3. Kompetensi dalam Pkn Paradigma Baru

Kompetensi dalam Pkn Paradigma baru
BAB I
PENDAHULUAN
1. A.

Latar Belakang

Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) meliputi aspek-aspek sebagai
berikut:
1. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan,
kebanggaan sebagai bangsa indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan
Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan.
2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga, tertib di sekolah,
norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan
peradilan internasional.
3. Hak asasi manusia meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota
masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan
perlindungan HAM.
4. Kebutuhan warganegara meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai warga

masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai
keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warganegara.
5. Konstitusi negara meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama,
Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan
kostitusi.
6. Kekuasaan dan Politik meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan daerah
dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik, Budaya
demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat
demokarasi.
7. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses
perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka. (Kurikulum KTSP 2006).
A. PENGERTIAN MAPEL PKN (KISI-KISI 20.3.1)
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan
pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan
kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter
yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

B. TUJUAN MAPEL PKN (KISI-KISI 20.3.1)


1.
2.
3.
4.

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut.
Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan
Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam
kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi
Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakterkarakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya
Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak
langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

C. CIVICS KNOWLEDGE, CIVIVS DISPOSITION, CIVIVS SKILL (KISI-KISI 20.2.1 – 20.2.3)
CCE ( Center for Civic Education ) pada tahun 1994 dalam National Standards for Civics and
Government. Ketiga komponen pokok tersebut, yaitu civic knowledge, civic skills, dan civic
dispositions ( Branson, dkk., 1999 : 8 – 25).
a.


Pengetahuan Kewarganegaraan

Pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) merupakan materi substansi yang harus
diketahui oleh warga negara. Pada prinsipnya pengetahuan yang harus diketahui oleh warga
negara berkaitan dengan hak-kewajiban /peran sebagai warga negara dan pengetahuan yang
mendasar tentang struktur dan sistem politik, pemerintahan dan sistem sosial yang ideal

1)
2)
3)
4)
5)

sebagaimana terdokumentasi dalam Pancasila dan UUD 1945, maupun yang telah menjadi
konvensi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta nilai-nilai universal dalam
masyarakat demokratis serta cara – cara kerjasama untuk mewjudkan kemajuan bersama dan
hidup berdampingan secara damai dalam masyarakat internasional.
Center for Civic Education (CEE) maupun Standardt and Civics Framwork for the 1998
National Assesment of Education (NAEP) mengajukan 5 pertanyaan yang jawabannya akan
mengarah pada substansi pengetahuan kewarganegaraan dan standar isi (content standard)

yang berupa ketrampilan kewarganegaraan (civic skills) dan karakter kewarganegaraan (civic
dispotisions). Kelima pertanyaan tersebut yaitu :
Apa kehidupan kewarganegaraan, politik, dan pemerintahan ?
Apa fondasi – fondasi sistem politik ?
Bagaimana pemerintahan dibentuk oleh konstitusi mengejawantahkan tujuan-tujuan, nilai –
nilai dan prinsip – prinsip demokrasi ?
Bagaimana hubungan negara dengan negara lain dan posisinya mengenai masalah – masalah
internasional ?
Apa peran warga negara dalam demokrasi ?

Dengan memperhatikan aspek – aspek civic knowledge seperti dikemukan dari
berbagai pandangan di atas, maka dapat dinyatakan aspek – aspek tersebut pada
dasarnya merupakan pengetahuan yang berkaitan dengan peran warga negara dalam
hidup berbangsa dan bernegara yang demokratis.

b. Ketrampilan Kewarganegaraan
Ketrampilan
kewarganegaraan (civic
skills),
merupakan

ketrampilan
yang
dikembangkan dari pengetahuan kewarganegaraan, agar pengetahuan yang diperoleh
menjadi
sesuatu yang bermakna, karena dapat dimanfaatkan dalam menghadapi masalah-masalah
kehidupan berbangsa dan bernegara. Civic skills mencakup intelectual skills (ketrampilan
intelektual) dan participation skills (ketrampilan partisipasi). Ketrampilan intelektual yang
terpenting bagi terbentuknya warga negara yang berwawasan luas, efektif dan bertanggung
jawab antara lain adalah ketrampilan berpikir kritis. Ketrampilan berpikir kritis meliputi
mengidentifikasi,
menggambarkan
/
mendeskripsikan,
menjelaskan,
menganalisis,
mengevaluasi, menentukan dan mempertahankan pendapat yang berkenaan dengan masalah
– masalah publik. Ketrampilan intelektual tampak ada upaya diakomodasi KBK
Kewarganegaraan (2004) yang secara ksplisit dinyatakan dalam Praktek Pembelajaran
Kewarganegaraan diharuskan adanya pengembangan dan penerapan cara berpikir kritis,
rasional, dan kreatif untuk mendukung kompetensi dasar. Juga dapat ditemui pada indikator,

meskipun belum memadai bahkan masih ada kemampuan “menyebutkan” sebagai sesuatu
kemampuan yang sangat rendah dan tidak termasuk dalam kategori berpikir kritis masih
digunakan.
Pentingya ketrampilan partisipasi dalam demokrasi telah digambarkan oleh Aristoteles
dalam bukunya Politics (340) (dalam Branson, dkk., 1999 : 4). Aristoteles menyatkan , “Jika
kebebasan dan kesamaan sebagaimana menurut sebagaian pendapat orang dapat diperoleh
terutama dalam demokrasi, maka kebebasan dan kesamaan itu akan dapat dicapai apabila
semua orang tanpa kecuali ikut ambil bagian sepenuhnya dalam pemerintahan”. Dengan kata
lain cita – cita demokrasi dapat diwujudkan dengan sesungguhnya bila setiap warga negara
dapat
berpartisipasi
dalam
pemerintahannya.
Sedangkan
ketrampilan
partisipasi
meliputi :
berinteraksi, memantau, dan mempengaruhi.

Tabel 1. Ketrampilan Kewarganegaraan : Komponen Ketrampilan Intelektual

UNSUR KETRAMPILAN INTELEKTUAL WARGA NEGARA
1.

Mengidentifikasi (menandai/menunjukkan) dibedakan menjadi ketrampilan :
Membedakan;
Mengkelompokkan/mengklasifikasikan
Menentukan bahwa sesuatu itu asli.

2. Menggambarkan (memberikan uraian / ilustrasi), misalnya tentang :

Proses;
Lembaga;
Fungsi;
Alat;
Tujuan;
Kualitas;

3. Menjelaskan (mengklarifikasi / menafsirkan), misalnya tentang:
Sebab-sebab terjadinya suatu peristiwa;


Makna dan pentingnya peristiwa atau ide;
 Alasan bertindak;

4. Menganalisis, misalnya tentang kemampuan menguraikan:
Unsur – unsur atau komponen-komponen ide (gagasan), proses politik, institusi-nstitusi;
Konsekuensi dari ide, proses politik, institusi – institusi;
Memilah mana yang merupakan cara dengan tujuan, mana yang merupakan fakta dan
pendapat; mana yang merupakan tanggungjawab pribadi dan mana yang merupakan
tanggungjawab publik.
5. Mengevaluasi pendapat/posisi : menggunakan kriteria/standar untuk membuat
keputusan tentang:
kekuatan dan kelemahan isue / pendapat;
 menciptkan pendapat baru.

6. Mengambil pendapat/posisi :

 dari hasil seleksi berbagai posisi;
 membuat pilihan baru;
7. Mempertahankan pendapat/posisi:


mengemukakan argumentasi berdasarkan asumsi atas posisi yang dipertahankan /diambil /
dibela;
merespons posisi yang tidak disepakati.

Sumber : Diolah dari Center for Civic Education (1994). National Standard for Civics and
Government, p. 1-5.

Sedangkan ketrampilan kewarganegaraan komponen ketrampilan partisipasi warga
negara dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2. Ketrampilan Kewarganegaraan : Komponen Ketrampilan Partisipasi
UNSUR KETRAMPILAN PARTISIPASI WARGA NEGARA

11.Berinteraksi (termasuk berkomunikasi tentunya) terhadap obyek yang berkaitan
dengan masalah – masalah publik, yang termasuk dalam ketrampilan ini, al.:
bertanya, menjawab, berdiskusi dengan sopan santun;
menjelaskan artikulasi kepentingan;
membangun koalisi, negoisasi, kompromi
mengelola konflik secara damai;
mencari konsensus.
2.Memantau/memonitor masalah politik dan pemerintahan terutama dalam

penanganan persoalan-persoalan publik ,yang termasuk ketrampilan ini al. :
Menggunakan berbagai sumber informasi seperti perpustakaan, surat kabar, TV, dll
untuk mengetahui persoalan-persoalan publik;
Upaya mendapatkan informasi tentang persoalan publik dari kelompok – kelompok
kepentingan, pejabat pemerintah, lembaga-lembaga pemerintah. Misalnya dengan
cara menghadiri berbagai pertemuan publik seperti : pertemuan organisasi siswa,
komite sekolah, dewan sekolah, pertemuan desa/BPD, pertemuan wali kota, LSM, dan
organisasi kemasyarakatan lainnya.
3.Mempengaruhi proses politik, pemerintah baik secara formal maupun informal,
yang termasuk ketrampilan ini al.:
Melakukan simulasi tentang kegiatan : kampanye, pemilu, dengar pendapat di
DPR/DPRD, pertemuan wali kota, lobby, peradilan;
Memberikan suara dalam suatu pemilihan;
Membuat petisi;
Melakukan pembicaraan/memberi kesaksian di hadapan lembaga publik;
Bergabung atau bekerja dalam lembaga advokasi untuk memperjuangkan tujuan
bersama atau pihak lain;
Meminta atau menyediakan diri untuk menduduki jabatan tertentu.

Sumber : Diolah dari Center for Civic Education (1994). National Standard for Civics and

Government, p. 127-135.
c.

Karakter Kewarganegaraan
Karakter kewarganegaraan (civic dispositions), merupakan sifat – sifat yang harus
dimiliki setiap warga negara untuk mendukung efektivitas partisipasi politik, berfungsinya
sistem politik yang sehat, berkembangnya martabat dan harga diri dan kepentingan umum.
Dalam KBK Kewarganegaraan (2003) tentang karakter kewarganegaraan belum dikembangkan
secara baik dan lengkap. Dikatakan demikian, karena karakter kewarganegaraan belum
terumuskan pada setiap kompetensi dasar, hasil belajar maupun indikatornya. Begitu pula
meskipun telah disentuh karakter publik (misalnya : mematuhi perundang – undangan

nasional; mengapresiasi dinamika politik Indonesia ) namun karakter publik yang kritis
terhadap undang – undang maupun terhadap sistem politik maupun rejim tampak kurang
diperhatikan padahal hal ini sangat penting dalam masyarakat demokratis. Supaya segala
produk undang – undang sejalan dengan aspirasi dan di bawah kontrol masyarakat. Sehingga
misalnya dalam praktek pembelajaran kewarganegaraan perlu dimasukkan karakter publik
yang berupa “Mengembangkan fungsi demokrasi konstitusional yang sehat “.
Sedangkan untuk karakter privat dalam KBK juga nasibnya sama dengan karakter
publik. Misalnya, karakter privat ini dapat dipahami dengan rumusan “membiasakan diri
mengemukakan pendapat secara benar dan bertanggung jawab”, “membiasakan diri
melaksanakan budaya demokrasi di lingkungan masyarakat”. Dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara dalam kondisi transisional dan sangat dinamis, dimana antara fakta dan isu; benar
dan salah cenderung berkembang menjadi kabur (absurd)atau “dikaburkan”maka karakter
Oleh karena itu ciri-ciri watak/karakter privat (pribadi) dan karakter publik (kemasyarakatan)
yang utama meliputi :
1) Menjadi anggota masyarakat yang independen (mandiri).
Karakter ini merupakan kepatuhan secara suka rela terhadap peraturan yang berlaku dan
bertanggungjawab atas segala konsekuensi yang timbul dari perbuatannya serta menerima
kewajiban moral dan legal dalam masyarakat demokratis.
2) Memenuhi tanggungjawab personal kewarganegaraan di bidang ekonomi dan
politik.
Yang termasuk karakter ini, al. :

Mengurus diri sendiri;

Memberi nafkah /menopang keluarga;

Merawat , mengurus dan mendidik anak;

Mengikuti informasi tentang isue-isue publik;

Memberikan suara (voting);

Membayar pajak;

Menjadi saksi di pengadilan;

Meberikan pelayanan kepada masyarakat;

Melakukan tugas kepemimpinan sesuai dengan bakat dan kemampuang sendiri/masingmasing.
3) Menghormati harkat dan martabat kemanusiaan tiap individu.
Yang termasuk karakter ini, al. :

mendengarkan pendapat orang lain;

berperilaku santun (bersikap sopan);

menghargai hak dan kepentingan sesama warganegara;

mematuhi prinsip aturan mayoritas, namun tetap menghargai hak minoritas untuk berbeda
pendapat.
4) Berpartisipasi dalam urusan-urusan kewarganegaraan secara bijaksana dan
efektif.
Karakter ini menghendaki pemilikan informasi yang luas sebelum memberikan suara (voting)
atau berpartisipasi dalam debat publik, keterlibatan dalam diskusi yang santun dan serius, dan
memegang kendali kepemimpinan yang sesuai. Juga menghendaki kemampuan membuat
evaluasi kapan saatnya kepentingan pribadi sebagai warga negara dikesampingkan demi
kepentingan umum dan kapan seseorang karena kewajibannya atau prinsip-prinsip
konstitusional untuk menolak tuntutan-tuntutan kewarganegaraan tertentu. Sifat – sifat
warganegara yang dapat menunjang karakter berpartisipasi dalam urusan-urusan
kewarganegaraan (publik) diantaranya:
a) Keberadaban (civility), yang termasuk sifat ini al. :
 menghormati orang lain;
 menghormati pendapat orang lain meskipun tidak sepaham;
 mendengarkan pandangan orang lain;
 menghindari argumentasi yang bermusuhan, sewenang- wenang, emosional dan tidak masuk
akal;
b) Menghormati hak – hak orang lain, yang termasuk sifat ini al. :
 menghormati hak orang lain bahwa mereka memiliki suara yang sama dalam pemerintahan dan
sama di mata hukum;
 menghormati hak orang lain untuk memegang dan menganjurkan gagasan yang bermacam dan
bekerjasama dalam suatu asosiasi untuk memajukan pandangan-pandangan mereka.
c) Menghormati hukum, yang termasuk sifat ini al.:
 berkemauan mematuhi hukum, bahkan ketika ia tidak menyepakatinya;
 berkemauan melakukan tindakan dengan cara-cara damai dan legal untuk mengubah hukum
yang tidak arif dan adil;
d) Jujur : berkemauan untuk memelihara dan mengekspresikan kebenaran.
e) Berpikiran terbuka : yaitu mempertimbangkan pandangan orang lain.
f) Berpikir kritis : yaitu kehendak hati untuk mempertanyakan keabsahan/kebenaran berbagai
macam posisi termasuk posisi dirinya.
g) Bersedia melakukan negoisasi dan berkompromi : yaitu kesediaan untuk membuat
kesepakatan dengan orang lain meskipun terdapat perbedaan yang sangat tajam/mendalam,
sejauh hal itu dinilai rasional dan adanya pembenaran secara moral untuk melakukannya.

h)

Ulet / tidak mudah putus asa : yaitu kemauan untuk mencoba berulang-ulang untuk meraih
suatu tujuan.
i) Berpikiran kewarganegaraan : yaitu memiliki perhatian dan kepedulian terhadap urusan –
urusan publik/kemasyarakatan.
j) Keharuan/memiliki perasaan kasihan : yaitu mempunyai kepedulian agar orang lain
hidupnya lebih baik, khususnya terhadap mereka yang tidak beruntung.
k) Patriotisme : memiliki loyalitas terhadap nilai – nilai demokrasi konstitusional.
l) Keteguhanhati: kuat untuk tetap pada pendiriannya, ketika kata hati menuntutnya.
m) Toleran terhadap ketidak pastian: yaitu kemampuan untuk menerima ketidak pastian yang
muncul, karena ketidak cukupan pengetahuan atau pemahaman tentang isu-isu yang komplek
atau tentang ketegangan antara nilai-nilai fondamental dengan prinsip-prinsip.
5) Mengembangkan fungsi demokrasi konstitusional yang sehat.
Karakter ini mengarahkan warganegara agar bekerja dengan cara-cara damai dan legal dalam
rangka mengubah undang-undang yang dianggap tidak adil dan bijaksana. Yang termasuk
dalam karakter ini, al. :

Sadar informasi dan kepekaan terhadap urusan-urusan publik;

Melakukan penelaahan terhadap nilai-nilai dan prinsip – prinsip konstitusional;

Memonitor keputusan para pemimpin politik dan lembaga-lembaga publik dalam penerapan
nilai-nilai dan prinsip-prinsip konstitusional dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan
apabila terdapat kekurangannya.

D. PERENCANAAN PROSES PEMBELAJARAN Permendiknas No:41/2007 (Kisi-kisi 4.14.6)

1.
2.

3.
4.

Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK),
kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar,
alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan
sumber belajar.
A. Silabus
Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata pelajaran atau tema
pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian
kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus dikembangkan oleh satuan
pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi lulusan (SK l), serta panduan
penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam pelaksanaannya,
pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok
dalam sebuah sekolah/madrasah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP) atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan. Pengembangan
silabus disusun di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang
pendidikan untuk SD dan SMP, dan dinas provinsi yang bertanggung jawab di bidang pen
didikan untuk SMA dan SMK, serta departemen yang menangani urusan pemerintahan di
bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK.
B. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam
upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara
lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau
lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan
penjadwalan di satuan pendidikan.
Komponen RPP adalah :
Identitas mata pelajaran
Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester, program/program
keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan.
Standar kompetensi
Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang
menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan
dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran.
Kompetensi dasar
Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata
pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran.
Indikator pencapaian kompetensi
Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk
menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata
pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja
operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan
keterampilan.

5. Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh
peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
6. Materi ajar
Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam
bentuk butir butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.
7. Alokasi waktu
Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar.
8. Metode pembelajaran
Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang
telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi
peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai
pada setiap mata pelajaran. Pendekatan pembelajaran tematik digunakan untuk peserta didik
kelas 1 sampai kelas 3 SD/MI.
9. Kegiatan pembelajaran
a. Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang
ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
b. Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran
dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi.
c. Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang
dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan
balik, dan tindak lanjut.
10. Penilaian hasil belajar
Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator
pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.
11. Sumber belajar
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar,
serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.
C. Prinsip-prinsip Penyusunan RPP
1. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik
RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat
intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar,
kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau
lingkungan peserta didik.
2. Mendorong partisipasi aktif peserta didik
Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong
motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar.
3. Mengembangkan budaya membaca dan menulis
Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman
beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
4. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut
RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan
remedi.
5. Keterkaitan dan keterpaduan
RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan
sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan
mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek
belajar, dan keragaman budaya.
6. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara
terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.
III. PELAKSANAAN PROSES
PEMBELAJARAN
A. Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran
1. Rombongan belajar
Jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan belajar adalah:
a. SD/MI : 28 peserta didik
b. SMP/MT : 32 peserta didik

a.
b.
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.

a.
b.
c.
d.

1)
2)
3)
4)
5)
1)
2)
3)
4)

c. SMA/MA
: 32 peserta didik
d. SMK/MAK : 32 peserta didik
2. Beban kerja minimal guru
beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta
melaksanakan tugas tambahan;
beban kerja guru sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas adalah sekurang kurangnya
24 (dua puluh empat) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.
2. Buku teks pelajaran
buku teks pelajaran yang akan digunakan oleh sekolah/madrasah dipilih melalui rapat guru
dengan pertimbangan komite sekolah/madrasah dari buku- buku teks pelajaran yang
ditetapkan oleh Menteri;
rasio buku teks pelajaran untuk peserta didik adalah 1 : 1 per mata pelajaran;
selain buku teks pelajaran, guru menggunakan buku panduan guru, buku pengayaan, buku
referensi dan sumber belajar lainnya;
guru membiasakan peserta didik menggunakan bukubuku dan sumber belajar lain yang ada
di perpustakaan sekolah/madrasah.
3. Pengelolaan kelas
guru mengatur tempat duduk sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata
pelajaran, serta aktivitas pembelajaran yang akan dilakukan;
volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harus dapat didengar
dengan baik oleh peserta didik;
tutur kata guru santun dan dapat dimengerti oleh peserta didik;
guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan belajar peserta didik;
guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, keselamatan, dan kepatuhan pada
peraturan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran;
guru memberikan penguatan dan umpan balik ter hadap respons dan hasil belajar peserta didik
selama proses pembelajaran berlangsung;
guru menghargai peserta didik tanpa memandang latar belakang agama, suku, jenis kelamin,
dan status sosial ekonomi;
guru menghargai pendapat peserta didik;
guru memakai pakaian yang sopan, bersih, dan rapi;
pada tiap awal semester, guru menyampaikan silabus mata pelajaran yang diampunya; dan
guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan waktu yang dijadwalkan.
B. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan
pembelajaran
merupakan
implementasi dari RPP. Pelaksanaan
pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
1. Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran;
mengajukan pertanyaanpertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi
yang akan dipelajari;
menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai;
menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.
2. Kegiatan Inti
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan
sec ara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik
dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
a. Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi
yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari
aneka sumber;
menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar
lain;
memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan
guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
b. Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugastugas tertentu
yang bermakna;
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain lain untuk memunculkan
gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak
tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;

5) memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar;
6) memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun
tertulis, secara individual maupun kelompok;
7) memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
8) memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang
dihasilkan;
9) memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa
percaya diri peserta didik.
c. Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
1)
memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat,
maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
2) memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai
sumber,
3)
memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang
telah dilakukan,
4) memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai
kompetensi dasar:
a)
berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik
yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar;
b) membantu menyelesaikan masalah;
c) memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi;
d) memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;
e) memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.
3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
a.
bersama sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan
pelajaran;
b.
melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara
konsisten dan terprogram;
c. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
d. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan,
layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai
dengan hasil belajar peserta didik;
e. menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
IV. PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN
Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat
pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan
kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran.
Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram dengan menggunakan tes
dan nontes dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian
hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, portofolio, dan penilaian diri. Penilaian hasil
pembelajaran menggunakan Standar Penilaian Pendidikan dan Panduan Penilaian Kelompok
Mata Pelajaran.
V. PENGAWASAN PROSES PEMBELAJARAN
A. Pemantauan
1. Pemantauan proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian hasil pembelajaran.
2. Pemantauan dilakukan dengan cara diskusi kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan,
perekaman, wawancara, dan dokumentasi.
3. Kegiatan pemantauan dilaksanakan oleh kepala dan pengawas satuan pendidikan.
B. Supervisi
Supervisi proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
hasil pembelajaran.
2.
Supervisi pembelajaran diselenggarakan dengan cara pemberian contoh, diskusi, pelatihan,
dan konsultasi.
3. Kegiatan supervisi dilakukan oleh kepala dan pengawas satuan pendidikan.
1

C. Evaluasi
Evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk menentukan kualitas pembelajaran secara
keseluruhan, mencakup tahap perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran.
2. Evaluasi proses pembelajaran diselenggarakan dengan cara:
a.
membandingkan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan standar proses,
b. mengidentifikasi kinerja guru dalam proses pembelajaran sesuai dengan kompetensi guru.
3. Evaluasi proses pembelajaran memusatkan pada keseluruhan kinerja guru dalam proses
pembelajaran.
D. Pelaporan
1.

Hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses pembelajaran dilaporkan kepada
pemangku kepentingan.
E. Tindak lanjut
1. Penguatan dan penghargaan diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar.
2. Teguran yang bersifat mendidik diberikan kepada guru yang belum memenuhi standar.
3. Guru diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan/penataran lebih lanjut.

E. KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK (Kisi-kisi 1.1. atau 1.1.1 sd 1.1.6)
Peserta didik adalah manusia dengan segala fitrahnya. Mereka mempunyai perasaan dan
pikiran serta keinginan atau aspirasi. Mereka mempunyai kebutuhan dasar yang perlu dipenuhi
(pangan, sandang, papan), kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan untuk mendapatkan
pengakuan, dan kebutuhan untuk mengaktualisasi dirinya (menjadi dirinya sendiri sesuai
dengan potensinya).
Dalam tahap perkembangannya, siswa SMP berada pada tahap periode perkembangan yang
sangat pesat, dari segala aspek. Berikut ini disajikan perkembangan yang sangat erat
kaitannya dengan pembelajaran, yaitu perkembangan aspek kognitif, psikomotor, dan afektif.
1.

Perkembangan Aspek Kognitif
Menurut Piaget (1970), periode yang dimulai pada usia 12 tahun, yaitu yang lebih kurang sama
dengan usia siswa SMP, merupakan ‘period of formal operation’. Pada usia ini, yang
berkembang pada siswa adalah kemampuan berfikir secara simbolis dan bisa memahami
sesuatu secara bermakna (meaningfully) tanpa memerlukan objek yang kongkrit atau bahkan
objek yang visual. Siswa telah memahami hal-hal yang bersifat imajinatif.

Pada tahap perkembangan ini juga berkembang ketujuh kecerdasan dalam Multiple
Intelligences yang dikemukakan oleh Gardner (1993), yaitu: (1) kecerdasan linguistik
(kemampuan berbahasa yang fungsional), (2) kecerdasan logis-matematis (kemampuan
berfikir runtut), (3) kecerdasan musikal (kemampuan menangkap dan menciptakan pola nada
dan irama), (4) kecerdasan spasial (kemampuan membentuk imaji mental tentang realitas), (5)
kecerdasan kinestetik-ragawi (kemampuan menghasilkan gerakan motorik yang halus), (6)
kecerdasan intra-pribadi (kemampuan untuk mengenal diri sendiri dan mengembangkan rasa
jati diri), kecerdasan antar pribadi (kemampuan memahami orang lain).
2. Perkembangan Aspek Psikomotor
Aspek psikomotor merupakan salah satu aspek yang penting untuk diketahui oleh guru.
Perkembangan aspek psikomotor juga melalui beberapa tahap. Tahap-tahap tersebut antara
lain:
a. Tahap kognitif
Tahap ini ditandai dengan adanya gerakan-gerakan yang kaku dan lambat. Ini terjadi karena
siswa masih dalam taraf belajar untuk mengendalikan gerakan-gerakannya. Dia harus berpikir
sebelum melakukan suatu gerakan. Pada tahap ini siswa sering membuat kesalahan dan
kadang-kadang terjadi tingkat frustasi yang tinggi.
b. Tahap asosiatif
Pada tahap ini, seorang siswa membutuhkan waktu yang lebih pendek untuk memikirkan
tentang gerakan-gerakannya. Dia mulai dapat mengasosiasikan gerakan yang sedang
dipelajarinya dengan gerakan yang sudah dikenal. Tahap ini masih dalam tahap pertengahan
dalam perkembangan psikomotor. Oleh karena itu, gerakan-gerakan pada tahap ini belum
merupakan gerakan-gerakan yang sifatnya otomatis. Pada tahap ini, seorang siswa masih
menggunakan pikirannya untuk melakukan suatu gerakan tetapi waktu yang diperlukan untuk
berpikir lebih sedikit dibanding pada waktu dia berada pada tahap kognitif. Dan karena waktu
yang diperlukan untuk berpikir lebih pendek, gerakan-gerakannya sudah mulai tidak kaku.
c. Tahap otonomi
Pada tahap ini, seorang siswa telah mencapai tingkat otonomi yang tinggi. Proses belajarnya
sudah hampir lengkap meskipun dia tetap dapat memperbaiki gerakan-gerakan yang
dipelajarinya. Tahap ini disebut tahap autonomi karena siswa sudah tidak memerlukan
kehadiran instruktur untuk melakukan gerakan-gerakan. Pada tahap ini, gerakan-gerakan telah
dilakukan secara spontan dan oleh karenanya gerakan-gerakan yang dilakukan juga tidak
mengharuskan pembelajar untuk memikirkan tentang gerakannya.
3. Perkembangan Aspek Afektif
Keberhasilan proses pembelajaran juga ditentukan oleh pemahaman tentang perkembangan
aspek afektif siswa. Ranah afektif tersebut mencakup emosi atau perasaan yang dimiliki oleh

1.
2.
3.
4.
5.
6.

setiap peserta didik. Bloom (Brown, 2000) memberikan definisi tentang ranah afektif yang
terbagi atas lima tataran afektif yang implikasinya dalam siswa SMP lebih kurang sebagai
berikut: (1) sadar akan situasi, fenomena, masyarakat, dan objek di sekitar; (2) responsif
terhadap stimulus-stimulus yang ada di lingkungan mereka; (3) bisa menilai; (4) sudah mulai
bisa mengorganisir nilai-nilai dalam suatu sistem, dan menentukan hubungan di antara nilainilai yang ada; (5) sudah mulai memiliki karakteristik dan mengetahui karakteristik tersebut
dalam bentuk sistem nilai.
Pemahaman terhadap apa yang dirasakan dan direspon, dan apa yang diyakini dan diapresiasi
merupakan suatu hal yang sangat penting dalam teori pemerolehan bahasa kedua atau bahasa
asing. Faktor pribadi yang lebih spesifik dalam tingkah laku siswa yang sangat penting dalam
penguasaan berbagai materi pembelajaran, yang meliputi:
Self-esteem, yaitu penghargaan yang diberikan seseorang kepada dirinya sendiri.
Inhibition, yaitu sikap mempertahankan diri atau melindungi ego.
Anxiety (kecemasan), yang meliputi rasa frustrasi, khawatir, tegang, dsbnya.
Motivasi, yaitu dorongan untuk melakukan suatu kegiatan.
Risk-taking, yaitu keberanian mengambil risiko.
Empati, yaitu sifat yang berkaitan dengan pelibatan diri individu pada perasaan orang lain.

F. PRINSIP-PRINSIP PENILAIAN PKN (kisi-kisi 8.1.1 sd 8.1.2)
C. Prinsip Penilaian
Prinsip penilaian me ngacu pada standar penilaian pendidikan jenjang
pendidikan dasar dan m e nengah. Prinsip tersebut m e ncakup:
1. Valid dan reliabel, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan
yang diukur. Oleh karena itu, instrumen yang digunakan perlu disusun melalui prosedur
sebagaimana dijelaskan dalam panduan agar memiliki bukti kesahihan dan keandalan.
2. Objektif, berarti penilaian didasa rkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi
subjektivitas penilai. Oleh karena itu, pendidik me nggunakan rubrik atau pedoman dalam
memberikan skor terhadap jawaban peserta didik atas butir soal uraian dan tes praktik atau
kinerja sehingga dapat meminimalkan subjektivitas pendidik.
3. Adil , berarti penilaian tidak m e nguntungkan atau merugikan peserta didik karena
berkebutuhan khusus serta pe rbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat,
status sosial ekonomi, dan gender. Faktor-f aktor tersebut tidak relevan di dalam penilaia n,
oleh karena itu perlu dihindari agar tidak berpengaruh terhadap hasil penilaian.
4.
Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik me rupakan salah satu komponen kegiatan
pembelajaran. Dalam hal ini hasil penilaian benar-benar dijadikan dasar untuk me mper baiki
proses pembelajaran. Jika hasil penilaian menunjukka n banyak peserta didik yang gagal,
seme ntara instrumen yang digunakan sudah me me nuhi syarat, maka itu dapat berarti bahwa
proses pembelajaran tidak berlangsung dengan baik. Dalam hal demikian, pendidik harus
memperbaiki rencana dan/atau pelaksanaan pem belajarannya.
5. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriter ia penilaian, dan dasar pengam bilan keputusan
dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu, pendidik menginformasikan
prosedur dan kriteria penilaian kepada peserta didik. Selain itu, pihak yang berkepen tingan
dapat me ngakses prosedur dan kriteria penilaian serta dasar penilaian yang digunakan.
6. Menyeluruh dan berkesinambungan , berarti penilaian mencakup semua aspek kompetensi
dengan me nggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk me ma ntau
perkembangan kemam puan pe serta didik. Oleh karena itu, penilaian bukan semata-mata
untuk menilai prestasi peserta didik me lainkan harus mencakup semua aspek hasil belajar
untuk tujuan pembimbingan dan pembinaan.
7. Sistematis, berarti penilaian dilakukan seca ra berencana dan bertahap dengan mengikuti
langkah-langkah baku. Oleh karena itu, penilaian dirancang dan dilakukan dengan mengikuti
prosedur dan prinsip-prinsip yang ditetapkan. Dalam penilaian kelas, misalnya, guru mata
pelajaran pendidikan kewarganegaraan menyiapkan rencana penilaian bersamaan dengan
menyusun silabus dan RPP.
8. Beracuan kriteria , berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kom petensi yang
ditetapkan. Oleh karena itu, instrume n penilaian disusun dengan merujuk pada kompetensi
(SKL, SK, dan KD). Selain itu, pengambilan keputusan didasarkan pada kriteria pencapaian
yang telah ditetapkan.

9. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur,
maupun hasilnya. Oleh karena itu, penilaian dilakukan dengan me ngikuti prinsip-prinsip
keilm uan dalam penilaian dan keputusan yang diambil memiliki dasar yang objektif.
Menyambut bergulirnya era demokratisasi banyak orang berharap pada dunia pendidikan yang
semakin baik dan bermutu pada setiap negara. Karena demokrasi tidak dapat terlaksana secara
alamiah tanpa ditunjang oleh proses pendidikan untuk menyiapkan anak didik menjadi warga negara
yang demokratis, untuk menegakkan dan mengembangkan demokrasi.
John J. Patrick, salah seorang pakar civic education dari Amerika Serikat mengatakan, untuk
mengembangkan dan mempertahankan demokrasi, sekolah harus mendidik generasi muda untuk

memahami dan mempraktikkan prinsip-prinsip demokrasi. (Bahmuller dan John Patrick : 1988 dalam
…) Untuk itu pendidikan yang mendukung proses demokratisasi mutlak diperlukan.
International commision of yurist dalam konferensi di Bangkok tahun 1965 (Budiardjo : 1988 dalam
…) mengemukakan syarat dasar terlaksananya pemerintahan demokratis berdasarkan rule of law
sebagai berikut :
1)
Perlindungan konstitusional
2)
Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak
3)
Pemilihan umum yang bebas
4)
Kebebasan menyatakan pendapat
5)
Kebebasan berserikat, berorganisasi, dan beroposisi
6)
Pendidikan kewarganegaraan
Bila diperhatikan, indikator yang dikemukakan terakhir menunjukkan bahwa pendidikan
kewarganegaraan merupakan salah satu syarat sistem pemerintahan demokrasi. Pendapat ini sangat
beralasan karena sebagaimana dikemukakan oleh Thomas Jefferson, penulis Declaration of
Independence dan presiden Amerika Serikat ketiga, bahwa pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
warga negara yang demokratis tidak muncul secara alamiah, tetapi harus diajarkan secara sadar
melalui sekolah kepada setiap generasi.
(Cogan : 1999)
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa pendidikan kewarganegaraan (civic education)
mempunyai peranan penting untuk mempersiapkan warga negara yang demokratis untuk mendukung
dan mengembangkan sistem politik yang demokratis.
Munculnya gerakan reformasi yang bermuara pada proses demokratisasi di Indonesia memberi
peluang untuk menyusun dan mengembangkan konsep dan kurikulum pendidikan kewarganegaraan
yang berorientasi akademik ilmiah untuk mempersiapkan warganegara demokratis dalam
menghadapi era demokratisasi. Survey nasional yang diadakan Centre for Indonesian Civic
Education bekerjasama dengan USIS tahun 2000 merekomendasikan penyusunan dan pengembangan
pendidikan kewarganegaraan sesuai dengan paradigma baru sebagai berikut:
1)
Kurikulum pendidikan kewarganegaraan harus didasarkan pada pendekatan ilmiah.
2)
Peranan pendidikan kewarganegaraan harus dapat memberdayakan rakyat dan membekali
mereka dengan kemampuan dan karaktristik sebagai warganegara yang baik.
3)
Metode pengajaran pendidikan kewarganegaraan harus mampu mengembangkan kemampuan
siswa untuk berfikir kritis, mengambil keputusan dan menciptakan suasana dialogis diantara siswa.
4)
Kurikulum pendidikan kewarganegaraan harus mampu memperkuat nilai-nilai warganegara
yang demokratis. Karena itu guru perlu diberikan training yang komplit dan komprehensif untuk
mengatasi indoktrinasi.
5)
Pendidikan kewarganegaraan harus memegang peranan penting dalam
mengembangkan Nation and Character Building dan mampu mewujudkan masyarakat yang
demokratis (Civil Society).
Pusat kurikulum Balitbang Depdiknas dewasa ini telah menyusun dan mengembangkan kurikulum
tingkat satuan pendidikan kewarganegaraan yang baru sebagai respon dalam menghadapi perubahan
masyarakat Indonesia yang mengalami proses demokratisasi.
Adapun tujuan mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan itu antara lain :
1)
Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menghadapi isu kewarganegaraan.
2)
Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggungjawab, dan bertindak secara cerdas dalam
kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
3)
Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter
masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
4)
Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak
langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Menyimak tujuan dari mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di atas, maka Pendidikan
Kewarganegaraan memiliki dan sejalan dengan tiga fungsi pokok pendidikan kewarganegaraan
sebagai wahana pengembangan warganegara yang demokratis yakni
1. mengembangkan kecerdasan warganegara (civic intellegence),
2. membina tanggung jawab warganegara (civic responsibility) dan
3. mendorong partisipasi warganegara (civic participation).
Tiga kompetensi warganegara ini sejalan pula dengan tiga komponen pendidikan kewarganegaraan
yang baik yaitu pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), ketrampilan kewarganegaraan
(civic skills), dan karakter kewarganegaraan (civic dispositions) (Branson. 1998).
Untuk mengembangkan tiga komponen PKn diperlukan berbagai macam metode dan teknik
pembelajaran dalam PKn. Kemampuan dalam menggunakan berbagai metode dan teknik
pembelajaran akan berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa, baik keberhasilan dalam ranah
kognitif, psikomotor maupun afektif. Sehingga tujuan pembelajaran PKn juga dapat tercapai.
Komponen yang hendak dikembangkan dalam mata pelajaran PKn meliputi
pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge),
keterampilan kewarganegaraan (civic skill) dan
karakter kewarganegaraan (civic disposition) beserta metode pembelajaran Pkn inilah yang akan di
makalah ini.
1. B.
a.

Rumusan Masalah
Apa saja kompetensi dalam PKn paradigma baru?

b.
1. C.
a.
b.

Apa saja metode yang digunakan dalam pembelajaran PKn?
Tujuan
Untuk menjelaskan kompetensi dalam PKn paradigma baru.
Untuk menjelaskan metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran PKn.

BAB II
PEMBAHASAN
1.

Kompetensi mata pelajaran PKn
a. Civic knowledge, civic skill dan civic disposition

1)

Civic knowledge (Pengetahuan kewarganegaraan)
1. Pengertian civic knowledge
Civic knowledge adalah materi substansi atau pengetahuan yang berkaitan dengan
kandungan atau nilai apa yang seharusnya diketahui oleh warga negara.
Komponen pengetahuan kewarganegaraan ini diwujudkan dalam bentuk lima pertanyaan
penting yang secara terus menerus harus diajukan sebagai sumber belajar PKn (Branson,
1998:9).
Lima pertanyaan dimaksud adalah:
1) Apa kehidupan kewarganegaraan, politik, dan pemerintahan?
2) Apa dasar-dasar sistem politik?
3) Bagaimana pemerintahan yang dibentuk oleh konstitusi mengejawantahkan tujuan-tujuan,
nilai-nilai, dan prinsip-prinsip demokrasi?
4) Bagaimana hubungan antara suatu negara dengan negara-negara lain dan posisinya
dalam masalah-masalah internasional?
5) Apa peran warga negara dalam demokrasi?
1. Kompetensi civic knowledge
Kompetensi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) mencakup bidang politik,
hukum, dan moral.
Adapun unsur pengetahuan kewarganegaraan dapat dilihat pada
tabel 1.
Tabel 1.
Unsur pengetahuan warga negara
UNSUR PENGETAHUAN WARGA NEGARA
1. Politik :
a.
Manusia sebagai zoon politikon (makhluk sosial)
b.
Proses terbentuknya masyarakat politik
c.
Proses terbentuknya bangsa
d.
Asal usul negara
e.
Unsur-unsur negara, tujuan negara, dan bentuk-bentuk negara
f.
Kewarganegaraan
g.
Lembaga politik
h.
Model-model sistem politik
i.
Lembaga-lembaga Negara
j.
Demokrasi Pancasila
k.
Globalisasi
2. Hukum :
a. Rule of law (Negara Hukum)
b. Konstitusi
c. Sistem hukum
d. Sumber hukum
e. Subyek hukum, obyek hukum, peristiwa hukum, dan sanksi hukum
f. Pembidangan hukum
g. Proses hukum
h. Peradilan
3. Moral :
a.
Pengertian nilai, norma, dan moral
b.
Hubungan antara nilai, norma dan moral
c.
Sumber-sumber ajaran moral
d.
Norma-norma dalam masyarakat
e.
Implementasi nilai-nilai moral Pancasila
Dengan demikian, mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan bidang kajian
multidisipliner.
1. Pentingya komponen civic knowledge

Pentingnya komponen pengetahuan kewarganegaraan yaitu untuk membekali peserta didik
agar dapat menjadi warga negara yang demokratis dengan menguasai sejumlah
pengetahuan, antara lain :
a. Memahami tujuan pemerintahan dan prinsip-prinsip dasar konstitusi pemerintahan
Republik Indonesia.
b. Mengetahui struktur, fungsi dan tugas pemerintahan daerah dan nasional serta bagaimana
keterlibatan warganegara membentuk kebijakan publik.
c. Mengetahui hubungan negara dan bangsa Indonesia dengan negara-negara dan bangsa
lain serta masalah-masalah dunia dan/atau internasional.
2)

Civic skill (Keterampilan kewarganegaraan)
1. Pengertian civic skill
Civic skill merupakan keterampilan yang dikembangkan dari pengetahuan kewarganegaraan
agar pengetahuan yang diperoleh menjadi sesuatu yang bermakna karena dapat
dimanfaatkan dalam menghadapi masalah-masalah dalam bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
2. Kompetensi civic skill
a.
Keterampilan intelektual
Keterampilan intelektual penting bagi terbentuknya warga negara yang berwawasan luas,
efektif, dan bertanggung jawab. Keterampilan itu antara lain mengidentifikasi dan
mendeskripsikan, menjelaskan dan menganalis, mengevaluasi menentukan dan
mempertahankan sikap atau p