Arahan Pengembangan Potensi Ekonomi Kabu
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Hukum dan Administrasi Perencanaan yang berjudul “Arahan Pengembangan Potensi Ekonomi Kabupaten Gresik”.
Selama proses penulisan laporan ini banyak mendapatkan bantuan dari pihak-pihak lain sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan optimal. Pada Kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini yaitu:
1. Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.Rer.Reg. sebagai dosen mata kuliah Ekonomi Wilayah yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan laporan ini serta memberikan ilmu dan saran yang sangat bermanfaat.
2. Belinda Ulfa Aulia, ST., M.Sc sebagai dosen mata kuliah Ekonomi Wilayah yang telah membantu kami dan memberikan banyak masukan dan saran yang bermanfaat dalam menyelesaikan tugas ini.
3. Serta semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran penyelesaian tugas ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan pembaca. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata kami ucapkan terimakasih.
Surabaya, 1 Juni 2018
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Gresik merupakan Kabupaten yang terletak di sebelah Barat Kota Surabaya. Kota Gresik tumbuh menjadi kota industri, perdagangan, budaya dan wisata religi di Provinsi Jawa Timur. Pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat menjadikan sebagian orang pindah ke untuk mencari pekerjaan. Dengan adanya migrasi penduduk ke Gresik maka Gresik menjadi Kota yang semakin padat penduduknya. Pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi dan meningkatnya kegiatan masyarakat akan berdampak pada penyediaan kebutuhan masyarakat. Kondisi tersebut memberikan dampak perkembangan yang cukup pesat terhadap perdagangan yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi semakin meningkat. Indikator ekonomi untuk mengukur kinerja pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dilihat dari sisi pengeluaran PDRB adalah jumlah seluruh pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor netto di suatu wilayah. Dilihat dari sisi produksi PDRB adalah jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi (di suatu region) pada jangka waktu tertentu (setahun). PDRB merupakan indikator penting di suatu wilayah yang dapat mengindikasikan totalitas produksi neto barang/jasa yang selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar perencanaan dan evaluasi pembangunan wilayah.
Kabupaten Gresik pada tahun 2009 besaran PDRB Kabupaten Gresik mencapai Rp. 32.188 Milyar dan menduduki peringkat keempat di Jawa Timur dubawah Kota Surabaya, Kota Kediri, dan Kabupaten Sidoarjo. Namun tingkat pengangguran di terbuka di Gresik cukup tinggi setelah Kabupaten Sidoarjo, Kota Surabaya dan Kota Kediri. Tingginya angka pengangguran di Gresik menandakan bahwa sektor mata pencaharian yang tercemin dalamm PDRB belum dimaksimalkan potensinya oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Gresik. Tingginya angka pengangguran secara tidak langsung juga menggambarkan bahwa garis kesejahteraan masyarakat yang rendah, yang berarti tingkat kemiskinan masih terbilang tinggi. Sektor yang berpotensi besar juga dapat dilihat dari mata pencaharian penduduk dan penggunaan lahan Kabupaten Gresik. Sebagian besar penduduk Kabupaten Gresik bekerja di sektor industri pengolahan. Dalam bidang industri, Kabupaten telah diterbitkan 61 Tanda Daftar Industri (TDI) dengan nilai investari sebesar Rp. 9.739.010.000,00 yang menyerap 573 tenaga kerja dan nilai produksi sebesar Rp. 10.211.469.645,00. Di samping industri besar di Gresik juga terdapat industri kecil yang berperan dalam struktur PDRB juga sangat penting. Industri kecil itu meliputi kerajinan dan makanan. Industri kerajinan antara lain, industri sarung tenun tradisional, kerajinan kulit, kerjinan rotan, mebel rotan, kerajinan ukir, kerajinan songkok, kerajinan garmen dan damar kurung. Serta aja juga produk makanannya seperti krupuk dan makanan khas gresik. Terdapat pula sentra pruduk dan rumah produksi sebanyak
8 unit. Dengan banyaknya industri yang berada di Kabupaten Gresik terjadi peningkatan investasi di Kabupaten Gresik, pada tahun 2011 investasi meningkat menjadi Rp.
8.843.227.680.000,00. Keberhasilan dalam peningkatan tersebut di dukung oleh adanya potensi daerah, infrastruktur, serta pelayanan perizinan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan permasalahan yang ada dalam latar belakang, walaupun PDRB Gresik menduduki peringkat ke empat, namun masih ada sektor PDRB Gresik yang belum optimal. Dari permasalahan tersebut dapat ditarik rumusan masalah yaitu “Bagaimana Strategi pengoptimalan Potensi Ekonomi Daerah di Kabupaten Gresik?”
1.3 TUJUAN DAN SASARAN
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk merumuskan strategi pengembangan kawasan berdasarkan komoditas unggulan dan konsep yang dapat diterapkan untuk menjawab permasalahan ekonomi yang ada di Kabupaten Gresik. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah :
a. Analisis Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kabupaten Gresik
b. Identifikasi Upaya dalam Mendukung Pengembangan Potensi Ekonomi Unggulan di Kabupaten Gresik
1.4 RUANG LINGKUP
Secara geografis wilayah Kabupaten Gresik terletak antara 112° sampai 113° Bujur Timur dan 7° samapai 8° Lintang Selatan. Sebagian besar wilayahnya merupakan dataran rendah dengan ket- inggian 2 sampai 12 meter diatas permu- kaan air laut. Kabupaten Gresik mempunyai batas administrasi sebagai berikut: Sebelah Utara
: Laut Jawa,
Sebelah Timur
: Selat Madura dan Kota Surabaya,
Sebelah Selatan
: Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto
Sebelah Barat
: Kabupaten Lamongan.
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika yang digunakan dalam penulisan makalah ini sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
Pada bab I ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup wilayah, dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Pustaka
Pada bab II ini berisi tentang tinjauan pustaka diantaranya, teori pengembangan wilayah.
BAB III Gambaran Umum
Pada bab III ini, berisikan hasil pengumpulan data dan informasi di Kabupaten Gresik, antara lain kondisi eksisting wilayah, PDRB, Potensi Kabupaten Gresik
BAB IV Analisa
Pada bab IV ini, berisikan analisa komoditas unggulan atau sektor basis di Kabupaten Gresik. Selain itu, juga dilakukan analisis Shift-share guna mengetahui daya saing yang ada pada di Kabupaten Gresik. Setelah didapatkan hasil analisis, akan dihubungkan dengan konsep yang akan digunakan untuk menjawab permasalahan ekonomi yang ada pada Kabupaten Gresik.
BAB V Penutup
Pada bab terakhir ini, berisi tentang kesimpulan dan lesson learned yang didapatkan dari keseluruhan pembahasan makalah
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KEBIJAKAN RTRW KABUPATEN GRESIK
Salah satu persoalan yang muncul dalamn pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Gresik yaitu Perkembangan aktivitas industri yang pesat, tidak hanya pada industri kecil dan menengah tetapi juga industri-industri besar. Hal ini terutama merupakan limpahan atau pengalihan dari industri di Kota Surabaya yang sedikit demi sedikit mulai keluar dari Kota Surabaya berpindah ke Kabupaten Gresik, Kabupaten Sidoarjo, dan kabupaten lainnya. Kegiatan industri skala besar ini memerlukan pertimbangan pengalokasian yaitu dimana memilih lokasi yang tepat untuk pengembangan industri sehingga mencapai tujuan-tujuan ekonomi dan nonekonomi. Dari segi penggunaan lahan secara spasial, yang dipertimbangkan adalah aspek fisik atau aspek kesesuaian lahan.
Kabupaten Gresik memiliki beberapa Kawasan Strategis yang berpotensi untuk dapat dikembangkan salah satunya adalah Kawasan Strategis (KS) dari sudut Kepentingan Ketahanan Ekonomi, KS ini memiliki potensi untuk mengakomodasi perkembangan berbagai sub sektor ekononomi, terutama industri, baik itu industri yang terkait dengan sektor perikanan, ataupun industri yang bersifat footloose dengan memperhatikan daya dukung lingkungan. Keberadaan subsektor industri ini dapat menyerap pendapatan daerah yang cukup besar. Kabupaten Gresik memiliki beberapa prospek pengembangan kawasan strategis salah satunya adalah Rencana Pengembangan Kawasan Strategis dari sudut Kepentingan Ketahanan Ekonomi, yaitu kawasan industri, pergudangan, dan pelabuhan di Kecamatan Manyar
1. KEBIJAKAN PENETAPAN STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN
1.1 Kebijakan Sistem Perkotaan
a. pengembangan sistem pusat permukiman perkotaan dengan membentuk hierarki kota –perkotaan dan wilayah
b. pemerataan pembangunan dan pendorong pertumbuhan wilayah di seluruh wilayah perkotaan.
1.2 Kebijakan Sistem Perdesaan
a. pengembangan sistem pusat permukiman perdesaan dengan membentuk pusat pelayanan desa secara hierarki
b. peningkatan skala pelayanan pusat permukiman perdesaan
c. pemantapan hubungan desa melalui integrasi fungsi kegiatan industri, perikanan, pertanian dan perkebunan.
1.3 Kebijakan Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Wilayah
1.3.1 Kebijakan pengembangan sistem jaringan prasarana utama
a. pengembangan jaringan transportasi darat
a) pengembangan jaringan jalan untuk mendorong pertumbuhan dan
pemerataan wilayah pemerataan wilayah
c) pengembangan sistem angkutan umum secara merata
d) peningkatan sistem jaringan sungai
e) pengembangan dan pengoptimalan infrastruktur pendukung pertumbuhan wilayah yang terintegrasi dengan jaringan sungai
f) pengembangan infrastruktur pendukung pertumbuhan wilayah yang
terintegrasi dengan sistem jaringan jalan
b. pengembangan jaringan transportasi laut
a) peningkatan prasarana jaringan transportasi laut
b) pemenuhan kebutuhan penyeberangan antar pulau
c. pengembangan jaringan transportasi udara
a) pengembangan prasarana transportasi udara
b) pengembangan sarana dan prasarana pendukung kawasan sekitarnya
1.3.2 Kebijakan pengembangan sistem jaringan prasarana lainnya
a. pengembangan sistem jaringan energi
a) kebijakan pengembangan pembangkit listrik pengoptimalan pembangkit listrik dan pengembangan sumberdaya
energi pembangkit listrik; dan pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik dan gardu induk
distribusi tenaga listrik.
b) kebijakan pengembangan jaringan prasarana energi.
Kebijakan pengembangan jaringan prasarana energi, mencakup pengembangan jaringan minyak dan gas bumi.
b. pengembangan sistem jaringan telekomunikasi Kebijakan pengembangan sistem jaringan telekomunikasi dilakukan dengan peningkatan jangkauan pelayanan telekomunikasi secara optimal kepada masyarakat di Kabupaten Gresik.
c. pengembangan sistem jaringan sumber daya air
a) pengembangan jaringan sumberdaya air lintas kabupaten dan kota
b) pengembangan wilayah sungai kabupaten, termasuk waduk dan
embung pada wilayah kabupaten
c) penyediaan, pengembangan dan peningkatan pelayanan irigasi
d) penyediaan dan pengembangan jaringan air baku untuk air bersih
e) penyediaan, pengembangan dan peningkatan pelayanan air bersih bagi
kelompok pengguna
f) pengendalian banjir di wilayah-wilayah rawan banjir
d. pengembangan sistem prasarana pengelolaan lingkungan
a) pengelolaan sistem jaringan persampahan yang ramah lingkungan
b) pengoptimalan sistem sanitasi lingkungan yang sudah ada dan pengembangan sistem sanitasi individual dan komunal yang diarahkan pada sistem publik
c) penyediaan dan peningkatan pelayanan air bersih c) penyediaan dan peningkatan pelayanan air bersih
e. pengembangan sistem prasarana lainnya meliputi prasarana pendidikan, kesehatan, peribadatan, perdagangan, pemerintahan, taman dan olah raga, seni dan budaya, dan prasana pemakaman.
2. KEBIJAKAN PENETAPAN POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN
2.1 Kebijakan Pemantapan Kawasan Lindung
2.1.1 Kebijakan pemantapan kawasan lindung
a. kebijakan pemantapan kawasan yang memberikan perlindungan
terhadap kawasan bawahannya
b. kebijakan pemantapan kawasan perlindungan setempat
c. kebijakan pemantapan kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar
budaya
d. kebijakan dan strategi pemantapan kawasan rawan bencana alam
2.1.2 Kebijakan pemantapan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, dilakukan dengan pemantapan keberadaan kawasan resapan air di Kabupaten Gresik.
2.1.3 Kebijakan pemantapan kawasan perlindungan setempat
a. pelestarian dan pemantapan fungsi lindung pada kawasan sempadan
sungai dari bahaya kerusakan ekologi
b. pelestarian dan pemantapan fungsi lindung pada kawasan sekitar waduk
dan danau dari bahaya kerusakan ekologi
c. pelestarian dan pemantapan fungsi lindung pada kawasan sempadan
sekitar mata air dari bahaya kerusakan ekologi
d. penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik dengan luas 20% (dua
puluh persen) dari luas kawasan perkotaan
e. Penyediaan RTH perkotaan privat dengan luas 10% dari luas kawasan
perkotaan
2.1.4 Kebijakan pemantapan kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya meliputi :
a. pelestarian dan pemantapan fungsi lindung pada kawasan pantai
berhutan bakau;
b. pelestarian dan pemantapan fungsi lindung pada kawasan cagar alam;
c. pelestarian dan pemantapan fungsi lindung pada kawasan suaka
margasatwa; dan
d. pelestarian dan pemantapan fungsi lindung pada kawasan cagar budaya
dan ilmu pengetahuan.
2.1.5 Kebijakan kawasan rawan bencana alam, dilakukan melalui pengembangan upaya pencegahan dan penanganan kawasan rawan banjir.
2.2 Kebijakan Pengembangan Kawasan Budidaya
2.2.1 Kebijakan pengembangan kawasan budidaya
a. kebijakan pengembangan kawasan peruntukan hutan produksi
a) penetapan dan pemantapan luas kawasan hutan dengan sebaran yang proporsional, ditinjau dari sebaran fungsi hutan maupun fungsi lokasi; dan
b) pencegahan alih fungsi kawasan peruntukan hutan produksi menjadi
kawasan budidaya dan terbangun.
b. kebijakan kawasan peruntukan pertanian
a) pertahanan luasan lahan sawah beririgasi di Kabupaten sebagai
lahan pertanian pangan berkelanjutan
b) pengembangan kawasan perkebunan yang produktif dan ramah
lingkungan
c. kebijakan kawasan peruntukan perikanan, dilakukan melalui
pengembangan kawasan budidaya perikanan.
d. kebijakan kawasan peruntukan pertambangan, yaitu pengembangan
kawasan pertambangan yang ramah lingkungan
e. kebijakan kawasan peruntukan industri, dilakukan melalui pengembangan kawasan peruntukan industri yang ramah lingkungan.
f. kebijakan kawasan peruntukan pariwisata, yaitu pengembangan
kawasan pariwisata yang ramah lingkungan.
g. kebijakan kawasan peruntukan permukiman, yaitu pengembangan kawasan permukiman yang nyaman, aman, dan seimbang serta mempertimbangkan daya dukung lingkungan.
h. kebijakan kawasan andalan berupa pengembangan kawasan andalan yang optimal untuk mendorong pengembangan perekonomian kawasan sekitar.
i. kebijakan kawasan peruntukan lainnya
a) Pengembangan kawasan peruntukan perdagangan dan jasa;
b) Pengembangan kawasan peruntukan peternakan; dan
c) Pengembangan ruang untuk sektor informal.
2.3 Kebijakan Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten
a. Kebijakan kawasan strategis pengembangan ekonomi dilakukan dengan pengembangan Kawasan Industri Manyar dan Kawasan Agroindustri di Kecamatan Panceng yang memanfaatkan infrastruktur pengairan Bendung Gerak Sembayat.
b. Kebijakan kawasan strategis untuk pertahanan dan keamanan negara, meliputi:
a) pemeliharaan dan pengamanan aset-aset pertahanan
b) peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara
2.4 Kebijakan Penetapan Kawasan Pesisir Dan Pulau Pulau Kecil
a. Peningkatan konservasi ekosistem kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil yang menjadi fungsi perlindungan, baik perlindungan bagi kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, suaka alam maupun pelestarian alam.
b. Pengoptimalan pengembangan Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil.
c. Peningkatan upaya-upaya untuk mempertahankan dan memperbaiki ekosistem pesisir.
d. Peningkatan operasionalisasi perwujudan pengembangan kawasan andalan dengan produk unggulan sektor kelautan dan perikanan.
e. Pengembangan dan pengendalian daerah daerah pesisir di Kabupaten Gresik.
2.2 KEBIJAKAN RPJMD KABUPATEN GRESIK
Dalam rangka implementasi Misi Ketiga “ Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan upaya menambah peluang kerja dan peluang usaha melalui pengembangan ekonomi
kerakyatan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menekan angka kemiskinan” ditetapkan tujuan yaitu;
1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui optimalisasi potensi daerah.
2. Menghadirkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan didukung kemantapan infrastruktur dan konektivitas daerah.
3. Menciptakan kesejahteraan masyarakat melalui penguatan aksesibilitas kesempatan kerja didukung pengembangan ekonomi kerakyatan pemberdayaan
4. Mewujudkan peningkatan keberdayaan masyarakat secara inklusif melalui penanggulangan kemiskinan secara terpadu. Peningkatan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi dapat dimaknai dengan pembangunan
perkonomian secara inklusif dengan dukungan infrastuktur yang berkelanjutan serta pembangunan kualitas sumber daya manusia secara komprehensifdengan pendekatan strategis lintas sektoral dan terciptanya akses terhadap sumber daya pembangunan. Optimalisasi potensi daerah, penguatan ekonomi lokal, dan konsep ekonomi kerakyatan merupakan arsitektuyr pembangunan perekonomian secara integratif dengan mengedepankan kearifan lokal, membangun secara inklusif dengan penguatan pilar-pilar ekonomi daerah dan keterlibatan masyarakat dalam pembangunan. Pembangunan berwawasan lingkungan dimaknai dengan Meletakkan keberlanjutan dalam pembangunan ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup untuk menghadirkan kemajuan peradaban berdaya saing yang berwawasan lingkungan, mewujudkan kemadirian ekonomi, dan meneguhkan karakter kehidupan berbangsa berlandaskan keluhuran nilai-nilai budaya Gresik. Sedangkan global competition oriented adalah pembangunan perekonomian yang berdikari untuk menghadapi tantangan pasar global dalam rangka membangun Gresik sebagai salah satu poros perekonomian nasional. Sedangan menekan angka kemiskinan bermakna optimalisasi penanggulangan kemiskinan secara menyeluruh pada dimensi kemiskinan.
Penetapan Sasaran Pembangunan Tujuan Misi Ketiga didukung 20 (Dua Puluh) Agenda Pembangunan Urusan Pemerintahan Daerah meliputi Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman, Tenaga Kerja, Transmigrasi, Pangan, Pertanahan, Lingkungan Hidup, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Perhubungan, Koperasi Usaha Kecil dan Menengah, Penanaman Modal, Kelautan dan Perikanan, Pariwisata, Pertanian, Kehutanan, Energi dan Sumber Daya Mineral, Perdagangan, Perindustrian, Keuangan, dan Sosial sebagaimana berikut;
Dalam rangka mendukung pencapaian tujuan ke-1 misi ke-3 ditetapkan sasaran strategis yaitu
Sasaran 1 pada urusan Penanaman Modal yaitu Memajukan kualitas layanan dan kapasitas kelembagaan perizinan dalam rangka menjaga kondusifitas iklim investasi, meningkatkan kuantitas nilai investasi dan frekuensi usaha di Daerah
Sasaran 2 pada urusan Keuangan yaitu Meningkatkan pendapatan asli daerah guna mendukung keberdayaan pembangunan dan kemandirian daerah serta mewujudkan penatausahaan asset dan pengelolaan keuangan yang akuntabel, transparan, dan tertib administrasi berbasis akuntansi akrual
Sasaran 3 pada urusan Pariwisata yaitu Meningkatnya kunjungan wisata yang didukung pembangunan infrastruktur berkelanjutan dan ketersediaan fasilitas publik untuk berekspresi, berpromosi, dan berinteraksi dalam pengembangan ekonomi kreatif
Sasaran pada urusan Pangan dan Pertanian yaitu Mencapai kemandirian pangan dan diversifikasi konsumsi pangan daerah didukung peningkatan kualitas dan kapasitas sumber daya pertanian secara berkelanjutan
Sasaran 5 pada urusan Kelautan dan Perikanan yaitu Mencapai swasembada produksi perikanan dan keberdayaan ekonomi nelayan dengan memacu optimalisasi kapasitas dan kontinuitas inovasi teknologi perikanan
Dalam rangka mendukung pencapaian tujuan ke-2 misi ke-2 ditetapkan sasaran strategis yaitu;
Sasaran 6 pada urusan Lingkungan Hidup dan Kehutanan yaitu Meningkatnya kualitas lingkungan hidup secara menyeluruh dan berkelanjutan
Sasaran 7 pada urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yaitu Menciptakan pembangunan infrastruktur daerah yang berkelanjutan, dan berdaya saing serta mewujudkan harmonisasi pembangunan berlandaskan tata ruang.
Sasaran 8 pada urusan Perhubungan yaitu Menguatkan konektivitas transportasi antar wilayah Gresik dengan prioritas keselamatan, ketepatan waktu layanan, kelengkapan sarana prasarana penunjang transportasi, dan mempertimbangkan daya dukung lingkungan
Sasaran 9 pada urusan Pertanahan yaitu Mewujudkan kepastian hukum didukung optimalisasi performance pelayanan pertanahan
Dalam rangka mendukung pencapaian tujuan ke-3 misi ke-3 ditetapkan sasaran strategis yaitu
Sasaran 10 pada urusan Tenaga Kerja dan Transmigrasi yaitu Membangun tenaga kerja yang berdaya saing disertai peningkatan kualitas dan kapasitas produktifitas serta Mewujudkan harmonisasi hubungan industrial yang selaras dengan kondusifitas iklim ketenaga kerjaan.
Sasaran 11 pada urusan Perdagangan, Perindustrian, dan Energi dan Sumber Daya Mineral yaitu Mewujudkan kemandirian ekonomi daerah dengan memacu produktivitas perdagangan dalam iklim usaha yang kondusif dan berdaya saing didukung pertumbuhan industri mikro, kecil, dan menengah secara berkelanjutan
Sasaran 12 pada urusan Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah yaitu Menguatkan daya saing, peningkatan kinerja, dan menstimulasi pertumbuhan usaha UMKM dan Koperasi yang inovatif
Dalam rangka mendukung pencapaian tujuan ke-4 misi ke-3 ditetapkan sasaran strategis yaitu
Sasaran 13 pada urusan Sosial yaitu Menghadirkan peningkatan kualitas layanan sosial yang berkelanjutan, berkeadilan dan merata dengan mendekatkan jangkauan layanan kepada masyarakat dan keberdayaan partisipatoris serta penguatan penanggulangan kemiskinan secara menyeluruh.
Sasaran 14 pada urusan Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman yaitu Mendorong percepatan pengentasan linkungan kumuh didukung kemudahan akses terhadap perumahan dan peningkatan kualitas rumah layak huni
Sasaran 15 pada urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa yaitu Mewujudkan pembangunan desa yang berkelanjutan menuju kemandirian ditopang peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintahan desa yang professional, optimalisasi perekonomian desa, dan keberdayaan masyarakat yang sejahtera.
Arahan Kebijakan untuk misi 3 Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan upaya menambah peluang kerja dan peluang usaha melalui pengembangan ekonomi kerakyatan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menekan angka kemiskinan antara lain sebagai berikut.
1. Penguatan iklim investasi dan iklim usaha yang berdaya saing didukung efisiensi prosedural, peningkatan akurasi, kredibilitas layanan dan kapasitas kelembagaan perizinan berbasis teknologi dan kemudahan akses informasi
2. Pembangunan kemandirian dan keberdayaan ekonomi daerah berlandaskan potensi lokal secara inklusif.
3. Penatausahaan asset dan pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel, transparan, dan tertib administrasi berbasis akuntansi akrual.
4. Penguatan nilai-nilai budaya Gresik dalam pengembangan kepariwisataan yang didukung keberlanjutan pembangunan inftrastuktur pariwisata, kemudahan akses konektivitas destinasi-destinasi pariwisata, dan promosi pariwisata yang inovatif
5. Peningkatan produktivitas komoditas unggulan dan bahan pangan pokok ditunjang perbaikan infrastruktur, diversifikasi konsumsi pangan utama, dan mitigasi kerawanan pangan.
6. Peningkatan produktivitas, kualitas, dan daya saing perikanan berbasis penerapan inovasi teknologi dan pengembangan sumber daya kelautan secara berkesinambungan dan responsif terhadap pangsa pasar global.
7. Meletakkan pembangunan infrastruktur dalam konteks berkelanjutan yang berwawasan lingkungan, peduli terhadap perubahan iklim, dan peningkatan keberdayaan masyarakat dalam melestarikan lingkungan.
8. Penguatan literasi abad hayati secara mendalam guna menggunggah social awareness dan kepeduliaan dunia usaha didukung kebijakan konservasi sumber daya alam dan hayati, penguatan basis data lingkungan hidup, serta pembangunan berwawasan lingkungan.
9. Pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan dan harmonis berlandaskan Rencana Tata Ruang guna mendukung daya saing daerah, menguatkan karakter Gresik sebagai kota Santri dan Kota Wali didukung keselarasan dan pemerataan pembangunan.
10. Peningkatan kualitas layanan dasar infrastruktur melalui perbaikan aksesibilitas masyarakat terhadap layanan, sarana prasarana penunjang, dan peningkatan keberdayaan masyarakat.
11. Penguatan peran lintas sektor dalam meletakkan pembangunan sesuai dengan tata ruang ditunjang komprehensifitas regulasi dan validitas data.
12. Penguatan konektivitas antar wilayah melalui pengembangan layanan dan pembangunan sarana prasarana penunjang transportasi dengan mempertimbangkan dampak lingkungan, keselamatan pengguna, mendukung perkembangan pertumbuhan ekonomi wilayah, atribusi dan akurasi layanan transportasi.
13. Penyelenggaraan pelayanan pertanahan yang strategis dengan mengedepankan keselarasan pemahaman melalui harmonisasi peraturan agraria, peningkatan akurasi dalam akselerasi pelayanan, dan partisipasi masyarakat melalui inisiatif stimulan.
14. Peningkatan daya saing tenaga kerja melalui penguatan akses dan produktifitas terhadap pengelolaan sumberdaya produktif
15. Maintanance terhadap keselarasan iklim ketenagakerjaan yang kondusif dan hubungan industrial yang harmonis melalui pendekatan yang kooperatif dan ketertiban penegakan regulasi dalam dunia usaha.
16. Revitalisasi sumber daya pertanian diiringi peningkatan mutu dan daya saing hasil pertanian secara berkelanjutan guna mendukung eksplorasi potensi agribisnis secara optimal.
17. Preservasi dan konservasi secara berkelanjutan terhadap cakupan hutan daerah (Taman Hutan Raya) dan lahan kritis serta mengoptimalkan hasil hutan dengan prioritas akan keberlansungan ekosistem hutan.
18. Pemanfaatan energi dan sumber daya mineral daerah secara berkelanjutan melalui tata kelola yang peduli lingkungan hidup.
19. Penguatan daya saing dan kondusifitas iklim usaha perdagangan daerah dalam rangka meningkatkan produktivitas ekonomi berlandaskan perlindungan terhadap konsumen dan standardisasi produk khas Gresik.
20. Penguatan investasi sektor industrial guna meningkatkan populasi industri berskala besar dan menengah serta pengembangan kapasitas secara berkelanjutan bagi industri berskala mikro dan kecil.
21. Pengembangan sektor UMKM sebagai landasan ekonomi keraktyatan secara inklusif dengan peningkatan kualitas dan diversifikasi produk dan membuka peluang pasar yang lebih luas.
22. Pembangunan ekonomi daerah yang berdikari, disokong inovasi dan kreatifitas koperasi
serta jiwa kewirausahaan UMKM guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat Gresik
23. Keberlanjutan dan Kebersinambungan layanan sosial dengan memperluas jangkauan pelayanan secara merata, kepastian layanan yang berkeadilan, dan kemudahan akses serta optimalisasi penanggulangan kemiskinan.
24. Penguatan pembangunan kawasan permukinan melalui percepatan pengentasan lingkungan kumuh, peningkatan kualitas rumah tidak layak huni, dan kemudahan aksesibilitas perumahan bagi masyarakat miskin.
25. Membangun Desa, Desa Membangun
2.3 ANALISIS LOCATION QUOTIENT (LQ)
Location Quetient ( LQ )adalah salah satu metode yang digunakan untuk menentukan potensi relatif perekonomian suatu wilayah. Perhitungan LQ dilakukan dengan
membandingkan suatu besarnya peranan suatu sektor/industri suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor tersebut di daerah yang lebih luas. Aktivitas perekonomian regional digolongkan menjadi dua sektor kegiatan yakni aktivitas basis dan non basis. Aktivitas basis berperanan sebagai penggerak (primer mover) dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayah ke wilayah lain maka akan semakin maju pertumbuhan wilayah tersebut, begitu juga sebaliknya. Untuk menganalisis basis ekonomi suatu wilayah, salah satu teknik yang sering digunakan adalah Location Quotient (LQ).
Location Quotient digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor-sektor basis atau unggulan. LQ adalah rasio antara jumlah tenaga kerja pada sektor tertentu atau PDRB terhadap total jumlah tenaga kerja sektor tertentu atau total nilai PDRB di suatu daerah (kabupaten) dibandingkan dengan rasio tenaga kerja dan sektor yang sama di provinsi dimana kabupaten tersebut berada dalam lingkupnya (Adisasmita, 2005). Tarigan (2004) menyatakan bahwa LQ digunakan sebagai petunjuk adanya keunggulan komparatif dapat digunakan bagi sektor-sektor yang telah lama berkembang, sedangkan untuk sektor yang baru atau sedang tumbuh apalagi yang selama ini belum pernah ada, LQ tidak dapat digunakan karena produk totalnya belum menggambarkan kapasitas riil daerah tersebut.
Analisa LQ dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
a. Analisa SLQ ( Static Location Quotient )
Static Location Quotient merupakan suatu indeks yang mengukur apakah suatu sektor merupakan sektor unggulan (sektor basic) atau tidak bagi suatu daerah. Berikut adalah rumus dari SLQ :
V ik = Nilai output (PDRB) sektor i daerah studi k (kabupaten/kota)
V k = PDRB total semua sektor di daerah studi k
V ip = Nilai output (PDRB) sektor i daerah referensi p (propinsi)
V p = PDRB total semua sektor di daerah referensi p
1. Nilai LQ di sektor i > 1. Peran sektor i di daerah k lebih menonjol dari pada peran sektor k di daerah p. Dengan demikian, sektor i merupakan sektor unggulan
2. Nilai LQ di sektor i< 1. Peran sektor i di daerah k kurang menonjol dari pada peran sektor k di daerah p. Dengan demikian, sektor i bukan merupakan sektor unggulan
b. Analisa DLQ (Dynamic Location Quotient)
Dynamic Location Quotient adalah Indeks yang melihat laju pertumbuhan suatu sektor unggulan di suatu wilayah. Berikut adalah rumus dari DLQ :
DLQ ij = Indeks potensi sektor i di regional
g ij
= Laju pertumbuhan sektor i di regional
=Rata-rata laju pertumbuhan sektor di regional
= Laju pertumbuhan sektor i di provinsi
G = Rata-rata laju pertumbuhan sektor di provinsi
= Selisih tahun akhir dan tahun awal
1. DLQ > 1, maka potensi perkembangan sektor i di suatu regional lebih cepat dibandingkan sektor yang sama di provinsi
2. DLQ < 1, maka potensi perkembangan sektor i di suatu regional lebih rendah dibandingkan sektor yang sama di provinsi
3. DLQ = 1 : ini sektor mempunyai potensi perkembangan sama cepat dibanding daerah (kabupaten) lain di wilayah referensi (provinsi).
2.4 ANALISIS SHIFTSHARE (SSA)
Syafrizal (2008) daerah memiliki keunggulan komparatif pada sektor tertentu. Pengukuran besarnya keunggulan komparatif tersebut tidak dapat diukur berdasarkan regresi melainkan metode yang lazim yang sering digunakan adalah analisis shift share sebagaimana yang dikatakan oleh John P Blair (1991). Analisis shift-share juga merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk mengetahui perubahan dan pergeseran sektor atau industri pada perekonomian regional maupun lokal. Analisis shift-share menggambarkan kinerja sektor- sektor di suatu wilayah dibandingkan dengan perekonomian nasional. Bila suatu daerah memperoleh kemajuan sesuai dengankedudukannya dalam perekonomian nasional, maka akan dapat ditemukan adanya shift (pergeseran) hasil pembangunan perekonomian daerah. Selain itu, laju pertumbuhan sektor-sektor di suatu wilayah akan dibandingkan dengan laju pertumbuhan perekonomian nasional beserta sektor-sektornya. Kemudian dilakukan analisis terhadap penyimpangan yang terjadi sebagai hasil dari perbandingan tersebut. Bila penyimpangan itu positif, hal itu disebut keunggulan kompetitif dari suatu sektor dalam wilayah tersebut (Soepono, 1993:44).
Rumus Teknik Analisa Shiftshare
Berikut ialah rumusan cara mencari shiftshare :
PN / National Share
National share atau Pertumbuhan Nasional (PN) merupakan sebuah nilai yang menunjukkan pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional terhadap daerah. Namun, nasional yang dimaksud bukan hanya perhitungan skala nasional melainkan perhitungan pengaruh
pertumbuhan pada suatu daerah terhadap daerah yang lebih besar seperti skala Kecamatan terhadap Kabupaten/Kota dan skala Kabupaten/Kota terhadap Provinsi. Berikut ini rumusan perhitungan pertumbuhan nasional.
KPN = �� −�
Keterangan : Yt
= Indikator ekonomi wilayah Nasional (awal tahun) Yo
= Indikator ekonomi wilayah Nasional (akhir tahun)
PP / Proportional Shift
Proportional Shift atau Pertumbuhan Proporsional (PP) merupakan sebuah nilai untuk mengukur perubahan relative naik atau turunnya sektor daerah terhadap sektor yang sama ditingkat nasional atau daerah diatasnya. Berikut ini rumusan perhitungan Pertumbuhan Proporsional.
Keterangan : Yit
= Indikator ekonomi wilayah Nasional sektor I (awal tahun) Yio
= Indikator ekonomi wilayah Nasional sektor (akhir tahun) Dengan interpretasi hasil sebagai berikut:
1. Apabila PP > 0, berarti daerah j berspesialisasi secara cepat dengan sektor yang sama ditingkat nasional
2. Apabila PP < 0, berarti daerah j tidak berspesialisasi secara cepat dengan sektor yang sama ditingkat nasional
PPW / Differential Shift
Differential Shift atau Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) merupakan sebuah nilai untuk mengetahui tingkat komparatif suatu sektor tertentu daerah disbanding nasional atau daerah diatasnya. Berikut ini rumusan perhitungan Pertumbuhan Pangsa Wilayah.
Keterangan : yit
= Indikator ekonomi wilayah local sektor I (awal tahun) yit
= Indikator ekonomi wilayah local sektor I (akhir tahun) Yit
= Indikator ekonomi wilayah Nasional sektor I (awal tahun) Yio
= Indikator ekonomi wilayah Nasional sektor (akhir tahun) Dengan interpretasi hasil sebagai berikut :
1. Apabila PPW > 0, berarti daerah b memiliki daya saing yang baik pada sektor a. dengan kata lain, daerah b memiliki comparative agvantage sektor a dibanding wilayah lainnya
2. Apabila PPW < 0, berarti sektor a di daetah b tidak dapat bersaing dengan baik dibandingan dengan wilayah lain.
Petumbuhan Ekonomi
Setelah melakukan perhitungan melalui komponen-komponen pertumbuhan diatas, kemudian dilakukan perhitungan Pertumbuhan Ekonomi atau Shift Share. Dengan rumusan sebagai berikut:
PE = KPN + KPP + KPPW
Keterangan : PE= Pertumbuhan Ekonomi KPN = Kompnen Pertumbuhan Nasional KPP = Komponen Pertumbuhan Proporsional KPPW = Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah
Perhitungan Bersih (PB)
Untuk mengetahui Pergeseran Bersih pada suatu wilayah, dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
PB = KPP + KPPW
Keterangan : PB
= Pergeseran Bersih KPP = Komponen Pertumbuhan Proporsional KPPW = Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Dengan interpretasi sebagai berikut :
1. Jika PB ≥ 0 maka, sektor tersebut progresif
2. Jika PB < 0 maka, sektor tersebut mundur
Berdasarkan rumus diatas, KPP dan KPPW digunakan untuk mengetahui pergeseran pada suatu wilayah dengan melihat naik atau turunnya suatu sektor dan komparatif atau tidaknya suatu sektor yang sama pada wilayah tersebut sehingga ditemukan hasil pergeseran bersih pada wilayah tersebut terhadap wilayah nasionalnya.
2.5 TIPOLOGI KLASEN
Alat analisis Klassen Typology (Tipologi Klassen) digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Tipologi Klassen pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah. Melalui analisis ini diperoleh empat karateristik pola dan struktur pertumbuhan ekonomi yang berbeda, yaitu: daerah cepat-maju dan cepat-tumbuh (high growth and high income), daerah maju tapi tertekan (high income but low growth), daerah berkembang cepat (high growth but income), dan daerah relatif tertinggal (low growth and low income) (Kuncoro dan Aswandi, 2002: 27-45) dan (Radianto, 2003: 479- 499).
Kriteria yang digunakan untuk membagi daerah kabupaten/kota dalam penelitian menggunakan analisis tipologi klassen adalah sebagai berikut.
(1) daerah cepat-maju dan cepat-tumbuh, daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita yang lebih tinggi dibanding rata-rata provinsi; (2) daerah maju tapi tertekan, daerah yang memiliki pendapatan per kapita lebih tinggi, tetapi tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah dibanding rata-rata provinsi; (3) daerah berkembang cepat, daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan tinggi, tetapi tingkat pendapatan per kapita lebih rendah dibanding rata-rata provinsi; (4) daerah relatif tertinggal adalah daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapat per kapita yang lebih rendah dibanding rata-rata provinsi. Dikatakan “tinggi” apabila indikator di suatu kabupaten/kota lebih tinggi dibandingkan rata- rata seluruh kabupaten/kota di suatu provinsi dan digolongkan “rendah” apabila indikator di suatu kabupaten/kota lebih rendah dibandingkan rata-rata seluruh kabupaten/kota di suatu provinsi.
BAB III GAMBARAN UMUM
3.1 GAMBARAN UMUM KABUPATEN GRESIK
Lokasi Kabupaten Gresik terletak disebelah barat laut Kota Surabaya yang merupakan Ibukota Provinsi Jawa Timur dengan luas wilayah 1.191,25 km² yang terbagi dalam 18 Kecamatan dan terdiri dari 330 Desa dan 26 Kelurahan. Kabupaten Gresik juga mempunyai wilayah kepulauan, yaitu Pulau Bawean dan beberapa pulau kecil di sekitarnya.
Kabupaten Gresik mempunyai batas administrasi sebagai berikut: Sebelah Utara
: Laut Jawa,
Sebelah Timur
: Selat Madura dan Kota Surabaya,
Sebelah Selatan
: Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto
Sebelah Barat
: Kabupaten Lamongan.
Gambar 3.1 Peta Wilayah Kabupaten Gresik
Sumber: BPS Kabupaten Gresik
Secara geografis wilayah Kabupaten Gresik terletak antara 112° sampai 113° Bujur Timur dan 7° samapai 8° Lintang Selatan. Sebagian besar wilayahnya merupakan dataran rendah dengan ket- inggian 2 sampai 12 meter diatas permu- kaan air laut kecuali Kecamatan Panceng yang mempunyai ketinggi. Sebagian wilayah Kabupaten Gresik mempunyai dataran tinggi diatas 25 me-ter diatas permukaan laut, sangat potensial karena mampu menciptakan lahan yang cocok untuk industri, perikanan, perkebunan, dan permukiman.
3.2 POTENSI KABUPATEN GRESIK
Kabupaten Gresik memiliki potensi pengembangan kawasan budidaya dalam hal permukiman perkotaan, perindustrian, pertanian dan perikanan, serta pariwisata. Pada tahun 2013, terdapat 402 industri besar dan sedang, terutama di Kecamatan Cerme (101 perusahaan) dan Driyorejo (83 perusahaan). Jumlah industri secara keseluruhan (termasuk industri kecil dan menengah) pada tahun 2015 mencapai 6,653 industri. Dengan skalanya yang cukup besar, koontribusi sektor industri mendominasi PDRB Kabupaten Gresik hingga 49,95%, diikuti dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran (24%) dan sektor pertanian (8,65%). Luasan kawasan industri di Kabupaten Gresik mencapai 12.448,03 Ha. Pengem
bangan kawasan industri, terutama industri berat, direkomendasikan ke bagian utara sehingga lahan DAS Brantas dan Bengawan Solo tidak tercemar oleh industri. Dengan demikian, perlu diperkuat koridor Gresik – Tuban di bagian utara yang akan menjadi pusat pelayanan bagi daerah di sekitarnya. Gresik dibagi menjadi empat wilayah dan mempunyai potensi unggulan sendiri - sendiri tiap wilayahnya, seperti:
1. WILAYAH GRESIK UTARA
a. Pengembangan agropolitan (mangga)
b. Industri pengolahan dolomit
c. Minapolitan (Bandeng dan Udang)
d. Kawasan agroindustri dan industri manufacture
e. Pariwisata Pantai Dalegan
2. WILAYAH GRESIK KOTA
a. Industri makanan khas Gresik
b. Industri garmen (busana muslim)
c. Industri handycraft
d. Industri pariwisata budaya
e. Kawasan industri
3. WILAYAH GRESIK SELATAN
a. Industri mamin berbasis TOGA
b. Industri pengolahan berbasis peternakan
c. Industri tekstil (Sarung ATBM)
d. Industri pengolahan rotan
e. Industri agrobisnis (tanaman hias)
4. WILAYAH BAWEAN
a. Industri pariwisata
b. Industri pengolahan Batu Onix
c. Industri pengolahan ikan (krupuk)
d. Industri kerajinan anyaman pandan
e. Industri pengolahan aren, kelapa (gula merah, minyak kelapa)
Gresik juga mempunyai potensi unggulan seperti pertanian, perkebunan, perternakan, perikanan, dan industri.
A. PERTANIAN
Pada bidang pertanian di Kabupaten Gresik tahun 2011, jumlah produksi gabah kering giling se- banyak 296.886,32 ton, jagung sebanyak 76.366,27 ton dan kedelai sebanyak 1.388,70 ton. Sedangkan areal panen padi seluas 54.028 hektar, areal produksi jagung se- luas 18.349 dan areal produksi kedelai seluas 1.151 hektar.
B. PERKEBUNAN
Dalam bidang perkebunan di Kabupaten Gresik pada tahun 2011, jumlah produksi kopi sebanyak 59,40 ton, Kakao sebanyak 5,01 ton, tebu sebanyak 12.177 ton, mente sebanyak 35.520 ton, dan kelapa sebanyak 2.191,60 ton. Sedangkan areal produksi kopi seluas 59,40 hektar, tebu seluas 3.690 hektar, kakao seluas 11 hektar, mente seluas 119 hektar, dan kepala seluas 2.738 hektar.
C. PETERNAKAN
Jumlah populasi ternak di Kabupaten Gresik pada tahun 2011 sebanyak 3.555.178 ekor yang terdiri dari sapi 52.939 ekor, sapi perah 587 ekor, kerbau 176 ekor, kuda 236 ekor, kambing 57.511 ekor, domba 30.134 ekor, ayam ras petelur 133.045, ayam bukan ras 640.840 ekor, ayam ras pedaging 2.600.000 ekor, itik 26.450 ekor, entok dan angsa 13.260ekor. Adapun produksi hasil ternak pada tahun 2011 sebanyak 13.099,17 ton yang terdiri dari telur 2.464,38 ton, susu sebanyak 299,67 ton dan daging sebanyak 10.335,12 ton.
D. PERIKANAN
Produksi bidang perikanan di Kabupaten Gresik pada tahun 2011 mencapai 43.954,66 ton yang terdiri dari penangkapan di laut sebesar 19.492,84 ton, sungai/saluran air sebesar 93,03 ton, waduk sebesar 257,40 ton, budidaya tambak payau sebesar 24.032,03 ton, kolam sebesar 56,65 ton, dan tambak tawar sebesar 22.714,26 ton. Jumlah perahu/kapal penagkap ikan sebanyak 4.478 unit dan areal budidaya seluas 32.565,02 hektar yang terdiri dari tambak payau seluas 17.835,02 hektar, tambak tawar seluas 14.629,05 hektar, kolam seluas 100,95 hektar.
E. INDUSTRI
Dalam bidang industri pada tahun 2011 di Kabupaten Gresik telah diterbitkan
61 Tanda Daftar Industri (TDI) dengan nilai investasi sebesar Rp.9.793.010.000,00 yang me-nyerap 573 otang tenaga kerja dan nilai produksi sebesar Rp.10.211.469.645,00. Disamping industri skala besar, di Kabupaten Gresik juga terdapat industri kecil yang perannya dalam struktur PDRB juga sangat penting. Industri kecil itu meliputi industri kerajinan dan makanan.
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 METODE ANALISIS
Pada penelitian ini, teknik analisis yang digunakan bersifat kualitatif dan kuantitatif diantaranya adalah metode Location Quotient, Shift Share, Deskriptif kualitatif (kajian literatur) yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
Tabel 4. 1 Metode Analisis
Sasaran
Input Data
Teknik Analisis
Hasil Analisis
Mengidentifikasi
Sektor ekonomi unggulan di sektor ekonomi
Hasil survei
Location Quotient
Kabupaten Gresik unggulan Domestrik Regional
sekunder Produk
Bruto Kabupaten Gresik dan Jawa Timur berdasarkan harga konstan
Hasil perhitungan KPN,KPP perubahan struktur
Menganalisa
Hasil survei
Shift-Share
dan KPPW sehingga ekonomi dengan Domestrik Regional
sekunder Produk
didapatkan gambaran kondisi menggambarkan
sektor unggulan (tumbuh kondisi kedudukan
Bruto Kabupaten
cepat atau lambat, daya saing, sektor unggulan Timur berdasarkan
Gresik dan Jawa
keunggulan komparatif)
harga konstan
Mengidentifikasi Hasil studi literatur Potensi dan masalah potensi dan masalah dan studi kebijakan pengembangan sektor sektor unggulan
maupun hasil
unggulan
analisa pada sasaran Deskriptif Kualitatif
sebelumnya
(kajian)
Sumber : penulis
4.2 HASIL ANALISIS LQ
Metode analisa Location Quotient (LQ) menjelaskan mengenai teori basis ekonomi. Teori ini secara umum menjelaskan mengenai sektor basis dan sektor non basis. Sektor basis adalah sektor atau kegiatan ekonomi yang melayani baik pasar di daerah maupun di luar daerah. Sehingga daerah memiliki kemampuan untuk melakukan ekspor barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor tersebut ke daerah lain. Sedangkan sektor non basis merupakan kegiatan masyarakat yang hasilnya baik berupa barang atau jasa diperuntukkan bagi masyarakat itu sendiri dalam kawasan kehidupan ekonomi masyarakat tersebut. Hal ini sejalan dengan konsep swasembada, mandiri, kesejahteraan dan kualitas hidup sangat menentukan dalam kegiatan non basis ini.
Tabel 4. 2 Produk Regional Domestik Bruto Kabupaten Gresik dan Jawa Timur tahun 2016
Jatim Kategori PDRB
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
164687,46 Pertambangan dan Penggalian
75024,89 Industri Pengolahan
411028,39 Pengadaan Listrik dan Gas
4483,93 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah
1366,77 dan Daur Ulang
126802,99 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil
Konstruksi
257126,66 dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan
41107,64 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
73398,14 Informasi dan Komunikasi
79216,96 Jasa Keuangan dan Asuransi
37158,62 Real Estate
24298,54 Jasa Perusahaan
10884,7 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
31668,14 Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan
37438,7 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
Jasa lainnya
20298,2 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
Sumber: BPS Kabupaten Gresik dan BPS Provinsi Jawa Timur
Dari data tersebut dihitung nilai Location Quotient (LQ) dengan rumus :
V ik = Nilai output (PDRB) sektor i daerah studi k (Kabupaten Gresik)
V k = PDRB total semua sektor di daerah studi k (Kabupaten Gresik)
V ip = Nilai output (PDRB) sektor i daerah referensi p (Provinsi Jawa Timur)
V p = PDRB total semua sektor di daerah referensi p (Provinsi Jawa Timur) Contoh perhitungan untuk mengetahui nilai LQ dari sektor pertanian di Kabupaten Gresik tahun 2016 dapat dihitung melalui:
LQ industri 2016 =
Tabel 4. 3 Hasil perhitungan SLQ Kabupaten Gresik Tahun 2016
Kategori PDRB
SLQ
Basis/Non Basis
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Non Basis Pertambangan dan Penggalian
Basis Industri Pengolahan
Basis Pengadaan Listrik dan Gas
Basis Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan
Non Basis
Daur Ulang
Non Basis Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan
Konstruksi
Non Basis Sepeda Motor
Non Basis Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
Transportasi dan Pergudangan
Non Basis Informasi dan Komunikasi
Non Basis Jasa Keuangan dan Asuransi
Non Basis
Non Basis Jasa Perusahaan
Real Estate
Non Basis Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan
Non Basis
Sosial Wajib Jasa Pendidikan
Non Basis Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
Non Basis
Jasa lainnya
Non Basis
Sumber: Analisa Penulis dan data diolah dari BPS Kabupaten Gresik dan BPS Provinsi Jawa Timur
Seperti yang telah dipaparkan dalam pembahasan sebelumnya, bahwa analisis LQ dapat digunakan untuk mengetahui sektor basis yang ada di suatu wilayah jika nilai LQ>1. Sektor basis ini menujukkan nilai competitive advantages suatu wilayah. Dari hasil perhitungan LQ diatas, dapat dikathui bahwa, sektor basis yang ada di Kabupaten Gresik selama rentang waktu pada tahun 2016 adalah sektor industry pengolahan, sektor pengadaan listrik dan gas serta sektor pertambangan dan penggaluian. Sektor tersebut dapat dilihat dari nilai LQ yang lebih besar dari 1 (daerah yang diarsir oranye). Untuk mencapai efektivitas peningkatan perekonomian daerah maka fokusan analisis juga mempertimbangkan analisis kebijakan. Dimana dalam kebijakan yang termuat dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gresik Tahun 2010- 2030 mengarahkan pada pengembangan wilayah berbasis Industri, Budaya, Perikanan, dan Pertanian untuk Penataan Ruang yang ramah investasi dan berwawasan lingkungan dalam meningkatkan laju pertumbuhan sektor atau sub sektor ekonomi yang produk-produknya telah mampu bersaing dan mengisi pasar di luar Kabupaten Gresik untuk meningkatkan ketahanan ekonomi.