Perkembangan sosial emosi anak usia dini
Karakteristik Perkembangan Sosial Emosional Anak usia Taman Kanakkanak
Nurma Fitrya Ningsih1
Abstract
Character is the values typical-good (know the value of goodness, willing to do good, real good life,
to the environment) is imprinted in and can be applied in behavior. Child character education is a
form of guidance and development of potential children or learners to be well directed and able to
be embedded into a person who has a good behavior in accordance with the values of morality and
diversity. Therefore, character education for early childhood will color her personal development as
a whole. With character education is expected to be able to create generations of good personality
and uphold the principles of virtue and truth in every step of life.
Keywords: strategy, education, character, early childhood
Abstrak
Karakter ialah nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan
baik, terhadap lingkungan) yang terpatri dalam diri dan dapat diaplikasikan dalam perilaku.
Pendidikan karakter anak adalah bentuk bimbingan dan pengembangan potensi anak atau peserta
didik supaya dapat terarah dengan baik dan mampu tertanam menjadi pribadi yang mempunyai
tingkah laku yang baik sesuai dengan nilai-nilai moralitas dan keberagaman. Oleh karena itu,
pendidikan karakter bagi anak usia dini akan mewarnai perkembangan pribadinya secara
keseluruhan. Dengan pendidikan karakter ini diharapkan akan dapat menciptakan generasigenerasi yang berkepribadian baik dan menjunjung asas-asas kebajikan dan kebenaran disetiap
langkah kehidupan.
Kata Kunci: srategi, pendidikan, karakter, anak usia dini.
.
1
Jurusan Tarbiyah IAIN Pamekasan, Jl. Raya Panglegur KM 04 Pamekasan, Jawa Timur, Indonesia,
Email: [email protected]
PENDAHULUAN
Tujuan artikel ini adalah untuk mengetahui apa pengertian anak usia dini, kedua untuk
mengetahui pengertian pendidikan karakter anak usia dini dan yang ketiga untuk mengetahui
strategi apa saja yang digunakan untuk mengembangkan karakter pada anak usia dini. Adapun
manfaat dari penelitian ini yaitu diharapkan dapat memberikan pengetahuan lebih tentang cara dan
strategi apa saja yang dapat digunakan untuk mengembangkan karakter pada anak usia dini, dan
untuk menambah pengetahuan dan berbagai sarana untuk menerapkan pengetahuan yang
diperoleh dibangku kuliah.
Artikel ini merupakan evaluasi program dengan menggunakan metode observasi.
Observasi merupakan suatu teknik yang digunakan oleh pendidik PAUD untuk mengevaluasi
perkembangan social dan emosi anak usia dini dengan cara mengamati perkembangan anak usia
dini sesuai dengan tingkat usia anak. Perkembangan karakteristik social dan emosional yang
diamati bisa melalui perilaku yang ditaqmpilkan oleh anak ketika melakukan suatu kegiatan
ataupun bisa juga perilaku yang ditampilkan oleh anak sebagai hasil dari suatu kegiatan yang telah
dilakukan.
Pada usia ini penyesuaian diri yang dilakukan oleh anak menjadi matang lagi.
Dibandingkan dengan usia-usia sebelumnya, anak lebih percaya diri, punyak banyak teman, bisa
bercakap-cakap dengan orang dewasa secara nyaman dan dipenuhi oleh perasaan semangat
serta antusiasme saat berhubungan dengan orang lain. Kematangan dalam penyesuaian tersebut
menjadikan anak mampu mengatur dirinya sendiri, membereskan peralatsannya sendiri,
mengenakan dan melepaskan pakaian sendiri.
Dari pendahuluan dapat di tarik rumusan masalahnya, pertama mengetahui Karakteristik
Perkembangan Sosial Anak Usia Dini, yang kedua mengetahui karakter perkembangan emosi
anak usia dini. Dan tujuan penulisan unntuk mengetahui karakter perkembangan social dan emosi.
PEMBAHASAN
Penelitian pada perkembangan ini terlebih dahulu harus dilakukan pengelompokan
terhadap anak usia dini, dengan tahapan dan rentang waktu berikut ini.
1. Tahap Usia 0 – 2 Tahun
a. 0-3 bulan.
b. 4-6 bulan.
c. 7-9 bulan.
d. 10-12 bulan.
e. 13-18 bulan.
f.
19-24 bulan.
Pengelompokan pada tahap usia 0-2 tahun dilakukan dalam rentang waktu 3
bulan. Hal itu dikarenakan perkembangan anak pada tahap ini berlangsung
sangat cepat.
2. Tahap Usia 2 – 4 Tahun
a. 2-3 tahun.
b. 3-4 tahun.
3. Tahap Usia 4-6 Tahun
a. 4-5 tahun.
a. 5-6 tahun.2
2
Lampiran Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009 Tanggal 17 September 2009 tentang Standar
Pendidikan Anak Usia Dini, hlm.2.
Secara umum, tahap perkembangan manusia menurut Crijns adalah sebagai berikut:
1. Umur 0-2 tahun, disebut masa bayi. Pada masa ini, si bayi sebagian besar
memanfaatkan hidupnya untuk tidur, memandang, mendengarkan, kemudian belajar
merangkak dan berbicara.
2. Umur 2-4 tahun, disebut masa kanak-kanak. Pada masa ini anak sudah mulai bisa
berjalan, menyebut beberapa nama
3. Umur 5-8 tahun, disebut masa dongeng. Pada masa ini anak mulai sadar akan dirinya
sebagai seseorang yang mempunyai kedudukan tersendiri seperti halnya orang lain.
4. Umur 9-13 tahun, disebut masa Robinson Crusoe (nama seorang petualang). Pada
masa ini mulai berkembang pemikiran kritis, nafsu, persaingan, minat-minat dan bakat.
5. Umur 13 tahun disebut masa pubertas pertama. Anak-anak ini mulai tertuju ke
dalam dirinya sendiri. Mereka mulai belajar bersolek, suka menyendiri, melamun dan
segan olah raga. Mereka gelisah, cepat tersinggung, suka marah-marah, keras
kepala, acuh tak acuh, dan senang bermusuhan. Terhadap jenis kelamin lain mereka
ingin sama-sama tahu, tetapi masih canggung.
6. Umur 14-18 tahun disebut masa puber. Pada masa ini mereka mulai sadar akan
pribadinya sebagai seorang yang bertanggung jawab. Mereka sadar akan hak-hak
segala kehidupan dalam lingkungannya.
7. Umur 19-21 tahun disebut masa adolesen. Mereka sudah mulai menemui
keseimbangan. Mereka sudah mempunyai rencana hidup tertentu dengan nilai-nilai
yang sudah dipastikannya, namun mereka belum berpengalaman.
8. Umur 21 tahun ke atas disebut masa dewasa. Pada masa ini remaja mulai insyaf
bahwa pekerjaan manusia tidak mudah dan selalu ada cacatnya. Mereka mulai
berhati-hati.
Sedangkan pentahapan yang bersifat khusus, Jean Piaget membagi tingkat
perkembangan kognisi menjadi empat tahap, yaitu:
1. Periode sensorimotor (umur 0-2 tahun) Kemampuan anak terbatas pada gerak-gerak
refleks. Reaksi intelektual hampir seluruhnya karena rangsangan langsung dari alatalat indra
2. Periode praoperasional (umur 2-6 tahun) Perkembangan bahasa anak ini sangat
pesat. Anak mulai menggunakan symbol-simbol untuk merepresentasi dunia
(lingkungan) secara kognitif.
3. Periode operasional konkret (umur 6-11 tahun) Mereka sudah bisa berpikir logis,
sistematis, dan memecahkan masalah yang bersifat konkret.
4. Periode operasional formal (umur 11-dewasa) Periode ini merupakan operasi mental
tingkat tinggi. Mereka sudah mampu berpikir logis terhadap masalah baik yang
konkret maupun yang abstrak dan dapat membentuk ide-ide dan masa depan secara
realistis.3
A.
Karakteristik Perkembangan Sosial Anak Usia Dini
1. Tahapan Usia 0-2 tahun
3
Iswah Andriana, Memahami Pola Perkembangan Bahasa Anak Dalam Konteks Pendidikan,(
Tadris: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 3. No. 1. 2008), hlm. 108-110.
Pada usia 0 – 3 bulan, anak menjalin hubungan dengan orang lain dengan
tangisannya, ekspresi wajah, dan gerak badannya, tidak dengan perkataannya. Itulah
sebabnya orangtua harus aktif belajar tentang arti tangisan, ekspresi wajah, dan bahasa
tubuh anak. Anak pun demikian, dia akan belajar arti ibu dan bapaknya mulai dari nada
suarannya, cara menyentuh, dan sikap.4
Pada usia 4-6 bulan, kemampuan menjalin hubungan pada bayi akan
berkembang seiring dengan kebutuhan untuk bertemu orang lain dengan lebih sering.
Pada usia ini, bayi akan lebih menyadari keberadaan orang lain termasuk orang asig di
sekitarnya. Bayi juga akan menggunakan senyuman, mata, dan suara untuk menarik
perhatian dan berhubungan dengan orang lain. Bayi pada usia ini tampak bersemangat
jika bertemu dengan orang lain yang membuatnya nyaman. Namun, bukan tidak
mungkin pula ia diam atau bahkan menangis jika melihat orang yang asing baginnya.5
Pada usia 7-9 bulan ia mampu untuk menunjukkan pada ibu dan bapaknya serta
orang lain jika ia merasa tak nyaman. Dengan demikian, dapatlah dikatakan, anak usia
dini mulai bisa diajak berbicara oleh orang lain di usia 7-9 bulan. Pada saat orang tua
berbicara dengannya, perhatikan jawaban anak melalui mimic wajah, gerakan tubuh,
dan suara yang diungkapkannya.6
Pada usia 10 – 12 bulan akan menjalin hubungan yang penuh antusias dengan
orangtuanya atau pengasuhnya, dan sebaliknya ia akan menjadi pribadi yang pendiam
dan pasif dalam berhubungan dengan orang yang asing baginya.7
4
Alzena Masykouri, Membangun Sosial Emosi Anak di Usia 0-2 Tahun, (Jakarta: Dirjen PAUDNI,
2011), hlm. 11.
5
Ibid., hlm. 13
6
Ibid., hlm. 16.
7
Ibid., hlm. 18.
Pada usia 13 – 18 bulan bayi akan berusaha untuk menampilkan sikap asertif,
yaitu sikap menyatakan keinginan dan kemauannya sendiri dengan lugas. Amukan
biasanya dijadikan sebagai ekspresi bagi bayi jika keinginan dan kemauannya tidak
terpenuhi.8
Pada usia 19-24 bulan, bayi mulai mengembangkan kemampuan untuk
membantah apa yang sudah ditetapkan. Ia menginginkan agar kemampuannya dituruti
dan disetujui. Pada sisi lain, kepercayaan dirinya juga berkembang lebih pesat, walau ia
masih sering menangis jika tidak berhasil melakukan suatu kegiatan.9
2. Tahapan Usia 2-4 tahun
Pada usia 2-3 tahun, anak mulai menjalin hubungan pertemanan. Dalam
hubungan pertemanan tersebut, anak ingin disukai oleh teman-temannya. Anak ingin
bisa bermain dengan sebanyak mungkin teman. Anak mulai memahami bahwa fungsi
pertemanan adalah untuk berbagi, member dukungan, bergantian, dan berbagai
keterampilan soaial lainnya.10
Pada usia 3-4 tahun hubungan pertemanan anak mulai meningkat di usia ini
anak mulai mengenali mana yang benar dan mana yang tidak benar. Anak mulai
memahami tentang berbohong dan mengapa ia tidak boleh berbohong, serta memahami
tentang kesalahan. Perkembangan aspek motorik tersebut juga menjadikan anak dapat
bermain bersama dengan teman-temannya.11
8
Ibid., hlm. 21—22.
Novan Ardy Wiyani, Mengelola & Mengembangkan Kecerdasan Sosial & Emosi Anak Usia Dini,
(Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIAI, 2014), hlm. 33.
10
Ilman Saputra dan Alzena Masykouri, Membangun Sosial-Emosi Anak di Usia 2-4 Tahun,
(Jakarta: Dirjen PAUDNI, 2011), hlm. 8.
11
Ibid., hlm.9.
9
3. Tahapan Usia 4-6 tahun
Pola pertemanan dan hubungan anak sudah lebih stabil pada usian 4-5 tahun.
Hal itu disebabkan anak sudah memahami adanya aturan, bahkan tidak hanya ketika
bermain di limgkungan sekolah, tetapi juga dalam prilaku dirumah. Itulah sebabnya
anak ingin agar prilakunya dapat diterima oleh orangtuannya dan teman-temannya.12
Pada usia 5-6 tahun terjadi peningkatan perkembangan social pada anak usia 56 tahun. Factor penambhan usia menjadi penyebab, dengan pertambahan usia
tersebut anak menjadi lebih banyak bermain dan bercakap- cakap dengan anak
lainnya, khususnya dengan teman-temannya. Hubungan anak bersama temantemannya yang semakin meningkat melalui kegiatan bermain, baik disekolah ataupun
di lingkungan rumah dapat menjadikan ia memahami dirinya sendiri untuk bersikap
kooperatif, toleran, menyesuaikan diri, dan mematuhi aturan yang berlaku dirumah,
sekolah, dan dilingkungan masyarakat.13
B. Karakteristik Perkembangan Emosi Anak Usia Dini
Sebagaimana telah diketahui bahwa di usia 0-3 bulan, bayi cenderung
berkomunikasi dengan tangisan untuk mendapatkan sesuatu perhatian dari orangtua
maupun pengasuhnya. Pada saat perhatian ia dapatkan, ia akan merespons dengan
menampilkan senyuman. Jadi, pada dasarnya senyuman muncul sebagai pola timbale
balik di mana bayi dan orang lain mendapat kesenangan dari hubungan social yang
dijalinnya.
Kemudian, senyum pada bayi berkembang dan menjadikannya dapat tertawa
pada usia 4-6 tahun. Tertawa terjadi ketika mendapat hal-hal yang di luar kebiasaanya,
misalnya dicium pada perut, permainan petak umpet, dan lainnya. Tawa tersebut
12
13
Novan Ardy Wiyani, Me gelola …, hlm. 34.
Ibid., hlm. 34
merupakan respons terhadap kenyamanan dan kesenangan yang diberikan oleh orang
lain kepadanya saat bertemu dengan orang lain yang membuatnya nyaman.14
Pada usia 7-9 bulan, bayi mampu menunjukkan pada ibu dan bapaknya serta
orang lain. Kemarahan, kesedihan, dan ketakutan merupakan respons yang dimunculkan
oleh bayi atas ketidaknyamanan tersebut. Orang tua atau pengasuhnya dijadikan sebagai
pelindung mereka dari kesedihan dan ketakutannya. Hal itu menjadikan ikatan emosional
antara anak dan orangtua atau pengasuhnya semakin kuat.15
Pada usia 10-12 bulan, bayi akan menjalin hubungan yang penuh antusias
dengan orangtua atau pengasuhnya dan sebaliknya, ia akan menjadi pribadi yang
pendiam saat berhubungan dengan orang lain. Hal itu menjadikan anak terlihat sangat
manja dan selalu menempel pada ibu, bapak, ataupun pengasuhnya. Kemanjaan tersebut
menjadikan ia semakin bergantung dengan orangtua atau pengasuhnya.16
Pada usia 13-18 bulan, bayi sudah dapat bermain dengan teman-temannya
walaupun ia sibuk dengan mainannya sendiri. Selanjutnya, pada saat bermain ia mulai
melihat dan memperhatikan anak lainnya yang sedang bermain bersamanya. Kegiatan
bermain bersama tersebut kadang diresponsnya dengan emosi sekunder seperti
kesombongan dan malu-malu.17
Sementara itu pada usia 19-24 bulan, bayi mulai dapat memahami berbagai
emosi dan keadaan fisiologisnya, seperti kelelahan, tidur, sakit, tertekan, jijik, dan kasih
sayang.18 Berbagai emosi dan keadaan fisiologis tersebut dapat mempengaruhi
14
Ibid., hlm. 37
Ibid., hlm. 38
16
Alzena Masykouri, Me ba gu …., hlm. 19.
17
Aliah B. Purwakari Hasan, Psikologi Perkembangan Islami: Menyikap rentang Kehidupan
Manusia dan Prakelahiran hingga Pascakematian, (Jakarta: Rajawali Press, 2006), hlm.
167.
18
Ibid., hlm. 168.
15
kemampuan pengaturan emosi dirinya dan kehadiran orangtua sangat dibutuhkannua
untuk mengembangkan kemampuan tersebut.19
Pada usia 2-3 tahun, rasa simpati dan empati pada anak muncul. Hal ini
merupakan respons terhadap hubungan pertemanan yang di jalin dengan anak lain.
Keterampialan anak dalam membaca isyarat emosional orang lain. Memahami bahwa
orang lain berbeda dengan dirinya, dan mencoba memahami posisi dan perspektif orang
lain sangat menentukan dalam perkembangan rasa empati anak.20
Kemudian pada usia 3-4 tahun, kapasitas anak untuk mengatur perilaku
emosinya mulai meningkat. Peningkatan emosi tersebut disesuaikan denga aturan social
yang ada. Perbedaan tersebut muncul karena konsekuensi yang mereka terima
berbeda.21
Kemudian seiring dengan meningkatnya kemampuan kognitifnya (dimana pada
usia ini anak berada pada akhir dari tahap pra operasional), anak usia 5-6 tahun mulai
mengembangkan pengertian yang lebih dalam terhadap emosi yang lain.22
Novan Ardy Wiyani, Me gelola …, hlm. 39.
Ibid., hlm. 40.
21
Aliah B. Purwakari Hasan, Psikologi…, hlm. 168.
22
Novan Ardy Wiyani, Me gelola …, hlm. 40.
19
20
KESIMPULAN
Anak usia dini ialah anak yang berkisar antara usia 0-6 tahun yang memiliki pertumbuhan
dan perkembangan yang luar biasa sehingga memunculkan berbagai keunikan pada dirinya. Pada
tahap inilah, masa yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan yang nantinya diharapkan
dapat membentuk karakter dan kepribadiannya.
Beberapa karakter dasar yang dimiliki anak usia dengan rentang usia akan semakin
meningkat. Karena, perkembangan merupakan berbagai perubahan dalam aspek psikologis atau
kejiwaan, seperti aspek social dan emosi ini.
Daftar Pustaka
Andriana Iswah, Memahami Pola Perkembangan Bahasa Anak Dalam Konteks Pendidikan,
Tadris: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 3. No. 1. 2008
Hasan Aliah B. Purwakari, Psikologi Perkembangan Islami: Menyikap rentang Kehidupan Manusia
dan Prakelahiran hingga Pascakematian. Jakarta: Rajawali Press, 2006
Ilman Saputra dan Alzena Masykouri, Membangun Sosial-Emosi Anak di Usia 2-4 Tahun. Jakarta:
Dirjen PAUDNI, 2011
Lampiran Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009 Tanggal 17 September 2009 tentang Standar
Pendidikan Anak Usia Dini.
Masykouri Alzena, Membangun Sosial Emosi Anak di Usia 0-2 Tahun. Jakarta: Dirjen PAUDNI,
2011.
Wiyani Novan Ardy, Mengelola & Mengembangkan Kecerdasan Sosial & Emosi Anak Usia Dini.
Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIAI, 2014.
Nurma Fitrya Ningsih1
Abstract
Character is the values typical-good (know the value of goodness, willing to do good, real good life,
to the environment) is imprinted in and can be applied in behavior. Child character education is a
form of guidance and development of potential children or learners to be well directed and able to
be embedded into a person who has a good behavior in accordance with the values of morality and
diversity. Therefore, character education for early childhood will color her personal development as
a whole. With character education is expected to be able to create generations of good personality
and uphold the principles of virtue and truth in every step of life.
Keywords: strategy, education, character, early childhood
Abstrak
Karakter ialah nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan
baik, terhadap lingkungan) yang terpatri dalam diri dan dapat diaplikasikan dalam perilaku.
Pendidikan karakter anak adalah bentuk bimbingan dan pengembangan potensi anak atau peserta
didik supaya dapat terarah dengan baik dan mampu tertanam menjadi pribadi yang mempunyai
tingkah laku yang baik sesuai dengan nilai-nilai moralitas dan keberagaman. Oleh karena itu,
pendidikan karakter bagi anak usia dini akan mewarnai perkembangan pribadinya secara
keseluruhan. Dengan pendidikan karakter ini diharapkan akan dapat menciptakan generasigenerasi yang berkepribadian baik dan menjunjung asas-asas kebajikan dan kebenaran disetiap
langkah kehidupan.
Kata Kunci: srategi, pendidikan, karakter, anak usia dini.
.
1
Jurusan Tarbiyah IAIN Pamekasan, Jl. Raya Panglegur KM 04 Pamekasan, Jawa Timur, Indonesia,
Email: [email protected]
PENDAHULUAN
Tujuan artikel ini adalah untuk mengetahui apa pengertian anak usia dini, kedua untuk
mengetahui pengertian pendidikan karakter anak usia dini dan yang ketiga untuk mengetahui
strategi apa saja yang digunakan untuk mengembangkan karakter pada anak usia dini. Adapun
manfaat dari penelitian ini yaitu diharapkan dapat memberikan pengetahuan lebih tentang cara dan
strategi apa saja yang dapat digunakan untuk mengembangkan karakter pada anak usia dini, dan
untuk menambah pengetahuan dan berbagai sarana untuk menerapkan pengetahuan yang
diperoleh dibangku kuliah.
Artikel ini merupakan evaluasi program dengan menggunakan metode observasi.
Observasi merupakan suatu teknik yang digunakan oleh pendidik PAUD untuk mengevaluasi
perkembangan social dan emosi anak usia dini dengan cara mengamati perkembangan anak usia
dini sesuai dengan tingkat usia anak. Perkembangan karakteristik social dan emosional yang
diamati bisa melalui perilaku yang ditaqmpilkan oleh anak ketika melakukan suatu kegiatan
ataupun bisa juga perilaku yang ditampilkan oleh anak sebagai hasil dari suatu kegiatan yang telah
dilakukan.
Pada usia ini penyesuaian diri yang dilakukan oleh anak menjadi matang lagi.
Dibandingkan dengan usia-usia sebelumnya, anak lebih percaya diri, punyak banyak teman, bisa
bercakap-cakap dengan orang dewasa secara nyaman dan dipenuhi oleh perasaan semangat
serta antusiasme saat berhubungan dengan orang lain. Kematangan dalam penyesuaian tersebut
menjadikan anak mampu mengatur dirinya sendiri, membereskan peralatsannya sendiri,
mengenakan dan melepaskan pakaian sendiri.
Dari pendahuluan dapat di tarik rumusan masalahnya, pertama mengetahui Karakteristik
Perkembangan Sosial Anak Usia Dini, yang kedua mengetahui karakter perkembangan emosi
anak usia dini. Dan tujuan penulisan unntuk mengetahui karakter perkembangan social dan emosi.
PEMBAHASAN
Penelitian pada perkembangan ini terlebih dahulu harus dilakukan pengelompokan
terhadap anak usia dini, dengan tahapan dan rentang waktu berikut ini.
1. Tahap Usia 0 – 2 Tahun
a. 0-3 bulan.
b. 4-6 bulan.
c. 7-9 bulan.
d. 10-12 bulan.
e. 13-18 bulan.
f.
19-24 bulan.
Pengelompokan pada tahap usia 0-2 tahun dilakukan dalam rentang waktu 3
bulan. Hal itu dikarenakan perkembangan anak pada tahap ini berlangsung
sangat cepat.
2. Tahap Usia 2 – 4 Tahun
a. 2-3 tahun.
b. 3-4 tahun.
3. Tahap Usia 4-6 Tahun
a. 4-5 tahun.
a. 5-6 tahun.2
2
Lampiran Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009 Tanggal 17 September 2009 tentang Standar
Pendidikan Anak Usia Dini, hlm.2.
Secara umum, tahap perkembangan manusia menurut Crijns adalah sebagai berikut:
1. Umur 0-2 tahun, disebut masa bayi. Pada masa ini, si bayi sebagian besar
memanfaatkan hidupnya untuk tidur, memandang, mendengarkan, kemudian belajar
merangkak dan berbicara.
2. Umur 2-4 tahun, disebut masa kanak-kanak. Pada masa ini anak sudah mulai bisa
berjalan, menyebut beberapa nama
3. Umur 5-8 tahun, disebut masa dongeng. Pada masa ini anak mulai sadar akan dirinya
sebagai seseorang yang mempunyai kedudukan tersendiri seperti halnya orang lain.
4. Umur 9-13 tahun, disebut masa Robinson Crusoe (nama seorang petualang). Pada
masa ini mulai berkembang pemikiran kritis, nafsu, persaingan, minat-minat dan bakat.
5. Umur 13 tahun disebut masa pubertas pertama. Anak-anak ini mulai tertuju ke
dalam dirinya sendiri. Mereka mulai belajar bersolek, suka menyendiri, melamun dan
segan olah raga. Mereka gelisah, cepat tersinggung, suka marah-marah, keras
kepala, acuh tak acuh, dan senang bermusuhan. Terhadap jenis kelamin lain mereka
ingin sama-sama tahu, tetapi masih canggung.
6. Umur 14-18 tahun disebut masa puber. Pada masa ini mereka mulai sadar akan
pribadinya sebagai seorang yang bertanggung jawab. Mereka sadar akan hak-hak
segala kehidupan dalam lingkungannya.
7. Umur 19-21 tahun disebut masa adolesen. Mereka sudah mulai menemui
keseimbangan. Mereka sudah mempunyai rencana hidup tertentu dengan nilai-nilai
yang sudah dipastikannya, namun mereka belum berpengalaman.
8. Umur 21 tahun ke atas disebut masa dewasa. Pada masa ini remaja mulai insyaf
bahwa pekerjaan manusia tidak mudah dan selalu ada cacatnya. Mereka mulai
berhati-hati.
Sedangkan pentahapan yang bersifat khusus, Jean Piaget membagi tingkat
perkembangan kognisi menjadi empat tahap, yaitu:
1. Periode sensorimotor (umur 0-2 tahun) Kemampuan anak terbatas pada gerak-gerak
refleks. Reaksi intelektual hampir seluruhnya karena rangsangan langsung dari alatalat indra
2. Periode praoperasional (umur 2-6 tahun) Perkembangan bahasa anak ini sangat
pesat. Anak mulai menggunakan symbol-simbol untuk merepresentasi dunia
(lingkungan) secara kognitif.
3. Periode operasional konkret (umur 6-11 tahun) Mereka sudah bisa berpikir logis,
sistematis, dan memecahkan masalah yang bersifat konkret.
4. Periode operasional formal (umur 11-dewasa) Periode ini merupakan operasi mental
tingkat tinggi. Mereka sudah mampu berpikir logis terhadap masalah baik yang
konkret maupun yang abstrak dan dapat membentuk ide-ide dan masa depan secara
realistis.3
A.
Karakteristik Perkembangan Sosial Anak Usia Dini
1. Tahapan Usia 0-2 tahun
3
Iswah Andriana, Memahami Pola Perkembangan Bahasa Anak Dalam Konteks Pendidikan,(
Tadris: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 3. No. 1. 2008), hlm. 108-110.
Pada usia 0 – 3 bulan, anak menjalin hubungan dengan orang lain dengan
tangisannya, ekspresi wajah, dan gerak badannya, tidak dengan perkataannya. Itulah
sebabnya orangtua harus aktif belajar tentang arti tangisan, ekspresi wajah, dan bahasa
tubuh anak. Anak pun demikian, dia akan belajar arti ibu dan bapaknya mulai dari nada
suarannya, cara menyentuh, dan sikap.4
Pada usia 4-6 bulan, kemampuan menjalin hubungan pada bayi akan
berkembang seiring dengan kebutuhan untuk bertemu orang lain dengan lebih sering.
Pada usia ini, bayi akan lebih menyadari keberadaan orang lain termasuk orang asig di
sekitarnya. Bayi juga akan menggunakan senyuman, mata, dan suara untuk menarik
perhatian dan berhubungan dengan orang lain. Bayi pada usia ini tampak bersemangat
jika bertemu dengan orang lain yang membuatnya nyaman. Namun, bukan tidak
mungkin pula ia diam atau bahkan menangis jika melihat orang yang asing baginnya.5
Pada usia 7-9 bulan ia mampu untuk menunjukkan pada ibu dan bapaknya serta
orang lain jika ia merasa tak nyaman. Dengan demikian, dapatlah dikatakan, anak usia
dini mulai bisa diajak berbicara oleh orang lain di usia 7-9 bulan. Pada saat orang tua
berbicara dengannya, perhatikan jawaban anak melalui mimic wajah, gerakan tubuh,
dan suara yang diungkapkannya.6
Pada usia 10 – 12 bulan akan menjalin hubungan yang penuh antusias dengan
orangtuanya atau pengasuhnya, dan sebaliknya ia akan menjadi pribadi yang pendiam
dan pasif dalam berhubungan dengan orang yang asing baginya.7
4
Alzena Masykouri, Membangun Sosial Emosi Anak di Usia 0-2 Tahun, (Jakarta: Dirjen PAUDNI,
2011), hlm. 11.
5
Ibid., hlm. 13
6
Ibid., hlm. 16.
7
Ibid., hlm. 18.
Pada usia 13 – 18 bulan bayi akan berusaha untuk menampilkan sikap asertif,
yaitu sikap menyatakan keinginan dan kemauannya sendiri dengan lugas. Amukan
biasanya dijadikan sebagai ekspresi bagi bayi jika keinginan dan kemauannya tidak
terpenuhi.8
Pada usia 19-24 bulan, bayi mulai mengembangkan kemampuan untuk
membantah apa yang sudah ditetapkan. Ia menginginkan agar kemampuannya dituruti
dan disetujui. Pada sisi lain, kepercayaan dirinya juga berkembang lebih pesat, walau ia
masih sering menangis jika tidak berhasil melakukan suatu kegiatan.9
2. Tahapan Usia 2-4 tahun
Pada usia 2-3 tahun, anak mulai menjalin hubungan pertemanan. Dalam
hubungan pertemanan tersebut, anak ingin disukai oleh teman-temannya. Anak ingin
bisa bermain dengan sebanyak mungkin teman. Anak mulai memahami bahwa fungsi
pertemanan adalah untuk berbagi, member dukungan, bergantian, dan berbagai
keterampilan soaial lainnya.10
Pada usia 3-4 tahun hubungan pertemanan anak mulai meningkat di usia ini
anak mulai mengenali mana yang benar dan mana yang tidak benar. Anak mulai
memahami tentang berbohong dan mengapa ia tidak boleh berbohong, serta memahami
tentang kesalahan. Perkembangan aspek motorik tersebut juga menjadikan anak dapat
bermain bersama dengan teman-temannya.11
8
Ibid., hlm. 21—22.
Novan Ardy Wiyani, Mengelola & Mengembangkan Kecerdasan Sosial & Emosi Anak Usia Dini,
(Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIAI, 2014), hlm. 33.
10
Ilman Saputra dan Alzena Masykouri, Membangun Sosial-Emosi Anak di Usia 2-4 Tahun,
(Jakarta: Dirjen PAUDNI, 2011), hlm. 8.
11
Ibid., hlm.9.
9
3. Tahapan Usia 4-6 tahun
Pola pertemanan dan hubungan anak sudah lebih stabil pada usian 4-5 tahun.
Hal itu disebabkan anak sudah memahami adanya aturan, bahkan tidak hanya ketika
bermain di limgkungan sekolah, tetapi juga dalam prilaku dirumah. Itulah sebabnya
anak ingin agar prilakunya dapat diterima oleh orangtuannya dan teman-temannya.12
Pada usia 5-6 tahun terjadi peningkatan perkembangan social pada anak usia 56 tahun. Factor penambhan usia menjadi penyebab, dengan pertambahan usia
tersebut anak menjadi lebih banyak bermain dan bercakap- cakap dengan anak
lainnya, khususnya dengan teman-temannya. Hubungan anak bersama temantemannya yang semakin meningkat melalui kegiatan bermain, baik disekolah ataupun
di lingkungan rumah dapat menjadikan ia memahami dirinya sendiri untuk bersikap
kooperatif, toleran, menyesuaikan diri, dan mematuhi aturan yang berlaku dirumah,
sekolah, dan dilingkungan masyarakat.13
B. Karakteristik Perkembangan Emosi Anak Usia Dini
Sebagaimana telah diketahui bahwa di usia 0-3 bulan, bayi cenderung
berkomunikasi dengan tangisan untuk mendapatkan sesuatu perhatian dari orangtua
maupun pengasuhnya. Pada saat perhatian ia dapatkan, ia akan merespons dengan
menampilkan senyuman. Jadi, pada dasarnya senyuman muncul sebagai pola timbale
balik di mana bayi dan orang lain mendapat kesenangan dari hubungan social yang
dijalinnya.
Kemudian, senyum pada bayi berkembang dan menjadikannya dapat tertawa
pada usia 4-6 tahun. Tertawa terjadi ketika mendapat hal-hal yang di luar kebiasaanya,
misalnya dicium pada perut, permainan petak umpet, dan lainnya. Tawa tersebut
12
13
Novan Ardy Wiyani, Me gelola …, hlm. 34.
Ibid., hlm. 34
merupakan respons terhadap kenyamanan dan kesenangan yang diberikan oleh orang
lain kepadanya saat bertemu dengan orang lain yang membuatnya nyaman.14
Pada usia 7-9 bulan, bayi mampu menunjukkan pada ibu dan bapaknya serta
orang lain. Kemarahan, kesedihan, dan ketakutan merupakan respons yang dimunculkan
oleh bayi atas ketidaknyamanan tersebut. Orang tua atau pengasuhnya dijadikan sebagai
pelindung mereka dari kesedihan dan ketakutannya. Hal itu menjadikan ikatan emosional
antara anak dan orangtua atau pengasuhnya semakin kuat.15
Pada usia 10-12 bulan, bayi akan menjalin hubungan yang penuh antusias
dengan orangtua atau pengasuhnya dan sebaliknya, ia akan menjadi pribadi yang
pendiam saat berhubungan dengan orang lain. Hal itu menjadikan anak terlihat sangat
manja dan selalu menempel pada ibu, bapak, ataupun pengasuhnya. Kemanjaan tersebut
menjadikan ia semakin bergantung dengan orangtua atau pengasuhnya.16
Pada usia 13-18 bulan, bayi sudah dapat bermain dengan teman-temannya
walaupun ia sibuk dengan mainannya sendiri. Selanjutnya, pada saat bermain ia mulai
melihat dan memperhatikan anak lainnya yang sedang bermain bersamanya. Kegiatan
bermain bersama tersebut kadang diresponsnya dengan emosi sekunder seperti
kesombongan dan malu-malu.17
Sementara itu pada usia 19-24 bulan, bayi mulai dapat memahami berbagai
emosi dan keadaan fisiologisnya, seperti kelelahan, tidur, sakit, tertekan, jijik, dan kasih
sayang.18 Berbagai emosi dan keadaan fisiologis tersebut dapat mempengaruhi
14
Ibid., hlm. 37
Ibid., hlm. 38
16
Alzena Masykouri, Me ba gu …., hlm. 19.
17
Aliah B. Purwakari Hasan, Psikologi Perkembangan Islami: Menyikap rentang Kehidupan
Manusia dan Prakelahiran hingga Pascakematian, (Jakarta: Rajawali Press, 2006), hlm.
167.
18
Ibid., hlm. 168.
15
kemampuan pengaturan emosi dirinya dan kehadiran orangtua sangat dibutuhkannua
untuk mengembangkan kemampuan tersebut.19
Pada usia 2-3 tahun, rasa simpati dan empati pada anak muncul. Hal ini
merupakan respons terhadap hubungan pertemanan yang di jalin dengan anak lain.
Keterampialan anak dalam membaca isyarat emosional orang lain. Memahami bahwa
orang lain berbeda dengan dirinya, dan mencoba memahami posisi dan perspektif orang
lain sangat menentukan dalam perkembangan rasa empati anak.20
Kemudian pada usia 3-4 tahun, kapasitas anak untuk mengatur perilaku
emosinya mulai meningkat. Peningkatan emosi tersebut disesuaikan denga aturan social
yang ada. Perbedaan tersebut muncul karena konsekuensi yang mereka terima
berbeda.21
Kemudian seiring dengan meningkatnya kemampuan kognitifnya (dimana pada
usia ini anak berada pada akhir dari tahap pra operasional), anak usia 5-6 tahun mulai
mengembangkan pengertian yang lebih dalam terhadap emosi yang lain.22
Novan Ardy Wiyani, Me gelola …, hlm. 39.
Ibid., hlm. 40.
21
Aliah B. Purwakari Hasan, Psikologi…, hlm. 168.
22
Novan Ardy Wiyani, Me gelola …, hlm. 40.
19
20
KESIMPULAN
Anak usia dini ialah anak yang berkisar antara usia 0-6 tahun yang memiliki pertumbuhan
dan perkembangan yang luar biasa sehingga memunculkan berbagai keunikan pada dirinya. Pada
tahap inilah, masa yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan yang nantinya diharapkan
dapat membentuk karakter dan kepribadiannya.
Beberapa karakter dasar yang dimiliki anak usia dengan rentang usia akan semakin
meningkat. Karena, perkembangan merupakan berbagai perubahan dalam aspek psikologis atau
kejiwaan, seperti aspek social dan emosi ini.
Daftar Pustaka
Andriana Iswah, Memahami Pola Perkembangan Bahasa Anak Dalam Konteks Pendidikan,
Tadris: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 3. No. 1. 2008
Hasan Aliah B. Purwakari, Psikologi Perkembangan Islami: Menyikap rentang Kehidupan Manusia
dan Prakelahiran hingga Pascakematian. Jakarta: Rajawali Press, 2006
Ilman Saputra dan Alzena Masykouri, Membangun Sosial-Emosi Anak di Usia 2-4 Tahun. Jakarta:
Dirjen PAUDNI, 2011
Lampiran Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009 Tanggal 17 September 2009 tentang Standar
Pendidikan Anak Usia Dini.
Masykouri Alzena, Membangun Sosial Emosi Anak di Usia 0-2 Tahun. Jakarta: Dirjen PAUDNI,
2011.
Wiyani Novan Ardy, Mengelola & Mengembangkan Kecerdasan Sosial & Emosi Anak Usia Dini.
Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIAI, 2014.