Pengaruh Keberadaan Kampung Inggris Terh

PENGARUH KEBERADAAN KAMPUNG INGGRIS TERHADAP GUNA LAHAN
DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKT DI DESA TULUNG REJO DAN DESA
PELEM, KABUPATEN KEDIRI
Ar Rohman Taufiq Hidayat, Surjono, Eddi Basuki Kurniawan
JurusanPerencanaan Wilayah dan Kota FakultasTeknikUniversitasBrawijaya
Jl. Mayjen Haryono 167 Malang 65145, Indonesia

email:[email protected]
ABSTRAK
Setiap aktivitas guna lahan dapat mempengaruhi kondisi fisik dan non fisik daerah disekitarnya.
Perubahan fisik yang terjadi adalah perubahan terhadap guna lahan disekitarnya. Sedangkan perubahan non
fisik terletak pada sosial ekonomi masyarakat yang mendiami guna lahan tersebut. Penelitian ini berusaha untuk
mengetahui besar perubahan yang ditimbulkan dari guna lahan yaitu “Kampung Inggris” yang ada di Desa
Tulung Rejo dan Desa Pelem, Kabupaten Kediri. Metode yang digunakan adalah menggunakan cara
pengambilan sampel berjumlah 145. Populasinya adalah masyarakat yang berada di wilayah “Kampung
Inggris” berjumalh 2015 KK. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif terhadap hasil rekap kuesioner
dan evaluatif dengan melakukan uji Wicoxon dan Pearson Moment Product. Hasilnya adalah lembaga kursus di
“Kampung Inggris” mempengaruhi guna lahan dan sosial ekonomi masyarakat di “Kampung Inggris”.
Besarnya pengaruh yaitu lahan terbangun meningkat 5,4% per tahun setiap tahunnya, 4,8% fungsi lahan yang
ada mengalami perubahan fungsi setiap tahunnya, kegiatan organisasi masyarakat menurun, partisipasi
masyarakat menurun, 9,3% dari jumlah penduduk mengalami perubahan mata pencaharian terkait keberadaan

lembaga kursus tersebut, dan meningkatnya pendapatan penduduk sebesar Rp. 120.587 setiap tahun dengan
mengikut sertakan faktor inflasi.
Kata kunci: KampungInggris, Pengaruh, Gunalahan, Sosialekonomi, Masyarakat
ABSTRACT
Each activity on land use will influence physical and non-physical development condition. The physical
change are the changes of uses on the surrounding land. While the non physical changes are the socio-economy
of the community. This main purpose of the s tudy is to analyze the extent “KampungInggris” has change the
land use at TulungRejo and Pelem village, Kediri regency. We interviewed 145 respondents presenting the
population in “KampungInggris” that consist 2015 families. We used descriptive analyse fr om the summary of
the questionnaires and evaluative analyse by using wilcoxon signed rank sum test and Pearson Moment product
test. The results are the courses on the “KampungInggris” influencing land use and social economy of the
community on the “KampungInggris”. The area development increase 5,4% each year, 4,8% existing land use
function change every year, social institution activities also decrease, participation community on society
activities also decrease, 9,3% employers change their occupation each year, and income increase by Rp.
120.587 each year (inflation counted).

Keywords:KampungInggris, Impact, Land use, Socio-economy, Community

PENDAHULUAN
Aktivitas guna lahan dapat mempengaruhi

lingkungan sekitarnya baik secara fisik maupun
non fisik. Pengaruh tersebut antara lain pengaruh
terhadap guna lahan disekitarnya dan kondisi
sosial ekonomi masyarakatnya. Salah satu fungsi
lahan adalah untuk sarana pendidikan. Aktivitas
pendidikan dapat memberikan pengaruh terhadap
lingkungan sekitarnya baik dari segi guna lahan,
sosial dan ekonomi masyarakat.
Salah satu bentuk pendidikan berdasarkan
Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional adalah pendidikan

informal. Pendidikan tersebut pendidikan diluar
pendidikan formal (seperti SD, SMP, SMA, dan
Perguruan tinggi) yang dilaksanakan secara
terstruktur. Salah satu pendidikan informal yang
terkenal di Kabupaten Kediri adalah kursus
bahasa inggris yang terletak di Desa Tulung Rejo
dan Desa Pelem. Lembaga kursus tersebut
berjumlah hingga 110 pada tahun 2009-2010

yang pada tahun 2001 membentuk komunitas
bernama “Kampung Inggris”.
Lokasi “Kampung Inggris’ tersebut terletak
di Kecamatan Pare. “Kampung Inggris” tersebut

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 3, Nomor 1, Juli 2011

11

PENGARUH KEBERADAAN KAMPUNG INGGRIS TERHADAP GUNA LAHAN DAN SOSIAL EKONOMI

MASYARAKT DI DESA TULUNG REJO DAN DESA PELEM, KABUPATEN KEDIRI

berada di perbatasan Desa Tulung Rejo dan Desa
Pelem. Lokasi “Kampung Inggris” sangat dekat
dengan pusat Kecamatan Pare yang berjarak
kurang dari 3 Km ke arah tenggara.
Lembaga kursus di “Kampung Inggris”
dimulai sejak tahun 1977. Kini jumlahnya sudah
mencapai lebih dari 100 lembaga kursus. Dalam

1 tahun lembaga-lembaga tersebut dapat
menampung lebih dari 3000 siswa (sumber: pusat
informasi “Kampung Inggris” tahun 2010).
Aktivitas tersebut membawa pengaruh terhadap
guna lahan, sosial, dan ekonomi masyarakat di
“Kampung Inggris”. Contohnya peningkatan
taraf ekonomi dan sosial masyarakat di kawasan
pendidikan Jatinangor, Bandung (Ery Supriyadi
R.. 2008) dan kawasan pendidikan Barkeley di
Amerika Serikat (Barkeley University. 2006.)
Rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Bagaimana karakteristik lembaga kursus di
“Kampung Inggris”, fisik dan sosial ekonomi
Desa Tulung Rejo dan Desa Pelem
kecamatan Pare, Kabupaten Kediri?
2. Bagaimana perkembangan lembaga kursus di
“Kampung Inggris”, guna lahan dan sosial
ekonomi masyarakat Desa Tulung Rejo dan
Desa Pelem kecamatan Pare, Kabupaten
Kediri

terkait
pengaruh
keberadaan
“Kampung Inggris”?
3. Berapa besar pengaruh dan rekomendasi
terkait keberadaan lembaga kursus bahasa
inggris di “Kampung Inggris” terhadap guna
lahan dan sosial ekonomi masyarakat
“Kampung Inggris” di Desa Tulung Rejo dan
Desa Pelem Kecamatan Pare, Kabupaten
Kediri?
METODE PENELITIAN
Penelitian ini mengidentifikasi perubahan
yang terjadi akibat aktivitas pendidikan di
“Kampung Inggris” tersebut. variabel yang
diteliti, yaitu:
1. Kondisi fisik dan non fisik desa
Kondisi fisik dan non fisik desa adalah
kondisi dasar wilayah studi. Sub variabel
tersebut antara lain kodisi fisik alami, kondisi

fisik binaan, dan kondisi sosial ekonomi
masyarakat. Variabel ini perlu ditelaah untuk
mengatahui kondisi dasar sehingga diketahui
karakteristik makro wilayah studi.
2. Guna lahan
Variabel guna lahan yaitu lahan terbangun
dan tidak terbangun dan fungsi lahan.
Penambahan luas lahan terbangun dan
perubahan fungsi lahan terbangun yang
terjadi
ditelaah
untuk
mengetahui
keterkaitannya dan besar perubahannya

12

terkait keberadaan lembaga kursus di
“Kampung Inggris”.
3. Sosial

Variabel sosial yang digunakan adalah
interaksi masyarakat yang mencakup
didalamnya adalah organisasi sosial dan
kegiatan bersama masyarakat. Variabel ini
akan berguna untuk mengatahui perubahan
interaksi antar masyarakat dalam komunitas.
Perubahan perilaku masyarakat dalam
kegiatan bersama dan perubahan perilaku
organisasi ditelaah untuk mengetahui
keterkaitan perubahan perilaku tersebut
terkait keberadaan lembaga kursus di
“Kampung Inggris” tersebut.
4. Ekonomi
Variabel ekonomi yang digunakan adalah
mata pencaharian dan pendapatan. Mata
pencaharian dan pendapatan merupakan
elemen pokok untuk mengatahui ekonomi
masyarakat selain pola konsumsi.
5. Lembaga kursus di “Kampung Inggris”
Merupakan bagian penting untuk mengatahui

perkembagan dan kondisi saat ini sehingga
perubahan yang terjadi dapat diketahui dari
perkembangan kondisi saat ini lembaga
kursus tersebut. sub variabel yang digunakan
adalah kondisi fisik lembaga, siswa, dan
pengajar
Metode yang digunakan antara lain:
Metode pengumpulan data yang digunakan
adalah survey primer ke masyarakat dan survey
sekunder ke instansi pemerintahan. Survey
sekunder menggunakan kuesioner sedangkan
survey sekunder mengumpulkan dokumen
Monografi Desa dan Kecamatan Pare dalam
Angka.
Metode analisisnya adalah analisis
deskriptif dan analisis evaluatif. Analisis
deskriptif menganalisis semua variabel dan
terhadap terkait besarnya nilai variabel,
perubahan nilai variabel, dan menghubungan
sebab akibat antar variabel. Semua variabel akan

dianalisis dengan metode ini.
Analisis evaluatif hanya dilakukan untuk
beberapa variabel saja. Variabel yang dianalisis
menggunakan metode analisis evaluatif yaitu
perubahan luas lahan terbangun, perubahan
fungsi, perubahan mata pencaharian, dan
perubahan pendapatan. Variabel ini untuk
menguji keterkaitan keberadaan lembaga kursus
di “Kampung Inggris” terhadap guna lahan dan
ekonomi masyarakat. Alat analisisnya adalah
SPSS dengan uji normalitas KolmogorovSmirnov, uji peringkat Wilcoxon, dan uji

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 3, Nomor 1, Juli 2011

Ar Rohman Taufiq Hidayat, Surjono, Eddi Basuki Kurniawan

Pearson
moment
productdengan
derajat

kesalahan 5%.
Menggunakan sistem random samping
menggunakan rumus Arikunto (2006; 136)
dengan populasi berjumlah 2015 denganderajat
kesalahan 7,2%. Jumlah responden adalah 145
keluarga.

No.

Kategori

Muhammadiyah

HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Analisis kondisi lembaga kursus, fisik dan
non fisik desa
Tahun 2009 jumlah lembaga kursus
berjumlah 110 unit. Jumlah tersebut tidak
bertahan lama hingga tahun 2010. pada tahun
2010 jumlah tersebut menyusut menjadi 61

hingga akhir bulan Mei. Jumlah siswa mencapai
3500 siswa dari berbagai daerah di Indonesia.
Ruangan tempat belajar merupakan ruangan
permanen berukuran 3x4 m dan ruang non
permanen yang berukuran sama. Rata-rata daya
tampung masing-masing kelas adalah 15 orang
namun beberapa lembaga menyediakan hingga
40 siswa per kelas. Masa studi siswa antara 6 s.d.
12 bulan. Tenaga pengajar berasal dari siswa
lembaga tersebut yang memiliki kemahiran
mendalami materi. Masa kerja pengajar kurang
lebih 1 hingga 3 tahun saja.
Desa Tulung Rejo dan Desa Pelem dekat
dengan pusat Kecamatan Pare. Lahan desa masih
belum terbangun seluas 662,366 Ha pada tahun
2008. Lahan pertanian luasnya mencapai 586,34
Ha.
Fungsi lahan didominasi oleh lahan
pertanian. Sedangkan pola guna lahannya
cenderung linear sepanjang jalan utama dan
memusat pada pusat aktivitas seperti di pusat
kecamatan dan sekitar “Kampung Inggris”.
Jumlah sarana permukiman terbesar adalah
perdagangan 549 unit dan jasa 197 unit.
Terdapat 11 organisasi masyarakat yang
ada di Desa Tulung Rejo dan Desa Pelem. Setiap
organisasi memiliki struktur yang jelas dimana
terdapat pembagian wewenang antara pengurus
dan anggota. Kegiatan organisasi disesuaikan
dengan jenis organisasi tersebut. organisasi
tersebut sudah ada sebelum adanya “Kampung
Inggris” kecuali perkumpulan pemilik kos.
Jumlah anggota dan partisipan terbanyak
yaitu organisasi NU dan paling sedikit adalah
Kelompok Mina Jaya yaitu perkumpulan
pengusaha pembibitan ikan.
Tabel 1. Kegiatan Organisasi Sosial Masyarakat
Desa Tulung Rejo dan Desa Pelem Tahun 2010
No.
1

Kategori
Keagamaan

Jenis organisasi
NU

Jenis kegiatan

Pengajian rutin
Peringatan hari
besar agama
Koperasi simpan
pinjam

Jenis organisasi

2

Kepemudaan

3

Pekerjaan

4

Pemerintahan
dan sosial

Muslimat NU
Wanita Islam
Kelompok
pengajian
Karang Taruna

Kelompok tani
Kelompok mina
jaya
Perkumpulan
pemilik kos
Forum
ketua
RT/RW
PKK

Jenis kegiatan

Pertemuan
anggota
Pengajian rutin
Peringatan hari
besar agama
Pertemuan
anggota
Pengajian rutin
Pengajian rutin
Pengajian rutin
Peringatan hari
besar agama dan
nasional
Pertandingan
olah raga dan
seni
Penyuluhan
Penyuluhan
Rapat anggota
Rapat anggota
Rapat ketua RT
dan RW
Arisan
Penyuluhan
keluarga
Kegiatan
ibu
rumah tangga

Sedangkan kegiatan bersama masyarakat
yang ada di Desa Tulung Rejo dan Desa Pelem
yaitu ronda, kerja bakti, rapat RT/RW, tahlilan,
upacara adat, arisan, iuran kematian, dan
istighosah.
Semua masyarakat mengikuti kegiatan
tersebut. Namun intensitas kegiatannyapun
berbeda antar tingkat RT/RW. Beberapa RT di
Desa Tulung Rejo masih terdapat kegiatan ronda.
Sedangkan RT yang ada di Desa Pelem sudah
tidak ada lagi kegiatan ronda. Tingkat partisipasi
masyarkata setiap kegiatan yang diadakan masih
tergolong tinggi baik penduduk asli maupun
pendatang. Peran serta tersebut menunjukkan
bahwa masyarakat masih memegang teguh adat
istiada.
Sebagian besar penduduknya bekerja
dibidang pertanian yang berjumlah 5693 jiwa.
Sedangkan masyarakat yang dekat dengan pusat
kecamatan, banyak bekerja dibidang non
pertanian seperti berdagang, PNS, dan sektor non
pertanian lainnya. Pendapatan rata-rata per KK
pada tahun 2008 mencapai Rp. 1.500.000
pertahun. Dengan demikian Desa Tulung Rejo
dan Desa Pelem tergolong dalam desa swakarya.
Tipologi desa ini adalah mata pencaharian
penduduk mulai beralih ke mata pencaharian non
pertanian, sistem ekonomi berubah menjadi
kapitalis, dan masih memegang teguh adat
istiadat. Sehingga pendapat yang disampaikan
oleh (Boeke 1952 diterjemahkan oleh Makaliwe
1983) tentang sistem ekonomi desa yang

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 3, Nomor 1, Juli 2011

13

PENGARUH KEBERADAAN KAMPUNG INGGRIS TERHADAP GUNA LAHAN DAN SOSIAL EKONOMI

MASYARAKT DI DESA TULUNG REJO DAN DESA PELEM, KABUPATEN KEDIRI

cenderung tradisional dan prakapitalis tidak dapat
dipertahakan seutuhnya.

110

120

Jumlah lembaga

100

299,7

250
200
150

117,2

119,04

120,114

125,3

terbangun
tidak terbangun

100

0
2006

2007

2008

2010

Tahun

Gambar 4. Perubahan Lahan Terbangun
Desa Tulung Rejo Tahun 2006 – 2010
Tabel 2. Pembangunan Besar
Rentang Tahun 2006 – 2010
Tahun
2006

72

80
58
60

46

40

2007
2008

20

s.d. tahun
2000

2001-2002

2003-2004

2005-2006

2007-2008

2009-2010

Tahun

Gambar 1. Jumlah Lembaga Kursus
Mulai Tahun 2001
4000
3500
3000
Jumlah siswa

304,886

50

0

2500
2000
1500
1000
500
0
s.d. tahun
2000

2001-2002

2003-2004

2005-2006

2007-2008

2009-2010

Tahun

Gambar 2. Jumlah Siswa Lembaga Kursus
Mulai Tahun 2001 – 2010

Semakin tahun lahan terbangun di Desa
Tulung Rejo dan Desa Pelem bertambah. Berikut
pertambahan lahan terbangun di kedua desa
tersebut.
400
350

Luas lahan (ha)

305,96

Keterangan

88

20

361,59

359,57

357,48

300
250

230,41

232,43

234,52

354,79

237,21

terbangun
tidak terbangun

200
150
100
50
0
2006

2007

2008

2010

Tahun

Gambar 3. Perubahan Lahan Terbangun
Desa Tulung Rejo Tahun 2006 – 2010

14

307,8

300

Luas lahan (ha)

2. Analisis perkembangan lembaga kursus,
guna
lahan
dan
sosial
ekonomi
masyarakat
Lembaga kursus dirintis sejak tahun 1977
yang hanya terdapat satu lembaga kursus saja
bernama BEC. Hingga saat ini lembaga tersebut
bertambah hingga 110. Sejak tahun 2001
dibentuk “Kampung Inggris” yang mencitrakan
keberdaan banyaknya lembaga kursus beserta
tradisinya. Sejak adanya lembaga kursus, jumlah
lembaga kursus meningkat pesat.

350

2010

Pembangunan permukiman dibeberapa tempat
termasuk di “Kampung Inggris” sekitar kampung
inggris
Pembangunan perumahan Bumi permata
Pembangunan ruko Jalan Kusuma Bangsa dan
Akademi Kesehatan.
Pembangunan rumah , ruko dan pelebaran rumah
dibeberapa tempat. Di sepanjang jalan utama dan
permukiman

Menurut Jayadinata (1992), perkampungan
pedesaan
cenderung
mengelompok
dan
berdekatan satu sama yang lain. Di Desa Tulung
Rejo dan Desa Pelem, pola penggunaan lahan
terbangun di perkampungannya mengikuti linear
pada jalan utama jalan dan terpusat pada pusat
aktivitas masyarakat contohnya di “Kampung
Inggris”. Fungsi lahan juga mengalami
perkembangan. Perkembangan yang terjadi
adalah lahan pertanian dan lahan kosong berubah
menjadi permukiman dan fungsi lainnya, dan
perubahan yang kedua adalah permukiman
berubah menjadi sarana permukiman.
Perubahan lahan tak terbangun menjadi
fungsi permukiman dan yang lainnya contohnya
pembangunan perumahan dan ruko di sepanjang
jalan Papar-Pare dan Jalan Kusuma Bangsa.
Sedangkan perubahan permukiman menjadi
sarana permukiman banyak terjadi di “Kampung
Inggris” dan wilayah desa yang berada di jalan
utama. Penambahan sarana permukiman yang
terbanyak adalah sarana perdagangan dan jasa.
Sarana perdagangan meningkat 328% dari tahun
2002. Sarana jasa tahun 2010 berjumlah 197 unit.
Sedangkan sarana yang lain meningkat 0% s.d.
80%. Jumlah sarana makam tetap baik dari segi
luas maupun jumlah.
Perkembangan sosial yang terjadi jika
ditinjau dari segi struktur organisasi sosial tidak
banyak mengalami perubahan. Jumlah lembaga
tetap namun jumlah kegiatan menurun.
Penurunan tersebut dikarenakan anggota

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 3, Nomor 1, Juli 2011

Ar Rohman Taufiq Hidayat, Surjono, Eddi Basuki Kurniawan

2.500.000
2.000.000

Rupiah

organisasi enggan melanjutkan kegiatan.
meskipun demikian jika terdapat kegiatan
organisasi, antusias anggota tinggi.
Kegiatan bersama masyarakat tidak banyak
mengalami perubahan. Antusias warga untuk
mengikuti tetap tinggi meskipun yang mengalami
beberapa penurunan keikutsertaan masyarakat.
Semua kegiatan bersama masih berjalan namun
kegiatan ronda tidak berjalan sama sekali di Desa
Pelem. Ronda tidak berjalan karena masyarakat
menganggap wilayah desa telah aman dan
ditunjang keberadaan kantor polisi yang dekat
dengan desa.
Kegiatan bersama dalam masyarakat yang
mengalami penurunan partisipasi yaitu ronda
malam. kegiatan yang mengalami peningkatan
partisipasi adalah kegiatan keagamaan, kerja
bakti, dan iuran kematian. Kegiatan bersama
tersebut intensitasnya relatif tetap kecuali ronda
malam dan kerja bakti yang semakin menurun.
Alasannya adalah adanya sugesti negatif karena
lokasi desa yang dekat dengan kantor polisi dan
pengambil alihan tanggung jawab kebersihan atas
jalan utama yang ada di desa.
Dari segi ekonomi, mata pencaharian
masyarakat sudah tidak lagi dibidang pertanian.
Terjadi pergeseran mata pencaharian dari
pertanian menuju non pertanian. Perubahan mata
pencaharian tersebut salah satunya dipengaruhi
keberadaan pusat kecamatan yang relatif dekat
sehingga peluang bekerja di bidang non pertanian
meningkat.
Jumlah
penduduk
yang
bermata
pencaharian dibidang pertanian menurun 7% dari
tahun 2005 hingga 2008. Peningkatan jumlah
penduduk berdasarkan mata pencaharian tertinggi
yaitu PNS,TNI,POLRI dan bidang jasa hingga
25,5% pada periode yang sama. Peningkatan
yang kedua yaitu perdagangan yang mencapai
14,9%.
Pendapatan perkapita penduduk desa
meningkat.
Peningkatan
tersebut
seiring
meningkatnya harga kebutuhan pokok. Meskipun
desa cenderung mampu memenuhi kebutuhan
dan jenis kebutuhan relatif sederhana, pendapatan
meningkat
tersebut menunjukkan
bahwa
kebutuhan baik jenis dan jumlah sudah bervariasi
maka ciri desa untuk Desa Tulung Rejo dan Desa
Pelem sudah bergeser menjadi desa swakarya.
Sistem ekonomi bergeser dari pra kapitalis
menjadi kapitalis karena tuntunan mencukupi
kebutuhan.

1.500.000
1.000.000
500.000
0
2000-2002

2003-2004

2005-2006

2007-2008

2009-2010

Tahun

Gambar 5. Pertambahan Pendapatan Rata-Rata
Perkapita Masyarakat Desa Tulung Rejo
Dan Desa Pelem Tahun 2001 – 2010

3. Analisis pengaruh lembaga kursus di
“Kampung Inggris” terhadap guna lahan,
sosial dan ekonomi masyarakat desa
Sebelum dilakukan analisis, terlebih dahulu
dilakukan pengujian asumsi yaitu uji normalitas
dengan menggunakan metode uji KolmogorovSmirnov. Hasilnya adalah perubahan luas lahan
terbangun dan perubahan pendapatan diuji
menggunakan uji peringkat Wilcoxon karena
sebaran data tidak normal. Sedangkan perubahan
mata pencaharian dan perubahan fungsi
bangunan diuji menggunkan uji korelasi Pearson
karena sebaran data normal.
Berdasarkan hasil uji Peringkat Wilcoxon,
perubahan luas lahan terbangun menunjukkan
adanya keterkaitan hubungan antara keberadaan
lembaga kursus di “Kampung Inggris”. Uji
Peringkat Wilcoxon menunjukkan bahwa
keberadaan lembaga kursus mempengaruhi
perkembangan luas lahan terbangun.
Selama 10 tahun terakhir telah terjadi
peningkatan luas lahan terbangun. Berikut
peningkatan luas lahan terbangun 10 tahun
terakhir.
Tabel 3. Penambahan Luas Lahan Terbangun
Tahun
Sebelum 2000
2001-2002
2003-2004
2005-2006
2007-2008
2009-2010

Pernambahan luas (%)
14
13
12
9
6

Jika dirata-rata, maka terjadi peningkatan
luas lahan terbangun sebesar 5,4% setiap
tahunnya. Sedangkan penambahan luas tersebut
termasuk penambahan bangunan baru dan
perluasan bangunan yang sudah ada. Hasilnya
adalah terdapat 30,56% bangunan baru pada 10
tahun terakhir dan 71% bangunan yang ada
mengalami penambahan luas bangunan pada 10
tahun terakhir.
Perkembangan lahan terbangun jika tidak
terkontrol dapat menimbulkan permasalahan
contohnya berubahnya lahan pertanian disekitar
“Kampung Inggris” menjadi permukiman.

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 3, Nomor 1, Juli 2011

15

PENGARUH KEBERADAAN KAMPUNG INGGRIS TERHADAP GUNA LAHAN DAN SOSIAL EKONOMI

MASYARAKT DI DESA TULUNG REJO DAN DESA PELEM, KABUPATEN KEDIRI

Keberadaan lembaga pemerintahan tingkat desa
dan organisasi masyarakat dapat dimanfaatkan
untuk menekan perkembangan negatif tersebut.
Kontrol sosial dapat dijalankan karena ciri khas
masyarkat desa yang cenderung patuh pada
perturan sosial dan sugesti dari tokoh masyarakat.
Selama 10 tahun terakhir, terdapat 96,55%
fungsi lahan mengalami perubahan, 37,14%
diantaranya adalah bangunan baru. Perubahan
fungsi tersebut hanya teridentifikasi perubahan
lahan tak terbangun menjadi terbangun dan
permukiman menjadi sarana perdagangan dan
jasa yaitu warung, kios, dan kos. Berdasarkan
hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa
perubahan fungsi tersebut menunjukkan adanya
pengaruh dari keberadaan lembaga kursus di
“Kampung Inggris”.Keberadaan lembaga kursus
di “Kampung Inggris” telah mempengaruhi
perubahan fungsi lahan sebesar 9,6% setiap
tahunnya.
Perubahan fungsi yang tidak terkendali
dapat memberikan dampak negatif terhadap
aktivitas yang lain. Dampak yang mungkin
muncul adalah tergangunya aktivitas lalu lintas
disepanjan Jalan Veteran, Jalan Wahidin, dan
Jalan Brawijaya yang merupakan rute angkutan
umum Kediri-Surabaya melewati Kecamatan
Pare. Fungsi organisasi sosial dapat dimanfaatkan
untuk menghindari permasalahan tersebut.
keberadaan
organisasi
sosial,
contohnya
perkumpulan usaha sejenis, dapat memberikan
sugesti positif sehingga masyarakat dapat
mengidentifikasi ulang perubahan fungsi
terhadap aktivitas lalu lintas tersebut.
Perubahan bidang sosial tidak terlalu
banyak terjadi. Jumlah organisasi sosial masih
tetap berjumlah 11. organisasi tersebut yaitu NU,
Muhammadiyah, Muslimat, NU, Wanita Islam,
Kelompok pengajian, Karang Taruna, Kelompok
tani, Kelompok mina jaya, Perkumpulan pemilik
kos, Forum ketua RT/RW, dan PKK.
Perubahan yang terjadi justru pada kegiatan
organisasi sosial tersebut. Kegiatan organisasi
sosial mulai berkurang contohnya kegiatan
perkumpulan pemilik kos. Namun Karang Taruna
di Dusun Singgahan mulai digerakkan kembali
sehingga kegiatan organisasi meningkat lagi.
Kini karang taruna tersebut giat mengadakan
perintisan wirausaha mandiri untuk membentuk
usaha baru bagi pemuda terkait perkembangan
“Kampung Inggris”.
Kegiatan bersama dalam masyarakat juga
mengalami perubahan. Kegiatan bersama yaitu :
terdapat kegiatan yang sudah tidak lagi diadakan
oleh masyarakat khusus di Dusun Singgahan
yaitu ronda malam. Hampir keseluruhan kegiatan
tersebut mengalami penurunan intensitas

16

kegiatan. Namun partisipasi masyarakat sangat
tinggi jika kegiatan tersebut diadakan. Kurangnya
inspirasi dari masyarakat menjadikan itensitas
kegiatan berkurang. Keberadaan pemuda pun
hanya sebatas partisipan dan tidak menjadi
inspirator. Dikhawatirkan jika tokoh penggerak
kegiatan yang biasanya dari kaum tua sudah tidak
sanggup lagi maka kegiatan tersebut akan hilang.
Perkembangan negatif tersebut dikarenakan
faktor interaksi yaitu identifikasi, simpati, sugesti
dan imitasi (Soekanto, 1989) berkembang kearah
yang negatif. Terjadinya imitasi negatif perilaku
siswa dan masyarakat pendatang namun sugesti
dari tokoh masyarakat mampu mengurangi
imitasi tersebut. Contohnya masyarakat masih
ikut serta dalam kegiatan keagamaan dan adat
istiadat.
Keberadaan lembaga kursus di “Kampung
Inggris” juga mempengaruhi perubahan mata
pencaharian. Berdasarkan uji korelasi pearson,
perubahan mata pencaharian masyasarakat
“Kampung Inggris” berubah karena keberadaan
lembaga kursus.
Berdasarkan uji korelasi Pearson, diketahui
terdapat
perubahan
pekerjaan
dengan
peningkatan jumlah lembaga kursus di
“Kampung Inggris”. Berdasarkan hasil survey,
diketahui bahwa 93% masyarakat “Kampung
Inggris” mengalami perubahan pekerjaan selama
10 tahun terakhir. 17% diantaranya adalah
pengangguran yang memiliki pekerjaan dari
keberadaan “Kampung Inggris” tersebut.
Perkembangan mata pencaharian tersebut
menunjukkan bahwa masyarakat mampu
menangkap peluang usaha yang ditimbulkan oleh
lembaga kursus di “Kampung Inggris”.
Keberadaan organisasi dapat dimanfaatkan untuk
memberdayakan masyarakat untuk menangkap
peluang ekonomi keberadaan lembaga kursus
meskipun sebagai mata pencaharian sampingan.
Terutama pemuda di “Kampung Inggris”
diberdayakan melalui Karang taruna sehingga
memiliki usaha. Contohnya Karang taruna Dusun
Singgahan yang merintis pemberdayaan pemuda
dibidang usaha warung, kios, dan pengajar
lembaga kursus.
Pekerjaan terkait keberadaan “Kampung
Inggris” yang paling banyak diminati adalah
sewa kamar. Umumnya masyarakat menambah
mata pencaharian terkait keberadaan “Kampung
Inggris”. Masyarakat enggan melepas pekerjaan
aslinya. Keberadaan “Kampung Inggris” tersebut
telah mempengaruhi 9,3% jumlah penduduk
merubah mata pencahariannya.
Perubahan mata pencaharian tersebut
memberikan dampak positif terhadap pendapat
masyarakat. Pendapatan rata-rata perkeluarga

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 3, Nomor 1, Juli 2011

Ar Rohman Taufiq Hidayat, Surjono, Eddi Basuki Kurniawan

naik setiap tahunnya. Berdasarkan uji peringkat
Wilcoxon, perubahan pendapatan penduduk
terpengaruh dari keberadaan “Kampung Inggris”.
Namun pada tahun 2005-2006 pendapatan turun
karena nilai inflasi mencapai 23,71%.

200.000

232.206

224.763

250.000
177.978

Rupiah

150.000
100.000
33.399

50.000
0

-50.000 2001-2002 2003-2004 2005-2006 2007-2008 2009-2010
-100.000

-65.412
tahun

Peningkatan
pendapatan

Gambar 6. Peningkatan Pendapatan

Pada uji peringkat Wilcoxon terhadap
perubahan pendapatan menujukkan bahwa
perubahan pendapatan tersebut erat hubungannya
dengan keberadaan lembaga kursus di “Kampung
Inggris”. Besarnya perubahan adalah meningkat
RP. 120.587 setiap tahunnya. Nilai pendapatan
tersebut sudah memperhitungan nilai inflasi.
Untuk meningkatkan pendapatan dan
interakasi
masyarkat,
perlu
dibentuknya
organisasi usaha sejenis. Tujuannya sebagai
wadah untuk berinteraksi sehingga kepentingan
masing-masing masyakat terkait usahanya dapat
terpenuhi. Contohnya perkumpulan pemilik kos.
Selain itu untuk membantu masyarakat yang lain
untuk membuka usaha yang sama sehingga
pemdapatan masyarakat dapat berkembang
bersama.
Selain itu keberadaan kegiatan organisasi
juga diarakan pada kegiatan ekonomi sehingga
interkasi masyarkat dapat bermafaat secara sosial
dan ekonomi. Contohnya kegiatian koperasi
organisasi NU. Meskipun masih bergerak
dibidang simpan pinjam saja, dharapkan
dikemudian hari dapan mendorong masyarakat
untuk membuka usaha terkait keberadaan
lembaga kursus di “Kampung Inggris”.
4. Rekomendasi
a. Guna lahan
Rekomendasi untuk guna lahan tersebut, yaitu:
1. Perlu adanya peran serta aparat desa untuk
menghimbau setiap pembangunan yang
dilakukan oleh masyarakat agar tidak
menggangu aktivitas lalu lintas contohnya
perluasan usaha dengan menyediakan tempat
parkir;
2. Keberadaan
organisasi
sosial
dapat
dimanfaatkan sebagai sarana kontrol terhadap
penggunaan lahan. Namun organisasi sosial

tersebut tidak dapat memaksa karena tidak
memiliki kewenangan. Sehinga organisasi
sosial hanya dimaksudkan untuk memberikan
anjuran melalui pendekatan sosial; dan
3. Kontrol sosial untuk membantu mengurangi
perluasan lahan terbangun. yaitu pengaturan
dapat dilakukan oleh organisasi sosial
melalui
perkumpulan
usaha
sejenis.
Contohnya perkumpulan pengusah warung
“Kampung Inggris”. Dengan adanya
perkumpulan tersebut dapat dibentuk
peraturan mengenai pengembangan warung
sehingga permasalahan lahan parkir terkait
keberadaan jalan arteri sekunder dapat
dihilangkan.
b. Sosial
Rekomendasi untuk bidang sosial, yaitu:
1. Mendukung dan mengembangkan kegiatan
yang mampu mendorong pemanfaatan
peluang usaha terkait keberadaan lembaga
kursus di “Kampung Inggris” contohnya
koperasi yang di rintis oleh organisasi NU
dan wirausaha mandiri oleh Karang Taruna
Dusun Singgahan; dan
2. Mengadakan kembali kegiatan bersama yaitu
ronda malam dan kerja bakti untuk Desa
Pelem.
c. Ekonomi
Rekomendasi untuk bidang ekonomi, yaitu:
1. Membentuk kelompok
usaha
seperti
kelompok pemilik kos yang sudah ada untuk
memberikan bantuan pengetahuan dalam
membuka dan mengembangkan usaha; dan
2. Memberdayakan pemuda desa untuk
membuka usaha mandiri sehingga mampu
bersaing di tanah kelahiran sendiri.
KESIMPULAN
1. Desa Tulung Rejo dan Desa Pelem terletak
berdekatan dengan pusat Kecamatan Pare.
Guna laha didominasi oleh pertanian dan
mata pencaharian utama dibidang pertanian.
Keberadaan “Kampung Inggris” merupakan
salah satu pusat aktivitas. Merupakan salah
satu pusat perkembangan guna lahan dan
sosial ekonomi;
2. Lembaga kursus telah ada sejak tahun 1977
dan hingga kini mencapai 110 lembaga
kursusterus bertambah setiap tahunnya.
Mulai terbentuk “Kampung Inggris” tahun
20001 sebagai nama wilayah dalam Desa
Tulung Rejo dan Desa Pelem yang terdapat
lembaga kursus bahasa inggris. Pertambahan
lembaga kursus tersebut seiring dengan
pertambahan jumlah siswa. Jumlah siswa

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 3, Nomor 1, Juli 2011

17

PENGARUH KEBERADAAN KAMPUNG INGGRIS TERHADAP GUNA LAHAN DAN SOSIAL EKONOMI

MASYARAKT DI DESA TULUNG REJO DAN DESA PELEM, KABUPATEN KEDIRI

meningkat sebesar Rp.120.587 setiap
tahun 2009 ditafsir mencapai 3500 siswa dan
tahunnya (nilai inflasi diperhitungkan) lebih
terus bertambah pada tahun 2010. Tenaga
tinggi daripada pendapatan masyarakat desa
pengajar dan siswa sebagian besar berasal
Rp. 69.714 per tahun. Rekomendasi terkait
dari luar Desa Tulung Rejo dan Desa Pelem.
pengaruh terhadap sosial masyarakat adalah
Perkembangan lembaga kursus inilah yang
memberdayakan organisasi sosial masyarakat
mempengaruhi perkembangan guna lahan
menjadi pendorong untuk membantu
dan sosial ekonomi masyarakat “Kampung
masyarakat di “Kampung Inggris” guna
Inggris”.
Berkurangnya
lahan
tidak
menangkap
peluang
ekonomi
yang
terbangun
akibat
dari
banyaknya
ditimbulkan oleh keberadaan lembaga kursus
pembangunan. Pesatnya pembangunan di
karenakan desa Tulung Rejo dan Desa Pelem
dekat dengan pusat kecamatan sebagai pusat SARAN
pelayanan dan pusat kegiatan. Kegiatan 1. Perlu adanya konfirmasi silang terhadap
pendapat aparat pemerintahan terhadap
bersama dan organisasi masyarakat masih
pendapat masyarakat sehingga diketahui
berjalan meskipun mengalami penurunan
kevalidan data dan informasi;
intensitas kegiatan dan peran aktif
masyarakat. Sedangkan pertanian masih 2. Penelitian terkait guna lahan perlu mengikut
sertakan intensitas bangunan sehingga
menjadi mata pencaharian terbanyak
diketahui penggunaan lahan masing-masing
terutama masyarakat yang tinggalnya dekat
petak lahan sehingga mempermudah
dengan lahan pertanian. Mata pencaharian
melakukan perencanaan guna lahan pada
non pertanian terutama bidang komersil
wilayah studi;
banyak terdapat di wilayah desa yang dekat
3. Perlunya penelitian mendalam mengenai
dengan pusat Kecamatan Pare; dan
pemanfaat “Kampung Inggris” untuk obyek
3. Berdasarkan uji korelasi Pearson momen
wisata yang terintegrasi dengan obyek wisata
produk dan uji Wilcoxon, keberadaan
lain yang ada di Kediri; dan
“Kampung
Inggris”
mempengaharuhi
perkembangan guna lahan dan ekonomi. Dari 4. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai
penataan lokasi lembaga kursus sehingga
hasil telaah tersebut, dapat dirumuskan
“Kampung Inggris” dapat dijadikan obyek
reomendasi terkait keberadaan lembaga
wisata.
kursus di “Kampung Inggris”. Penambahan
luas lahan terbangun sebesar 5,4% per tahun
lebih besar dari perkembangan lahan DAFTAR PUSTAKA
terbangun desa yang mencapai 1,07% per
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian.
tahun dan 4,8% fungsi lahan berubah setiap
Jakarta: Rineka Cipta.
tahunnya. Rekomendasi guna lahan adalah
Peran serta perangkat desa, tokoh masyarakat Barkeley University. 2006. The Economic Impact
& Social Benefits of the University of
dan organisasi sosial masyarakat sebagai alat
California,
kontrol sosial sehingga perkembangan guna
Berkeley.http://berkeley.edu/econimpact/20
lahan dapat tertata dengan baik. Berdampak
05-2006-econimpact-report.pdf
(diakses
negatif dengan mengurangi jumlah intensitas
pada
10
november
2009
pukul
05.12.WIB).
kegiatan organisasi namun jumlah organisasi
tetap dan berdampak negatif mengurangi Ery Supriyadi R.. 2008. Peran Universitas dalam
jumlah keikutsertaan anggota dalam kegiatan
Pengembangan Ekonomi Lokal: Kasus
organisasi, berdampak negatif menurunkan
Kawasan Pendidikan Tinggi Jatinangor .
peran serta masyarakat dalam kegiatan
Bandung: Institut Tekonologi Bandung.
bersama. Rekomendasi terkait pengaruh
terhadap
sosial
masyarakat
adalah Jayadinata, T. Johara. 1991. Tata Guna Tanah
Dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan,
meningkatkan peran serta masyakat dalam
dan Wilayah. Bandung: ITB.
kegiatan sosial kemasyarakatan antara lain
menambah variasi kegiatan dan mengadakan Makaliwe, Williem H. 1983. Teori Umum
kembali kegiatan yang sudah ada sehingga
Mengenai Kesempatan Kerja, Bunga, dan
interaksi sosial antar masyarakat dapat terus
Uang. Yogyakarta:Gajah Mada Press.
terjaga. 9,3% dari jumlah penduduk
mengalami perubahan mata pencaharian Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu
Pengantar. Jakarta: PT Radja Grafindo.
lebih besar dibanding perubahan mata
pencaharian masyarakat desa yaitu 0,7% per Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang
tahunnya dan pendapatan pendudukan
Sistem Pendidikan Nasional.
18

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 3, Nomor 1, Juli 2011