Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektivitas Penggunaan Quantum Teaching dalam Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Todanan 01 Kecamatan Todanan Kabupaten Blora Semester II Tahun 2014/2015

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori
2.1.1 Hakikat IPA
2.1.1.1 Pembelajaran IPA
IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam struktur
kurikulum pendidikan di tingkat sekolah dasar. Dalam kurikulum pendidikan
dasar GBPP (Dekdibud, 1994: 61) mengemukakan bahwa mata pelajaran IPA
adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan,
ketrampilan, sikap, dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan
menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Pelajaran IPA perlu diajarkan di
sekolah dasar dengan menekankan pada pemberian pengalaman langsung melalui
ketrampilan proses dan sikap ilmiah yang didukung dengan berbagai sarana dan
prasarana atau media yang sesuai. Salah satu tujuan pengajaran IPA adalah siswa
dalam memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan seharihari.
Maslichah Asy’ari (2006: 7) mengemukakan bahwa “IPA dikatakan
sebagai pengetahuan manusia tentang alam yang diperoleh dengan cara yang
terkontrol. Pengetahuan manusia yaitu sebagai prosesnya yaitu bagaimana cara
mendapatkan pengetahuan tersebut”. Menurut Trianto (2012: 137) “IPA
merupakan suatu produk, proses dan aplikasi. Sebagai produk, IPA merupakan

sekumpulan pengetahuan, konsep dan bagan konsep. Sebagai proses, IPA
merupakan proses yang dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan
dan mengembangkan produk-produk sains dan sebagai aplikasi yaitu teori-teori
IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan”.
Dari pendapat beberapa ahli dapat dijelaskan bahwa mata pelajaran IPA
adalah program atau sistem berpikir dalam menanamkan dan mengembangkan
pengetahuan, ketrampilan dan sikap secara terkontrol. Berdasarkan karakteristik

9

10

IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
sehingga buka hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep maupun prinsip-prinsip tetapi merupakan suatu proses penemuan. Proses
belajar ini melibatkan hampir semua alat indera, seluruh proses berpikir dan
berbagai macam gerakan otot. Pemberian pengalaman langsung dapat digunakan
untuk mengembangkan kompetensi agar dapat menjelajahi dan memahami alam
sekitar. Pada pendidikan dasar diperlukan pembelajaran yang harus diajarkan
bersifat alamiah dengan didukung oleh sarana atau media belajar agar siswa dapat

berpikir secara rasio dan mampu merealisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
2.1.1.2 Tujuan Pembelajaran IPA
Menurut Permendiknas no. 22 tahun 2006 mengenai Standar Isi tentang
tujuan pelajaran IPA di SD/MI agar siswa dapat memilki kemampuan sebagai
berikut.
1)Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha
Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam
ciptaan-Nya; 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman
konsep-konsep IPA; 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap
positif dan kesadaran; 4) Mengembangkan ketrampilan proses
untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan
memebuat keputusan; 5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan
serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan;
6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; 7) Memperoleh
bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar.
Maslichah Asy’ari (2006: 23) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran
IPA di sekolah dasar sebagai berikut.
a. Menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap IPA.
b. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam

sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
c. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep
IPA yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
d. Berperan aktif dalam memelihara, menjaga dan melestarikan
lingkungan alam.
e. Menghargai alam sekitar dan segala keteraturannya sebagai
salah satu ciptaan Tuhan.

10

11

Dari pemaparan diatas bahwa tujuan mata pelajaran IPA yaitu dapat
meningkatkan kesadaran akan menjaga dan melindungi lingkungan sekitar atau
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu siswa dapat mengembangkan rasa ingin
tahunya mengenai kegiatan-kegiatan atau percobaan yang dapat mempengaruhi
cara berpikir siswa secara ilmiah. Dengan didukung oleh sumber belajar dan
media belajar yang sesuai dengan materi pokok pelajaran IPA secara langsung
siswa dapat memperoleh pengetahuan dan konsep baru, ketrampilan yang dimiliki

siswa menjadi lebih kreatif dan mampu berimajinatif tinggi sehingga dapat
diterapkan secara nyata pada kehidupan sehari-hari. Hal ini merupakan bekal
pengetahuan, konsep dan ketrampilan yang diperoleh di pendidikan dasar yang
digunakan sebagai bekal di pendidikan yang lebih lanjut.
2.1.1.3 Pembelajaran IPA di SD
Pembelajaran IPA ditanamkan mulai dari pendidikan sekolah dasar,
pembelajaran IPA di sekolah dasar menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami
alam sekitar secara ilmiah. Hal ini disebabkan karena IPA diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan
masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan
secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan, Djojosoediro
(2015)
Standar kompetensi dan kompetensi dasar digunakan sebagai arah dan
landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran dan
indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Adapun materi yang akan
dibahas dalam standar kompetensi dan kompetenssi dasar kelas V semester II
tahun pelajaran 2014/2015.

11


12

Tabel 2.1
Kompetensi IPA Sekolah Dasar
Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

7. Memahami perubahan 7.2 Mengidentifikasi
yang terjadi di alam
jenis-jenis tanah
dan hubungannya
dengan penggunaan
sumber daya alam
Berdasarkan tabel diatas dijelaskan bahwa materi pokok bahasan
mengenai “bumi dan alam semesta” dengan Standar Kompetensi “Memahami
perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan pengunaan sumber daya
alam” yang terbagi menjadi beberapa Kompetensi Dasar dimana salah satu
Kompetensi Dasar diambil yaitu “Mengidentifikasi jenis-jenis tanah”. Indikator

pencapaian kompetensi digunakan sebagai pedoman dalam merancang tujuan
pembelajaran yang akan dicapai, adapun indikator pembelajaran yang dibahas,
meliputi: “mengidentifikasi susunan lapisan tanah dan mengidentifikasi jenis-jenis
tanah, misalnya berpasir, tanah liat dan tanah humus”. Materi pokok bahasan
tersebut dipelajari di pendidikan dasar dengan tujuan mengenal dan mempelajari
alam sekitar agar dapat meningkatkan kesadaran dalam melestarikan dan
menghargai karya ciptaan Tuhan.
2.1.2 Quantum Teaching
2.1.2.1 Strategi Quantum Teaching
Menurut Bobbi DePorter (2014: 32) “Quantum teaching adalah
penggubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya. Dan Quantum
Teaching juga menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang
memaksimalkan momen belajar”. Quantum Teaching berfokus pada hubungan
dinamis dalam lingkungan kelas interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka
untuk belajar. Quantum Teaching dimulai di supercamp, sebuah program
percepatan Quantum Teaching yang ditawarkan Learning Forum, yaitu sebuah
perusahaan

pendidikan


internasional

yang

ketrampilan akademis dan ketrampilan pribadi.

12

menekankan

perkembangan

13

Menurut Syaiful Sagala (2010: 108) Quantum teaching adalah mengubah
belajar meriah dengan segala nuansanya, juga menyertakan segala kaitan,
interaksi, dan perbedaan untuk memaksimalkan momen belajar. Quantum
teaching berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas, interaksi yang
mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar. Hernawan (2008: 6)
mengemukakan bahwa quantum teaching merupakan model pembelajaran yang

melejitkan kemampuan guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Quantum
teaching menawarkan tentang cara-cara baru untuk memaksimalkan dampak dari
usaha pembelajaran melalui penciptaan lingkungan belajar yang efektif untuk
memudahkan semangat belajar.
Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli mengenai pengertian strategi
Quantum Teaching dapat dijelaskan bahwa Quantum Teaching adalah kerangka
kegiatan belajar yang digunakan untuk mengetahui karakteristik siswa dan potensi
siswa dalam berprestasi melalui memaksimalkan momen belajar, memadukan
berbagai sugesti positif dan interaksinya dengan lingkungan yang dapat
mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Lingkungan belajar yang
menyenangkan dapat menimbulkan motivasi pada diri siswa sehingga secara
langsung dapat mempengaruhi proses belajar mereka. Quantum Teaching dengan
teknik peta pikiran atau mind mapping dan simulasi dapat meningkatkan potensi
akademis (prestasi belajar) maupun potensi kreatif yang terdapat dalam diri siswa.
Dengan mengubah suasana belajar meriah dengan segala nuansanya, mengubah
interaksi dalam kegiatan belajar maupun hubungan dinamis dalam lingkungan
kelas. Interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar dapat
mengubah kemampuan dan bakat alamiah guru serta siswa sehingga mengalami
kemajuan dalam proses belajar mengajar secara efektif dan efisien.
2.1.2.2 Dasar Strategi Quantum Teaching

Pembelajaran Quantum Teaching dalam DePorter (2014: 34-36) memiliki
asas utama: “Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke
dunia mereka”. Maksud asas utama ini memberi pengertian bahwa langkah awal
yang harus dilakukan dalam pengajaran yaitu mencoba memasuki dunia yang

13

14

dialami oleh siswa. Cara yang dilakukan oleh seorang guru adalah dengan
mengajarkan sebuah peristiwa, pikiran atau perasaan yang diperoleh dari
kehidupan rumah, sosial, musik, seni, rekreasi atau akademis mereka. Setelah
kaitan itu terbentuk, maka dapat membawa mereka ke dalam dunia kita dan
memberi mereka pemahaman mengenai isi dunia itu. “Dunia Kita” dipeluas
mencakup tidak hanya para siswa, tetapi juga guru. Akhirnya dengan pengertian
yang lebih luas dan penguasaan lebih mendalam ini, siswa dapat membawa apa
yang mereka pelajari ke dalam dunia mereka dan menerapkannya pada situasi
baru.
Menurut Bobbi DePorter (2014: 36) prinsip yang digunakan dalam
Quantum Teaching terdiri dari lima prinsip sebagai berikut.

a. Segalanya berbicara, segalanya dari lingkungan kelas hingga
bahasa tubuh, dari kertas yang dibagikan hingga rancangan
pelajaran semua mengirim pesan tentang belajar.
b. Segalanya bertujuan, semua penggubahan mempunyai tujuan.
c. Pengalaman sebelum pemberian nama, proses belajar paling
baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum
mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari.
d. Akui setiap usaha, mereka patut mendapat pengakuan atas
kecakapan dan kepercayaan diri mereka.
e. Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan. Perayaan
memberikan umpan balik mengenai kemajuan dalam belajar.
Berdasarkan pemikiran mengenai prinsip-prinsip diatas dapat dijelaskan
bahwa “Segalanya berbicara”, maksudnya bahwa seluruh lingkungan kelas
hendaknya dirancang untuk dapat membawa pesan belajar yang dapat diterima
oleh siswa, ini berarti rancangan kurikulum dan rancangan pembelajaran guru,
informasi, bahasa tubuh, tindakan, gerakan dan seluruh kondisi lingkungan
haruslah dapat berbicara membawa pesan belajar bagi siswa. Segalanya berbicara
kaitannya dalam penelitian ini adalah saatguru membagikan gambar-gambar alur
produksi dan siswa dapat membaca gambar tersebut. ”Segalanya bertujuan”,
maksudnya segala penggubahan pembelajaran tanpa kecuali harus mempunyai

tujuan jelas dan terkontrol. Sumber dan fasilitas yang terlibat dalam setiap
pembelajaran pada prinsipnya untuk membantu perilaku kognitif, afektif dan
psikomotorik.

14

15

Segalanya bertujuan kaitannya dalam penelitian ini adalah guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai setelah siswa mempelajari
materi. “Pengalaman sebelum pemberian nama”, maksudnya sebelum siswa
belajar memberi nama (mengidentifikasi, mengkonseptualisasi, membedakan,
mengkategorikan) hendaknya telah memiliki pengalaman informasi yang terkait
dengan upaya pemberian nama tersebut. Pengalaman sebelum pemberian nama
jika dikaitkan pada penelitian ini adalah tindakan ketika guru memberikan lembar
kerja siswa kemudian siswa mengerjakan sesuai dengan pengalamannya.
“Mengakui setiap usaha”, maksudnya semua usaha yang telah dilakukan siswa
harus memperoleh pengakuan guru dan siswa lainnya.
Pengakuan ini penting agar siswa selalu berani melangkah ke bagian
berikutnya dalam pembelajaran. Mengakui setiap usaha bila dikaitkan dengan
penelitian ini adalah siswa mempresentasikan hasil diskusi dan guru menguatkan
serta memberikan kesimpulan bersama. “Merayakan keberhasilan”, maksudnya
setiap usaha dan hasil yang diperoleh dalam pembelajaran pantas dirayakan.
Perayaan ini diharapkan memberi umpan balik dan motivasi untuk kemajuan dan
peningkatan hasil belajar berikutnya. Merayakan keberhasilan bila dikaitkan
dengan penelitian ini adalah siswa dan kelompok terbaik mendapatkan bintang
prestasi dan tepuk tangan.
2.1.2.3 Konsep Quantum Teaching
Menurut De Porter, dkk (2014: 39) Quantum Teaching memodelkan
filosofi pengajaran dan strateginya dengan “Maestro” pada margin, mengingat
pada komponen kerangka rancangan saat membeca keseluruhan bab. Di bawah ini
adalah tinjauan sekilas konsep mengenai TANDUR dan maknanya.
a. Tumbuhkan, tumbuhkan minat dengan memuaskan.
b. Alami, ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat
dimengerti semua pelajar.
c. Namai, sediakan kata kunci, konsep, rumus, model strategi
sebuah “masukan”.
d. Demonstrasikan, sediakan kesempatan kepada pelajar “untuk
menunjukkan bahwa mereka tahu”.
e. Ulangi, mengulang materi dan menegaskan.

15

16

f. Rayakan, pengakuan untuk partisipasi dan pemperolehan
keterampilan dalam ilmu pengetahuan.
Dari konsep Quantum Teaching diatas dijelaskan bahwa pertama
“Tumbuhkan”, artinya membuat siswa tertarik dengan materi yang akan diajarkan
yaitu dengan menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Kedua “
Alami”, maksudnya berikan pengalaman nyata kepada siswa untuk mencoba.
Tindakan guru dalam penelitian ini adalah siswa mencoba mengerjakan materi
sesuai dengan pengalaman nyata siswa dari lingkungan sosial. Ketiga “Namai”,
siswa merencanakan untuk membuat laporan hasil diskusi secara lengkap.
Keempat “Demonstrasikan”, hasil alami dan namai kemudian dipresentasikan di
depan kelas untk dipertanggung jawabkan kepada setiap anggota kelompok.
Kelima “Ulangi”, maksudnya beri kesempatan untuk mengulangi apa yang telah
dipelajarinya, sehingga setiap siswa merasakan langsung dimana kesulitan
akhirnya datang kesuksesan, kami bisa bahwa kami memang bisa. Sedangkan
keenam “Rayakan”, bisa dilakukan dengan pujian, tepuk tangan, bernyanyi
bersama.
2.1.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Quantum Teaching
Pada setiap strategi pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Elsusanti (2015) menyebutkan kelebihan strategi pembelajaran
Quantum Teaching.
a.
b.

Pembelajaran Quantum Teaching menekankan aktivitas siswa.
Dirancang sesuai dengan karakteristik siswa sehingga siswa
menjadi antusias, termotivasi, nyaman dan menyenangkan.
c. Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara
teori dengan kenyataan dan dapat mencoba melakukannya.
d. Karena model pembelajaran quantum teaching membutuhkan
kreativitas dari guru untuk merangsang keinginan bawaan
siswa untuk belajar.
e. Pelajaran yang diberikan oleh guru disesuaikan dengan
kehidupan siswa.
Adapun kekurangan strategi pembelajaran quantum teaching, Miftahul

Huda (2013: 196).
a. Model ini memerlukan dan menuntut keahlian dan ketrampilan
guru lebih khusus.

16

17

b. Memerlukan proses perancangan dan persiapan pembelajaran
yang cukup matang dan terencana dengan cara yang lebih baik.
c. Tidak semua kelas memiliki sumber belajar, alat belajar
maupun fasilitas belajar yang dijadikan prasyarat dalam
quantum teaching, selain juga karena pembelajaran ini
menuntut situasi dan kondisi serta waktu yang lebih banyak.
Dalam menyikapi kelemahan pada strategi pembelajaran Quantum
Teaching agar tercipta pembelajaran yang optimal maka dapat dilakukan alternatif
pemecahan masalah.
a. Guru

harus

senantiasa

belajar

memahami

strategi

dalam

mengembangkan ketrampilan mengajarnya agar pembelajaran dapat
berlangsung secara efektif dan efisien sesuai dengan strategi
pembelajaran quantum teaching.
b. Dalam melakukan perncanaan dan persiapan yang baik atau matang
sebelum pembelajaran berlansung, hendaklah guru menyiapkan
perangkat pembelajaran (RPP), media pembelajaran maupun sumber
belajara yang akan digunakan.
c. Untuk mendukung model pembelajaran quantum teaching, guru dapat
menyiapkan fasilitas seperti sumber belajar dan media pembelajaran
yang mudah dibuat oleh guru namun dapat diaplikasikan pada materi
pokok pelajaran.

2.1.2.5 Langkah-Langkah Pembelajaran dalam Quantum Teaching
Menurut De Porter (2014: 127) bahwa sebelum pembelajaran dilakukan,
guru harus peka dengan apa keinginan dari siswa, agar siswa nyaman dan siap
untuk belajar. Ada dua seksi utama yaitu konteks dan isi. Dalam seksi konteks
terdapat empat aspek yang perlu diperhatikan guru dalam menata kelas yaitu
suasan, landasan, lingkungan dan rancangan. Sedangkan seksi isi terdiri dari
penyajian, fasilitas, ketrampilan dan hidup.
Miftahul Huda (2013: 193-195) menyebutkan langkah-langkah yang dapat
diterapkan dalam pembelajaran melalui konsep Quantum Teaching sebagai
berikut.

17

18

a) Kekuatan ambak, motivasi yang bermanfaat dan akibat-akibat
suatu keputusan; b) Penataan lingkungan belajar, dapat membuat
siswa merasa aman; c) Memupuk sikap juara, memberikan pujian
atau hadiah pada siswa yang telah berhasil dalam belajarnya; d)
Membebaskan gaya belajar, tidak terpaku pada satu gaya belajar
saja seperti visual, auditorial dan kinestik; e) Membiasakan
mencatat, dengan simbol-simbol atau gambar yang mudah
dimengerti siswa itu sendiri; f) Membiasakan membaca, dapat
meningkatkan perbendaharaan kata, pemahaman, wawasan; g)
Menjadikan anak lebih kreatif, menghasilkan siswa dalam ide-ide
yang baru dalam belajarnya; h) Melatih kekuatan memori.
Dengan adanya strategi quantum teaching, guru merancang atau
mendesain segala aspek yang ada di lingkungan kelas yakni: guru, media
pembelajaran, siswa, sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik
perkembangan peserta didik maupun karakteristik pembelajaran IPS di SD. Piaget
(dalam Burhanudin; 2012:123) menyatakan bahwa karakteristik perkembangan
siswa kelas V berada pada tahap operasional konkrit, melalui model pembelajaran
quantum teaching, pembelajaran dirancang dengan mengaitkan kehidupan siswa
sehingga siswa akan mengalami pembelajaran yang bermakna meaningfull
learning.

Informasi

pada

pembelajaran

kemudian

dihubungkan

dengan

pengetahuan sebelumnya, sehingga siswa mampu mengkombinasikan hubungan
secara logis guna memahami kesimpulan tertentu.
Berdasarkan langkah-langkah strategi pembelajaran yang dipaparkan oleh
para ahli dapat dijelaskan dalam sintaks pembelajaran melalui konsep model
quantum teaching sebagai berikut.

18

19

Tabel 2.2
Sintaks Pembelajaran melalui Konsep Quantum Teaching
Fase Kegiatan
Kegiatan Pembelajaran
Guru memberikan motivasi dan
Fase 1
Penyampaian tujuan dan apersepsi kepada siswa dengan
diminta menyebutkan jenis tanah
memotivasi siswa
yang terdapat di lingkungan tempat
tinggal masing-masing kemudian
guru
menyampaikan
tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
Guru menyampaikan materi dan
Fase 2
Penyampaian informasi memberikan contoh yang berkaitan
dengan
pengalaman
umum
kehidupan sehari-hari yang dialami
oleh siswa sehingga mempermudah
siswa untuk memahami materi dan
antusias
dalam
mengikuti
pembelajaran.
Siswa dibimbing oleh guru untuk
Fase 3
berkelompok sesuai dengan jumlah
Mengorganisasikan
siswa
ke
dalam siswa melakukan diskusi, pemberian
kelompok
belajar nama dengan menggunakan kata
untuk
mempermudah
dengan pemberian nama kunci
memahami dan mengingat.
Fase 4
Siswa diberi kesempatan untuk
Presentasi
mempresentasikan
hasil
kerja
kelompok.
Siswa
lain
diberi
kesempatan untuk bertanya atau
menyanggah terhadap kelompok
presentasi.
Fase 5
Siswa diberi kesempatan untuk
Refleksi
mempresentasikan
hasil
kerja
kelompok.
Siswa
lain
diberi
kesempatan untuk bertanya atau
menyanggah terhadap kelompok
presentasi.
Fase 6
Guru memberikan penghargaan
Penghargaan
kepada siswa yang berprestasi dan
memberikan motivasi kepada siswa
yang kurang aktif sebagai wujud
pengakuan dalam berpartisipasi dan
pemerolehan ketrampilan maupun
pengetahuan.

19

20

Dari beberapa fase kegiatan dapat dijelaskan bahwa pada fase pertama
pemberian motivasi belajar dilakukan dengan membimbing siswa untuk
menyiapkan alat tulis di meja masing-masing dan menanya tentang kesiapan
pembelajaran agar siswa dapat semangat dan memiliki antusias yang tinggi dalam
mengikuti pembelajaran yang akan berlangsung, apersepsi digunakan untuk
menarik perhatian dan rasa ingin tahu siswa pada materi yang akan diajarkan.
Setelah siswa merasa ingin tahu tentang materi yang akan dibahas, guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada satu pembelajaran
supaya siswa mengetahui apa kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan dalam
pembelajaran berlangsung.
Fase kedua, guru menyampaikan dan mengembangkan materi pokok
bahasan kepada siswa secara sistematis mulai dari perluasan materi hingga materi
yang lebih spesifik, guru memberikan contoh konret yang berkaitan dengan
pengalaman umum dalam kehidupan sehari-hari yang dialami oleh siswa sehingga
mempermudah siswa untuk memahami materi dan muncul antusias yang tinggi
dalam mengikuti pembelajaran. Pada fase ketiga, guru membagi siswa ke dalam
beberapa kelompok belajar dengan membimbing siswa untuk berdiskusi sesuai
dengan jumlah siswa dalam kelas. Guru memberikan nama pada masing-masing
kelompok agar mempermudah berinteraksi dari satu identitas kelompok dengan
identitas kelompok lain. Masing-masing kelompok dibimbing guru untuk
melakukan percobaan dan mengerjakan pada lembar yang telah disediakan sesuai
dengan prosedur kegiatan, guru memberikan waktu dalam berdiskusi agar masingmasing kelompok dapat memanfaatkan waktu secara optimal. Hal tersebut dapat
melatih ketrampilan dan kedisiplinan siswa dalam menggunakan waktu sebaik
mungkin.
Setelah waktu yang ditentukan selesai dilanjutkan dengan fase keempat,
masing-masing kelompok diberi kesempatan untuk menyampaikan hasil
diskusinya dengan presentasi di depan kelas. Semen tara salah satu kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya, kelompok lain memperhatikan jawaban atau
hasil diskusi kelompok yang sedang presentasi dengan diberi kesempatan untuk
bertanya atau menyanggah dari hasil diskusi kelompok presentasi. Secara

20

21

keseluruhan kelompok mempersentasikan hasil diskusinya di depan kelas secara
bergantian. Guru bersama siswa mengoreksi jawaban dari masing-masing
kelompok dan meluruskan jawaban yang kurang tepat.
Fase kelima, pada pengoreksian jawaban yang benar diberi penguatan.
Guru menguji pemahaman siswa atau mengulang kembali materi yang telah
diajarkan dengan memberikan soal evaluasi, siswa diberi waktu untuk
mengerjakan secara individu. Setelah selesai mengerjakan lembar jawaban
evaluasi dikumpulkan oleh guru. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya
mengenai pemahaman materi yang belum jelas terhadap guru. Guru membimbing
siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dibahas pada satu pembelajaran
kemudian siswa dibimbing untuk meringkas materi di buku catatan masingmasing, hal ini dapat melatih siswa dalam ketelitian, tanggung jawab dan
kedisiplinan yang dapat diterapkan pada kegiatan belajar sehari-hari.
Pada kegiatan akhir guru tidak hanya menutup pembelajaran dengan
memberikan pesan moral, namun fase keenam guru memberikan penghargaan
atau reward kepada siswa yang aktif dan berprestasi dalam mengikuti
pembelajaran berlangsung. Sedangkan siswa yang kurang aktif diberikan motivasi
yang digunakan sebagai wujud pengakuan dalam ikut berpartisipasi pemerolehan
ketrampilan maupun pengetahuan padapembelajaran.

2.1.2.6 Penerapan Pembelajaran IPA dalam Quantum Teaching berdasarkan
Standar Proses
Dengan langkah-langkah strategi pembelajaran quantum teaching yang
dipaparkan secara keseluruhan namun harus disesuaikan dengan desain
pembelajaran dalam Standar Proses yang telah dirancang. Menurut Permendikbud
no. 65 tahun 2013 tentang Standar Proses pendidikan dasar dan menengah bahwa
perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran yang mengacu pada Standar Isi. Perencanaan
pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan
penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran dan
skenario

pembelajaran.

Penyusunan

silabus

21

dan

Rencana

Pelaksanaan

22

Pembelajaran disesuaikan pendekatan atau model pembelajaran yang digunakan,
dimana komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran terdiri atas.
a.

Menentukan identitas sekolah, materi pelajaran, alokasi waktu dan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai dirumuskan berdasarkan KD.

b.

Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi;

c.

Materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang
relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan
indikator ketercapaian kompetensi;

d.

Metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang
disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai;

e.

Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk
menyampaikan materi pelajaran;

f.

Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam
sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan;

g.

Langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan,
inti, dan penutup; dan

h.

Penilaian hasil pembelajaran.
Berdasarkan uraian diatas mengenai komponen Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran yang terdapat pada rencana pelaksanaan, adapun pelaksanaan
pembelajaran dapat dipaparkan sebagai berikut.
I. Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran
Alokasi waktu jam tatap muka pembelajaran ditetapkan untuk pendidikan
SD/MI yaitu 35 menit. Buku teks pelajaran digunakan untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan
siswa. Pengelolaan kelas disesuaikan dengan tujuan dan karakteristik proses
pembelajaran.
II. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, meliputi
kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.
1. Kegiatan Pendahuluan

22

23

Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran;
b. memberi motivasi belajar siswa secara kontekstual sesuai manfaat dan
aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan memberikan
contoh dan perbandingan lokal, nasional dan internasional;
c. mengajukan

pertanyaan-pertanyaan

yang

mengaitkan

pengetahuan

sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
d. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan
dicapai; dan
e. menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai
silabus.
2. Kegiatan Inti
Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran,
media pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan
karakteristik

peserta

didik

dan

mata

pelajaran.

Pemilihan

strategi

pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan jenjang
pendidikan, meliputi sikap, pengetahuan dan ketrampilan.
2. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru bersama siswa baik secara individual maupun
kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi:
a. Seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh
untuk selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung maupun
tidak langsung dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung;
b. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
c. Melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik
tugas individual maupun kelompok; dan
d. Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya.
Adapun implementasi pembelajaran melalui strategi quantum teaching
pada mata pelajaran IPA sebagai berikut:

23

24

I.

Tahap Persiapan
1. Mempersiapkan media belajar, sumber belajar, materi pokok bahasan dan
penataan ruang kelas secara bentuk U.
2. Menyusun alat replika susunan lapisan tanah dan jenis-jenis tanah
sehingga dapat dilihat dan diamati oleh siswa.

II. Tahap Pelaksanaan
1.

Kegiatan Awal
a. Guru memberikan motivasi dan apersepsi kepada siswa dengan diminta
menyebutkan jenis tanah yang terdapat di lingkungan tempat tinggal
masing-masing.
b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

2.

Kegiatan Inti
a. Melalui media replika susunan tanah dan contoh jenis-jenis tanah guru
membimbing siswa untuk memahami susunan dan jenis-jenis tanah.
b. Mengorganisasikan siswa dalam kelompok dengan pemberian nama.
c. Guru membimbing siswa untuk berdiskusi dalam kelompoknya dan
masing-masing kelompok membahas tentang materi yang sudah dibagi.
d. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan
kelas, sedangkan kelompok lain diberi kesempatan untuk menanggapi
hasil diskusi.
e. Siswa bersama guru mengoreksi dan meluruskan hasil diskusi.
f. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya.
g. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

3.

Kegiatan Akhir
a. Siswa bersama guru menyimpulkan secara keseluruhan dengan membuat
rangkuman di buku tulisnya masing-masing.
b. Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang aktif dalam mengikuti
pelajaran.
c. Siswa diberikan soal evaluasi
d. Guru menutup pembelajaran.

24

25

2.1.3 Hasil Belajar
2.1.3.1 Pengertian Hasil Belajar
Menurut Hamalik (2006: 155) hasil belajar adalah bila seseorang telah
belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari
tidak tahu menjadi tahu. Memberikan gambaran bahwa hasil belajar yang
diperoleh dapat diukur melalui kemajuan yang diperoleh siswa setelah belajar
dengan sungguh-sungguh. Hasil belajar tampak terjadinya perubahan tingkah laku
pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur melalui perubahan sikap dan
keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan
pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.
Sudjana (2010: 22) mengemukakan hasil belajar merupakan kemampuan
yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Hasil belajar sering
digunakan sebagai ukuran apakah proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru
dan siswa berhasil atau tidak. Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai
akibat dari proses belajar yang dilakukan oleh siswa. Semakin tinggi proses
belajar yang dilakukan maka semakin tinggi pula hasil belajar yang diperoleh
siswa. Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui
sberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk
mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran
menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Menurut Winkel
(Purwanto, 2014: 450) hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan
manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Aspek perubahan itu mengacu
kepada taksonomi tujuan pengajaran dikembangkan oleh Bloom, Simpson dan
Harrow mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar dapat
dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan
“belajar”.

Pengertian

hasil

menunjukkan

pada

suatu

perolehan

akibat

dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input
secara fungsional.
Berdasarkan pendapat para ahli maka dapat dijelaskan bahwa hasil belajar
merupakan perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran
sehingga mengalami perubahan perilaku siswa yang mencakup kemampuan

25

26

kognitif, afektif dan psikomotorik setelah menerima pengalaman belajar melalui
pengamatan dan pengukuran yang dilakukan oleh guru. Pada hasil belajar kognitif
merupakan perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan kognisi, prosesnya
mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan berpikir. Belajar yang
melibatkan otak maka perubahan perilaku akibatnya juga terjadi dalam otak
berupa kemampuan tertentu oleh otak untuk menyelesaikan masalah, hasil belajar
kognitif tidak merupakan kemampuan tunggal. Pada belajar afektif merupakan
mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan merasakan,siswa tidak hanya
memberikan perhatian kepada rangsangan tapi juga berpatisipasi dalam kegiatan
untuk

menerima

rangsangan

tersebut.

Sedangkan

belajar

psikomotorik

memberikan hasil belajar berupa ketrampilan, kemampuan menciptakan
serangkaian gerakan baru yang tidak ada sebelumnya atau mengkombinasikan
gerakan yang ada menjadi kombinasi gerakan baru. Hasil belajar yang diperoleh
ini merupakan akibat dari proses belajar yang dilakukan oleh siswa. Hasil belajar
digunakan untuk mengetahui dan mengukur pencapaian keberhasilan proses
pembelajaran. Hasil belajar hanya terjadi pada individu yang belajar, tidak pada
orang lain dan setiap individu menampilkan perilaku belajar yang berbeda. Setiap
manusia mempunyai cara yang khas untuk mengusahakan proses belajar terjadi
dalam dirinya. Tujuan pengajaran menjadi hasil belajar potensial yang akan
dicapai oleh anak melalui kegiatan belajarnya.
Kerlinger (Purwanto, 2014: 2) mengemukakan bahwa “pengukuran adalah
membandingkan sesuatu yang diukur dengan alat ukur dan kemudian menerakan
angka menurut sistem aturan tertentu”. Pengukuran dilakukan untuk mendapatkan
data yang objektif, objektivitas dapat dicapai karena pengumpulan data diambil
dari jarak dengan objek yang diukur dan menyerahkan wewenang pengukuran
kepada alat ukur. Penyerahan kewenangan pengukuran kepada alat ukur
menyebabkan pengumpul data tidak menyertakan subjektivitasnya ke dalam hasil
ukur dan diperoleh data yang objektif. Dalam pengumpulan data hasil belajar,
pengukuran dilakukan atas siswa menggunakan tes hasil belajar sebagai alat ukur.
Menurut Arikunto (2014: 34) untuk dapat melakukan evaluasi hasil belajar maka
diadakan pengukuran terhadap hasil belajar, pengukuran adalah kegiatan

26

27

membandingkan sesuatu dengan alat ukurnya. Pengukuran hasil belajar dilakukan
dengan mengadakan tes yang digunakan untuk membandingkan kemampuan
siswa sebagai alat ukur.
Dari beberapa pendapat para ahli dapat dijelaskan bahwa dalam mengukur
keberhasilan pada proses belajar mengajar, hasil yang dicapai siswa dalam proses
tersebut diukur menggunakan evaluasi untuk mengetahui tingkat pencapaian
tujuan pembelajaran. Pengukuran hasil digunakan untuk melihat tingkat
keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran dan membuat keputusan
evaluasi berdasarkan hasil pengukuran. Evaluasi diperlukan untuk memperoleh
informasi apakah program sudah berlangsung dengan baik. Sistem pengukuran
sebagai usaha mendapatkan hasil pengamatan yang objektif mendorong usaha
pengukuran dalam tujuan pendidikan dengan menghindarkan masuknya
subjektifitas pengumpul data. Pengukuran dalam pendidikan melibatkan objekobjek yang terdapat dalam proses pendidikan, misalnya seperti pelaku pendidikan.
2.1.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Slameto (2010: 54) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor
intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu
yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada dari luar
individu.
a. Faktor intern adalah faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar yang timbul dari sisi individu yang sedang belajar,
beberapa faktor intern meliputi: faktor jasmaniah (kesehatan
dan cacat tubuh); faktor psikologis (intelegensi, perhatian,
minat,bakat, motif, kematangan dan kesiapan); faktor
kelelahan baik itu jasmani maupun rohani.
b. Faktor ekstern merupakan faktor yang berasal dari luar atau
bukan dari sisi individu siswa yang sedang belajar dapat
mempengaruhi hasil belajar, beberapa faktor ekstern meliputi:
faktor keluarga, faktor sekolah, faktor masyarakat.

27

28

Hamdani (2011:60) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar sebagai berikut.
a. Model pembelajaran untuk mencapai ketuntasan hasil
belajar, diantarannya pembelajaran individu, pembelajaran
sejaeat, pembelajaran kelompok, dan tutorial.
b. Peran guru, guru harus inisiatif dalam hal menjabarkan
KD, mengajarkan materi, memonitor pekerjaan siswa,
menilai perkembangan sosial dalam mencapai kompetensi
(kognitif, afektif, psikomotorik), menyediakan alternatif
strategi pembelajaran siswa yang kesulitan belajar.
c. Peran siswa, dengan paradigma KTSP menempatkan
peran siswa sebagai subjek didik. Siswa diberi kebebasan
dalam menetapkan kecepatan pencapaian kompetensi.
Berdasarkan pendapat ahli mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar dapat dijelaskan bahwa setiap individu mempunyai potensi yang
tinggi untuk dididik. Potensi itu berupa perilaku yang dapat diwujudkan menjadi
kemampuan nyata. Dengan didasari oleh faktor intern dan faktor ekstern dapat
mempengaruhi hasil belajar, faktor intern yang berasal dari diri individu itu
sendiri dapat mengubah potensi perilaku kejiwaannya agar menjadi perwujudan
dari kemampuan. Sedangkan faktor ekstern yang berasal dari luar individu dapat
membantu ataupun merugikan seorang individu untuk mengubah potensi perilaku
diri untuk diwujudkan dalam tindakan.
2.1.3.3 Pentingnya Hasil Belajar pada Pembelajaran IPA
Pembelajaran IPA melibatkan siswa dalam berbagai ranah, yaitu ranah
kognitif, psikomotorik, dan afektif. Hal ini dikuatkan dalam kurikulum IPA yang
menganjurkan bahwa pembelajaran IPA di sekolah melibatkan siswa dalam
penyelidikan yang berorientasi inkuiri, dengan interaksi antara siswa dengan guru
dan siswa lainnya, Djojosoediro (2015). Melalui kegiatan penyelidikan, siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan
ilmiah yang ditemukannya pada berbagai sumber, siswa menerapkan materi IPA
untuk mengajukan pertanyaan, siswa menggunakan pengetahuannya dalam
pemecahan. Dalam belajar IPA, siswa mengamati obyek dan peristiwa,
mengajukan pertanyaan, memperoleh pengetahuan, menyusun penjelasan tentang

28

29

gejala alam, menguji penjelasan tersebut dengan cara-cara yang berbeda, dan
mengkomunikasikan gagasannya pada pihak lain. Keaktifan dalam belajar IPA
terletak pada dua segi, yaitu aktif bertindak secara fisik atau hands-on dan aktif
berpikir atau minds-on. Keaktifan secara fisik saja tidak cukup untuk belajar IPA,
siswa juga harus memperoleh pengalaman .
Untuk mengetahui sejauh mana antusias dan pemahaman siswa terhadap
mata pelajaran IPA perlu dilakukan pengukuran terhadap hasil belajar. Menurut
Sudjana (2010: 22) hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa
setelah menerima pengalaman belajar. Hasil belajar sering digunakan sebagai
ukuran apakah proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa berhasil
atau tidak. Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses
belajar yang dilakukan oleh siswa.
Berdasarkan

paparan

mengenai

pentingnya

hasil

belajar

pada

pembelajaran IPA dijelaskan bahwa hasil belajar IPA dapat diukur melalui
ketrampilan proses di dalam pembelajaran berlangsung. Dimana pengukuran ini
dilakukan untuk mencari informasi seberapa jauh pemahaman siswa dalam
menerima materi yang telah diajarkan pada mata pelajaran IPA, melalui keaktifan
yang dilakukan oleh siswa seperti tanya jawab mengenai fenomena alam yang
belum teruji secara pasti, melakukan percobaan yang bersifat ilmiah dan mampu
menyimpulkan hasil akhir dari kegiatan ilmiah tersebut.
2.1.3.4 Hubungan Quantum Teaching dengan Hasil Belajar
Quantum teaching mencakup petunjuk untuk menciptakan lingkungan
belajar yang efektif dan penyampaian materi secara sistematis. Strategi
pembelajaran quantum teaching dapat mempengaruhi kemampuan siswa dalam
berfokus dan mempermudah menyerap informasi. Lingkungan sekeliling juga
mampu meningkatkan kepercayaan diri dan mutu pelajaran. Dengan pengaturan
bangku dan penggunaan alat bantu dapat menghidupkan gagasan-gagasan baru
yang bersifat rasional sehingga memberikan kemampuan dalam memecahkan
suatu masalah dan mendukung hasil belajar.

29

30

Menurut Miftahul Huda (2013: 16) “guru menjadi desainer utama dalam
memilih metodenya sendiri untuk menciptakan pembelajaran dan keberhasilan
siswa”. Quantum teaching digunakan dalam pembelajaran untuk memaksimalkan
perpaduan berbagai interaksi yang ada di dalam maupun di sekitar momen belajar
siswa sehingga dapat mempengaruhi aktivitas siswa dengan meminimalkan
kesulitan dalam belajar melalui penataan bangku dan penggunaan alat bantu yang
tepat agar siswa dapat dengan alami dan mudah dalam belajar. Sehingga dengan
adanya strategi pembelajaran quantum teaching dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
2.2 Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian tentang pengaruh penggunaan Model Quantum
Teaching yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa antara lain, Nelly
Maghfiroh (2010) dalam penelitian berjudul “Upaya peningkatan prestasi belajar
melalui metode Quantum Teaching pada mata pelajaran PKn pada siswa kelas
IVSD N Talang III”. Penelitian Nelly tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata
prestasi belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan
metode quantum teaching yang semula nilai rata-rata kelas dari nilai sebesar 6,55
meningkat menjadi 7,93 atau sekitar 4% siklus I, sedangkan peningkatan prestasi
belajar antara siklus II dengan siklus I adalah pada siklus I nilai rata-rata kelas
sebesar 6,55 meningkat menjadi 8,66 atau sekitar 30%. Secara keseluruhan
dengan penggunaan metode quantum teaching tersebut mampu meningkatkan
hasil belajar siswa 2,11. Hal ini berarti melalui pembelajaran quantum teaching,
prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran PKn mampu ditingkatkan. Dari hasil
penelitian terdahulu ini dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran quantum
teaching dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn di
SD.
Menurut jurnal penelitian Indah, Ngatman dan Chamdani (2013) dengan
judul penelitian “Penggunaan Model Pembelajaran Quantum Teaching Tipe
TANDUR Dalam Peningkatan Hasil Belajar Matematika Di Kelas IV SD Negeri
Madurejo Tahun Ajaran 2012/2013”. Penelitian ini menggunakan model Quantum

30

31

Teaching tipe TANDUR untuk Meningkatkan Hasil Belajar dalam Pembelajaran
Matematika Siswa Kelas IV SD. Penelitian ini bertujuan: meningkatkan hasil
belajar Matematika tentang operasi pecahan di kelas IV dengan menggunakan
model pembelajaran Quantum Teaching tipe TANDUR. Penelitian dilaksanakan
dalam tiga siklus. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri
Madurejo yang berjumlah 29 siswa. Sumber data berasal dari siswa, teman
sejawat dan peneliti. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi,
dokumentasi dan tes. Validitas data menggunakan teknik triangulasi metode dan
sumber. Analisis data yang digunakan dengan analisis kualitatif dan kuantitatif.
Berdasarkan hasil perbandingan hasil belajar siklus I, II dan III keaktifan siswa
sesuai dengan indikator capaian kerja yaitu 80%. Hasilnya menunjukkan bahwa
penerapan metode Quantum Teaching tipe TANDUR, dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran Matematika di kelas IV.
Menurut Nurul Azizah (2013) dengan judul penelitian “Peningkatan
Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Model Pembelajaran Quantum Teaching
Berbasis Media Flashcard Pada Siswa Kelas IVA SDN Sampangan 02 Kota
Semarang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketrampilan guru, aktivitas dan
hasil belajar IPS siswa meningkat. Hasil observasi ketrampilan guru siklus I
memperoleh skor 39 dengan kategori B (Baik). Pada siklus II terjadi peningkatan
skor menjadi 44 dengan kategori A (sangat baik). Peningkatan juga terjadi pada
aktivitas siswa, siklus I jumlah rerata skor 18,9 dengan kategori C (cukup). Pada
siklus II jumlah rerata skor 20,6 dengan B (baik). Pada siklus I nilai rata-rata hasil
belajar siswa 71,75 dengan persentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 62,2%.
Siklus II nilai rata-rata hasil belajar siswa menjadi 77,86 dengan presentase
ketuntasan belajar klasikal sebesar 78%. Pada siklus III terjadi peningkatan nilai
rata-rata hasil belajar siswa menjadi 80,4 dengan persentase ketuntasan belajar
klasikal sebesar 86,4%.
Dari beberapa penelitian diatas dapat diperoleh persamaan dan perbedaan
yang muncul. Persamaan yang terletak pada variabel pembelajaran quantum
teaching, dalam penggunaan quantum teaching terdapat persamaan dengan
penelitian sebelumnya, namun quantum teaching disini berfungsi sebagai

31

32

“strategi” pembelajaran, sedangkan pada penelitian sebelumnya menggunakan
“model” pembelajaran. Perbedaan terletak pada hasil belajar IPA, hasil belajar
yang dibahas oleh penelitian sebelumnya yaitu hasil belajar PKN, matematika dan
IPS. Dalam penelitian Nelly dan Indah dkk terdapat persamaan yang terletak pada
dua variabel, sedangkan dalam penelitian Nurul muncul perbedaan dimana
terdapat tiga variabel yang terletak pada penggunaan media Flascard dalam
pembelajaran. Berdasarkan perbedaan dan persamaan dari penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya terdapat persamaan yang dapat diyakini bahwa hasil belajar
IPA dapat mengalami peningkatan melalui berbagai macam strategi dalam belajar.
Salah satu strategi pembelajaran yang diharapkan dapat menimbulkan antusias
belajar yang tinggi, siswa terlibat secara aktif dan meningkatkan hasil belajar
siswa adalah strategi pembelajaran Quantum Teaching.
2.3 Kerangka Berpikir
Dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di kelas V SD Negeri
Todanan 01 Kecamatan Todanan Kabupaten Blora menunjukkan bahwa
pembelajaran kurang optimal, karena pembelajaran yang kurang interaktif
menyebabkan siswa kurang berperan aktif saat proses pembelajaran berlangsung.
Penggunaan media dalam pembelajaran kurang sesuai dengan materi pokok
menyebabkan siswa tidak memiliki antusias yang tinggi dalam mengikuti
pelajaran seperti cepat merasa bosan, perhatian mudah teralihkan pada hal-hal lain
di luar pelajaran sehingga pada waktu proses pembelajaran kurang dilakukan
secara optimal. Hal ini menimbulkan keraguan, dimana semua tingkah laku
tersebut dapat mempengaruhi timbulnya hal negatif yang tidak diinginkan dan
diyakini menjadi penyebab hasil belajar pada mata pelajaran IPA memperoleh
nilai di bawah KKM, sehingga kompetensi yang diharapkan belum tercapai.
Dengan mempersiapkan perangkat pembelajaran dan memilih desain
strategi

pembelajaran yang sesuai melalui mempersiapkan ruang kelas yang

menarik, materi pokok bahasan, sumber dan media pembelajaran disesuaikan
karakteristik siswa dapat mempermudah siswa untuk memahami materi yang telah
disampaikan sehingga siswa mampu berfikir kritis dalam memecahkan suatu

32

33

masalah dan menyimpulkan materi secara keseluruhan. Dengan diterapkan
strategi pembelajaran quantum teaching di kelas, pada proses pembelajaran siswa
akan muncul antusias mengikuti pembelajaran, sehingga terjadi perubahan
tingkah laku positif dan hasil belajar mengalami peningkatan. Strategi quantum
teaching dapat diartikan dengan suatu upaya yang dilakukan oleh pendidik yang
digunakan dalam pembelajaran untuk memaksimalkan perpaduan berbagai
interaksi yang ada di dalam maupun di sekitar momen belajar siswa sehingga
dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dengan meminimalkan kesulitan dalam
belajar melalui penggunaan cara dan alat yang tepat agar siswa dapat dengan
alami dan mudah dalam belajar. Sehingga dengan adanya strategi pembelajaran
quantum teaching dapat membandingkan hasil belajar IPA siswa kelas V SD
Negeri Todanan 01 Kecamatan Todanan Kabupaten Blora dengan penerapan
pembelajaran konvensional. Adapun manfaat dari pemilihan strategi yang tepat
dapat mempengaruhi hal seperti: ketrampilan guru, keaktifan siswa dan
peningkatan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA.

2.4 Hipotesis Penelitian
Menurut Nasution (2014: 39) hipotesis adalah pernyataan tentatif
merupakan dugaan atau terkaan tentang apa saja yang diamati dalam usaha untuk
memahaminya. Teori yang masih perlu diuji kebenarannya berdasarkan data
empiris untuk menerimanya karena terbukti benar atau menolaknya, bila ternyata
tidak benar. Dengan hipotesis statistika berikut ini:
H0 : XI = X2
Keterangan: Tidak ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara penggunaan
pembelajaran Quantum Teaching dengan pembelajaran konvensional, rata-rata
hasil belajar kelas eksperimen sama dengan rata-rata hasil belajar kelas kontrol.
H1 : X1> X2
Keterangan: Ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara penggunaan
pembelajaran Quantum Teaching dengan pembelajaran konvensional, rata-rata
hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.

33

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Diskriminasi Perempuan Muslim dalam Implementasi Civil Right Act 1964 di Amerika Serikat

3 55 15