Peran Opini Publik dalam Perkembangan Du

Afra Monica Anindya – 071311233068 – Globalisasi dan Masyarakat Informasi Week 4
Peran Opini Publik dalam Perkembangan Dunia
Opini publik merupakan bagian penting yang turut berkontribusi dalam menentukan perkembangan
dunia. Terlebih lagi di era globalisasi saat ini yang mana semakin mengedepankan kebebasan individu,
termasuk dalam hal beropini. Secara sederhana opini publik dapat dipahami sebagai pendapat umum terkait
suatu isu, peristiwa, atau fenomena. Pada umumnya opini publik dapat berupa kata-kata, gambar, sikap,
isyarat, atau hal lain yang pada intinya mengandung arti berupa pendapat terkait isu tertentu. Di samping itu,
opini publik dapat dikeluarkan secara spontanitas oleh masing-masing individu ataupun melalui diskusi
dalam komunitas atau kelompok terlebih dahulu. Perkembangan opini publik tidak hanya terjadi di negara
tertentu, melainkan telah berkembang secara umum di seluruh belahan dunia. Oleh sebab itu cakupan opini
publik yang ada saat ini tidak hanya terbatas pada suatu negara, melainkan bisa mencakup lintas batas
negara sehingga seringkali disebut sebagai opini publik dunia atau world opinion. Sebagai contoh, isu yang
terjadi di Amerika Serikat dapat memunculkan opini publik dari negara-negara lain.
Menurut Peter N. Stearns (2005: 39), opini publik mulai dikenal pada tahun 1860an. Hal ini dinilai
tidak mengherankan karena pada masa tersebut terdapat banyak masalah internasioal sehingga dengan
mudah mengundang opini publik. Namun, dari tahun 1860an hingga 1930an opini publik dianggap tidak
mengalami perkembangan berarti karena opini publik yang muncul hanya seputar topik yang sama.
Minimnya masyarakat yang berani menyuarakan pendapat juga menjadi penghambat berkembangnya opini
publik. Hal ini disebabkan karena tahun-tahun tersebut dunia internasional diwarnai oleh berbagai
kekacauan akibat persaingan kekuasaan antarnegara yang kemudian dikenal sebagai “the trouble years”.
Setelah Perang Dunia II berakhir, yakni pada tahun 1945, perkembangan opini publik dunia mulai terlihat.

Masyarakat yang berani berpendapat secara terbuka mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan era
sebelumnya. Hal ini menyebabkan di masa ini opini publik mulai dimobilisasi dan digunakan sebagai alat
untuk mengatur tekanan politik internasional. Tidak hanya itu, negara-negara juga mulai memanfaatkan
opini publik sebagai ‘kendaraan’ untuk mencapai kepentingan nasionalnya.
Hal penting yang tidak dapat dilepaskan dari perkembangan opini publik dunia sejak tahun 1860an
yaitu peran aktor-aktor non-negara, mulai dari NGO hingga individu. Salah satu contohnya yaitu peran
seorang bankir Swiss-Italia, Henry Dumont, yang pada tahun 1859 mulai memberi perhatian melalui tulisan
terkait kelengkapan medis selama perang unifikasi Italia (Stearns, 2005: 40). Dalam bukunya, Dumont
mengungkapkan bahwa kebutuhan medis untuk para tentara selama perang unifikasi Italia sangat
memprihatinkan sehingga ia mendesak adanya standar internasional medis dalam perang. Tulisan Dumont
berhasil menarik perhatian, baik dari pers maupun selebriti sehingga opininya terkait pentingnya
kelengkapan medis dalam perang menjadi viral. Tidak lama kemudian, yakni pada tahun 1864, sebuah
komite internasional yang bergerak dalam bidang kesehatan mulai didirikan dan dikenal sebagai Palang
Merah Internasional. Tidak hanya berhasil mendorong berdirinya PMI, opini Dumont juga mendorong
negara-negara untuk menggunakan standar internasional dalam memenuhi kebutuhan medis.

Di akhir abad 19, perkembangan opini publik dunia mendapat pengaruh trend baru, yaitu peran
media. Pada saat itu terdapat banyak media yang menampilkan acara perjalanan ke tempat-tempat terpencil
yang sebelumnya tidak banyak diketahui masyarakat umum. Setiap edisi akan menampilkan beberapa
temuan baru yang nantinya bisa mengundang opini publik, misalnya terkait kondisi tempat yang dikunjungi,

budaya yang berkembang, dan lain sebagainya. Beberapa contoh kisah temuan yang ditampilkan media
yaitu tentang perbudakan di Afrika, ritual hukuman di Jepang, serta perjalanan misionaris Protestan bersama
Katolik. Temuan-temuan tersebut berhasil mendorong masyarakat untuk mulai menggalang amal bantuan
kemanusiaan yang ditujukan kepada golongan-golongan yang membutuhkan di wilayah terpencil tersebut,
seperti budak, korban bencana, dan sebagainya. Masyarakat mulai menyadari bahwa setiap orang
berkewajiban untuk membantu mengurangi penderitaan sesama sehingga trend amal bantuan kemanusiaan
semakin ramai dilakukan.
Selain peran aktor non-negara dan media, imperialisme barat juga menempati porsi besar dalam
mengembangkan opini publik. Nilai-nilai standar Eropa yang digunakan negara-negara Eropa dalam
membangun imperialisme di negara jajahan terbukti sedikit banyak berpengaruh menciptakan
berkembangnya opini publik (Stearns, 2005: 42). Sebagai contoh yaitu sikap Inggris selama menjajah India.
Pada mulanya Inggris hanya fokus terhadap eksploitasi ekonomi, namun lama-kelaamaan merambah ke
bidang lainnya, termasuk dalam aspek politik, sosial, dan budaya. Keikutsertaan Inggris dalam mengontrol
praktik sosial budaya di India dilatarbelakangi oleh nilai-nilai budaya India yang dinilai merugikan dan
menghambat sistem Inggris. Misalnya dalam hal kasta, Inggris menolak untuk menegakkan sistem kasta di
jalur kereta api India dengan alasan keadilan tanpa harus membeda-bedakan. Tidak hanya itu, Inggris juga
menentang tradisi India yang dinilai sangat merendahkan wanita, seperti budaya istri lebih dari satu,
pembunuhan bayi perempuan, serta kebiasaan janda bunuh diri. Sekalipun pada awalnya Inggris mendapat
penentangan dari masyarakat India karena dinilai telah ikut campur soal tradisi yang telah turun-temurun,
namun dalam perkembangan selanjutnya mulai muncul tokoh-tokoh India yang mendukung sikap Inggris.

Hal ini ditandai dengan ramainya opini publik di India yang menuntut para penguasa untuk menghentikan
tradisi-tradisi yang merugikan perempuan. Tidak hanya di India, penerapan nilai-nilai barat yang pada
akhirnya berpengaruh terhadap lahirnya opini publik juga berlaku di beberapa negara lainnya, seperti
Argentina, Uruguay, dan Brazil (Stearns, 2005: 44). Pada umumnya nilai-nilai barat yang diterapkan oleh
negara-negara tersebut meliputi aspek edukasi, ekonomi, olahraga, kebijakan publik, hingga personal
conduct area.
Dalam hal ini penulis sependapat dengan pemikiran Peter N. Stearns yang secara garis besar
menganggap bahwa opini publik telah mempengaruhi dinamika perkembangan dunia. Sekalipun pada tahun
1860an hingga 1930an opini publik tidak sebanyak hari ini, namun keberadaan opini-opini publik di masa
itu juga berhasil memberi pengaruh besar terhadap berkembangnya dunia ke arah yang lebih demokrasi.
Tidak hanya itu, penulis juga setuju dengan pendapat Stearns yang menempatkan media sebagai salah satu
motor penggerak atas lahirnya opini publik. Hingga saat inipun media berperan besar sebagai pendorong
lahirnya opini publik, terlebih lagi dengan berbagai kemudahan akses informasi yang dapat membantu

masyarakat melihat fenomena-fenomena terkini dari berbagai belahan dunia. Sebagai contoh yaitu pada
akhir Agustus 2016 lalu, dimana foto anak laki-laki Suriah berusia 5 tahun yang duduk di ambulan dengan
wajah penuh luka menjadi viral di kalanngan masyarakat. Beragam opini publik dari berbagai belahan dunia
muncul terkait foto dan video anak tersebut. Atas peran media, banyak pihak bersimpati dengan
menyuarakan perdamaian atas konflik yang hingga saat ini terus berlangsung di Suriah dan telah memakan
banyak korban.

Berdasarkan uraian di atas, penulis menarik sebuah kesimpulan bahwa opini publik telah muncul
sejak tahun 1860an dan terus berkembang hingga saat ini. Pada awalnya, opini publik muncul atas adanya
kekacauan akibat persaingan kekuasaan antarnegara. Namun paska berakhirnya Perang Dunia II, opini
publik mulai berkembang pesat, tidak lagi hanya seputar militer dan kekuasaan, melainkan juga tentang
kesehatan, pendidikan, ekonomi, kemanusiaan, dan sebagainya. Dari tahun ke tahun opini publik semakin
ramai bermunculan, tidak hanya di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat, melainkan juga di Asia,
Afrika, dan Amerika Latin. Beberapa hal yang mendukung perkembangan opini publik ini yaitu peran aktor
non-negara, media, dan imperialisme Eropa. Namun dari ketiga hal tersebut, yang tetap memberi pengaruh
terhadap opini publik hingga saat ini yaitu media dan aktor non-negara, mulai dari NGO hingga individu.
Hal tersebut sejalan dengan globalisasi yang mana terus menghadirkan aktor-aktor baru selain negara serta
memberi kemudahan setiap individu untuk mengakses media informasi dan komunikasi.
Referensi:
Stearns, Peter N., 2005. “World Opinion Expands Its Range,” dalam Global Outrage: the Impact of World
Opinion on Contemporary History. Oxford: Oneworld Publication, hlm. 39-55.