DAYA TARIK INTERPERSONAL alumni hitman

DAYA TARIK INTERPERSONAL
Salah satu hal yang mendasari terjadi hubungan sosial adalah seberapa jauh seseorang
tertarik dengan orang lain. Apabila ada daya tarik di antara mereka, maka kemungkinan terjadinya
hubungan lebih besar. Kenyataan seperti ini bisa di lihat di tempat-tempat umum. Karena tidak ada
perhatian dan ketertarikan dengan wanita yang duduk di salah satu bangku, seorang pria tidak akan
menjalin hubungan sosial dengan wanita tersebut. Sebaliknya, meskipun kondisi yang ada
sebenarnya sulit untuk mengadakan kontak sosial,tapi karena seseorang tertarik sangt kuat pada
orang lain, maka akan diusahakan oleh orang pertama tersebut untuk menjalin hubungan.
Ada juga hubungan sosial yang tidak dilandasi oleh ketertarikan. Pada jaman dahulu orang
menikah karena dipaksa oleh orang tua. Ada juga perkenalan yang diawali bukan oleh ketertarikan
dan pada umumnya pertama kali seorang murid atau mahasiswa yang duduk berdekatan dengan
orang lain juga sering tidak dilandasi oleh ketertarikan. Namun demikian bisa diramalkan bahwa
hubungan interpersonal yang berkelanjutan adalah hubungan yang diwarnai aspek ketertarikan.
Ketertarikan tidak terbatas pada masalah daya tarik wajah atau fisik, tapi juga karena faktor lain.
Bagi seorang pedagang akan tertarik dengan orang lain karena baginya calon relasi itu
memungkinkan mendatangkan keuntungan. Dengan kata lain karena ada daya tarik ekonomis pada
seseorang. Di lain pihak seorang mahasiswa akan tertarik pada dosennya karena dianggap memiliki
kualitas intelektual yang tinggi dan cara penyampaian yang menarik [1].
PENGERTIAN
Pengertian daya tarik sering terlalu sempit,sekali lagi, terbatas pada daya tarik fisik. Padahal
daya tarik fisik hanya merupakan salah satu bagian daya tarik. Namun ada baiknya jika hal ini

dijadikan contoh untuk mengembangkan pemahaman tentang daya tarik.
Seseorang yang menarik wajahnya biasanya akan diberi penilaian yang baik. Orang yang
memberi penilaian baik ini berarti mempunyai sikap yang positif. Oleh karena itu ketertarikan
didefinisikan ssebagai sikap positif terhadap orang lain[2].
FAKTOR PENGARUH
Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi ketertarikan ada empat, yaitu: 1)
karakteristik aktor, 2) faktor penilai, 3) variabel-variabel interpersonal, 4) faktor kondisi yang ada
atau yang menyertai.

 Karakteristik Aktor
Yang dimaksud aktor di sini adalah orang-orang yang menjadi obyek penilaian. Beberapa
karakteristik yang biasanya menimbulkan penilaian positif bagi pihak lain di jelaskan di bawah ini.
1. Daya tarik fisik
Hal pertama yang kita perhatikan tentang seseorang adalah penampilannya. Bila hal-hal
yang lain sama, orang yang dianggap menarik lebih disukai daripada orang yang dianggap tidak
menarik[3]. Pada dasarnya segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah hubungan sosial,
untuk mencapai sukses daya tarik fisik ini memberi kontribusi yang cukup signifikan. Aristoteles
sendiri pernah mengatakan :beauty is a greater recommendation than any letter of introduction [4].
Bentuk-bentuk tubuh yang seksi, atletis, atau wajah yang cantik dan tampan sudah barang
tentu pada umumnya menimbulkan kesan positif bagi orang yang menilai. Sebaliknya, tampang

yang seram bahkan ada yang mengatakan tampang kriminal bisa menimbulkan kebencian pada

orang lain. Karena penilaian positif akan memberi dampak lebih lanjut, maka untuk menarik orang
lain mendekat, berkenalan dan sebagainya, sering juga digunakan kecantikan dan ketampanan ini.
Tidak mengherankan bila ada dua pilihan dengan karakteristik yang hampir berimbang,
tetapi yang satu lebih menonjol dalam hal kecantikan, maka yang lebih cantik memiliki peluang lebih
besar untuk dipilih. Bukan berarti bahwa faktor ini merupakan faktor yang mendominasi masalah
lain[5].
2. Kompetensi
Kompetensi seperti kecerdasan, kemampuan, skil yang tinggi, prestasi dan merupakan
kualitas tersendiri yang tidak semua orang memilikinya dalam tahap yang memuaskan. Kondisikondisi seperti ini cenderung untuk dikejar. Berhubung dengan orang-orang yang mempunyai
kemampuan tertentu memberikan kepuasan tersendiri. Orang yang memiliki kompetensi lebih tinggi
ternyata dinilai memiliki daya tarik fisik yang lebih menarik.
Ada sedikit perbedaan antara pria dan wanita dalam hal menilai kompetensi dan daya tarik
fisik sebagai dasar menceri pasangan. Bagi wanita, daya tarik fisik pasangan sedikit kurang penting
dibanding pria. Dalam hal ini tampaknya ada perasaan takut tersaingi bila pria mencari pasangan
yang sederajat atau lebih tinggi dalam kompetensi dibanding dirinya. Namun, dengan semakin
majunya dunia pada umumnya mempengaruhi penilaian tentang hal ini[6].
3. Karakteristik menyenangkan
Apabila orang yang cantik atau tampan dinilai menyenangkan , maka orang yang

mengerjakan sesuatu yang menyenangkan juga memiliki daya tarik tersendiri, be nice or do
something nice.
Orang yang lucu, ramah, santun, penolong, sabar dan memiliki berbagai karakter
menyenangkan lain terbukti memiliki lebih banyak teman atau mendapat lebih banyak simpati, dan
sebaliknya.
 Faktor penilai
Setiap individu memiliki kriteria tertentu, terutama yang bersifat subyektif, dalam memberi
penilaian pada orang lain. Latar belakang sosial, ekonomi, budaya, maupun yang bersifat pribadi
ikut berpengaruh dalam menilai. Dalam kaitan ini pembahasan akan lebih menitikberatkan pada
faktor yang ada dalam diri penilai itu sendiri.
Dari berbagai faktor dalam diri penilai, diperkirakan bahwa kondisi afektif merupakan faktor
yang besar peranannya dalam menilai. Seperti diketahui secara umum bahwa suasana hati yang
baik akan ditunjukkan pula dalam memberi penilaian. Sebaliknya, orang yang dalam kondisi kalut,
marah, sedih, sakit serta kondisi kurang baik lainnya, cenderung memberi penilaian yang tidak tepat
dan biasanya mengarah ke negatif. Selain itu,pengalaman juga merupakan faktor yang tidak bisa
diabaikan saja dalam memberi penilaian daya tarik. Seseorang yang pernah patah hati dan trauma
dengan hal itu kemungkinan besar akan memberi penilaian yang rendah. Di sisi lain ada kasuskasus dimana seseorang mudah memberi pernilaian yang tinggi karena dia memang suka bergantiganti pasangan. Sehingga muncul kecenderungan untuk memberi nilai tinggi terhadap seseorang
yang baru dikenal, yang diperkirakan bisa dijadikan sebagai pasangan[7].
 Variabel-variabel interpersonal
1. Kesamaan

Kita cenderung menyukai orang yang sama dengan kita dalam sikap, nilai, minat, latar belakang,
dan kepribadian. Banyak kebenaran dalam pepatah kuno bahwa “burung yang sebulu berkumpul
bersama.”
Ada dua penjelasan utama yang menjadikan kesamaan penting dalam daya tarik
interpersonal.Pertama, kesamaan biasanya mendatangkan ganjaran. Orang yang memiliki

kesamaan dengan kita cenderung menyetujui gagasan kita dan mendukung keyakinan kita tentang
kebenaran pandangan kita.
Kedua, rasa suka berasal dari teori keseimbangan kognitif. Menurut teori ini, orang berusaha
mempertahankan keselarasan atau konsistensi di antara sikap mereka, mengatur rasa suka dan
rasa tidak suka mereka menjadi seimbang. Menyukai seseorang dan pada saat yang sama
menentang orang itu mengenai masalah yang fundamental merupakan hal yang secara psikologis
tidak menyenangkan. Kita memaksimalkan keseimbangan kognitif dengan menyukai orang yang
mendukung pandangan kita dan tidak menyukai orang yang menentangnya.
Meskipun biasanya kesamaan menimbulkan rasa suka, ada beberapa kekecualian pada pola
umum ini. Kadang-kadang kesamaan bersifat mengancam. Bila orang yang paling menyukai kita
menderita serangan jantung atau mengalami hal-hal yang tidak menguntungkan lainnya, mungkin
kita khawatir bahwa kita juga mudah tererang dan oleh karenanya, mungkin kita lebih suka
menghindari orang itu.
Pokok yang lain adalah bahwa perbedaan diantara beberapa orang kadang-kadang

mendatangkan ganjaran. Beberapa orang di antara kita ingin menjalani hubungan dengan orang
yang benar-benar identic dengan kita dalam settiap hal. Kebhagiaan persahabatan meliputi stimulasi
dan sesuatu yang baru – belajar tentang gagasan baru dan berusaha menghargai kekayaan variasi
pengalaman manusia. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kita sangat terbuka
terhadap ganjaran perbedaan bila kita merasa bahwa orang lain menerima kita.
2. Keakraban
Munkin di antara kita ada yang bertanya mengenai alasan keakraban dapat meningkatkan rasa
suka. Dan jawabannya adalah, eksposur [8] yang berulang pasti meningkatkan pengenalan kita
tentang seseorang, dan mungkin ini merupakan langkah awal yang berguna untuk menyukainya.
Bila orang semakin dikenal, mereka juga semakin dapat diduga. Semakin sering kita melihat
tetangga baru di lingkungan perumahan kita, semakin banyak yang kita pelajari tentang dia dan
semakin baik prediksi yang dapat kita buat tentang bagaimana dia akan berperilaku di halaman
rumah dan di pertemuan wilayah. Akibatnya kita merasa lebih nyaman bila dia hadir.
Bila orang semakin akrab, kita bias juga mengasumsikan bahwa mereka semakin mirip dengan
kita sendiri.
3. Kedekatan
Pengaruh kedekatan menyatukan banyak factor, yang telah kita ketahui, penting dalam daya
tarik interpersonal. Pertama, kedekatan biasnya meningkatkan keakraban. Kedua, kedekatan sering
berdekatan dengan kesamaan. Factor ketiga adalah bahwa orang yang dekat secara fisik lebih
mudah didapat daripada orang yang jauh.

Penjelasan keempat tentang pengaruh kedekatan didasarkan pada konsistensi kognitif. Tinggal
atau bekerja berdampingan dengan orang yang tidak kita sukai akan menimbulkan tekanan
psikologik, sehingga kita mengalami tekanan kognitif untuk menyukai orang yang ada hubungannya
dengan kita. Salah satu formulasi dari teori ini diajukan oleh Fritz Heider (1958). Dia membedakan
antara hubungan kesatuan (unit relations) dan hubungan perasaan (sentiment relations) orang atau
objek yang “menyatu” terdiri dari satu kesatuan. Gagasan dasar teori keseimbangan Heider adalah
bahwa kita berusaha mempertahankan keseimbangan antara hubungan perasaan dan hubungan
kesatuan kita. Secara lebih spesifik, kita dimotivasi untuk menyukai orang yang ada kaitannya
dengan kita, dan untuk mencari kedekatan dengan orang yang kita sukai [9].
 HUBUNGAN YANG ERAT
Suatu hubungan terbentuk pada saat dua orang menjadi saling tergantung satu sama lain,
yaitu bila yang satu mempengaruhi yang lain. Suatu hubungan disebut erat bila terdapat interaksi
yang kerap, melibatkan berbagai bentuk interaksi dan saling pengaruh yang kuat. Model
interdependesi antar dua orang di kembangkan oleh Levinger dan Snoek (1972), yaitu:

1.

Zero contact (dua orang yang belum mempunyai hubungan): dua orang dalam kondisi saling
bergantung antara yang satu dengan yang lain yang terus meningkat. Di satu pihak, kedua orang itu
sama sekali tidak menyadari kehadiran sama lain.

2. Menyadari (sikap atau kesan satu pihak): mereka sampai pada tahap ini
bila salah satu mulai
merasakan atau mempelajari sesuatu tentang yang lain, tetapi belum terjalin kontak langsung.
Misalnya bila dua orang yang masih saling kenal kebetulan bertatapan. Fungsi tahap menyadari ini
dapat menjadi amat penting. Bila kita memperoleh kesan yang baik tentang seseorang , mungkin
kita akan mengambil inisiatif untuk berinteraksi dengannya. Kadang- kadang beberapa orang
memiliki pengalaman yang amat mengesankan pada tahap ini. Misalnya, seorang amat memuja
penyannyi atau bintang film tertentu yang sebenarnya belum pernah dijumpainya.
3. Kontak permukaan (sikap atau kesan dua pihak): di sini kedua orang itu mulai berinteraksi, mungkin
melalui percakapan atau lewat media telphon. Kontak dasar ini merupakan awal dari
interdependensi, dan bahkan dari suatu hubungan.bila kita berbasa-basi dengan seorang pelayan
pasar swalayan yang ramah, atau bercakap-cakap dengan penumpang yang sekursi dengan kita di
bus, kita telah menciptakan kontak dasar. Interaksi sosial ini biasanya singkat, topik pembicaraan
dangkal, dampak yang ditimbulkan terhadap masing-masing pihak sangat terbatas, dan kontak itu
biasanya dibatasi oleh peran sosial tertentu. Banyak hubungan yang tidak berkembang melebihi
tahap interdependesi minimal ini.
4. Mutualis (kesalingan): bila derajat interdependesi bertambah, orang memasuki tahap ini. Dalam
hubungan ini ada 3 hal, yaitu: Pertama, ada frekuensi interaksi yang kerap untuk waktu yang relatif
panjang. Kedua, hubungan yang erat melibatkan bermacam-macam bentuk kegiatan atau peristiwa.
Dua orang yang besahabat misalnya, akan mendiskusikan berbagai topik dan mengikuti berbagai

kegiatan. Ini berlawanan dengan hubungan dangkal yang hanya terbatas pada satu kegiatan atau
topik pembicaraan saja. Ketiga, saling pengaruh yang kuat mewarnai hubungan kedua orang
tersebut.kita akan segera melupakan sindiran dari seorang pramuniaga, namun menjadi gelisah
berminggu-minggu memikirkan komentar teman baik kita. Selanjutnya, dua orang yang memiliki
interpendensi yang kuat memiliki potensi untuk saling membangkitkan emosi yang kuat pula.
Persahabatan merupakan sumber perasaan-perasaan positif seperti cinta, kasih sayang, dan
perhatian. Akan tetapi, diakui juga bahwa emosi-emosi yang kuat seperti rasa marah, cemburu, dan
putus asa seringkali muncul dalam hubungan yang erat[10].
 PERSPEKTIF TEORI PERTUKARAN SOSIAL
Salah teori terpenting yang membahas masalah-masalah hubungan adalah teori pertukaran
sosial. Menurut teori ini, orang sangat memperhatikan hasil (keuntungan dan kerugian) yang dapat
mereka terima dari suatu hubungan. Seseorang akan cenderung memilih teman yang dapat
memberikan keuntungan sebesar-besarnya. Meskipun demikian, bila seseorang mau menerima
keuntungan, ia juga harus mau memberi[11].
1. Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan adalah segala hal yang diperoleh seseorang dalam hubungan, seperti rasa dicintai
atau juga keuangan. Keuntungan dibagi menjadi 6 bentuk dasar: cinta, uang, status, informasi,
barang, dan jasa. Keenam bentuk tersebut diklasifikasikan ke dalam dua dimensi. Pertama,
dimensi partikuarisme, termasuk bentuk-bentuk keuntungan yang nilainya tergantung pada pemberi.
Nilai cinta, atau yang leebih jelas, bentuk-bentuk ungkapannya seperti pelukan, ciuman, sangat

tergantung pada siapa yang memberi. Jadi cinta adalah keuntungan yang bersifat partikular
(khusus). Sebaliknya uang akan selalu dipandang bermanfaat tanpa memperdulikan siapa
pemberinya;
uang
merupakan
keuntungna
yang
bersifat
non
partikular
atau
universal. Kedua, dimensi keberwujudan(concreteness), membedakan keuntungna yang bersifat
nyata, yaitu sesuatu yang dapat dilihat, dicium, diraba, dengan keuntungan yang niskala atau yang
bersifat simbolik seperti nasihat atau kedekatan sosial [12].

2.

3.

-


-

4.

5.

Kerugian merupakan konsekuensu negatif dari suatu hubungan. Hubungan bisa mendatangkan
kerugian, misalnya karena memakan waktu dan tenaga terlampau banyak, karena banyak
menimbulkan pertentangan, karena orang lain tidak menyetujui hubungan itu, dan sebagainya [13].
Mengevaluasi Hasil
Umunnya orang tidak menilai hubungan secara sadar dan sistematik, tetapi proses dasarnya
tercermin dalam pernyataan-pernyataan seperti “Hubungan ini memberikan banyak keuntungan
untuk saya“ atau “Rasanya hubungan ini tidak perlu dilanjutkan lagi.”
Orang menggunakan beberapa tolok ukur untuk menilai hasil suatu hubungan. Tolok ukur yang
paling sederhana adalah dengan melihat apakah hubungan itu menguntungkan atau merugikan.
Tolok ukur yang juga penting adalah dengan membanding-bandingkan sejumlah
hubungan, membandingkan suatu hubungan dengan bentuk hubungan lain yang pernah kita alami
atau kita kenal. Thibaut dan Kelley (1959) menekankan dua bentuk tolok ukur perbandingan utama.
Tingkat perbandingan mencerminkan kualitas hasil yang menurut seseorang pantas di terima.

Jelas, tolok ukur dasar untuk suatu hubungan berbeda dengan tolok ukur untuk hubungan yang lain.
Kita dapat membandingkan hubungan yang kita alami sendiri dengan yang kita lihat melalui film, kita
dengar melalui teman-teman, atau kita baca melalui buku-buku psikologis populer. Tingkat
perbandingan itu sebenarnya merupakan keyakinan pribadi tipa tiap orang tentang hal-hal apa saja
ynag sehatusnya ada, tidak ada, atau mempengaruhi hubungan[14].
Tingkat perbandingan untuk alternatif, di sini orang menilai perbandingan antara suatu
hubungan dengan hubungan lain yang yang dapat dipilih pda saat yang sama. Apakah teman
kencan kita yang terakhir lebih menyenangkan atau lebih tidak menyenangkan dibandingkan
dengan orang lain yang juga dapat kita ajak berkencan pada saat yang sama. Bahkan bila suatu
hubungan menguntungkan secara absolut kita dapat saja meninggalkannya jika kita dapat
menjangkau alternatif lain yang lebih menguntungkan, dan sebaliknya[15].
Koordiansi Hasil
Fakta yang penting adalah bahwa dalam suatu hubungan, hasil yang diperoleh salah satu pihak
berkaitan erat dengan hasil yang diperoleh pihak lain.
Hasil yang berkorespendensi: apa yang dianggap baik oleh yang satu dianggap baik pula oleh yang
lain, apa yang dianggap buruk oleh yang satu dianggap buruk pula oleh yang lain ( Thibaut & Kelley,
1959).
Hasil yang tidak berkorespondensi: bila kedua pihak yang terlibat memiliki pilihan dan nilai-nilai
yang jauh berbeda, dan kemungkinan untuk terjerumus dalam pertentangan dan masalah koordinasi
hasil akan semakin besar.[16]
Pertukaran Yang Adil
Orang sering mempersoalkan keadilan dalm suatu hubungan. Tiga buah aturan utamanya
adalah kesamaan, kebutuhan relatif, dan keadilan. Keadilan terjadi bila hasil yang diperoleh
seseorang sebanding dengan andil yang dia berikan untuk mendukung kelangsungan hubungan
tersebut. Menurut teori keadilan ini, bila pihak-pihak yang terlibat merasakan adanya ketidakadilan
dalam hubungan mereka, mereka akan merasa tertekan dan terdorong untuk berusaha
memulihkannya[17].
Kepuasan dan Keterikatan
Keterikatan meliputi segala upaya, positif maupun negatif, yang membuat seseorang tetap
berada dalam suatu hubungan. Faktor-faktor yang positif meliputi kepuasan, rasa suka, dan cinta.
Faktor-faktor negatifnya meliputi segaa kendala yang membuat seseorang menderita kerugian bila
dia meninggalkan suatu hubungan. Dua kendala yang paling penting adalah tidak adanya pilihan
lain dan investasi yang telah ditanamkan dalam suatu hubungan.
Keterikatan menunjuk pada segala kekuatan, baik yang positif maupun negatif, yang berfungsi
untuk mempertahankan individu dalam suatu hubungan.

Dalam sebagian besar hubungan, kepuasan dan keterikatan senantiasa berjalan berdampingan.
Bila sepasang remaja mulai merasakan hal-hal yng istimewa dalam hubungan mereka, keduanya
akan mulai membangun keterikatan. Mereka tidak lagi berkencan dengan orang lain, mulai saling
bertukar tanda mata, selalu menikamti berbagai kegiatan berdua. Bila kelak hubungan itu
berkembang menjadi hubungan cinta, mereka mulai melakukan berbagai hal untuk mewujudkan
perasaan mereka dan merencanakan langkah-langkah untuk membangun masa depan
bersama[18].
6. Konflik
konflik sering terjadi dalam hubungan yang erat ( Peterson, 1983). Memang tidak dapat
dipungkiri bahwa konflik akan selalu muncul pada hubungan yang dirasa amat sempurna sekalipun.
Menurut Gurin dan kawan-kawannya, 32 persen pasangan yang menilai pernikahan mereka sangat
membahagiakan melaporkan bahwa mereka juga pernah mengalami pertentangan. [19]
 PENGUNGKAPAN DIRI
Pengungkapan diri atau keterbukaan diri merupakan kegiatan membagi perasaan dan
informasi yang akrab dengan orang lain. Pengungkapan diri dapat bersifat baik deskriptif maupun
evaluatif ( Morton, 1978). Dalam pengungkapan diri deskriptif kita meukiskan berbagai fakta
mengenai diri kita yang mungkin belum diketahui orang lain. Dalam pengungkapan diri evaluatif, kita
mengemukakan pendapat atau perasaan pribadi bahwa kita menyukai orang-orang tertentu, bahwa
kita merasa cemas karena terlalu gemuk, bahwa kita tidak suka bangun pagi.
Sejalan dengan perkembangan suatu hubungan dari yang dangkal sampai menjadi
hubungan yang akrab, orang semakin berani mengungkapkan hal-hal yang bersifat pribadi tentang
dirinya. Kita hanya membicarakan musik dan makanan kesukaan kita, sikap kita terhadap agama
dan politik, pada orang yang masih asing. Namun, dengan seorang teman akrab, kita akan
memperbincangkan hubungan-hubungan pribadi kita, tentang hal-hal yang membuat kita merasa
takut dalam kehidupan.
1. Pengungkapan Diri dan Rasa Suka
Rasa suka merupakan sebab penting dari pengungkapan diri. Orang lebih sering
mengungkapakan dirinya pada pasangan hidupnya atau pada sahabatnya daripada terhadap rekan
sekerja atau teman biasa. Beberapa penelitian mendukung pandangan yang mengatakan bahwa
kita akan lebih menyukai orang lain yang dapat mengungkapkan diri pada situasi yang tepat
( Derlega & Ckaikin, 1975).
Altman dan Taylor (1973) berpendapat bahwa pengungkapan diri dapat menimbulkan rasa suka
bila langkah-langkahnya dijaga sebaik mungkin. Tahap-tahap pengugkapan diri itu cukup lambat
agar kedua pihak tidak merasa terancam. Bila perkembangan berlangsung terlampau cepat, orang
akan merasa cemas, dan akan muncul kecenderungan untuk melindungi diri. Seseorang yang
“terlalu memaksa , datang terlalu cepat”, akan kurang disukai[20].
2. Timbal Balik
Bila seseorang menceritakan sesuatu yang bersifat pribadi pada kita, kita akan merasa wajib
memberikan reaksi yang sepadan. Proses pengungkapan diri yang berlangsung secara bertahap,
semakin lama semakin cepat, akan semakin mempererat suatu hubungan.Banyak bukti yang
menunjang pendapat bahwa sifat timbal balik dalam pengungkapan diri merupakan faktor yang
menentukan apakah kita akan menyukai seseorang atau tidak.
Altman dan Taylor menyatakan bahwa kita akan jauh lebih menyukai seseorang yang
mengungkapkan dirinya lam tingkat yang setara dengan yang kita lakukan terhadapnya. Seseorang
yang mengungkapkan informasi pribadi yang lebih akrab daripada yang kita lakukan akan membuat
kita merasa terancam dan kita akan lebih senang mengakhiri hubungan semacam ini. Bila
sebaliknya kita yang mengungkapkan diri terlalu akrab dibandingkan orang lain, kita akan merasa
bodoh dan tidak aman[21].

 CINTA
Cinta dan balada kasih sudah sejak lama menjadi topik favorit para penyair dan pengarang lagu.
Baru akhir-akhir ini para peneliti mulai menggunakan berbagai piranti psikologis untuk mempelajari
gejala ini secara lebih sistematis.
Salah satu peneliti pertama yang mempelajari cinta romantis adalah Zick Rubin (1970,1973). Dia
mersa tertarik untuk mempelajari hubungan antara cinta dan rasa suka. Salah satu pandangan
mengatakan bahwa cinta adalah bentuk rasa suka yang amat kuat. Sejalan dengan sudut pandang
dimensi tunggal ini, perasaan tertarik yang positif mempunayi rentang sepanjang suatu kontinuum,
mulai dari rasa suka yang lemah sampai yang kuat. Sedangkan pandangan yang berlawanan
dengan yang pertama tadi, yang dianggap lebih unggul oleh Rubin, mengatakan bahwa cinta dan
rasa suka memiliki unsur-unsur yang berbeda dan merupakan dua dimensi yang berlainan.
Pandangan ini nampaknya sesuai dengan pepatah kuno yang mengatakna bahwa dapat saja kita
sangat menyukai seseorang tetapi tidak mersa jatuh cinta padanya, dan sebaliknya, kita dapat
tergila-gila mencintai seseorang yang sebetulnya tidak terlalu disukai.



REFERENSI
Faturrahman, Psikologi Sosial, 2006, PUSTAKA, Yogyakarta

Sears, David O. Jonathan L. Freedman, L. Anne Peplau, Psikologi Sosial, jilid pertama, 1988,
ERLANGGA, Jakarta

[1] Dr. Faturrahman. MA, Psikologi Sosial, 2006, PUSTAKA, Yogyakarta. hlm.58
[2] Ibid, hlm. 59
[3] David O. Sears, Jonathan L. Freedman, L. Anne Peplau, Psikologi Sosial, jilid pertama, 1988,

ERLANGGA, Jakarta, hlm. 222
[4] Dr. Faturrahman. MA, Psikologi Sosial, 2006, PUSTAKA, Yogyakarta. hlm.60-61
[5] Ibid
[6] Ibid.hal.62
[7] Dr. Faturrahman. MA, Psikologi Sosial, 2006, PUSTAKA, Yogyakarta. hlm.63
[8] Sesuatu objek dihadapkan atau dikonfrontasikan kembali pada kita melalui berbagai cara.
[9] Opcit. David O. Sears, Jonathan L. Freedman, L. Anne Peplau. Hlm. 222 - 232
[10] David O. Sears, Jonathan L. Freedman, L. Anne Peplau, Psikologi Sosial, jilid pertama, 1988,

ERLANGGA, Jakarta, hlm.237
[11] Ibid
[12] Ibid
[13] Ibid
[14] Ibid
[15] Ibid
[16]Ibid
[17] Ibid
[18] Ibid
[19] Ibid
[20] Ibid
[21] Ibid