MODEL STRUKTURAL FAKTOR FAKTOR YANG MEMP

MODEL STRUKTURAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSEP
PELESTARIAN KAWASAN PABRIK GULA KEBON AGUNG DAN KREBET
MALANG
Elriesta Megantara, Antariksa, Kartika Eka Sari
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Jalan Mayjen Haryono 167 Malang 65145 – Telp (0341) 567886
Email :
ABSTRAK
Kabupaten Malang berkembang pesat setelah adanya jalur kereta api dan industri gula. Kawasan pabrik gula
menyimpan bangunan bersejarah yang monumental. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengevaluasi faktorfaktor yang mempengaruhi konsep pelestarian bangunan kuno kawasan Pabrik Gula Kebon Agung dan Krebet
Malang, mengevaluasi implementasi kebijakan pelestarian, dan merumuskan rekomendasi konsep pelestarian.
Metode yang digunakan adalah metode evaluatif dengan menggunakan analisis SEM (Structural Equation
Modelling). Analisis ini digunakan untuk mengetahui model persamaan struktural dari setiap model dan dapat
menentukan pengaruh masing-masing variabel maupun indikator berdasarkan nilai makna kultural. Faktor-faktor
yang mempengaruhi konsep pelestarian berdasarkan penilaian makna kultural, yaitu keaslian, citra kawasan,
peranan sejarah, dan kelangkaan. Rekomendasi bagi konsep pelestarian adalah upaya pemeliharaan bangunan
cagar budaya dengan mempertahankan keaslian bangunan kuno kawasan Pabrik Gula Kebon Agung berjumlah
64 bangunan dan Pabrik Gula Krebet berjumlah 73 bangunan, peningkatan kualitas citra kawasan yang bertujuan
untuk mempertahankan identitas dan image Pabrik Gula Kebon Agung dan Krebet sebagai urban heritage dan
menjaga peran pabrik gula dalam sejarah perkembangan Kabupaten Malang, peningkatan kegiatan pengamanan
bangunan cagar budaya dengan adanya signage atau penandaan berupa papan informasi terkait pelarangan

kerusakan bangunan, pembuatan panduan teknis bangunan cagar budaya yang memuat peraturan terkait kegiatan
pelestarian dan pembuatan program pelestarian.
Kata Kunci : Pelestarian, bangunan kuno, implementasi kebijakan, kawasan pabrik gula.
ABSTRACT
Malang regency grew rapidly due the development of railway and sugar factory. The area of sugar factory has
monumental and heritage buildings. The objectives of the study are evaluating the factors which influence the
preservation concept on heritage buildings around Kebon Agung and Krebet Sugar Factory Malang, evaluating
the implementation of the preservation policy on historical building, and formulating the recommendation for
policy preservation. The methodology is using evaluative method by SEM (Structural Equation Modeling). The
analysis is intended to find out the structural equation model from every other model and to define the influence
of each variable or indicator based on cultural values. The influential factors of the preservation policy are
based on cultural meaning assessment; authenticity, the image of the area, the role of history, and scarcity. The
recommendation for the preservation concept are maintaining the heritage buildings with originality buildings
in Kebon Agung Sugar Factory are 73 buildings and 64 buildings in Krebet Sugar Factory, improving the
quality of the regions image as an urban heritage in Ma lang, increase security activities with add some signage
or markings related information boards of damage to buildings, makes a technical guidelines heritage buildings
which contain the rules of preservation building and preservation program.
Keywords : Preservation, heritage buildings, implementation policies, sugar factory

PENDAHULUAN

Kabupaten Malang terletak pada wilayah
dataran tinggi, dengan koordinat 112° 17’ 10,9” 112° 57’0,0” BT dan 70° 44” 55,11” - 8° 26’
35,45” LS. Berdasarkan kondisi geografisnya,
Kabupaten Malang memiliki potensi untuk
pengembangan perkebunan dan pertanian
Perkembangan daerah di Kabupaten Malang
mulai tumbuh setelah hadirnya pemerintahan
kolonial Belanda. Keberadaan kolonial Belanda

membawa pengaruh besar pada perkembangan
kota khususnya bagi industri pabrik gula.
Terdapat 2 industri gula yang hingga pada saat
ini masih beroperasi yaitu PG Kebon Agung di
Kecamatan Pakisaji dan PG Krebet di Kecamatan
Bululawang. Kawasan pabrik gula menyimpan
bangunan-bangunan
bersejarah
yang
monumental. Bangunan-bangunan bersejarah
tersebut memiliki nilai arsitektur atau gaya

bangunan pada masanya, yakni bangunanbangunan kolonial (indis) berasal dari abad ke-19

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 7, Nomor 1, Juli 2015

33

MODEL STRUKTURAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSEP PELESTARIAN KAWASAN PABRIK GULA KEBON
AGUNG DAN KREBET MALANG

dan awal abad ke-20. Oleh sebab itu nilai penting
bangunan di kawasan pabrik gula adalalah
terletak pada nilai arsitektural dan historisnya
(Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia, 2012).
Namun
dengan
seiring
adanya
perkembangan jaman modern, pembangunan
dapat mengorbankan lingkungan alam maupun
warisan budaya dalam suatu wilayah tersebut.

Warisan budaya tersebut dapat berupa bangunan
maupun peninggalan kuno lainnya salah satunya
adalah pabrik gula dan pertambahan penduduk
serta peningkatan kebutuhan hidup untuk
kegiatan pembangunan telah merubah struktur
kepemilikan
dan
penggunaan
bangunan
bersejarah secara terus menerus. Perkembangan
teknologi yang cukup pesat telah merubah
struktur kepemilikan dan penggunaan bangunan
(Harwin, 2012).
Terkait dengan perlindungan benda cagar
budaya,
keberadaan
bangunan-bangunan
bersejarah pada kedua kawasan pabrik gula
tersebut baik PG. Kebon Agung maupun PG.
Krebet belum memiliki perlindungan kekuatan

hukum khususnya dalam pelestarian bangunan
cagar budaya. Lemahnya perlindungan hukum
dapat dilihat berdasarkan banyaknya bangunan
kuno di kawasan PG.
Kebon Agung maupun Krebet mengalami
perubahan
fungsi
bangunan,
kerusakan
bangunan, dan kurang terawatnya bangunan
kuno. Perlindungan hukum merupakan hal yang
penting dalam upaya melindungi dan menjaga
bangunan cagar budaya dari perubahan struktur
dan kerusakan. (Wijaya, 2014).Tujuan dari studi
ini adalah untuk mengevaluasi faktor-faktor yang
mempengaruhi konsep pelestarian bangunan
kuno kawasan Pabrik Gula Kebon Agung dan
Krebet Malang, mengevaluasi implementasi
kebijakan
pelestarian,

dan
merumuskan
rekomendasi konsep pelestarian.
METODE PENELITIAN
Jenis
analisis
yang
digunakan
adalah
menggunakan analisis evaluatif. Analisis
evaluatif digunakan untuk mengevaluasi faktorfaktor yang mempengaruhi konsep pelestarian
dengan menggunakan analisis SEM (Structural
Equation Modelling) dan implementasi kebijakan
pelestarian. Dalam analisis SEM (Structural
Equation Modelling) dapat diketahui model

34

persamaan struktural dari setiap model dan dapat
menentukan prioritas masing-masing variabel

maupun indikator berdasarkan nilai makna
kultural.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sejarah Perkembangan Pabrik Gula Kebon
Agung
Pabrik Gula Kebon Agung didirikan oleh
seorang pengusaha yang berasal dari Tionghwa,
yaitu Tan Tjwan Bie, pada tahun 1905. Lokasi
Pabrik Gula berada di Desa Kebon Agung,
Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang atau
tepatnya kira-kira 5 km selatan Kota Malang.
Pabrik Gula Kebon Agung pada awalnya dikelola
secara perorangan, namun kemudian pada tahun
1917, pengelolaan Pabrik Gula diserahkan
kepada Biro Management Naamloze Vennootschap (NV).
Pada saat ini PT Kebon Agung dapat
dikatakan mewakili sejarah panjang industri gula
tebu di Jawa. Perusahaan Pabrik Gula Kebon
Agung merupakan bagian dari industri gula
Indonesia, yang berkontribusi kepada supply gula

nasional dan perekonomian wilayah. (Gambar 1)

Gambar 1. Pabrik Gula Kebon Agung Tahun
1905
Sumber : http://www.ptkebonagung.com/
Bangunan kuno di kawasan Pabrik Gula
Kebon Agung, Malang berjumlah 98 bangunan
yang merupakan bangunan kolonial peninggalan
jaman Belanda. (Gambar 2)

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 7, Nomor 1, Juli 2015

Elriesta Megantara, Antariksa, Kartika Eka Sari

Fungsi Bangunan
15.11%
8.03%

16.40%


Bangunan Pabrik

Gudang

Rumah Tinggal
Karyawan

60.46%

Lain-lain

Gambar 3. Fungsi Bangunan Kawasan Pabrik
Gula Kebon Agung.

Gambar 2. Persebaran Bangunan Kuno Kawasan
Pabrik Gula Kebon Agung
Karakteristik Bangunan
Pabrik Gula Kebon Agung

Kuno


Kawasan

Usia bangunan kuno yang ada di Kawasan
Pabrik Gula secara keseluruhan adalah berusia
109 tahun berjumlah 98 bangunan. Fungsi
bangunan kuno pada kawasan Pabrik Gula Kebon
Agung berjumlah 98 bangunan yang didominasi
oleh bangunan pabrik sebesar 44 bangunan
(44.89%), rumah tempat tinggal karyawan
berjumlah 42 bangunan (42.85%), gudang
berjumlah 7 bangunan (7.14%), dan bangunan
lainnya seperti koperasi, sekolah, dan pos satpam
dengan prosentase sebesar (5.12%). (Gambar3)

Jumlah keseluruhan bangunan yang
terdapat di kawasan Pabrik Gula Kebonagung
adalah 98 bangunan dan mayoritas bangunan
tidak mengalami perubahan pada elemen
bangunan berjumlah 64 bangunan (65.31%).

Bangunan yang mengalami perubahan kecil
berjumlah 26 bangunan (26.53%). Perubahan
bangunan tersebut meliputi perubahan bentuk dan
struktur bangunan.seperti atap, dinding, jendela,
dan lantai bangunan. bangunan yang tidak
terawat dengaan baik. Beberapa bangunan kuno
yang mengalami kerusakan terdapat pada rumah
tempat tinggal staff atau mess, gudang, dan toilet.
Bangunan yang mengalami perubahan besar
adalah berjumlah 8 bangunan (8.16%). Beberapa
bangunan yang mengalami perubahan besar
meliputi rumah tinggal karyawan pabrik gula.
Hal tersebut dikarenakan perubahan fungsi
bangunan rumah tinggal karyawan menjadi
bangunan modern serta menghilangkan estetika
bangunan kolonial. (Gambar 5)

Sumber : http://www.panoramio.com/

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 7, Nomor 1, Juli 2015

(a)

35

MODEL STRUKTURAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSEP PELESTARIAN KAWASAN PABRIK GULA KEBON
AGUNG DAN KREBET MALANG

Sejarah Perkembangan Pabrik Gula Krebet

(b)
Gambar 4. Bangunan Kuno Kawasan Pabrik
Gula Kebon Agung
(a) Rumah Tinggal Karyawan
(b) Perkantoran Pabrik Gula
Status kepemilikan yang ada di kawasan
pabrik gula untuk bangunan kuno memiliki nilai
sebesar 100% dengan status hak milik dari
perusahaan Pabrik Gula Kebon Agung.
Bangunan kuno yang ada di kawasan pabrik gula
menggunakan gaya bangunan, NA 1900,
Romantiek, Niuwe Bouwen, dan Kontemporer
(Gambar 5)

Lokasi Pabrik Gula Krebet di Km. 1 Desa
Krebet, Kecamatan Bululawang, Kabupaten
Malang, Jawa Timur. Jarak dari Kota Malang
sejauh 13 km kearah selatan. Pabrik Gula Krebet
didirikan sebelum perang dunia I pada tahun
1906 oleh pemerintahan Hindia Belanda,
kemudian diambil alih oleh Oei Tiong Ham
Concern.
Seiring dengan perkembangan waktu, pada
tahun 1961 pemerintah mengambil alih kembali
semua perusahaan milik Oei Tiong Ham Concern
sedangkan kegiatan perusahaan tetap berjalan
dibawah pengawasan Menteri/Jaksa Republik
Indonesia dan pada tahun 1963. Setelah itu pada
tahun 1964 oleh Departemen Keuangan Republik
Indonesia
dibentuk
PT.Perusahaan
Perkembangan Ekonomi Nasional (PPEN)
Rajawali Nusantara Indonesia yang disingkat
PT.Rajawali
Nusantara
Indonesia
yang
merupakan badan usaha milik negara untuk
melanjutkan aktivitas usaha sebelumnya dan
berkembang tahun 1968 menunjukkan tingkat
produktivitas giling yang meningkat.
Tahun 1974 dengan adanya fasilitas
pemerintah dalam rangka penanaman modal
dalam negeri maka peningkatan produktivitas
semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh
adanya perbaikan dan penggantian mesin yang
sudah tua. Namun atas permintaan Gubernur agar
pabrik gula lama tetap dioperasikan sehingga
menaikkan tingkat kapasitas produksi gula yang
berlangsung hingga masa sekarang. (Gambar 6)

Sumber : http:// www.idwikipedia.org/
Gambar 5. Gaya Bangunan Kawasan Pabrik
Gula Kebon Agung

36

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 7, Nomor 1, Juli 2015

Elriesta Megantara, Antariksa, Kartika Eka Sari

Sumber : http://indoplaces.com/
Gambar 6. Pabrik Gula Krebet Tahun 1906
Jumlah bangunan kuno di kawasan Pabrik Gula
Krebet yang terletak di Kecamatan Bululawang
Desa Krebet, Malang berjumlah 86 bangunan
Bangunan kuno yang berada di kawasan Pabrik
Gula merupakan bangunan kolonial peninggalan
jaman Belanda yang hingga saat ini perlu untuk
dilestarikan. (Gambar 7)

Mayoritas bangunan dalam kondisi tidak
mengalami perubahan yaitu berjumlah 73
bangunan. Bangunan yang tidak mengalami
perubahan sebagian besar adalah bangunan
tempat tinggal karyawan dan perkantoran Pabrik
Gula Krebet. Bangunan yang mengalami
perubahan kecil adalah berjumlah 7 bangunan.
Bangunan mengalami perubahan kecil pada
kerusakan struktur bangunan seperti atap,
dinding, jendela dan lantai bangunan. Beberapa
bangunan kuno yang mengalami perubahan
berupa masjid, rumah tinggal karyawan dan
gudang. Bangunan yang mengalami perubahan
besar berjumlah 13 bangunan yaitu berupa
gedung balai pertemuan, perkantoran, dan pos
satpam. Bangunan mengalami perubahan besar
dikarenakan perubahan fungsi bangunan gedung
perkantoran seperti balai pertemuan karyawan
menjadi bangunan modern serta menhilangkan
estetika bangunan kolonial (Gambar 8)

Fungsi Bangunan
15.11%
8.03%

16.40%

Bangunan Pabrik

Gudang

60.46%

Rumah Tinggal
Karyawan

Lain-lain

Gambar 8. Fungsi Bangunan Kawasan Pabrik
Gula Krebet

Gambar 7. Persebaran Bangunan Kuno Kawasan
Pabrik Gula Krebet

Krebet

Pabrik Gula Krebet memiliki gaya
bangunan Indische Empire-Stijl. Pabrik Gula
Krebet didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda
pada tahun 1906. Bangunan rumah tinggal
karyawan secara dominan dipengaruhi beberapa
Niuwe Bouwen, yang kaya dengan elemen
dekoratif pada bagian wajah bangunannya dan
beberapa bangunan bergaya NA 1900, dan
kontemporer. (Gambar 9)

Bangunan kuno di kawasan Pabrik Gula
memiliki kondisi yang bervariasi.

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 7, Nomor 1, Juli 2015

37

MODEL STRUKTURAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSEP PELESTARIAN KAWASAN PABRIK GULA KEBON AGUNG DAN
KREBET MALANG

Gambar 9. Gaya Bangunan Kawasan Pabrik Gula
Krebet
Pelaksanaan Implementasi Kebijakan Pelestarian
Implementasi kebijakan didasarkan dengan
membandingkan kebijakan terkait pelestarian
bangunan cagar budaya dengan kondisi eksisting di
lapangan. Kebijakan yang digunakan terkait
pelestarian bangunan cagar budaya di kawasan
Pabrik Gula Kebon Agung dan Krebet adalah
Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2011. Berdasarkan
hasil
implementasi
kebijakan
pelestarian
menunjukkan
adanya
kesesuaian
dan
ketidaksesuaiaan antara kondisi eksisting dengan
kebijakan
yang
berlaku.
Kesesuaian
hasil
implementasi kebijakan meliputi kriteria bangunan
cagar budaya, penetapan kawasan bangunan cagar
budaya, kewenangan dalam pelestarian bangunan
cagar budaya, dan pengelolaan bangunan cagar
budaya.
Namun
juga
terdapat
beberapa
ketidaksesuaian antara kondisi eksisting dengan
kebijakan yang berlaku.
Dalam Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2011
menyatakan bahwa bentuk kegiatan pelestarian
seperti kegiatan pemeliharaan bangunan cagar
budaya dilakukan sebagai upaya dalam menjaga dan
merawat agar kondisi fisik bangunan cagar budaya
tetap dilestarikan. Berdasarkan kondisi eksistingnya,
beberapa bangunan di kawasan pabrik gula
mengalami perubahan fungsi dan struktur bangunan
sehingga menyebabkan hilangnya keaslian bangunan
cagar budaya. Beberapa bangunan kuno di kawasan
Pabrik Gula Kebon Agung mengalami perubahan

38

kecil dan besar. Bangunan yang mengalami
perubahan kecil berjumlah 26 bangunan (26.53%).
Perubahan bangunan tersebut meliputi perubahan
bentuk dan struktur bangunan.seperti atap, dinding,
jendela, dan lantai bangunan. bangunan yang tidak
terawat dengaan baik. Beberapa bangunan kuno yang
mengalami kerusakan terdapat pada rumah tempat
tinggal staff atau mess, gudang, dan toilet. Bangunan
yang mengalami perubahan besar berjumlah 8
bangunan (8.16%). Beberapa bangunan yang
mengalami perubahan besar meliputi rumah tinggal
karyawan pabrik gula. Hal tersebut dikarenakan
perubahan fungsi bangunan rumah tinggal karyawan
menjadi bangunan modern atau kontemporer .
Pada kawasan Pabrik Gula Krebet, bangunan
yang mengalami perubahan kecil berjumlah 7
bangunan. Bangunan mengalami perubahan kecil
pada kerusakan struktur bangunan seperti atap,
dinding, jendela dan lantai bangunan. Beberapa
bangunan kuno yang mengalami perubahan berupa
masjid, rumah tinggal karyawan dan gudang.
Bangunan yang mengalami perubahan besar
berjumlah 13 bangunan yaitu berupa gedung balai
pertemuan, perkantoran, dan pos satpam. Bangunan
mengalami perubahan besar dikarenakan perubahan
fungsi bangunan gedung perkantoran seperti balai
pertemuan karyawan menjadi bangunan modern serta
menhilangkan estetika bangunan kolonial.
Selain itu, pelestarian cagar budaya harus
didukung dengan kegiatan inventarisasi bangunan
cagar budaya dengan melakukan kegiatan pendataan
maupun pencatatan dan pendokumentasian sebelum
dilakukan kegiatan yang dapat menyebabkan
terjadinya perubahan keaslian bangunan cagar
budaya. Dalam Perda No.3 Tahun 2011 menyatakan
bahwa pelestarian cagar budaya harus didukung oleh
kegiatan pendokumentasian sebelum dilakukan
kegiatan yang dapat menyebabkan terjadinya
perubahan keaslian bangunan cagar kegiatan
pendokumentasian sebelum dilakukan budaya.
Namun berdasarkan kondisi eksistingnya di kawasan
pabrik gula, tidak dilakukan perubahan terhadap
bangunan cagar budaya sehingga beberapa bangunan
mengalami perubahan keaslian bangunan kolonial
Belanda.
Analisis SEM (Sructural Equation Modelling)
Analisis Structural Equational Modelling
menggabungkan antara pendekatan analisis faktor
(factor analysis), model struktural (structural model)
dan analisis jalur (path analysis). Di dalam analisis
SEM dapat dilakukan tiga macam kegiatan, yaitu
pengecekan validitas dan reliabilitas instrument
(berkaitan dengan analisis factor konfirmatory),
pengujian model hubungan antar variabel (berkaitan
dengan analisis jalur) dan kegiatan untuk
mendapatkan suatu model yang cocok untuk prediksi

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 7, Nomor 1, Juli 2015

Elriesta Megantara, Antariksa, Kartika Eka Sari

yang (berkaitan dengan analisis regresi atau analisis
model struktura. (Latan, 2012). Pada penelitian ini
menggunakan software, yaitu Lisrel 8.8 student
version yang membatasi maksimal 15 variabel maka
analisis SEM dibagi menjadi 4 tipe model.
Pembagian tersebut didasarkan pada pembagian
pelestarian fisik maupun non fisik dengan
menggunakan variabel makna kultural pada upaya
pelestarian bangunan bersejarah. Pelestarian fisik
berupa estetika, keaslian, kelangkaan, kejamakan,
citra kawasan dan keterluarbiasaan. Non fisik terdiri
dari sosial budaya dan peranan sejarah. Dasar
pembagian variabel ke dalam 4 tipe model dapat
dilihat pada (Gambar 10)

N
o

3.

4.

Tipe

Endogen

Konsep
Pelestarian
η

Konsep
Pelestarian
η

Pemugaran
(Y4)
Pengembang
an (Y5)
Pemanfaatan
(Y6)
Perlindungan
(Y1)
Pengamanan(
Y2)
Pemeliharaan
(Y3)
Pemugaran(
Y4)
Pengembang
an(Y5)
Pemanfaatan
(Y6)
Perlindungan
(Y1)

Eksogen Indikator
Kesatuan (X11)
Keterluar
biasaan
(ξ4)
Kelangka
an (ξ6)

Kejamaka
n (ξ8)
Peranan
Sejarah
(ξ5)

Pengamanan
(Y2)
Pemeliharaan
(Y3)
Pemugaran
(Y4)
Pengembang
an (Y5)

Sosial
Budaya
(ξ7)

Keistimewaan
Bentuk (X12)
Makna
Simbolis (X13)
Gaya (X18)
Usia bangunan
(X19)
Jumlah ruang
(X20)
Keunikan
(X21)
Kelas(X25)
Jenis Khusus
(X26)
Sejarah
perkembangan
arsitektur
(X14)
Peristiwa
Sejarah (X15)
Nilai
Perjuangan
(X16)
Identitas
budaya (X17)
Sosial Budaya
(X22)

Pemanfaatan
Legenda (X23)
(Y6)
Ekonomi (X24)
Sumber : Utomo (2005), Nurmala (2003), Pontoh (1992)

Berikut merupakan hasil analisis SEM (Structural
Equation Modelling) ke dalam 4 tipe model:

1.

Model SEM tipe 1

Gambar 10. Dasar pembagian 4 tipe model SEM
Berikut merupakan pembagian variabel dan indikator
dalam 4 model SEM. Tabel
Tabel 1. Pembagian Variabel dalam 4 Model
N
o

Tipe

Endogen

Eksogen Indikator

1.

Konsep
Pelestarian
η

Perlindungan
(Y1)
Pengamanan
(Y2)
Pemeliharaan
(Y3)
Pemugaran
(Y4)
Pengembang
an (Y5)
Pemanfaatan
(Y6)

Estetika
(ξ1)

Perlindungan
(Y1)

Citra
Kawasan
(ξ3)

2.

Konsep
Pelestarian
η

Pengamanan
(Y2)
Pemeliharaan
(Y3)

Keaslian
(ξ2)

Gaya arsitektur
bangunan (X1)
Ornamen (X2)
Struktur (X3)
Tata
ruang
(X4)
Bahan/material
bangunan (X5)
Bentuk
fisik
bangunan (X6)
Fasade
bangunan (X7)
Bentuk
fisik
bangunan (X6)
Fasade
bangunan (X7)
Fungsi
kawasan/bangu
nan (X8)
Makna
kawasan/bangu
nan (X9)
Pengulangan
ciri bangunan
(X10)

Gambar 11. Model SEM Tipe 1
Berdasarkan hasil estimasi terhadap model
secara keseluruhan maka dapat diketahui bahwa
variabel estetika memiliki hubungan yang tidak
signifikan terhadap konsep pelestarian karena nilai tvalues sebesar -1.29, sedangkan variabel keaslian
memiliki hubungan yang signifikan terhadap konsep
pelestarian karena memiliki t-values > 1.96 dengan
sub variabel X6 (bentuk fisik bangunan) dan X7
(fasade
bangunan). Model
SEM
tipe
1
mengindikasikan bahwa faktor yang mempengaruhi

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 7, Nomor 1, Juli 2015

39

MODEL STRUKTURAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSEP PELESTARIAN KAWASAN PABRIK GULA KEBON AGUNG DAN
KREBET MALANG

konsep pelestarian, yaitu variabel keaslian dengan
sub variabel bentuk fisik bangunan dan fasade
bangunan. Hal ini dikarenakan nilai t-values variabel
keaslian > 1.96 yaitu 2.37.

2.

Model SEM Tipe 2

>1.96, yaitu sebesar 2.07, sedangkan variabel
kejamakan tidak memiliki hubungan yang signifikan
terhadap konsep pelestarian . Model SEM tipe 3
mengindikasikan variabel kelangkaan dengan sub
variabel X18 (usia bangunan), X19 (ciri khas), X20
(keunikan),
dan
X21
(jumlah
bangunan)
mempengaruhi konsep pelestarian.

4.

Model SEM Tipe 4

Gambar 12. Model SEM Tipe 2
Hasil pengukuran atau estimasi terhadap model
secara keseluruhan menunjukkan bahwa variabel
citra kawasan memiliki hubungan yang signifikan
terhadap konsep pelestarian karena nilai t-values
>1.96, yaitu sebesar 2.17, sedangkan variabel
keterluarbiasaan tidak memiliki hubungan yang
signifikan karena nilai t-values sebesar yaitu -2.27.
Model SEM tipe 2 mengindikasikan bahwa variabel
citra kawasan dengan sub variabel fungsi kawasan
(X8), makna kawasan (X9), pengulangan ciri
bangunan (X10), dan kesatuan (X11) mempengaruhi
konsep pelestarian.

3.

Model SEM Tipe 3

Gambar 14. Model SEM Tipe 4
Berdasarkan hasil estimasi model SEM tipe 4
dapat diketahui bahwa variabel peranan sejarah
memiliki hubungan yang signifikan terhadap konsep
pelestarian karena nilai t-values >1.96 yaitu, sebesar
2.50, sedangkan variabel sosial budaya tidak
berpengaruh terhadap konsep pelestarian karena nilai
t-values yaitu -0.54. Model SEM tipe 4
mengindikasikan bahwa faktor yang berpengaruh
terhadap konsep pelestarian yaitu variabel peranan
sejarah dengan sub variabel X14 (sejarah
perkembangan arsitektur), X15 (peristiwa sejarah),
X16 (nilai perjuangan), dan X17 (identitas budaya).
Rekomendasi Terhadap Konsep Pelestarian

Gambar 13. Model SEM Tipe 3
Model SEM tipe 3 menunjukkan bahwa
berdasarkan hasil estimasi terhadap model secara
keseluruhan maka dapat diketahui bahwa variabel
kelangkaan memiliki hubungan yang signifikan
terhadap konsep pelestarian karena nilai t-values

40

Berdasarkan hasil implementasi kebijakan dan
analisis Structural Equational modelling maka
rekomendasi yang dapat diberikan terhadap konsep
pelestarian di kawasan Pabrik Gula Kebon Agung
dan Krebet Malang yaitu
1. Melakukan upaya kegiatan pemeliharaan terhadap
bangunan cagar budaya dengan mempertahankan
keaslian bangunan kuno yang menunjukkan
karakter arsitektur kolonial Belanda dan
melakukan kegiatan perawatan secara berkala
terhadap bangunan kuno. Bangunan yang
dipertahankan di kawasan Pabrik Gula Kebon
Agung adalah berjumlah 64 bangunan dan Pabrik
Gula Krebet berjumlah 73 bangunan. Keaslian
bangunan kuno yang dipertahankan.

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 7, Nomor 1, Juli 2015

Elriesta Megantara, Antariksa, Kartika Eka Sari

Gambar 15. Keaslian Bangunan Kawasan
Pabrik Gula Kebon Agung

2. Peningkatan kualitas citra kawasan yang
bertujuan untuk mempertahankan identitas
dan image Pabrik Gula Kebon Agung dan
Krebet sebagai urban heritage dan menjaga
peran
pabrik
gula
dalam
sejarah
perkembangan Kabupaten Malang. Pada
tahap awal dilakukan kegiatan inventarisasi
dan evaluasi nilai makna kultural. Kegiatan
inventarisasi bangunan cagar budaya berupa
kegiatan pendataan
atau pencatatan
kerusakan bangunan dan dokumentasi
sebelum dilakukannya kegiatan perubahan
bangunan. Hasil dari kegiatan iventarisasi
bangunan dapat dilanjutkan dalam bentuk
kegiatan pelestarian fisik bangunan kuno
seperti preservasi, rekonstruksi, restorasi,
adaptasi, dan revitaslisasi.
3. Peningkatan kegiatan pengamanan bangunan
cagar budaya karena bangunan cagar budaya
di kawasan pabrik gula merupakan bangunan
langka peninggalan jaman kolonial Belanda
yang harus dilestarikan. Upaya pengamanan
dilakukan untuk menjaga dan mencegah cagar
budaya dari ancaman dan gangguan
kerusakan bangunan. Kegiatan pengamanan
bangunan cagar budaya dapat dilakukan
dengan adanya signage atau penandaan yang
berupa papan informasi terkait pelarangan
kerusakan bangunan. Signage atau penandaan
pada diletakkan pada titik atau lokasi tertentu
pada bangunan kuno kawasan pabrik gula dan
adanya papan nama bangunan.
4. Peningkatan kegiatan pemeliharaan khusus
bangunan cagar budaya dengan pembuatan
Panduan Teknis Bangunan Cagar Budaya
yang memuat peraturan-peraturan terkait
kegiatan pelestarian bangunan dan pembuatan
program pelestarian oleh Pabrik Gula Kebon
Agung dan Krebet.
SIMPULAN

Gambar 16. Keaslian Bangunan Kawasan
Pabrik Gula Krebet

Hasil analisis Visual Absorption Capability
(VAC) menunjukkan bahwa sebanyak empat zona
yang dapat diterapkan di kawasan bangunan kuno di
Kota Pasuruan yaitu zona inti, zona pengembangan
heritage, zona pemanfaatan heritage dan zona sarana
– prasarana heritage.
Selain itu untuk jenis pelestarian bangunan
yang dapat diterapkan untuk pelestarian bangunan
kuno yaitu jenis preservasi sebanyak 5 bangunan,
restorasi sebanyak 12 bangunan, rehabilitasi
sebanyak 2 bangunan atau rekonstruksi sebanyak 3
bangunan, revitalisasi sebanyak 12 bangunan atau

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 7, Nomor 1, Juli 2015

41

MODEL STRUKTURAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSEP PELESTARIAN KAWASAN PABRIK GULA KEBON AGUNG DAN
KREBET MALANG

adaptasi sebanyak 2 bangunan dan demolisi sebanyak
2 bangunan. Berdasarkan pada hasil tersebut maka
diperlukan penelitian lanjutan yang membahas
tentang citra kawasan bangunan kuno, persepsi
stakeholder
dan pola pergerakan kawasan.
Masyarakat diharapkan tidak melakukan pemasangan
reklame tanpa memperhatikan estetika bangunan.
Selain itu perlunya mengacu pada peraturan
daerah yang sudah dibuat untuk dijadikan acuan
pelestarian bangunan kuno.
DAFTAR PUSTAKA
Antariksa.
Metode
Pelestarian
Arsitektur .
https://www.academia.edu/7761446/METOD

42

E_PELESTARIAN_ARSITEKTUR (diakses
2 Mei 2015)
Heryanto, B. 2011. Roh dan Citra Kota . Surabaya:
Brilian Internasional
Karolina V.W., Antariksa, dan Ismu Rini D.A. 2007.
Pelestarian Kawasan Pusat Kota Pasuruan .
Journal Ilmiah Arsitektur UPH, Vol. 4 No. 1,
2007: 48-69
Marno,
2013.
Metode
Analisis
VAC.
http://marno.lecture.ub.ac.id/2013/11/metode
-analisis-vac-ekowisata/ (diakses 25 April
2015)
Shirvani, H. 1985. The Urban Design Process. New
York: Van Nostrand Reinhold Co.

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 7, Nomor 1, Juli 2015