MENINGKATKAN KESADARAN DIRI UNTUK KARAKT

MENINGKATKAN KESADARAN DIRI UNTUK
KARAKTER BEDA, BERMAKNA DAN MULIA
(Increasing Self Awareness of Different Character, Meaningful and Noble)
Oleh : Dr. H. Jarkawi, M.M.Pd
Setiap orang memiliki karakater yang berbeda, sebagai hasil pendidikan dan
pembelajaran di lingkungannya baik dalam keluarga, masyarakat, sekolah/madrasyah
dan di peruguruan tingiserta kemampuan sesorang yang dibawanya sejak lahir dari
hasil genitika dari kedua orang tuanya. Perbedaan karakter seseorang dalam
beriteraksi dengan dirinya sendiri (interpersonal)dan dengan lingkungannya
(intrapersonal)menimbulkan berbagai perubahan sebagai dampak hasil interaksi
tersebut kadang seseorang terbentur, kadang terbawa, kadang tertinggal, bahkan
hancur terlindas oleh perubahan itu sendiri melalui rekontruksi jiwa dan social
kemasyarakatan dengan standar yang terukur menuju modernisasi kehidupan.Bagi
seseorang yang mampu dan cerdas dalam menyikapi suatu benturan, terbawa,
tertinggal dan hancur akan mampu melakukan kreativitas, produktivitas, efektivitas
serta out come dengan menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran diri akan suatu
perbedaan dan kerelatipan suatu kehidupan sebagai eksestensi universal untuk
mesenergikan sehingga terjadilah suatu kekuatan dan lompatan yang luar biasa
membentuklah suatu karakter berbeda tapi bermakna dan mulia untuk berkompetisi
dalam kebidupan dunia ini, seperti yang dikemukan oleh Taufik Bahaudin segala
permasalahan hanya bisa di atasi dengan berbagai jalan keluar yang harus

dikembangkan sendiri (Taufik bahaudin,2007 :57)
Karakter beda tapi bermakna dan mulia merupakan suatu lompatan dalam
berpikir, berpandangan dan bersikap serta berkeyakinan dalam suatu komplesitas
kehidupan yang selalu terjadi perubahan seiring dengan “bumi berputar bola bergulir”
dengan memperhatikan factor internal dan eksternaluntuk selalu diamati,
diinterprestasikan dianalisis, disentisis, membuat hipotesa dan kemudian di uji dalam
ilmu modern(Willy F Maramis, 2009 :8)guna menerima, menyikapi,menyadari akan
perubahan tersebut sehingga akan mampu berkompetisi dan beradu cepat mencapai
garis finis,untuk memenangkan persaingan. Para penyelenggara pendidikan harus
memiliki spiritdengan berada di depan dalam persaingan kehidupan bahwa mereka
akan sampai lebih dulu digaris finis(Dedi Mulyasana, 2011:183) Tidak difungkiri
juga ada karakter beda tapi kurang bermakna dan lemah kemuliannya dikarenakan
kemampuan yang lemah keyakinannya, lemah kesadarannya, lemah pemahamannya
akan dirinya dan lingkungannya tidak melakukan evaluasi diri saat menghadapi
kompetesi dalam kehidupan dengan melakukan pemberontakan, peperangan,
penistaan, penipuan, penjajahan dan pertikaian sehingga tergeser dan terabaikan
bahkan terlambat mencapai garis finis,serta tidak menutup kemungkinan musnah
ditelan ruang dan waktu dalam persaingan kehidupan.
Dalam kehidupan sekarangan ini baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat
maupun dalam dunia pendidikan ada suatu fenomenayang menarik sebagai suatu

cerminan karakter seseorang dalam kehidupan untuk diamati dan disikapi secara arif
dan bijaksana dengan memaknainya dan memuliakan.Dulu orang tua akan merasa
tidak nyaman dan galau serta prihatin kalau anaknya pulang larut malam apalagi
anaknya perempuan. Sang anak juga merasa akan ketidak nyaman saat dia berjalan
malam hari tanpa tujuan karena kebiasaannya pada malam hari berkumpul keluarga
shalat berjama’ah dan terus membaca Al Qur’an yang kita dengar setiap rumah orang
Karakter Berbeda, bermakna, dan mulia
1

muslim. Dari sisi masyarakat rasa tanggung jawab terhadap anggota masyarakat pun
sangat kental sekali dengan kepeduliannya akan suatu nilai kebaikan, kebenaran dan
kejujuran serta kerjasama, dimana kerjasama saat ada hajat perkawinan seminggu
sebelum hari perkawinan sudah berkumpul memberikan bantuan tenaga dan pikiran
agar terselengaranya hajat warganya untuk berjalan lancar dan sukses, membantu
warga dalam menyelesaikan bangunan rumah sebagai tempat berteduh. Dilihat dari
sisi guru begitu juga mendidik dan mengajar dengan rasa tanggung jawab yang tinggi
akan pembentukan akhlak siswanya dengan pengorbanan yang tiada tara sampai
sampai melahirkan suatu inspirasi dengan menghasilkan sebuah lagu “Umar Bakri”.
Siswanyapun begitu pula, tidak mampu memandang mata gurunya yang begitu
berwibawanya seorang guru, dan rasa hormat siswapun tergambar dalam sikap dan

prilaku siswa terhadap guru dengan menjelang lebaran memberikan zakat fitrahnya
kepada gurunya dan ada pula memberikan sebotol minyak tanah untuk gurunya
sebagai tanda terima kasihnya akan pendidikan dan pembelajaran yang diberikan oleh
gurunya.
Perubahan terus terjadi seiring dengan kebutuhan manusiadimana menurut
Moslow yaitu kebutuhan fisik, keamanan, social, harga diri dan akuntabilitas (Willy
F Maramis, 2009 :53 ) yang selalu tumbuh dan berkembang dari deti kedetik, dari hari
ke hari, dari minggu keminggu, dari bulan kebulan, dari tahun ke tahun dan dari masa
kemasa. Dulu orang cukup makan dengan nasi atau jagung beserta sayur mayur dan
lauk pauknya di tambah buah pisang atau lainnya serta air susu, sekarang banyak
menu makanan tersedia dan tinggal kita memilihnya sesuai selera masing masing
apakah ? masakan banjar, Eropa, Korea, Jepang, Timur Tengah di tempat tempat
rumah makan dan restoran kapan saja kita mau. Dari segi ilmu pengetahuan dan
teknologi, dulu orang menulis naskah dengan lai demudian pensil ke polpen terus
mesin tik, dan sekarang computer dengan berbagai program yang dapat digunakan
secara efektif dan efesienDahulu orang mau bepergian antar pulau menggunakan
perahu kemudian pesawat terbang dengan baling balingnya sekarang dengan pesawat
berbadan lebar yang mampu mengangkut penumpang sampai 300 orang dengan
waktu yang relative cepat dan memanjakan penggunanya. Dulu orang ingin belajar
dan membaca buku terbatas dengan ruangan dan waktu yang tersedia, sekarang kapan

saja dimana saja bahkan menembus batas antar negara dimuka bumi ini dengan sisten
internet yang begitu cepat perkembangannya untuk menjelajahi kedunia maya yang
sangat luas untuk mendapatkan informasi dan berbagai ilmu pengetahuan dan teknolgi
yang berteknologi tinggi.
Perubahan membentuk suatu kompleksitas kehidupan seseorang sebagai
konsekuensi dari perubahan yang terjadi dengan penindasan, penistaan, pemusnahan
dan pertikaian menuju suatu modernisasi dan rasionalisasi kehidupan seseorang yang
pada akhirnya terjadi chouse kehidupan terus merambat kesemua sendi-sendi
kehidupan seseorang, keluarga, masyarakat, sekolah dan Negara bahkan dunia.
Perbedaan tidak bisa kita hindari, dia ada seiring dengan perubahan yang terjadi mau
tidak mau, suka atau tidak suka, menerima atau tidak menerimanya. Ini suatu masalah
yang tidak boleh dibiarkan dan dijawab dengan kebiasaan-kebiasaan di mana-mana
sudah mentradisi (Sanusi, 2009 :86) Justru perbedaan itu perlu disikapi dan dimaknai
serta dimulaikan dengan arif dan bijaksana agar mampu bersaing dan berkelanjutan
dengan suatu kemajauan berpikir dan berperilaku yang beda tapi bermakna dan mulia.
Semua fenomena yang kita bisa dilihat dan rasakan sekarang ini tentunya
sebagai manusia yang puya kepedulian terhadap nilai, mengundangnya untuk berpikir,
berpemahaman, dan berperasan. Apa yang terjadi terhadap Karakter ? Dimana
Karakter Berbeda, bermakna, dan mulia
2


letak akar permasalahannya karakter ?, Siapa yang bertanggug jawab untuk
karakter ? Bagaimana kesadaran diri dalam membentuk karakter?
Karakter sangat berkaitan dengan kejiwaan seseorang dan dalam pembentukan
karakter telah terjadi pergeseran nilai nilai kehidupan dikarenakan dari suatu tuntutan
perubahan pada setiap orang maupun kelompok dari beranjak akan Worldview yakni
pandangan kehidupan tentang dunia, apakah “hidup untuk dunia atau dunia untuk
hidup” ini suatu ketentuan yang akan dipilih oleh setiap orang maupun kelompok
seiring waktu berjalan menuju pada suatu harapan akan menjadi suatu kenyataan. Di
dalam menentukan pilihan menjadi suatu ketentuan ini membuat orang berprilaku
jujur, memegang janji, berkomonikasi etik, dan memiliki kecerdasan dalam mengatasi
semua persolan kehidupan ini dan bisa juga terbalik dengan berprilaku dusta, ingkar
janji, berkomonikasi yang kurang etik, dan kurang cerdas.Orang berkarakter jujur,
memegang janji, berkomonikasi etik, dan memiliki kecerdasan tentu dia akan memilih
hidup untuk dunia artinya dia selalu bersyujur dan berdo’a dalam hidupnya sehingga
selalu muncul kesadaran bahwa dirinya adalah makhluk yang lemah, dan mengakui
serta menyakini akan sesuatu telah ada yang mengatur dari yang Maha Alim lagi
Mulia Yakni Tuhan Yang Maha Esa dan ini terpancar dalam dia berprilaku dalam
kesehariannya yang pada akhirnya membentuk suatu karakter. Sebaliknya Orang yang
berkarakter tidak jujur, mengingkari janji, berkomonikasi kurang etik, kecerdasannya

lemah dia telah meilih dunia untuk hidup artinya dia selalu merasa kurang, lupa akan
tuhannya yang telah memberikan amanah sebagai khalipah di muka bumi, karena
dalam dirinya merasakan dan meyakini bahwa dunialah yang dapat menghidupinya
dan terpancar dalam dia berprilaku dalam kesehariannya bahkan lebih dari binatang
tanpa ada pertimbangan dan pemahaman dengan benar akan kehidupan di muka bumi
ini yang penting dunia dikuasai untuk hidup. Seperti apa yang telah dikemukan dalam
kamus besar bahasa Indonesia Departemen Pendidikan Nasional dimana kata karakter
berarti Sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseoang
dengan yang lain, atau bermakna bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti,
perilaku, personalitas, sifat, tabiat, tempramen, watak. Maka istilah berkarakter
artinya memiliki karakter, memiliki kepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan
berwatak.(Depdiknas, 2010): Dalam Undang Undang No 20 Tahun 1012 Pendidikan
adalah upaya sadar dan terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi
individu agar tumbuh berkembang menjadi manusia yang mandiri, bertanggung
jawab, kreatif, berilmu, sehat dan berakhlak (berkarakter) mulia. Dari beberapa poin
dari undang undang tersebut dapat kita butiri seperti kemandirian, tanggung jawab,
kreatif, berilmu, sehat dan berakhlak (berkarakter) sehingga dalam pelaksanaan
pendidikan dapat dilaksanakan dan diamalkan dalam praktik di setiap jenis, jenjang
dan tingkatan pendidikan yang sesuai dengan karakter budaya bangsa,dan selanjutnya
karakter dikatakan dalam Kemdiknas adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian

seseorang yang terbentuk dari hasil internasionalisasi berbagai kebijakan (virtues)
yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap,
dan bertindak.Kemdiknas (2010)
Dalam pembentukan suatu karakter manusia dengan pandangan tentang
kehidupan dunia (Worldview) perlu mendapatkan perhatian karena secara bahasa
Worldview merupakan pandangan seseorang tentang dunia atau tentang kehidupan
dimana dalam dunia filsapat pengertiannya adalah merupakan suatu filsapat hidup,
prinsip-prinsip hidup atau pandangan hidup. Pandangan tentang suatu kehidupan
merupakan driver force dalam berpikir, berpemahaman, berperasaan dan berprilaku
sehari-hari yang terakumulasi dalam suatu keyakinan dan terbentuk dalam akal dan
iman tentang benar atau salah, baik atau buruk, indah atau tidak terhadap dunia dan
Karakter Berbeda, bermakna, dan mulia
3

memberikan gambaran tentang apa yang ada dibalik wujud sebagaimana dikatakan
Muhammad Sayyid Qutthb dalam buku Efistemologi Psikologi Islam bahwa seorang
muslim yang memiliki at-tassawur islamyakan terdapat di dalam benaknya
sekumpulan keyakinan dasar tentang gambaran wujud dan apa yang ada dibalik
wujud itu (Yudi Purwanto, 2007: 1). Dalam seseorang berpandangan sangat kental
sekali berkaitan dengan agama, filsapat, aliran kepercayaan, tata nilai dan arus

informasi yang terus belangsung.Seorang berpandangan bahwa suatu pandangan
bukan produk sejarah walaupun dicatat sejarah melainkan terbentuk secara sengaja
melalui intelegence design alam gaib yang menjadi suatu keimanan.( 2007:3) dari sisi
lain pandangan seorang tentang dunia juga mengungkapkan konsepnya tentang
worldview seperti yang dikemukakan Ninian Smart bahwa sebagai kepercayaan,
perasaan dan apa-apa yang terdapat dalam pikiran orang yang berfungsi sebagai
motor bagi keberlangsungandan perubahan sosial serta moral (2007:2). Semua
kehidupan di dunia ini dipandang dari satu keyakinan (tauhid) oleh karena itu setiap
prilaku seseorang tidak terlepas dari berkeyakinannya (tauhid) dalam dia berprilaku
yang menjadikan suatu karakter. Seseorang yang berkeyakinan (tauhid) akan menjadi
Al Qur’an dan hadist sebagai rujukan dia dalam berprilaku yang sudah teruji dengan
nilai-nilai sacraldan hukum-hukumnya bersipat final sehingga dalam memandang
dunia realita berdasarkan akal dan hikmah setelah mengkaji dan memahami berita
langit (All Qur’an) maka memamahi dunia realita tidak bersipat khayalan maupun
tidak terjatuh pada emperis berdemensi indrawi. berbeda dengan seseorang yang
mengandalkan keterbatasan rasio dengan memahami dunia diluar jangkauannya
dimana saat dia meyakini berita di luar dirinya yang tidak terjangkau oleh rasio maka
dia katakan tidak ada sedangkan saat rasionya mampu menjangkaunya dia katakana
ada sehingga lebih berkeyakinan terhadap berita yang hanya mampu dijangkau oleh
rasionya tanpa mau mengkaji dan memahami berita langit (Al Qur’an).Kehidupan ini

sangat ditentukan oleh Worldviewdalam pembentukan karakter apabila berpandangan
bahwa dunia realita adalah sesuatu yang bersumber dari keyakinan (tauhid) dengan
rujukan Al Qur’an, Hadist serta Ijma Ulama sebagai pewaris nabi maka dalam
berpikir dan berpemahaman serta berperasaanya akan tidak terlepas dari Al qur’qn,
Hadish, serta Ijma Ulama dan apabila seseorang berpandangan tentang dunia dengan
mengandalkan rasio semata dapat dibayangkan bagaimana karakternya bisa jadi
seperti binatang. Pergeseran nilai-nilai kejujuran, kebersamaan, kepedulian dari suatu
karakter seseorang tentunya dikarenakan tergeresnya Worldview seseorang, disnilah
akar permasalahan karakter bangsa kita sekarang ini yang dapat kita saksikan bersama
dari berbagai berita di media masa. Para pejuang dan pendiri bangsa ini sudah
melatakkan dasar negara kita adalah Panca Sila sebagai dasar Negara dengan sila
pertama Ketuhanan Yang Maha Eka ini artinya betapa pentingnya masalah keyakinan
(tauhid)
Dalam berpeikir, berpemahaman dan berpersaan tentang sendi-sendi
kehidupan di dunia realita ini agar memiliki karakter yang aqliyah di dalam naungan
naqliyah perlu dilakukan educasisecara kelambagaan baik formal, informal maupun
nonformal. Lemabaga inilah yang memberikan educasi dalam pembentukan karakter
seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Nasional No 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa satuan pendidikan adalah kelompok
layanan pendidikan yang menyelengarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal

dan informal pada setiap jenis dan jenjang pendidikan.(Tim Reaksi Fokusmedia,
2006 : 3). Educasi di dalam pendidikan formal merupakan pendidikan dengan
krukulum yang terstruktur, terprogram dan terevaluasi seperti di sekolah/ madrasyah
atau perguruna tinggi yang dilakukan oleh tenaga pendidikan yang professional baik
Karakter Berbeda, bermakna, dan mulia
4

guru, dosen, guru bk dengan standar akdemik yang telah ditentukan oleh BNSP
(badan nasiona standar pendidikan). Sedangkan educasi di dalam pendidikan
nonformal adalah merupakan pendidikan yang dilakukan oleh masyarakat atau dalam
masyarakat seperti Bimbel (bimbingan belajar), Kursus-kursus dan lainnya. Adapun
educasi di informal merupakan suatu pendidikan pertama dan utama yang belangsung
dalam keluarga karena sejak anak lahir kemuka bumi telah diberikan pertama kali dan
utaman educasi oleh ibunya sebagai orang tua dengan harapan anaknya akan menajdi
orang yang berakhlak mulia.
Membangun kesadaran berpikir, berpemahaman dan berperasaan dengan
worldview berbeda, bermakna dan mulia sangat terkait dengan kejiwaan manusia
akan pentingnya worldviewdalam pembentukan karakter dengan struktur kejiwaan
manusia sebagai berikut :
1. Menurut Sigmun Ferud.

Menuru Sigmun Freud bahwa struktur kesadaran manusia itu ada tiga yakni :

Gambar 1
Ketiga struktrur tersebut akan membentuk suatu prilaku manusia yang berkarakter
dengan perbedaannya masing masing karakternya dari pembentukannya. Dalam
pandanganya disni ada dua prinsip yakni kenikmatan ( pleasure principle)
dianggap organisme untuk menghindari nyeri dan mencari kenikmatan dan
berlangung terus akan tetapi disesuaikan dengan kenyataan dan Kenyataan
( reality principle)merupakan tuntutan kenyataan luar yang mengharuskan
menunda kenikmatan segera untuk mendapatkan kenikmatan lebis besar
dikemudian hari dan sebagian besar hasil belajar dari pengalaman sejak lahir.
Alam sadar merupakan pencerapan untuk perhatian yang bekerja sama dengan
alam prasadar, dengan perhatian manusia menjadi sadar akan ransangan dari luar
(stimulus). Alam prasadar dicapai oleh alam tak sadar dan alam sadar, alam
prasadar belum ada waktu lahir akan tetapi berkembang pada masa kanak-kanak
dimana aktivitas mentalnya berpikir menghindari kenikmatan dan ketidak
senangan agar sesuai dengan kenyataan. Alam tak sadar merupakan suatu alam
ide dan afek yang ditekan serta bahan bahan di alam tak sadar biasanya tidak bisa
diingat kembali tetapi harus melalui alam alam prasadar yang menahannya
sebagai sensor dan bahan bahan di alam tak sadar dikeluarkan melalui alam sadar
dengan sensor-sensor dibuat tak berdaya dengan kegiatan utamanya memuaskan
kenikmatan. Sehingga baik buruknya prilaku manusia yang menggambarkan
Karakter Berbeda, bermakna, dan mulia
5

karakter seseorang ditentukan oleh energy biologis-psikis dan pengalaman masa
dini (Nurdin Ady, jarkawi, Hamzah, 2012 :21)
2. Pandangan Viktor Franki
Dalam pandangan ini dimensi spiritual sebagai dimensi neotik (spiritual)akan
tetapi dimensi neotik disini bukan ruh melainkan suatu kemampuan
transendensidan pengayaan luhur manusia yang dianggap sebagai inti dari
dimensi lainnya sehingga digambarkan seperti gambar lingkaran-lingkaran
konsentrik.

Gambar 2
Pandangannya terhadap manusia berfokus pada sifat dari kondisi manusia yang
mencakup atas kesanggupannya dalam menyadari diri, bebas memilih untuk
menentukan nasib sendiri, kebebasan dan bertanggung jawab, kecemasan sebagai
sipat unsur dasar, pencarian makna yang unik di dalam dunia yang tak bermakna,
berada sendirian dan berada dalam hubungan dengan orang lian, keterhinggaan
dan kematian dan kecendrungan mengaktualisasikan diri
Kedua pendapat tersebut belum menyentuh masalah ruh dalam suatu struktur
kesadaran atau kepribadian dan ruh berada di atas alam sadar serta sifatnya gaib
hanya disentuh dengan keyakiman yakni dengan keimanan (tauhid). Diamana ruh
dalam struktur kesadaran sebagai berikut :

Gambar 3
Karakter Berbeda, bermakna, dan mulia
6

Dalam pandangan ini ruh sebagai (supra counscios) dimana sebagai suatu alam di
atas alam sadar manusia yang merupakan suatu daerah keimanan (esoteris).
3. Aqliyah dalam naungan Naqliyah
Dalam pandangan aqliyah dan naqliyah ruh merupakan bagian dari esoteris yang
hanya bisa dijangkau dengan keyakinan dan keimanan (tauhid) yang datangnya
dari Allah SWT. Aspek ruhaniyah dilihat dari dua daya ruhaniyah sesuai dengan
yang dimilikinya (Yudi Purwanto, 2009 : 161) pertama dari dimensi ar-ruh dan
kedua al-fitrah.

Gambar 4
Dimensi ar-ruh berasal dari Allah SWT ketika ar-ruh ada bersama dengan badan
dan jiwa maka ar-ruh tetap memiliki daya yang dibawa dari asalnya yang disebut
dengan daya spiritual serta daya ini yang menarik badan dan jiwa menuju Allah
SWT, daya ini pula membuat manusia memerlukan agama, daya spiritual ini
sangat tergantung tingkat perkembangan nafs, aqal, qalbu. Sedangkan dari
dimensi al-fitrah sebagai psikis manusia bukan hanya memiliki daya-daya,
melainkan juga sebagai identitas esensial yang memberikan ranah kemanusian
bagi an-nafs (jiwa) agar tidak bergeser dari kemanusiannya. Sebaliknya apabila
nafs bergeser melampaui al-fitrah maka jiwa akan keluar dari al-firah
kemanusiannya baik dalam pandangan positif kehilangan nafsu insaniah sehingga
masuk kedimensi malaikat, maupun negative manusia telah kehilangan
spritualnya sehingga masuk didemensi syaitan.
Kesadaran merupakan suatu kemampuan seseorang dalam melakukan relasi
dengan orang lain dan lingkungannya serta mampu membatasi limitasi terhadap orang
lain dan lingkungannnya. Limitasi dapat dilihat dari dua sisi yakni sisi pertama dari
kuantitas bisa tinggi dan bisa rendah, apabila respon tinggi individu terhadap
stimulus maka prilakunya yang terlihat pemarah, sedih, menyendiri dan apabila
respon individu rendah terhadap stimulus maka prilakunya komonikasi tergagnggu
sering berubah pikiran, persepsi berlebihan, kedua dari kualitas dimana individu tidak
memandang dirinya atau tidak perduli akan dirinya, prustasi.
Pembetukan karakter berbeda, bermakna dan mulia melalui suatu kesadaran
tingkat tinggi (super counscious) dengan spiritual power akan keberadaan dirinya
sebagai khalipah dimuka bumi yang bertanggung jawab dunia sampai mengahadap
kepada sang pencipta langit dan bumi serta diantara keduanya. Unsur utama seorang
manusia dia harus merasakan, melakukan, dan menyadari akan adanya Allah SWT
dalam diri (esoteris)sebagai suatu keimanan yang tidak bisa dijangkau dengan rasio
yang terbatas dia merupakan suatu keyakinan (tauhid) akan keberadaannya bahwa
Karakter Berbeda, bermakna, dan mulia
7

DIA melingat dan mendengar segala apa yang dilakukan oleh dirinya dimuka bumi ini
dan meyakini adanya malaikat sebagai mahluknya yang diberi tugas mencatat amal
baik dan buruk, meyakini juga akan para Nabi dan RasulNYA, Kitab-kitanNYA, hari
kiamat serta percaya kepada qada dan qadarNYA. Keyakinan yang dihayati dan di
lakukan dengan apa yang boleh dan apa yang dilarang sesuai dengan Al qur’an dan
Hadish Nabi Muhammad SAW serta Ijma ulama sebagai bukti berkeyakinannya
(tauhid) yang benar, bukannya Al qur’an dijadikan pembenaran apa yang dilakukan.
Serta dengan keyakinannya itulah manusia melakukan interaksi dan komonikasi
dengan dirinya dengan tuhannya, dengan manusia dan makluk lainnya serta alam
semesta.Ini merupakan suatu kekuatan dalam diri manusia dalam membangun
kesadaran yang tinggi untuk membentuk karakter berbeda, bermakna dan mulia
sebagaimana dalam teori Spiral Dynamics dengan pemahaman sebagai suatu kekuatan
dalam diri manusia yang paling dalam (Taufik Bahaudin, 2007 :57)
Dalam membangun suatu karakter berbeda, bermakna dan mulia manusia
tentunya melakukan suatu interkasi dan komonikasi dimana manusia dalam
pelaksanaannya dia melakukan suatu transaksional yakni melalui hubungan secara
interpersonal dan intranpersonal.Interpersonal yakni hubungan dirinya dengan Allah
SWT secara fisik dia mengucapkan kalimat tauhid LAILAHAILLAH MUHAMMAD
DURASULULLAH SAW sampai merasuk jiwa dan raganya serta terpatri dalam
jiwanya bahwa dia lemah tak berdaya dihadapan tuhannya yang Maha Alim lagi Maha
Mulia dan juga sejenak bernafas untuk merasa kehadiran sang pencipta bahwa Dialah
yang Maha Berkuasa lagi Maha Mulia sampai kedalaman lautan rasa yang sangat
dalam dan mengistiqamahkan segala perintah dan laranganNYA. Disamping
interpersonal juga melakukan interaksi dan komonikasi secara intrapersonal yakni
dia juga sebagai manusia perlu berinteraksi dan berkomonikasi sesara social
kemasyarakat dengan orang disekitarnya dan semua mahluk serta alam sekitarnya
sesuai dengan apa yang telah dilarang dan di suruh dalam Al qur’an dan hadish serta
ijma ulama`.
Untuk proses menjadikan karakter berbeda, bermakna dan mulia perlu suatu
educasi sehingga benar-benar membentuk karakter yang berbeda, bermakna dan
mulia melalui beberapa lembaga pendidikan yakni pendidikan formal (sekolah),
pendidikan (informal (keluarga), pendidikan non formal (masyarakat). Dalam ketiga
lembaga tersebutlah proses pembentukan karakternya berbeda, bermakna dan mulia.
Dengan suatu keyakinan dan kepercayaan yakni berupa keimanan (tauhid)
dalam daerah esosentris dan melakukan transpersonal serta educasi menjadikan
prilaku manusia yang berkarakter berbeda, bermakna dan mulia terwujud dalam
bentuk segala sesuatu prilakunya menjadi efisien dan efektif, produktif, kriatif, serta
out come

Karakter Berbeda, bermakna, dan mulia
8

Gambar 5
Kesimpulan :
Meningkatkan kesadaran diri untuk karakter Berbeda, Bermakna dan Mulia
(BBM) dengan memberdayakan spiritual power sebagai suatu kekuatan dalam diri
manusia yakni :
1. Membangun kesadaran yang tinggi dengan spiritual power( energy spiritual)
dalam wilayah ketauhidan(esoteris) dengan keyakinan berupa Iman, Islam dan
Ihsan
2. Menginplemntasikan melalui interkasi dan komonikasi (transaksional) baik
interpersonal maupun intrapersonal
3. Mengistiqamahkan dengan proses educasi baik di keluarga, masyarakat maupun
sekolah/kampus
4. Berprilaku dengan karakter berpikir, berpeemahan dan berprilaku dengan efektif
dan efisien, kriatif, produktif, komonikatif serta out comesesuai dengan keyakinan
dengan keimanan (tauhid)

Karakter Berbeda, bermakna, dan mulia
9

DAFTAR PUSTAKA
Ady Nurdin, Jarkawi, Hamzah (2012), Ketrampilan Bimbingan dan
Konseling/Psikoterapi melalui Hablun Minallah Binafsi Minannas Dalam
Praktik Pendidikan, Banjarmasin, CV Hasanu Utama
Kemdiknas. 2010. Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran di
Sekolah Menengah Pertama, Jakarta: Kemdiknas.
Maramis Willy F., Albert A. maramis,(2009), Ilmu Kedokteran Jiwa, Surabaya,
Airlangga University Press
Mulyasana Dedy. (2011). Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, Bandung,
Rosida
Purwanto Yudi, ( 2009), Epistomologi Psikologi Islam, Bandung, Relika Adtama
Sanusi Achmad, (2009), Refleksi Diri 80 Tahun, Bandung, Nusantara eduvation
Program Pascasarjana Universitas Islam Bandung
Bahaudin Taufik, (2007), Brainware Leadership Mastery, Jakarta, PT Elex Media
Komputindo
Tim Redaksi FOKUSMEDIA, ( 2006) Himpunan peraturan dan perundangundangan, Bandung, Fokusmedia

Karakter Berbeda, bermakna, dan mulia
10