Pelarut dan Kesehatan di Lingkungan Kerj (2)
Pelarut dan Kesehatan di
Lingkungan Kerja
Potensi Bahaya
Klasifikasi
Definisi
PROSEDUR Aman
Efek
SOLVENT
SOLVENT
PENDAHULUAN
Pelarut, terutama organik mempunyai potensi bahaya terhadap
kesehatan, produktivitas, dan efisiensi di lingkungan kerja dan
industri
Jumlah dan macam pelarut sangat banyak efek berbedabeda sesuai konsentrasi, usia, dan individu
efek kombinasi akan lebih besar lagi
Pelarut berbahaya karena:
- toksikologinya
- bahaya kebakaran dan ledakan
Gejala keracunan pelarut sulit dibedakan dari gejala penyakit
biasa, seperti: lelah, rasa tidak nyaman, sakit kepala, dan
depresi.
Pelarut dalam Lingkungan
Kerja
Pelarut: suatu zat yang mengandung
beberapa bahan (material) yang digunakan
untuk melarutkan bahan (material) lainnya.
Contoh:
• rumah sakit: larutan pembersih
• pertanian: pestisida
• pabrik: thinner, pereaksi kimia
• laboratorium: larutan pengering, pelarut,
pengekstraksi
KLASIFIKASI PELARUT
Ada 2 sistem pelarut:
1. Pelarut aqueous: berdasar air; berisikan asam, basa,
deterjen, dll.
2. Pelarut non aqueous: pelarut organik
Contoh: nafta, spiritus, bensin, terpentin, benzene, alkohol, dan
trikloroetilen
Klasifikasi pelarut organik:
- hidrokarbon alifatik, alisiklik, aromatik
- hidrokarnon terhalogenasi
- keton, alkohol, eter
Penilaian thd pelarut diketahui melalui rumus molekul dan
toksisitasnya
Pelarut dapat berupa campuran berbagai zat organik
Aturan: diberi label ttg nama dan komposisi
CLASSIFICATION
SOLVENT
Berbasis
Air (Aqueous)
Berbasis Bukan Air (Non-Aqueous)
Organik
HC Aliphatic
HC Halogenated
Alcohol
HC Cyclic
Ketone
HC Aromatic
Ether
SOLVENT
HC Aliphatic
Major Classes of Common
Organic Solvents
Hexane, Benzine, Mineral spirits
HC Cyclic
Cyclohexane, Turpentine
HC Aromatic
Benzene, Toluene, Xylene
HC Halogenated
Tetrachloromethane (CCl4), 1,1,1, trichloroethane
Alcohol
Methanol, Ethanol, Propanol
Ketone
Methyl ethyl ketone, Acetone
Ether
Ethyl ether, Isopropyl ether, Ethylene glycol monoethyl ether
Efek
1.
2.
3.
4.
Fisiologis: sangat variatif
Bahaya potensial
Kebakaran dan eksplosi
Pencemaran udara
Pengaruh terhadap
kesehatan pekerja
• Larutan encer: pedih dengan waktu
pemaparan yang lama, infeksi kulit bila
kontak langsung.
• Pelarut organik (melalui uapnya): pada
umumnya mudah menguap, menimbulkan
gangguan pada pernafasan, keracunan yang
mempengaruhi sistem syaraf, tergantung
dari derajat penguapan.
SOLVENT
HC Aliphatic
HC Cyclic
HC Aromatic
HC Halogenated
Alcohol
Ketone
Ether
HEALTH EFFECT
Hexane, Benzine, Mineral spirits
Depresi susunan saraf pusat,
dermatitis,
Umumnya inert, paling tidak
reaktif
SOLVENT
HEALTH EFFECT
HC Aliphatic
HC Cyclic
HC Aromatic
HC Halogenated
Alcohol
Ketone
Ether
Cyclohexane, Turpentine
Efek hampir sama dengan
aliphatic, hanya tidak terlalu
inert.
Efek utama adalah dermatitis
Berbagai HC cyclic yang
terinhalasi dapat dimetabolisme
oleh tubuh menjadi zat yang
kurang toksik.
SOLVENT
HEALTH EFFECT
Benzene sangat toksik terhadap
jaringan pembuat sel darah,
Toluena dan xylena yang
tercampur metil-etil-keton dapat
menyebabkan mual dan pusing.
HC Aliphatic
HC Cyclic
HC Aromatic
HC Halogenated
Alcohol
Ketone
Ether
Benzene, Toluene, Xylene
Pada hewan percobaan,
kerusakan dapat terjadi pada
eksposur pertama,
Benzene dapat diabsorpsi lewat
kulit dan inhalasi. Oleh karena
itu, seringkali dilarang dipakai
bila pencucian menyebabkan
terjadinya kontak kulit dan
inhalasi.
HC Aromatic cair menyebabkan
iritasi lokal dan vasodilatasi
(pelebaran saluran darah). Bila
terinhalasi dalam jumlah banyak
akan terjadi kelainan paru-paru
yang parah.
Efek lain: dermatitis & SSP
SOLVENT
HEALTH EFFECT
Efek bergantung pada Halogen
yang terikatnya. Yang paling
toksik: CCl4 dengan efek
terhadap ginjal, hati, SSP, dan
pencernaan. TLV: 10 ppm,
Eksposur kronis CCl4
menyebabkan kerusakan hati
dan ginjal.
HC Aliphatic
HC Cyclic
HC Aromatic
HC Halogenated
Tetrachloromethane (CCl4),
1,1,1, trichloroethane
Alcohol
Ketone
Ether
Trifluorotrikloro-etan di lain
pihak, toksisitasnya rendah
(TLV: 1000 ppm). Karena
sifatnya yang tidak mudah
terbakar dan toksisitas rendah,
maka digunakan secara umum
sebagai substitute material yang
lebih berbahaya.
HC terklorinasi umumnya lebih
toksik daripada HC terfluorinasi.
Taraf toksisitas HC terklorinasi:
menengah. Trikloro-etilen->
SSP, dermatitis, kerusakan hati,
perubahan kepribadian pernah
dideteksi.
SOLVENT
HEALTH EFFECT
HC Aliphatic
Sangat berpengaruh thd SSP dan
hati.
HC Cyclic
Methanol menyebabkan
gangguan ketajaman penglihatan,
dimetabolisme secara lambat,
dan menghasilkan metabolity
yang juga toksik. Oleh karenanya,
methanol >>toksik ethanol
HC Aromatic
HC Halogenated
Alcohol
Ketone
Ether
Methanol, Ethanol, Propanol
Ethanol: cepat diuraikan dan
diubah menjadi CO2, mrp alcohol
yang paling tidak toksik.
Propanol lebih toksik, mudah
termetabolisme menjadi metabolit
yang >> toksik.
Homolog yang lebih tinggi akan
lebih iritatif dan toksik dibanding
dengan homolog yang lebih
rendah.
SOLVENT
HEALTH EFFECT
HC Aliphatic
HC Cyclic
HC Aromatic
Iritatif terhadap mata, hidung,
tenggorokan. Karenanya tidak
diperkenankan dalam
penggunaan konsentrasi tinggi.
HC Halogenated
Metil-etil-ketone bersama dengan
toluena & xylena vertigo & mual
Alcohol
Ketone
Ether
Methyl ethyl ketone, Acetone
Konsentrasi rendah: gangguan
pada kemampuan penilaian
(judgement).
Keton aliphatic yang jenuh:
mudah diekskresikan dan jarang
menimbulkan efek sistemik.
SOLVENT
HEALTH EFFECT
HC Aliphatic
HC Cyclic
HC Aromatic
Bersifat anestetik.
Bahayanya disebabkan adanya
kecenderungan berubah menjadi
peroxide yang explosif.
HC Halogenated
Ether terhalogenasi juga lebih
toksik.
Alcohol
Ketone
Ether
Ethyl ether, Ether glycol,
Ether glycol efeknya terhadap
otak, darah, jantung, mudah
diserap lewat kulit dan
menimbulkan efek saraf termasuk
perubahan kepribadian.
Etilen glikol mono-etil-eter jarang
menimbulkan efek buruk.
POTENSI ‘HAZARD’
SOLVENT
TOKSISITAS
TEKANAN UAP
KEADAAN VENTILASI
KONSENTRASI DI UDARA
LOWER EXPLOSIVE LIMIT
AUTO IGNITION TEMPERATURE
FLASH POINT
Potensi bahaya
Efek racun sendiri tidak cukup memadai
untuk menentukan potensi bahaya, tetapi
dipengaruhi pula oleh tekanan uap dari zat
tersebut.
Digunakan Vapor Hazard Ratio untuk
menentukan potensi bahan dari suatu zat
(Rasio keseimbangan uap pada temp. 25 C
terhadap TLV-Treshold Limit Value-).
Organic liquids
… in order of vapor hazard ?
Substance
Vapor hazard (a) TLV
Gasoline
176
500
Carbon tetrachloride
14,170
10
Turpentine
66
100
Phenol
132
5
Benzene
5,000
25
(a) Ratio (ppm/ppm) of equilibrium vapor concentration at
25oC to the TLV
Organic liquids arranged in
order of vapor hazard
Substance
Vapor hazard (a) TLV
Carbon tetrachloride
14,170
10
Benzene
5,000
25
Gasoline
176
500
Phenol
132
5
Turpentine
66
100
(a): Ratio
(ppm/ppm) of equilibrium vapor concentration at
25oC to the TLV
TOKSISITAS ?
SOLVENT
TLV: 500 ppm vs 350 ppm ?
TEKANAN UAP
VHR: 1080 vs 300 ?
KEADAAN VENTILASI
?
KONSENTRASI DI UDARA
Tinggi vs rendah ?
SOLVENT
LOWER EXPLOSIVE LIMIT ?
LEL / LFL ?
AUTO IGNITION TEMPERATURE
800OF VS 1100OF ?
FLASH POINT
109OF VS 91OF ?
Kebakaran dan
eksplosi
Tidak terjadi bila:
Ventilasi cukup
Digunakan pelarut yang tidak mudah
terbakar (FP > 140 F) dan tidak ada
sumber api
Combustible vapor-air concentrations
NonFlammable Mixtures
A
B
Upper Flammable Limit
(UFL)
Flammable Mixtures
C
Lower Flammable Limit
(LFL)
NonFlammable Mixtures
Flash Point
Temperature
PELARUT MUDAH TERBAKAR
Pelarut dengan FP < 200 F/93 C dibagi:
Kelas I
: 100 F/38 C dan 140 F/60 C tetapi
Lingkungan Kerja
Potensi Bahaya
Klasifikasi
Definisi
PROSEDUR Aman
Efek
SOLVENT
SOLVENT
PENDAHULUAN
Pelarut, terutama organik mempunyai potensi bahaya terhadap
kesehatan, produktivitas, dan efisiensi di lingkungan kerja dan
industri
Jumlah dan macam pelarut sangat banyak efek berbedabeda sesuai konsentrasi, usia, dan individu
efek kombinasi akan lebih besar lagi
Pelarut berbahaya karena:
- toksikologinya
- bahaya kebakaran dan ledakan
Gejala keracunan pelarut sulit dibedakan dari gejala penyakit
biasa, seperti: lelah, rasa tidak nyaman, sakit kepala, dan
depresi.
Pelarut dalam Lingkungan
Kerja
Pelarut: suatu zat yang mengandung
beberapa bahan (material) yang digunakan
untuk melarutkan bahan (material) lainnya.
Contoh:
• rumah sakit: larutan pembersih
• pertanian: pestisida
• pabrik: thinner, pereaksi kimia
• laboratorium: larutan pengering, pelarut,
pengekstraksi
KLASIFIKASI PELARUT
Ada 2 sistem pelarut:
1. Pelarut aqueous: berdasar air; berisikan asam, basa,
deterjen, dll.
2. Pelarut non aqueous: pelarut organik
Contoh: nafta, spiritus, bensin, terpentin, benzene, alkohol, dan
trikloroetilen
Klasifikasi pelarut organik:
- hidrokarbon alifatik, alisiklik, aromatik
- hidrokarnon terhalogenasi
- keton, alkohol, eter
Penilaian thd pelarut diketahui melalui rumus molekul dan
toksisitasnya
Pelarut dapat berupa campuran berbagai zat organik
Aturan: diberi label ttg nama dan komposisi
CLASSIFICATION
SOLVENT
Berbasis
Air (Aqueous)
Berbasis Bukan Air (Non-Aqueous)
Organik
HC Aliphatic
HC Halogenated
Alcohol
HC Cyclic
Ketone
HC Aromatic
Ether
SOLVENT
HC Aliphatic
Major Classes of Common
Organic Solvents
Hexane, Benzine, Mineral spirits
HC Cyclic
Cyclohexane, Turpentine
HC Aromatic
Benzene, Toluene, Xylene
HC Halogenated
Tetrachloromethane (CCl4), 1,1,1, trichloroethane
Alcohol
Methanol, Ethanol, Propanol
Ketone
Methyl ethyl ketone, Acetone
Ether
Ethyl ether, Isopropyl ether, Ethylene glycol monoethyl ether
Efek
1.
2.
3.
4.
Fisiologis: sangat variatif
Bahaya potensial
Kebakaran dan eksplosi
Pencemaran udara
Pengaruh terhadap
kesehatan pekerja
• Larutan encer: pedih dengan waktu
pemaparan yang lama, infeksi kulit bila
kontak langsung.
• Pelarut organik (melalui uapnya): pada
umumnya mudah menguap, menimbulkan
gangguan pada pernafasan, keracunan yang
mempengaruhi sistem syaraf, tergantung
dari derajat penguapan.
SOLVENT
HC Aliphatic
HC Cyclic
HC Aromatic
HC Halogenated
Alcohol
Ketone
Ether
HEALTH EFFECT
Hexane, Benzine, Mineral spirits
Depresi susunan saraf pusat,
dermatitis,
Umumnya inert, paling tidak
reaktif
SOLVENT
HEALTH EFFECT
HC Aliphatic
HC Cyclic
HC Aromatic
HC Halogenated
Alcohol
Ketone
Ether
Cyclohexane, Turpentine
Efek hampir sama dengan
aliphatic, hanya tidak terlalu
inert.
Efek utama adalah dermatitis
Berbagai HC cyclic yang
terinhalasi dapat dimetabolisme
oleh tubuh menjadi zat yang
kurang toksik.
SOLVENT
HEALTH EFFECT
Benzene sangat toksik terhadap
jaringan pembuat sel darah,
Toluena dan xylena yang
tercampur metil-etil-keton dapat
menyebabkan mual dan pusing.
HC Aliphatic
HC Cyclic
HC Aromatic
HC Halogenated
Alcohol
Ketone
Ether
Benzene, Toluene, Xylene
Pada hewan percobaan,
kerusakan dapat terjadi pada
eksposur pertama,
Benzene dapat diabsorpsi lewat
kulit dan inhalasi. Oleh karena
itu, seringkali dilarang dipakai
bila pencucian menyebabkan
terjadinya kontak kulit dan
inhalasi.
HC Aromatic cair menyebabkan
iritasi lokal dan vasodilatasi
(pelebaran saluran darah). Bila
terinhalasi dalam jumlah banyak
akan terjadi kelainan paru-paru
yang parah.
Efek lain: dermatitis & SSP
SOLVENT
HEALTH EFFECT
Efek bergantung pada Halogen
yang terikatnya. Yang paling
toksik: CCl4 dengan efek
terhadap ginjal, hati, SSP, dan
pencernaan. TLV: 10 ppm,
Eksposur kronis CCl4
menyebabkan kerusakan hati
dan ginjal.
HC Aliphatic
HC Cyclic
HC Aromatic
HC Halogenated
Tetrachloromethane (CCl4),
1,1,1, trichloroethane
Alcohol
Ketone
Ether
Trifluorotrikloro-etan di lain
pihak, toksisitasnya rendah
(TLV: 1000 ppm). Karena
sifatnya yang tidak mudah
terbakar dan toksisitas rendah,
maka digunakan secara umum
sebagai substitute material yang
lebih berbahaya.
HC terklorinasi umumnya lebih
toksik daripada HC terfluorinasi.
Taraf toksisitas HC terklorinasi:
menengah. Trikloro-etilen->
SSP, dermatitis, kerusakan hati,
perubahan kepribadian pernah
dideteksi.
SOLVENT
HEALTH EFFECT
HC Aliphatic
Sangat berpengaruh thd SSP dan
hati.
HC Cyclic
Methanol menyebabkan
gangguan ketajaman penglihatan,
dimetabolisme secara lambat,
dan menghasilkan metabolity
yang juga toksik. Oleh karenanya,
methanol >>toksik ethanol
HC Aromatic
HC Halogenated
Alcohol
Ketone
Ether
Methanol, Ethanol, Propanol
Ethanol: cepat diuraikan dan
diubah menjadi CO2, mrp alcohol
yang paling tidak toksik.
Propanol lebih toksik, mudah
termetabolisme menjadi metabolit
yang >> toksik.
Homolog yang lebih tinggi akan
lebih iritatif dan toksik dibanding
dengan homolog yang lebih
rendah.
SOLVENT
HEALTH EFFECT
HC Aliphatic
HC Cyclic
HC Aromatic
Iritatif terhadap mata, hidung,
tenggorokan. Karenanya tidak
diperkenankan dalam
penggunaan konsentrasi tinggi.
HC Halogenated
Metil-etil-ketone bersama dengan
toluena & xylena vertigo & mual
Alcohol
Ketone
Ether
Methyl ethyl ketone, Acetone
Konsentrasi rendah: gangguan
pada kemampuan penilaian
(judgement).
Keton aliphatic yang jenuh:
mudah diekskresikan dan jarang
menimbulkan efek sistemik.
SOLVENT
HEALTH EFFECT
HC Aliphatic
HC Cyclic
HC Aromatic
Bersifat anestetik.
Bahayanya disebabkan adanya
kecenderungan berubah menjadi
peroxide yang explosif.
HC Halogenated
Ether terhalogenasi juga lebih
toksik.
Alcohol
Ketone
Ether
Ethyl ether, Ether glycol,
Ether glycol efeknya terhadap
otak, darah, jantung, mudah
diserap lewat kulit dan
menimbulkan efek saraf termasuk
perubahan kepribadian.
Etilen glikol mono-etil-eter jarang
menimbulkan efek buruk.
POTENSI ‘HAZARD’
SOLVENT
TOKSISITAS
TEKANAN UAP
KEADAAN VENTILASI
KONSENTRASI DI UDARA
LOWER EXPLOSIVE LIMIT
AUTO IGNITION TEMPERATURE
FLASH POINT
Potensi bahaya
Efek racun sendiri tidak cukup memadai
untuk menentukan potensi bahaya, tetapi
dipengaruhi pula oleh tekanan uap dari zat
tersebut.
Digunakan Vapor Hazard Ratio untuk
menentukan potensi bahan dari suatu zat
(Rasio keseimbangan uap pada temp. 25 C
terhadap TLV-Treshold Limit Value-).
Organic liquids
… in order of vapor hazard ?
Substance
Vapor hazard (a) TLV
Gasoline
176
500
Carbon tetrachloride
14,170
10
Turpentine
66
100
Phenol
132
5
Benzene
5,000
25
(a) Ratio (ppm/ppm) of equilibrium vapor concentration at
25oC to the TLV
Organic liquids arranged in
order of vapor hazard
Substance
Vapor hazard (a) TLV
Carbon tetrachloride
14,170
10
Benzene
5,000
25
Gasoline
176
500
Phenol
132
5
Turpentine
66
100
(a): Ratio
(ppm/ppm) of equilibrium vapor concentration at
25oC to the TLV
TOKSISITAS ?
SOLVENT
TLV: 500 ppm vs 350 ppm ?
TEKANAN UAP
VHR: 1080 vs 300 ?
KEADAAN VENTILASI
?
KONSENTRASI DI UDARA
Tinggi vs rendah ?
SOLVENT
LOWER EXPLOSIVE LIMIT ?
LEL / LFL ?
AUTO IGNITION TEMPERATURE
800OF VS 1100OF ?
FLASH POINT
109OF VS 91OF ?
Kebakaran dan
eksplosi
Tidak terjadi bila:
Ventilasi cukup
Digunakan pelarut yang tidak mudah
terbakar (FP > 140 F) dan tidak ada
sumber api
Combustible vapor-air concentrations
NonFlammable Mixtures
A
B
Upper Flammable Limit
(UFL)
Flammable Mixtures
C
Lower Flammable Limit
(LFL)
NonFlammable Mixtures
Flash Point
Temperature
PELARUT MUDAH TERBAKAR
Pelarut dengan FP < 200 F/93 C dibagi:
Kelas I
: 100 F/38 C dan 140 F/60 C tetapi