HPI 11 Recent site activity teeffendi

Peradilan Yugoslavia dan Rwanda

Peradilan Yugoslavia

Gambaran Umum
Negara Federasi Yugoslavia (Slovenia, Kroasia,
Serbia, Bosnia, Montenegro dan Macedonia) pasca
runtuhnya komunisme semakin menunjukkan
adanya perbedaan-perbedaan antar etnis yang
selama ini teredam di bawah komunisme, sampai
akhirnya Slovenia, Kroasia serta Bosnia –
Herzegovina secara berturut-turut
memproklamirkan independensi mereka serta
memutuskan untuk lepas dari Federasi Yugoslavia.

Gambaran Umum (lanjutan)
Pemisahan diri tersebut ternyata membawa dampak
yang besar, khususnya bagi para etnis Serbia yang
menduduki wilayah Serbia dan wilayah-wilayah lainnya
yang memisahkan diri. Banyak faktor yang
menyebabkan terjadinya peperangan di Yugoslavia,

diantaranya adalah kelemahan institusi pemerintahan
pusat Yugoslavia, timbulnya nasionalisme agresif dalam
Serbia, runtuhnya sistem satu partai komunis di sekitar
Eropa tahun 1990 serta nasionalisme Serbia yang
meliputi tentara rakyat Yugoslavia.

Gambaran Umum (lanjutan)
The International Criminal Tribunal for Former
Yugoslavia (ICTY) dibentuk berdasarkan Statute of The
International Tribunal for Former Yugoslavia atau
Statuta ICTY yang berasal dari Resolusi 827 Dewan
Keamanan PBB. Resolusi ini diadopsi pada tanggal 25
Mei 1993 sebagai reaksi atas tindakan melanggar
kemanusiaan di wilayah bekas Yugoslavia sejak tahun
1991. ICTY disusun atas reaksi dunia internasional
terhadap tindakan Yugoslavia melakukan agresi
terhadap Bosnia, Herzegovina, Slovenia dan Kroasia.

Gambaran Umum (lanjutan)
Nama otentik dari ICTY adalah The International

Tribunal for The Prosecution of Persons
Responsible for Serious Violations of
International Humanitarian Law Committed in
the Territory of the Former Yugoslavia since
1991.
(Lihat Annex I, ICTY, Guénaël Mettraux, 2005:
391)

Gambaran Umum (lanjutan)
Dalam perkembangannya, Statuta ICTY ini mengalami tujuh kali
amandemen.
1. 13 Mei 1998 dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1166;
2. 20 November 2000 dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor
1329;
3. 17 Mei 2002 dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1411;
4. 14 Agustus 2002 dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor
1431;
5. 19 Mei 2003 dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1481;
6. 20 April 2005 dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1597;
dan

7. 28 Februari 2006 dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor
1660

Yurisdiksi teritorial
Menurut Pasal 8 Statuta ICTY, The territorial jurisdiction of
the International Tribunal shall extend to the territory of the
former Socialist Federal Republic of Yugoslavia, including its
land surface, airspace and territorial waters... . (Yurisdiksi
teritorial dari Peradilan Internasional (ICTY) meluas dari
wilayah bekas Republik Federasi Yugoslavia, termasuk
permukaan daratannya, udara dan perairan teritorialnya...).
Dalam perkembangannya, yurisdiksi teritorial ICTY sampai
pada Kosovo.
(Lihat Arie Siswanto, 2005: 5)

Yurisdiksi temporal
Bersamaan dengan pengaturan yurisdiksi teritorial, Pasal 8
Statuta ICTY mengatur tentang yurisdiksi temporal yang isinya
sebagai berikut, ... The temporal jurisdiction of the International
Tribunal shall extend to a period beginning on 1 January 1991.

(...yurisdiksi temporal dari Peradilan Internasional (ICTY) meluas
dari periode yang dimulai tanggal 1 Januari 1991).
Tidak adanya ketegasan atau pengaturan tentang batas waktu
tersebut mungkin disebabkan karena batas waktu berakhir
tersebut relatif sukar untuk ditetapkan, mengingat peperangan
ataupun akibatnya bisa saja terus terjadi walaupun perang sudah
dinyatakan berakhir.
(Lihat I Wayan Parthiana, 2006: 193)

Yurisdiksi personal
ICTY hanya berwenang mengadili orang perorangan
atau individu-individu saja. Lebih jelasnya adalah orangorang yang terlibat dalam peristiwa yang terjadi di
wilayah bekas Yugoslavia mulai Januari 1991. Pasal 6
Statuta ICTY menegaskan, The International Tribunal
shall have jurisdiction over natural persons pursuant to
the provisions of the present Statute . (Bahwa peradilan
(ICTY) memiliki yurisdiksi terhadap semua orang sesuai
dengan yang ditetapkan oleh statuta ini)

Yurisdiksi Material

Kejahatan yang termasuk dalam yurisdiksi Peradilan ICTY
sebagaimana disebutkan Pasal 2, 3, 4, 5 statuta ICTY
sebagai berikut:
1. Pelanggaran berat terhadap Konvensi Jenewa 1949,
Pasal 2 Statuta ICTY, (Grave breaches of the Geneva
Convention of 1949). Konvensi Jenewa yang dimaksud
adalah Konvensi 12 Agustus 1949 Konvensi tentang
perbuatan terhadap orang atau barang yang
dilindungi oleh Konvensi Jenewa;

Yurisdiksi Material (lanjutan)
2. Pelanggaran terhadap hukum kebiasaan perang, Pasal
3 Statuta ICTY (violation of the laws or customs of
war);
3. Genosida, Pasal 4 Statuta ICTY, dimana definisi
genosida dalam pasal tersebut tidak jauh berbeda
dengan pengertian genosida menurut Konvensi
Genosida;
4. Kejahatan terhadap kemanusiaan, Pasal 5 Statuta
ICTY (Crimes against humanity).


Prinsip dasar Peradilan ICTY






Prinsip retroaktif;
Prinsip individual responsibility (Pasal 7);
Non impunity (Pasal 7 ayat (2);
Command responsibility (Pasal 7 ayat (3);
Concurrance Jurisdiction (Pasal 9)

Pelaksanaan Peradilan
ICTY mempekerjakan kurang lebih 1200 pegawai, dimana
komponen organisasinya antara lain adalah Chambers, Registry
dan Office of The Prosecutor (OTP). Chambers meliputi hakim dan
ajudannya, dimana ICTY mengoperasikan 3 (tiga) ruang pengadilan
dan satu pengadilan banding. Registry bertanggung jawab

menangani administrasi peradilan seperti rekaman persidangan,
mengartikan dokumen persidangan, mempersiapkan akomidasi
saksi dan tugas administratif lainnya. OTP bertanggungjawab untuk
melakukan investigasi, mencari bukti dan menyusun dakwaan.
ICTY beranggotakan 16 hakim tetap dan 12 hakim ad litem yang
dipilih oleh majelis umum PBB untuk masa jabatan 4 (empat)
tahun dan dapat dipilih kembali.

Hakim Peradilan ICTY
Hakim Tetap
Fausto Pocar (Itali, Ketua ICTY); Kevin Parker (Australia);
Patrick Lipton Robinson (Jamaica); Carmel A. Agius
(Malta); Alphonsus Martinus Marie Orie (Belanda);
Mohamed Shahabudden (Guyana); Mehmet Guney
(Turki); Liu Dagun (China); Andresia Vaz (Senegal); Theodor
Meron (Amerika Serikat); Wolfgang Schomburg (Jerman);
O-Gon Kwon (Korea Selatan); Jean Claude Antonetti
(Perancis); Iain Bonomy (Inggris); Christinevan Den
Wyngaert (Belgia); Bakone Justice Moloto (Afrika Selatan).


Hakim Peradilan ICTY
Hakim ad litem
Krister Thelin (Swedia); Janet M. Nosworthy
(Jamaica); Frank Hoepfel (Austria); Arpad Prandler
(Hongaria); Stefan Trechsel (Swiss); Antoine KesiaMbe Mindua (Kongo); Ali Nawaz Chowhan
(Pakistan); Tsvetana Kamenova (Bulgaria); Kimberly
Prost (Kanada); Ole Bjorn Stole (Norwegia); Frederik
Harhoff (Denmark); Flavia Lattanzi (Itali).

Peradilan ICTY
Kasus yang paling menyita perhatian dunia adalah persidangan
mantan Presiden Republik Federasi Yugoslavia, Slobodan Milosevic
yang mulai diadili di Den Haag tanggal 12 Februari 2002. Ini
merupakan pengadilan penjahat perang terbesar setelah Peradilan
Nuremberg Jerman. Jaksa penuntut umum, Carla del Ponte telah
merangkum 66 tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap
kemanusiaan yang dilakukan Slobodan Milosevic di Kroasia (1991 –
1992), Perang Bosnia (1992 – 1995), di Kosovo (1998 – 1999) yang
telah menelan korban jiwa sekitar 200.000 orang dan mengusir 3.5
juta penduduk, 700.000 diantaranya penduduk muslim.

(Lihat Boer Mauna, 2005: 284)

Peradilan Rwanda

Gambaran Umum
Rwanda adalah negara di Afrika Tengah dimana komposisi
penduduknya terdiri dari dua kelompok etnis, yaitu Hutu
(85%) dan Tutsi (15%). Walaupun minoritas, etnis Tutsi
mendominasi pemerintahan Rwanda sampai akhirnya pada
tahun 1959, kelompok mayoritas (Hutu) melancarkan
pemberontakan terhadap pemerintah Rwanda. Tahun 1960,
partai Parmehutu menguasai pemerintahan dan memegang
kekuasaan. Tahun 1963 terjadi pembantaian besar-besaran
terhadap etnis Tutsi yang mengakibatkan etnis Tutsi
melarikan diri dari Rwanda, sedangkan yang masih
tertinggal diperlakukan secara keras

Gambaran Umum (lanjutan)
Pada tahun 1973, Juvenal Habyarimana melancarkankan
kudeta dan berhasil menguasai Rwanda selama kurang

lebih 21 tahun. Pada tahun 1990, terjadi pemberontakan
oleh Rwandan Patriotic Front (RPF/ Front Patriotik
Rwanda), namun pemberontakan tersebut dapat diredam
dengan penangkapan kurang lebih 10.000 orang
(mayoritas etnis Tutsi). Tahun 1992, organisasi politik
pendukung Habyarimana membentuk dua kelompok
milisi, Interahamwe dan Impuzamugambi, dan dalam
rentang tahun 1992-1993, dua kelompok milisi tersebut
melakukan pembantaian terhadap etnis Tutsi.

Gambaran Umum (lanjutan)
Pada tanggal 6 April 1994, pesawat yang ditumpangi
Habyarimana jatuh di dekat lapangan terbang Kigali.
Kecelakaan tersebut menyulut kembali perang antar etnis
karena etnis Hutu menganggap jatuhnya pesawat tersebut
akibat ulah RPF dan etnis Tutsi. Dampak dari kematian
Habyarimana tersebut menyulut pertikaian antara militer
Rwanda dengan RPF yang meluas dengan diburunya warga
sipil Tutsi dan Hutu moderat. Pada tanggal 18 Juli 1994, RPF
bersama dengan Hutu moderat yang pada umumnya adalah

anggota pemerintah dalam pelarian menyatakan kemenangan
atas pasukan Rwanda dan membentuk suatu pemerintah
bersatu

Gambaran Umum (lanjutan)
International Criminal Tribunal for Rwanda (selanjutnya disebut
ICTR) berdiri tanggal 8 November 1994 berlandaskan Statute of
The International Tribunal for Rwanda berdasarkan Resolusi 995
Dewan Keamanan PBB. Berdasarkan Resolusi 977 pada tanggal
22 Februari 1995, Dewan Keamanan mendirikan markas besar
pengadilan di Arusha, Tanzania.
Nama otentik dari ICTR adalah The International Criminal
Tribunal for the Prosecution of Persons Responsible for Genocide
and Other Serious Violations of International Humanitarian Law
Committed in the Territory of Rwanda and Rwandan Citizens
Responsible for Genocide and other such Violations Committed in
the Territory of Neighbouring States beween 1 January 1994 and
31 December 1994.

Yurisdiksi teritorial
Menurut Pasal 7 Statuta ICTR, The territorial jurisdiction of the
International Tribunal for Rwanda shall extend to the territory of
Rwanda including its land surface and airspace as well as to the
territory of neighbouring States in respect of serious violations of
international humanitarian law committed by Rwandan
citizens.... . (Yurisdiksi teritorial dari Peradilan Internasional
(ICTR) meluas di wilayah Rwanda, termasuk permukaan
daratannya dan udara termasuk wilayah negara tetangga
berkenaan dengan terjadinya pelanggaran serius terhadap
hukum humaniter internasional yang dilakukan oleh warga
negara Rwanda...).

Yurisdiksi temporal
Sama halnya dengan ICTY, pengaturan tentang
yurisdiksi temporal diatur bersamaan dengan
yurisdiksi teritorial, yaitu dalam Pasal 7 Statuta ICTR
yang isinya, , ...The temporal jurisdiction of the
International Tribunal for Rwanda shall extend to a
period beginning on 1 January 1994 and ending on
31 December 1994.. (...yurisdiksi temporal dari
Peradilan Internasional (ICTR) meluas dari periode
yang dimulai tanggal 1 Januari 1994 sampai dengan
31 Desember 1994).

Yurisdiksi temporal (lanjutan)
Perbedaan antara ICTY dengan ICTR dalam
yurisdiksi temporal ini, bahwa dalam Statuta ICTR
telah diatur dengan tegas batas akhir yurisdiksi
temporalnya, yaitu 31 Desember 1994, sedangkan
dalam Statuta ICTY tidak diatur dengan tegas.

Yurisdiksi personal
Pasal 5 Statuta ICTR menegaskan, The International
Tribunal for Rwanda shall have jurisdiction over natural
persons pursuant to the provisions of the present
Statute . (Bahwa ICTR memiliki yurisdiksi terhadap
semua orang sesuai dengan yang ditetapkan oleh
statuta ini).

Yurisdiksi Material
Jenis-jenis kejahatan yang termasuk dalam yurisdiksi ICTR
adalah kejahatan-kejahatan sebagaimana tercantum dalam
Pasal 2, 3 dan 4 Statuta ICTR, yaitu:
a. Genosida. Menurut Pasal 2 Statuta ICTR sama seperti halnya
definisi genosida dalam Pasal 4 Statuta ICTY;
b. Kejahatan Kemanusiaan (Crimes against humanity) diatur
dalam Pasal 3 Statuta ICTR. Seperti halnya genosida,
pengaturan kejahatan kemanusiaan dalam Statuta ICTR
sama dengan pengaturan kejahatan kemanusiaan dalam
ICTY, perbedaannya terletak pada unsur …commited as part
of a widespread or systematic attack against any civilian
population on national, political, ethnic, racial or religious
grounds .

Yurisdiksi Material (lanjutan)
c. Pelanggaran terhadap Pasal 3 umum Konvensi
Jenewa dan Protokol II tambahan (Violation of Article
3 common to the Geneva Conventions and of
Additional Protocol II), Pasal 4 Statuta ICTR. Kejahatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 tersebut
adalah kejahatan berupa pelanggaran serius terhadap
Pasal 3 umum Konvensi Jenewa 12 Agustus 1949
tentang perlindungan bagi korban perang dan
Protokol II tambahan tanggal 8 Juni 1977;

Prinsip dasar Peradilan ICTR
• Prinsip retroaktif;
• Prinsip individual responsibility (Pasal 6
ayat (1);
• Non impunity (Pasal 6 ayat (2);
• Command responsibility (Pasal 6 ayat (3);
• Concurrance Jurisdiction (Pasal 8)

Pelaksanaan Peradilan
Struktur ICTR terdiri dari 3 trial chambers dan 1 appeals
chamber. Seperti ICTY, ICTR memiliki struktur komponen
organisasi Chamber, Registry dan Office of The
Prosecutor (OTP). Para hakim dipilih oleh Majelis Umum
PBB dari daftar yang diusulkan oleh Dewan Keamanan.
ICTR beranggotakan 16 hakim tetap ditambah dengan 9
hakim ad litem.

Hakim Peradilan ICTR
A. Trial Chamber I
Erik Mose; Jai Ram Reddy; Sergei Alekseevich Egorov.
B. Trial Chamber II
William Sekule; Arlette Ramaroson; Joseph Asoka Nihal
De Silva; Solomy Balungi Bossa; Lee Gacugia Muthoga;
Emile Francis Short; Taghrid Hikmet; Seon Ki Park;
C. Trial Chamber III
Khalida Rachid Khan; Dennis Byron; Ines Monica
Weinberg de Roca; Robert Fremr; Florencia Rita Arrey;
Vagn Joensen; Gberdao Gustve Kam; Dr. Aydin Sefa AKAY.

Hakim Peradilan ICTR
D. Appeals Chamber
Fausto Pocar; Theodor Meron; Mohamed
Shahabuddeen; Liu Daqun; Mehmet Guney; Wolfgang
Schomburg; Andresia Vaz.

Peradilan ICTR
Sejak didirikan tahun 1994 sampai Maret 2007, ICTR
telah mengadili 33 terdakwa, 5 (lima) terdakwa
dibebaskan dan 28 (dua puluh delapan) diputus bersalah
dengan pidana penjara yang beragam. Pada bulan Maret
2007, 27 (dua puluh tujuh) terdakwa sedang disidang, 9
(sembilan) terdakwa menunggu untuk di sidang. Secara
umum peradilan menuntut 83 (delapan puluh tiga)
orang, 67 (enam puluh tujuh) ditangkap, 16 (enam belas)
lainnya secara resmi dituntut tetapi tidak ditangkap dan
24 (dua puluh empat) tersangka lainnya belum dituntut,
dan sekarang masih dalam proses penyidikan.

Peradilan ICTR
Jika ICTY merupakan persidangan pertama yang
menuntut kepala negara dalam kejahatan perang, maka
ICTR adalah persidangan pertama yang menuntut kepala
negara dalam kejahatan genosida. ICTR diharapkan
selesai pada tahun 2008 untuk persidangan dan 2010
untuk kasus banding.

Daftar Referensi
• Arie Siswanto, Yurisdiksi Material Mahkamah
Kejahatan Internasional, 2005
• Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian,
Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika Global, 2005
• Eddy Omar Sharif Hiariej, Pengantar Hukum Pidana
Internasional, 2009
• I Wayan Parthiana, Hukum Pidana Internasional, 2006
• Mettraux, Guénaël, International Crimes and The Ad
Hoc Tribunals, 2005