Khotbah Membangun Komunitas Yang Erat Da

Judul

: Membangun Komunitas Yang Erat Dalam Gereja

Teks

: 1 Korintus 12:12-20

Tujuan

: Menantang dan membawah setiap jemaat Tuhan untuk mengerti esensi dari

kesatuan yang erat antar komunitas orang percaya dalam bergereja, supaya perpecahan tidak
akan terjadi, dan tidak ada yang membeda-bedakan orang, tetapi saling menghargai dan
menopang. Semua untuk satu tujuan yaitu memuliakan nama Tuhan lewat komunitas yang
erat dalam gereja.
Audience

: Ibadah Umum

Pendahuluan : Saudara jelas ketika berbicara mengenai komunitas yang erat berarti ada

unsur hidup dalam kesatuan, hidup rukun, dan itu berarti tidak ada perpecahan. Semestinya
itu menjadi pegangan dan panggilan kepada setiap umat Tuhan yang telah dipersatukan
dalam gereja. Tetapi berbeda dengan jemaat Korintus kalau kita cermati dalam pasal 1.
Terjadi perpecahan dalam jemaat local, padahal jemaat Korintus yang memiliki karunia
rohani yang lebih, telah dibaptis, dan sudah menjadi orang percaya. kenapa bisa mengalami
masalah ini, karena mereka tidak mau membangun satu komunitas yang erat, mereka
mengkotak-kotakkan dengan menyukai pemimimpin yang sesuai dengan selera mereka, dan
tidak tunduk pada perintah sang Kepala Gereja yaitu Kristus. makanya Paulus mengirimkan
surat ini dengan tegas, jelas di 1 Korintus 1:10 bagian akhir dikatakan oleh Paulus yaitu
“jangan ada perpecahan di antara kamu (jemaat Korintus), tetapi sebaliknya supaya kamu erat
bersatu dan sehati sepikir”. Mau menasehati dan menegur jemaat (gereja) Korintus untuk
kembali bersatu dengan erat dalam komunitas yang telah dikuduskan oleh Tuhan.
Bagaimanakah dengan jemaat disini? Kita harus waspada, karena iblis tidak mau kita
bersatu, iblis ingin gereja terpecah. Makanya teks hari ini 1.Kor 12:12-20, merupakan
pengingat dan sekaligus teguran bukan hanya kepada jemaat Korintus yang sudah terpecah,
agar kembali lagi bersatu. Tetapi juga kepada jemaat Tuhan disini agar terus memperat
komunitas orang percaya dalam gereja, supaya tidak mengulang kejadian seperti jemaat
Korintus.
Peralihan


: Maka daripada itu mari kita akan sama-sama belajar bagaimana cara/kiat-kiat

untuk terus membangun satu komunitas yang erat dalam gereja lewat teks 1 Kor.12:12-20.
Isi

: Poin-poin saya pada hari disingkat dengan TTS, tetapi bukan teka-teki silang

suadara, ada kepanjangan yang lain. Saya membuat seperti itu supaya kita bisa lebih
mengingatnya, dan ingatan itu membuat kita melakukan firman tersebut.

1. Penjelasan

: T yang pertama adalah: “tidak membeda-bedakan” ayat 12-14.

Saudara Firman Tuhan yang telah kita baca, khususnya di ayat 12 mau menyatakan
bahwa kita semua itu dianalogikan seperti organ manusia, kita memiliki satu tubuh tetapi
memiliki organ dan banyak sekali elemen-elemen didalamnya, itu juga yang Paulus mau
gambarkan bahwa kita satu dalam tubuh Kristus, meskipun dalam gereja terdiri dari berbagai
anggota jemaat. Mau menyatakan kesamaan dalam Kristus, tidak ada perbedaan. Ada
kesatuan di dalam Kristus, meskipun dalam komposisi jemaat terdiri dari berbagai latar

belakang budaya dan suku. Tetapi telah disatukan dalam tubuh Kristus, itulah gereja
perkumpulan umat percaya yang dipanggil keluar oleh Kristus untuk satu tujuan.
Dunia pun mengajarkan demikian, ada yang tahu dengan slogan orang Indonesia yaitu
“bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh” berarti betapa indah kesatuan itu, sehingga dunia
sekuler pun mengadopsinya. Tetapi sebelum orang Indonesia membuat formula itu, tujuan
kesatuan telah dirumuskan terlebih dahulu oleh Yesus. Tujuan agar jemaat tidak terpecah itu
sebenarnya menjadi sebuah keharusan dan bersifat rohani, karena Yesus pun mengajarkan
demikian dalam Yohanes 17:21, kesatuan menjadi salah satu pengajaran dan perintah dari
Yesus sendiri, jadi ketika tidak mau bersatu, berarti perlu dipertanyakan apakah kita sudah
ada benih ilahi atau masih dalam jerat iblis. Kalau mengaku percaya pada Yesus, semestinya
taat juga pada Yesus melalaui mengikuti teladan hidup-Nya di Yohanes 17:21.
Konteks pada ayat ini membicara jemaat Korintus yang sudah percaya, tetapi tidak
mampu melakukan apa yang menjadi keharusan tersebut. Tidak tunduk pada Roh Kudus
yang Yesus berikan. Mereka masih membedaka-bedakan latar belakang, memilah-milah
mana orang Yahudi dan Yunani, membeda-bedakan dari status social. Paulus mau
menghapus strara social dan asumsi yang special dari setiap jemaat Korintus, menganggap
kaum Yahudi lebih ataupun Yunani. Mereka tidak sadar akan identitas “aku adalah gereja”,
tubuhku adalah bait Allah, jadi kalau tubuh bait Allah maka melakukan apa yang Allah
kehendaki dan ada benih ilahi dalam diri. Tetapi mengapa jemaat Korintus tidak sadar,
sehingga sibuk membedaka-bedaka, sehingga perpecahan pun tidak terhelakan. Saudara

apakah hal membeda-bedakan masih terjadi di gereja tempat kita bersekutu ini atau sudah
tidak lagi? Saya tidak dapat lihat secara kasat mata, tetapi tidak tahu dengan perlakuan atau
hati anda masing-masing. Mungkin ada yang daripadamu masih rasis, merasa tidak level
bergaul dengan orang biasa, contohnya anda orang Chinese tidak mau membaur dan
mempunyai sterotip yang aneh kepada orang pribumi, atau sebaliknya. Masih suka
membedakan jika dalam pelayanan gereja, kalau orang kaya mau pergi berkunjung, tetapi
ketika mau pergi ke rumah orang miskin semua lari dan tidak mau pergi. Harus menjadi

perhatian khusus bagi setiap kita, jika benih jahat itu sudah mulai ada, cepat-cepat minta
Tuhan hilangkan. Kita jangan ada sedikit pun sifat membeda-bedakan, kita semua sama
diciptakan oleh Tuhan menurut gambar-Nya (kej.1:27).
Kita semua juga sama dibaptis dalam satu Roh, kata Roh diayat 13 menunjukkan
kepada Roh Kudus sebagai materai/tanda, dimana kita telah menerima baptisan atau telah
lahir baru. Dalam pengertian telah dipertobatkan atau ditarik keluar dari kegelapan menuju
terang-Nya, dan itu biasa dimengerti dengan ekklesia atau gereja, ketika orang mengetahui
hal ini dia bisa mengerti bahwa gereja orang yang dikuduskan dan dipersatukan, jadi
dipersatukan tidak ada unsur perbedaan, semua satu/setara dalam Roh. Karena sama-sama
dipanggil/ditebus oleh Yesus dan langsung menjadi bagian dari tubuh Kristus. Makanya di
ayat 13 dikatakan telah menjadi satu tubuh, berarti semua orang percaya disatukan dalam
tubuh Krsitus. Kita semua sama dalam ras, status social, kekayaan, atau bahkan jenis

kelamain (Gal.3:28) bukanlah hal yang menguntungkan atau merugikan karena kita menjadi
satu tubuh dan melayani satu Tuhan.
Aplikasi

: Kita semua telah menjadi satu komintas orang percaya dalam gereja, untuk

itu langkah awal untuk terus membangun komunitas yang erat adalah dengan tidak membedabedakan antar jemaat. Karena Sang Pencipta menganggap kita semua sama-sama telah
diangkat menjadi anak-Nya dan dipersatukan dalam satu tubuh Kritus, itu berarti kita adalah
keluarga Allah yang terdiri dari berbagai individu. Tidak ada manusia yang bisa
membanggakan diri. Dan itu mengajarkan bahwa Yesus sendiri tidak membeda-bedakan dan
Ia menginginkan keeratan dalam komunitas. Bagaimanakah dengan kita hanya sebagai
ciptaan dan hanya diangkat oleh Yesus. Terus kita masih mau sombong dan bangga dengan
segala latar belakang dan strata social yang disandang, masih mau membeda-bedakan.
Saudara berhentilah melakukan demikian, itu hanya akan membuat imanmu tidak bertumbuh
dan dampaknya tidak akan memberkati komunitas bergereja dimana anda berada, otomatis itu
dosa dan tidak mempermuliakan nama Tuhan.
2. Penjelasan

: T yang kedua adalah “terus ciptakan keindahan melalui


keanekaragaman” ayat 15-17.
Dalam bukunya Warren W. Wiersbe mengatakan kesatuan tanpa keanekaragaman
akan menghasilkan keseragaman, dan keseragaman cenderung menghasilkan kematian.
Benar juga perkataannya, saya mengartikan perlu sebuah perbedaan untuk membuktikan
bahwa komunitas itu akan erat atau tidak. Dalam perbedaan akan terlihat sifat saling
menghargai dan menghormati, agar komunitas bisa terus terbangun dalam arah yang lebih
baik. Makanya dalam teks ini Paulus mau menggambarkan dalam satu organ tubuh itu

terdapat banyak anggota tubuh lainnya, memang jelas, kalau hanya terdapat mata, kita akan
mengalami kematian, karena tidak bisa makan, karena tidak mungkin makan lewat mulut.
Disitu harus membutuhkan organ yang lain. Dalam perbedaan itu akan menghadirkan satu
kerja sama yang indah dan akan mengeratkan tali komunitas khususnya antar sesama umat
Tuhan.
Ilustrasi

: Saudara saya punya satu gambaran. Indonesia adalah Negara yang

dikepalai oleh Presiden, kita semua pasti tahu nama Presindennya adalah Jokowi. Saudara
tugasnya seorang Presiden itu sangat penting dan dia adalah centralnya dalam menyetujui
segala proyek untuk melaksanakan pembanguan dalam Negara ini. Tetapi yang menjadi

pertanyaan adalah apakah Jokowi bekerja sendiri? Tentu tidak, ia memilih menteri atau staf
kabinet kerja yang mahir dibidangnya, yang mahir dibidang ekonomi diberikan mandat jadi
menteri ekonomi, semua punya keahlian dan tugas sendiri untuk menopang satu komunitas
kerja yang dikepalai oleh Jokowi. Kalau tidak ada menteri, staf, maupun kepala daerah maka
matilah Jokowi, akan sangat kelelahan, bingung karena belum tentu Jokowi menguasi semua
bidang, dan tentunnya Negara Indonesia akan cepat rapuh atau terpecah. Karena tidak ada
kerja sama.
Saudara sama halnya dengan kita didalam satu komunitas di gereja, tidak ada satu
individu yang hebat bisa membuat gereja itu menjadi terbangun ke arah yang baik, sekalipun
dia pandai, kaya, dan jabatan gerajawinya tinggi. Pasti membutuhkan anggota yang lain yang
notabenenya berbeda dalam hal pandangan dan kemahiran, semua untuk mengisi posisi
dimana si ketua tidak bisa mengerjakan. Pasti perdebatan ada, perbedaan pendapat selalu ada,
mungkin sampai marah-marahan juga ada, tetapi itulah yang akan menciptakan sebuah
keindahan, karena kalau tidak ada perbedaan, buat apa kita sibuk-sibuk untuk mencitapkan
sebuah keharmonisan, tetapi karena kita dalam gereja terdiri dari berbagai macam orang,
berbagai macam kealihan, dan latar belakang, untuk itulah kita semua harus menciptakan
keindahan melalui keanekaragaman tersebut. Kehebatan dari eratnya sebuah komunitas,
bukan karena keseragaman setiap orang didalamnya, tetapi karena semua yang berbeda itu
mau sama-sama saling menghargai dan rendah hati ingin menciptakan hubungan yang erat,
agar semua tugas dapat berjalan dan tidak ada perpecahan.

Makanya saudara jika kita cermati konteks dalam ayat 15-16 disitu Paulus benar-benar
sadar bahwa komposisi jemaat Korintus sendiri terdiri dari berbagai latar dan strata. Pasti jika
tidak dapat memahami dan mengerti esensi perbedaan, tetapi satu dalam tubuh Kristus,
potensi perpecahan pun ada. Dan terbukti perpecahan pun terjadi di jemaat Korintus, mereka
terlalu sibuk dengan kemampuan yang dimiliki dan kemampuan jemaat lain. Sibuk

membeda-bedakan karunia antar jemaat. Makanya Paulus mengumpamakan ketika ada yang
berkata “andaikata kaki berkata: karena aku bukan tangan, aku tidak termasuk tubuh, dan
juga telinga berkata karena bukan mata, aku tidak temasuk tubuh pula” kalimat ini mau
menjelaskan betapa jemaat Korintus kehilangan arah dalam melihat dirinya dan anggota
jemaat lain, tidak mampu memaknai dengan jelas bahwa mereka itu semua sama dan tidak
ada bedanya di dalam tubuh Kristus. Dan ketika hal itu terus mewabah, maka tidak lagi
mengerjakan tugas gereja, karena sibuk dengan hal begitu, dan akhirnya tidak memuliakan
nama Tuhan.
Saudara terkadang tanpa kita sadari dan intropeksi diri, kita seringkali sama dengan
orang Korintus, kita malu dengan diri kita dan melihat orang lain banyak talenta, ataupun kita
yang sombong dengan talenta makanya melihat orang lain tidak berarti. Saudara kalau ada
yang masih demikian, harus cepat bertobat, karena ketika anda bertindak demikian, berarti
dirimu sedang dimurkai oleh Tuhan dan anda akan memunculkan suatu perpecahan.
Saudara apakah anda ingat dengan Musa, ia tidak percaya bahwa ada potensi dalam

dirinya, kalau kita lihat begitu dahsyat dia memimpin umat Israel dalam perjalanan keluar
dari tanah perbudakan dan perjalanan di padang gurun. Tetapi sebelumnya dia tidak percaya
diri, dia mengatakan tidak pandai berbicara, bukankah itu seperti menghina Tuhan (lihat di
Kitab Keluaran). ketika Tuhan memberimu talenta meskipun sedikit, atau anda dari latar
belakang dan stratas social yang biasa-biasa saja, pakailah itu untuk menciptakan suasana
yang indah dalam gereja. Bukan sebagai sarana dimana anda membeda-bedakan, atau
mengkotak-kotakan jemaat. Dengan membuat kelompok, yang bisa nyanyi disini, yang tidak
bisa disana. Atau yang orang batak dengan orang batak, kita tidak boleh bergabung dengan
orang jawa karena akan berbeda. Itu tidak boleh saudaraku, anda sudah tidak lagi memahami
keindahan atau tidak lagi mengerti komunitas yang erat dalam tubuh Kristus, ingat Kristus
tidak terpecah. Maka anda pun tidak boleh berpecah, bersyukurlah dengan perbedaan itu.
Satu hal lagi kita jangan sekali-kali seperti penggambaran Paulus di ayat 17, yaitu semua
ingin menjadi mata, tetapi yang menjadi pertanyaan dimanakah pendengaran atau telinga itu.
Saudara terkadang hal-hal ini yang membuat gereja tidak erat dan perpecahan pun menguat.
Contoh semua ingin menjadi penyanyi atau ingin memiliki talenta suara yang bagus, tetapi
yang menjadi pertanyaan kalau semua dalam gereja ingin menjadi penyanyi/singers, lantas
tidak ada yang menjadi pemain musik, apakah suara yang keluarkan akan indah, itu akan
rusak atau jelek. Penyanyi tanpa pemain musik yang juga hebat, tidak akan tercipta
harmonisasi yang indah.


Aplikasi

: Saudara kita tidak perlu mengejar semua harus sama, itu tidak akan

indah. Semua telah dipercayakan oleh Tuhan memiliki talenta yang demikian, menyandang
status social yang demikian, dan berada dari latar belakang yang berbeda. Kita hanya perlu
bersyukur atas semuanya itu, dan mari ciptakan keindahan dalam keanekaragaman dengan
tidak membanding-badingkan dirimu dengan orang lain. Kita harus tahu ketika perbedaan itu
ada di gereja, itu karena atas perkenaan Tuhan. Tuhan sudah mengatur segalanya, karena dia
mencintai semua orang. Tidak seperti dirimu yang egosentris, makanya perpecahan pun
terjadi. Mari kita sama-sama membangun satu komunitas yang erat dalam gereja dengan
saling menghargai dan menghormati keindahan/keunikan dirimu dan orang lain, maka kita
akan mengetahui keanekaragaman dalam satu tubuh Kristus indah. Saling menghargai dan
mau melayani Tuhan dengan segala perbedaan yang ada diantara kita, maka itu akan sangat
memuliakan nama Tuhan. karena Tuhan mencintai komunitas orang percaya yang erat.
3. Penjelasan

: Kita telah mempelajari dua poin dari singkatan TTS, T yang pertama

yaitu tidak membeda-bedakan, dan T yang kedua adalah terus ciptakan keindahan

melalui keanekaragaman, dan yang terakhir adalah S kepanjangannya yaitu “saling
menopang/peduli dalam satu komunitas”. Saudara ketiga poin ini tidak bisa dipisahkan.
Poin yang terakhir ini sebagai puncak untuk cara kita membangun komunitas yang erat
dalam gereja. (dalam ayat 18-20).
Berbicara mengenai cara/kiat dalam membangun satu komunitas yang erat dalam gereja,
berarti mau mengatakan harusnya ada penopang supaya suatu bangunan itu bisa kuat. Dalam
buku „9 tanda gereja yang sehat‟ mengatakan kasih akan terungkap dan kesatuan
dihasilkan bila para anggota gereja dengan aktif saling bersimpati. Saya tambahkan
bukan hanya bersimpati, tetapi ada empati. Mau merasakan atau membantu jemaat yang
kurang atau lemah. Kita yang diatas, yang lebih tahu harus rendah hati mengajarkan kepada
orang lain. Yang di anguerahkan oleh Tuhan melalui main alat music, bisa bernyanyi, mari
luangkan waktu mengajari yang lain, bukan menyombongkan talenta atau karunia yang
engkau miliki. Terus bagi yang tidak belum tahu, jangan jadi rendah diri, itu hal yang sangat
hina di hadapan Tuhan, anda mungkin diberikan oleh Tuhan talenta yang lain. Contoh anda
itu diberi talenta mempunyai sifat yang sabar untuk mendengar keluh-kesah orang, pakailah
itu. Tidak semua tahan telinganya untuk mendengar curhatan atau pergumulan dari jemaat
lain. Tuhan tahu apa yang terbaik bagi dirimu, cukupkanlah apa yang ada padamu. Dia tahu
ketika memberikan talenta pada setiap kita, Dia tahu itu yang cocok sesuai kemampuan kita
masing-masing.

Konteks dari ayat 18 kalau kita cermati itu suasananya lagi memanas, dimana Paulus
sedang menentang dan menyatakan salah kepada jemaat Korintus yang terlalu membesarbesarkan karunia rohani yang diterima. Jadi ketika ada seseorang jemaat tidak mendapatkan
karunia tersebut maka timbulah sikap rendah diri dan yang menerima karunia itu timbul sifat
kesombongan. Karunia rohani yang muncul ada diayat-ayat sebelumnya yaitu 1 Kor.12:10,
salah satu contohnya karunia mengadakan mukjizat. Hal-hal itu yang dipermasalahkan,
bukannya itu hanya karena pemberian dari Tuhan. Hal ini terus dipermasalahkan, sehingga
menimbulkan perpecahan dalam jemaat Korintus, maka artinya mereka telah memetingkan
karunia daripada hidup kudus dalam hubungan antar jemaat. Lupa diri, jemaat terlalu sibuk
dengan karunia itu, sehingga melupakan pentingnya praktik hidup, praktik hidup yang Paulus
tegaskan ialah erat bersatu dalam satu komunitas yang telah ditebus oleh darah Kristus.
Ilustrasi

: Saudara hal seperti itu seringkali terjadi, saya mempunyai satu cerita,

apakah ada petugas atau orang kebersihan yang sering mengangkut sampah anda dirumah?
pasti ada. Petugas kebersihan tersebut apakah pangkatnya tinggi, atau gajinya tinggi, ataupun
memiliki jenjang studi yang tinggi, tentu tidak. Kita melihatnya dia sebelah mata, tidak
menghargainya, malahan marah-marah ketika ia terlambat mengambil sampah atau lupa
karena si petugas itu sedang sakit. Bukankah itu menunjukkan kita membutuhkan
pertolongannya, dan bukankah kita sebagai seorang percaya harus bersikap baik juga ketika
petugas tidak datang, kita jangan langsung bertindak marah, tetapi sabar dan peduli.
Saudara terkadang kita seperti itu, bukan. Didalam gereja terdiri dari berbagai-bagai
macam keahlian dan talenta yang Tuhan berikan, tetapi kita merasa hebat sendiri, sehingga
melihat yang lain tidak berguna. seperti juga yang dikatakan oleh pak Billy Kristanto dalam
bukunya, terkadang ada beberapa orang Kristen tidak mau bergabung dengan anggota
lainnya, karena merasa diri bisa, dan tahu segalanya, sehingga bisa berjuang membuat gereja
itu jadi baik. Apakah kita demikian? Anda perlu intropeksi diri. Dan kembali pada jalan yang
benar.
Didalamnya gereja kita terdiri dari hamba Tuhan, majelis, jemaat, dan para pekerjapekerja mungkin secara organisasi ada yang lebih tinggi, tetapi apakah itu akan dijadikan
sebagai tolak ukur. Tentu tidak. Contoh ketika kita melihat ketua majelis sangat hebat dalam
berkata-kata dan selalu dipakai Tuhan memimpin acara besar dalam gereja, terus anda yang
hanya mungkin jemaat biasa yang diberikan kesempatan dari Tuhan hanya pelayanan jemput
tamu, merasa tersaingi. Dan merasa Tuhan tidak adil, ataupun sebaliknya anda yang
diberikan karunia dari-Nya untuk pelayanan worship leader atau bisa berbahasa roh. Merasa
sombong, kedua-duanya adalah salah besar. Hal itu akan timbul persaingan dan nantinya

mulai timbul dosa iri hati, atau rendah diri, maka terjadilah saling sikut-menyikut, maka
perpecahan akan menghampiri kita.
Suadara bukankah jelas tertulis dalam ayat 19 kita memang mengingini satu anggota,
kita ingin individualisme (single fighter ) menonjol sendiri, sehingga Paulus bertanya terus
dimanakah tubuh? Sebenarnya yang benar satu tubuh, tetapi banyak anggota. Tubuh disini
dalam bahasa Yunani memakai kata σῶμα soma , atau dalam bahasa Inggris body
(tubuh/badan). Saudara ada hal jelas dalam arti itu, tubuh yang dimakudkan yaitu tubuh
yang hidup, karena tubuh itu adalah milik Kristus yang tidak kelihatan, dan tubuh itu
didalamnya menyerap berbagai macam anggota, tubuh yang dimaksud soma adalah tubuh
yang tidak pernah berdiri sendiri, ada anggota lain yang mendukungnya untuk tetap
terbangun dan tidak runtuh. Satu kesatuan dalam satu tubuh, yang terdiri dari berbagai sel
atau diartikan Paulus berbagai anggota jemaat. Jadi jelas kata yang dipakai Paulus, karena
mengindikasikan satu tubuh tetapi harus terdiri dari banyak anggota supaya ada kehidupan.
Hal ini mau membuktikan pada kita, bahwa dalam gereja harus saling menopang, tubuh
membutuhkan anggota untuk bertahan hidup. Diayat 23 bagian akhir, bagaimana kita
memberikan perhatian, perhatian disini adalah dalam bahasa Inggri lebih jelas yaitu
diperlakukan berarti ada tindakan yang peduli kepada orang-orang demikian.
Kita harus saling menopang satu sama lainnya, supaya kehidupan komunitas dalam
gereja semakin erat, dan dalam keeratan itu akan adanya keharmonisan yang nantinya akan
membuat gereja semakin hidup, karena komunitas didalamnya tidak terpecah, maka tugas
gereja pun akan berjalan, karena kalau semua sibuk membeda-bedakan, mempermasalahkan
perbedaan dalam gereja, atau tidak saling menolong. Maka tugas gereja tidak berjalan, karena
sibuk dengan hal yang sudah nyata-nyatanya salah dan harus dihindarkan, seperti pesan dari
firman hari ini. maka itu layak disebut gereja yang sedang sekarat dan yang sedang
mempermalukan nama Tuhan.
Ditutup dengan ayat 20 memang ada banyak anggota, tetapi hanya satu tubuh.
Perbedaan ada, dan anggota di gereja itu pasti berbeda dan mempunyai karunia yang berbeda
pula. Hal itu tidak boleh dijadikan sebuah celah untuk terjadinya perpecahan, tetapi diayat
selanjutnya kalau kita lihat, yaitu ayat 25 mengatakan tetapi setiap anggota yang berbeda itu
saling memperhatikan atau dalam bahasa aslinya saling peduli, mau menolong anggota yang
lain untuk sama-sama bertumbuh dalam komunitas di gereja. Jelas juga dikatakan diayat 26,
ketika ada anggota mendertita, kita turut disitu, mau sama-sama merasakan penderitaan itu,
tetapi jika ada anggota yang dihormati, kita harus turut bersukacita. Intinya kita mau samasama saling menopang ke arah yang lebih baik, mau mempererat tali satu komunitas dalam

gereja, supaya tidak ada perpecahan. Dan gereja akan semakin sadar, bahwa membangun
komunitas yang erat itu adalah panggilan setiap kita umat percaya. Panggilan dari Yesus
sendiri, itu berarti kita harus tunduk dan mau mengikuti, karena jika mau taat melakukan itu
akan menyenangkan hati Tuhan Yesus.
Aplikasi

: Komunitas didalam gereja akan semakin erat, jika sesama anggota

gereja saling menopang satu dengan yang lain, sama-sama bertumbuh, jadi tidak ada yang
ketinggalan, karena saling share dan saling membantu lewat memberikan pengajaran, yang
mahir main music mengajarkan kepada yang lain, yang tidak bisa apa-apa mau belajar kepada
yang mempunyai talenta lebih, bukan iri hati. Yang diberikan Tuhan talenta dibagiannya
sendiri, mau mengerjakan dengan sepenuh hati untuk pelayanan, bukan sombong dan mau
hebat sendiri. Mau meluangkan waktu untuk peduli dan memperhatikan sesama anggota
dalam gereja, tidak individualisme. Hal-hal demikian harus terus diterapkan agar bisa terjalin
sebuah hubungan yang erat antar komunitas orang percaya dalam gereja.
Kesimpulan/penutup: Esensi dari persatuan itu sendiri ketika adanya perbedaan dalam
anggota gereja, ketika adanya pertengakaran dan gesekan, tetapi semua anggota telah dewasa
dan mengerti dalam perbedaan itu kita telah disatukan dalam tubuh Kristus. Akan tetapi yang
namanya tantangan itu pasti ada. Hanya kita tidak perlu takut, karena ada cara yang Tuhan
telah berikan pada kita lewat firman Tuhan hari ini, yaitu 3 cara yang disingkat dengan TTS,
T yang pertama „tidak membeda-bedakan‟ semua sama dihadapan Tuhan, T yang kedua
„terus ciptakan keindahan dalam keanekaragaman‟, mampu menghargai sesama dan
menerima perbedaan sebagai sesuatu yang indah dalam komunitas gereja. Dan S yang
terakhir adalah saling menopang/peduli dalam satu komunitas. Ketiga hal ini tidak bisa
dipisahkan, harus dilakukan semua, agar komunitas kita di gereja semakin erat. Dan dampak
dari eratnya hubungan masalah perpecahan apapun kita bisa hadapi, dan gereja akan semakin
bertumbuh lewat komunitas yang sehati, sepikir, dan setujuan untuk memuliakan-Nya.