EVALUASI PELAKSANAAN PEMERIKSAAN PAJAK T

MOTTO :

 Don’t worry be happy in GOD nothing is possible.  Berjalanlah maju, jadikanlah masa lalu sebagai pelajaran yang sangat

berarti dihidupmu.  Jangan mudah menyerah dengan apa yang tengah engkau kerjakan, karna proses takkan menghianati hasil.  Aku percaya bahwa apapun yang aku terima saat ini adalah yang terbaik dari Tuhan dan aku percaya Dia akan selalu memberikan yang terbaik

untukku pada waktu yang telah Ia tetapkan.

PERSEMBAHAN

Tugas Akhir ini saya persembahkan untuk :

1. Kedua orang tuaku tercinta yang tak lelah memberikan dukungan moril dan materil kepada anaknya.

2. For all my sister terima kasih atas dukungan dan do’a untuk kesuksesan kakakmu ini.

3. Dosen-dosenku yang telah menjadi orang tua keduaku, yang namanya tak bisa saya sebutkan satu persatu yang selalu memberikan motivasi dan memberikan ilmu yang tak terhingga.

4. Pegawai KPP Pratama Magelang yang telah memberikan bimbingan dan pelajaran berharga yang tak ternilai.

5. Sahabat-sahabatku tersayang di kampus dan di luar kampus yang selalu memberikan motivasi yang tiada henti.

6. Untuk seseorang yang spesial terimakasih atas support dan do’anya selama ini.

7. Untuk teman-teman almamaterku dan teman-teman seperjuanganku di kampus yang tak bisa ku sebutkan satu persatu.

8. Almamaterku tercinta. Aku siap melangkah lebih tinggi!!

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan tugas akhir yang berjudul “Evaluasi Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Di KPP Pratama Magelang” dapat terselesaikan dengan baik. Penyusunan tugas akhir ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Joko Widodo, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Tidar yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis.

2. Siti Arifah, S.E., Akt., M.Si., C.A selaku kepala jurusan prodi Akuntansi Universitas Tidar yang telah memberikan pengarahan dan motivasi.

3. Endang Kartini P, S.E., M.Si selaku dosen pembimbing I dan Bapak Muhamad Wahyudi, S.Pd., M.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga dapat tersusunnya tugas akhir ini.

4. Para dosen Fakultas Ekonomi Universitas Tidar yang telah memberikan bekal ilmu dan pengetahuan sehingga dapat digunakan dalam penyusunan tugas akhir serta untuk bekal hidup di kehidupan mendatang.

5. Ir. Wiratmoko, M.T selaku pimpinan dari KPP Pratama Magelang yang telah memberikan ijin penelitian dan pengambilan data di KPP Pratama Magelang.

6. Prastawa selaku kepala seksi pemeriksaan dan kepatuhan internal yang bersedia membimbing selama penulis magang di KPP Pratama Magelang.

7. Ayah, Ibu, Adik-adik tercinta, Teman-teman yang terkasih, dan orang yang spesial yang telah memberikan bantuan dan dukungan baik secara moral maupun material.

8. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa hasil penyusunan tugas akhir ini

masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kesediaan pembaca untuk memberikan kritik dan saran demi sempurnanya tugas akhir ini.

Akhirnya penulis menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada pembaca seandainya terdapat kesalahan-kesalahan di dalam tugas akhir ini dan penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Magelang, 21 Agustus 2017

Penulis

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ....................................................................... 37 Gambar 4.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Magelang .............................. 49

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menilai efektivitas pelaksanaan pemeriksaan pajak yang berjalan di KPP Pratama Magelang serta menilai tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayarkan pajaknya setelah dikeluarkannya Surat Ketetapan Pajak di KPP Pratama Magelang. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Adapun tahapan penelitian ini dimulai dengan menyajikan data, menentukan tingkat efektivitas pelaksanaan pemeriksaan pajak dan kepatuhan wajib pajak serta menganalisis data. Kesimpulan yang diambil dari penelitian ini adalah pelaksanaan pemeriksaan pajak di KPP Pratama Magelang sudah berjalan secara efektif karena telah mencapai rata-rata efektivitas 93%. Sedangkan tingkat kepatuhan wajib pajak di kota magelang mengalami kenaikan dan penurunan, yaitu pada tahun 2014 tingkat kepatuhan wajib pajak hanya mencapai 47%, tahun 2015 mengalami kenaikan menjadi 81%, sedangkan pada tahun 2016 mengalami penurunan 22% sehingga menjadi 59%. Dari hasil tersebut diharapkan KPP Pratama Magelang mengadakan sosialisasi tentang pengetahuan perpajakan, melakukan pengawasan dan pemeriksaan pajak yang lebih ketat untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

Kata Kunci : efektifitas, Pemeriksaan, kepatuhan wajib pajak

SUMMARY

The purpose of this study is to assess the effectiveness of tax audits that runs in KPP Pratama Magelang and assess the level of taxpayer compliance in KPP Pratama Magelang. This research uses quantitaive method with descriptive approach. As for the stages of this study begins by presenting the file, determine the effectiveness of the implementation of tax audit and taxpayer compliance and analyze this file. The conclusion from this research is the implementation of tax audit in KPP Pratama Magelang has been running effectively because it has reached the average of 93% effectiveness. While the level of taxpayer compliance in Magelang experienced an increase and decrease, in 2014 compiance rate taxpayer only reached 47%, in 2015 increased to 81%, and in 2016 decreased 22% to 59%. From these result expected KPP Pratama Magelang can held a socialization of taxation knowledge, conduct supervision and more stringent tax audits to improve taxpayer compliance.

Keywords : Effectiveness, tax audits, taxpayer compliance

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan potensi ekonomi yang tinggi. Namun sebagai negara berkembang masalah-masalah perekonomian sering terjadi, salah satunya adalah masalah pembiayaan negara. Menurut Irawati, dkk (2017) pajak sebagai salah satu sumber Pendapatan Negara dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk pemerintah memiliki potensi untuk ditingkatkan di masa mendatang guna pembiayaan pembangunan. Dalam rangka membiayai berbagai keperluan pembangunan, negara membutuhkan dana yang tidak sedikit. Oleh karena itu pajak menjadi sumber penerimaan utama bagi negara. Bukan hanya bertumpu pada Direktorat Jendral Pajak (DJP) sebagai fiskus dalam pengoptimalan penerimaan pajak, tetapi kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak (WP) sendiri juga sangat diperlukan demi tercapainya target. Apabila dalam suatu negara tingkat kepatuhan Wajib Pajak (WP) dalam membayar pajak sangat tinggi dengan sendirinya tentu akan meningkatkan penerimaan pajak, begitu pula sebaliknya.

Sejak tahun 1984, sistem perpajakan mengalami reformasi dengan ditetapkannya beberapa Undang-Undang Perpajakan. Sejak reformasi perpajakan tersebut, dikenalkan sistem Self Assessment, yaitu setiap Wajib

Pajak (WP) diberikan kepercayaan untuk mendaftarkan diri, menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan pajaknya sendiri. Sehingga fiskus hanya bertugas mengawasi, melayani, dan memberikan informasi perpajakan bagi masyarakat yang membutuhkan. Dalam Self Assessment System kejujuran, kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak (WP) sangat diperlukan. Tarif pajak yang tinggi dapat menjadi faktor pemicu kurangnya kejujuran Wajib Pajak (WP) dalam melaporkan penghasilan yang menjadi dasar pajak terutang.

Salah satu langkah penanggulangan masalah penerapan Self Assessment System yang dilakukan Direktorat Jendral Pajak (DJP) adalah dengan melakukan pemeriksaan pajak dan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) bagi Wajib Pajak (WP) tertentu yang ditemukan tidak melaporkan data fiskalnya. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Magelang adalah salah satu instansi yang merupakan bagian dari Direktorat Jendral Pajak (DJP) yang ikut serta dalam melaksanakan pemeriksaan pajak. Surat Ketetapan Pajak (SKP) hanya dikeluarkan kepada Wajib Pajak (WP) oleh Direktorat Jendral Pajak (DJP) karena adanya kesalahan dalam mengisi Surat Pemberitahuan (SPT) atau adanya data yang belum diberitahukan oleh Wajib Pajak (WP). Semakin tinggi pelaksanaan pemeriksaan yang berlangsung, maka kemungkinan semakin tinggi juga Surat Ketetapan pajak (SKP) yang diterbitkan. Apabila Wajib Pajak (WP) mendapatkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) khususnya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, maka Wajib Pajak mempunyai Salah satu langkah penanggulangan masalah penerapan Self Assessment System yang dilakukan Direktorat Jendral Pajak (DJP) adalah dengan melakukan pemeriksaan pajak dan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) bagi Wajib Pajak (WP) tertentu yang ditemukan tidak melaporkan data fiskalnya. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Magelang adalah salah satu instansi yang merupakan bagian dari Direktorat Jendral Pajak (DJP) yang ikut serta dalam melaksanakan pemeriksaan pajak. Surat Ketetapan Pajak (SKP) hanya dikeluarkan kepada Wajib Pajak (WP) oleh Direktorat Jendral Pajak (DJP) karena adanya kesalahan dalam mengisi Surat Pemberitahuan (SPT) atau adanya data yang belum diberitahukan oleh Wajib Pajak (WP). Semakin tinggi pelaksanaan pemeriksaan yang berlangsung, maka kemungkinan semakin tinggi juga Surat Ketetapan pajak (SKP) yang diterbitkan. Apabila Wajib Pajak (WP) mendapatkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) khususnya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, maka Wajib Pajak mempunyai

Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak setelah diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak (SKP) khususnya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB). Hal ini yang membuat ketertarikan penulis untuk melakukan penelitian dengan judul “EVALUASI PELAKSANAAN PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KPP PRATAMA MAGELANG”

1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasikan

permasalahannya, yaitu belum maksimalnya pelaksanaan Pemeriksaan Pajak di KPP Pratama Magelang, masih banyaknya Wajib Pajak (WP) yang harus diperiksa karena tidak memenuhi kewajibannya untuk membayar pajak, dan masih ada wajib pajak yang tidak membayar pajak atau melaporkan pajaknya sesuai Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar setelah dilakukan pemeriksaan.

1.3 Fokus Masalah Fokus masalah dalam peelitian ini adalah tentang ketidakpatuhan Wajib

Pajak (WP) dalam membayar pajak atau belum melaporkan pajaknya sesuai Pajak (WP) dalam membayar pajak atau belum melaporkan pajaknya sesuai

1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan fokus masalah tersebut, maka pertanyaan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana efektivitas pelaksanaan pemeriksaan pajak yang berlangsung di KPP Pratama Magelang?

2. Bagaimana tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajaknya setelah dikeluarkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar di KPP Pratama Magelang?

1.5 Tujuan Tugas Akhir Berdasarkan pertanyaan penelitian yang dikemukakan di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui keefektivan pelaksanaan pemeriksaan pajak berdasarkan Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) dan penyelesaiannya di KPP Pratama Magelang.

2. Mengetahui tingkat kepatuhan Wajib Pajak berdasarkan pembayaran Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar yang telah dikeluarkan di KPP Pratama Magelang.

1.6 Manfaat Tugas Akhir Manfaat dari penelitian mengenai ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Memperluas pengetahuan penulis dalam masalah pemeriksaan pajak dan pembayaran pajak berdasarkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar.

b. Dapat membandingkan antara teori yang diperoleh penulis dari bangku perkuliahan dengan praktiknya di KPP Pratama Magelang.

c. Sebagai referensi untuk penelitian-penelitian berikutnya yang relevan.

2. Manfaat Praktis

a. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Magelang Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi atau masukan sejauh mana efektivitas pelaksanaan pemeriksaan pajak dan penanganan kepatuhan wajib pajak berdasarkan pembayaran surat ketetapan pajak kurang bayar.

b. Universitas Tidar / Civitas Akademika Sebagai rujukan yang bermanfaat bagi mahasiswa untuk menambah referensi kepustakaan mengenai Pemeriksaan Pajak.

c. Masyarakat Memberikan pemahaman dan kesadaran tentang pentingnya peran serta masyarakat dalam kepatuhan pembayaran pajak untuk c. Masyarakat Memberikan pemahaman dan kesadaran tentang pentingnya peran serta masyarakat dalam kepatuhan pembayaran pajak untuk

d. Penulis Sebagai sarana penambah pengetahuan dan penerapan teori-teori perpajakan yang berkaitan dengan pemeriksaan pajak.

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pengertian Pajak Ada beberapa definisi tentang pengertian pajak menurut undang- undang dan pendapat para ahli di bidang perpajakan yang memiliki sudut pandang yang berbeda namun mempunyai pengertian yang sama. Beberapa definisi tersebut antara lain sebagai berikut :

a. Menurut Pasal 1 Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum serta Tata Cara Perpajakan Sebagaimana Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir Dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 menyatakan bahwa Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

b. Menurut Soemitro dalam Prastiwi (2011) “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang- undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditinjukkan dan yang b. Menurut Soemitro dalam Prastiwi (2011) “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang- undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditinjukkan dan yang

c. Menurut Dr.Adriani (2011) “Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara yang bisa dipaksakan dan terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut undang-undang dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung bisa ditunjuk dan dipakai untuk membiayai pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan”.

Dari definisi-definisi diatas, penulis menyimpulkan bahwa pengertian pajak secara umum bisa didefinisikan sebagai pungutan atau iuran yang dilakukan pemerintah kepada masyarakat berdasarkan undang-undang yang hasilnya akan digunakan untuk pembiayaan pengeluaran pemerintah dalam kegiatan program kerjanya. Menurut Prastiwi (2011) Pajak memiliki unsur- unsur sebagai berikut :

1) Iuran dari rakyat kepada negara. Maksudnya adalah yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut berupa uang (bukan barang)

2) Berdasarkan Undang-undang. Maksudnya Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang- undang serta aturan pelaksanaannya.

3) Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat ditujuk. Maksunya dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

4) Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran- pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

2.1.2 Fungsi Pajak Menurut Mardiasmo (2011) ada dua fungsi pajak yaitu :

1. Fungsi Budgetair Artinya pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

2. Fungsi Mengatur Artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. Contohnya :

a) Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk mengurangi konsumsi minuman keras.

b) Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk mengurangi gaya hidup konsumtif.

c) Tarif pajak untuk ekspor sebesar 0%, untuk mendorong ekspor produk Indonesia di pasaran dunia.

2.1.3 Sistem Pemungutan Pajak Menurut Mardiasmo (2011) ada dua macam sistem pemungutan pajak

yang diberlakukan di Indonesia :

1. Official Assessment System Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Ciri-cirinya antara lain :

a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus.

b) Wajib Pajak bersifat pasif

c) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan Surat Ketetapan Pajak oleh fiskus

2. Self Assessment System Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Ciri-cirinya : 2. Self Assessment System Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Ciri-cirinya :

b) Wajib Pajak aktif mulai dari menghitung, memperhitungkan, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang

c) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi. Dalam sistem ini, memandang bahwa wajib pajaknya cukup mampu diberi tanggung jawab untuk menghitung dan menetapkan utang pajaknya sendiri. Wajib Pajak mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri, menghitung kewajiban perpajakannya dan membayar pajak serta melaporkan pajak terutangnya dalam bentuk Surat Pemberitahuan (SPT).

3. With Holding System Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Sistem ini memiliki ciri – ciri yaitu wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan Wajib Pajak. Contoh dari sistem ini adalah Pajak Penghasilan, khususnya PPh 21, dimana pemberi kerja, bendaharawan pemerintah, dana pensiun, dan sebagainya yang diserahi tanggung jawab untuk memotong pajak terhadap penghasilan yang mereka bayarkan kepada 3. With Holding System Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Sistem ini memiliki ciri – ciri yaitu wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan Wajib Pajak. Contoh dari sistem ini adalah Pajak Penghasilan, khususnya PPh 21, dimana pemberi kerja, bendaharawan pemerintah, dana pensiun, dan sebagainya yang diserahi tanggung jawab untuk memotong pajak terhadap penghasilan yang mereka bayarkan kepada

2.1.4 Pengertian Wajib Pajak Menurut UU Nomor 28 Tahun 2007, pengertian Wajib Pajak adalah

orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2.1.5 Hak dan Kewajiban Wajib Pajak Sejak diterbitkannya Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) bagi wajib pajak, maka secara hukum terdapat hak dan kewajiban warga negara sebagai wajib pajak. Hak yang bisa didapat oleh Wajib Pajak yaitu :

a) Hak membetulkan Surat Pemberitahuan (SPT)

b) Hak mengangsur dan menunda pembayaran

c) Hak mendapatkan pengembalian pajak (restitusi)

d) Hak mengajukan gugatan, keberatan dan banding

e) Hak mendapat perlindungan terhadap rahasia wajib pajak

f) Hak untuk pembebasan pajak Sedangkan kewajiban wajib pajak menurut Prastiwi (2011) adalah sebagai berikut : f) Hak untuk pembebasan pajak Sedangkan kewajiban wajib pajak menurut Prastiwi (2011) adalah sebagai berikut :

b) Kewajiban membayar pajak

c) Kewajiban mengisi dan melaporkan SPT

d) Kewajiban membayar denda

e) Kewajiban melakukan pencatatan dan pembukuan

f) Kewajiban menyerahkan dokumen pada waktu pemeriksaan

2.1.6 Kepatuhan Perpajakan Menurut Ismawan (2001) yang dikutip dari Prastiwi (2011) mengemukakan bahwa kepatuhan sukarela merupakan tulang punggung sistem Self Assessment dimana Wajib Pajak (WP) bertanggung jawab menetapkan sendiri kewajiban pajaknya dan kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar dan melaporkan pajak tersebut. Kepatuhan perpajakan dapat tercemin dalam beberapa situasi sebagai berikut:

a) Wajib Pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,

b) Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas,

c) Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar

d) Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.

2.1.7 Hambatan Pemungutan Pajak Menurut Mardiasmo (2011) ada beberapa faktor yang menyebabkan

terhambatnya pemungutan pajak antara lain :

1) Perlawanan Pasif Merupakan gambaran masyarakat yang enggan (pasif) membayar pajak, yang disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :

a) Perkembangan intelektual dan moral masyarakat

b) Sistem perpajakan yang mungkin sulit dipahami masyarakat

c) Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik.

2) Perlawanan Aktif Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditunjukan kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak. Bentuk dari perlawanan aktif antara lain :

a) Tax Avoidance Merupakan usaha yang dilakukan Wajib Pajak untuk meringankan beban pajak dengan tidak melanggar undang-undang.

b) Tax Evasion Merupakan usaha yang dilakukan Wajib Pajak untuk meringankan beban pajak degan cara melanggar undang-undang (penggelapan pajak)

2.1.8 Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) Menurut PMK.03 Nomor 17 Tahun 2013 Bab I Pasal 1 (8) Surat

Perintah Pemeriksaan adalah surat perintah untuk melakukan pemeriksaan dalam rangka menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketetntuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2.1.9 Pemeriksaan Pajak Ada beberapa pengertian pemeriksaan pajak menurut para ahli dan udang-undang, antara lain :

a. Menurut Mardiasmo (2013) “Pemeriksaan Pajak adalah serangkaian kegiatan mencari, mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.”

b. Menurut PMK.03 Nomor 17 Tahun 2013 Bab I Pasal 1(2) tentang Tata Cara Pemeriksaan “Pemeriksaan Pajak adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk b. Menurut PMK.03 Nomor 17 Tahun 2013 Bab I Pasal 1(2) tentang Tata Cara Pemeriksaan “Pemeriksaan Pajak adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk

Pemeriksaan Pajak dilakukan untuk menemukan adanya Interprestasi Undang-undang yang tidak benar, Kesalahan hitung, penggelapan secara khusus dari penghasilan, serta pemotongan dan pengurangan tidak sesungguhnya yang dilakukan oleh Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakkannya.

2.1.10 Tujuan Pemeriksaan Pajak Dari pengertian Pemeriksaan Pajak yang telah disebutkan di atas,

maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pelaksanaan pemeriksaan pajak ialah untuk mengawasi kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan oleh wajib pajak. Tujuan diaksanakanya pemeriksaan pajak antara lain :

1. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajkan dalam rangka memberikan kepastian hukum, keadilan, dan pembinaan kepada Wajib Pajak yang dapat dilakukan apabila :

a) Surat Pemberitahuan menunjukkan kelebihan pembayaran pajak, termasuk yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak.

b) Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Pengahasilan menunjukkan rugi.

c) Surat Pemberitahuan tidak disampaikan atau disampaikan tidak pada waktu yang telah ditetapkan.

d) Surat Pemberitahunan yang memenuhi kriteria seleksi yang ditentukan oleh Direktorat Jendral Pajak.

e) Ada indikasi kewajiban perpajakan selain kewajiban tersebut pada poin c tidak dipenuhi.

2. Tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundanng- undangan perpajakan, yang dapat dilakukan dalam hal :

a) Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) secara jabatan

b) Penghapusan NPWP

c) Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Penghasilan Kena Pajak

d) Wajib Pajak mengajukan keberatan

e) Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Perhitungan Penghasilan Netto

f) Pencocokan data dan/atau alat keterangan

g) Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil

h) Penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai

i) Pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan untuk tujuan lain selain huruf a sampai dengan huruf h.

Direktorat Jendral Pajak (DJP) berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dengan prosedur sebagai berikut :

1. Petugas pemeriksa harus dilengkapi dengan Surat Perintah Pemeriksaan dan harus memperlihatkan kepada Wajib Pajak yang diperiksa.

2. Wajib Pajak yang diperiksa harus :

a) Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan dokumen yan menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak.

b) Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan.

c) Memberi keterangan yang diperlukan.

3. Apabila dalam mengungkapkan pembuuan, pencatatan, atau dokumen serta keterangan diminta, Wajib Pajak terkait oleh suatu kewajiban untuk merahasiakannya, maka kewajiban untuk merahasiakan itu ditiadakan.

4. Direktorat Jendral Pajak (DJP) berwenang melakukan melakukan penyegelan tempat atau ruangan tertentu, bila Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban nomer (4) diatas.

2.1.11 Ruang Lingkup Pemeriksaan Pajak Menurut Rahayu (2010) pemeriksaan pajak dapat dibedakan

berdasarkan pada ruang lingkup cakupannya, yaitu terdiri dari :

1. Pemeriksaan Lapangan, Pemeriksaan lapangan yaitu pemeriksaan yang dilakkukan terhadap wajib pajak di tempat kedudukan/kantor, tempat usaha, atau pekerjaan bebas, domisili atau tempat tinggal. Pemeriksaan lapangan terdiri dari :

A. Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL) dengan kriteria sebagai berikut :

1) Pemeriksaan lapangan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak (WP) untuk satu atau lebih jenis pajak secara terkoordinasi antar seksi.

2) Terkoordinasi antara fungsional dan AR dikantor unit pelaksana pemeriksa

3) Dalam tahun berjalan atau tahun-tahun sebelumnya

4) Menggunakan teknik pemeriksaan yang dianggap perlu menurut keadaan tujuan pemeriksaan.

B. Jangka waktu pemeriksaan dalam pelaksanaan pemeriksaan

1) Jangka waktu yang ditetapkan adalah 4 bulan

2) Sejak terbitnya Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) sampai dengan tanggal Laporan Hasil Penelitian (LHP)

3) Dapat diperpanjang menjadi 8 bulan

2. Pemeriksaan Kantor Pemeriksaan Kantor adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak (WP) di kantor unit pemeriksaan atau Direktorat Jendral Pajak (DJP) dengan janga waktu sebagai berikut :

a. Dua bulan sejak wajib pajak datang untuk memenuhi panggilan sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP)

b. Dapat diperpanjang menjadi 6 bulan dengan mekanisme perpanjangan waktu dalam hal kondisi regular dan adanya indikasi transfer pricing yang meliputi:

1) Perpanjangan hanya bisa dilakukan satu kali

2) Dilakukan dengan Surat Pemberitahuan Perpanjangan Pemeriksaan

3) Surat pemberitahuan tersebut dapat disampaikan secara manual atau surat biasa atau melalui email

4) Memperhatikan jangka waktu Surat Pemberitahuan Lebih Bayar (SPT LB)

5) Surat pemberitahuan maksimal disampaikan satu minggu sebelum berakhirnya jangka waktu

6) Disampaikan kepada yang menerbitkan persetujuan (kepala kantor)

2.1.12 Cakupan Pemeriksaan Pajak Sasaran pemeriksaan pajak ditentukan dengan terfokus pada tujuan pemeriksaan dan juga berlandaskan pada misi Direktorat Jendral Pajak

(DJP) untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Penentuan wajib pajak yang diperiksa selain dari SPT yang lebih bayar dan rugi dengan kompensasi, ditentukan juga berdasarkan suatu kriteria yang diupayakan seefektif mungkin agar menghasilkan tingkat kepatuhan wajib pajak yang diharapkan. Dengan demikian. Dengan demikian kriteria pemeriksaaan pajak dapat berupa :

a. Pemeriksaan Rutin, yang dilakukan antara lain atas :

1) SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) maupun Badan yang menyatakan lebih bayar

2) SPT Tahunan WPOP maupun Badan yang menyalahi ketentuan penggunaan norma penghitungan penghasilan netto

3) SPT Tahunan PPh WPOP maupun Badan yang menyatakan adanya kerugian atau kompensasi kerugian

4) SPT Tahunan PPh WPOP maupun Badan untuk bagian tahun pajak sebagai akibat adanya perubahan tahun buku yang telah disetujui Dirjen Pajak

5) Data Prioritas

6) Adanya penggabungan usaha (marger), pemekaran usaha atau pengambil-alihan usaha (akuisisi), serta pembubaran usaha (likuidasi)

7) Adanya kerja sama operasi (KSO)

8) SPT Tahunan PPh WPOP maupun Badan yang mengajukan permohonan pindah tempat terdaftarnya Wajib Pajak atau pencabutan NPWP

9) SPT Tahunan Wajib Pajak Badan yang menyatakan adanya penilaian kembali (revaluasi) aktiva tetap yang telah disetujui oleh Dirjen Pajak.

b. Pemeriksaan Keterkaitan Pemeriksaan yang dilakukan atas Wajib Pajak inti adalah termasuk dalam pemeriksaan rutin, namun pemeriksaan atas Wajib Pajak yang mempunyai keterkaitan dengan Wajib Pajak inti adalah termasuk dalam kategori pemeriksaan khusus. Wajib Pajak yang mempunyai keterkaitan dengan Wajib Pajak inti antara lain meliputi hubungan usaha, hubungan finansial atau hubungan kepemilikan.

c. Pemeriksaan Khusus Pemeriksaan khusus dilakukan antara lain atas instruksi Dirjen Pajak atau oleh Kepala Kantor wilayah (Kanwil) DJP, dalam hal ada data atau pengaduan dari pihak ketiga yang menunjukkan indikasi bahwa wajib pajak tidak melakukan kewajiban perpajakannya dengan benar. Pemeriksaan khusus yang dapat dilakukan antara lain atas :

1) SPT Tahunan yang disampaikan unbalance murni

2) SPT Tahunan terdapat kekeliruan penghitungan kompensasi kerugian

3) SPT Tahunan tidak disampaikan dua tahun berturut-turut

4) Terdapat indikasi bahwa wajib pajak melakukan tindakan pidana di bidang perpajakan

5) Terdapat pengaduan masyarakat bahwa wajibpajak tertentu melakukan kesalahan dalam menjalankan kewajiban perpajakannya

6) Sebab-sebab lain berdasarkan instruksi dari Dirjen Pajak.

2.1.13 Hak dan Kewajiban Pemeriksa Pajak Dalam melaksanakan pemeriksaan pajak, pemeriksa memiliki hak dan kewajiban sebagai petugas pemeriksaan pajak. Hak pemeriksa pajak menurut Menkeu RI dalam Budileksamana (2001) meliputi :

a) Memeriksa dan meminjam buku-buku, catatan-catatan, bukti-bukti pembukuan dan dokumen pendukung lainnya, termasuk keluaran (output) atau media komputer dan perangkat elektronik pengelolah data lainnya

b) Meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari Wajib Pajak yang diperiksa

c) Memasuki tempat atau ruangan tertentu yang diduga merupakan tempat menyimpan dokumen, uang, barang yang dapat memberi petunjuk tentang keadaan usaha Wajib Pajak dan/atau tempat-tempat lain yang dianggap penting, serta melakukan pemerksaan fisik di tempat-tempat tersebut c) Memasuki tempat atau ruangan tertentu yang diduga merupakan tempat menyimpan dokumen, uang, barang yang dapat memberi petunjuk tentang keadaan usaha Wajib Pajak dan/atau tempat-tempat lain yang dianggap penting, serta melakukan pemerksaan fisik di tempat-tempat tersebut

e) Meminta keterangan atau bukti-bukti yang diperlukan dari pihak ketiga yang mempunyai hubungan dengan wajib pajak yang diperiksa.

Sedangakan kewajiban pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan pajak adalah sebagai berikut :

a) Memiliki dan memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa dan Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) Pajak kepada wajib pajak

b) Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan kepada wajib pajak yang akan diperiksa

c) Memberitahukan kepada wajib pajak tentang hasil pemeriksaan dan pemberi penjelasan atas hal-hal yang berbeda antara hasil pemeriksaan dengan SPT yang dilaporkan oleh wajib pajak, untuk ditanggapi wajib pajak

d) Memberi petunjuk kepada wajib pajak mengenai penyelenggaraan pembukuan atau pencatatan, dan petunjuk lainnya mengenai pemenuhan kewajiban perpajakan sehubungan dengan pemeriksaan yang dilakukan, dengan tujuan lain agar penyelenggaraan pembukuan atau pencatatan dan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam tahun- tahun selanjutnya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku d) Memberi petunjuk kepada wajib pajak mengenai penyelenggaraan pembukuan atau pencatatan, dan petunjuk lainnya mengenai pemenuhan kewajiban perpajakan sehubungan dengan pemeriksaan yang dilakukan, dengan tujuan lain agar penyelenggaraan pembukuan atau pencatatan dan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam tahun- tahun selanjutnya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

f) Megembalikan buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen pendukung lainnya yang dipinjam dari wajib pajak, paling lambat 14 hari untuk Pemeriksaan Lapangan, dan 7 hari untuk Pemeriksaan Kantor sejak selesainya pemeriksaan

g) Merahasiakan kepada pihak lain yang tidak berhak mengenai segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh wajib pajak dalam rangka pemeriksaan.

2.1.14 Hak dan Kewajiban Wajib Pajak Dalam Pemeriksaan Kewajiban Wajib Pajak yang harus dipenuhi saat dilaksanakannya

proses pemeriksaan adalah sebagai berikut :

1) Memenuhi panggilan untuk datang menghadiri Pemeriksaan sesuai dengan waktu yang ditentukan khususnya untuk jenis Pemeriksaan Kantor;

2) Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya, dan dokumen lain termasuk data yang dikelolah secara elektronik, yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak. Khusus untuk Pemeriksaan Lapangan,

Wajib Pajak wajib memberikan kesempatan untuk mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara elektronik;

3) Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang dipandang perlu dan memberi bantuan lainnya guna kelancaran pemeriksaan;

4) Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan;

5) Meminjamkan kertas kerja pemeriksaan yang dibuat oleh Akuntan Publik khususnya untuk jenis Pemeriksaan Kantor;

6) Memberikan keterangan lain baik lisan maupun tulisan yang diperlukan.

7) Menandatangani Berita Acara Hasil pemeriksaan apabila hasil pemeriksaan tidak atau tidak seluruhnya disetujui oleh wajib pajak

8) Menandatangani Surat Pernyataan Penolakan Pemeriksaan apabila wajib pajak menolak membantu kelancaran pemeriksaan. Sedangkan hak-hak yang diperoleh wajib pajak saat dilaksanakannya

pemeriksaan adalah sebagai berikut :

1) Meminta Surat Perintah Pemeriksaan

2) Melihat Tanda Pengenal Pemeriksa

3) Mendapat penjelasan mengenai maksud dan tujuan pemeriksaan

4) Meminta rincian perbedaan antara hasil pemeriksaan dan SPT

5) Hadir dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dalam batas waktu yang ditentukan.

2.1.15 Faktor dan Kendala Pemeriksaan Pajak Menurut Hutagaol dalam Rahayu (2010) ada beberapa faktor yang

mempengaruhi pelaksanaan pemeriksaan pajak antara lain :

a) Teknologi Informasi Kemajuan teknologi yang semain pesat dimanfaatkan oleh Wajib Pajak untuk mengelola asset yang dimilikinya. Seiring dengan perkembangan tersebut, maka pemeriksa pajak juga harus memanfaatkan perangkat teknologi informasi untuk mengelola data Wajib Pajak yang biasa disebut dengan istilah Computer Assisted Audit Tecnique.

b) Jumlah Sumber Daya Manusia Jumlah sumber daya manusia yang diperiksa harus sebanding dengan beban kerja pemeriksa, karena jika tdak sebanding maka akan berpengaruh pada keefektifan pelaksanaan pemeriksaan pajak. Maka untuk mengatasi jumlah pmeriksa yang terbatas harus dengan meningkatkan kualitas pemeriksa dan melengkapinya dengan teknologi informasi di dalam pelaksanaan pemeriksaan pajak.

c) Kualitas Sumber Daya Pemeriksa

Kualitas pemeriksa pajak sangat dipengaruhi oleh pengalaman, latar belakang dan pendidikan sehingga dapat mempengaruhi pelaksanaan pemeriksaan pajak. Solusi agar kesenjangan kualitas pemeriksa pajak teratasi adalah dengan melalui pendidikan dan pelatihan secara berkesinambungan dan sistem mutasi yang terencana serta penerapan reward and punishment sehingga meningkatkan kualitas pemeriksa pajak.

d) Sarana Prasarana Pemeriksaan Pajak Sarana dan prasarana pemeriksaan seperti komputer, sangatlah diperlukan untuk mengelola data yang bertujuan untuk menganalisis penghitungan pajak. Selain faktor – faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pemeriksaan

pajak ada juga kendala yang dihadapi pada saat pelaksanaan pemeriksaan pajak, antara lain :

1) Psikologis Presepsi Wajib Pajak (WP) tentang pemeriksaan pajak dan presepsi pemeriksa pajak mengenai kepatuhan wajib pajak.

2) Komunikasi Komunikasi yang dimaksud terdiri dari komitmen Wajib Pajak (WP) dalam membantu kelancaran pemeriksaan pajak dan frekuensi pembahasan sementara temuan hasil pemeriksaan.

3) Teknis Teknis yang dimaksudkan dilihat dari ukuran (size) perusahaan, pemanfaatan teknologi informasi, kepemilikan modal dan cakupan transaksi.

4) Regulasi Regulasi terdiri dari kelengkapan ketentuan yang berlaku yang mengatur perlakuan atas setuap transaksi yang timbul dan sejauhmana jengkauan hak pemajak Undang-undang domestik atas transaksi internasional.

2.1.16 Surat Ketetapan Pajak Pengertian Surat Ketetapan Pajak Menurut UU KUP 13 Tahun 2013

Pasal 1 angka 15 adalah Surat Ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar.

Menurut UU KUP 13 Tahun 2013 ada beberapa jenis Surat Ketetapan Pajak, antara lain :

a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah Surat Ketetapan Pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar diterbitkan apabila :

1) Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak atau kurang bayar,

2) Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran,

3) Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah ternyata tida seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenai tarif 0% (nol persen),

4) Kewajiban menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan tidak dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang, atau

5) Kepada Wajib Pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak secara jabatan.

b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah Surat Ketetapan Pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan diterbitkan apabila ditemukan data baru yang mengakibatkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah Surat Ketetapan Pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan diterbitkan apabila ditemukan data baru yang mengakibatkan

c. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah Surat Ketetapan Pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. Surat Ketetapan Pajak Nihil diterbitkan apabila setelah dilakukan pemeriksaan jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang, atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak atau tidak ada pembayaran pajak.

d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah Surat Ketetapan Pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang. SKPLB diterbitkan setelah dilakukan pemeriksaan dan ditemukan

jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang. SKPLB diterbitkan untuk :

1) Pajak penghasilan apabila jumlah kredit pajak lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang.

2) Pajak Pertambahan Nilai apabila jumlah kredit pajak lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang. Jika terdapat pajak yang 2) Pajak Pertambahan Nilai apabila jumlah kredit pajak lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang. Jika terdapat pajak yang

3) Pajak Penjualan Atas Barang mewah apabila jumlah pajak yang dibayarkan lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang.

Fungsi SKPLB adalah sebagai alat untuk mengembalikan kelebihan pembayaran pajak.

2.1.17 Efektivitas Pemeriksaan Pajak Ada beberapa pengertian Efektifitas menurut para ahli yang memiliki

sudut pandang yang berbeda – beda, antara lain sebagai berikut :

a) Menurut Kurniawan (2005) “Efektivitas adalah kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi) daripada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau ketegangan diantara pelaksanaannya.”

b) Menurut Mahmudi (2005) ”Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan, semakin besar kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program atau kegiatan.”

Nilai efektivitas pada dasarnya ditentukan oleh tercapainya tujuan organisasi serta faktor kesesuian dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Menurut Siagian (2004) untuk menilai efektifitas dari Nilai efektivitas pada dasarnya ditentukan oleh tercapainya tujuan organisasi serta faktor kesesuian dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Menurut Siagian (2004) untuk menilai efektifitas dari

Tabel 2.1 Kriteria Efektivitas

No.

Presentase Efektifitas

Kriteria

Sangat Efektif

Cukup Efektif

4 70% - 79%

Kurang Efektif

Tidak Efektif Sumber : Jurnal Perpajakan tahun 2016

2.2 Kerangka Teoritis

2.2.1 Hubungan Antara Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak Dan Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Penulisan laporan ini mengacu pada penelitian-penelitian terdahulu yang dikaji ulang oleh penulis, diantaranya Menurut Hutagaol, dkk (2007) yang membahas tentang Strategi Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak menyimpulkan bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain besarnya penghasilan, tarif pajak, presepsi wajib pajak atas penggunaan uang pajak, perlakuan perpajakan, pelaksanaan penegakan hukum, dan berat ringan sanksi perpajakan yang terdapat di Surat Ketetapan Pajak. Hasil tersebut diperkuat oleh Rahayu (2017) yang menyatakan bahwa semakin tinggi sanksi pajak, maka kemauan wajib pajak untuk membayar pajak juga semakin tinggi dan akan menigkatkan 2.2.1 Hubungan Antara Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak Dan Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Penulisan laporan ini mengacu pada penelitian-penelitian terdahulu yang dikaji ulang oleh penulis, diantaranya Menurut Hutagaol, dkk (2007) yang membahas tentang Strategi Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak menyimpulkan bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain besarnya penghasilan, tarif pajak, presepsi wajib pajak atas penggunaan uang pajak, perlakuan perpajakan, pelaksanaan penegakan hukum, dan berat ringan sanksi perpajakan yang terdapat di Surat Ketetapan Pajak. Hasil tersebut diperkuat oleh Rahayu (2017) yang menyatakan bahwa semakin tinggi sanksi pajak, maka kemauan wajib pajak untuk membayar pajak juga semakin tinggi dan akan menigkatkan

2.2.2 Hubungan Pemeriksaan Pajak Dengan Kepatuhan Wajib Pajak Menurut Prastiwi (2011) tingkat kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya hanya dapat diketahui dari kegiatan pemeriksaan pajak. hal tersebut didukung oleh Asnawi (2013) yang menyatakan bahwa tingkat audit dan probabilitas yang dirasakan pemeriksaan pajak memiliki hubungan yang signifikan dengan kepatuhan wajib pajak serta menurut Rahim, dkk (2016) pelaksanaan pemeriksaan pajak sebagai indikator mengetahui kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak. Hal ini diperkuat oleh Erani, dkk (2016) yang menyatakan bahwa pelaksanaan pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dengan mempertahankan kualitas dan pelayanan dalam melaksanakan tahapan-tahapan pelaksanaan pemeriksaan pajak.

Menurut Descalaya (2013) fluktuasi pemeriksaan terjadi karena sanksi yang diterima wajib pajak yang terbukti melakukan perlawanan pajak, denda yang diberikan kepada wajib pajak yang melakukan perlawanan pajak yang berpengaruh pada tingkat kepatuhan wajib pajak, serta perbaikan kinerja pegawai untuk lebih fokus memeriksa wajib pajak Menurut Descalaya (2013) fluktuasi pemeriksaan terjadi karena sanksi yang diterima wajib pajak yang terbukti melakukan perlawanan pajak, denda yang diberikan kepada wajib pajak yang melakukan perlawanan pajak yang berpengaruh pada tingkat kepatuhan wajib pajak, serta perbaikan kinerja pegawai untuk lebih fokus memeriksa wajib pajak

Selain dilakukan pemeriksaan pajak seharusnya wajib pajak juga memperoleh pengetahuan tentang perpajakan yang sesuai (Mas’ud:2013). Dengan melakukan hal tersebut, wajib pajak dapat mengatasi tantangan yang ditimbulkan karena penerapan Self Assessment System.