PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA YANG DILAK

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA YANG DILAKUKAN OLEH STATE
ACTOR PENYELESAIAN DAN UPAYA PENCEGAHANNYA
( Studi Kasus : Pelanggaran Hak Asasi Manusia Terhadap Marsinah seorang
karyawati PT. Catur Putera Perkasa )
Dosen Pengampu :
Ridwan Arifin , S.h.,Ll.m

Disusun oleh :
Nama

: 1. Feny Indriyani
2. Albhertha Octhaviana

Mata Kuliah
Rombel

8111416054
8111416088

: Hukum dan HAM
: 01


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
SEMARANG
1

KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang
diberikannya sehingga tugas makalah yang berjudul “ Pelanggaran Hak Asasi
Manusia Yang Dilakukan oleh State Actor “ ini dapat kami selesaikan. Makalah ini
kami buat sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum dan HAM
di Program Studi Ilmu Hukum Universitas Negeri Semarang.
Dalam kesempatan ini, penulis menghaturkan terimakasih yang dalam
kepada semua pihak yang telah membantu menyumbangkan ide dan pikiran
mereka demi terwujudnya makalah ini. Melalui makalah ini, penulis berusaha
memberikan pembahasan tentang segala sesuatu mengenai pelanggaran hak
asasi manusia, penyelesaiannya dan upaya pencegahannya.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca

agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir

kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang “Pelanggaran

Hak Asasi Manusia yang dilakukan oleh State Actor “ ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca dan memberikan perubahan yang
besar bagi masyarakat.

Semarang, 11 Oktober 2017

Penyusun

2

DAFTAR ISI
Halaman Sampul ……………………………………………………………………………………
1
Kata pengantar ………………………………………………………………………………………
2

Daftar Isi ……………………………………………………………………………………………..3
Daftar Gambar ………………………………………………………………………………………4
Daftar Putusan ………………………………………………………………………………………5
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
…………………………………………………………………..8
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………
11
C. Metode Penulisan
……………………………………………………………….11
BAB II Pembahasan
2.1 Bagaimana Cara Penyelesaiannya
…………………………………………….12
2.2 Bagaimana Upaya Pencegahannya
…………………………………………..13
BAB III Kesimpulan
3.1 Kesimpulan
…………………………………………………………………….14
3


Daftar Pustaka………………………………………………………………………………………
15

DAFTAR GAMBAR

4

DAFTAR PUTUSAN
A. Fakta Konkret
Yang dimaksud dengan fakta konkret adalah fakta yang melatar belakangi
putusan Pengadilan terhadap terdakwa sampai dengan dikeluarkannya Putusan
Majelis Hakim Mahkamah Agung tanggal 29 April 1995 Regno.1147 K/Pid/1994.
a) Pada tanggal 3 Mei 1993, karyawan/wati harian pabrik PT. CPS Porong,
termasuk Marsinah melakukan unjuk rasa dan mogok kerja. Mereka berkerumun
di halaman pabrik. Ya, manager PT. CPS memerintahkan Mtr, kepala personalia,
untuk meneliti dan mencatat siapa diantara para karyawan/wati yang menjadi
dalang pemogokan/unjuk rasa.
b) Pada tanggal 4 Mei 1993, besoknya, kurang lebih pukul 07.00 s.d. pukul
10.00 WIB di tempat yang sama terjadi lagi aksi unjuk rasa yang dipelopori oleh
karyawati Marsinah. Aksi unjuk rasa bertujuan menuntut perusahaan agar

menaikan upah, tunjangan transportasi, uang makan, uang lembur, dan cuti
hamil, serta jamsostek.
5

c) Karena ada unjuk rasa/pemogokan tersebut maka pimpinan perusahaan
mengadakan rapat untuk bermusyawarah. Rapat tersebut dihadiri oleh Ys
(manager),

Mtr

(Kabag

personalia)

mewakili

PT.

CPS,


Marsinah

mewakili

karyawan/wati di dampingi oleh Ta, Sp, dkk, Muspika, DPC SPSI, dan wakil
Depnaker. Musyawarah tersebut menghasilkan putusan bahwa semua tuntutan
karyawan/wati dipenuhi oleh pihak perusahaan, kecuali jamsostek yang masih
ditangguhkan. Akhirnya para karyawan/ wati menghentikan mogok/unjuk rasa dan
bekerja kembali.
d)

Pada

tanggal

5

Mei

1993


sehari

berikutnya,

di

pabrik

PT.

CPS

diselenggarakan lagi rapat dipimpin oleh Ys, dihadiri Mtr, Bw, Sw, Ap, Spt, Wd,
untuk membahas situasi unjuk rasa di PT. CPS disamping membahas surat
ancaman yang ditulis oleh Marsinah yang ditujukan kepada pimpinan pabrik PT.
CPS. Isi surat ancam¬an dimaksud .a.l: Jangan mencari-cari kesalahan para
karyawan/wati, bilamana terus dilakukan, maka rahasia perusahaan akan
dibongkar. Dalam rapat tersebut berkembang rasa tidak senang terhadap sikap
dan tindakan Marsinah yang mempelopori pemogokan/unjuk rasa, maka timbul

pemikiran untuk menyingkirkan Marsinah.
e) Beberapa hari kemudian Marsinah tidak tampak lagi di pabrik PT CPS.
Beberapa hari sesudahnya masih dalam bulan Mei 1993, di dusun Jeging,
Kecamatan Welangan, Kabupaten Nganjuk ditemu¬kan mayat seorang wanita,
mayat tersebut, kemudian diketahui, wanita bernama Marsinah karyawati PT. CPS.
Mayat Marsinah lalu diangkut ke RS dan diotopsi. Hasil otopsi menyatakan lukaluka pada pipi, siku, lengan, perut, luka-luka robek di bagian perut, tulang
punggung bagian depan hancur, memar pada kandung kemih, usus, pendarahan
pada rongga perut kurang lebih l liter. Kesimpulan meninggal akibat perdarahan
pada rongga perut.
B. Fakta Hukum
Dalam perkara pembunuhan sebagaimana yang dimaksud dalam KUHAP serta
hukum Formal yang berlaku di Indonesia, maka ada beberapa fakta Hukum yang
6

harus diperhatikan terkait dengan kasus pembunuhan Marsinah dengan terdakwa
Mtr, yaitu:
a) Sebagaimana dimaksud dalam pasal 52 UU Nomor 8 tahun 1981 tentang
KUHAP

menyatakan


bahwa

dalam

hal

pemeriksaan,

seorang

tersangka/terdakwa dapat memberikan keterangan secara bebas kepada
penyidik dan hakim.
b) Dalam kaitannya pemeriksaan dihadapan penyidik, maka seorang tersangka
memiliki hak-hak yang dilindungi oleh Undang-undang seperti hak untuk
tidak diperiksa dalam keadaan tertekan/disiksa dimana hal ini selaras
dengan asas praduga tidak bersalah serta pasal 117 KUHAP, selanjutnya
seorang tersangka berhak untuk didampingi oleh penasihat hukum seperti
halnya dijelaskan pada pasal 54 UU Nomor 8 tahun 1982 tentang KUHAP.
c) Sebagaimana dimaksud pada pasal 185 ayat (1) menyatakan bahwa

keterangan saksi sebagai alat bukti adalah apa yang saksi sampaikan dalam
sidang pengadilan dan keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk
membuktikan bahwa seorang terdakwa bersalah atas dakwaan yang
dipersangkakan.
d) Sebuah Berkas Acara Pemeriksaan setelah diserahkan dari pihak penyidik
kepada pihak penuntut umum maka pihak penuntut umum segera
mempelajari dan meneliti berkas tersebut untuk kemudian menentukan
apakah berkas tersebut telah lengkap atau belum lengkap. Manakala berkas
tersebut telah lengkap (P21) maka penuntut umum segera membuat surat
dakwaan untuk kemudian memajukannya untuk disidangkan. Manakala
berkas tersebut dinyatakan belum cukup/belum lengkap (P18) maka
penuntut umum segera mengembalikan berkas tersebut kepada pihak
penyidik beserta petunjuk yang harus dilengkapi penyidik (P19).
e) Dalam sebuah persidangan, Hakim Ketua Sidang dan Hakim Anggota dapat
meminta segala keterangan kepada saksi dimuka persidangan yang
dipandang perlu dan penting dalam mengungkap sebuah kebenaran dari
7

suatu perkara pidana. Hal ini selaras dengan pasal 165 ayat (1) UU Nomor 8
tahun 1981 tentang KUHAP sebagai bahan masukan kepada Hakim

sehingga hakim dalam memutuskan suatu perkara pidana benar-benar
didasarkan kepada dua alat bukti yang sah serta hakim memperoleh
keyakinan bahwa terdakwalah yang melakukan tindak pidana sebagaimana
yang didakwakan kepadanya (Pasal 183 KUHAP).

BAB I
PENDAHULUAN
8

A. Latar Belakang
Hak Asasi Manusia ( selanjutnya disebut HAM ) merupakan istilah yang biasa
digunakan untuk menggantikan istilah Human Rights .Disamping itu ada juga
yang

menggunakan

istilag

fundamental

rights

atau

basic

rights.Secara

etimologis ,Hak Asasi Manusia terbentuk dari 3 kata, yaitu hak,asasi dan
manusia.1 Universal Declaration of Human Rights (UDHR) secara umum dianggap
sebagai sumber penting dalam Hukum HAM Interna- sional karena memuat
prinsip-prinsip funda- mental HAM yang bersifat universal (Mauna, 2011:679-68)
dan menjadi dasar bagi per- lindungan dan pemajuan HAM di seluruh dunia dan
didukung semua negara terma- suk Indonesia (Zein, Y.A. 2012:6) serta telah
menjadi kewajiban moral untuk diterapkan oleh seluruh negara anggota
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) (sABO, 2014:17). 2 Hak tersebut menyatu
dalam diri seseorang tanpa mengenal bangsa, warna kulit, agama, afiliasi politik
dan lain-lainnya. Semua orang terlahir dengan hak yang sama sama tanpa
pengecualian.Menurut Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia (DUHAM), semua
orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama.
Sementara, Undang-Undang No. 39/1999 tentang HAM menyatakan bahwa serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.Hak Asasi Manusia memiliki beberapa
prinsip, yaitu:
1. Universal
2. Saling terkait
3. Tidak terpisahkan
4. Kesetaraan dan non-diskriminasi
5. Hak Serta Kewajiban Negara
6. Tidak dapat diambil oleh siapapun.3
1 Dr.Rahayu ,Hukum Hak Asasi Manusia (Semarang:Badan Penerbit Universitas Diponegoro,2010)hlm.38
2 I Made Budi Ariska ,”Isu Hak Asasi Manusia dalam Penerapan Deportasi Terhadap Tenaga Kerja Asing di
Bali”,Pandecta,Vol.11.Nomor.1,2016,9.
3 Komnas HAM ,”Jurnal HAM” ,jurnal nasional,vol.12.Nomor.2,2011.36.

9

Saat ini, HAM telah menjadi standar norma internasional untuk melindungi
setiap manusia dari setiap tindakan; baik secara politik, hukum dan sosial yang
melanggar hak seseorang. Acuan utama dalam HAM adalah Deklarasi Hak Asasi
Manusia. Dalam deklarasi tersebut, terdapat 10 hak dasar dari setiap manusia
yang wajib dijamin oleh setiap negara, yaitu:
1. Hak Untuk Hidup: hak untuk hidup dan meningkatkan taraf hidup, hidup
tentram, aman dan damai dan lingkungan hidup
2. Hak Berkeluarga dan Melanjutkan Keturunan: Hak untuk membentuk suatu
keluarga melalui perkawinan yang sah
3. Hak Mengembangkan kebutuhan dasar: hak untuk pemenuhan diri, hak
pengembangan pribadi, hak atas manfaat iptek, dan hak atas komunikasi
4. Hak memperoleh keadilan: hak perlindungan hukum, hak keadilan dalam
proses hukum, dan hak atas hukum yang adil
5. Hak atas kebebasan dari perbudakan: hak untuk bebas dari perbudakan
pribadi, hak atas keutuhan pribadi, kebebasan memeluk agama dan
keyakinan politik, kebebasan untuk berserikat dan berkumpul, kebebasan
untuk

menyampaikan

pendapat,

kebebasan

untuk

menyampaikan

pendapat, dan status kewarganegaraan
6. Hak atas rasa aman: hak mencari suaka dan perlindungan diri pribadi
7. Hak atas kesejahteraan: hak milik, hak atas pekerjaan, hak untuk bertempat
tinggal layak, jaminan sosial, dan perlindungan bagi kelompok rentan
8. Turut serta dalam pemerintahan: hak pilih dalam pemilihan umum dan hak
untuk berpendapat
9. Hak perempuan: hak pengembangan pribadi dan persamaan dalam hukum
dan hak perlindungan reproduksi
10

10.

Hak anak: hak hidup untuk anak, status warga negara, hak anak yang

rentan, hak pengembangan pribadi dan perlindungan hukum, dan hak
jaminan sosial anak.
Di Indonesia, Hak Asasi Manusia dimasukkan dalam konstitusi negara
melalui Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-2, Bab XA pasal 28A.
Kemudian dikuatkan juga oleh Undang-Undang No. 39/1999 tentang HAM.Yang
paling

pertama

harus

dibedakan

adalah

pelaku

tindak

pelanggaran

dan

pertanggungjawaban.4 Keduanya memiliki aspek yang berbeda dalam wacana
HAM. Terjadinya tindakan pelanggaran HAM dapat dilakukan oleh siapapun, baik
itu perorangan maupun kelompok. Dalam kondisi apapun, pertanggung-jawaban
harus dibebankan kepada negara sebagai representasi pemangku mandatdari
warga negara. Namun tidak menutup kemungkinan orang/kelompok dapat
dikriminalisasi untuk mempertanggungjawabkan tindak pelanggaran yang telah
dilakukan.Secara umum, ada dua pihak yang dapat menjadi pelaku pelanggaran
HAM; Aktor Negara dan Aktor Non-Negara.
Aktor Negara (state actor)
Yang dimaksud dengan aktor negara adalah mereka, baik perorangan
maupun institusi yang berada dalam kapasitas atau sebagai representasi Negara
(legislatif, eksekutif dan yudikatif). Pelanggaran HAM tersebut terjadi karena
dalam melaksanakan kewajiban mereka sebagai representasi Negara tidak
melakukan tindakan yang dibutuhkan untuk menghormati, melindungi dan
memenuhi hak asasi manusia warga negaranyaSecara sederhana, Hak Asasi
Manusia (HAM) adalah hak yang dimiliki oleh setiap umat manusia sejak terlahir di
dunia. Hak tersebut menyatu dalam diri seseorang tanpa mengenal bangsa,
warna kulit, agama, afiliasi politik dan lain-lainnya. Semua orang terlahir dengan
hak yang sama sama tanpa pengecualian.5

4 Barzah latuponu,Perlindungan Hukum dan Hak Asasi Manusia terhadap Pekerja Kontrak”,Jurnal Nasional
,Vol.17.Nomor.3,2011,60
5 Effendi Mansyur, HAM dalam Dimensi /Dinamika Yuridis ,Sosial ,Politik(Bogor:Ghalia Indonesia,2005)hlm.59

11

Hak asasi manusia, setiap manusia lahir pasti memiliki hak ini, hak yang
dimiliki sejak lahir hak manusia untuk berpendapat dan melakukan yang mereka
mau atau dengan kata lain hak kebebasan manusia. Tetapi ada beberapa kasus
orang mengunci mati hak seseorang, salah satunya adalah kasus yang kami
angkat menjadi studi yaitu kasus “Marsinah”
Dasar Hukum / Pasal pada Undang Undang
1)

Pasal 1 butir ke-1 UU No. 39 tahun 1999

Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara, hukum dan Pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.6
2)

Pasal 1 butir ke-6 UU No. 39 tahun 1999

Pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau
kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak
sengaja, atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi,
menghalangi, membatasi, dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang
atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang ini, dan tidak
mendapatkan, atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian
hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.7
3)

Pasal 9 butir ke-1 UU No. 39 tahun 1999

Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan
meningkatkan taraf kehidupannya.
Dalam Rome Statute of the International Criminal Court 1998 (status Roma
tahun 1998) art dijelaskan mengenai definisi dari Pelanggaran HAM yang
berbunyi:
The jurisdiction of the court shall be limited to the most serious crime of
concen to the international community as a whole. The courth has
jurisdiction in accordance with the statute with respect to the following
crime:
6 Dr.Muladi ,Hak Asasi Manusia (Bandung:Pt Refika Aditama,2005)hlm.138
7 Syamsyir, Perkembangan HAM dan Keberadaan Peradilan Ham di Indonesia (Bogor:Ghalia Indonesia,2002)hlm.28

12

(a). The crime of genocide
(b).Crimes against humanity
(c).War crimes
(d).The Crime of aggres8
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana cara penyelesaiannya masalah yang terjadi pada kasus
Marsinah?
2. Bagaimana upaya pencegahannya?
C. Metode Penulisan
Metode study kepustakaan dilakukan untuk menunjang metode wawancara dan observasi yang
telah dilakukan. Pengumpulan informasi yang dibutuhkan dilakukan dengan mencari referensireferensi yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan, referensi dapat diperoleh dari
buku-buku atau internet.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Cara Penyelesaian
 Proses Penyelidikan dan Penyidikan
1. Tanggal 30 September 1993 telah dibentuk Tim Terpadu Bakorstanasda
Jatim untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan kasus pembunuhan
Marsinah. Sebagai penanggung jawab Tim Terpadu adalah Kapolda Jatim
dengan Dan Satgas Kadit Reserse Polda Jatim dan beranggotakan
penyidik/penyelidik Polda Jatim serta Den Intel Brawijaya.

8 Art 5, Statute of the international Criminal Court 1998.

13

2. Delapan petinggi PT CPS (Yudi Susanto, 45 tahun, pemilik pabrik PT CPS
Rungkut dan Porong; Yudi Astono, 33 tahun, pemimpin pabrik PT CPS
Porong; Suwono, 48 tahun, kepala satpam pabrik PT CPS Porong; Suprapto,
22 tahun, satpam pabrik PT CPS Porong; Bambang Wuryantoyo, 37 tahun,
karyawan PT CPS Porong; Widayat, 43 tahun, karyawan dan sopir di PT CPS
Porong; Achmad Sutiono Prayogi, 57 tahun, satpam pabrik PT CPS Porong;
Karyono Wongso alias Ayip, 37 tahun, kepala bagian produksi PT CPS
Porong) ditangkap secara diam-diam dan tanpa prosedur resmi, termasuk
Mutiara, 26 tahun, selaku Kepala Personalia PT CPS dan satu-satunya
perempuan yang ditangkap, mengalami siksaan fisik maupun mental
selama diinterogasi di sebuah tempat yang kemudian diketahui sebagai
Kodam V Brawijaya. Setiap orang yang diinterogasi dipaksa mengaku telah
membuat skenario dan menggelar rapat untuk membunuh Marsinah.
3. Baru 18 hari kemudian, akhirnya diketahui mereka sudah mendekam di
tahanan Polda Jatim dengan tuduhan terlibat pembunuhan Marsinah.
Pengacara Yudi Susanto, Trimoelja D. Soerjadi, mengungkap adanya
rekayasa oknum aparat kodim untuk mencari kambing hitam pembunuh
Marsinah.
4. Secara resmi, Tim Terpadu telah menangkap dan memeriksa 10 orang yang
diduga terlibat pembunuhan terhadap Marsinah. Salah seorang dari 10
orang yang diduga terlibat pembunuhan tersebut adalah Anggota TNI. Pasal
yang dipersangkakan Penyidik Polda Jatim terhadap para tersangka dalam
Kasus Marsinah tersebut antara lain Pasal 340 KUHP, 255 KUHP, 333 KUHP,
hingga 165 KUHP jo Pasal 56 KUHP.
5. Hasil penyidikan polisi ketika menyebutkan, Suprapto (pekerja di bagian
kontrol CPS) menjemput Marsinah dengan motornya di dekat rumah kos
Marsinah. Dia dibawa ke pabrik, lalu dibawa lagi dengan Suzuki Carry putih
ke rumah Yudi Susanto di Jalan Puspita, Surabaya. Setelah tiga hari
Marsinah disekap, Suwono (satpam CPS) mengeksekusinya.
6. Di pengadilan, Yudi Susanto divonis 17 tahun penjara, sedangkan sejumlah
stafnya yang lain itu dihukum berkisar empat hingga 12 tahun, namun
mereka naik banding ke Pengadilan Tinggi dan Yudi Susanto dinyatakan
14

bebas. Dalam proses selanjutnya pada tingkat kasasi, Mahkamah Agung
Republik Indonesia membebaskan para terdakwa dari segala dakwaan
(bebas murni) Jaksa / Penuntut Umum. Putusan Mahkamah Agung RI
tersebut, setidaknya telah menimbulkan ketidakpuasan sejumlah pihak
sehingga muncul tuduhan bahwa penyelidikan kasus ini adalah
"direkayasa".
2.2

Upaya Pencegahannya

1.Meneggakan supremasi hukum dan demokrasi ,pendekatan hukum dan
pendekatan dialogis harus dikemukakan dalam rangka melibatkan partisipasi
masyarakat dalam kehidupan bangsa dan negara.
2. Meningkatkan kualitas pelayanan publik untuk mencegah terjadinya
berbagai bentuk pelanngaran HAM ,kualitas pelayanan publik yang baik akan
membuat masyarakat menjadi nyaman dan tidak menjadi tonggak upaya yang
pencegahan pelanggaran HAM
3. Meningkatkan profesionalisme lembaga keamanan dan pertahanan
negara .Semakin profesional sebuah lembaga ,semakin baik pula masyarakat
untuk mencapai lembaga tersebut ,demikian hanya dengan lembaga keamanan
dan pertahanan negara jika mampu meyakinkan masyarakat bahwa mereka itu
profesional maka pelanggaran Ham akan berkurang
4.Meningkatkan penyebarluasan prinsip –prinsip HAM kepada Masyarakat.
Penyebarluasan prinsip HAM pada masyarakat melalui pendidikan formal
(sekolah,perguruan tinggi) . Tujuan dari penyebarluasan ini tentunya agar
masyarakat mengerti dan pahamseberapa pentingnya HAM itu.Jika masyarakat
mengerti ,maka akan meringankan beban pemerintah dalam upaya penegakan
HAM.

BAB III
15

KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan
kiprahnya. Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi
satu hal yang perlu kita ingat bahwa jangan pernah melanggar atau menindas
hak asasi dari orang lain. Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi
oleh perundang-undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang
dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu
Negara akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM
menempuh proses pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana
terdapat dalam Undang-Undang pengadilan HAM.

16

DAFTAR PUSTAKA

Art 5, Statute of the international Criminal Court 1998.
Barzah latuponu,Perlindungan Hukum dan Hak Asasi Manusia terhadap Pekerja
Kontrak”,Jurnal Nasional ,Vol.17.Nomor.3,2011,60
Dr.Muladi ,Hak Asasi Manusia (Bandung:Pt Refika Aditama,2005)hlm.138
Dr.Rahayu ,Hukum Hak Asasi Manusia (Semarang:Badan Penerbit Universitas
Diponegoro,2010)hlm.38
Effendi

Mansyur,

HAM

dalam

Dimensi

/Dinamika

Yuridis

,Sosial

,Politik(Bogor:Ghalia Indonesia,2005)hlm.59
I Made Budi Ariska ,”Isu Hak Asasi Manusia dalam Penerapan Deportasi Terhadap
Tenaga Kerja Asing di Bali”,Pandecta,Vol.11.Nomor.1,2016,9.
Komnas HAM ,”Jurnal HAM” ,jurnal nasional,vol.12.Nomor.2,2011.36.
Syamsyir, Perkembangan HAM dan Keberadaan Peradilan Ham di Indonesia
(Bogor:Ghalia Indonesia,2002)hlm.28

17