asuhan keperawatan klien hidrosepalus Mak

KATA PENGANTAR
Assalamu’ alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya,
sehingga kami selaku kelompok12 dapat menyelesaikan tanggung jawab kami yaitu menyusun
makalah yang membahas tentang “HIDROSEPALUS“
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita nabi Muhammad Saw
yang telah membawa kita dari lembah yang gelap gulita menuju lembah yang terang benderang.
Terima kasih kami ucapkan kepada dosen mata kuliah Sistem Persarafan yang telah
membimbing kami dalam pelajaran ini.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan, olehnya itu tegur
sapa yang halus dari pembaca selalu kami harapkan untuk kesempurnaan lebih lanjut.

Makassar, 28 februari 2014

Penyusun

1

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................3

BAB II

KONSEP MEDIS
A. Definisi .........................................................................................4
B. TYPE HIDROSEPLUS ..............................................................4
C. Etiologi .......................................................................................5

D. Patofisiologi .........................................................................6
E. Tanda dan gejala..................................................................6
F. KOMPLIKASI.....................................................................7
G. PENATALAKSANAAN .....................................................7
BAB III

KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian............................................................................9

B. Diagnosa..............................................................................10
C. Intervensi............................................................................12

BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................16
B. Saran ..................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................17

2

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hidocefalus adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
cerebrospinal dengan adanya tekanan intrakranial (TIK) yang meninggi sehingga terdapat
pelebaran ruangan tempat mengeluarkan liguor (Depkes RI, 1989)
Hidrocefalus adalah kelebihan cairan cerebrospinalis di dalam kepala. Biasanya di dalam

sistem ventrikel atau gangguan hidrodinamik cairan liguor sehingga menimbulkan
peningkatan volume intravertikel (Setyanegara, 1998)
Hidrocefalus adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
cerebrospinalis di dalam kepala (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial
yang meninggi sehingga terdapat ruangan tempat mengalirnya CSS (Ngastiyah, 1997)
Hidrocefalus adalah suatu kondisi dimana terjadi pembesaran sistem ventrikular akibat
ketidakseimbangan

antara

produksi

dan

absorbsi

cairan

cerebrospinal


(CSF:

Cerebrospinal Fluid).(Ricard & Victor, 1992)
Jadi Hidrocefalus merupakan suatu keadaan patologik otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan cerebrospinalis sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya
cairan cerebrospinal.

3

BAB II
KONSEP MEDIS
A.

PENGERTIAN
-

Hidocefalus adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
cerebrospinal dengan adanya tekanan intrakranial (TIK) yang meninggi sehingga terdapat
pelebaran ruangan tempat mengeluarkan liguor (Depkes RI, 1989)


-

Hidrocefalus adalah kelebihan cairan cerebrospinalis di dalam kepala. Biasanya di dalam
sistem ventrikel atau gangguan hidrodinamik cairan liguor sehingga menimbulkan
peningkatan volume intravertikel (Setyanegara, 1998)

-

Hidrocefalus adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
cerebrospinalis di dalam kepala (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial
yang meninggi sehingga terdapat ruangan tempat mengalirnya CSS (Ngastiyah, 1997)

-

Hidrocefalus adalah suatu kondisi dimana terjadi pembesaran sistem ventrikular akibat
ketidakseimbangan

antara

produksi


dan

absorbsi

cairan

cerebrospinal

(CSF:

Cerebrospinal Fluid).(Ricard & Victor, 1992)
Jadi Hidrocefalus merupakan suatu keadaan patologik otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan cerebrospinalis sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya
cairan cerebrospinal.
TIPE HIDROCEFALUS
menurut Ngatiyah (1997) Hidrocefalus pada bayi dapat dibagi menjadi dua yaitu
1. Konginetal

: Hidrocefalus sudah diderita sejak bayi dilahirkan


2. Di dapat

: Bayi/anak mengalaminya pada saat sudah besar dengan penyebabnya

adalah penyakit-penyakit tertentu misalnya trauma kepala yang menyerang otak dan
pengobatannya tidak tuntas.
Menurut Ngastiyah (1997) Hidrocefalus dapat dibagi dua yaitu:
1. Hidrocefalus obstruksi
Tekanan CSS yang tinggi disebabkan oleh obstruksi pada salah satu tempat antara
pembentukan oleh plexus koroidalis dan keluranya dari ventrikel IV melalui foramen
lusckha dan magendie.
4

2. Hidrocefalus komunikans
Bila tekanan CSS yang meninggi tanpa penyumbatan sistem ventrikel.
B.

ETIOLOGI


Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi adalah:
1. Kelainan bawaan
a. Stenosis Aquaductus sylvii
merupakan penyebab yang paling sering pada bayi/anak (60-90%) Aquaductus dapat
berubah saluran yang buntu sama sekali atau abnormal ialah lebih sempit dari biasanya.
Umumnya gejala Hidrocefalus terlihat sejak lahir/progresif dengan cepat pada bulanbulan pertama setelah lahir.
b. Spina bifida dan cranium bifida
Biasanya berhubungan dengan sindrom Arnold-Chiari akibat tertariknya medula spinalis
dengan medula oblongata dan cerebelum, letaknya lebih rendah dan menutupi foramen
magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian/total.
c. Sindrom Dandy-Walker
Merupakan atresia congenital foramen luscha dan mengendie dengan akibat
Hidrocefalus obstruktif dengan pelebran sistem ventrikel terutama ventrikel IV sehingga
merupakan krista yang besar di daerah losa posterior.
d. Kista Arachnoid
Dapat terjadi conginetal membagi etiologi menurut usia
e. Anomali pembuluh darah
2. Infeksi
3. Perdarahan
4. Neoplasma


C.

PATOFISIOLOGI

5

Hidrocefalus menurut Avril B. Kligmen (1999) terjadi sebagi akibat dari 3 mekanisme
yaitu: produksi liguor yang berlebihan, peningkatan resistensi aliran liguor dan peningkatan
tekanan sinus venosa sebagai, konskwensi dari tiga mekanisme ini adalah peningkatan TIK
sebagai upayamempertahankan keseimbangan sekresi dan observasi berbeda-beda setiap saat
selama perkembangan Hidrocefalus. Dialatasi ini terjadi sebagai akibat dari:
Kompresi sistem serebrovaskular
Redistribusi dari liquor serebrospinalis atau cairan ekstra selular atau keduanya di dalam sistem
susunan saraf pusat.
Perubahan mekanis dari otak
Efek tekanan denyut liquor cerebrospinalis
Hilangnya jaringan otak
Pembesaran volume tengkorak akibat adanya regangan abnormal pada sutura kranial.
D.


TANDA DAN GEJALA

Gejala yang nampak dapat berupa (Ngastiyah, 1997; Depkes;1998)
1. TIK yang meninggi: muntah, nyeri kepala, edema pupil saraf otak II
2. Pada bayi biasanya disertai pembesaran tengkorak
3. Kepala bayi terlihat lebih besar bila dibandingkan dengan tubuh
4. Ubun-ubun besar melebar atau tidak menutup pada waktunya teraba tegang dan mengkilat
dengan perebaran vena di kulit kepala
5. Sutura tengkorak belum menutup dan teraba melebar
6. Terdapat sunset sign pada bayi (pada mata yang kelihatan hitam-hitamnya, kelopak mata
tertarik ke atas)
7. Bola mata terdorong ke bawah oleh tekanan dan penipisan tulang suborbita
8. Sklera mata tampak di atas iris
9. Pergerakan mata yang tidak teratur dan nistagmus tak jarang terdapat
10. Kerusakan saraf yang memberi gejala kelainan neurologis berupa gangguan kesadaran
motorik atau kejang-kejang, kadang-kadang gangguan pusat vital

6


KOMPLIKASI
1. Peningkatan TIK
2. Kerusakan otak
3. Infeksi: septisemia, infeksi luka nefritis, meningitis, ventrikulitis, abses otak
4. Emboli otak
5. Obstruksi vena kava superior
6. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik
7. Fisik dan intelegent kurang dari normal, gangguan penglihatan
8. Kematian
Komplikasi Hidrocefalus menurut Prasetio (2004)
1. Peningkatan TIK
2. Pembesaran kepala
3. kerusakan otak
4. Meningitis, ventrikularis, abses abdomen
5. Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit menurun
6. Kerusakan jaringan saraf
7. Proses aliran darah terganggu
E.

PENATALAKSANAAN

Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live sustaining” yang berarti
penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan tindakan bedah secepatnya.
Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga prinsip pengobatan
hidrocefalus harus dipenuhi yakni:
1. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis dengan
tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat azetasolamid (diamox) yang
menghambat pembentukan cairan serebrospinal.
2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan tempat
absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarakhnoid
3. Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni:
a. Drainase ventrikule-peritoneal (Holter, 1992; Scott, 1995;Anthony JR, 1972)
b. Drainase Lombo-Peritoneal
7

c. Drainase ventrikulo-Pleural (Rasohoff, 1954)
d. Drainase ventrikule-Uretrostomi (Maston, 1951)
e. Drainase ke dalam anterium mastoid
f. Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung melalui
kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter) yang memungkinkan
pengaliran cairan serebrospinal ke satu arah. Cara ini merupakan cara yang
dianggap terbaik namun, kateter harus diganti sesuai dengan pertumbuhan anak
dan harus diwaspadai terjadinya infeksi sekunder dan sepsis.
4. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan setelah diagnosis
lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan kecil di daerah kepala dan
dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak, lalu selang pintasan dipasang.
Disusul kemudian dibuat sayatan kecil di daerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam
selang pintasan, antara ujung selang di kepala dan perut dihubiungakan dengan selang
yang ditanam di bawah kulit hingga tidak terlihat dari luar.
5. pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau pintasan jenis
silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus. VRIES (1978) mengembangkan fiberoptik
yang dilengkapi perawatan bedah mikro dengan sinar laser sehingga pembedahan dapat
dipantau melalui televisi.

8

BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A.

FOKUS PENGKAJIAN

1. Wawancara
DS

: Pengertian penyakit oleh keluarga/pasien
Kemampuan pasien untuk mengerti
Pernyataan sakit kepala, mual-muntah, kejang
Pernyataan kepalanya membesar

DO

: Lingkar kepala melebihi normal
Terjadi peningkatan TIK (mual, muntah, kejang)
Fortanella/Sutura belum menutup
Tingkat kesadaran yang bisa diamati adalah gelisah, disorientasi, lethargi
Status tanda-tanda vital bervariasi terhadap nadi dan tekanan darah

Riwayat Kesehatan
Dari riwayat kesehatan pasien dengan hidrosefalus dapat menunjukkan adanya
a. Riwayat trauma sewaktu lahir
b. Riwayat penyakit dahulu, misal: perdarahan sebelum dan sesudah lahir, infeksi,
neoplasma
c. Riwayat keluarga
2. Pemerikasaan fisik
a. Sakit kepala, mual, muntah, kejang
b. Penurunan kesadaran yang bisa diamati adalah gelisah, disorientasi, lethargi
c. Sunset sign pada mata
d. TTV yang bervariasi untuk tiap individu
e. Pembesaran lingkar kepala
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Neurologi
Untuk mengetahui status neurologis pasien, misalnya gangguan kesadaran, motoris/kejang,
edema pupil saraf otak II
b. Pengukuran lingkar kepala
9

Untuk mengetahui Progrestivitas atau perkembangan lingkar kepala
c. CT Scan
Untuk mengetahui adanya kelainan dalam otak dengan menggunakan radio isotop,
radioaktif dan scanner
d. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Untuk mengetahui kondisi patologis otak dan medula spinalis dengan menggunakan
teknik scaning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan struktur tubuh
B.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan peningkatan volume cairan
serebrospinal
2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan TIK
3. Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan penempatan shunt
4. Ketakutan atau kecemasan berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familier dengan sumber informasi
C.

NOC & NIC

Dx I
Perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan peningkatan volume cairan
cerebrospinal.
NOC : Status sirkulasi
Kriteria hasil NOC
1. Menunjukkan status sirkulasi ditandai dengan indikator berikut:
a. TD sistolik dan diatolik dalam rentang yang diharpkan
b. Tidak ada hipotensi otastik
c. Tidak ada bising pembuluh darah besar
2. Menunjukkan kemampuan kognitif, ditandai dengan indikator:
a. Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan usia serta kepmampuan
b. Menunjukkan perhatian, konsentrasi serta orientasi
c. Menunjukkan memori jangka lama dan saat ini
d. Memproses informasi
10

e. Membuat keputusan dengan benar
Intervensi NIC
1. Pantau hal-hal berikut ini
a. Tanda – tanda vital
b. Sakit kepala
c. Tingkat kesadaran dan orientasi
d. Diplopia inistagmus, penglihatan kabur, ketajaman penglihatan
e. Pemantauan TIK
-

Pemantauan TIK dan respon neurologis pasien terhadap aktivitas perawatan

-

Pantau tekanan perfusi jaringan

-

Perhatikan perubahan pasien sebagai respon terhadap stimulus

f. Penatalaksanaan sensasi perifer
-

Pantau adanya parestes: mati rasa atau adanya rasa kesemutan

-

Pantau status cairan termasuk asupan dan haluaran

2. Aktivitas kolaboratif
a. Pertahankan parameter termodinamik dalam rentang yang dianjurkan
b. Berikan obat-obatan untuk meningkatkan volume intravaskuler, sesuai permintaan
c. Berikan obat yang menyebabkan Hipertensi untuk mempertahankan tekanan perfusi
serebral sesuai dengan permintaan
d. Tinggikan bagian kepala tempat tidur 0 sampai dengan 45 derajat, bergantung pada
kondisi pasien dan permintaan medis
e. Berikan loap diuretik dan osmotik, sesuai dengan permintaan.
Dx II
Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan TIK
NOC :
a. Level nyeri
-

Laporan nyeri

-

Frekwensi nyeri

-

Lamanya nyeri

-

Ekspresi wajah terhadap nyeri

-

Kegelisahan
11

-

Perubahan TTV

-

Perubahan ukuran pupil

b. Kontrol Nyeri
-

Menyebutkan faktor penyebab

-

Menyebutkan waktu terjadinya nyeri

-

Menggunakan analgesik sesuai indikasi

-

Menyebutkan gejala nyeri

NIC :
a. Manajemen Nyeri
-

Tampilkan pengkajian secara menyeluruh tentang nyeri termasuk
lokasi, karakteristik, durasi, frekwensi, kualitas, intensitas dan faktor predisposisi
nyeri.

-

Observasi isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, terutama
jika tidak dapat berkomunikasi secara efektif.

-

Pastikan pasien menerima analgesik yang tepat.

-

Tentukan dampak nyeri terhadap kwalitas hidup (misal ; tidur,
aktivitas, dll).

-

Evaluasi dengan pasien dan tim kesehatan, efektivitas dari
kontrol nyeri pada masa lalu yang biasa digunakan.

-

Kaji pasien dan keluarga untuk mencari dan menyediakan
pendukung.

-

Berikan info tentang nyeri, misal; penyebab, berapa lama akan
berakhir dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur.

-

Kontrol faktor lingkungan yang mungkin mempengaruhi respon
pasien untuk ketidaknyamanan (misal : temperatur rungan cahaya dan
kebisingan).

-

Ajarkan untuk menggunakan teknik nonfarmokologi (misal :
relaksasi, guided imagery, therapi musik, distraksi, dll).

Dx III
Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan penempatan shutrl
12

NOC :
a.

Kontrol Resiko

Kriteria hasil :
-

Dapat memonitor faktor resiko

-

Dapat memonitor perilaku individu yang menjadi faktor resiko

-

Mengembangkan keefektifan strategi untuk mengendalikan faktor resiko

-

Memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi faktor resiko

b.

Deteksi Resiko

Kritria hasil :
-

Mengtahui atau mengungkapkan tanda dan gejala tentang indikasi resiko.

-

Menggunakan sumber untuk menyediakan informasi tentang resiko potensial.

-

Berpartisipasi dalam pemeriksaan.

NIC :
a.

Kontrol Infeksi

Aktivitas :
-

Gunakan sarung tangn steril

-

Pelihara lingkungan yang tetap aseptik.

-

Batasi pengunjung

-

Beritahu pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi dan jika terjadi
infeksi laporkan kepada petugas kesehatan.

-

Anjurkan intake nutrisi yang baik.

b.

Identifikasi Resiko.

Aktivitas :
-

Identifikasi pasien dengan kebutuhan perawatan secara berkelanjutan

-

Menentukan sumber yang finansial.

-

Identifikasi sumber agen penyakit untuk mengurangi faktor resiko.

-

Tentukan pelaksanaan dengan treatment medis dan perawatan.

Dx IV
Ketakutan atau kecemasan berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri
NOC:
13

1. Anxiety control
-

Monitor intensitas dari cemas

-

Mencari informasi untuk menurunkan cemas

-

Gunakan teknik relaksasi untuk menurunkan cemas

-

Melakukan hubungan sosial untuk memusatkan konsentrasi

-

Kontrol respon cemas

2. Coping
-

Identifikasi pola koping yang efektif

-

Identifikasi pola koping yang tidak efektif

-

Kontrol cara pasien dalam mengungkapkan perasaannya dengan kata – kata

-

Laporkan penurunan stress

-

Pakai perilaku untuk peenurunan stress

NIC
1. penurunan cemas
-

ciptakan lingkungan yang tenang untuk mengurangi cemas

-

menyediakan informasi yang benar dan jelas tentang diagnosis dan program
perawatan yang diberikan

-

kaji penyebab kecemasan pasien

-

anjurkan keluarga untuk mendampingi pasien guna mengurangi kecemasan

-

identifikasi perubahan tingkat kecemasan pasien

2. teknik ketenangan
-

pertahankan kontak mata dengan pasien

-

duduk dan berbincang – bincang dengan pasien

-

ciptakan suasana yang tenang

-

gunakan teknik distraksi

-

berikan obat anti cemas

-

instruksikan pasien dengan metoda decrease anxiety (menguurangi cemas)

Dx V
Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familier dengan sumber informasi.
NOC :
a.

Knowledge : Disease Process (1803)
14

-

Kenalkan dengan nama penyakit

-

Gambarkan dari proses penyakit

-

Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit

-

Jelaskan faktor resiko

-

Jelaskan efek dari penyakit

-

Jelaskan tanda dan gejala

b.

Knowledga Illness care (1824
-

Proses penyakit

-

Pengendalian infeksi

-

Pengobatan

-

Prosedur pengobatan

-

Perawatan terhadap penyakit

NIC :
a.

Teaching Disease Process

Aktifitas :
- Jelaskan patofisiologi penyakit
- Jelaskan tanda dan gejala dari penyait
- Jelaskan proses penyakit
- Identifikasi kemungkinan penyebab penyakit
- Diskusikan pilihan perawatan
b.

Teaching : Prosedur / Treatment

Aktifitas :
- Informasikan kepada pasien kapan dan dimana prosedur perawatan

dilakukan

- Informasikan kepada pasien tentang berapa lama prosedur dilakukan
- Jelaskan tujuan dari prosedur / perawatan
- Gambarkan aktifitas sebelum prosedur dilakukan
- Jelaskan prosedur tindakan

15

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
-

Hidrocefalus adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya
cairan cerebrospinalis di dalam kepala (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan
intrakranial yang meninggi sehingga terdapat ruangan tempat mengalirnya CSS
(Ngastiyah, 1997)

-

Hidrocefalus adalah suatu kondisi dimana terjadi pembesaran sistem ventrikular
akibat ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan cerebrospinal (CSF:
Cerebrospinal Fluid).(Ricard & Victor, 1992)

B. SARAN
Hidrosepalus merupakan penyakit yang sering mnyerang pada anakanak usia muda yang menyebabkan pembesaran pada kepala dan
menumpuknya cairan dikepala sebaikanya untuk menhindari penyakit
ini perbaiki pola hidup yang baik.

16

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (1997). Diagnosa Keperawatan : buku saku. edisi 6. Jakarata :
EGC
Ganong. (1998). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi: 17. Jakarta: EGC
Johnson, marion, dkk. (2000). Nursing Outcomes Clasification (NOC). Missouri: Mosby
Mc. Clostrey, Deane C, & Bulechek Glorid M. (1996). Nursing Intervention Clasification
(NIC). Missouri: Mosby
Nanda. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan 2005-2006. Alih bahasa dan editor: Budi
Santosa. Jakarta: Prima Medika
Price. (1995). Patofisiologi: Proses-proses Penyakit Edisi: 4, Editor peter Anugrah Buku
II. Jakarta: EGC
Wilkinson, M, Judith; (1997) . Buku saku diagnosis keperawatan dengan NIC dan NOC .
Edisi 7 . Jakarta : EGC.

17