Gambaran Pemberian Asi Eksklusif dengan

Gambaran Pemberian Asi Eksklusif dengan Kejadian ISPA Pada
Balita Usia 1-4 Tahun di Puskesmas Tuban
The Description of Exclusive Breastfeeding Toddlers With the Incidence
of ARI in Aged 1-4 Years in Tuban Health Center
Eva Silviana Rahmawati
STIKES NU TUBAN

ABSTRAK
Jenis penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia antara lain adalah penyakit Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Di Indonesia kesakitan dan kematian bayi karena penyakit infeksi, salah satunya disebabkan
oleh ketidaktahuan dan ketidakpahaman masyarakat khususnya ibu-ibu tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif. Di
kabupaten Tuban, jumlah kasus ISPA yang dilaporkan puskesmas Tuban pada tahun 2009 sebesar 2856 balita. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui Gambaran Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian ISPA pada Balita Usia (1-4 tahun) di
Puskesmas Tuban. Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai
balita di Puskesmas Tuban Kecamatan Tuban. Teknik pengambilan sampel menggunakan Consecutive Sampling dan diperoleh
110 balita yang memenuhi kriteria penelitian selama kurun waktu Mei – Juli 2010. Instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini adalah : 1) wawancara, 2) lembar rekam medis MTBS. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 110 menunjukkan bahwa
balita yang mengalami ISPA cenderung lebih kecil (24,32%) mendapatkan ASI Eksklusif dibandingkan yang tidak ASI
Ekskllusif (63,01%). Sedangkan yang tidak ISPA cenderung lebih besar (75,68%) mendapatkan ASI Eksklusif dibanding yang
tidak ASI Eksklusif. Upaya untuk menurunkan kejadian ISPA yaitu dengan memberikan ASI Eksklusif, yang upayanya tidak
hanya dilakukan oleh keluarga itu sendiri, tetapi juga menggerakkan masyarakat dengan meningkatkan kesadaran pentingnya

ASI Eksklusif karena melihat dari berbagai manfaatnya.
Kata kunci : ASI Eksklusif, ISPA.
ABSTRACT
Types of infectious disease remains a major health problem in Indonesia, among others, is a disease of Acute Respiratory
Infections (ARI). In Indonesia infant morbidity and mortality due to infectious diseases, one of which is caused by ignorance
and incomprehension of society, especially the mothers about the importance of exclusive breast feeding. In the district of
Tuban, the number of reported cases of ARI clinic Tuban in 2009 amounted to 2856 infants. This study aims to determine
Preview Exclusive Breastfeeding with ARI incidence in Toddlers Aged (1-4 years) in Tuban Health Center. The study was
descriptive. The population in this study were all mothers who have children at health centers Tuban Tuban District. Sampling
technique using Consecutive Sampling and obtained 110 toddlers who meet the criteria of the study during the period May to
July 2010. The instruments used in this study were: 1) interviews, 2) medical record sheets IMCI. Results of a study of 110
indicates that infants who experienced respiratory infection tend to be smaller (24.32%) Exclusive breastfeeding than those
who are not breastfed Ekskllusif (63.01%). While that is not ARI tend to be larger (75.68%) received exclusive breast milk than
those who do not Exclusive. Efforts to reduce the incidence of ARI is to give exclusive breastfeeding, whose efforts not only
done by the family itself, but also to mobilize the community to raise awareness of the importance of exclusive breast feeding as
seen from a variety of benefits.
Keywords: Exclusive Breastfeeding, ARI.

PENDAHULUAN
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

merupakan salah satu penyakit yang banyak
diderita oleh masyarakat. Penyakit ini meliputi
Infeksi Akut Saluran Pernapasan bagian Atas
dan Infeksi Akut Saluran Pernapasan bagian
Bawah. ISPA masih menjadi masalah
kesehatan yang penting karena penyebab
kematian bayi dan balita yang cukup tinggi.1
Beberapa faktor mempengaruhi tingginya
mortalitas dan morbiditas ISPA serta berat
ringannya penyakit. Berbagai penelitian
mengenai faktor resiko telah dilakukan baik di
negara maju maupun di negara berkembang.
Nampaknya faktor resiko di negara industri
agak berlainan dari faktor resiko di negara
berkembang. Beberapa faktor risiko telah

diketahui antara lain, umur kurang 2 bulan, gizi
kurang, berat badan lahir rendah, tidak
mendapat ASI eksklusif, populasi udara,
kepadatan tempat tinggal, imunisasi yang tidak

memadai, membedong anak (menyelimuti
berlebihan), defisiensi vitamin A, pemberian
makanan terlalu dini, ventilasi rumah kurang
memadai, peran keluarga.2
Salah satu faktor yang mempengaruhi
tingginya kejadian ISPA adalah menurunnya
pemberian ASI ekslusif. ASI eksklusif
merupakan salah satu solusi pencegahan ISPA
karena salah satu khasiat ASI eksklusif dapat
meningkatkan daya tahan tubuh terhadap
penyakit infeksi seperti ISPA.3
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2007, Angka Kematian Bayi

(AKB) di Indonesia yaitu 35 bayi per 1000
kelahiran. Bila dirincikan 157.000 bayi
meninggal per tahun atau 430 bayi per hari.
Sedangkan Angka Kematian Balita (AKABA),
yaitu 46 dari 1000 balita meninggal setiap
tahunnya. Bila dirincikan, kematian balita ini

mencapai 206.580 balita per tahun, dan 569
balita per hari. Beberapa penyebab kematian
bayi dikarenakan berat badan lahir rendah,
asfiksia, tetanus, infeksi dan masalah
pemberian minuman.
Di Indonesia berdasarkan hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007,
menunjukkan prevalensi nasional ISPA: 25,5%
(16 provinsi di atas angka nasional), angka
kesakitan (morbiditas) pneumonia pada Bayi:
2.2 %, Balita: 3%, angka kematian (mortalitas)
pada bayi 23,8%, dan Balita 15,5%.4
Hasil Survei Demografi Indonesia (SDKI)
2000-2006 menunjukkan kenyataan yang
mencengangkan, hanya 14% ibu di tanah air
yang menberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif
kepada bayi sampai usia enam bulan. Rata-rata
bayi di Indonesia hanya menerima ASI
eksklusif kurang dari dua bulan. Menurut data
dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban tahun

2009, jumlah sasaran bayi dengan pemberian
ASI eksklusif sebanyak 19.037, dan target yang
ditetapkan 75 %. Sedangkan target yang
dicapai 9517 (50%). Pemberian ASI eksklusif
di Puskesmas Tuban sendiri dari 726 bayi yang
diberikan ASI eksklusif sebesar 672 bayi (92,6
%) pada tahun 2009. Jumlah balita yang
menderita ISPA di Puskesmas Tuban pada
tahun 2009 sebesar 2856 (79,4%) balita, dan
yang tidak ISPA 741 (20,6%) balita.
Dari survey pendahuluan yang dilakukan di
Puskesmas Tuban tahun 2009 pada 10 balita,
yang terkena ISPA dan tidak mendapat ASI
eksklusif sebanyak 8 balita, sedangkan balita
yang tidak terkena ISPA dan mendapatkan ASI
eksklusif 2 balita.
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi
Saluran Pernafasan Akut, istilah ini diadaptasi
dari istilah dalam bahasa Inggris Acute
Respiratory Infections (ARI). Penyakit infeksi

akut yang menyerang salah satu bagian dan
atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung
(saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah)
termasuk jaringan adneksanya seperti sinus,
rongga telinga tengah dan pleura. Penyakit
ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi
pada anak, karena sistem pertahanan tubuh
anak masih rendah.5
ASI pada masa bayi merupakan
nutrisi terbaik dan terpenting untuk mencapai
tumbuh kembang yang optimal. Dewasa ini
terdapat
kecenderungan
menurunnya
pemberian ASI ekslusif. Padahal pemberian

ASI eksklusif tersebut akan memberikan
perlindungan terhadap berbagai penyakit
termasuk infeksi pernafasan dan infeksi usus.
Penting bagi setiap ibu untuk mengupayakan

memberikan ASI eksklusif kepada bayi yang
dilahirkan dan menghindari memberikan susu
formula atau makanan pendamping ASI yang
terlalu dini kepada bayi, apabila ternyata
produksi ASI sangat mencukupi kebutuhan
bayi. Dengan demikian bayi yang dilahirkan
dapat terbebas dari penyakit ISPA yang
mematikan serta menjamin optimalnya
pertumbuhan dan perkembangan bayi.6
ASI eksklusif enam bulan merupakan salah
satu upaya untuk mencegah kejadian ISPA
karena ASI Eksklusif berdampak kepada
pemenuhan
kecukupan
gizi,
sehingga
menghindarkan bayi dari malnutrisi dan resiko
peningkatan infeksi pada bayi. Bayi yang
mendapat ASI Ekslusif lebih tahan terhadap
ISPA, karena dalam air susu ibu terdapat zat

anti terhadap kuman penyebab ISPA. Jumlah
konsumsi ASI bayi akan sangat mempengaruhi
imunitas bayi, bayi yang diberi ASI secara
eksklusif akan memiliki daya tahan tubuh yang
lebih baik dibandingkan dengan bayi yang
tidak diberi ASI secara eksklusif. Oleh karena
itu untuk menghindari ISPA pada balita
hendaknya ibu memberikan ASI eksklusif pada
balita saat masih bayi, dan yang tidak kalah
pentingnya sebisa mungkin balita tidak
diberikan makanan yang mengandung bahan
pengawet seperti makanan yang mengandung
pewarna buatan atau pemanis buatan.
Disamping itu makanan jajanan yang sering
dijual di jalan-jalan, misalnya: sosis dan
sejenisnya juga perlu dihindarkan. Karena
minyak yang dipakai untuk menggoreng tidak
selalu minyak baru. Namun lebih sering
digunakan minyak bekas yang sudah dipakai
berkali-kali digunakan untuk menggoreng.

Karena
bila
balita
terlalu
banyak
mengkonsumsi makanan seperti itu dapat
mengalami gangguan saluran pernafasan
seperti batuk, pilek,demam dan gejala lainnya.
Berdasarkan data di atas, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“Gambaran Pemberian ASI Eksklusif Dengan
Kejadian ISPA Pada Balita Usia (1-4 tahun) di
Puskesmas Tuban”.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan adalah
penelitian deskriptif dimana
penelitian
dilakukan dengan tujuan untuk membuat
gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan
secara objektif.7 Disini peneliti hanya ingin

mengetahui gambaran pemberian ASI eksklusif

Dengan kejadian ISPA pada balita usia 1-4
tahun
HASIL PENELITIAN
Pemberian ASI Eksklusif
Tabel 1. Distribusi Pemberian ASI Eksklusif
pada Balita Usia 1-4 tahun di
Puskesmas Tuban pada bulan Mei –
Juli 2010

ANALISIS HASIL PENELITIAN
Berdasarkan
tabel
tabulasi
silang
menunjukkan bahwa balita yang mengalami
ISPA cenderung lebih kecil (24,32%)
mendapatkan ASI Eksklusif dibandingkan yang
tidak ASI Ekskllusif (63,01%). Sedangkan

yang tidak ISPA cenderung lebih besar
(75,68%)
mendapatkan
ASI
Eksklusif
dibanding yang tidak ASI Eksklusif.
PEMBAHASAN
1.

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa
dari 110 balita usia 1-4 tahun Sebagian besar
tidak mendapat ASI Eksklusif sebanyak 73
balita (66,36%). Sedangkan yang mendapat
ASI eksklusif sebanyak 37 balita (33,64%).
Kejadian ISPA
Tabel 2. Distribusi Kejadian ISPA pada Balita
Usia 1-4 tahun di Puskesmas Tuban
pada bulan Mei – Juli 2010

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa
dari 110 balita usia 1-4 tahun hampir setengah
balita terkena ISPA dan tidak ISPA sebanyak
55 balita (50%).
Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian
ISPA pada Balita Usia 1-4 tahun
Tabel 3. Distribusi Pemberian ASI Eksklusif
Dengan Kejadian ISPA pada Balita
Usia 1-4 tahun di Puskesmas Tuban
bulan Mei-Juli 2010

Berdasarkan table 3 menunjukkan bahwa
balita yang mengalami ISPA cenderung lebih
kecil (24,32%) mendapatkan ASI Eksklusif
dibandingkan yang tidak ASI Eksklusif
(63,01%). Sedangkan yang tidak ISPA
cenderung lebih besar (75,68%) mendapatkan
ASI Eksklusif dibanding yang tidak ASI
Eksklusif.

Pemberian ASI Eksklusif
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa
dari 110 balita usia 1-4 tahun sebagian besar
tidak mendapatkan ASI Esklusif saat usia 0-6
bulan sebanyak 73 balita (66,36%).
ASI eksklusif merupakan pemberian ASI
tanpa makanan dan minuman tambahan lain
pada bayi berumur nol sampai enam bulan.
Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap
ASI eksklusif ini.8
Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu
tidak memberikan ASI Eksklusif dipengaruhi
oleh: Pengetahuan, lingkungan, pengalaman,
dukungan keluarga, pandangan ibu terhadap
payudaranya, sumber informasi, mitos-mitos
dan sosial budaya.
Pemberian ASI Eksklusif sangat penting
bagi balita usia 0-6 bulan, karena pada usia 6
bulan sistem pencernaan bayi mulai matur dan
mampu menolak faktor alergi ataupun kuman
yang masuk.9
Dengan pemberian ASI Eksklusif, bayi
mendapatkan manfaat lain selain nutrisi, yaitu
manfaat imunologik dan psikologik. ASI
mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan,
faktor pertumbuhan, anti alergi, anti inflamasi,
menurunkan kemungkinan bayi terkena
penyakit infeksi telinga, batuk, pilek dan
penyakit alergi. Selain itu ASI juga
mengandung zat kekebalan karena terdapat
vitamin C dan zat anti peradangan sehingga
dapat mencegah bayi mengalami infeksi, baik
disebabkan oleh jamur, virus, bakteri atau
parasit.10
Dan pada kenyataannya bayi yang diberi
ASI Eksklusif akan lebih sehat dan jarang sakit
dibandingkan dengan bayi yang tidak
mendapatkan ASI Eksklusif.11
Pemberian ASI tidak Eksklusif (susu
formula dan makanan pendamping ASI) akan
berpengaruh buruk terhadap sistem pencernaan
bayi dan beresiko tinggi bagi bayi, karena
sistem pencernaan mereka masih lemah serta
rentan. Susu formula beresiko terhadap
kesehatan karena tidak ada jaminan 100%
bebas bakteri sejak proses pemerasan hingga

dikonsumsi. Sehingga bayi sering mengalami
diare, alergi dan penyakit infeksi.8
Dari hasil penelitian pada Balita Usia 1-4
tahun di Puskesmas Tuban ternyata pemberian
ASI Eksklusif masih rendah, hal ini akan
menyebabkan banyak bayi maupun balita
mudah terserang alergi, diare dan penyakit
infeksi terutama ISPA. Keadaan seperti ini
benar-benar sangat memprihatinkan, oleh
karenanya
ibu-ibu
serta
orang
yang
berpengaruh terhadap proses menyusui bayi
perlu ditekankan dan diberi penyuluhan agar
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya,
sehingga dapat mengetahui tentang pentingnya
pemberian ASI eksklusif pada bayinya serta
dapat melaksanakannya, karena dengan
memberikan ASI, bayi mendapatkan makanan
yang ideal, terbaik dan mudah dicerna oleh
sistem pencernaan bayi, juga mengandung zat
kekebalan yang melindungi bayi dari berbagai
infeksi.
2. Kejadian ISPA
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa
dari 110 balita usia 1-4 tahun hampir setengah
balita terkena ISPA dan tidak ISPA sebanyak
55 balita (50%).
ISPA
merupakan
Infeksi
Saluran
Pernafasan Akut yang menyerang salah satu
bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai
dari hidung (saluran atas) hingga alveoli
(saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya
seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
Penyakit ISPA merupakan penyakit yang
sering terjadi pada anak,
karena sistem
pertahanan tubuh anak masih rendah. Infeksi
saluran pernafasan akut merupakan kelompok
penyakit yang komplek dan heterogen, yang
disebabkan oleh berbagai etiologi.
Kebanyakan infeksi saluran pernafasan akut
disebabkan oleh virus dan mikroplasma.
Etiologi ISPA terdiri dari 300 lebih jenis
bakteri, virus, dan jamur.12
Kejadian ISPA dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya adalah sebagai
berikut : gizi kurang, tidak mendapat ASI
eksklusif, imunisasi yang tidak memadai, peran
orang tua, umur, lingkungan, bakteri dan
virus.5
Dari hasil penelitian pada Balita Usia 1-4
tahun di Puskesmas Tuban bahwa setengah
balita datang ke Puskesmas Tuban karena
kejadian ISPA. Padahal ISPA merupakan salah
satu masalah kesehatan masyarakat yang utama
karena dapat mengakibatkan kematian. Maka
dari itu untuk mencegah ISPA dapat dilakukan
dengan beberapa hal yaitu: mendapatkan ASI
Eksklusif,
mengusahakan
agar
anak
mempunyai gizi cukup, mengusahakan

kekebalan anak dengan imunisasi, menjaga
kebersihan perorangan dan lingkungan dan
melakukan pengobatan segera apabila anak
terserang ISPA.
3. Gambaran Kejadian ISPA Ditinjau dari
Pemberian ASI Eksklusif pada Balita
Usia 1-4 tahun.
Berdasarkan
tabel
tabulasi
silang
menunjukkan bahwa balita yang mengalami
ISPA cenderung lebih kecil (24,32%)
mendapatkan ASI Eksklusif dibandingkan yang
tidak ASI Ekskllusif (63,01%). Sedangkan
yang tidak ISPA cenderung lebih besar
(75,68%)
mendapatkan
ASI
Eksklusif
dibanding yang tidak ASI Eksklusif.
Jumlah Balita penderita ISPA yang tidak
diberi ASI eksklusif cukup tinggi. Hal ini
karena ASI mengandung zat kekebalan seperti
yang diungkapkan dalam teori karena terdapat
vitamin C dan zat anti peradangan sehingga
dapat mencegah bayi mengalami infeksi, baik
disebabkan oleh jamur, virus, bakteri atau
parasit.8
ASI juga menurunkan kemungkinan bayi
terkena penyakit infeksi telinga, batuk, pilek
dan penyakit alergi. serta pada kenyataannya
bayi yang diberi ASI Eksklusif akan lebih sehat
dan jarang sakit dibandingkan dengan bayi
yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif. 11
Selain itu hal-hal lain penyebab balita
menderita ISPA adalah: (a) Asupan gizi ketika
bayi kurang adekuat, maka nilai gizi atau
nutrisi dan substansi-substansi imunologi yang
didapat juga kurang. (b) Kekurangan nilai gizi
dan substansi imunologi ASI dalam waktu
sesaat tidak menimbulkan gejala yang nyata,
tetapi kekurangan dalam waktu yang lama akan
memberikan dampak yang nyata terhadap
status kesehatan balita. Balita akan sangat
rentan terhadap berbagai macam penyakit
khususnya penyakit infeksi. Karena secara fisik
usia balita merupakan usia pertumbuhan
dimana usia ini semua sel termasuk sel-sel
yang sangat penting seperti sel otak mengalami
pertumbuhan yang sangat pesat. Sedangkan
secara psikologis usia balita merupakan usia
perkembangan
mental,
emosional
dan
intelektual yang pesat juga. Apabila balita
hanya kekurangan faktor nutrisi dalam ASI,
mungkin bisa didapatkan dari susu formula
yang banyak dipromosikan, tetapi untuk faktor
imunologi hanya bisa didapatkan dari
pemberian ASI Eksklusif terutama pemberian
kolostrum. Karena dalam kolostrum kandungan
antibodinya sangat tinggi yang bisa melindungi
bayi baru lahir yang dalam keadaan masih
lemah.

Dari hasil penelitian diatas didapatkan
ternyata masih banyak balita yang tidak
mendapatkan ASI eksklusif mengalami
kejadian ISPA. Sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa terdapat kesesuaian antara
teori dengan hasil penelitian yang dilakukan di
Puskesmas Tuban. Hal ini karena ibu-ibu tidak
memberikan ASI Eksklusif pada balitanya pada
waktu usia kurang dari 6 bulan sehingga
banyak balita yang menderita ISPA.
Namun demikian, berdasarkan hasil
penelitian yang didapat, ternyata adapula balita
yang mendapatkan ASI Eksklusif tetapi masih
mengalami kejadian ISPA. Hal ini mungkin
disebabkan karena faktor-faktor yang lain
misalnya : gizi kurang, imunisasi yang tidak
memadai, peran orang tua, umur, lingkungan,
bakteri dan virus.
KESIMPULAN
Setelah mengetahui dan mempelajari hasil
penelitian ini maka akan diuraikan tentang
kesimpulan dan saran dari hasil penelitian
Gambaran Pemberian ASI Eksklusif Dengan
Kejadian ISPA Pada Balita Usia 1-4 Tahun di
Puskesmas Tuban.
1. Sebagian besar balita usia 1- 4 tahun tidak
mendapatkan ASI Eksklusif pada usia 0-6
bulan di Puskesmas Tuban bulan Mei –
Juli 2010.
2. Hampir setengahnya balita usia 1- 4 tahun
di Puskesmas Tuban bulan Mei – Juli 2010
mengalami kejadian ISPA.
3. Sebagian besar balita usia 1- 4 tahun di
Puskesmas Tuban bulan Mei – Juli 2010
yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif
mengalami Kejadian ISPA
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.

3.
4.

5.
6.

7.
8.
9.
10.

Arief, B (2009). Infeksi Saluran Pernapasan Atas.
09 Desember 2009. http://Buyblogreviews.com
Depkes RI. Rencana Kerja Jangka Menengah
Nasional : Penanggulangan Pneumonia Balita
Tahun 2005-2009. Departemen Kesehatan RI, 2005.
Arief, B. Infeksi Saluran Pernapasan Atas. 09
Desember 2009. http://Buyblogreviews.com
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2009).
Pnemonia, Penyebab Kematian Utama Balita. 20
Februari 2010. http://www.depkes.go.id
Prabu (2009). Faktor Resiko Terjadinya ISPA. 23
Desember 2009. http://putraprabu.wordpress.com
Depkes RI. Modul Pelatihan Pengelolaan Rantai
Vaksin
Program
Imunisasi.
Departemen
Kesehatan RI, Jakarta 2006.
Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian
Ilmu Keperawatan. Rineka Cipta, Jakarta 2002.
Depkes RI. Ibu Berikan ASI Eksklusif Baru Dua
Persen. Departemen Kesehatan RI, Jakarta 2004.
Sri Purwanti, Hubertin. Konsep penerapan ASI
Eksklusif. EGC. Jakarta 2004.
Budiasih, Kun Sri. Handbook Ibu Menyusui.
HayatiQualita, Bandung 2008.

11.

12.

Departemen Kesehatan. Strategy Nasional Making
Pregnancy Safer di Indonesia 2001–2010.
Departemen Kesehatan RI, Jakarta 2001.
Depkes RI. Rencana Kerja Jangka Menengah
Nasional : Penanggulangan Pneumonia Balita
Tahun 2005-2009. Departemen Kesehatan RI,
Jakarta 2005.