pertumbuhan ekonomi antar daerah (2)

KARYA ILMIAH
DAMPAK PERKEBUNAAN TANAMAN KARET dalam
MENINGKATKAN EKONOMI MASYARAKAT RIMBO BUJANG

RITA NINGSIH SIGIARTO
RRC1A013005

UNIVERSITAS NEGERI JAMBI
FAKULTAS EKONOMI REGULER MANDIRI
ILMU EKONOMI STUDY PEMBANGUNAN
2014/2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala
(SWT),karena berkat dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan tugas ini
sebagai

sebuah

makalah


Dampak

Perkebunan

Tanaman

Karet

dalam

Meningkatkan Ekonomi Masyarakat Rimbo Bujang. Makalah ini disusun
berdasarkan sumber-sumber yang berkaitan dengan Dampak Perkebunan
Tanaman Karet dalam Meningkatkan Ekonomi Masyarakat Rimbo Bujang.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak

PROF. H. YUNDI

FITRAH selaku pembimbing atau dosen bahasa indonesia yang mengajar di kelas
C prodi IESP.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak

kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini. Agar penulis lebih mencapai kemajuan dari sebelumya dalam hal yang sama.
Penulis berharap makalah yang disampaikan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jambi, 22 Mei 2014

Penulis

Daftar isi
Kata
pengantar.................................................................................................................i
Daftar isi ................................................................................................................ii
BAB 1
PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar belakang ................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................2
1.3 Tujuan Masalah................................................................................................2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................3

2.1 Pengertian Ekonomi Pembangunan...................................................................3
2.2 Bagaimana Cara Pembudayaan Tanaman Karet...............................................4
BAB III.
PEMBAHASAN....................................................................................................5
3.1 Apa Dampak Perkebunan Tanaman Karet dalam Meningkatkan Ekonomi
Masyarakat Rimbo Bujang.....................................................................................5
BAB IV.
PENUTUP...............................................................................................................8
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................8
3.2 Saran.................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................9

1. PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah.

Sejarah karet pertama kali ditemukan sebagai tanaman yang tumbuh
secara liar sampai dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, karet
memilki sejarah yang cukup panjang. Apalagi setelah ditemukan beberapa

cara pengolahan dan pembuaatan barang dari bahan baku karet. Para ilmuwan
berminat untuk menyelidiki kandungan yang terdapat dalam bahan tersebut
agar dapat digunakan untuk membuat alat yang bermanfaat bagi kehidupan
manusia sehari-hari. Dengan peralatan dan pengetahuan yang masih serba
terbatas, ilmuwan di zaman dahulu memisahkan karet menjadi tiga unsur
yaitu susu, lilin, dan bahan ringan dan bening.
Karet adalah polimer hidrokarbon yang terkandung pada lateks beberapa
jenis tumbuhan. Sumber utama produksi karet dalam perdagangan
internasional adalah para atau Hevea brasiliensis (suku Euphorbiaceae).
Karet industri sekarang dapat diproduksi secara sintetis dan menjadi saingan
dalam industri perkaretan. Selama ini telah banyak usaha yang dilakukan
pemerintah Indonesia dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani di
pedesaan.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membantu meningkatkan daya
saing karet alam terhadap karet sintesis. Yaitu dengan meningkatkan produksi
karet persatuan luas, penurunan biaya produksi, peningkatan mutu dan

penyajian, pengembangan kegunaan, serta langkah-langkah promosi yang
tepat. Perdagangan alam beberapa tahun terakhir mengalami penurunan.
Sebenarnya banyak sekali barang atau peralatan yang dapat dibuat dengan

bahan baku karet alam. Dengan bahan baku karet alam dapat dihasilkan ban
mobil, peralatan kendaraan, pembungkus kawat listerik dll.

Pembahasan yang akan dipaparkan adalah mengenai salah satu
perkebuanan tanaman karet dalam meningkatkan ekonomi masyarakat Rimbo
Bujang. Tanaman karet merupakan sumber penghasilan masyarkat Rimbo
Bujang pada umumnya. Menurut Haris Rachim, selain didukung pola
pemberdayaan penduduk miskin seperti itu, pembangunan transmigrasi di
Jambi berhasil selama ini juga didukung potensi sumber daya alam (SDA).
Potensi SDA yang memiliki dukungan besar terhadap pembangunan
transmigrasi di daerah tersebut ialah perkebunan karet. Hingga saat ini, UPTUPT yang maju pesat di Jambi merupakan sentra perkebunan karet.
1.2 Rumusan Masalah.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalah
dalam pembahasan ini adalah. Apa Dampak Perkebunan Tanaman Karet
dalam Meningkatkan Ekonomi Masyarakat Rimbo Bujang.?
1.3 Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas adapun tujuan masalah yang akan
dicapai adalah untuk mengetahui Dampak Perkebunan Tanaman Karet dalam
Meningkatkan Ekonomi Masyarakat Rimbo Bujang.


II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Ekonomi Pembangunan.
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan
pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk
dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara
dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara. Pembangunan ekonomi
tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth). Pembangunan
ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan
ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi. Yang dimaksud dengan
pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu
perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional.
Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi
peningkatan GNP riil di negara tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi
merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.
Menurut beberapa para ahli ekonomi pemembangunan salah satunya adalah
Sumitro.

Sumitro

(1994)


mendefinisikan

pembangunan

sebagai

“suatu

transformasi dalam arti perubahan struktur ekonomi. Perubahan struktur ekonomi
diartikan sebagai perubahan dalam struktur ekonomi masyarakat yang meliputi
perubahan pada perimbangan keadaan yang melekat pada landasan kegiatan
ekonomi dan bentuk susunan ekonomi. Pemahaman Sumitro ini terkait dengan
pandangan Arthur Lewis (1954) tentang pentingnya transformasi struktur ekonomi

pertanian ke struktur ekonomi industri dalam upaya menuju pertumbuhan (dalam
aspek ini pengertian pertumbuhan asosiatif dengan pembangunan) ekonomi.
2.2 Bagaimana Cara Pembudayaan Tanaman Karet.
Karet akan baik pertumbuhannya jika ditanam di daerah yang memiliki
ketingian antara 0-400 m diatas permukaan laut, dengan kemiringan maksimum

45

0

. Jika ditanam didaerah yang memiliki ketinggian diatas 400 m dari

permukaan laut, maka pertumbuhannya menjadi lambat. Dalam penanaman
tanaman karet dikenal dua istilah yaitu replanting dan newplanting. Replanting
merupakan penanaman ulang tanaman karet seteleh tanaman yang lama dianggap
tidak ekonomis lagi. Sedangkan newplanting merupakan penanaman bukaan baru
yang sebelumnya tidak ditanami karet.
Perawatan tanaman karet sebelum menghasilkan meliputi kegiatan
penyulaman, penyiangan, pemupukan, seleksi dan penjarangan, pemeliharaan
tanaman penutup tanah, serta pengendalian hama dan penyakit. Perawatan
tanaman yang sudah menghasilkan mamasuki tahun ke-5 dari siklus hidup karet
yang baru saja lepas dari komposisi I, yaitu masa tanaman belum menghasilkan,
tanaman karet sudah disebut tanaman yang menghasilkan. Siklus hidup tanaman
menghasilkan ini disebut komposisi II. Pada tahun ini tanaman karet sudah mulai
disadap. Namun, adakalanya dari sejumlah pohon karet yang berumur empat
tahun itu ada pohon yang belum bisa disadap. Menurut teori, tanaman karet yang

bisa disadap pada usia empat tahun itu belum mencapai 100%. Biasanya dari 476
pohon, yang benar-benar matang sadap hanya sekitar 400 pohon.

III. PEMBAHASAN
3.1 Dampak Perkebunan Tanaman Karet dalam Meningkatkan Ekonomi
Masyarakat Rimbo Bujang
Rimbo Bujang adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Tebo, Jambi,
Indonesia. Rimbo Bujang adalah kecamatan yang yang paling maju di Wilayah
Kabupaten Tebo, dengan jumah penduduk paling tinggi, dan tingkat pendidikan
yang tinggi pula. Rimbo Bujang menjadi tempat percontohan Lokasi Transmigrasi
yang berhasil. Tahun 2009 Rimbo Bujang mulai menampakkan jati dirinya di
dunia Nasional sebagai Nominator Lomba Posyandu Tingkat Nasional.
Rimbo bujang terdiri dari 1 kelurahan 7 desa yaitu : Desa Perintis, Kelurahan
Wirotho Agung, Desa Rimbo Mulyo, Desa Purwoharjo, Desa Tegal Arum, Desa
Tirta Kencana, Desa Sapta Mulia dan Desa Pematang Sapat. Kabupaten Tebo
Memiliki penduduk sejumlah ± 224.944 jiwa dengan 75 % adalah petani. Rimbo
bujang merupakan daerah yang lahannya banyak yang digunakan untuk budidaya
tanaman karet. Selain itu juga Memiliki 1 Buah Pusat Kesehatan yaitu Rumah
sakit Umum Daerah Sultan Thaha Syariffudin, dibantu oleh 12 Pusat kesehatan
Masyarakat (PKM) di 12 kecamatannya.

Peluang Usaha Budidaya Tanaman Karet “Hevea Brnziliensis” merupakan
tanaman yang berasal dari Brazil. Setelah mengalami percobaan berkali - kali oleh
Henry Wickham, akhirnya berhasil dikembangkan di Asia Tenggara. Bahkan,
dalam perkembangan selanjutnya, Asia Tenggara khususnya dan Asia pada

umumnya menjadi sumber tanaman karet alam. Tanaman karet yang mampu
tumbuh hingga setinggi 25 m ini, memiliki batang yang mengandung getah yang
dikenal dengan istilah lateks.
Latek inilah yang merupakan bahan baku utama dan sangat penting bagi
berbagai industri, termasuk industri otomotif. Harga jualnya pun terbilang mahal
yaitu pada media 34 Februari 2011 Rp. 27.700,- / kg, untuk sadapan berumur
sebulan. Pada saat ini atau akhir-akhir ini pada tahun 2014 harga jualnya pun
terbilang murah Rp. 5000- Rp.7000,/kg. Tanaman karet merupakan tanaman yang
dapat menghasilkan uang jika benar dalam memanfaatkannya yaitu dengan
merawat dan terutama memberikan pupuk pada setiap tanaman karet sebulan
sekali, mengapa harus satu bulan sekali ? karena jika dipupuk terus menerus suatu
pohon karet akan ketergantungan pada pupuk tersebut seperti manusia jika di
kasih obat maka akan ketergantungan sepertih itu juga tanaman karet. Dampak
dari hal tersebut akan memepengaruhi pohon dan ketah karet tersebut.
Pembangunan transmigrasi di Tebo berhasil selama ini juga didukung oleh

potensi sumber daya alam (SDA). Potensi SDA yang memiliki dukungan besar
terhadap pembangunan transmigrasi di daerah tersebut ialah perkebunan karet dan
kelapa sawit. Hingga saat ini, UPT-UPT yang maju pesat di Tebo merupakan pusat
perkebunan karet dan sawit. Melihat besarnya potensi lahan perkebunan karet dan
sawit didalam memajukan pembangunan transmigrasi ini meyakinkan Kabupaten
Tebo bahwa program transmigrasi tetap diandalkan untuk mengatasi masalah
kemiskinan terutama didaerah Rimbo Bujang. Pragram transmigrasi di Tebo

diyakini mampu mengatasi kemiskinan di daerah tersebut karena program
transmigrasi sudah termasuk "mendarah daging" bagi masyarakat tersebut.
Pada UU Nomor 54 Tahun 1999, Muara Tebo berhasil menjadi ibu kota
Kabupaten Tebo, buah pemekaran dari Kabupaten Bungo Tebo. Setelah hampir 35
tahun berdiam diri, sekarang Muaro Tebo harus berbenah lagi. Kota kecil
dikelilingi hutan yang dulunya sepi, mulai dilengkapi berbagai sarana prasarana.
Kompleks perkantoran "Seentak Galah Serengkung Dayung" misalnya, dibangun
diatas lahan 96 hektar. Kemudian rumah sakit, terminal, perumahan, dan fasilitasfasilitas umum lainnya.
Muaro Tebo memang sedang berbenah diri. Namun, jangan dianggap
Kabupaten Tebo tidak memiliki sarana prasarana yang lengkap. Ada satu
kecamatan yaitu Rimbo Bujang yang lebih dulu bersiap diri mendukung
pemekaran Tebo. Kecamatan yang sekarang mekar menjadi Rimbo Ulu dan
Rimbo Ilir ini sebelum pemekaran sudah melengkapi diri dengan sarana
prasarana. Tahun 1999 misalnya, fasilitas perdagangan (pasar) di Rimbo Bujang
berjumlah 18 buah, sedang di Tebo Tengah hanya 3 buah. Jumlah penduduknya
pun memang lebih banyak dibandingkan kecamatan lokasi Muara Tebo itu.
Tanaman karet lah yang membuat Rimbo Bujang menjadi kecamatan
maju. Pohon penghasil getah karet ini juga yang membawa pertanian, khususnya
perkebunan sebagai basis ekonomi Kabupaten Tebo. Tahun 2002, perkebunan
memberi kontribusi Rp 166 miliar. Sebanyak 44 persen tenaga kerja secara turuntemurun mengandalkan hidupnya di perkebunan dan 45 persen dari luas wilayah
berupa areal perkebunan.

Bekas transmigran Rimbo Bujang saat pertama kali datang ke lokasi tahun
1974-1975 mendapat jatah lahan 5 hektar tiap keluarga. Semua lahannya di
tanami karet. Pengelolaannya diserahkan kepada perkebunan negara (PTPN VI)
bekerja sama dengan Departemen Transmigrasi dengan pola Perkebunan Inti
Rakyat (PIR) Trans. Bertahun-tahun mereka mengandalkan hidupnya dengan
berkebun karet. Sampai akhirnya lahan itu sudah menjadi milik mereka dan
sekarang kebun karet total dikelola oleh masyarakat.
Produksi getah karet Tebo pada 2002 mencapai 94.385 ton, meningkat 4,4
persen dari tahun sebelumnya. Akan tetapi, luas tanamannya mengalami
penurunan 1,5 persen. Rimbo Bujang, Rimbo Ulu, dan Rimbo Ilir punya peran
dalam penurunan areal tanam karena sebagian beralih fungsi menjadi lahan kelapa
sawit. Meski begitu, produksi getah karet tiga kecamatan tersebut menyumbang
37 persen bagian produksi getah karet.Dengan bukti tersebut dapat disimpulkan
bahwa daerah Rimbo Bujang dalam perekonomian dikatakan sudah maju.

IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dengan bukti tersebut dapat disimpulkan bahwa daerah Rimbo Bujang
dalam perekonomian dikatakan sudah maju. Majunya perekonomian Rimbo
Bujang sangat dipengaruhi oleh perkebunan tanaman karet. Selain
menghasilkan uang bagi masyarakat tetapi tanaman karetjuga dapat di olah
menjadi ban mobil, peralatan kendaraan, pembungkus kawat listerik dan
masih banyak sekali barang atau peralatan yang dapat dibuat dengan bahan
baku karet alam.
4.2 Saran.
Tanamn karet yang dimiliki oleh masyarakat rimbo bujang merupakan
salah satu indikator yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Sehingga
tanaman karet perlu dirawat dan dipelihara agar pohon karet tidak gampang
terkena penyakit atau hama. Hama merupakan penghambat pertumbuhan
tanaman, bahkan bisa mematikan tanaman. Dengan membuat makalah ini
diharapkan dapat lebih mengetahui lebih jauh mengenai Perkebunan Tanaman
Karet dalam Meningkatkan Ekonomi Masyarakat Rimbo Bujang dan dapat
menambah wawasan serta pengetahuan yang pada kelanjutannya dapat
bermanfaat dalam dunia kependidikan

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2005.karet strategi Budidaya dan Pengolahan.Depok:Suadaya
Arsyad,Lincolin.2010.Ekonomi pembangunan.Yongyakarta:Unit penerbit dan
pencetakan.STIIM YKPN Yogyakarta.
Setiawan, 2000. Usaha Pembudidayaan Karet. Penebar Swadaya:Jakarta.