Materi Hukum Pidana Internasional Sem. V

Materi Hukum Pidana Internasional (Sem. V)
I. PERKEMBANGAN HUKUM PIDANA INTERNASIONAL.

Hukum pidana internasional mulai berkembang sejak berakhirnya
perang dunia ke II, yaitu ketika proses peradilan terhadap perwira militer
Jerman pada tahun 1946 dan proses peradilan terhadap perwira militer
jepang pada tahun 1948.

Proses peradilan tersebut diakui oleh resolusi perserikatan bangsa-bangsa
menjadi suatu bagian dari aplikasi prinsif-prinsif hukum pidana internasional.
Dan memiliki arti penting yang khusus dalam perkembangan
hukum internasional yaitu mengakui bahwa yang menjadi subyek hukum
pidana internasional adalah individu dan negara, sedangkan arti penting
dalam perkembangan hukum Pidana nasional adalah di kesampingkanya
asas legalitas atau asas undang-undang tidak berlaku surut, dan di
kesampingkan alasan atas perintah atasan, hal ini menunjukkan bahwa asasasas atau prinsip-prinsip yang di anut dala hukum pidana nasional dalam
hal-hal tertentu dapat di batasi oleh praktek hukum pidana internasional.

Perkembangan kualias tindak pidana atau kejahatan menunjukkan bahwa
batas-batas territorial antara suatu negara dengan negara lain baik dalam
satu kawasan atau berbeda kawasan semakin menghilang, pada saat

ini hampir dapat di pastikan bahwa semua jenis atau bentuk kejahatan tidak
dapat di pandang sebagai yuridiksi kriminal suatu negara, akan tetapi sering
di klaim sebagai yuridiksi lebih dari satu negara, yang dapat menimbulkan
konflik yuridiksi yang sangat menggangu terhadap hubungan internasional
antar negara yang berkepentingan dalam kasus tindak pidana tertentu yang
bersifat lintas batas territorial.

Masyarakat Internasional yang bergabung dalam wadah Perserikatan
bangsa-bangsa mengakui bahwa perkembangan tindak pidana lintas batas
territorial tersebut semakin mempertinggi tingkat kesulitan kerja sama antar
negara dalam pencegahan dan pemberantasanya, terutama jika dalam
tindak pidana tersebut melibatkan warga negara asing, hal ini disebabkan

oleh karena pertanggung jawaban Suatu negara dalam hukum pidana
internasional belum terkoodifikasi dalam satu instrument hukum tersendiri,
pengaturanya masih berdasarkan prinsif prinsip perjanjian
internasional internasional dan kebiasaan kebiasaan internasional.

Berdasarkan hal tersebut pada tahun 1980 Komisi hukum internasional PBB
telah membuat suatu draf hukum pidana internasional yang di sebut Draf

articles yang sampai sekarang ini masih dalam proses munuju suatu Undangundang Hukum Pidana Internasional yang akan terkoodifikasi.

Hal terpenting dalam Draf articles tersebut adalah konsep pertangung
jawaban suatu negara akan suatu tindak pidana internasional, dan batasanbatasan hal yang bagai mana suatu perbuatan melawan hukum dapat di
kategorikan sebagai tindak pidana internasional, yang mencakup 4
perbuatan yaitu :

Pelanggaran perdamaian dan keamanan
Hak menentukan nasib sendiri suatu bangsa
Hak asasi manusia.
Pelanggaran berat terhadap perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup.
Beberapa bentuk perbuatan melawan hukum internasional yang dapat
dikategorikan sebagai tindak pidana internasional sebagai mana di atur
dalam draf articles sebenarnya telah terjadi dalam kehidupan masyarakat
internasional, dan sudah ada bentuk sanksi dan lembaga yang
melaksanakan sanksinya. Kususnya pelanggaran pelanggaran di bidang
keamanan dan perdamaian dunia.
Sebagai pelanggaran berat terhadap perdamaian dan keamanan dunia
adalah perang agresi yang dilakukan oleh angkatan perang jerman dengan
ideology nazinya serta perang agresiyang di lakukan oleh tentara jepang dan

italia dengan ideology fasisnya.
Penerapan sanksi oleh masyarakat internasional tehadap perang agresi yang
di lakukan oleh jerman, italia dan jepang adalah dengan memerangi ke 3
negara itu oleh tentara sekutu yang melahirkan perang dunia ke II.
Sanksi Internasional juga pernah di terapkan terhadap korea utara yang di
maksut untuk menghentikan dan menghukum kore utara atas penyerbuan
terhadap korea selatan yang dibantu oleh tentara republic cina, tindakan

korea utara tersebut merupakan pelanggaran terhadap perdamaian dan
keamanan dunia, untuk hal tersebut, pasukan keamana PBB memerangi
korea utara sebagai bentuk perwujutan sanksi internasional.
Kasus irak dengan kuait, yaitu kasus invasi tentara irak pada tanggal 2
agustus 1980 yang menguasai tempat-tempat strategis di wilayah kuait, dan
menyatakan kuwait sebagai propinsi ke 19 .Dewan keamana PBB dengan
suara bulat segera menyerukan penarikan mundur pasukan irak dari wilayah
territorial Kuwait. Dan mengambil tindakan kekerasan tanpa senjata, maupun
tindakan kekerasan dengan menggunakan kekuatan senjata, kemudian pada
tgl 6 agustus 1980 memberikan sanksi perdagangan dan pengiriman barang,
dewan keamanan berupaya terus untuk mengembalikan kedaulatan ,
kemerdekaan dan integritas territorial Kuwait melalui beberapa resolusi yang

intinya menuntut irak segera menarik pasukanya tanpa syarat dari Kuwait.
Karena irak telah mengabaikan keputusan dewan keamanan untuk menarik
diri dari Kuwait, pada tanggal 29 November 1980, dewan keamanan
menjatuhkan sanksi militer berupa serangan laut , udara dan darat.

I.

HUBUNGAN TIDAK PIDANA INTERNASIONAL DENGAN NEGARA.

Perbuatan melawan hukum internasional, merupaka perbuatan – perbuatan
negara yang dapat di pertanggungjawabkan secara internasional, untuk hal
tersebut harus diketahui perbuatan-perbuatan yang bagaimana, dan kapan
perbuatan suatu negara dapat dipertanggung jawabkan secara internasional.
Untuk mengetahui perbuatan negara yang dikategorikan sebagai perbuatan
melawan hukum internasional, harus diketahui unsure-unsur melawan
hukum internasional.
Unsur-unsur melawan hukum internasional.
Pengertian dari melawan hukum internasional adalah setiap perbuatan
negara yang melanggar kewajiban internasional dan merugikan negara lain,
baik secara langsung atau tidak langsung, dengan suatu tindakan atau tanpa

tindakan .
Perbuatan mdelawan hukum internasional yang diatur dalam pasal 3 draf
articles dapat terjadi apa bila memenuihi dua unsur yaitu:
a. Adanya suatu tindakan atau berdiam diri, yang berdasarkan hukum
internasional dapat dikaitkan dengan negara.

b. Tindakan dan berdiam diri tersebut merupakan pelanggaran terhadap
kewajiban internasional suatu negara.
Perbuatan negara baik aktif maupun pasif , menjadi suatu perbuatan
melawan hukum internasional apabila perbuatan tersebut melanggar
kewajiban hukum internasional, yang ditetapkan berdasarkan kaidah hukum
internasional, baik yang terbentuk melalui :
1.

Perjanjian internasional.

2.

Kebiasaan-kebiasaan internasional.


3.

Putusan pengadilan internasional.

Melanggar kewajiban menjadi unsur yang penting yang mengakibatkan
suatu perbuatan dikatakan melawan hukum internasional, yang tidak hanya
timbul dari suatu perbuatan yang salah atau di larang, ( Ex delicto ), tetapi
juga bisa timbul dari suatu perbuatan sah dan benar ( sine delicto), namun di
katakan menjadi suatu perbuatan melawan hukum internasional karena
perbuatan tersebut mengakibatkan kerugian kepada negara lain.
 Sine delicto adalah Perbuatan Negara yang sebenarnya adalah suatu
perbuatan yang sah dan benar, akan tetapi menjadi suatu perbuatan
melawan hukum internasional, karena akibat dari perbuatan tersebut,
mengakibatkan kerugian kepada negara lain.
Contoh kasus. Kanal yang berfunsi sebagai Drainase yang di operasikan
guna kepentingan kota douglas, di Arizona amerika serikat , yang membanjiri
wilayah meksiko, meksiko menuntut walikota douglas , pengadilan memberi
putusan agar pemerintah ( walikota Douglas ) agar tidak membuat suatu
kebijakan dengan memberikan izin kepada pihak lain yang berada dalam
wilayahnya, akan suatu aktifitas , bila aktifitas trsebut dapat memberikan

kerugian terhadap negara lain.

Kewajiban negara untuk melindungi negara lain akibat pencemaran
lingkungan dxiatur secara tegas dalam keentuan hukum internasional, prinsif
21 deklarasi stockhom menentukan bahwa negara bertanggung jawab untuk
menjamin segala kegiatan yang derada dalam yuridiksi dan kontrolnya, agar
tidak menimbulkan pencemaran terhadap negara lain.
 Ex delicto adalah perbuatan melawan hukum dan
kewajiban internasional, atau segala perbuatan yang melanggar hukum
internasional.

Contoh kasus. Adalah pekanggaran terhadap ketentuan Nuclkear Tes Ban
Treaty 1963 yang melarang percobaan senjata nuklir di atmosfier, ruang
nagkasa dan dasar laut.
Perbuatan melawan hukum Internasional.
Perbuatan melawan hukum adalah segala perbuatan yang telah melanggar
hukum dan kewajiban internasional,atau segala perbuatan yang dengan jelas
dan tegas dilarang oleh hukum internasional, perbuatan melawan hukum
dapat di bedakan dalam -3 kategori yaitu


a.

Pelanggaran internasional.

Yang dikatakan sebagai pelanggaran hukum interrnasional
adalah kelalaian negara untuk mencegah, melakukan pengusutan,
penghukuman, pengektradisianterhadap pelaku tindak pidana
internasional, atau membuat keadaan sehingga menyebabkan terjadinya
tindak pidana internasional.
Dengan demikian, perbuatan melawan hukum dari negara tersebut minimal
adalah pelanggaran kewajiban untuk mencegah, mengusut menghukum
atau mengekstradisi pelaku kejahatan.

Macam-macam perbuatan melawan hukum yang termasuk pelanggaran
internasional adalah kejahatan yang dilakukan oleh individu seperti
kejahatan terhadap kabel kabel antar negara yang adadi bawah laut,
pemalsuan terhadap uang negara, penyuapan terhadap pejabat-pejabat
negara asing, dan pencurian terhadap bahan nuklir.

Tanggung jawab negara terhadap pelanggaran hukum internasional adalah

tuntutan untuk membayar denda atau dikenakan sanksi ekonomi yang
pantas atau sepadan dengan kerugian yang diderita , dan negara juga
diwajibkan untuk melakukan , reperasi dan membayar kompensasi kepada
pihak yang menderita kerugian, baik itu negara dan atau individu.
b.

Delik internasional.

Delik internasional mempunyai kemiripaan dengan pelanggarn internasional,
perbedaanya terletak antara lalai dengan membiarkan atau tidak berbuat
apa apa terhadap suatu kejahatan yang terjadi atau diduga akan terjadi,

yaitu tidak melakukan pengusutan penghukumn atau pengekstradisian
terhadap pelaku kejahatan.
Macam-macam perbuatan melawan hukum negara yang termasuk delik
internasional adalah : perbudakan, penyiksaan yang dilakukan oleh pejabat
negara untuk mendapatkan pengakuan dari tersangka, penggunaan tahanan
untuk kegiatan uji coba suatu vaksin atau obat obatan, pembajakan dilaut ,
pembajakan di udara penggunaan kekerasan terhadap orang yang dilindungi
oleh hukum internasional, penyanderaan terhadap penduduk sipil,

penghancuran dan pencurian terhadap benda-benda yang dilindungi dan
merupakan warisan budaya., kejahatan terhadap surat-surat.
Tanggung jawab negara terhadap perbuatan melawan hukum tersebut sama
dengan tanggung jawab negara terhadap tanggung jawab terhadap
pelanggaran internasional. Yaitu memberikan ganti rugi yang wajar atau
kompen sasi, restetusi, reperasi
1.

Tindak pidana internasional.

Perbuatan melawan hukum internasional yang dikualifikasikan sebagai tindak
pidana internasional adalah suatu tindak pidana yang terjadi dan dilakukan
oleh suatu negara berdasarkan suatu kebijakan atau kehendak . Terhadap
pelanggaran tersebut, masyarakat internasional dapat memberikan
sanksi, dan saksi tambahan, sanksi tambahan berbentuk kompensasi dan
perbaikan atasa kehilangan atau kerusakan yang nyata, baik terhadap
orang, barang atau benda, maupun kerugian yang bersifat ekonomi.
Yang di maksut dengan sanksi adalah tindakan balasan dari negara Yang
dirugikan atau tindakan kolektif dari Masyarakat internasional yang
dilakukan oleh dewan keamanan perserikatan bangsa-bangsa.

Bentuk-bentuk dari perbuatan melawan hukum yang tergolong tindak pidana
internasional adalah agresi, kejahatan perang, penggunaan senjata seara
illeal, kejahatan terhadp kemanusiaan.
Tindak pidana internasional merupakan suatu tindakan yang secara
universal diakui sebagai tindak pidana , pengakuan secara internasional itu
disebabkan karena tindak pidana tersebut tidak hanya tunduk pada yuridisi
negara tertentu saja , tetapi tunduk kepada yuridiksi setiap negara dan
dapat diterapkan yuridiksi nuniversal .

Berkaitan dengan pengertian tindak pidana internasional, Bassiouni telah
melakukan penelitian, dan dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap lebih
kurang dari 315 konvensi internasional , merumuskan bahwa suatu
perbuatan melawan hukum internasional dapat dikualifikasikan sebagai
tindak pidana internasional apabila memenuhi -3 faktor yaitu ;
1.

Perbuatan itu melanggar kepentingan internasional yang sangat fatal.

2.

Perbuatan itu melanggar nilai-nilai bersama masyarakat dunia.

3. Perbuatan itu menyangkut lebih dari satu negara dan melintasi batas
batas wilayah negara, baik itu pelaku, korban, atau perbuatan.
Pasal 19 Draf articles membedakan perbuatan melawan hukum yang
dilakukan oleh suatu negara yaitu perbuatan melawan hukum pidana
internasional sebagai delikdan perbuatan melawan hukum
internasional sebagai tindak pidana.
Hal tersebut merupakan pembedaan melawan hukum internasional dari segi
kualitas, yang dapat membedakan pelanggaran terhadap kedaulatan negara
yang terjadi di udara tidak sama dengan pelanggaran terhadap kedaulatan
negara yang terjadi di darat atau agresi, begitu juga dengan pelanggaran
hak asasi manusia, antara pelanggaran terhadap hak asasi manusia yang
dilakukan oleh polisi setempat untuk mendapatkan suatu
pengakuan berbeda dngan genosida
Perbuatan melawan hukum internasional dari sisi kewajiban di
bedakan antaraDelik dgn tindak pidana. Tindak pidana internasional
adalah perbuatan melawan hukum yang melanggar kewajiban yang sangat
berbahaya dari seluruh masyarakat internasional, yang harus di tuntut dan di
pertanggung jawabkan kepada masyarakat internasional secara universal,
sementara delik internasional adalah pelanggaran terhadap kewajiban yang
bersifat bilateral yang di pertanggung jawabkan hanya kepada negara yang
dirugikan secara langsung.
Sebagai mana diatur pada pasal-19 Draf articles , perbuatan melawan
hukum internasional yang merupakan tindak pidana internasional
mempunyai 3 kriteria utama yaitu :
1. Melanggar kepentingan fundamental masyarakat internasional secara
keseluruhan
2. Pelanggaran tersebut merupakan pelanggaran berat, baik kuantitatif
maupun kualitatif

3. Berdasarkan praktek dan kebiasaan , masyarakat internasional
mengakui sebagai tindak pidana.
Pembagian perbuatan melawan hukum internasional hasil penelitian dari
bassiouni dan perbuatan melawan hukum internasional sebagaimanba diatur
dalam pasal 19 Draf articles dari sisi keterlibatan negara menunjukkan
kesamaan , beberapa hal yang membedakan adalah masalah tindak pidana
internsional yang berkaitan dengan pelanggaran lingkungan hidup.
Dari sisi kewajiban perbuatan melawan hukum yang termasuk delik
internasional dan tindak pidana internasional dapat dibedakan dengan
Tindak pidana internasional adalah perbuatan melawan hukum yang
melanggar kewajiban berbahaya dari seluruh masyarakat internasional,
suatu perbuatan melawan hukum yang harus dituntut dan di pertangung
jawabkan terhadap masyarakat internasioanl secara keseluruhan, sementara
delik internasional adalah perbuatan melawan hukum yang biasanya hanya
melanggar kewajiban yang bersifat bilateral , dan dipertanggung jawabka
hanya kepada negara yang di rugikan.

Persayaratan-Persyaratan Tindak Pidana Internasional
Menurut Bassiouni, tindak pidana internasional memiliki persyaratan –
persyaratan tertentu yaitu:
1.

Memiliki unsur internasional.

Yang dimaksud dengan memiliki unsure internasioanl adalah bahwa
kejahatan tersebut dapat mengancam , baik secara langsung maupun tidak
langsung terhadap perdamaian dan keamanan dunia atau umat manusia
secara keseluruhan , selain itu, kejahatan tersebut diakui sebagai perbuatan
yang menggoncangkan hati nurani umat manusia, atau melanggar nilai
bersama umat manusia.

2.

Memiliki unsur trans nasional.

Unsur ini menunjukkan bahwa tindak pidana tersebut mempengaruhi
keselamatan umum dan kepentingan ekonomi lebih dari satu negara, tindak
pidana tersebut biasanya melintasi batas-batas wilayah negara, termasuk
melibatkan dan membawa akibat kapada warga negara lebih dari satu

negara, dan menggunakan sarana atau prasarana yang bersifat lintas batas
negara.

3.

Memiliki unsur keharusan.

Yang di maksut dalam unsure ini adalah bahwa dalam rangka
pemberantasan dan penegakan hukum pidana internasional, diperlukan kerja
sama internasional, dikarenakan kejahatan terdebut merupakan kejahatan
yang menjadi perhatian lebih dari satu negara, dan terhadap kejahatan
tersebut semua negara berhak dan berkewajiban mengusut, manangkap,
menahan dan menuntut serta nengadili.

Ciri-ciri tindak pidana internasional
Tindak pidana internasional memiliki ciri-ciri yaitu :
1. Terdapat pengakuan secara eksplisit bahwa suatu tindakan merupakan
tindak pidana internasional yang tunduk kepada hukum pidana imternasional
2. Memiliki sifat pidana dengan menatapkan kewajiban untuk melarang
3. Memberikan sifat pidana pada suatu tindakan
4. Terdapat kewajiban atau hak hak untuk menuntut.
5. Terdapat kewajiban atau hak untuk memidana
6. Terdapat kewjiban atau hak untuk mengekstradisi.
7. Terdapat kewajiban atau hak untuk melakukan kerja sama baik dalam hal
penunututan dan pemidanaan.
8. Menetapkan dasar-dasar yuridiksi kriminal .
9. Mendukung atau menunjang untuk ditetapkanya suatu pengadilan Tribunal
atau pengadilan internasional internasional
1. Menghindarkan pembelaan dengan alasan perintah atasan.
Dari -10 ciri ciri dari tindak pidana internasional, kecuali cirri-ciri yang ke-10
menunjukkan bahwa peranan negara sangat di butuhkan baik dalam rangka
menghadapi perkembangan hukum tindak pidana internasional, maupun
penegakanya.Keterlibatan negara meliputi tindakan Legislatif, eksekutf, dan
Yudikatif.

a. Keterlibatan legislatif adalah menetapka suatu tindakan merupakan
tindakan melawan hukum internasional, dan dibawah hukum internasioanal,
mengakui suatu perbuatan melawan hukum memiliki sifat pidana dengan
menetapkan kewajiban untuk melarang dilakukan dengan cara membuat
undang-undang yang menyatakan bahwa suatu tindakan merupakan tindak
pidana internasional, atau nengan cara melakukan aksesi atau meratifikasi
Konvensi internasional yang mengatur tentang tidak pidana internasional.

b. Keterlibatan negara dalam bidang Eksekutif dengan cara melaksanakan
kewajiban atau hak untuk menekstradisisi, dan bekerja sama dengan negara
lain dalam melaksanakan pemberantasan terhadap tindak pidana
internasional. Serta menjalankan politik internasional yang mendukung dan
menunjang di tetapkanya pengadikan tribunal.

c. Keterlibatan negara di bidang yudikatif adalah dengan cara
melaksanakan kewajibanyang telah ditetapkan oleh hukum internasional
dengan menuntut, memidana atau menjatuhkan hukuman terhadap pelaku
tindak pidana internasional sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku.
Bentuk-bentuk tindak pidana internasional.
Perbuatan melawan hukum internasional yang disebut sebagai tindak
pidana internasional adalah setiap tindak pidana yang dilakukan
oleh negara atau setiap tindak pidana yang dapat dikaitkan dengan
negara.

Tindak pidana internasional dibagi berdasarkan 3- bentuk kategori
perbuatan melawan, yaitu bentuk perbuatan melawan hukum pidana
internasional dengan kategori Pelanggaran, Bentuk perbuatan melawan
hukum pidana internasional dengan kategori delik dan bentuk perbuatan
melawan hukum pidana internasional dengan kategori tindak pidana
internasional.

A. Bentuk perbuatan melawan hukum pidana internasional dengan
kategori pelanggaran

Bentuk perbuatan melawan hukum pidana internasional dengan kategori
pelanggaran terbagi dalam 5- perbuatan jahat , yaitu : kejahatan Jalur
lalulintas produk-Produk terlarang, Kejahatan terhadap-kabel-kabel
antar negara yang ada di bawah laut, kejahatan
Pemalsuan, kejahatan Penyuapan terhadap pajabat pejabat negara
asing, Pencurian terhadap bahan nuklir.
1. Jalur lalulintas Produk Terlarang. ( Internatioinal Traffic In
Obscene Publication)

Merupakan segala perbuatan mempersiapkan , memproduksi, memiliki,
mengirimkan, dan mendistribusikan barang-barang cabul antar negara yang
digunakan bukan saja untuk kepentingan pribadi, tetapi juga untuk
diedarkan atau di publikasikan.
Ketentuan hukum internasional yang melarang perbuatan ini terdapat dalam
konvensi internasional Yaitu International Comvention Of Traffic In Obscene
tahun 1923 yang di amandemenkan pada tahun 1949, Negara melakukan
pelanggaran terhadap hukum pidana internasional dengan kategori
pelanggaran bila lalai melasanakan kewajiban mencegah , memberantas
tindak pidana ,dan lalai untuk mengusut, menangkap, menuntut dan
menghukum atau mengekstradisi pelaku kejahatan.
Walaupun negara tidak terlibat secara langsung, akan tetapi dapat dikaitkan
dengan negara dan merupakan suatau kejahatan Transinternasional
yang membutuhkan kerja sama antar negara untuk memberantasnya.

Jenis kejahatan ini sulit untuk di tindak, terlebih terhadap negara yang sistim
poemerintahnya sangat liberal, yang mengangap perbuatan gambar
porno atau film porno merupakan bagian dari kebebasan untuk berekspresi
dan merupakan suatu karya seni yang dijamin oleh negaranya.
2. Kejahatan terhadap kabel-kabel antar negara yang terdapat
dibawah laut. ( Interfrence With Submarine cable)

Jenis tindak pidana ini diatur dalam konvensi jenewa 1958 tentang laut lepas
yang mengatur : jaringan kabel dan pipa bawah laut yang berfungsi untuk

menyediakan jaringan terlekomunisasi, baik melalui telefon dan telegraf
serta menyalurkan atau mendistribusikan air bersih, gas , minyak dan aliran
listrik.

Tindakan perbuatan melawan hukum tersebut berdasarkan resolusi majelis
Umum PBB merupakan tindakan terorisme, berdasarkan
konvensi ditentukan bahwa barang siapa dengan sengaja atau karena lalai,
menghancurkan , merusak kabel- Kabel atau pipa bawah laut dipersalahkan
sebagai tindak pidana internasional, tindak pidana ini menjadi pelanggaran
internasional bagi negara, apabila negara lalai dalam melarang, mencegah,
mengusut,menanngkap, menuntut, menghukum dan mengekstradisi pelaku
kejahatan, adanya kewajiban negara tersebut karena tindak pidana ini
bersiat lintas batas, dan melibatkan dan membawa akibat kepada warga
negara lebih dari 1 negara.

3.

Kejahatan Pemalsuan. ( Falsification and Counterfeiting )

Tindak pidana ini diatur dalam konvensi internasional tentang pemalsuan th
1929, konvensi ini melindungi benda benda cetakan resmi yang dapat di
perjual belikan, berdasrkan konvensi ini, perbuatan yang dikatakan
pemalsuan adalah setiap perbuatan yang dilakukan secara curang atau
pengubahan alat-alat berharga yang di lindungi , mengimport atau
mengeksport surat-surat berharga yang dipalsukan, dan menggunakan alatalat pembayaan yang di palsukan tsb untuk ternsaksi internasional.
Tindak pidana ini menjadi pelanggaran internasional apabila negara lalai
mencegah, kejahatan tersebut, Atau lalai untuk mengusut, menangkap,
menahan , menghukum atau mengekstradisi pelaku kejahatan. Karena
tindak pidana tersebut mempengaruhi keselamatan umum dan kepentingan
ekonoi lebih dari satu negara, bahkan kepentingan ekonomi dunia
internasional.

4. Penyuapan terhadap pejabat pejabat negara asing. ( Bribery Of
Foreign Public Official)
Penyuyapan merupakan tindak pidana yang terdapat dalam setiap sistim
hukum di setiap negara, kejahatan penyuapan ini belum dirumuskan dalam
konvensi internasional, hanya diatur dalam instrument kesepakatan dan

kebiasaan internasional, tindak pidana penyuapan ini merupakan suatu
pemberian berupa uang atau penghargaan kepada pejabat negara lain
dedngan tujuan mendpatkan manfaat dengan melanggar kewajiban hukum
mereka. Upaya negara untuk mencegah kejahatan ini merupakan hal yang
penting dalam upaya pendisplinan aparatur negara, guna mewujutkan
pemerintahan yang brsih dan jujur.

5.

Pencurian bahan-bahan nuklir.( Theft of nuclear Materials)

Tindak pidana ini diatur dalam konvensi internasional th 1980 tentng bahanbahan nuklir, dalam konvensi ini, yang dimaksut dengan pencurian bahanbahan nuklir adlah setiap penyitaan bahan-bahan nuklir melalui pencuriaan ,
perampokan atau tindakan melawan hukum lainya oleh orang yang secara
hukum tidak berwenang.

B. Bentuk perbuatan melawan hukum pidana internasional
dengan kategori Delik
Bentuk perbuatan melawan hukum pidana internasional dengan kategori
delik terbagi dalam 11- perbuatan yaitu : Perbuatan dan segala hal yang
berhubungan dengan perbudakan, Penyiksaan Uji coba terhadap manusia
yang tidak sesuai dengan hukum, Pembajakan di laut lepas, Kejahatan atau
tindakan yang membahayakan di dalam pesawat udara, Ancaman dan
penggunaan kekerasan terhadap orang-orang yang dilindungi
secara Internaional, Penyanderaan, Penyalah gunaan narkotika, Pencurian
terhadap benda benda yang dilindungi dan merupakan warisan budaya,
Perlindungan lingkungan, Penggunaan surat secara tidak sah atau melawan
hukum.

1. Perbuatan dan segala hal yang berhubungan dengan
perbudakan. ( Slavery and Slave Related Practices )
Tindak pidana ini diatur Slavery Convention 1926, Penegertian
perbudakan berdasarkan psl 1 dari convensi tersebut adalah status dan
kondisi seseorang yang berada dibawahnkekuasaan orang lain dalam
memperoleh dan melaksanakan hak-hak yang ndimilikinya, dan psl -2
menyatakan bahwa perdagangan budak adalah segala tindakan termasuk
didalamya menagkap, mengambil alih, membuang seseorang dalam rangka
mengurangi hak-haknya untukdijadikan budak, psl 3 menetapkankan, bhwa
semua negara negara peserta berkewajiban nuntuk mengambil segaLA

tindakan unutuk mencegah , dan menumpas pengangkutan dan penurunan
(embarkasi dan dis embarkasi ) budak oleh kapal dari bendera manapun di
wilYh Lut teritorialnya., Pasal -6 menetapkan bahwa setiap negara Wajib
untuk membuat undang-undang yang memadai untuk mencegah, melarang,
dan menghukum segala bentuk perbudakan sebagai mana ditetapkan oleh
Konvensai ini.

Dalam hal ini negara bertanggung jawab apabila lalai untuk mencegah
mengusut tindak pidana tersebut, dan menangkap, menuntut menghukum
atau mengekstradisi pelaku kejahatan internasional, terhadap kelalaian ini,
negara dianggap melakukan delik internasional.

2.

Penyiksaan atau torture.

Tindak pidana ini diatur dalam Konvension Against Torture, yang diratifikasi
oleh majelis umum PBB dalam resolusi Majelis Umum PBB pada tahun 1984,
jenis tindak pidana ini merupakan salah satu jenis kejahatan terhadap
kemanusiaaan yang berkaitan dengan proses atau prosedur
pengadilan, menurut pasal 1 Torture comvention , Penyiksaan adalah segala
tindakan yang menyebabkan penderitaan atau rasa sakit , baik mental
maupun pisik seseorang, dengan tujuan mencari keterangan atau
informasi atau meminta pengakuan dari seseorang yang diduga melakukan
kejahatan. Yang dilakukan oleh seseorang pejabat public dalam menjalankan
kapasitasnya sebagai seorang pejabat publik. Dalam hal ini , Negara sama
sekali tidak dilibatkan walaupun yang melakukan penyiksaan atau Torture
adalah orang yang memiliki kapasitas seorang pejabat negara.
Penderiataan atau rasa sakit yang merupakan sanksi dari suatu hukuman
tidak termasuk dalam tindak pidana delik internasional. Dalam psl 4 konvensi
ini menyatakan bahwa setiap negara peserta wajib untuk menetapkan
torture atau penyiksaan sebagai tindak pidana dalam hukum pidana
nasionalnya, dan menerapkan yurifdiksi tersebut terhadap setiap pelaku
kejahatan torture yang terjadi didalam wilayah teritorial masing-masing
negara.

Pasal -8 mengharuskan kepada setiap negara peserta agar kejahatan ini
tercantum dalam setiap perjanjian perjanjian ekstradisi yang dilakukan,
sebagai suatu ketetapan.
Dalam hal ini negara di bebani kewajiban untuk menerapkan dan
menegakkan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam konvensi dan

melakukan kerja sama dengan negara lain guna menegakkan hukum
internasional yang melarang torture dengan cara mencegah agar tindak
pidana tersebut tidak terjadi, atau mengusut, menangkap, menuntut,
menghukum atau mengekstradisi setiap pelaku kejahatan torture.

Negara yang lalai melaksanakan kewajiban internasional yang
telah ditetapkan dalam Compansion against torture, merupakan perbuatan
melawan hukum pidana internasional yang masuk dengan kategori delik.
Torture atau penyiksaan yang terjadi pada masa perang, dan dilakukan
atas kebijakan negara dalam strategi perang, Merupakan perbuatan
melawan hukum dengan kategori tindak pidana.

3. Uji coba terhadap manusia yang tidak sesuai dengan hukum
( unlawful human medical experimentation.

Bentuk tindak pidana ini terjadi dalam rangka pengembangan ilmu
kedokteran atau Unlawful medical Experimentation, dimana manusia
dijadikan sebagai Obyek eksperimen dalam suiatu penelitian ilmu
kedokteran.

Berkaitan dengan kejahatn ini terdapat larangan teerhadap setiap
perobahan, baik fisik atau fsikis, melaui operasi pembedahan atau injeksi.
Dan proses
pencernaan makanan , penghisapan atau penghirupan, penularan subtansi
yamg dilakukan oleh pejabat public.

Perbuatan melawan hukum pidana ini menjadi delik internasional bagi
negara yang lalai untuk melarang kejahatan tersebut , lalai melakukan
pengusutan, penangkapan, penuntutan , penahanan atau pengekstradisian
terhadap pelaku kejahatan.

Perbuatan jahat dengan cara mejadikan manusia sebagai alat uji coba sering
terjadi pada masa-masa perang, kejahatan ini dilakukan oleh pejabat public
atau tentara terhadap para tawanan perang. Yang merupakan suatu
kebijakan public dari pemerintah negara. Bentuk dari percobaan ini misalnya
penggunaan bahan bahan kimia atau biologi untuk kebutuhan dalam

peperangan. Perbuatan melawan hukum ini merupaka perbuatan melawan
hukum pidana internasional dengan kategori tindak pidana.

4.

Pembajakan di Laut lepas ( Piracy )

Tindak pidana pembajakan dilaut lepas merupakan tindak pidana yang
diatur berdasarkan hukum kebiasaan Internasional, dan disebut sebagai
tindak pidana internasional yang asli atau The original international Crimes
karena merupakan satu kejahatan internasional yang paling tua.

Secara internasional, tindak pidana pembajakan ini telah diatur dalam
Antipiracy th 1937 kemudian di koodifikasi dalam konvensi hukum laut th
1982. Perbuatan melawan hukum pidana ini menjadi Delik pidana
internasional bagi negara yang lalai untuk melarang, mencegah kejahatan
tersebut, atau lalai melakukan pengusutan, sampai penghukuman atau
pengekstradisian pelaku tindak pidana pembajakan.

5. Kejahatan atau Tindakan yang membahayakan di dalam pesawat
udara. (Air Crafd hi jacking).

Tindak pidana ini diatur dalam dalam -2 konvensi Internasional yaitu
Konvensi Tokyo th 1963 dan Konvensi Den Haag thn 1970, Konvensi Tokyo
merupakan Konvensi internasional yang mengatur tindak pidana pembajakan
pesawat udara (The Crimes Of Hi jacking ) merupakan upaya global pertama
dlm mengatasi masalah terhadap pembajakan atas transportasi
udara , ruang linkup dari konvensi ini berlaku dan mengatur tindak pidana
yang dilakukan seseorang atu lebih di dalam pesawat udara sipil yang
sedang terbang, Konvensi ini hanya berlaku terhadap semua pesawat sipil
yang terdaftar di negara peserta. Dan tidak memberikan rumusan secara
spesifik tentang hal yang dimaksud sebagai pembajakan pesawat udara,
juga tidak menetapkan secara jelas tentang kewajiban negara untuk
mengekstradisikan pelaku.

Pengertian dari Sky Jacking terdapat dlm psl 1 Konvensi Den Haag
mengatakan bahwa kejahatan yang dilakukan di dalam pesawat udara
adalah setiap bentuk tindakan melawan hukum yang dilakukan secara tidak
sah, dengan menggunakan kekerasan, ancaman, intimidasi dengan tujuan

untuk menguasai atau merampas peawat, atau melakukan upaya
percobaan melakukan tindakan jahat.

6. Ancaman atau penggunaan kekerasan terhadap orang yang
dilindungi secara internasional. ( Treat and Use Force Against
Internationally Protected person )

Tindak pidana ini diatur oleh Comvention On Protected Person, berdasarkan
resolusi Majelis umum PBB th 1973, Berdasarkan pasal 1 Konvensi ini, yang
termasuk dalam tindak pidana ini adalah perbuatan yang disengaja untuk
membunuh, menculik dan menyerang pribadi atau kemerdekaan seseorang
yang dilindungi secara internasional, menyerang pejabat, tempat tinggal
pribadi atau alat-alat transportasi dari orang-orang yang dilindungi .
Perbuatan yang tergolong pada penyerangan tersebut, atau perbuatan yang
tergolong pada usaha perbuatan tersebut.

Berdasarkan Resolusi Majelis Umum PBB Th 1991, tindak pidana ini
merupakan tindak pidana terorisme.Konvensi ini memberika kewajiban bagi
negara peserta yaitu :
a.

Mdenetapkan Tindak pidana terorisme dalam hukum pidana nasional

b. Putusan terehadap pelaku merupakan sanksi yang berat seperti sanksi
yang di tetapkan terhadap pelkaku tindak pidana lainya.
c.
Menerapkan yuridiksdi territorial, Yuridiksi personal aktif, maupun
yuridiksi personal pasik
d. Di wajibkan melakukan kerja sama untuk mencegah terjadinya tindak
pidana tersebut, dengan cara tukar menukar informasi, dan upaya
koordinasi melalui tindakan administrasi dan tindakan lainya yang dapat
mencegahterjadinya tindak pidana tersebut.

Negara yang lalai melakukan kewajiban yang ditetapkan dalam konvensi ini
dianggap melakukan delik pidana internasional.

7.

Penyanderaan (Taking of civilian Hostages)

Tindak Pidana Penyanderaan di atur dalam Konvensi Internasional yaitu
Convention Against The taking of hostages thn 1980, berdasarkan pasal 1
Konvensi ini merumuskan penyanderaan adalah setiap orang yang
menangkap, atau menaham, mengancam untuk membunuh, membuat lukaluka, atau melanjutkan penahana terhadap orang lain, yang dilakukan untuk
memaksa pihak ke -3 (Negara , organisasi Internasional, badan hukum atau
kelompok orang) untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu seperti
yang di inginkanya.

Pasal-3 konvensi ini mewajibkan kepada negara peserta dengan segala cara
untuk mencegah, melarang wilayah negaranya dijadikan tempat , baik dalam
taraf mempersiapkan maupun melakukan tidak pidana penyanderaan.

Pasal 4 Konvensi ini mewajibkan kepada negara yang wilayahnya dijadikan
tempat penyanderaan untuk segera melakukan tindakan penghetian
penyanderaan serta mengambil alih dan menyelamatkan sandera tersebut.

Pasal 5 mewajibkan semua negara untuk perduli terhadap
pemberantasan tindak pidana penyanderaan, dan menerapkan yuridiksinya
terhadap tindak pidana tersebut.

Dalam hal ini, negara tidak terlibat secara langsung, namun negara
bertanggung jawab terhadap kejahatan tersebut, apabila tidak
melaksanakan kewajiban seperti yang ditetapkan dalam konvensi.

8.

Penyalah gunaan Narkotika. (Drugs Offences)

Upaya untuk mengawasi produksi dan perdagangan obat-obat
terlarang baik yang asli maupun buatan menjadi perhatian yang serius dan
di prioritaskan masyarakat internasional, larangan dan pengawasan terhapa
penyalah gunaan narkotika secara yuridis telah di upayakan dan Majelis
Umum PBB telah mengeluarkan beberapa instrument Internasional,
instrument internasional yang paling utama adalah Single Convention On
narcotic Drugs yang di amandemenkan pada thn 1972, Konvensi ini
merupakan koodifikasi dari berbagai instrument yang ada , dan atas dasar
konvensi tersebut telah di bentuk Badan pagawasan Narkotika Internasional (
International Narcotic controle board) yang mengatur tentang produksi dan

perdagangan narkotika, dan melarang setiap orang untuk memproduksi,
mengimport, mengeksport, memperjual belikan atau medistribusikan dan
menempatkan obat obat terlarang sdebagai mana telah ditentukan dalam
konvensi, kecuali atas persetujuan dari pemerintah negaranya sendiri.

Negara yang lalai melaksanakan kewajiban yang di tetapkan dalam konvensi
tersebut merupakan perbuatan melawan hukum pidana
internasional dengan kategori delik.

9. Pencurian terhadap benda-benda yang dilindungi, dan
merupakan warisan budaya. ( Dedstruction and/or Deft of National
archeology treasure)

Hukum Internasional yang mengatur perlindungan milik kebudayaan diatur
okleh beberapa konvensi internasional, dan merupakan Konvensi UNESCO
tentang milik kebudayaan tahun 1970 yaitu Convention On Cultural
Property, Konvensi ini melarang semua tindakan berupa pencurian,
pengrusakan terhadap benda-benda warisan budaya suatu negara. Serta
tindakan pengrusakan yang tidak dapat di perbaiki lagi. Juga melarang
segala tidakan yang mentransfer, dan memperjual belikan benda – benda
milik kebudayaan tersebut, serta menetapkan bahwa pencurian terhadap
kekayaan budaya suatu negara merupakan tindak pidana internasional.

Tindak pidana pencurian terhadap warisan budaya ini bisa terjadi pada
masa-masa perang, yaitu pencaplokan secara militer dan pengambil alihan
kekuasaan terhadap museum.
Pencurian atau pengrusakan serta jual beli hartea milik kebudayaan ini bila
terjadi dalam masa perang dengan cara pencaplokan secara meliter dan
pengambil alihan kekuasaan terhadap musem , merupakan tendak pidana
perang.

Tindak pidana ini dapat di kategorikan dalam -2 kategori tindak pidana.
Apabila tindak pidana ini dilakukan bukan pada masa perang, dan dilakukan
oleh individu, maka tindak pidana tersebut merupakan perbuatan melawan
hukum pidana internasional dengan kategori delik, akan tetapi bila tindak
pidana tersebut dilakukan pada masa –masa perang , dan merupakan suatu

kebijakan suatu negara maka perbuatan jahat tersebut merupakan tindak
pidana perang, karena secara langsung melibatkan suatu negara.

10. Perlindungan terhadap lingkungan .(Environmental Protection)

Penalisa atau kriminalisasi terhadap pencemaran lingkungan hidup atau
pelangaran terhadap upaya pelestarian lingkungan hidup , telah d iupayakan
oleh masyarakat I ternasional melalui Test ban Treaty th 1963 yaitu larangan
terhadap percobaan senjata nuklir atau senjata pemusnah missal lainya.
Dan dalam resolusi WHO th 1993 yang menetapkan bahwa penggunaan
senjata nuklir dalam peprangan atau konflik bersenjata mewreupakan
perbuatan yang melanggar hukum Internasional.

Dalam konvensi Internasional thn 1958 yaitu konvensi tentang laut lepas ,
pada pasal -2 menetapkan larangan percobaan senjata nuklir di laut lepas.
Pencemaran yang diakibatkan olehg ledakan senjata nuklir di lautlebih
berbaya di banding dengan percobaan di bawah tanah, hal itu
disebabkan sulitnya melokalisasi radiasi nuklir di lautan, sehingga
menimbalkan pencemaran global di lautan, baik lautan internasioanl maupun
lautan territorial negara disekitarnya.

Pelanggaran penggunaan dan atau percobaa senjata nuklir merupakan
pelanggar berta terhadap kewanjiban suatu negara, karena merusak
terhadap lingkungan hidup dan pelestarian lingkungan hidup dan terhadap
lepentingan masyarakat internasiona..

11. Penggunaan surat secara tidak sah atau melawan hbujkum
(UnlawfulUse of the mail

Tindak pidana ini diatur dal;am Universal Postal Union Compention thn 1952
yang melarang pengiriman bahan peledak , atau benda-benda yang mudah
terbakar dan berbahaya.

c. Bentuk Perbuatan Melawan Hukum Pidana Internasional
Dengan KategoriTindak Pidana

Suatu perbuatan melawan Hukum Internasional dengan kategori tindak
pidana intetnasional adalah tindak pidana yang dilakukan oleh Negar
akarena :
1.

Merupakan kebijakan negara

2.

Kehendak Negara

3.

Dilakukan oleh negara.

Terhadap pelanggaran tersebut , Masyarakat internasional dapat
memberikan sanksi dan sanksi tambahan seperti kompensasi dan
perbaikan terhadap kehilangan dan kerusakan yang nyata, baik terhadap
orang, barang, baik kerugian lainya yang bersifat ekonomis.

Bentuk restitusi tersebut merupakan sanksi tambahan yang di berikan
terhadap negara atau individu yang menderita kerugian. Bentuk perbuatan
melawan hukum pidana internasional dengan kategori tindak pidana terbagi
dalam 6- jenis tindak pidana yaitu : Agresi, Kejahatan atau tindak pidana
perang,Tindak p;idana terhadap kemanusiaan, Penggunaan senjata secara
Illegal, Genosida, Aparthed, mercenarism.

1.

Agresi.

Melalui resolusi Majelis umu PBB menetapkan definisi dari Agresi adalah
penggunaan kekuatan bersenjata oleh suatu negara terrhadap kedaulatan,
integritas territorial atau kebebasan politik negara lain ataupun segala
tindakan-tindakan lainya yang bertentangan dengan piagam PBB.

Suatu perbuatan yang bertentangan dengan piagam PBB bila :
a.

Pernyataan perang dari suatu negara kepada negara lain.

b. Invasi atau penyerbuan aleh suatu angkatan bersenjata trerhadap
territorial Negara lain, atau pendudukan secara militer, walaupun bersifat
sementara.

c. Pem boman oleh angkatan bersenjata dari suatu negara, atau
penggunaan senjata khususnya sebjata yang sifatnay pemusnah missal
terdadap wilayah bbbegara lain.
d. Blokade terhadap pantai atau pelabuhan oleh angkatan
bersenjata suatu negara .

Tindak pidana agresi merupakan tindak pidana internasional apabila
perbuatan melawan hukum tersebut merupakan kebijakan negara serta
dilakukan oleh negara.

2.

Tindak pidana perang.

Tindak pidana perang merupakan perbuatan melawan hukum terhadap
hukum perang yang diatu dalam konvensi Jenewa 1949, dan -2 Protokol
tambahan yang mengatur kewajiban setiap negara untuk menghukum atau
mengekstradisi pelaku. konvensi Jenewa membagi -2 tindak pidana perang
yaitu pelanggaran biasa dan pelanggaran berat.
Pengertian tindak pidana perang diuraikan secara jelas dan rinci dalam
Statuta Roma tahun 1998 , dalam pasal -8 ayat -2.

Butir (a) mengatakan bahwa yang termasuk tindak pidana perang adalah
semua pelangaran-pelanggaran berat terhadap konvensi jenewa , yaitu
perbiuatan- perbuatan yang ditujukan terhadap orang atau harta benda yang
dilindungi oleh ketentuan ketentuan Konvensi Jenewa yang relevan meliputi :
a.

Dengan sengaja melakukan pembunuhan.

b. Penyiksasan atau perlakuan secara tidak manusiawi, termasuk
percobaan biologi
c. Sengaja menimbulkan penderitaan yang berat, luka badan atau sakit
yang serius.
d. Pengrusakan secara luas dan perampasan terhadap benda-benda yang
tidak memiliki hubungan dan kepentingan dengan militer, dan dilakukan
secara melawan hukum.
e. Pemaksaan terhadap tawanan perang atau orang yag dilindungi lainya
utuk brdinas dalam ketenteraan musuh.

f.
Dengan sengaja mencabut hak tawanan atau orang yang dilindungi atas
pengadikan yang adil dan wajar.
g.

Deportasi , pemindahan atau penahanan secara melawan hukum.

Butir (b) menetapkan bahwa yang termasuk tidak pidana perang
adalahpelanggaran berat terhadap hukum dan kerangka hukum internsional
yang meliputi :
a. Dengan sengaja melakukan penyerangan terhadap penduduk sipil yang
tidak trelibat secara lamngsung dalam pertempuran.
b.

Dengan sengaja melakukan penyerangan terhadap sasaran sipil.

c. Dengan sengaja melakukan penyerangan terhadap personil, instalasiinsatalasi, bangunan, unit-unit atau krenderaan bantuan kemanusiaan, dan
misi penjaga perdamaian.
d. Dengan sengaja melancarkan serangan yang diketahui bahwa
serangan itu akan menimbulkan kematian atau cidera terhadap penduduk
sipil.
e. Penyererangan atau peledakan desa-desa , kota , bangunan atgau
tempat tinggal yang tidak dilindungi, dan bukan merupakan sasaran militer.
f.
Pembunuhan atau melukai kombatan yang sudah menyerah , yaitu
mereka yang sudah meletakkan senjata, atau sudah tidak memiuliki sarana
untuk melawan.
g. Penggunaan Bendera gencatan senjata, tanda –tanda atau seragam
musuh yang mengakibatkan kematiann atau cidera.
h. Pemindahan secara langsung atau tidak langsung kekuasaan penduduk
terhadap sebahagian penduduk sipil kewilayah yang telah didudukinya..
i.
Secara sengaja melakukan penyerangan terhadap tempat-tempat
ibadah, sarana pendidikan benda atau bangunan yang mempunyai nilai
budaya, sarana pengembangan ilmu pengetahuan , tempat-tempat dimana
orang sakit dan terluka di kumpulkan, sepanjang tempat tersebut tidak
disalah gunakan untuk kepentingan militer.
j.
Mewajibkan orang yang berada dalam kekuasaan lawan untuk
melakukan mutilasi fisik atau untuk percobaan medis.
k.

Membunuh atau melukai orang sipil ari negara musuh.

l.

Menyatakan bahwa tidak ada lagi tempat tinggal untruk di berikan.

m. Penyitaan atau penghancuran barang milik musuh, kecua;li penyitaan
atau pengrusakan dilakukan dengan terpaksa demi kepentingan konflik.
n. Menyatakan penghapusan, penangguhan, atau tidak dapat diterrimanya
hak-hak dan tidakan warga negara pihak musuh dalam suatu pengadilan.
o. Melakukan pemaksaan kepada penduduk pihak musuh untuk ikut dalam
operasi perang melawan negaranya sendiri.
p.

Melakukan perampasan kota atau tempat dengan penyerangan.

q.

Menggunakan racun atau senjata beracun.

r.
Menggunakan gas beracun gas-gas launya, dan semua cairan , bahan
bahan atau peralatan beracun.
s. Menggunakan peluru yang denagn mudah meluas dan hancur dsalam
tubuh manusia,
t.
Melakukan penginaan terhadap martabat seseorang, khususnya
perbuatan yang memalukan atau merendahkan.
u. Melakukan pemerkosaan , perbudakan seksual, pelacuran dan
kehamilan secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lainya.
v. Penggunaan penduduk sipil atau orang yang dilindungi untuk membuat
suatu wilayah militer atau pesukan militer kebal dari operasi militer.
w. Dengan sengaja melakukan penyerangan terhadap bangunan, bahanbahan , unit-unit , alat transportasi personil medis yang menggunakan tanda
pembeda
x. Dengan sengaja menggunakan kelaparan penduduk sipil sebagai
metoda berperang, dengan cara menghentikan persediaan barang barang
yang dibutuhkan untuk bertahan hidup.
y. Mempekertjakan atau melibatkan anak-anak berusia dibawah -15 tahun
dalam angkatan bersenjata, atau menggunakan mereka secara aktif dalam
pertempuran.

Butir (c) menyatakan bahwa sebagian tindak pidana yang ditetapkan dalam
butir (a) dan butir (b) dapat di berlakukan dalam konflik bersenjata nasional,
tindak pidana tersebut meliputi perbiatan-perbuatan terhadap orang yang
tidak ikut secara aktif dalam pertempuran, termasuk anggota-anggota
tentara yang telah meletakkan senjata, sakit terluka atau ditahan, atau
sebab-sebab lainya seperti :

a. Kekerasan terhadap jiwa dan raga, khususnya segala macam
pembunhan, mutilasi perlakuan yang kejam dan penyiksaan.
b. Penghinaaqn terhadap martabat seseorang, khususnya perbuatan yang
merendahkan dan memalukan.
c.

Penyanderaan.

d. Penghukuman dan pelaksanaan hukuman atau eksekusi tanpa didahului
oleh keputusan pengadilan yang di bentuk secara teratur yang meberikan
jaminan hukjum sebagai suatu keharusan,

Butir (d) Bentuk bentuk tindak pidana ini tidak berlaku terhadap ketegangan
atau kekacauan internal, seperti kerusuhan, kekerasan yang berdiri sendiri
atau sporadis atau tidakan-tindakan lain yang mempunyai sifat serupa.

Butir (e) Menetapkan bahwa yang termasuk tindak pidana perang adalah
pelanggaran berat lainya terhadap hukum dan kebiasaan yang berlaku
dalam konflik bersenjata berdasarkan hukum internasional, meliputi
tindakan-tindakan seperti :
a. Dengan sengaja melakukan penyerangan terhadap penduduk sipil atau
orang sipil yang tidak terlibat langsung dalam peperangan
b. Dengan sengaja menyerang bangunan, bahan-bahan , unit-unit dan
teransportasi dan personil medis yang menggunakan tanda pembeda,
c. Menyerang personil , instalasi, bangunan-bangunan , unit-unit atau
kenderaan bantuan kemanusiaan dan misis penjaga perdamaian.
d. Denngan sengaja melakukan penyerangan terhadap tempa tempat
ibadah, pendidikan , tempat yang memiliki kekayaan budaya,
pengembangan ilmu pengetahuan, rumah sakit, tempat-tempat orang sakit
atau terluka di kumpulkan, sepanjang tempat itu tidak disalah gunakan demi
kepentingan militer.
e.

Merampas kota atau tempat dengan penyerangan.

f.
Melakukan pemerkosaan , perbudakan seksual, pelacuran, penghamilan
atau sterelisasi secara paksa atau tindakan kekerasan lainya terhadap
seksual.
g. Mempekerjakan atau melibnatkan anak-anak dibawah usia -15
tahun dalam angkatan bersenjata, dan melibatkan mereka secara aktif
dalam

Pertempuran
h. Memrintahkan pemindahan lokasi pendududk sipil untuk alasan-alasn
yang berkaitan dengan konflik, kecuali untuk alasan ke amanan dan alasan
alasan militer yang mengharuskanya.
i.

Membunuh atau melukai tentara lawan dengan curang.

j.

Mengatakan bahwa tidak ada tempat tiggal untuk diberikan.

k. Mewajibkan orang yang berada dalam kekuasaan lawan untuk
melakukan mutilasi fisik atau percobaan medis atau keilmuan apapun yang
dilarang medis.
l.
Menghancurkan atau merampas harta benda pihak lawan kecuali
tindakan tersebut terpaksa dilakukan demi kepentingan atau kebutuhan
konflik .

Butir (e) pasak 8 ayat 2 Statuta roma 1988 tesebut tidak berlaku terhadap
ketegangan dan kekacauan internal, seperti kerusuhan , kekerasan yang
berdiri sendiri atau seporadis , atau tindakan-tindakan lain yang mempunyai
sifat serupa, tetapi berlaku terhadap konflik bersenjata internal yang terjadi
di dalam wilayah satu negara antara pemerintah dengan komplotan
bersenjata yang terorganiser .

3.

Tindak pidana Terhadap kemanusiaan

Pasal -7 Statuta Roma Menetapkan bahwa tindak pidana terhadap
kemanusiaan, merupakan salah satu atau lebih dari dari beberapa perbuatan
yang dilakukan dengan sengaja sebagai bagian dari serangan yang sistimatis
dan meluas yang ditujukan kepada penduduk sipil , yang meliputi
pembunuhan, pembasmian, perbudakan, deportasi atau pemindahan
penduduk secara paksa, pengurungan atau pencabutan kemerdekaan fisik
secara sewenang-wenang, dan melanggar aturan-aturan dasar hukum
internasional , berupa penyiksaan, pemerkosaan, perbudakan seksual,
pelacuran, penghamilan sdan sterilisasi secara paksa atau tindakan
kekerasan terhadap seksual lainya, penindasan terhadap kelompok yangh
dikenal atau terhadap kelompok politik, ras , bangsam etnis, kebudayaan,
agama, gender, atau kelompok lainya yang secara universal tidak
diperbolehkan dalam hukum internasional,

Tindak pidana terhadap kemanusiaan dapat dilakukan dengan berbagai
bentuk tindak pidana lainya yang dilakukan secara sistimatis dan langsung
mengakibatkan kematian dan penderitaan fisik maupun mental , yang
bertentangan dengan prinsif peradaban mausia , serta melanggar frinsiffrinsif hukum internasional.

4.

Tindak Pidana Penyalah gunaan senjata.

Tindak pidana ini mrupakan salah satu tindak pidana perang, a

Dokumen yang terkait

ENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPS POKOK BAHASAN KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA DENGAN MODEL PROBLEM POSING PADA SISWA KELAS V SDN GAMBIRAN 01 KALISAT JEMBER TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 24 17

Strategi Bauran Pemasaran Umrah Pada Pt Abdi Ummat Wisata Internasional (ATTIN TOUR) Jakarta Timur

14 77 95

Hubungan motivasi belajar dengan hasil belajar pendidikan agama islam siswa kelas V di sdn kedaung kaliangke 12 pagi

6 106 71

Tingkat Pemahaman Fiqh Muamalat kontemporer Terhadap keputusan menjadi Nasab Bank Syariah (Studi Pada Mahasiswa Program Studi Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

1 34 126

Penolakan Terhadap Permohonan Pendaftaran Merk Yang Ditangani Oleh Kantor Wilayah Departemen Hukum Dan Ham Jawa Barat

1 23 1

HUBUNGAN KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 PONCOWARNO KALIREJO LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

10 138 52

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 5 SUNGAILANGKA PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 22 38

PENINGKATAN KETERAMPILAN GERAK DASAR MENENDANG BOLA MENGGUNAKAN KURA-KURA KAKI ATAU KAKI BAGIAN PUNGGUNG DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU MODIFIKASI PADA SISWA KELAS V SDN 1 PADANGRATU KABUPATEN PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 30 41

HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 1 RAJABASA RAYA KOTA BANDAR LAMPUNG

6 60 62

Politik Hukum Pembaharuan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Kajian Pasal 74 beserta Penjelasannya)

0 1 22