DAMPAK MEDIA TV TERHADAP PSIKOLOGI MASYA (1)

DAMPAK MEDIA TV TERHADAP PSIKOLOGI MASYARAKAT

Ketakjuban paling baru dalam peradaban manusia abad ini muncul tatkala globalisasi
teknologi informasi menyerbu ke seluruh pelosok dunia. Nyaris seluruh denyut-denyut
perkembangan di mana pun di muka bumi ini bisa disaksikan lewat siaran jaringan televisi.
Karena televisi merupakan salah satu pioner dalam penyebaran informasi yang menggunakan
satelit dan kini menjadi media informasi yang terus berkembang pesat.
Memiliki televisi pada zaman sekarang ini bukanlah suatu hal yang luar biasa, karena
sudah banyak teknologi lain yang dimiliki orang dan lebih canggih daripada televisi. Saat ini
dapat dikatakan bahwa hampir setiap rumah tangga telah memiliki pesawat televisi
Dapat dikatakan bahwa televisi sebagai media yang muncul belakangan dibanding media
cetak dan radio, ternyata memberikan nilai yang sangat spektakuler dalam sisi-sisi pergaulan
hidup manusia saat ini. Kemampuan televisi dalam menarik perhatian massa didukung oleh
beberapa hal, yaitu: pertama, televisi memiliki keunggulan sebagai media yang dapat didengar
(audio) dan dapat dilihat (visual) karena mempunyai gambar. Gambar yang muncul pada televisi
bukan gambar mati melainkan gambar hidup yang dapat menimbulkan kesan yang mendalam
pada penonton. Selain itu, televisi dapat diletakkan di sudut ruangan sehingga pemiliknya dapat
menikmati siarannya lebih santai dan nyaman.
Keunggulan lain televisi adalah dapat merangsang seluruh alat indra manusia dan
merubah persepsi sehingga pada akhirnya mempengaruhi perilaku pemirsa. Hal yang sama
disampaikan Mar’at sebagaimana dikutip Rousydy bahwa umumnya acara televisi dapat

mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi dan perasaan-perasaan penonton, sehingga pesanpesan yang disampaikan sangat mudah mempengaruhi emosional pemirsa dimanapun berada.
Media televisi sebagaimana media massa lainnya berperan sebagai alat informasi,
hiburan, kontrol sosial dan penghubung wilayah secara geografis. Bersamaan dengan jalannya
proses penyampaian isi pesan televisi kepada pemirsa, maka isi pesan juga akan diinterpretasikan
secara berbeda-beda menurut visi pemirsa. Hal tersebut terjadi karena tingkat pemahaman dan
kebutuhan pemirsa terhadap isi pesan acara televisi berkaitan erat dengan status sosial ekonomi
serta situasi dan kondisi pemirsa pada saat menonton televisi. Sebab itu, pengaruh yang
ditimbulkan televisi bagi pemirsa juga beraneka ragam, bisa berpengaruh ke arah yang positif
dan sebaliknya bisa juga berpengaruh negatif, hal tersebut tergantung kepada selektifitas pemirsa
dalam memilih dan mempergunakan informasi yang disampaikan televisi.
Terapan selektifitas dalam memilih acara siaran televisi sangat erat kaitannya dengan
karakteristik khalayak (pemirsa), seperti jenis kelamin, pendidikan, usia, agama dan budaya.
Sebagaimana dijelaskan Depari dan MacAndrews bahwa variabel-variabel seperti jenis kelamin,
umur dan pendidikan turut menentukan selektifitas seseorang terhadap media yang ditawarkan.
Wright mengatakan bahwa terapan selektifitas adalah suatu hasil sampingan karakteristik sosial
para khalayak (pemirsa).

Secara teoretis, Kuswandi mangatakan bahwa ada tiga dampak yang ditimbulkan acara
televisi terhadap khalayak (pemirsa), yaitu:
1. Dampak kognitif, yaitu kemampuan pemirsa untuk menyerap dan memahami acara yang

ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa.
2. Dampak peniruan, yaitu pemirsa dihadapkan pada model yang sedang aktual sehingga pemirsa
ikut-ikutan untuk mencontohnya.
3. Dampak prilaku, yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan
acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari para pemirsa.
Berdasarkan pendapat Kuswandi, timbul pro dan kontra terhadap dampak acara televisi,
yaitu:
1. Acara televisi dapat mengancam nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat.
2. Acara televisi dapat menguatkan nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat.
3. Acara televisi akan membentuk nilai-nilai sosial baru dalam kehidupan masyarakat.
Terlepas dari pengaruh positif atau negatif, pada intinya media televisi telah menjadi
cermin budaya tontonan bagi pemirsa dalam era informasi yang semakin berkembang pesat. Hal
yang dikhawatirkan dari paket acara televisi yaitu pengaruh yang dapat menjadikan perilaku
pemirsa ke arah yang cenderung negatif. Selain itu, televisi yang dulu mungkin hanya menjadi
konsumsi kalangan dan umur tertentu saja, akan tetapi saat ini bisa dinikmati dan sangat mudah
dijangkau oleh semua kalangan tanpa batas usia. Banyak paket-paket acara televisi yang
layaknya dikonsumsikan orang dewasa, ternyata ditonton oleh anak-anak.
Salah satu siaran yang ditayangkan televisi dan banyak menyita perhatian penonton
adalah siaran ilustrasi kriminal, yaitu sebuah tayangan yang berkaitan dengan rekonstruksi yang
diilustrasikan seorang model tentang kejadian tindak kriminal. Ilustrasi kriminal ditayangkan di

televisi seperti di SCTV dengan nama acara Derap Hukum, di Lativi dengan nama acara
Eksekusi, di TPI dengan nama Sidik Kasus, di Anteve dengan nama Fakta dan di Trans TV
dengan nama Jelang Siang.
Masyarakat mempunyai penilaian yang berbeda mengenai nilai siaran rekonstruksi
kriminal yang ditayangkan pada televisi. Ada yang menilai siaran tersebut sangat menarik dan
dapat menjadi bahan pelajaran untuk mengantisipasi terjadinya tindak kriminal lainnya. Ada juga
yang menilai siaran tersebut dapat menimbulkan kejahatan baru yang tidak diinginkan, karena
seseorang dapat mencontoh adegan-adegan yang ditayangkan.
Berdasarkan pengamatan penulis, rekonstruksi kriminal yang ditayangkan televisi telah
memberikan dampak buruk bagi masyarakat kecamatan Medan Amplas. Dampak buruk yang
dimaksud seperti terjadinya beberapa kali tindak kriminal pencurian berencana di sebuah mini
market di Simpang Limun. Pencurian tersebut dilakukan anak-anak yang berumur 10-13 tahun

yang mengakibatkan para pelaku digiring ke kantor polisi dan dimasukkan ke dalam penjara.
Para tersangka mengaku bahwa ide tindakan kriminal yang mereka lakukan diilhami dari siaran
ilustrasi kriminal yang mereka tonton di televisi.
Dampak buruk siaran ilustrasi kriminal yang ditayangkan televisi tidak hanya
mempengaruhi kondisi psikologis anak-anak. Siaran tersebut juga mempengaruhi kondisi
psikologis masyarakat secara umum. Sejumlah masyarakat merasa waswas, khawatir, cemas dan
takut, jika adegan tersebut akan dicontoh seseorang untuk melakukan tindak kriminal. Uraian

yang telah dijelaskan merupakan indikator bahwa siaran ilustrasi dapat mempengaruhi perilaku
pemirsa. Fenomena yang disebutkan di atas merupakan salah satu indikator bahwa siaran
ilustrasi kriminal memberikan dampak negatif bagi psikologi masyarakat.

Dampak Positif Menggunakan Televisi Secara Psikologis, sebagai berikut:
 Televisi dapat menjadi salah satu hiburan utama, karena dapat menghilangkan kejenuhan.
 Televisi dapat menjadi informasi yang menyajikan beragam berita, baik dari dalam
maupun luar negeri.tentu tidak akan membuat kita ketinggalan informasi dan
memberikan wawasan yang cukup luas secara tepat.
 Bila Televisi menyajikan acara-acara yang berhubungan dengan pendidikan, tentu hal ini
sangat berguna bagi para pelajar. Seorang pelajar dapat mengambil manfaat berupa
informasi pendidikan dari acara tersebut.
 Televisi banyak menampilkan tokoh-tokoh yang memiliki pengaruh baik dalam dunia
pendidikan, dunia usaha, dunia hiburan, dll. Figur-figur yang di tampilkan dalam
televisiPsdapat memicu kita untuk mencontoh kesuksesan mereka.
Dampak Negatif Menggunakan Televisi Secara Psikologis, sebagai berikut:
 Pengaruh negatif yang paling utama adalah membuat kita lupa waktu. Bila sudah
menonton televisi munkin akan merasa malas untuk melakukan suatu pekerjaankarena
sudah keasikan menonton TV. Bagi pelajar sangat merugikan, karena dapat lupa belajar.
 Banyaknya acara-acara yang tidak mendidik di televisi bisa mempengaruhi kejiwaan

seseorang, contohnya film kekerasan atau berita kriminal adalah beberapa acara yang
tidak patut di tonton oleh anak kecil maupun remaja, mereka bisa saja meniru adegan
yang mereka tonton.
 Menonton terus menerus juga bisa merusak kesehatan, mata akan menjadi rusak,dan
tubuh tidak akan terbiasa bekerja berat akibatnya adalah tubuh menjadi lemah dan lemas.
 Televisi dapat meningkatkan konsumsi lebih meningkat, maksudnya di TV banyak iklan
yang beredar luas , iklan tersebut yang akan memotivasi kita untuk membeli barang
tersebut.

DAMPAK TAYANGAN TV

Tayangan televisi ditengarai telah mempengaruhi munculnya perilaku negatif (agresif dan
konsumtif) di kalangan anak-anak dan remaja. Hampir seluruh sajian acara di televisi
disuguhkan untuk konsumsi penonton dewasa. Sementara acara untuk anak-anak boleh dibilang
sangat minim. Selain itu, sebagian besar jam tayang televisi (terutama TV swasta) menyajikan
tayangan-tayangan yang bersifat informasi dan hiburan (infotainment). Bahkan dapat dikatakan
wajah tayangan televisi kita didominasi oleh sinetron dan informasi selebriti.
Ironinya, alur cerita yang ada belum beranjak dari isu perselingkuhan, percintaan, dan kekerasan.
Situasi ini semakin diperparah oleh jam tayang yang “memaksa” anak-anak ikut menonton. Bila
dicermati lebih mendalam, ternyata dampak tayangan TV tidak hanya mempengaruhi pola

tingkah laku, tetapi juga mempengaruhi pola tutur kata anak. Ungkapan “papa jahat” atau “mama
jahat” acap diucapkan seorang anak manakala orang tuanya tidak mengabulkan permintaan
anaknya. Contoh lain, seorang anak juga sering mengatakan kata-kata yang mengandung unsur
kekerasan atau kata-kata negatif seperti “bodoh”, “aku bunuh kau”, “aku benci kamu”, atau
“emangnya gue pikirin”
Tayangan televisi yang telah meresahkan masyarakat memang membutuhkan dimensi
kepedulian moral bagi pengelola atau lembaga penyiaran. Pihak pengelola televisi memang
sering dihadapkan pada dilematis antara dimensi idiil dan dimensi komersial. Meskipun secara
filosopis idealisme (dimensi idiil) menjadi ciri hakiki pers, tetapi realitas menunjukkan bahwa
aspek komersial lebih menggejala. Pengelola penyiaran televisi masih terjebak pada upaya
menayangkan siaran-siarannya yang mengarah pada unsur hiburan dan informasi semata
(infotainment). Sementara televisi sebagai media massa memiliki fungsi di bidang pendidikan
dan kontrol/perekat sosial.
Agaknya pemahaman bahwa tayangan televisi sebagai media yang mampu menimbulkan atau
mempengaruhi perilaku pemirsanya belum seutuhnya disadari. Berdasarkan kajian psikologi
komunikasi, tayangan-tayangan televisi menawarkan atau menyajikan pesan-pesan yang akan
menstimulus organisme penontonnya. Stimulus pesan-pesan televisi ini sebelum menimbulkan
respon akan mengendap di organisme penontonnya setelah melalui tahapan perhatian,
pengertian, dan penerimaan. Bagi penonton dewasa tentu efek negatif yang ditimbulkan tidak
begitu besar dibandingkan penonton anak-anak atau remaja.

Penonton dewasa memiliki tingkat filterisasi yang baik dibandingkan anak-anak. Penonton
dewasa bukanlah audience pasif. Artinya, organisme penonton dewasa sebagaimana konsepsi
teori S-O-R (Stimulus Organisme Respon) yang telah dikembangkan Hovland lebih bersifat aktif
dibandingkan penonton anak-anak. Penonton dewasa telah mampu memilah-milah mana yang

baik dan mana yang buruk sementara penonton anak-anak belum mampu mengkritisi atau
memfilter pesan tayangan televisi yang masuk ke otaknya (black box).
Pada anak-anak, komponen organisme (daya pikir) masih labil. Artinya, pesan-pesan tayangan
televisi memberikan memori yang cepat atau lambat mempengaruhi perilaku yang ditimbulkan.
Dengan kata lain sebagaimana karakter anak-anak, mereka akan meniru apa yang telah
dilihatnya di televisi. Artinya, tayangan televisi sesuai dengan teori modeling akan menjadi
model perilaku anak-anak. Mungkin masih segar dalam ingatan kita ketika tayangan smackdown
membuat geger jagat nusantara. Aksi kekerasan yang diperagakan anak-anak merupakan dampak
negatif setelah menonton acara smackdown di televisi. Dengan polos dan lugu mereka
mempraktekkan aksi membanting seperti adegan yang telah disaksikannya di layar kaca.
Berdasarkan kajian, saat ini 6-7 jam televisi membombardir tayangan-tayangannya kepada anakanak. Dapat dibayangkan, bagaimana pesan-pesan televisi “meracuni” pikiran anak-anak yang
secara psikologis masih pada tahap mencari jati diri dengan sifat ingin tahunya yang begitu
besar. Melihat kondisi yang ada, dapat disebutkan bahwa 1/3 hari anak-anak dihabiskan dengan
“berpetualang” dengan tayangan televisi. Bahkan tidak salah jika disebutkan tayangan televisi
telah menjadi “orangtua” bagi anak-anak.

Celakanya, saat menonton TV tak jarang orangtua (terutama kaum ibu) larut dalam alur cerita
yang disajikan. Saat menonton sinetron misalnya, orangtua yang semestinya harus menjadi
komentator dalam mendampingi anaknya menonton TV justru terhipnosis oleh adegan-adegan
yang ditonton. Akibatnya, selain tak kuasa melarang anak untuk menonton TV, tak jarang
orangtua hanya duduk diam menikmati acara tanpa berkomunikasi dengan anak.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

KEBIJAKAN BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAERAH (BAPEDALDA) KOTA JAMBI DALAM UPAYA PENERTIBAN PEMBUANGAN LIMBAH PABRIK KARET

110 657 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45