PERSEPSI KARYAWATI KEMENTERIAN AGAMA KAB (1)

PERSEPSI KARYAWATI KEMENTERIAN AGAMA
KABUPATEN KULON PROGO TERHADAP SISTEM
PEMBAGIAN HARTA WARIS 2 : 1 DALAM HUKUM
KEWARISAN ISLAM
KASIH ARI HIDAYATI
Alumni Ahwal Al-Syakhsiyyah FAI UCY
Staf Kementerian Agama Kabupaten Kulon Progo
NURJIDIN
Dosen FAI UCY
abstract
This study investigated the perceptions of Muslimah employee of the
Ministry of Religious Affairs,Kulon Progo District, on the division of
inheritance by the formula 2: 1 in the Islamic Law of Inheritance. In-depth
interviews addressed to all population were used to get the data needed
supported by observation and documentation. The data then processed
using normative, sociological and psychological approaches. In conclusion,
interestingly, majority of the population disagree and indeed consider the
formula unfair and reject it. The study then suggests employee to get
informed and to deeper their knowledge into the science of Islamic law of
inheritance. The office also to be suggested to enhances the activity of
dissemination and enforcement of Islamic law.

Keywords : perceptions, Muslimah employee, the Islamic Inheritance
law

A. Pendahuluan
Pembagian harta warisan seringkali menimbulkan konflik antara
sanak saudara dan keluarga yang kemudian berujung pada sengketa di
pengadilan.1 Persengketaan waris bisa terjadi karena ada pihak yg berniat
kurang baik, atau ketidakmengertiannya dalam membagi harta warisan
secara adil menurut hukum waris Islam. Soal ini sebenarnya tidah hanya
masyarakat umum yang belum memahami, di kalangan para sarjana dan
praktisi hukum pun masih bervariasi tingkat pengetahuannya.
Perbedaan bagian warisan antara laki-laki dan perempuan di dalam
Hukum Waris Islam adalah 2:1 dimana bagian hak waris wanita lebih
sedikit jika dibandingkan dengan laki-laki menjadi sorotan utama dalam
kajian warisan secara Islam. Pembagian warisan ini berbeda dengan
ketentuan dalam hukum perdata maupun hukum adat.
Nurun Najwah dkk, menyimpulkan dari tinjauan hukum Islam,
KHI dan Hukum adat serta pendapat para tokoh Islam bahwa
perbandingan harta waris yang terbaik adalah 1 : 1 karena adanya hak dan


Kasih Ari Hidayati dan Nurjidin

kewajiban yang sama antara laki-laki dan perempuan.2 Dalam nada yang
sama Zaitunah Subhan3, menyatakan bahwa perbandingan 2 : 1 dalam
hukum kewarisan Islam masih perlu disesuaikan dengan perkembangan
jaman, upaya mewujudkan kemitrasejajaran laki-laki dan perempuan
harus ditinjau dari berbagai aspek tidak hanya terjebak dalam penafsiran
yang bersifat klasik.
Qashir menentang pendapat para aktifis gender yang
menyetarakan pembagian waris Islam. Setelah membahas hukum waris
dari sejarah turunya hukum waris, hak waris perempuan dalam Islam,
sebab perbedaan bagian waris laki-laki dan perempuan, serta
membandingkan dengan hukum waris di budaya Barat, maka disimpulkan
bahwa perbandingan 2 : 1 dalam hukum kewarisan Islam adalah telah
sempurna dan kesetaraan dalam budaya barat adalah semu dan tidak
sesuai fitah manusia.
Salah satu pandangan yang memposisikan kewarisan dalam wajah
yang aman adalah dari Abdul Jamil. Ia menegaskan bahwa perbandingan
2:1 dalam hukum waris lebih utama diterapkan namun ada kemungkinan
berbanding 1 : 1 dengan kaidah maqashid al-tasyri.4

Respon masyarakat pun berbeda-beda terhadap perbandingan
warisan. Maulana Hamzah5 telah meneliti dengan reponden dari aktivis
gender Indonesia. Kesimpulannya, sistem pembagian waris yang diatur
dalam al- Qur’an diakui sudah sesuai dengan fitrah manusia. Namun yang
harus dicermati dan lebih difokuskan adalah perhatian terhadap
pengelolaan harta waris itu sendiri, jangan sampai menjadi sia-sia begitu
saja. Dan terhadap perbedaan pendapat harus dijadikan sebagai sebuah
rahmat bukan laknat, sehingga kita dapat terus berkarya dan melahirkan
pemikiran-pemikiran baru yang bermanfaat. Penelitian lain dilakukan
tidak terbatas pada minat dan profesi tertentu tetapi dibatasi berdasarkan
domisili warga perempuan muslimah, yaitu Rt.04/05 Kelurahan
Bojongkulur Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor. Penelitinya
adalah Eli Nurmalia. Ia tidak bisa memastikan bahwa hukum waris Islam
telah dipahami oleh para muslimah di RT tersebut. 6
Penelitian tentang persepsi wanita khususnya muslimah masih
layak untuk ditindaklanjuti karena
fenomena perempuan bekerja
membantu suami mencari penghasilan tambahan telah umum di
masyarakat Indonesia. Seorang isteri bahkan tidak jarang menjadi tulang
punggung keluarga.7 Kondisi demikian tentu membuat persepsi yang

beragam bagi kaum muslimah yang bekerja dalam memahami dan
menerima hukum waris dalam Islam meski dalam satu institusi dengan
ragam unit kerja dan keahlian yang dibutuhkan seperti di kantor
Kementrian Agama Kabupaten kulon Progo. Pemilihan pekerja muslimah
responden dari lembaga tersebut juga didasari dengan pandangan umum
52

Jurnal Ulumuddin Volume 5, Nomor 2, Desember 2015

PERSEPSI KARYAWATI KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN KULON PROGO TERHADAP
SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS 2 : 1 DALAM HUKUM KEWARISAN ISLAM

masyarakat bahwa pekerja Muslim dan muslimah di situ merupakan orang
yang lebih mengerti tentang hukum Islam termasuk permasalahan
komposisi pembagian harta waris.
B. Metode Penelitian
Karena jumlah muslimah yang bekerja di Kantor Kementerian
Agama Kabupaten Kulon Progo kurang dari dua puluh orang, maka
wawancara mendalam secara keseluruhan menjadi instrumen utama
selain observasi dan dokumentasi. Data data yang diperoleh kemudian

kemudian diolah dengan menggunakan pendekatan normative, sosiologis
dan psikologis.
Pendekatan normatif dalam studi Islam yang memandang masalah
dari sudut legal-formal atau normatifnya.8 Legal-formal Islam
berhubungan dengan putusan halal dan haram, boleh atau tidak dan
sejenisnya didasarkan kepada seluruh ajaran yang terkandung dalam
nash.
Sosiologi menjadi salah satu alat penting dalam memahami ajaran
agama.9 Sosiologi adalah ilmu yang menggambarkan tentang keadaan
masyarakat lengkap dengan struktur, lapisan serta berbagai gejala sosial
lainnya yang saling berkaitan. Kajiannya difokuskan kepada keagamaan
seseorang pada suatu masyarakat. Pendekatan ilmu sosial itu kemudian
digunakan untuk memahami keberagamaan seseorang dalam suatu
masyarakat.10
Pendekatan secara Psikologi Islam berhubungan dengan aspekaspek dan perilaku kejiwaan manusia dalam membentuk kualitas diri yang
lebih sempurna secara sadar. Dengan cara itu diharapakan kebahagiaan
hidup didunia dan di akherat terlimpah dalam kehidupannya. Psikologi
Islam didasarkan atas sumber otentik yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. 11
C. Hasil
Setelah penyusun melakukan penelitian dengan teknik wawancara

kepada semua responden, diperoleh data hasil wawancara sebagai berikut.
1. Pengetahuan tentang Hukum Waris dalam Islam
Sebagian responden tidak memahami secara rinci tentang hukum
waris, tetapi hanya tahu bahwa dalam Islam terdapat hukum waris.
Responden tidak mengetahui dasar-dasar dalam hukum Islam tentang
kewarisan, serta tidak mengetahui bagian-bagian dalam harta waris
maupun siapa saja yang termasuk ahli waris dalam Islam. Mereka hanya
tahu bahwa dalam Islam mengatur tentang masalah waris.
2. Masalah Hukum Kewarisan dalam Islam dimana bagian anak laki-laki
dengan bagian anak perempuan adalah 2 : 1

Jurnal Ulumuddin Volume 5, Nomor 2, Desember 2015

53

Kasih Ari Hidayati dan Nurjidin

Responden semuanya mengetahui aturan dalam hukum Islam
tentang perbandingan 2:1 antara bagian harta waris laki-laki dan
perempuan. Hal ini karena responden mayoritas adalah orang Jawa,

dimana dalam masyarakat Jawa sudah dikenal hukum waris laki-laki
dengan perempuan dengan perbandingan juga 2:1 yang dikenal dengan
istilah “sepikul segendhongan”
Pendapat responden terhadap hukum kewarisan dalam Islam
dimana bagian anak laki-laki dengan bagian anak perempuan 2 : 1 adalah
bervariasi adalah 6 responden (35,3%) setuju dan 11 responden (64,7%)
tidak setuju.
Alasan yang setuju dengan hukum kewarisan dalam Islam dimana
bagian anak laki-laki dengan bagian anak perempuan adalah 2 : 1 adalah
karena :
a. Tanggung jawab laki-laki lebih besar dari perempuan
b. Merupakan syariat Islam yang harus ditaati dan diimani
c. Perempuan tidak wajib mencari nafkah dan ikut kepada suami
d. Perempuan akan mendapat harta dari laki-laki yang menjadi suaminya
Sedangkan alasan yang tidak setuju dengan hukum kewarisan
dalam Islam dimana bagian anak laki-laki dengan bagian anak perempuan
adalah 2 : 1 adalah karena :
a. Laki-laki dan perempuan adalah sederajat yang kedudukannya adalah
sama
b. Akan lebih adil bila sama rata 1 : 1

c. Tanggung jawab anak baik laki-laki maupun perempuan terhadap
orang tua adalah sama
d. Kemampuan laki-laki dan perempuan adalah setara, terbukti banyak
perempuan yang bekerja dan kemampuannya melebihi laki-laki.
3. Keterlibatan dalam Praktek Hukum Waris
Hanya dua responden yang pernah secara langsung terlibat dalam
pembagian harta waris dan yang digunakan adalah keputusan orang tua
dan belum sepenuhnya menerapkan hukum waris Islam. Satu responden
pernah terlibat dalam hukum Islam tetapi dengan ahli waris 1 orang lakilaki, sehingga tidak mempunyai pengalaman dalam membagi harta waris
kepada banyak ahli waris. Sedangkan sebagian besar responden (88,2%)
belum pernah terlibat dalam pembagian harta waris. Hal ini disebabkan
mayoritas responden usianya masih relatif muda dan kedua orang tua
maupun mertua mereka masih hidup, sehingga belum mengalami ada
keluarga yang meninggal dan membagi warisan.
4. Relevansi Hukum Islam dengan perkembangan jaman

54

Jurnal Ulumuddin Volume 5, Nomor 2, Desember 2015


PERSEPSI KARYAWATI KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN KULON PROGO TERHADAP
SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS 2 : 1 DALAM HUKUM KEWARISAN ISLAM

Ada 4 responden (23,5%) yang secara tegas menyatakan bahwa
hukum waris Islam masih relevan dengan perkembangan jaman, karena :
a. Hukum Islam bersifat abadi sampai hari kiamat sudah sesuai dengan
perkembangan jaman.
b. Islam bersifat universal sehingga hukum Islam di tempat yang satu
akan maslahat bila diterapkan di tempat yang lain di seluruh dunia.
c. Hukum Islam berasal dari Allah Ta’ala sehingga harus yakin bila penuh
kemaslahatan sampai akhir jaman, karena Islam adalah agama yang
sempurna.
Selebihnya (76,5%) responden menyatakan perlunya penerapan
hukum waris harus dengan pertimbangan perkembangan jaman,
kompleks tidaknya permasalahan serta untuk mencegah percekcokan
dalam kelurga terutama sesama ahli waris.
5. Sikap pro dan kontra terhadap pembagian harta waris 2 : 1 dalam
Hukum Kewarisan Islam
Hanya 3 responden (17,65%) yang secara tegas menjawab setuju
dengan perbandingan 2 : 1 dan agar kembali ke hukum Islam. Selebihnya

berpendapat agar dimusyawarahkan dengan keluarga, ada juga yang
menyatakan perlu ada perubahan ketentuan bagian ahli waris dan bahkan
ada yang secara tegas menolak perbandingan 2 : 1 dalam hukum
kewarisan Islam.
Dari uraian di atas dapat dirangkum pendapat responden dalam
tabel berikut.
Tabel I Rangkuman Pendapat Karyawati Kantor
Agama Kabupaten Kulon Progo
No
1

2

3

Pertanyaan
Jawaban Responden
dalam
wawancara
Pengetahuan

Tahu adanya Tahu
hukum
dalam hukum hukum waris waris dan dalilWaris
tetapi
tidak dalinya
dalam
tahu detailnya Islam (5,88%)
(94,12%)
Perbandingan Mengetahui
Menolak sistem
2 : 1 dalam adanya sistem pembagian waris
hukum
pembagian
2:1(64,7%)
kewarisan
waris 2 : 1
Islam
(100%)
Keterlibatan
Belum pernah Pernah
dalan hukum terlibat dalam dalam

Jurnal Ulumuddin Volume 5, Nomor 2, Desember 2015

terlibat
hukum

Kementerian

Tidak tahu
(0 %)

Setuju
dengan
sistem
pembagian
waris
2:1
(35,3%)

55

Kasih Ari Hidayati dan Nurjidin

waris

4

Relevansi
hukum waris
dengan
perkembangan jaman

5

Sikap pro dan
kontra adanya
2:1
dalam
hukum
kewarisan
Islam

hukum waris waris
tetapi
(88,24 %)
dibagi
secara
kekeluargaan
(11.76 %)
Relevan
Masih
perlu Tidak tahu
dengan
disesuaikan
(11,76%)
perkembangan dengan
jaman (23,5%) perkembangan
jaman
dan
musyawarah ahli
waris (64,74%)
Setuju dengan Tidak setuju dan Tidak tahu
perbandingan perlu
(11.76%)
2:1
dalam dimusyawarahkan
hukum
dengan keluarga,
kewarisan
ada juga yang
Islam (17,65%) menyatakan perlu
ada
perubahan
ketentuan bagian
ahli
waris
(70,59%)

D. Pembahasan
Pembahasan persepsi Persepsi Karyawati Kantor Kementerian
Agama Kabupaten Kulon Progo dalam Hukum Kewarisan Islam dapat
ditinjau dari tiga aspek pendekatan yaitu secara normatif, sosiologis dan
psikologis.
1. Pemahaman tentang Hukum Waris
a. Secara Normatif
Pemahaman tentang hukum waris dalam Islam di kalangan
karyawati Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kulon Progo sangat
minim, terbatas pada garis besarnya saja, yaitu perbandingan 2:1 tetapi
secara rinci tidak mengetahui, apalagi dalil-dalil dalam Al Qur’an dan
hadits. Namun sebagian dari mereka mengetahui bahwa hukum waris
adalah sudah ditetapkan melaui Al Qur’an dan Hadits.
b. Secara Sosiologis
Pemahaman yang tidak mendalam tentang hukum waris adalah
wajar karena sebagian besar dari mereka adalah berlatar belakang
pendidikan umum bukan agama. Disebabkan juga bidang pekerjaan
mereka sebagian besar tidak berkecimpung langsung dengan masalah
harta waris. Hanya dua responden berada dalam seksi yang membidangi
waris, mereka tidak berlatar belakang pendidiakan agama dan sangat
jarang umat Islam berkonsultasi tentang waris, sehingga karyawati kurang
berpengalaman dan mendalami masalah waris. Dalam kehidupan sosial

56

Jurnal Ulumuddin Volume 5, Nomor 2, Desember 2015

PERSEPSI KARYAWATI KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN KULON PROGO TERHADAP
SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS 2 : 1 DALAM HUKUM KEWARISAN ISLAM

sehari-hari juga jarang berinteraksi dengan orang-orang yang ahli dalam
hukum waris Islam.
Faktor lain dari pemahaman tersebut adalah secara tidak langsung
terpengaruh oleh isu-isu dari pembenci Islam yang menyatakan Islam
tidak adil, menzalimi perempuan dengan memberikan warisan separuh
dari laki-laki, dengan mengangkat propaganda hak azasi dan isu gender.12
c. Secara Psikologis
Responden yang berlatar pendidikan agama justru berada di seksi
yang sehari-hari bertugas dalam bidang yang jauh dari masalah waris
sehingga tidak mendalami lagi ilmu tentang waris . Ilmu tentang waris
Islam yang didapat di bangku sekolah atau kuliah seolah terlupakan.
Umur mereka rata-rata masing muda, ibu bapak mereka masih hidup,
sehingga belum mengalami langsung tentang pembagian harta waris.
Hal ini menjadi bukti bahwa benarlah sabda Rasulullah SAW
bahwa di akhir jaman ada ilmu yang akan hilang terlebih dahulu
dibandingkan ilmu yang lain, yaitu ilmu waris . Sesuai hadiś riwayat Ibnu
Majah:13

ِ
ِ
ِ ُ ‫ﺎل رﺳ‬
‫ﻒ اﻟﻌِْﻠ ِﻢ َوإِﻧﱠﻪُ ﻳـُْﻨ َﺴﻰ َوُﻫ َﻮ أَﱠو ُل‬
ُ ‫ﺼ‬
ْ ‫ﺾ َو َﻋﻠﱢ ُﻤ ْﻮَﻫﺎ ﻓَِﺈﻧﱠﻪُ ﻧ‬
َ ‫ ﻳَﺎ أَﺑَﺎ ُﻫَﺮﻳْـَﺮَة ﺗَـ َﻌﻠﱠ ُﻤﻮا اﻟ َﻔَﺮاﺋ‬:‫ﻮل اﷲ‬
ُ َ َ َ‫ﻗ‬
‫ﺷﻲء َﻣﺎ ﻳـُْﻨـَﺰعُ ِﻣ ْﻦ أُﱠﻣ ِﱵ‬

Juga hadis Nabi :

‫ﻮل اﷲِ ﺗَـ َﻌﻠﱠ ُﻤﻮا اﻟ ُﻘ ْﺮآ َن َو َﻋﻠﱢ ُﻤﻮﻩُ اﻟﻨﱠﺎس َوﺗَـ َﻌﻠﱠ ُﻤﻮا اﻟ َﻔﺮاﺋِ َ ﱢ‬
‫ض‬
ُ ‫ﺎل َر ُﺳ‬
َ َ‫ﻗ‬
ٌ ‫ﱠﺎس ﻓَِﺈ ﱢﱐ ْاﻣ ُﺮٌؤ َﻣ ْﻘﺒُـ ْﻮ‬
َ ‫ﺾ َو َﻋﻠ ُﻤﻮﻩُ اﻟﻨ‬
َ
َ
ِ
ِ
ِ
ِ ‫اﻻﺛْـﻨَﺎ ِن ِﰲ اﻟ َﻔ ِﺮﻳﻀ ِﺔ ﻻَ َِﳚ َﺪ ِان ﻣﻦ ﻳـ ْﻘ‬
ِ ‫ﻒ‬
‫ﻀﻲ ﺑِﻪَا‬
َْ
َ ‫ﱳ َﺣ ﱠﱴ َﳜْﺘَﻠ‬
َُ ‫ﺾ َوﺗَﻈْ َﻬ ُﺮ اﻟﻔ‬
ُ َ‫َوإِ ﱠن اﻟﻌ ْﻠ َﻢ َﺳﻴُـ ْﻘﺒ‬
َ َْ

Hadis tersebut juga menunjukkan bahwa Rasulullah SAW
memerintahkan kepada umat Islam untuk mempelajari dan mengajarkan
ilmu faraiḍ, agar tidak terjadi perselisihan-perselisihan dalam pembagian
harta peninggalan, disebabkan ketiadaan ulama faraiḍ. Mempelajari ilmu
faraiḍ penuh keutamaan, karena :14
1) Merupakan syariat yang ditetapkan oleh Allah Ta’ala dalam Al Qur’an
dan melalui Sunnah Nabi Muhammad SAW
2) Untuk mengetahui hubungan kekerabatan antara muslim satu dengan
lainnya karena harta mayit tidak akan diwariskan kecuali kepada
orang-orang yang bertalian darah dengannya.
3) Merupakan ilmu yang akan dihadapi oleh setiap muslim karena
berkaitan dengan hak dan kewajiban terhadap orang yang meninggal
4) Dengan mempelajari ilmu faraiḍ, talaq dan haji akan tampak
perbedaan antara muslim yang berkualitas, cendekia dan yang tidak.
2. Persepsi terhadap perbandingan 2:1 dalam Hukum Waris Islam
a. Secara Normatif
Jurnal Ulumuddin Volume 5, Nomor 2, Desember 2015

57

Kasih Ari Hidayati dan Nurjidin

Sebagian kecil responden telah memahami makna dalil-dalil yang
ada seperti pada QS. al- Nisa/4 :11 dijelaskan bahwa bagian seorang anak
laki-laki sama dengan dua bagian anak perempuan. Secara sepintas dapat
dikatakan bahwa ayat tersebut bias gender karena yang diinginkan (adil)
adalah 1:1. Namun, banyak ulama menyatakan bahwa justru 2:1 itulah
yang sarat dengan nilai-nilai keadilan. Dengan alasan bahwa laki-laki
mendapat dua bagian dari perempuan karena kewajibannya dari hal
materi juga melebihi dari perempuan.
Al Qur’an Surat An Nisa’ ayat 7 juga telah menegaskan adanya hak
laki-laki dan perempuan dalam harta waris dan sangat jelas adanya
jaminan hak bagi perempuan yang dapat dilihat dari dua sisi :15
1) Penegasan bahwa perempuan mendapat warisan tidak seperti jaman
jahiliyah yang menjadikan perempuan sebagai harta waris.
2) Penegasan bagian perempuan telah ditetapkan dan penuh
kemaslahatan. Hal ini dalam ayat “ menurut bagian yang ditetapkan “.
Islam telah menjunjung tinggi perempuan dengan hak yang jelas dalam
harta waris.
Hal tersebut dapat dilihat pada kewajiban laki-laki memberi mahar
pada calon isteri. Laki-laki berkewajiban memberi nafkah kepada isteri
seperti dalam QS At Thaalaq : 6 16
            
             

   

         

                  
     
Ayat tentang pembagian waris antara anak laki-laki dan
perempuan ini seolah-olah tidak adil. Tapi pemahaman terhadap suatu
teks hendaknya jangan dipahami secara tidak menyeluruh, akan tetapi
sebaliknya harus dicermati baik-baik secara keseluruhan dengan melihat
ayat lain yang berhubungan dengan permasalahan tersebut. Islam tidak
membebankan tanggung jawab material keluarga kepada perempuan
kecuali dalam keadaan yang khusus sekali. Di samping itu Islam tidak
menghalangi perempuan untuk bekerja membantu suami atau keluarga,
karena adanya hak yang sama antara laki-laki dan perempuan dalam hal
bekerja, demikian pula adanya hak yang sama dalam menikmati hasil
usahanya sesuai dengan usaha masing-masing.

58

Jurnal Ulumuddin Volume 5, Nomor 2, Desember 2015

PERSEPSI KARYAWATI KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN KULON PROGO TERHADAP
SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS 2 : 1 DALAM HUKUM KEWARISAN ISLAM

Bila kenyataan tanggung jawab laki-laki melebihi tanggung
jawab perempuan dapat diterima, maka tidak ada pula dasarnya untuk
menolak kenyataan jumlah hak yang diterima oleh laki-laki melebihi
jumlah hak yang diterima oleh perempuan dalam hal waris.
Perbedaan bagian harta waris antara laki-laki dan perempuan
sudah sesuai dengan keadilan universal, sebab keadilan tidak identik
dengan kesamaan mutlak, tetapi keadilan juga mencakup perbedaan alami
yang mesti ada dan terjadi. Maka perbedaan bagian harta waris antara
laki-laki dan perempuan adalah perbedaan alami (kodrati) 17
Ayat-ayat al- Qur’an tentang waris yang bersifat qath’i tidak
dapat diabaikan walaupun dengan dalih kemaslahatan, karena di mana
ada teks yang bersifat qath’i disana pula terdapat kemaslahatan.
b. Secara Sosiologis
Persepsi karyawati Kementerian Agama Kabupaten Kulon Progo
lebih banyak yang menolak Sistem Pembagian Harta Waris 2 : 1 dalam
Hukum Kewarisan Islam. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman
tentang hukum waris relatif masih lemah. Penolakan ini lebih menitik
beratkan kepada masalah-masalah duniawi seperti tidak adil, tanggung
jawab anak terhadap orang tua adalah sama, atau pun karena merasa
setara dengan laki-laki karena responden adalah bersetatus PNS.
Penyebab lain menolak hukum waris Islam adalah:18
1) Sebagian besar kaum muslimin tidak mempelajari ilmu waris dan tidak
tahu ilmunya
2) Ketakutan akan mendapat sedikit atau kecil bahkan tidak kebagian
3) Menganggap ilmu faraiḍ adalah ilmu yang sulit dipelajari dan
dilaksanakan
4) Menganggap hukum Islam tidak adil
c. Secara Psikologis
Secara pengalaman pribadi tentang masalah waris masih sedikit
sehingga belum merasakan hikmah perbandingan 2 : 1 dalam hukum
kewarisan Islam. Sebagain besar responden adalah bekerja sebagai PNS
sehingga merasa sejajar dengan kaum laki-laki, mampu bekerja dan
berpenghasilan seperti laki-laki sehingga tidak rela dengan perbandingan
waris 2 : 1.
Tanggung jawab dan bakti terhadap orang tua merasa sama dengan
laki-laki, maka bagian waris juga cenderung berpendapat di bagi sama
antara laki-laki dan perempuan. Selain itu kaum wanita takut mendapat
bagian yang sedikit sehingga menolak pembagian waris 2:1 dan lebih
sukan di musyawarahkan untuk pembagiannya.

Jurnal Ulumuddin Volume 5, Nomor 2, Desember 2015

59

Kasih Ari Hidayati dan Nurjidin

Karyawati Kementerian agama sebagai muslimah seharusnya
bersyukur dengan adanya bagian waris dalam Islam, mengingat pada
jaman jahiliyah jangankan mendapat hak waris, tetapi justru menjadi
salah satu harta waris. Islam juga menghargai martabat perempuan sesuai
dengan fitrahnya sehingga tidak dibebani tanggung jawab seperti laki-laki
sehingga berbeda dalam hak waris.
3. Solusi Dalam Menghadapi Sikap Pro Dan Kontra Terhadap Sistem
Pembagian Waris 2 : 1
Sikap mendukung (pro) dan menolak (kontra) terhadap penetapan
sistem waris ini memang bukan hal yang baru terjadi, melainkan
perdebatan yang sudah terjadi sejak lama, maka dari itu pula banyak
ulama yang menawarkan berbagai solusi dalam menghadapi
permasalahan ini, diantaranya adalah:
a. Karena harta warisan sering disebut sebagai harta yang rawan, maka
harus diselesaikan dengan mengedepankan sikap kekeluargaan dan
menjunjung asas keadilan berimbang.
b. Dalam mengedepankan prinsip keadilan dan kekeluargaan itu tidak
perlu menentang apa yang digariskan oleh al- Qur’an.
c. Sedangkan dalam memahami apa yang tertera dalam al- Qur’an itu kita
harus terlebih dahulu mencari dan memahami asbabun nuzul ayat
tersebut, walaupun tidak semua ayat ada asbabun nuzulnya. Agar kita
dapat mengerti apa sebenarnya maslahat syariat Islam yang
terkandung di dalamnya.
Kaum muslimah harus lapang dada menerima ketentuan hukum
waris Islam, karena berhukum dengan hukum Allah Ta’ala dan RasulNya
merupakan bukti keimanan. Berhukum dengan Hukum Al Qur’an dan
Sunnah merupakan tingkat Islam, hilangnya rasa berat dalam menerima
hukum itu adalah tingkat Iman dan pasrah dalam hukum itu adalah
tingkat Ihsan. Bila ketiganya ada di setiap muslimah berarti sudah
beriman.
Allah telah menetapkan sesuatu maka semua harus tunduk.
Hamba-Nya tidak berhak menyelisihinya dan tidak boleh menentukan
hukum lain apalagi menurut hawa nafsunya. Sebuah ketentuan yang
sesuai Firman Allah Ta’ala dam QS Al Ahzab : 3619
                
        
Menurut Imam Ibnu Katsir, ayat ini berlaku umum termasuk dalam
masalah harta waris dimana ada ketetapan 2 : 1 antara bagian waris lakilaki dan perempuan. Karena Allah adalah Hakim yaitu Dzat yang Maha
60

Jurnal Ulumuddin Volume 5, Nomor 2, Desember 2015

PERSEPSI KARYAWATI KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN KULON PROGO TERHADAP
SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS 2 : 1 DALAM HUKUM KEWARISAN ISLAM

mempunyai hikmah yang mana Allah Ta’ala dengan sifat tersebut
mempunyai konsekuensi bahwa perbuatan-Nya pasti mengandung
hikmah yang dalam.
E. Penutup
1. Kesimpulan
Persepsi karyawati Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kulon
Progo terhadap ketentuan hukum waris Islam yaitu perbandingan 2 :1
dalam warisan laki-laki dan perempuan, sebagian besar tidak setuju dan
menganggap tidak adil serta menolaknya. Hal ini disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan tentang hukum waris, belum mengetahui hikmah
disyariatkannya ketentuan waris serta belum memahami betapa dalam
waris Islam sudah mengangkat derajat perempuan dari masa jahiliyah ke
masa Islam. Sebab lain adalah sebagai karyawati merasa sejajar dengan
karyawan sehingga merasa mempunyai tanggung jawab dan hak yang
sama dengan laki-laki.
Persepsi tersebut tidak tepat karena bertentangan dengan fitrah
manusia dimana laki-laki adalah yang berkewajiban mencari nafkah dan
tanggung jawanya lebih berat. Islam tidak membebankan tanggung jawab
material keluarga kepada perempuan kecuali dalam keadaan yang khusus
sekali. Namun Islam tidak menghalangi perempuan untuk bekerja, karena
adanya hak yang sama antara laki-laki dan perempuan dalam hal bekerja,
demikian pula adanya hak yang sama dalam menikmati hasil usahanya
sesuai dengan usaha masing-masing. Secara sosiologis persepsi responden
dipengaruhi oleh sosial budaya dan perkembangan di dalam masyarakat
umum yang banyak berpendapat perbandingan hukum waris 2 : 1 adalah
tidak adil. Secara psikologis sebagian besar menolak perbandingan hukum
waris 2 : 1 adalah karena mereka merasa sejajar dengan laki-laki, mampu
bekerja berpenghasilan seperti laki-laki dan merasa mempunyai tanggung
jawab yang sama dengan laki-laki dalam hal berbakti terhadap orang tua.
Solusi dari pendapat responden yang mempunyai persepsi tidak
tepat tersebut adalah dengan mempelajari lebih dalam tentang hikmah
hukum waris, sejarah hukum waris, dan meningkatkan pemahaman
Firman Allah adalah qath’i dan penuh maslahat. Kaum muslimah harus
lapang dada menerima ketentuan hukum waris Islam, karena berhukum
dengan hukum Allah Ta’ala dan Rasul-Nya merupakan bukti keimanan.
Prinsip keadilan dan kekeluargaan tidak perlu menentang apa yang
digariskan dalam Qur’an yang sudah disepakati ketentuannya menjadi
landasan utama dalam menerapkan hukum waris Islam
2. Saran

Jurnal Ulumuddin Volume 5, Nomor 2, Desember 2015

61

Kasih Ari Hidayati dan Nurjidin

a. Karyawati Kementerian Agama Kabupaten Kulon Progo agar lebih
mendalami ilmu hukum waris Islam baik dalam pembagian, hikmah
maupun maslahatnya.
b. Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kulon Progo agar memberikan
pencerahan dengan mengadakan sosialisasi maupun penyuluhan
tentang hukum waris Islam kepada umat Islam, khususnya kepada
karyawan dan karyawati yang ada.
c. Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kulon Progo selaku
pemerintah harus terus aktif berperan dalam menegakkan hukum
waris Islam serta mampu membantu memecahkan setiap
permasalahan dalam hukum waris Islam
Catatan Akhir
1 http://statushukum.com/hukum-waris.html, 8 Oktober 2013.
2 Nurun Najwah dkk. Dilema Perempuan dalam Lintas Agama dan Budaya.
(Yogyakarta : PSW UIN Sunan Kalijaga, 2005), h. 102-116
3Zaitunah Subhan. Studi Bias gender dalam Qur’an (Yogyakarta : LKIS
Yogyakarta, 1999), h. 180-182
4 Abdul Djamil, MA. Bias Jender dalam Pemahaman Islam (Yogyakarta : Gama
Media, 2002), h. 179-188
5Maulana Hamzah. Persepsi Aktivis Gender Indonesia terhadap Sistem
Pembagian Harta Waris 2:1 dalam Hukum Kewarisan Islam”. Skripsi Konsentrasi
peradilan agama program studi ahwal syakhsiyyah Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah (Jakarta 1431 H/2010 M)
6Eli Nurmalia.“Respons Perempuan terhadap Sistem Pembagiam Waris 2:1
dalam Hukum Kewarisan Islam” . (Studi di Rt.04/05 Kelurahan Bojongkulur Kecamatan
Gunung Putri Kabupaten Bogor). Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah, 2008.
7 http://www.scribd.com/doc/24578504/Hukum-Waris-Islam-Di-Indonesia, 13
Maret 2012
8 Khoiruddin Nasution., Pengantar Studi Islam, (Yogyakarta: Academia dan
Tazzafa, 2009), h 197
9 Abuddin Nata, Metodelogi Studi Islam ( Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2002),
h. 39
10 http://wardahcheche.blogspot.com.pendekatan-dalam-studi-islam.html : April
2014
11 http://www. Psikologi-islai-pengertian dan latarbelakang : 14 Juli 2014
12 Hafidz Al Musthofa,
“Benarkah Islam Menzhalimi Wanita?” Majalah Al
Furqon Edisi 12158 tahun 14, h. 49
13 Sabiq. Fikih…, h. 237-238
14 Abu Zakaria Riski,”Keutamaan Ilmu Waris.” Majalah Bisnis Muslim edisi
01/1433/2012, h. 25
15 Ahmad Sabiq, “Perbedaan Warisan Laki-laki dengan Wanita,” Majalah Al
Mawaddah Edisi Sya’ban Ramadhan 1432 H, h. 12 - 13
16 QS At Thaalaq : 6
17 W. Fredman. Teori Dan Filsafat Hukum, (Jakarta : Rajawali Press, 1990) h 65
18 Wina Tresna, “Sama Rata bukan Berarti Adil” Aulia Edisi 10 tahun X 1434 H
19 QS. Al Ahzab (33) : 36

Daftar Pustaka
Kelompok Al Quran
Kementerian Agama RI. Al Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: PT Sinergi
Pustaka Indonesia,2012

62

Jurnal Ulumuddin Volume 5, Nomor 2, Desember 2015

PERSEPSI KARYAWATI KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN KULON PROGO TERHADAP
SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS 2 : 1 DALAM HUKUM KEWARISAN ISLAM

Kelompok Hadits dan Sunnah
Ibnu Hajar Al-Asqalani. Bulughul Maram. Jakarta Timur: Ak Barmedia,
2007.
Muhammad Nasirudin Al Albani. Shahih Sunan Ibnu Majah. Jakarta
Selatan: Pustaka Azzam, 2007.
Mutiara Hadits Bukhari dan Muslim (Al –Lu’lu’ wal Marjan). Salim
Bahreisy. Surabaya : Bina Ilmu, 2005.
Kelompok Buku
Abdul Wahab, Abdurrahman Shaleh, Muhbib. Psikologi Suatu Pengantar
dalam Perspektif Islam, Jakarta: Kencana, 2004.
Abdurrahman. Kompilasi Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: Akademika
Pressindo, 2004.
Aldisar, Addys dan Fathurrahman. Hukum Waris. Jakarta Selatan :
Senayan Abadi Publishing, 2004.
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Budi, Setia. Tinjauan Pustaka: Pengertian Persepsi, Artikel diakses pada
tanggal 13 April 2010
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 2002.
Fredman, W. Teori dan Filsafat hukum, Jakarta : Rajawali Press, 1990.
Hamzah, Maulana. Persepsi Aktivis Gender Indonesia terhadap Sistem
Pembagian Harta Waris 2:1 dalam Hukum Kewarisan Islam”.
Konsentrasi peradilan agama program studi ahwal syakhsiyyah
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
Hasan, M. Ali. Hukum Warisan Dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang,
1996
Khalafi, Abdul ‘Azhim bin Badawi. Al-Wajiz. Ensiklopedi Fiqih Islam.
Jakarta: Pustaka As Sunnah, 2008.
Komite Fakultas Syariah Universitas Al-Azhar Mesir. Hukum Waris,
Penerjemah Addys Aldizar dan Fathurrahman, Jakarta: Senayan
Abadi Publishing, 2004
Laporan Penelitian: Studi Tentang Masalah Gender Dari Sudut Pandang
Agama Islam, Kantor Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan
Bekerja Sama Dengan Pusat Studi Wanita IAIN ALAUDDIN
Makassar, Makassar: 2001
Malibariy, Syaikh Zainudin bin Abdul Azis. Terjemah Fathul Mu’in.
Bandung : Husaini, 2003.
Moleong, Lexy. J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Rcnoja
Rosda Karya, 2000.
Musa, Kamil. Anak Perempuan dalam Pandangan Islam, Jakarta: CV.
Firdaus, 1994.
Nurmalia, Eli. Respons Perempuan terhadap Sistem Pembagiam Waris
2:1 dalam Hukum Kewarisan Islam . (Studi di Rt.04/05 Kelurahan

Jurnal Ulumuddin Volume 5, Nomor 2, Desember 2015

63

Kasih Ari Hidayati dan Nurjidin

Bojongkulur Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor). Fakultas
Syariah dan Hukum, 2008.
Nurun Najwah dkk. Dilema Perempuan dalam Lintas Agama dan
Budaya. Yogyakarta : PSW UIN Sunan Kalijaga, 2005.
PMA No 13 tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi
Vertikal Kementerian Agama
Qashir, Fada Abdur Razak. Wanita Muslimah antara Syariat islam dan
Budaya Barat Yogyakarta: Darussalam, 2004.
Rahayu, Iin Tri dan Ardani, Triastiadi Ardi. Observasi dan Wawancara?
Malang: Bayumedia, 2004.
Sidiq, Ja’far. Formulasi Bagian Ahli Waris Laki-Laki dan Perempuan
Kaitannya dengan Tanggung Jawab Ekonomi Keluarga. Jurusan
Al Ahwal Asy Syakhsiyah Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2007.
Subhan, Zaitunah. 1999. Studi Bias gender dalam Qur’an .Yogyakarta :
LKIS Yogyakarta
Summa, Muhammad Amin. Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam,
Jakarta: PT Raja Presindo, 1998.
Syabiq, Sayid. Fiqh Al-Sunnah, Beirut: Dar al-Fikr, 1986
Syarifuddin, Amir. Hukum Kewarisan Islam,
Thalib, Sajuti. Hukum Kewarisan Islam Di Indonesia, Jakarta: Sinar
Grafika, 2004.
Usman, Suparman dan Somawinata, Yusuf. Fiqh Mawaris:Hukum
Kewarisan Islam, Jakarta:Gaya Media Pratama, 1997.
Walgito, Bimo. Psikologi Sosial; Suatu Pengantar, Edisi Revisi,
Yogyakarta: Andi Offset, 2007.
Kelompok Majalah dan Web
Riski, Abu Zakaria. Keutamaan Ilmu Waris. Bisnis Muslim edisi
01/1433/2012
Sabiq, Ahmad. “Perbedaan Warisan Laki-laki dengan Wanita.” Al
Mawaddah, Edisi Sya’ban Ramadhan 1432 H
Tresna, Wina. “Sama Rata bukan Berarti Adil. ” Aulia Edisi 10 tahun X
1434 H
https://firmanadiprasetyo.wordpress.com/2013/03/10/asas-asas-dalamhukum-waris-islam : 3 oktober 2010
http://statushukum.com/hukum-waris.html : 8 oktober 2013
http://www.scribd.com/doc/24578504/Hukum-Waris-Islam-DiIndonesia : 13 maret 2012
http://wardahcheche.blogspot.com.pendekatan-dalam-studi-islam.html :
April 2014
http://www. Psikologi-islami-pengertian dan latarbelakang : 14 Juli 2014

64

Jurnal Ulumuddin Volume 5, Nomor 2, Desember 2015

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH PERSEPSI TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS TERHADAP KINERJA LAYANAN PUBLIK SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

19 247 18

HUBUNGAN PERSEPSI REMAJA TERHADAP ROKOK DENGAN INTENSI MEROKOK “SUATU STUDI PADA SISWA MTSN PROBOLINGGO”

1 24 2

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG FUNGSI BALI TV SEBAGAI MEDIA LOKAL (Studi pada Warga Kelurahan Tuban Kecamatan Kuta Kabupaten Badung, Bali)

0 25 2

PENGARUH TERPAAN IKLAN TELEVISI PARTAI NASIONAL DEMOKRAT TERHADAP PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PARTAI NASIONAL DEMOKRAT (Studi Pada Masyarakat Dusun Geneng Desa Pacalan Kec. Plaosan Kab. Magetan)

1 51 29

PERSEPSI SISWA BERMASALAH TERHADAP PENERIMAAN TEMAN SEBAYA

2 94 1

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG FUNGSI SERIKAT PEKERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

1 27 2

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG DESAIN KEMASAN PRODUK DENGAN INTENSI MEMBELI

9 123 22

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN GURU DALAM MENGELOLA KELAS DAN PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS XI IPS SEMESTER GANJIL SMA NEGERI 4 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 32 102

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR, PERSEPSI SISWA TENTANG METODE MENGAJAR GURU, DAN KETERSEDIAAN SARANA BELAJAR DI SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X PEMINATAN IPS SMA NEGERI 1 BANDAR SRIBHAWONO LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 11 114

PENGARUH PERSEPSI KEMUDAHAN DAN PERSEPSI MANFAAT TERHADAPNIAT BELI ULANG SECARA ONLINE DENGAN KEPUASAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

0 2 14