Kerja Sama Negara Indonesia dengan Negar

Kerja Sama Negara Indonesia dengan Negara Lain.
Kerjasama Indonesia-Australia
Pemerintah Australia dan Indonesia hari Senin menandatangani proyek kerjasama untuk
mencegah masalah perdagangan manusia di kawasan Asia Tenggara.
Proyek ini menitikberatkan pemberian bantuan pada aparat hukum Indonesia dalam
menangani kejahatan perdagangan manusia.
Menurut Kepolisian Indonesia, program kerasama ini penting karena masalah perdagangan
manusia tidak bisa diselesaikan hanya oleh satu negara.
Indonesia adalah negara ke 5 yang terlibat dalam program kerjasama memerangi masalah
perdagangan manusia yang dipelopori pemerintah Australia, setelah Malaysia, Kamboja,
Laos dan Birma.
Program yang disiapkan untuk kawasan Asia ini rencananya akan berlangsung selama 5 tahun
ke depan.
Manfaat Kerjasama
Kepala Badan Reskrim Polri Komisaris Jendral Polisi Bambang Hendarso, yang
bertanggungjawab dalam menangani kasus perdagangan manusia lintas batas, menjelaskan
dalam menanggulangi penyelundupan manusia yang modus operandinya memiliki kesamaan
antar satu negara dengan negara lain, apabila tidak ada kerjasama dalam rangka pencegahan
akang mengalami kendala.
Oleh sebab itu memalui pelatihan bersama akan ada manfaatnya, katanya.
Duta Besar Australia untuk Indonesia, Bill Farmer mengatakan, kerjasama regional ini adalah

bentuk komitmen untuk memerangi perdagangan manusia di kawasan Asia.
Pejabat Australia yang ikut menandatangani kerjasama ini, Phillipe Allen, mengatakan
program senilai Rp 160 milyar ni akan difokuskan kepada bantuan teknis.
Phillipe Allen mengatakan, program ini dilakukan dalam bentuk kerjasama pelatihan bagi
para jaksa, hakim, atau polisi yang bertugas dalam menangani kasus perdagangan manusia.
Menurutnya Indonesia akan merasakan manfaat dari kerjasama seperti itu.
Masalah perdagangan manusia menjadi isu penting Australia, setelah mereka dibanjiri
kehadiran imigran gelap dari Irak dan Afganistan yang menjadikan Indonesia sebagai basis
transitnya, sebelum mereka menuju negara tujuan Australia.

Kerjasama Indonesia – Thailand
Pemerintah Indonesia dan Thailand sepakat meningkatkan kerja sama di bidang pertanian,
terutama alih teknologi informasi dan teknologi, perdagangan, pelatihan, teknik dan
penelitian dalam bidang pertanian. Kesepakatan itu dituangkan dalam MoU yang
ditandatangi oleh Menteri Pertanian Anton Apriyantono dan Menteri Pertanian dan Koperasi
Thailand, Khunying Sudarat Keyuprahan, Jumat siang. Penandatangan yang dilakukan di
Ruang Purple di Thai Koo Fah Building (gedung pemerintahan Thailand) di Bangkok,
disaksikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan PM Thailand Thaksin Shinawatra.
Menurut informasi Departemen Pertanian, bentuk kerja sama yang akan dilaksanakan
menurut isi nota kesepahaman itu antara lain menyangkut promosi perdagangan komoditi

pertanian; pengelolaan dan perlindungan keragaman hayati pertanian; pengembangan dan
penyuluhan pertanian; kerja sama teknik dan peningkatan SDM; serta pengelolaan dan
perlindungan lahan-lahan pertanian dan air. Untuk mendukung pencapaian kerja sama, kedua
pihak sepakat untuk membentuk Kelompok Kerja Pertanian Bersama (JAWG), yang diketuai
oleh seorang pejabat tinggi dari masing-masing negara.
Tugas utama JAWG itu adalah menyampaikan masukan mengenai pengembangan dan
perbaikan kerjasama, memonitor dan mengevaluasi seluruh kegiatan, serta membuat
rekomendasi penanganan permasalahan yang timbul dari pelaksanaan MoU tersebut. MoU
yang ditandantangani menteri pertanian Indonesia dan Thailand itu merupakan tindak lanjut
dari kesepakatan yang dibuat oleh kedua negara dalam bidang kerjasama ekonomi dan teknik
(Agreement on Economic and Technical Cooperation) yang ditandatangani pada 18 Januari
1992 di Bangkok. MoU juga merupakan tindak lanjut dari kesepakatan bidang pertanian
(Agreement on Agricultural Cooperation) yang ditandatangani dan diamandemen di Jakarta
pada 22 Februari 1984 dan 23 April 1996. Sebelumnya pada Jumat pagi Presiden Yudhoyono
dan PM Thaksin melakukan pertemuan empat mata, yang dilanjutkan dengan pertemuan
bilateral.
Delegasi yang dipimpin Presiden dalam pertemuan bilateral itu antara lain terdiri dari Menko
Perekonomian Boediono, Menlu Hassan Wirajuda, Menteri Pertanian Anton Apriyantono,
Menneg BUMN Soegiharto, Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi, Ketua Umum Kadin M.S.
Hidayat, anggota DPR Ade Nasution dan Tristanti Mitayani, anggota DPD Edwin

Kawilarang, serta Dirjen Asia Pasifik dan Afrik-Deplu, Herijanto Soeprapto.

Kerjasama Indonesia – Malaysia
Indonesia dan Malaysia memandang perlunya peningkatan kerjasama di bidang perdagangan,
investasi dan energi, termasuk kerjasama sub regional melibatkan kerjasama dalam kerangka
segitiga pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Singapura dan Indonesia-Malaysia-Thailand (IMS
dan IMT-GT).
Di masa datang, kerjasama bidang perdagangan, investasi dan energi diharapkan bisa lebih
berkembang lagi sekaligus meningkatkan perekonomian kedua negara serta membuka
lapangan kerja yang memang dibutuhkan untuk mengurangi pengangguran yang terus
meningkat dewasa ini. kedua pemimpin negara sepakat tidak hanya dilakukan antara
Pertamina dengan Petronas saja, tetapi juga di bidang kelapa sawit untuk kepentingan minyak
sawit (CPO) maupun pengembangan sumber energi dari kepala sawit (bio-energy).
Dalam konteks investasi Indonesia akan terus mengembangkan iklim investasi yang lebih
baik menyangkut kepastian hukum, kebijakan ekonomi yang lebih kondusif bagi investasi
termasuk kebijakan tenaga kerja, sehingga investasi bisa berjalan dengan baik.
Kerjasama Sosial
Di bidang sosial dan kesejahteraan, kedua pemimpin negara juga bersepakat terus
menggalang kerjasama khususnya di bidang ketenagakerjaan. kedua negara sepakat untuk
melakukan pengelolaan secara lebih baik lagi melalui kebijakan dan langkah-langkah

kerjasama di bidang ketenagakerjaan tersebut.
Kerjasama itu sendiri, untuk selanjutnya akan ditindaklanjuti di tingkat menteri dan
organisasi-organisasi pemerintahan termasuk diantara kalangan dunia usaha baik swasta
maupun milik
negara. Kedua belah pihak, menurut dia, telah menunjukkan kesungguhan untuk
menindaklanjuti kesepakatan yang telah terbentuk, baik antara dua pemerintahan maupun
antara kalangan dunia usaha.

Kerjasama Militer Indonesia-Amerika Serikat
Beberapa waktu yang lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, saat menerima kunjungan
Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Donald Rumsfeld, meminta dan berharap agar
normalisasi hubungan militer Indonesia-AS yang sudah berjalan penuh dapat berlangsung
permanen.
Harapan ini bisa dipahami mengingat, pertama, hubungan kerja sama bidang pertahanan
kedua negara memang dinamis. Kecenderungan ini bisa dilihat dari pengalaman, saat
Presiden Soekarno menyatakan perang dengan Belanda untuk pembebasan Irian Barat, AS
tidak memenuhi permintaan Indonesia. Penolakan ini disebabkan sikap politik AS lebih
berpihak ke Belanda sebagai bagian dari NATO.
Tahun 1970 sampai 1980-an peralatan persenjataan AS mulai masuk Indonesia. Namun,
karena kerusuhan Dili, November 1991, AS mengeluarkan kebijakan menghentikan pasokan

alat pertahanan ke Indonesia. Kebijakan ini diperkuat kebijakan embargo militer AS terhadap
Indonesia pasca jajak pendapat Timor Timur tahun 1999.
Pada tahun 2001, meski embargo militer AS belum dicabut, hubungan militer Indonesia-AS
sempat membaik. Ini terlihat dari komitmen George W Bush mengeluarkan dana segar 400
juta dollar AS untuk mendukung pendidikan masyarakat sipil Indonesia di bidang pertahanan
melalui kegiatan perluasan pelatihan dan pendidikan militer internasional (expanded
international military education and training).
Kedua, AS perlahan-lahan mendominasi pasokan alutsista ke Indonesia. Memang, pasca
kemerdekaan, Indonesia lebih banyak memakai peralatan dari Belanda, lalu Frigat dari Rusia
mulai masuk. Memasuki tahun 1970-an, alutsista dari AS masuk dan mendominasi peralatan
persenjataan Indonesia. Meski Perancis, Korea Selatan, Australia, dan Belanda tetap menjadi
langganan. Pasokan AS terlihat dari F-5E/F Tiger II dan Bronco. Dominasi AS terus berlanjut
dengan masuknya F-16 Fighting Falcon akhir 1989.
Ketiga, kerja sama peralatan persenjataan dalam faktanya lebih banyak ditentukan dinamika
hubungan politik luar negeri suatu negara, termasuk anatara Indonesia dan AS. Masuknya
peralatan Rusia pada 1960-an banyak dipengaruhi sikap politik Presiden Soekarno yang
cenderung konfrontatif dengan AS dan lebih dekat dengan Rusia dan China.
Ketika AS menutup alutsista ke Indonesia tahun 1990-an, Indonesia mendatangkan pesawat
Sukhoi MK-30 dan helikopter M1-17 dari Rusia. Bahkan, Indonesia mendapatkan
kemudahan dari Pemerintah Rusia dengan tidak membeli pesawat satu skuadron (seharusnya

pembelian pesawat satu skuadron).
Upaya melakukan perubahan kerja sama militer dengan AS merupakan langkah strategis.
Pasca berakhirnya Perang Dingin, AS menjadi kekuatan militer utama yang belum
tertandingi. Namun, upaya normalisasi itu tetap harus disikapi dengan kritis mengingat
hubungan militer dengan AS tidak boleh mengganggu independensi sikap politik luar negeri
Indonesia yang bebas dan aktif. Sudah bukan rahasia lagi, hubungan AS dengan negara lain
penuh kepentingan dan konsesi.

INDONESIA - JEPANG JALIN KERJASAMA BIDANG KEHUTANAN
Disela-sela pertemuan ketiga Komite Persiapan Konferensi Tingkat Tinggi (sidang ketiga
PrepCom KTT) Pembangunan Berkelanjutan di New York, Ketua Delegasi Jepang (Seiji
Morimoto) menemui ketua DELRI yang dijabat Dirjen HELN Dep. Luar Negeri, untuk
menyampaikan usulan kerjasama dalam bentuk partnership, khususnya di bidang illegal
logging.
Terkait dengan hal ini, Pemerintah Jepang bermaksud menjajaki kemungkinan pertemuan
dengan Departemen Kehutanan. Pertemuan ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan
pertama April 1996 di Tokyo.
Hubungan bilateral antara Indonesia dan Jepang bidang kehutanan telah dilakukan sejak akhir
1960, sebelum Indonesia menerapkan sistem HPH dalam pengelolaan hutannya, yaitu dengan
dilaksanakannya proyek \"Mountain Logging Practice in Java\". Di samping kerjasama

proyek, juga dilaksanakan kerjasama dalam bidang pendidikan dan pelatihan kerja, technical
assistance, pengelolaan hutan, dan perdagangan hasil hutan. Kerjasama ini dilaksanakan baik
melalui instansi pemerintah maupun lembaga non-pemerintah.
Saat ini kerjasama Indonesia dengan Jepang meliputi berbagai aspek bidang kehutanan, antara
lain: bidang konservasi, pengembangan sumberdaya manusia, dan bidang reboisasi dan
rehabilitasi hutan. Kerjasama dengan pemerintah Jepang dilakukan melalui kerjasama
bilateral regional maupun multilateral dalam bentuk loan (pinjaman) dan grant (hibah).
Kerjasama tersebut pada umumnya dalam bentuk grant-aid, technical assistance, serta
pengiriman staf Departemen Kehutanan untuk mengikuti pendidikan, training, seminar dan
kegiatan lainnya di Jepang. Instansi Pemerintah Jepang yang menjadi counterpart dalam
kerjasama ini adalah Forestry Agency (Ministry of Agriculture, Forestry and Fisheries),
Ministry of Foreign Affairs, Environment Agency dan JICA.
Kerjasama bilateral Indonesia-Jepang dalam bentuk keproyekan yang sedang berjalan
meliputi: Forest Fire Prevention Management Project; Carbon fixing forest management in
Indonesia; Project for improvement of forest fire equipment in Indonesia; Biodiversity
conservation project phase II; Mangrove information center project; Demonstration study on
carbon fixing forest management in Indonesia; dan forest tree improvement project.
Kerjasama bilateral mendatang sebagai hasil dari kunjungan Duta Besar Kazuwo Asakai, akan
dilakukan dalam kerangka Inisiatif Kerjasama Kehutanan Asia. Dalam hubungannya dengan
pemberantasan illegal logging, penanggulangan kebakaran dan rehabilitasi hutan yang rusak.

Model kerjasama bilateral Indonesia dan Jepang ini diharapkan akan menjadi kerangka acuan
untuk negara-negara Asia lainnya.
Jepang memiliki hutan seluas 24,081 juts hektar (64% dari seluruh daratan yang ada). Luas
hutan per kapita adalah 0,2 hektar hutan/kapita (Indonesia sekitar 0,75 hektar hutan/kapita).
Kepemilikan dan pengelolaan hutan di Jepang dikelola oleh Public/Private Forest dan
National Forest. Public forest yang luasnya sekitar 68%, dimiliki oleh pemerintah daerah
(prefecture), kotamadya atau desa dengan luas 11% dari luas hutan. Private forest dimiliki
oleh perorangan, perusahaan, organisasi, kuil, biara dsb, dengan luas sekitar 57% dari luas
hutan. Sementara national forest pengelolaannya di bawah Forestry Agency, Ministry of
Agriculture, Forestry & Fishery. Luas hutan yang dikelola Forestry Agency adalah 7,8 juta
hektar. Forestry Agency juga membawahi Regional Office di masing-masing daerah
(prefecture).

Indonesia-Singapura Kerjasama Pengobatan Kanker Medik
Para pakar hematologi-onkologi medik Indonesia dan Singapura menjalin kerja sama untuk
memperlancar komunikasi dan informasi berkaitan dengan pelayanan kesehatan. Latar
belakangi kerja sama ini adalah karena banyaknya pasien Indonesia yang berobat ke luar
negeri, terutama ke Singapura. Ketersediaan informasi yang tepat mengenai pelayanan medis
di Singapura tentang pengobatan yang tepat dan pemulihan kesehatan yang lebih baik lselain
itu agar pasien lebih memahami palayanan medis yang ada dengan tujuan berhasil guna dan

efektif dalam hal waktu dan biaya.
Kerja sama ini membentuk pengembangan kemitraan di tingkat lembaga terutama
hematologi-onkologi medik Indonesia dan Singapura, untuk kemajuan kemampuan
profesional medis di kedua negara. Kerja sama sebagai tim yang solid antar kedua negara
diharapkan pelayanan kesehatan bagi para pasien bisa lebih meningkat.
Bukan rahasia lagi bila banyak orang Indonesia lebih suka berobat ke Singapura di banding
berobat di dalam negeri, meski fasilitas serta kemampuan dokternya sama. Hasil survey yang
dilakukan perusahaan farmasi PT Roche menunjukkan ada sekitar 75.000 orang Indonesia
yang berduyun-duyun ke Singapura untuk berobat setiap tahunnya. Dari jumlah itu, 10 persen
diantaranya datang untuk berobat kanker.
Meski angkanya cukup tinggi, ternyata kedatangan para penderita itu tidak disertai referensi
dari dokter-dokter Indonesia. Hal itu tidak saja pemborosan biaya, waktu dan tenaga
penderita akibat pemeriksaan yang harus dilakukan dari awal lagi, tetapi juga menyulitkan
para dokter Singapura pasca tindakan bila pasien ingin kembali ke Indonesia. Karena
dikhawatirkan pengobatan akan berakhir sia-sia bila pasien tidak melanjutkan pengobatannya
di tanah air.
Belajar dari pengalaman itu, sejumlah dokter dari beberapa rumah sakit di Singapura menilai
perlunya menjalin kerjasama dengan rekan sejawatnya di Indonesia, khususnya dalam bidang
hematologi-onkologi medik (Kanker Medik yang berkaitan dengan ilmu darah). Melalui
kerjasama itu diharapkan terjadi komunikasi yang selama ini dirasakan "gelap", yang pada

akhirnya berdampak pada kemudahan pengobatan.
Seperti dikemukakan dr Karmen Wong dari RS Siloam Gleneagles Singapura yang punya
banyak pengalaman dengan pasien-pasiennya dari Indonesia. Ia menyebut umumnya
pasiennya tidak punya catatan sedikitpun tentang dokter yang selama ini merawatnya. "Ia
hanya menyebut nama dokter budi tanpa alamat maupun nomer telepon yang bisa dihubungi.
Padahal, begitu banyak dokter budi di Indonesia," ujarnya.
Prof Tan Yew Oo selaku pimpinan delegasi dokter Singapura membenarkan pernyataan dr
Karmen Wong. Pengalaman itu hampir dialami seluruh dokter onkologi medik Singapura.
"Itulah salah satu alasan kami perlu menjalin kerjasama dengan pihak dokter Indonesia untuk
memudahkan komunikasi.
Prof Dr Arry Haryanto SpPD, Ketua Badan Koordinasi Kerjasama Nasional HematologiOnkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia (Bakornas Hompedin) mengatakan, pihaknya
menyambut baik kerjasama ini karena disadari bukan hal mudah melarang orang untuk
berobat ke luar negeri. Tetapi dengan informasi yang benar akan membantu proses
pengobatan, serta memperingan biaya pengobatan.

Indonesia-Inggris Kerja Sama Pasukan Khusus
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro
menerima kunjungan Menhan Inggris, Philip Hammond di kantor Kementerian Pertahanan
(Kemenhan), Jakarta Rabu (16/1). Wakil Menhan Sjafrie Sjamsoeddin mengatakan,
pertemuan kedua menteri itu sebagai bentuk merekatkan kerja sama kedua negara di bidang

pertahanan.
Dijelaskan Sjafrie, pertemuan itu membahas kerja sama bilateral kedua negara dalam bentuk
pembelian alutsista, termasuk kerja sama latihan prajurit bersama. "Akan dibahas bilateral.
Secara historis, pasukan khusus Indonesia sudah bekerja sama dengan pasukan khusus
Inggris Raya, SAS pada tahun 1990-an," katanya.
Sjafrie melanjutkan, pada 2013, Kemenhan memiliki anggaran Rp 81 triliun yang
diperuntukkan untuk belanja alutsista. Untuk rencana pembelian alutsista dari Inggris tidak
terlalu besar.
Kemenhan, kata dia, hanya membeli 'multi role light fregat' alias kapal perusak untuk TNI
AL. Pasalnya, Kemenhan lebih mengutamakan untuk mengembangkan industri pertahanan
dalam negeri.
Pihaknya menegaskan, tidak lagi memiliki rencana untuk membeli Tank Scorpion buatan
Negeri Elizabeth itu. "Untuk tank ringan, skala pengembangan dilakukan untuk industri
dalam negeri. Untuk tank berat, kami sudah membeli Tank Leopard," ujar Sjafrie.
Adapun untuk TNI AD dan TNI AU, dia menyebut, kebanyakan mendapat pasokan alat
tempur dari dalam negeri, termasuk PT PAL dan PT Pindad. Pihaknya mengharap rencana
Kemenhan mendapat dukungan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) untuk bisa mendapat
fasilitas akselerasi.
"Sebagai ketua 'High Level Committee', saya melakukan pengawasan untuk percepatan
'delivery' modernisasi alutsista ada semester awal ini," katanya.

Hubungan kerjasama negara indonesia dengan vietnam
Hubungan Bilateral Indonesia dengan Vietnam
Kedua negara bail: Indonesia dan Vietnam telah menjalin kembali hubungan yang pernah
hubungan Indonesia dan Vietnam saat ini telah menjadi sarana untuk membina saling
pengertian dan memperkuat kerjasama antara kedua Negara, yang di laksanakan dalam :
Hubungan di bidang Politik
Pertama kali dibuka hubungan politik Indonesia-Vietnam dibuka pada tingkat konsulat pada
tanggal 30 Desember 1955. Pada tanggal 10 Agustus 1965 hubungan Indonesia-Vietnam
ditingkatkan menjadi Kedutaan Besar, namun setelah peristiwa G-30 S / PKI, Vietnam
menarik Duta Besarnya di Jakarta yang kemudian ciiikuti oleh Indonesia menarik Dula
Besarnya di Hanoi dan pada Tahun 1973 kedua negara menempatkan kembali Duta Besamya
masing-masing di Jakarta dan Hanoi. Indonesia telah tnembuka kembali perwakilan pada
tingkat Konsulat Jenderal pada bulan Mei 1993 di Ho Chi Minh City dengan persetujuan
Pemerintah Vietnam guna meningkatkan hubungan bilateral RI – Vietnam.[23]
Hubungan baik di bidang politik secara kongkrit antara lain tercermin dalam hal-hal sebagai
berikut :[24]
1. Penghargaan oleh Vietnam terhadap bantuan beras Indonesia pada tahun 1986,
sewaktu Vietnam mengalami kekurangan pangan.
2. Dukungan Vietnam terhadap terpilihnya Indonesia sebagai Ketua NonBlok.
3. Bantuan Indonesia didalam usaha penanganan program keluarga berencana, saran
kebijaksanaan dalam bidang perminyakan, investasi, perbankan dan transpor.
4. Dukungan Indonesia terhadap keinginan Vietnam untuk menandatangani ASEAN
Treaty of Amity and Cooperation.
5. Bantuan-bantuan Indonesia lainnya kepada Vietnam berupa training dan
pengembangan sumber daya manusia.
6. Berbagai kunjungan para pimpinan dan pejabat tinggi kedua negara yang mencapai
puncaknya dengan kunjungan kenegaraan Presiden Soeharto ke Vietnam pada bulan
November 1990 yang dinilai oleh pihak Vietnam sebagi kunjungan bersejarah
pertama tokoh non-sosialis ke Hanoi sejak tahun 1975.
7. Kunjungan terpenting yang dilakukan Vietnam adalah kunjungan PM Vietnam yang
baru, Vo Van Kiet ke Indonesia pada tanggal 24 – 27 Oktober 1991.
Hubungan di bidang Ilmu Pengetahuan dalam Teknologi
Senin 26 Februari 2006, Menteri Negara Ristek Kusmayanto Kadiman didampingi Deputi
Bidang Program RIPTEK menerima kunjungan kehormatan Duta Besar Vietnam HE Mr.
NGUYEN Hoang An dan Delegasi Partai Komunis Vietnam (PKV) yang dipimpin oleh Dr.
Phan Tung Mau sebagai Wakil Direktur Departemen Ilmu Pengetahuan Alam, Teknologi dan

Lingkungan, Komisi Pusat Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan serta 4 anggota. Kunjungan
bertujuan untuk mempelajari kebijakan dan peranan Indonesia tentang masalah umum di
bidang pengetahuan ilmu pegetahuan dan teknologi serta pemasaran iptek di Indonesia, baik
pada lembaga pemerintah, swasta, universitas maupun LSM.

Indonesia-Timor Leste Jalin Kerja Sama Responsif Gender
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Meneg PP-PA) Linda
Amalia Sari Gumelar dan Secretary of State for the Promotion of Equality Timor Leste Idelta
Maria Rodrigues menandatangani nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU)
tersebut di Jakarta,Jumat (5/10) sore ini.
Linda Gumelar mengatakan, kerja sama ini merupakan tindak lanjut dari kunjungan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono ke negara itu beberapa waktu lalu.
Kerja sama kedua negara ini bertujuan memperkuat dan memperluas kerja sama dalam
pengembangan kapasitas dan kebijakan penguatan di negara masing-masing. Sorotan utama
pada kerja sama ini adalah kebijakan yang responsif gender.
Apalagi kondisi perempuan kedua negara sebetulnya tidak jauh berbeda. Dari jumlah
penduduk 1,6 juta, 50% di antaranya adalah kaum perempuan, demikian pula dari sekitar 240
juta penduduk Indonesia 50% di antaranya adalah perempuan.
Sebagian perempuan di kedua negara ini sudah mengalami kemajuan, namun sebagian lagi
masih butuh dorongan.
"Kita akan saling berbagi informasi dan pengalaman soal bagaimana pemberdayaan
perempuan di masing-masing negara. Juga meningkatkan pengetahuan dan mempromosikan
keberhasilan dalam pelaksanaan kebijakan dan program pemberdayaan perempuan," kata
Linda.
Linda mengatakan, kerjasama ini akan menguntungkan kedua negara. Terutama Indonesia
kemungkinan akan memberikan kontribusi banyak untuk Timor Leste, misalnya bagaimana
penganggaran responsif gender yang sudah diterapkan Indonesia di beberapa
kementerian/lembaga.
Selain itu juga pemberdayaan perempuan dalam bidang ekonomi. Industri rumahan adalah
salah satu contoh bagaimana perempuan menyikapi rendahnya kesempatan kerja dan upah
pekerja perempuan.
Untuk menjaga ketahanan ekonomi keluarga, kini banyak perempuan yang memilih menjadi
wirausaha. Di Indonesia, sektor mikro dan kecil hampir 70% dikelola kelompok perempuan.
Kelompok ini terbukti menjadi safety net bagi keluarga dari golongan pra sejahtera dan
sejahtera.
"Saat ini sesuai dengan permintaan Timor Lesta, fokus MoU ini memang untuk memperkuat
kelembagaan pengarusutamaan gender. Namun tidak menutup kemungkinan di masa
mendatang akan ada kerja sama soal anak," kata Linda.
Penandatanganan MoU ini akan ditindaklanjuti dengan membentuk tim-tim terkait dari
masing-masing negara,sehingga pelaksanaannya akan terstruktur dan lebih kongkrit lagi.
Dalam waktu dekat Linda Gumelar akan mengunjungi negara Timor Leste untuk
menyaksikan langsung pemberdayaan perempuan di negara itu.

Indonesia-Spanyol tingkatkan kerjasama pertahanan
Menteri Pertahanan Spanyol, Pedro Morenes Eulate, mengawali kunjungan kenegaraan di
Indonesia, Rabu (13/2). Kedatangan Pedro Morenes di kantor Kementerian Pertahanan
disambut dengan upacara militer.
Kunjungan kehormatan Pedro kepada Menhan Purnomo Yusgiantoro untuk meningkatkan
hubungan kerjasama di bidang pertahanan antara Spanyol dengan Indonesia.
Dalam pembahasan, peningkatan hubungan kerjasama di bidang pertahanan itu antara lain
kerja sama pendidikan, bidang perencanaan, inovasi, dukungan logistik dan akuisisi produk
pertahanan. Juga kerjasama di bidang sains dan teknologi yang berkaitan dengan akuisisi
penggunaan sistem dan perangkat militer dalam rangka transfer teknologi Bumnis di
Indonesia.
Di pertemuan ini juga dilaksanakan penandatanganan MoU yang telah digagas oleh
Indonesia-Spanyol sejak tahun 2007. MoU berisi kerjasama kedua negara untuk
memfasilitasi peningkatan hubungan pertahanan melalui kerja sama teknologi dan
pengetahuan, promosi juga kegiatan pendekatan.
Menurut Menhan Purnomo Yusgiantoro, kerjasama ini sangat penting sekali karena kedua
negara dapat saling belajar satu sama lain tentang pertahanan. Purnomo menyatakan hal ini
saat jumpa pers soal MoU Spanyol dan Indonesia di Ruang Palapa, Gedung Kementerian
Pertahanan RI.
"Kita akan melakukan suatu cooperation, mengenai penanggulangan bencana. Seperti
diketahui, banyak bencana terjadi. Gunung meletus, banjir, dan lain-lain. Pada tahun 2004,
Spanyol bantu Indonesia pada saat tsunami di Aceh. Kita sangat mengapresiasi. Walaupun
negaranya jauh tapi Spanyol tetap membantu," kata Purnomo.
Indonesia dan Spanyol menurut Purnomo sudah melaksanakan kerjasama di berbagai bidang.
"Sebetulnya ini sudah berjalan. Tapi, tentu harus ada payung. Seperti diketahui, kerjasama
kita kokoh sekali. Asean pasarnya besar untuk industri pertahanan," jelas Purnomo.
Sementara Menteri Pertahanan Spanyol, Pedro Morenes Eulate merasa senang berada di
Indonesia. Ini merupakan kali pertama dia berada di Jakarta.
"Indonesia sangat baik, kita punya rencana untuk Indonesia. Kita akan bekerja agar
menghasilkan kerjasama yang baik dalam waktu yang panjang. Saya sangat senang berada di
sini. Ini pertama kalinya saya berada di Jakarta. Kita harus menjaga kerjasama ini," kata
Pedro, Rabu (13/2).
an
Pedro berharap ke depannya dapat mengintensifkan berbagai bidang industri lain selain
pesawat terbang. Indonesia dan Spanyol memang telah memiliki kerjasama industri strategis
yang telah terjalin cukup lama di bidang udara. Industri perkapalan Spanyol, Navantia,
rencananya juga bersedia untuk melakukan kerja sama dengan perusahaan kapal di Indonesia.

Indonesia - Argentina Optimistis Jalin Kerja Sama Strategis
Mengingat Indonesia dan Argentina sama-sama berada dalam kelompok negara ekonomi
maju, G20
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berharap kunjungan Presiden Argentina, Christina
Elisabet Fernandez de Kirchner ke Istana Negara, Kamis (17/1), bisa mempererat kerja sama
strategis antara dua negara, khususnya dalam bidang investasi, mengingat Indonesia dan
Argentina sama-sama berada dalam kelompok negara ekonomi maju, G20.
"Kunjungan ini bersejarah dan kami yakin akan dapat meningkatkan hubungan kerja sama
dana kemitraan di masa depan," kata Presiden SBY di Istana Negara, Jakarta.
Dalam pertemuan itu dua kepala negara membicarakan berbagai isu mulai dari ekonomi,
investasi, pertanian, transportasi, hingga pariwisata. Argentina dan Indonesia juga
berkomitmen untuk membantu pembangunan negara-negara lain yang membutuhkan.
Presiden SBY menilai bahwa kerja sama yang signifikan antara kedua negara dalam dua
tahun terakhir, menjadi ukuran bahwa hubungan keduanya akan makin prospektif di masa
depan.
Sementara itu Presiden De Kirchner mengungkapkan apresiasi atas penerimaan Indonesia
terhadap kedatangannya.
"Kedua negara adalah anggota G20, sama-sama negara sedang berkembang dan memimpin
pertumbuhan ekonomi luar biasa 10 tahun terakhir," kata Presiden Argentina tersebut.
De Kirchner pun mengatakan, baik Indonesia maupun Argentina akan memberikan kontribusi
positif terhadap perkembangan dunia global.
"Soal investasi, pemerintah dan tim bisa bekerja sama melakukan joint venture dan
sebagainya," imbuh presiden ke-55 Argentina, yang juga istri mantan Presiden Nestor
Kirchner.
Kirchner menjadi presiden perempuan pertama di Argentina dan sempat menjabat sebagai
senator di Santa Cruz dan Buenos Aires, dengan latar belakang pendidikan hukum.

Indonesia-Nigeria kerja sama tekan anti sawit
Medan (ANTARA News) - Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) akan bekerja sama
dengan kelompok tani di Nigeria dan asosiasi profesi kelapa sawit di Pantai Gading untuk
menekan kampanye anti sawit di pasar internasional khususnya di Eropa.
"Pembicaraan yang mengarah kepada kerja sama itu akan dilakukan DMSI dalam
keikutsertaan utusan DMS pada forum bisnis yang akan dilaksanakan di Abuja, Nigeria
berkaitan dengan kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke negara tersebut dalam
waktu dekat," kata Ketua DMSI, Derom Bangun, di Medan, Selasa.
Kerja sama dengan kelompok tani atau Initiative for Public Policy Analysis (IPPA) di Nigeria
dan asosiasi profesi kelapa sawit di Pantai Gading atau Association de Interprofessionelle
Filiere de Palmier a Huile (AIPH) itu dilakukan DMSI setelah melihat keberhasilan IPPA
menggugat perusahaan pengecer besar atau semacam distributor yakni "Systeme U" yang
membuat kampaye negatif atas sawit.
Gugatan IPPA ke Systeme U, dimenangkan Pengadilan Dagang Perancis "Tribunal De
Commerce in Paris".
Menurut Derom, sejak awal 2012, beberapa perusahaan di Perancis memang gencar
mengkampanyekan anti minyak sawit dengan mencantumkan tulisan seperti "Sans Huile De
Palme" yang berarti "Tanpa Minyak Sawit" pada kemasan makanan yang diperjualbelikan.
"DMSI sudah menghubungi IPPA dan AIPH.Direktur IPPA maupun Ketua AIPH sudah
menyatakan kesediaan berdiskusi dan menyusun kerangka kerja sama dengan DMSI di dalam
pertemuan forum bisnis itu," katanya.
Dia menegaskan, utusan DMSI akan berangkat dari Jakarta menuju Afrika,31 Januari 2013.
"Hasil kesepakatan kerja sama itu nanti dikabarin," katanya.
Derom menegaskan, Pemerintah Indonesia dalam hal ini DMSI ingin bergandengan tangan
dengan kedua organisasi itu untuk melakukan kegiatan advokasi di Eropa guna meningkatkan
citra minyak sawit.
Citra yang baik, dipastikan akan memperbesar dan memperluas pasar minyak sawit sekaligus
menngkatkan harga jualnya.
Membaiknya permintaan dan menguatnya harga minyak sawit tentunya otomatis mengangkat
harga tandan buah segar (TBS) petani yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan
petani.
"Jadi kerja sama DMSI dengan IPPA dan AIPH itu jelasnya untuk kepentingan kesejahteraan
petani sawit Indonesia," katanya.

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

Berburu dengan anjing terlatih_1

0 46 1

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisa studi komparatif tentang penerapan traditional costing concept dengan activity based costing : studi kasus pada Rumah Sakit Prikasih

56 889 147

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Preparasi dan Karaterisasi Nanopartikel Zink Pektinat Mengandung Diltiazem Hidroklorida dengan Metode Gelasi Ionik.

7 51 92