melainkan nabi Jainisme terakhir yang
menyempurnakan ajaran-ajaran Jainisme66. Ajaran pokok Jainisme menjelaskan
bahwa kebebasan itu terpendam di dalam diri manusia yang berarti kebebasan
ialah bebas dari karma dan samsara67. Inti dari ajaran Mahavira tersebut ialah
ahimsa, yaitu sikap hidup yang berasaskan pada tanpa kekerasan atau tanpa
perlawanan68.

C. Ragam Corak Pemikiran di Kerajaan Persia
Zoroastrianisme adalah agama pertama yang menghadirkan konsep
monoteisme 69 . Pemikiran ini berkembang di Persia yang dibawakan oleh
Zarathustra. Zarathustra menyebarkan agama ini setelah bertemu dengan Ahura
Mazda, Sang Terang di gua Gunung Sabalan 70 . Penamaan agama Zoroaster
bukanlah dari asli dari agama itu, sesungguhnya nama yang diberikan kepada
agama tersebut ialah Mazdayasna, kebaktian kepada Mazda, yakni Tuhan Maha
Segala Yang Esa, Sejati, dan Maha Mengetahui71. Konsep monoteistik di agama
Zoroaster ini ialah Dzat Ahura Mazda merupakan esensi murni yang suci dari
segala bentuk materi, yang tidak dapat dilihat oleh pandangan mata dan Dzatnya tidak bisa ditangkap oleh akal manusia sehingga melahirkan rumusan
62

Ibid., hlm. 117.
Ibid., hlm. 118.
64
Ibid., hlm. 132.
65
Ibid., hlm. 158.
66
Ibid.
67
Ibid., hlm. 166.
68
Ibid., hlm. 167.
69
Ibid., hlm. 269.
70
Ibid., hlm. 277.
71
Ibid., hlm. 277-278.
63

14

tentang hakikat ketuhanan Dzat Ahura Mazda dengan prinsip penting yaitu
transenden yang disimbolkan sebagai matahari, dan imanen yang disimbolkan
sebagai api72. Lalu anggapan sakral untuk menyucikan api inilah yang kemudian
mempengaruhi pemahaman agama Zoroaster dari monoteisme menjadi
paganisme73.
Selain Zoroastrianisme, ada paham filsafat lain di Persia yang bertolak
belakang dengan agama pemerintah yang dibawakan oleh Mani (210-276 M)
bernama Manikheisme. Ajaran Manikheisme mengajarkan bahwa di semesta ini
terdapat dua kekuatan yakni Terang dan Gelap, dan antara keduanya saling
berlainan dan saling berbenturan sehingga melahirkan dunia ini. Ajaran
Manikheisme juga mengajarkan bahwa Tuhan tidak Maha Kuasa atas sesuatu,
hal ini didasari oleh teori adanya kejahatan di bumi yang menolak kesempurnaan
ciptaan Tuhan, dan di dalam diri manusia juga terdapat dua bentuk yang saling
berlawanan yaitu roh mewakili hal baik dan tubuh yang mewakili hal buruk
sehingga dalam kepercayaan Manikheisme, manusia akan menjadi baik juga dia
menyadari bahwa dirinya adalah roh bukan materi tubuh74. Agama Manikheisme
ini tidak bertahan lama karena selain bertentangan dengan pemerintah, juga kitab
suci agama ini telah menghilang, sehingga setelah kematian Mani ajaran
Manikheisme juga turut padam.
Pada abad ke-7 M, pada kekhalifahan Umar bin Khattab Islam mulai
memasuki negeri Persia 75 dan lambat laun menjadi Persia sebagai tempat
melahirkan filsuf-filsuf Islam yang berjasa dalam perkembangan ilmu
pengetahuan Islam. Permulaannya berasal dari sekolah yang didirikan Al-Kindi
pada abad ke-9 M yang banyak mengajarkan ilmu-ilmu filsafat termasuk Filsafat
Yunani Kuno76. Salah satu filsuf yang berhasil di dalam dunia filsafat Persia di
zaman tersebut ialah Al-Farabi yang dijuluki faylasuf al-muslimin ( Filosof
Muslim) karena keahliannya menggabungkan logika dengan filsafat agama 77 .
Kemudian ilmu filsafat, ilmu kimia, dan ilmu lainnya diteruskan oleh para
filosof Persia lainnya seperti Abu Al-Hasan Muhammad Amiri, Abu Sulaiman
Muhammad ibn Tahir Sijistani, Abu Ali Al-Husain ibn Abdallah ibn Sina (Ibn
Sina), Muhammad ibn Yaqub Muskuyah, dan Abu Al-Hasan Bahmanyar ibn
Marzban Kiya.
72

Ibid., hlm. 283.
Ibid.
74
https://www.theopedia.com/manicheanism (diakses tanggal 8 Oktober 2017)
75
M. Ali Imron, Sejarah Terlengkap Agama-Agama di Dunia dari Masa Klasik hingga Modern
(Yogyakarta: IRCiSoD, 2015), Cet. I, hlm. 275.
76
Seyyed Hossein Nasr dan Mehdi Aminrazavi, An Anthology of Philosophy in Persia, Jilid 1, (London:
I.B Tauris, 2008) , Cet. 2, hlm.127.
77
Ibid., hlm. 134.
73

15

BAB 3
PENUTUP
I.

KESIMPULAN
Filsafat merupakan ilmu yang mempelajari kehidupan. Filsafat sejak
dahulu hingga sekarang menjadi bahan pembelajaran bagi setiap orang yang
ingin memiliki pandangan hidup yang lebih baik. Berasal dari kata philia yang
berarti cinta dan sophia yang berarti kebijaksanaan, bukan berarti para pencinta
kebijaksanaan itu hanya berada di negeri Yunani Kuno. Di timur, Filsafat juga
telah berkembang pesat di berbagai belahan asia, seperti Cina, India, dan Persia.
Konfusianisme, Mohisme, Daoisme berkembang di dinasti-dinasti cina kuno.
Brahmanisme, Jainisme, dan Budhisme telah menyebarkan ajarannya ke seluruh
India dan sekitarnya. Zoroastrianisme merupakan agama yang dibawakan oleh
Zarathustra menjadi agama yang dianut oleh Kerajaan Persia Kuno. Ini menjadi
bukti kalau filsafat bukan hanya memberikan pandangan hidup bagi orang yang
menemukannya, tetapi juga menjadi jalan hidup bagi orang-orang yang
mengimaninya.
Tentu saja Filsafat Timur tidak datang begitu saja lalu dapat di terima
semua orang, tahapan-tahapan sejarah yang panjang terdapat di dalam masingmasing aliran Filsafat tersebut. Filsafat Cina Kuno telah ada sebelum masehi,
sekitar 165 SM, yang dikenal sebagai Ideosinkretisme, dan di India
Brahmanisme sudah ada sejak 500-200 SM yang lalu. Zoroastrianisme juga telah
berkembang pada tahun 618 SM di Chorasma, Persia. Lalu berkembanglah
Konfusianisme di Cina, muncullah Jainisme dan Budhisme di India, serta
masuklah Islam menggantikan Zoroastrianisme di Persia, yang keseluruhan
memakan waktu beratus-ratus tahun. Lagipula setiap aliran filsafat tersebut tidak
punah dengan cepat walaupun digantikan dengan paham filsafat yang baru dan
masih bertahan hingga sekarang.
Dimana ada asap di situ ada api, begitu pula dengan Filsafat Timur yang
dipelopori oleh masing-masing filsuf di daerahnya masing-masing.
Ideosinkretisme diciptakan oleh Pan-gu dan dilanjutkan oleh Sima Qian pada
tahun 165 SM. Brahmanisme dianut oleh Brahmana dan disebarkan oleh mereka
juga sebagai ahli agama. Zoroastrianisme dipelopori oleh Zarathustra setelah
mendapatkan “penglihatan” pada usia 30 tahun. Lalu masih banyak lagi filsuffilsuf yang mendukung falsafah yang telah ada, bahkan ada yang mendirikan
falsafah baru yang rujukannya ke falsafah sebelumnya, seperti Konfusianisme

16

dan Daoisme memiliki rujukan kitab yang sama dengan Ideosinkretisme.
Sedangkan Budhisme dan Jainisme hampir bertolak belakang dengan
Brahmanisme walaupun memiliki intisari ajaran yang sama. Dengan banyaknya
filsuf yang menyebarkan ajaran dan penganut yang mengimaninya, setiap ajaran
filsafat ini kemudian berkembang menjadi agama yang dipercayai di daerah
tersebut, baik itu di Cina, India, maupun Persia (Iran).
Dikarenakan perkembangan zaman, aliran filosofi ini terkadang berganti
nama menjadi agama bumi atau agama buatan manusia. Budha, Hindu,
Konghucu, dan Zoroastrianisme (Majusi) merupakan contoh dari agama bumi
yang masih banyak dianut oleh orang-orang di Cina, India maupun Persia (Iran).
Selain berperan sebagai agama, Filosofi yang mereka anut tersebut telah menjadi
pandangan dan gaya hidup mereka sehari-hari. Hal ini terlihat ketika adanya hari
raya di masing-masing agama dan ketika mereka saling berkomunikasi dengan
sesama penganut maupun beda keyakinan. Lagipula dengan tantangan agama
yang lebih besar seperti Islam, Nasrani, dan Yahudi, agama-agama ini masih
dianut oleh masyarakat yang telah cocok dengan agama tersebut sejak lama.

17

Daftar Pustaka
Achmadi, A. (2013). Filsafat Umum. Jakarta: PT RajaGrafinfo Persada.
Aminrazavi, S. H. (2008). An Anthology of Philosophy in Persia 1. London: I.B Tauris.
Imron, M. A. (2015). Sejarah Terlengkap Agama-Agama di Dunia dari Masa Klasik
hingga Modern. Yogyakarta: IRCiSoD.
Kusumohamidjojo, B. (2010). Sejarah Filsafat Tiongkok Sebuah Pengantar
Komprehensif. Yogyakarta: Jalasutra.
Stevenson, J. (2000). The Complete’s Idiot’s Guide to Eastern Philosophy. Macmillan:
Alpha Books.
Toynbee, A. (2005). Sejarah Umat Manusia Uraian Analitis, Kronologis, Naratif, dan
Komparatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

18