dampak keberadaanindustri terhadap pendidikan kondi
PENGARUH WISATA LUMBA-LUMBA TERHADAP EKONOMI PADA MASYARAKAT
NELAYAN TELUK KILAUAN KAB. TANGGAMUS
(Tugas Metode Penelitian Sosial)
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ikan merupakan produk utama dari mata pencarian masyarakat nelayan, tetapi pada saat ini
terjadi global warming yang melanda bumi akibat dari efek rumah kaca yang menimbulkan
semakin sulitnya dalam mencari ikan yang terjadi pada masyarakat nelayan pada umumnya dan
masyarakat teluk kilauan pada khususnya. Hal ini membuat perekonomian masyarakat semakin
sulit di tambah dengan mahalnya kebutuhan pokok yang terjadi saat ini yang tidak sebanding
dengan pendapatanterhadap pencarian ikan yang dihasilkan oleh masyarakat nelayan.
Masalah kemiskinan nelayan merupakan masalah yang bersifat multi dimensi sehingga untuk
menyelesaikannya diperlukan sebuah solusi yang menyeluruh, dan bukan solusi secara parsial.
Untuk kita, terlebih dahulu harus diketahui akar masalah yang menjadi penyebab terjadinya
kemiskinan nelayan.
Secara umum, kemiskinan masyarakat pesisir dapat disebabkan oleh tidak terpenuhinya hak-hak
dasar masyarakat, antara lain kebutuhan akan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan,
inftastruktur. Di samping itu, kurangnya kesempatan berusaha, kurangnya akses terhadap
informasi, teknologi dan permodalan, budaya dan gaya hidup yang cenderung boros,
menyebabkan posisi tawar masyarakat miskin semakin lemah. Pada saat yang sama, kebijakan
Pemerintah selama ini kurang berpihak pada masyarakat pesisir sebagat salah satu pemangku
kepentingan di wilayah pesisir.
1. Kondisi Alam
Kompleksnya permasalahan kemiskinan masyarakat nelayan terjadi disebabkan masyarakat
nelayan hidup dalam suasana alam yang keras yang selalu diliputi ketidakpastian (uncertainty)
dalam menjalankan usahanya. Musim paceklik yang selalu datang tiap tahunnya dan lamanya
pun tidak dapat dipastikan akan semakin membuat masyarakat nelayan terus berada dalam
lingkaran setan kemiskinan (vicious circle) setiap tahunnya.
2. Tingkat pendidikan nelayan
Nelayan yang miskin umumnya belum banyak tersentuh teknologi modern, kualitas sumber daya
manusia rendah dan tingkat produktivitas hasil tangkapannya juga sangat rendah. Tingkat
pendidikan nelayan berbanding lurus dengan teknologi yang dapat dihasilkan oleh para nelayan,
dalam hal ini teknologi di bidang penangkapan dan pengawetan ikan. Ikan cepat mengalami
proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain disebabkan oleh bakteri dan
perubahan kimiawi pada ikan. Oleh karena itu, diperlukan teknologi pengawetan ikan yang baik.
Selama ini, nelayan hanya menggunakan cara yang tradisional untuk mengawetkan ikan. Hal
tersebut salah satunya disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan dan pengusaaan nelayan
terhadap teknologi.
3. Pola kehidupan nelayan sendiri
Streotipe semisal boros dan malas oleh berbagai pihak sering dianggap menjadi penyebab
kemiskinan nelayan. Padahal kultur nelayan jika dicermati justru memiliki etos kerja yang
handal. Bayangkan mereka pergi subuh pulang siang, kemudian menyempatkan waktunya pada
waktu senggang untuk memperbaiki jaring. Memang ada sebagian nelayan yang mempunyai
kebiasaan dan budaya boros dan hal tersebut menyebabkan posisi tawar masyarakat miskin
semakin lemah
4. Pemasaran hasil tangkapan
Tidak semua daerah pesisir memiliki Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Hal tersebut membuat para
nelayan terpaksa untuk menjual hasil tangkapan mereka kepada tengkulak dengan harga yang
jauh di bawah harga pasaran.
5. Program pemerintah yang tidak memihak nelayan
Salah satunya adalah dengan adanya kenaikan BBM yang merupakan momok bagi nelayan,
melihat tingginya ketergantungan mereka terutama pada jenis solar. Jika sampan bermesin
ukuran 5-12 PK membutuhkan rata-rata 10 liter solar sekali melaut, maka setiap sampan akan
mengelurakan biaya Rp.21.000 dalam kondisi harga normal atau di pangkalan sebesar Rp.2100.
Tetapi pada umumnya nelayan membeli harga solar Rp.25.00-27.000, karena tergantung pada
tingkatan agen yang bermain di lapangan. Semakin banyak agennya maka semakin panjanglah
rantai pasarnya dan semakin tinggilah harga solar sampai ke tangan nelayan. Harga tersebut
‘terpaksa” dibeli, untuk bisa melanjutkan hidup dengan melaut, meskipun dengan kondisi paspasan.
BAB 2
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pemenuhan kebutuhan sehari-hari sebagai profesi nelayan ?
2. Adakah penghasilan tambahan diluar pekerjaan sebagai nelayan ?
3. Apa peran pemerintah terhadap kemajuan masyarakat nelayan ?
4. Bagaimana peran lumba-lumba terhadap kegiantan di sekitar masyarakat teluk
kilaun ?
5. Bagaimana kemajuan-kemajuan perekonomian yang ada pada masyarakat teluk
kilaun sebagai nelayan ?
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
Dari berbagai teori yang menerangkan tentang profesi nelayan tetap menjadi pilihan
terakhir masyarakat pesisir. Salah satunya adalah, disebutkan bahwa profesi nelayan tetap
menjadi pilihan terakhir dikarenakan tidak adanya peluang kerja di daratan ( push factor
theory). Selain itu, ada juga teori yang mengatakan bahwa profesi nelayan diminati karena
menarik dan relatif menguntungkan (pull factor theory).
Namun teori yang kedua ini tidak sesuai dengan kondisi masyarakat nelayan Indonesia
yang tetap miskin. Selain kedua teori tersebut, dipilihnya profesi nelayan dikarenakan
bersifat given, dimana profesi nelayan menjadi the way of live yang diturunkan dari
generasi ke generasi (Satria, Tempo, 5 Juli 2003). Dengan demikian, banyak hal yang
menyebabkan kenapa profesi nelayan menjadi pilihan terakhir. Namun yang pasti, profesi
nelayan dari generasi ke generasi hanya mewariskan kemiskinan yang semakin akut
karena kompleksnya permasalahan.
KERANGKA BERFIKIR
kompleksnya permasalahan kemiskinan masyarakat nelayan terjadi disebabkan
masyarakat nelayan hidup dalam suasana alam yang keras yang selalu diliputi
ketidakpastian (uncertainty) dalam menjalankan usahanya. Kondisi inilah yang
mengakibatkan nelayan dijauhi oleh institusi-institusi perbankan dan perusahaan asuransi,
seperti sulitnya masyarakat nelayan mendapatkan akses pinjaman modal, baik untuk
modal kerja maupun untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga.
Di tengah kesusahan itulah, masyarakat nelayan menggantungkan hidupnya pada institusi
lain yang mampu menjamin keberlangsungan hidup keluarganya. Jaminan sosial dalam
suatu masyarakat merupakan implementasi dari bentuk-bentuk perlindungan, baik yang
diselenggarakan oleh negara, maupun institusi-institusi sosial yang ada pada masyarakat
terhadap individu dari resiko-resiko tertentu dalam hidupnya (Benda-Beckmann, 2001).
Selama ini, tidak adanya alternatif institusi di wilayah pesisir dalam menjamin
keberlangsungan hidup masyarakat nelayan menyebabkan mereka beberapa kali harus
jatuh pada pola atau institusi patron-klien yang menurut para peneliti (perspektif etic)
sering bersifat asimetris. Dalam hubungan ini, klien kerap dihadapkan pada sejumlah
masalah seperti pelunasan kredit yang tidak pernah berakhir yang sebenarnya inilah
jebakan patron demi melanggengkan usahanya. Namun berdasarkan pandangan nelayan
(perspektif emic), kuatnya pola patron-klien di masyarakat nelayan disebabkan oleh
kegiatan perikanan yang penuh resiko dan ketidakpastian sehingga tidak ada pilihan lain
bagi mereka selain bergantung pada pemilik modal (patron).
BAB 4
TUJUAN DAN MAFAAT PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah:
1) Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab laju pertumbuhan perekonomian pada masyarakat
nelayan Teluk Kilauan Kab. Tanggamus
2) Untuk mengetahui bentuk usaha yang mendukung pertumbuhan perekonomian nelayan di Teluk
Kilauan Kab. Tanggamus
3) Untuk mengetahui kendala-kendala permasalahan yang di hadapi saat perekonomian berjalan.
Manfaat Penelitian;
1) Dapat mengetahui tentang pertumbuhan Ekonomi yang progresif pada masyarakat Teluk
Kilauan Kab. Tanggamus.
2) Agar dapat mengevaluasi kesalahan dan hambatan-hambatan pertumbuhan perekonomian
masyarakat nelayan.
3) Memberikan informasi akan pentingnya perbaikan perekonomian dalam mencari perkerjaan
sampingan sebagai nelayan.
BAB 5
METODE PENELITIAN
1. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian sosial kemasyarakatan yang menggunakan pendekatan metode
penelitian deskriptif kualitatif.
Bogdan dan Taylor (1992; 21-22) mengatakan penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang yang
diamati.
2. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian akan dilakukan di Teluk Kilauan Tepatnya di Desa Pekon Kiluan Negeri,
Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung.
3. Data yang akan di ambil berupa data primer dan data sekunder tentang ;
a.
Factor yang menyebabkan pertumbuhan perekonomian baik potensi alam maupun
wisata
b. Pengelolaan sumberdaya yang ada sebagai bentuk pendorong pertumbuhan atau
sebaliknya
c.
4. Responden
Hal-hal penunjang lainya sebagai laju perekonomian
Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat di sekitar Teluk Kilaun itu sendiri, antara lain;
buruh nelayan, pemberi jasa wisata, pen gurus KAUD, pengurus TPI (tempa pelelangan ikan),
Petugas Penyuluhan Lapangan Tingkat kecamatan dan petugas Perikanan dan Kelauan.
5. Teknik Pengumpulan Data
Beberapa metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian adalah ;
a.
Teknik Wawancara yaitu dengan menggukan daftar pertanyaan dan wawancara secara mendalam
/ in-depth interview dengan masyarakat nelayan Teluk Kilauan sebagai responden utama
b. Observasi yaitu teknik ini dengan mengamati kehidupan pekerjaan sehari-hari para nelayan dan
masyarakat di sekitar Teluk Kilauan secara umum yang menjadi focus penelitian sebagai objek
yang menjadi penggerak pemberdayaan laju perekonomian.
Pertanyaan yang akan di ajukan yaitu ;
1. Berapa pendapatan perhari dengan menangkap ikan ?
2. Apakah pemenuhan kebutuhan keluarga tercukupi dengan pekerjaan nelayan ?
3. Bagaimana potensi pekerjaan sampingan sebagai pemberi jasa wisata lumba-lumba?
4. Seberapa besar pendapatan hasil dari jasa wisata yang dilakukan?
5. Apakah dengan adanya wisata lumba-lumba memberiakan kehidupan yang lebih baik
bagi masyarakat dan anda ?
6. Sejak kapan adanya wisata lumba-lumba di daerah Teluk kilauan ?
7. Bagaimana keadaan perekonomian anda dan masyarakat lainya sebelum ada dan
sesudah ada wisata lumba-lumba ?
8. Bagaimana menurut anda peran pemerintah yang sudah di jalankan terhadap wisata
lumba-lumba di teluk kilauan ?
6. Teknik Pengambilan sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti; dipandang sebagai
suatu pendugaanterhadap populasi, namun bukan populasi itu sendiri. Sampel dianggap sebagai
perwakilan dari populasi yang hasilnya mewakili keseluruhan gejala yang
diamati. Ukuran dan keragaman sampel menjadi penentu baik tidaknya sampel yang diambil.
Terdapat dua cara pengambilan sampel, yaitu secara acak (random)/probabilita dan tidak acak
(non-random)/non-probabilita.
Sampel yang akan di ambil ialah beberapa masyarakat yang ada di sekitar Teluk Kilauan itu
sendiri dan instansi-instansi terkait.
7. Sumber Data
Data yang akan di ambil yaitu dari hasil wawancara atau interview dan data lapangan dari
observasi. Sedangkan data sekunder diambil dari data-data dan buku-buku baik itu dari intasi
dan lembaga penyuluhan masyarakat setempat.
8. Variable penelitian
Variable Penelitian ini menggunaka Variable Bebas dimana kondisi-kondisi atau
karakteristik-karakteristik yang oleh peneliti dimanipulasi dalam rangka untuk
menerangkan hubungannya dengan fenomena yang diobservasi. Karena fungsi ini sering
disebut variabel pengaruh, sebab berfungsi mempengaruhi variabel lain, jadi secara bebas
berpengaruh terhadap variabel lain. Variabel ini juga sering disebut sebagai
variabel Stimulus, Prediktor, antecendent. Dalam SEM(Structural Equation
Modeling) variabel independen disebut variabel eksogen.
9. Analisis Data
Setelah pengumpulan data tahap selanjutnya ialah Analisis Data yaitu penguraian suatu pokok
atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk
memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.
Tahap ini merupakan tahap akhir sebelum menarik kesimpulan hasil penelitian. Data yang sudah
di olah akan memberikan gambaran mengenai hasil penelitian. Pada dasarnya data yang diolah
itu terdiri dari data kulitatif dan kuantitatif.
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka. Data kualitatif
diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data misalnya wawancara, analisis
dokumen, diskusi terfokus, atau observasi yang telah dituangkan dalam catatan lapangan
(transkrip). Bentuk lain data kualitatif adalah gambar yang diperoleh melalui pemotretan atau
rekaman video. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan. Sesuai dengan
bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis menggunakan teknik perhitungan
matematika atau statistika.
Bab 6
JADWAL PENELITIAN
Penelitian akan dilakukan selama 2 bulan yaitu dilakukan pada bulan agustus sampai September
(singkat saja)
BAB 7
PERSONALIA PENELITIAN
1.
Ketua Peneliti
a.
Nama Lengkap
: Arif Sobarudin
b.
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
c.
NIP
d.
Disiplin ilmu
e.
Pangkat/Golongan
: Mahasiswa
f.
an
:
g.
Waktu penelitian
: 4 jam/minggu
: ………..
: Sosiologi
BAB 8
PERKIRAAN BIAYA PENELITIAN
Bahan dan Peralatan Penelitian
1. Kertas
Rp 30.000
2. Pena
RP 2.500
Perjalanan
Biaya perjalan
Rp 250.000
Biaya hidup
Rp 350.000
Biaya Lain-lain, yang mencakup
Biaya Seminar
Rp 225.000
Biaya Laporan
Rp 175.000
Penelusuran pustaka
Buku-buku
Rp 100.000
dokumentasi, dan lainnya (sebutkan)
Biaya dokumen
Rp 75.000
Total Biaya
Rp 120.7500
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Riwaya Penulis (contoh)
Karl Marx adalah seseorang yang lahir dari keluarga progresif Yahudi. Ayahnya bernama
Herschel, keturunan para rabi, walaupun begitu ayahnya cenderung menjadi deis, yang kemudian
meninggalkan agama Yahudi dan beralih ke agama resmi Prusia, Protestan aliran Lutheran yang
relatif liberal untuk menjadi pengacara. Herschel pun mengganti namanya menjadi Heinrich.
Saudara Herschel, Samuel — seperti juga leluhurnya— adalah rabi kepala di Trier. Keluarga
Marx amat liberal dan rumah Marx sering dikunjungi oleh cendekiawan dan artis masa-masa
awal Karl Marx.
BAB 9
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian yang menguji hipotesis dapat dibagi menjadi dua bagian yakni uraian tentang
karakteristik masing – masing variabel. Bagian kedua memuat uraian tentang hasil pengujian
hipotesis
Deskripsi data (distribusi frekuensi, grafik, histogram, nilai merata, simpang baku)
Pengujian hipotesis
Penyajian hasil penelitian memuat uraian tentang data dan temuan penelitian yang diperoleh
Pembahasan berupa penjelasan teoritik, baik secara kuantitatif, kualitatif atau secara statistik
Memuat juga berbagai gagasan peneliti, keterkaitan antara pola-pola, kategori-kategori, dan
dimensi-dimensi. Posisi temuan dan perbandingannya dengan teori dan temuan- temuan
sebelumnya.
BAB 10
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pengembangan pariwisata dewasa ini cenderung meningkat kegiatannya bersamaan dengan
semakin digiatkannya bidang kepariwisataan. Selain mempunyai keuntungan dalam penggunaan
sumberdaya alam secara berkelanjutan, sektor pariwisata dikawasan pesisir dan pantai juga
berpotensi untuk meningkatkan kegiatan ekonomi lokal antara lain peningkatan pendapatan
nelayan dan peningkatan pendapatan daerah. Teluk kilauan merupakan salah satu tempat
pariwisata yang potensial untuk dikembangkan. Adapun pembangunan pariwisata di
tanggamus ini pada hakekatnya merupakan upaya untuk mengembangkan dan memanfaatkan
objek dan daya tarik wisata danalam.
B. Saran
Masyarakat dan pemerintah hendaknya lebih meningkatkan dalam mengelola sumbedaya alam
dan wisata tepatnya di daerah wisata teluk kilauan guna memberikan pembangunan
perekonomian masyarakat setempat secara berkelanjutan
Bagian Akhir
Daftar Pustaka (contoh)
1. Mehring, Franz, Karl Marx: The Story of His Life (Routledge, 2003) pg. 75
2. ^ John Bellamy Foster. "Marx's Theory of Metabolic Rift: Classical Foundations for
Environmental Sociology", American Journal of Sociology, Vol. 105, No. 2
(September 1999), pp. 366-405.
3. David McLellan. 1973. Karl Marx: His Life and Thought. New York: Harper
Colophon. Hlm. 34-65
4. ^ Phil Brown. 2005. Psikologi Maxis. Yogyakarta, Alenia. Hlm. 45
5. ^ Terrell Carver. 1983. Marx and Engels: The Intellectual Relationship.
Bloomington: Indiana University Press. Hlm. 113
http://www.bisosial.com/2012/11/contoh-proposal-penelitian.html
NELAYAN TELUK KILAUAN KAB. TANGGAMUS
(Tugas Metode Penelitian Sosial)
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ikan merupakan produk utama dari mata pencarian masyarakat nelayan, tetapi pada saat ini
terjadi global warming yang melanda bumi akibat dari efek rumah kaca yang menimbulkan
semakin sulitnya dalam mencari ikan yang terjadi pada masyarakat nelayan pada umumnya dan
masyarakat teluk kilauan pada khususnya. Hal ini membuat perekonomian masyarakat semakin
sulit di tambah dengan mahalnya kebutuhan pokok yang terjadi saat ini yang tidak sebanding
dengan pendapatanterhadap pencarian ikan yang dihasilkan oleh masyarakat nelayan.
Masalah kemiskinan nelayan merupakan masalah yang bersifat multi dimensi sehingga untuk
menyelesaikannya diperlukan sebuah solusi yang menyeluruh, dan bukan solusi secara parsial.
Untuk kita, terlebih dahulu harus diketahui akar masalah yang menjadi penyebab terjadinya
kemiskinan nelayan.
Secara umum, kemiskinan masyarakat pesisir dapat disebabkan oleh tidak terpenuhinya hak-hak
dasar masyarakat, antara lain kebutuhan akan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan,
inftastruktur. Di samping itu, kurangnya kesempatan berusaha, kurangnya akses terhadap
informasi, teknologi dan permodalan, budaya dan gaya hidup yang cenderung boros,
menyebabkan posisi tawar masyarakat miskin semakin lemah. Pada saat yang sama, kebijakan
Pemerintah selama ini kurang berpihak pada masyarakat pesisir sebagat salah satu pemangku
kepentingan di wilayah pesisir.
1. Kondisi Alam
Kompleksnya permasalahan kemiskinan masyarakat nelayan terjadi disebabkan masyarakat
nelayan hidup dalam suasana alam yang keras yang selalu diliputi ketidakpastian (uncertainty)
dalam menjalankan usahanya. Musim paceklik yang selalu datang tiap tahunnya dan lamanya
pun tidak dapat dipastikan akan semakin membuat masyarakat nelayan terus berada dalam
lingkaran setan kemiskinan (vicious circle) setiap tahunnya.
2. Tingkat pendidikan nelayan
Nelayan yang miskin umumnya belum banyak tersentuh teknologi modern, kualitas sumber daya
manusia rendah dan tingkat produktivitas hasil tangkapannya juga sangat rendah. Tingkat
pendidikan nelayan berbanding lurus dengan teknologi yang dapat dihasilkan oleh para nelayan,
dalam hal ini teknologi di bidang penangkapan dan pengawetan ikan. Ikan cepat mengalami
proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain disebabkan oleh bakteri dan
perubahan kimiawi pada ikan. Oleh karena itu, diperlukan teknologi pengawetan ikan yang baik.
Selama ini, nelayan hanya menggunakan cara yang tradisional untuk mengawetkan ikan. Hal
tersebut salah satunya disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan dan pengusaaan nelayan
terhadap teknologi.
3. Pola kehidupan nelayan sendiri
Streotipe semisal boros dan malas oleh berbagai pihak sering dianggap menjadi penyebab
kemiskinan nelayan. Padahal kultur nelayan jika dicermati justru memiliki etos kerja yang
handal. Bayangkan mereka pergi subuh pulang siang, kemudian menyempatkan waktunya pada
waktu senggang untuk memperbaiki jaring. Memang ada sebagian nelayan yang mempunyai
kebiasaan dan budaya boros dan hal tersebut menyebabkan posisi tawar masyarakat miskin
semakin lemah
4. Pemasaran hasil tangkapan
Tidak semua daerah pesisir memiliki Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Hal tersebut membuat para
nelayan terpaksa untuk menjual hasil tangkapan mereka kepada tengkulak dengan harga yang
jauh di bawah harga pasaran.
5. Program pemerintah yang tidak memihak nelayan
Salah satunya adalah dengan adanya kenaikan BBM yang merupakan momok bagi nelayan,
melihat tingginya ketergantungan mereka terutama pada jenis solar. Jika sampan bermesin
ukuran 5-12 PK membutuhkan rata-rata 10 liter solar sekali melaut, maka setiap sampan akan
mengelurakan biaya Rp.21.000 dalam kondisi harga normal atau di pangkalan sebesar Rp.2100.
Tetapi pada umumnya nelayan membeli harga solar Rp.25.00-27.000, karena tergantung pada
tingkatan agen yang bermain di lapangan. Semakin banyak agennya maka semakin panjanglah
rantai pasarnya dan semakin tinggilah harga solar sampai ke tangan nelayan. Harga tersebut
‘terpaksa” dibeli, untuk bisa melanjutkan hidup dengan melaut, meskipun dengan kondisi paspasan.
BAB 2
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pemenuhan kebutuhan sehari-hari sebagai profesi nelayan ?
2. Adakah penghasilan tambahan diluar pekerjaan sebagai nelayan ?
3. Apa peran pemerintah terhadap kemajuan masyarakat nelayan ?
4. Bagaimana peran lumba-lumba terhadap kegiantan di sekitar masyarakat teluk
kilaun ?
5. Bagaimana kemajuan-kemajuan perekonomian yang ada pada masyarakat teluk
kilaun sebagai nelayan ?
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
Dari berbagai teori yang menerangkan tentang profesi nelayan tetap menjadi pilihan
terakhir masyarakat pesisir. Salah satunya adalah, disebutkan bahwa profesi nelayan tetap
menjadi pilihan terakhir dikarenakan tidak adanya peluang kerja di daratan ( push factor
theory). Selain itu, ada juga teori yang mengatakan bahwa profesi nelayan diminati karena
menarik dan relatif menguntungkan (pull factor theory).
Namun teori yang kedua ini tidak sesuai dengan kondisi masyarakat nelayan Indonesia
yang tetap miskin. Selain kedua teori tersebut, dipilihnya profesi nelayan dikarenakan
bersifat given, dimana profesi nelayan menjadi the way of live yang diturunkan dari
generasi ke generasi (Satria, Tempo, 5 Juli 2003). Dengan demikian, banyak hal yang
menyebabkan kenapa profesi nelayan menjadi pilihan terakhir. Namun yang pasti, profesi
nelayan dari generasi ke generasi hanya mewariskan kemiskinan yang semakin akut
karena kompleksnya permasalahan.
KERANGKA BERFIKIR
kompleksnya permasalahan kemiskinan masyarakat nelayan terjadi disebabkan
masyarakat nelayan hidup dalam suasana alam yang keras yang selalu diliputi
ketidakpastian (uncertainty) dalam menjalankan usahanya. Kondisi inilah yang
mengakibatkan nelayan dijauhi oleh institusi-institusi perbankan dan perusahaan asuransi,
seperti sulitnya masyarakat nelayan mendapatkan akses pinjaman modal, baik untuk
modal kerja maupun untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga.
Di tengah kesusahan itulah, masyarakat nelayan menggantungkan hidupnya pada institusi
lain yang mampu menjamin keberlangsungan hidup keluarganya. Jaminan sosial dalam
suatu masyarakat merupakan implementasi dari bentuk-bentuk perlindungan, baik yang
diselenggarakan oleh negara, maupun institusi-institusi sosial yang ada pada masyarakat
terhadap individu dari resiko-resiko tertentu dalam hidupnya (Benda-Beckmann, 2001).
Selama ini, tidak adanya alternatif institusi di wilayah pesisir dalam menjamin
keberlangsungan hidup masyarakat nelayan menyebabkan mereka beberapa kali harus
jatuh pada pola atau institusi patron-klien yang menurut para peneliti (perspektif etic)
sering bersifat asimetris. Dalam hubungan ini, klien kerap dihadapkan pada sejumlah
masalah seperti pelunasan kredit yang tidak pernah berakhir yang sebenarnya inilah
jebakan patron demi melanggengkan usahanya. Namun berdasarkan pandangan nelayan
(perspektif emic), kuatnya pola patron-klien di masyarakat nelayan disebabkan oleh
kegiatan perikanan yang penuh resiko dan ketidakpastian sehingga tidak ada pilihan lain
bagi mereka selain bergantung pada pemilik modal (patron).
BAB 4
TUJUAN DAN MAFAAT PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah:
1) Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab laju pertumbuhan perekonomian pada masyarakat
nelayan Teluk Kilauan Kab. Tanggamus
2) Untuk mengetahui bentuk usaha yang mendukung pertumbuhan perekonomian nelayan di Teluk
Kilauan Kab. Tanggamus
3) Untuk mengetahui kendala-kendala permasalahan yang di hadapi saat perekonomian berjalan.
Manfaat Penelitian;
1) Dapat mengetahui tentang pertumbuhan Ekonomi yang progresif pada masyarakat Teluk
Kilauan Kab. Tanggamus.
2) Agar dapat mengevaluasi kesalahan dan hambatan-hambatan pertumbuhan perekonomian
masyarakat nelayan.
3) Memberikan informasi akan pentingnya perbaikan perekonomian dalam mencari perkerjaan
sampingan sebagai nelayan.
BAB 5
METODE PENELITIAN
1. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian sosial kemasyarakatan yang menggunakan pendekatan metode
penelitian deskriptif kualitatif.
Bogdan dan Taylor (1992; 21-22) mengatakan penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang yang
diamati.
2. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian akan dilakukan di Teluk Kilauan Tepatnya di Desa Pekon Kiluan Negeri,
Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung.
3. Data yang akan di ambil berupa data primer dan data sekunder tentang ;
a.
Factor yang menyebabkan pertumbuhan perekonomian baik potensi alam maupun
wisata
b. Pengelolaan sumberdaya yang ada sebagai bentuk pendorong pertumbuhan atau
sebaliknya
c.
4. Responden
Hal-hal penunjang lainya sebagai laju perekonomian
Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat di sekitar Teluk Kilaun itu sendiri, antara lain;
buruh nelayan, pemberi jasa wisata, pen gurus KAUD, pengurus TPI (tempa pelelangan ikan),
Petugas Penyuluhan Lapangan Tingkat kecamatan dan petugas Perikanan dan Kelauan.
5. Teknik Pengumpulan Data
Beberapa metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian adalah ;
a.
Teknik Wawancara yaitu dengan menggukan daftar pertanyaan dan wawancara secara mendalam
/ in-depth interview dengan masyarakat nelayan Teluk Kilauan sebagai responden utama
b. Observasi yaitu teknik ini dengan mengamati kehidupan pekerjaan sehari-hari para nelayan dan
masyarakat di sekitar Teluk Kilauan secara umum yang menjadi focus penelitian sebagai objek
yang menjadi penggerak pemberdayaan laju perekonomian.
Pertanyaan yang akan di ajukan yaitu ;
1. Berapa pendapatan perhari dengan menangkap ikan ?
2. Apakah pemenuhan kebutuhan keluarga tercukupi dengan pekerjaan nelayan ?
3. Bagaimana potensi pekerjaan sampingan sebagai pemberi jasa wisata lumba-lumba?
4. Seberapa besar pendapatan hasil dari jasa wisata yang dilakukan?
5. Apakah dengan adanya wisata lumba-lumba memberiakan kehidupan yang lebih baik
bagi masyarakat dan anda ?
6. Sejak kapan adanya wisata lumba-lumba di daerah Teluk kilauan ?
7. Bagaimana keadaan perekonomian anda dan masyarakat lainya sebelum ada dan
sesudah ada wisata lumba-lumba ?
8. Bagaimana menurut anda peran pemerintah yang sudah di jalankan terhadap wisata
lumba-lumba di teluk kilauan ?
6. Teknik Pengambilan sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti; dipandang sebagai
suatu pendugaanterhadap populasi, namun bukan populasi itu sendiri. Sampel dianggap sebagai
perwakilan dari populasi yang hasilnya mewakili keseluruhan gejala yang
diamati. Ukuran dan keragaman sampel menjadi penentu baik tidaknya sampel yang diambil.
Terdapat dua cara pengambilan sampel, yaitu secara acak (random)/probabilita dan tidak acak
(non-random)/non-probabilita.
Sampel yang akan di ambil ialah beberapa masyarakat yang ada di sekitar Teluk Kilauan itu
sendiri dan instansi-instansi terkait.
7. Sumber Data
Data yang akan di ambil yaitu dari hasil wawancara atau interview dan data lapangan dari
observasi. Sedangkan data sekunder diambil dari data-data dan buku-buku baik itu dari intasi
dan lembaga penyuluhan masyarakat setempat.
8. Variable penelitian
Variable Penelitian ini menggunaka Variable Bebas dimana kondisi-kondisi atau
karakteristik-karakteristik yang oleh peneliti dimanipulasi dalam rangka untuk
menerangkan hubungannya dengan fenomena yang diobservasi. Karena fungsi ini sering
disebut variabel pengaruh, sebab berfungsi mempengaruhi variabel lain, jadi secara bebas
berpengaruh terhadap variabel lain. Variabel ini juga sering disebut sebagai
variabel Stimulus, Prediktor, antecendent. Dalam SEM(Structural Equation
Modeling) variabel independen disebut variabel eksogen.
9. Analisis Data
Setelah pengumpulan data tahap selanjutnya ialah Analisis Data yaitu penguraian suatu pokok
atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk
memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.
Tahap ini merupakan tahap akhir sebelum menarik kesimpulan hasil penelitian. Data yang sudah
di olah akan memberikan gambaran mengenai hasil penelitian. Pada dasarnya data yang diolah
itu terdiri dari data kulitatif dan kuantitatif.
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka. Data kualitatif
diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data misalnya wawancara, analisis
dokumen, diskusi terfokus, atau observasi yang telah dituangkan dalam catatan lapangan
(transkrip). Bentuk lain data kualitatif adalah gambar yang diperoleh melalui pemotretan atau
rekaman video. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan. Sesuai dengan
bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis menggunakan teknik perhitungan
matematika atau statistika.
Bab 6
JADWAL PENELITIAN
Penelitian akan dilakukan selama 2 bulan yaitu dilakukan pada bulan agustus sampai September
(singkat saja)
BAB 7
PERSONALIA PENELITIAN
1.
Ketua Peneliti
a.
Nama Lengkap
: Arif Sobarudin
b.
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
c.
NIP
d.
Disiplin ilmu
e.
Pangkat/Golongan
: Mahasiswa
f.
an
:
g.
Waktu penelitian
: 4 jam/minggu
: ………..
: Sosiologi
BAB 8
PERKIRAAN BIAYA PENELITIAN
Bahan dan Peralatan Penelitian
1. Kertas
Rp 30.000
2. Pena
RP 2.500
Perjalanan
Biaya perjalan
Rp 250.000
Biaya hidup
Rp 350.000
Biaya Lain-lain, yang mencakup
Biaya Seminar
Rp 225.000
Biaya Laporan
Rp 175.000
Penelusuran pustaka
Buku-buku
Rp 100.000
dokumentasi, dan lainnya (sebutkan)
Biaya dokumen
Rp 75.000
Total Biaya
Rp 120.7500
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Riwaya Penulis (contoh)
Karl Marx adalah seseorang yang lahir dari keluarga progresif Yahudi. Ayahnya bernama
Herschel, keturunan para rabi, walaupun begitu ayahnya cenderung menjadi deis, yang kemudian
meninggalkan agama Yahudi dan beralih ke agama resmi Prusia, Protestan aliran Lutheran yang
relatif liberal untuk menjadi pengacara. Herschel pun mengganti namanya menjadi Heinrich.
Saudara Herschel, Samuel — seperti juga leluhurnya— adalah rabi kepala di Trier. Keluarga
Marx amat liberal dan rumah Marx sering dikunjungi oleh cendekiawan dan artis masa-masa
awal Karl Marx.
BAB 9
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian yang menguji hipotesis dapat dibagi menjadi dua bagian yakni uraian tentang
karakteristik masing – masing variabel. Bagian kedua memuat uraian tentang hasil pengujian
hipotesis
Deskripsi data (distribusi frekuensi, grafik, histogram, nilai merata, simpang baku)
Pengujian hipotesis
Penyajian hasil penelitian memuat uraian tentang data dan temuan penelitian yang diperoleh
Pembahasan berupa penjelasan teoritik, baik secara kuantitatif, kualitatif atau secara statistik
Memuat juga berbagai gagasan peneliti, keterkaitan antara pola-pola, kategori-kategori, dan
dimensi-dimensi. Posisi temuan dan perbandingannya dengan teori dan temuan- temuan
sebelumnya.
BAB 10
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pengembangan pariwisata dewasa ini cenderung meningkat kegiatannya bersamaan dengan
semakin digiatkannya bidang kepariwisataan. Selain mempunyai keuntungan dalam penggunaan
sumberdaya alam secara berkelanjutan, sektor pariwisata dikawasan pesisir dan pantai juga
berpotensi untuk meningkatkan kegiatan ekonomi lokal antara lain peningkatan pendapatan
nelayan dan peningkatan pendapatan daerah. Teluk kilauan merupakan salah satu tempat
pariwisata yang potensial untuk dikembangkan. Adapun pembangunan pariwisata di
tanggamus ini pada hakekatnya merupakan upaya untuk mengembangkan dan memanfaatkan
objek dan daya tarik wisata danalam.
B. Saran
Masyarakat dan pemerintah hendaknya lebih meningkatkan dalam mengelola sumbedaya alam
dan wisata tepatnya di daerah wisata teluk kilauan guna memberikan pembangunan
perekonomian masyarakat setempat secara berkelanjutan
Bagian Akhir
Daftar Pustaka (contoh)
1. Mehring, Franz, Karl Marx: The Story of His Life (Routledge, 2003) pg. 75
2. ^ John Bellamy Foster. "Marx's Theory of Metabolic Rift: Classical Foundations for
Environmental Sociology", American Journal of Sociology, Vol. 105, No. 2
(September 1999), pp. 366-405.
3. David McLellan. 1973. Karl Marx: His Life and Thought. New York: Harper
Colophon. Hlm. 34-65
4. ^ Phil Brown. 2005. Psikologi Maxis. Yogyakarta, Alenia. Hlm. 45
5. ^ Terrell Carver. 1983. Marx and Engels: The Intellectual Relationship.
Bloomington: Indiana University Press. Hlm. 113
http://www.bisosial.com/2012/11/contoh-proposal-penelitian.html