Analisis pengaruh atribut kualitas audit terhadap kepuasan klien kantor akuntan publik

(1)

ANALISIS PENGARUH ATRIBUT KUALITAS AUDIT TERHADAP

KEPUASAN KLIEN KANTOR AKUNTAN PUBLIK

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

ASTRED AYUTHYAS WIDYAMI

106082002576

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UIN SYARIF HIDAYATULLAH


(2)

(3)

(4)

(5)

   

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Skripsi ... i

Lembar Pengesahan Skripsi Ujian Komprehensif ... ii

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ... iii

Lembar Pernyataan ... iv

Daftar Riwayat Hidup ... v

Abstract ... vii

Abstrak ... viii

Kata Pengantar ... ix

Daftar Isi ... xi

Daftar Tabel ... xvi

Daftar Gambar ... xvii

Daftar Lampiran ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KERANGKA TEORITIS A. Konsep Auditing ... 7


(6)

2. Jenis-jenis Audit ... 8

3. Tujuan Audit ... 10

4. Tahapan-tahapan Audit ... 11

5. Standar Auditing ... 13

B. Akuntan Publik ... 14

1. Definisi Akuntan Publik ... 14

2. Jenisi-jenis Auditor ... 15

3. Tanggung Jawab Akuntan Publik ... 16

C. Atribut Kualitas Audit ... 17

1. Client Experience ... 18

2. Industry Expertise ... 19

3. Responsiveness ... 20

4. Technical Competence ... 21

5. Independence ... 22

6. Due care ... 24

7. Quality Commitment ... 25

8. Executive Involvement ... 26

9. Field Work Conduct ... 26

10. Audite Committee ... 27

11. Ethical Standard ... 29


(7)

D. Kepuasan Klien Kantor Akuntan Publik ... 32

E. Penelitian Terdahulu ... 34

F. Keterkaitan Antarvariabel ... 37

1. Atribut Kualitas Audit Terhadap Kepuasan Klien ... 38

G. Kerangka Pemikiran ... 38

H. Perumusan Hipotesis ... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 40

B. Metode Penentuan Sampel ... 40

C. Metode Pengumpulan Data ... 41

D. Metode Analisis Data ... 42

1. Uji Kualitas Data ... 42

a. Uji Validitas ... 42

b. Uji Reliabilitas ... 42

2. Uji Asumsi Klasik ... 42

a.Uji Multikolonieritas ... 42

b. Uji Heteroskedastisitas ... 44

c. Uji Normalitas ... 45

3. Pengujian Hipotesis ... 45

a.Koefisiensi determinasi ... 46


(8)

c. Uji F ... 47

E. Operasionalisasi Variabel Penelitian... 48

1. Variabel Bebas (Variabel Independen) ... 48

2. Variabel Terikat (Variabel Dependen) ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 51

1. Objek dan Waktu Penelitian ... 56

2. Karakteristik Responden ... 57

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ... 57

1. Hasil Uji Kualitas Data ... 57

a. Hasil Uji Validitas ... 58

b. Hasil Uji Reliabilitas ... 59

2. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 61

a.Hasil Uji Multikolonieritas ... 61

b. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 61

c. Hasil Uji Normalitas ... 63

4. Hasil Uji Hipotesis ... 64

a.Koeisien Determinasi ... 64

b. Hasil Uji Statistik t ... 65

c. Hasil Uji F ... 66


(9)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 69

B. Implikasi ... 70

C. Keterbatasan ... 71

D. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 74

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 77  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Hal

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 34

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 49

Tabel 4.1 Data Distribusi Sampel Perusahaan ... 52

Tabel 4.2 Distribusi Kuesioner ... 54

Tabel 4.3 Karakteristik Responden ... 56

Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas ... 58

Tabel 4.5 Hasil Uji Realibilitas ... 60

Tabel 4.6 Hasil Uji Mutikolonieritas ... 61

Tabel 4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 64

Tabel 4.8 Hasil Uji Statistik t ... 65


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Hal

Gambar 4.1Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 62 Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Grafik Normal Probability Plot ... 63 Gambar 4.3 Hasil Uji Normalitas Grafik Histogram ... 63


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran Hal

Lamp.1 Surat Izin ... 79

Lamp.2 Kuesioner ... 80

Lamp.3 Daftar/Inisial Nama Perusahaan ... 88

Lamp.4 Jawaban Responden ... 91

Lamp.5 Hasil Uji Kualitas Data ... 92

Lamp.6 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 99


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kebutuhan terhadap jasa akuntan publik dari waktu ke waktu semakin meningkat. Peningkatan kebutuhan terhadap jasa akuntan publik tidak berarti melegalkan audit itu sendiri, tetapi justru meningkatkan tingkat pengharapan klien terhadap kualitas audit bahkan auditor itu sendiri, karena penting sekali mengetahui harapan mereka atas kualitas jasa yang diberikan dan hal-hal yang membuat mereka puas atau tidak puas. Perkembangan dibidang jasa audit telah membawa perubahan paradigma klien Kantor Akuntan Publik (KAP) untuk lebih selektif dalam mengunakan jasa audit.

Perusahaan Publik tentunya sangat selektif dalam memilih jasa auditor mana yang akan dipiilih. Semakin selektifnya klien tentunya semakin menuntut kualitas dari jasa audit yang dipilih oleh Perusahaan Publik. Perusahaan sebagai klien pengguna jasa auditor tentunya mempunyai tingkat pengharapan yang sesuai dengan keinginan klien. Oleh karena itu, sebagai seorang auditor yang ahli harus bisa bertindak secara profesional dalam memberikan jasa audit yang terbaik kepada klien dengan tetap patuh kepada kode etik Auditor.


(14)

Profesi auditor diakui sebagai suatu keahlian bagi perusahaan dan ikatan profesinya. Seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya, bukan semata hanya untuk kepentingan klien, melainkan juga untuk kepentingan pihak yang lainnya (yang berkepentingan) terhadap laporan keuangan auditan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan ekonomi yang berkaitan dengan perusahaan tersebut. Peranan KAP atau auditor independen itu sendiri adalah untuk mensertifikasikan bahwa laporan keuangan perusahaan akurat dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Audit independen telah menjadi sangat diperlukan oleh berbagai pihak yang berkepentingan terhadap informasi yang terdapat dalam laporan keuangan. Auditor diharapkan menjadi pihak yang dapat bersikap independen dan profesional untuk memeriksa kewajaran laporan keuangan dan memberikan jaminan yang memadai (reasonable assurance) bahwa laporan keuangan telah mampu memberikan informasi keuangan yang relevan dan valid serta tidak bias terhadap kepentingan semua pihak yang memakainya. Sehubungan dengan posisi tersebut, maka auditor dituntut untuk dapat mempertahankan kepercayaan yang telah mereka dapatkan dari klien dan pihak ketiga, kepercayaan ini harus ditingkatkan dan didukung dengan profesionalisme. Sebagai seorang profesional akuntan publik mengakui tanggung jawab terhadap masyarakat, klien, terhadap rekan seprofesi, termasuk berperilaku yang terhormat, sekalipun ini berarti pengorbanan dalam keahliannya sebagai seorang Auditor.


(15)

Pengaruh globalisasi membawa dampak yang besar terhadap perkembangan perusahaan publik sekaligus perkembangan profesi akuntan publik di Indonesia. Semakin bertambahnya jumlah Kantor Akuntan yang beroperasi merupakan suatu dampak dari globalisasi yang dirasakan oleh dunia profesi akuntan publik, membuat persaingan diantara Kantor Akuntan Publik (KAP) semakin tajam. Oleh karena itu, untuk dapat berkompetisi dengan sukses, KAP-KAP tersebut harus secara kontiyu memberikan layanan yang optimal kepada klien untuk mempertahankan kelangsungan usahanya. Hal ini tentu dapat ditempuh dengan cara memahami atribut-atribut penentu kepuasan klien, tetapi tetap berpegang pada kode etik dan standar audit yang berlaku di Indonesia. Selain itu, Persaingan diantara KAP memberikan suatu keunggulan kompetitif yang dapat dihasilkan sehingga akan meningkatkan sumber daya manusia di dalam KAP itu sendiri yang menjadikan KAP yang profesional.

Setiap KAP memiliki tingkat kualitas yang berbeda-beda, maka penilaian klien atau perusahaan terhadap KAP akan berbeda pula. Tergantung dari wujud jasa seperti apa yang mereka berikan kepada klien atau perusahaan yang di auditnya. Penilaian kesuksesan sebuah KAP tergantung dari meningkatnya kepuasan klien. Peningkatan kepuasan klien tersebut mengakibatkan meningkat pula kepercayaan klien terhadap akuntan publik dalam pemenuhan jasa yang diberikan.

Riset tentang kepuasan pelanggan sangatlah penting, karena dari riset ini dapat bermanfaat bagi perusahaan (KAP) dalam rangka


(16)

mengevaluasi posisi perusahaan (KAP) saat ini dibandingkan dengan pesaing, serta menemukan bagian yang membutuhkan peningkatan bagi kelangsungan hidup perusahaan (KAP) di masa yang akan datang.

Pengenalan atribut-atribut kualitas audit kepada klien ini memberikan potensi KAP untuk dijadikan sebagai sebuah pilihan oleh Perusahaan publik. Dengan melakukan penelitian pelanggan atau klien yang merupakan pengguna jasa audit sebuah Kantor Akuntan Publik (KAP) sehingga KAP dapat memahami atribut apa saja yang dapat memaksimalkan kepuasan atau ketidakpuasan klien atas jasa audit tersebut.

Berdasarkan hal tersebut, Penulis termotivasi untuk meneliti mengenai atribut kualitas audit yang dapat mempengaruhi kepuasan klien KAP. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini dilakukan pada tahun 2010 dan perbedaan pada responden yang di teliti, perusahaan tempat responden di teliti, dan penggunaan rumus hipotesis yang di uji oleh peneliti. Oleh karena itu, penulis ingin meneliti skripsi yang berjudul “ANALISIS PENGARUH ATRIBUT KUALITAS AUDIT TERHADAP KEPUASAN KLIEN KANTOR AKUNTAN PUBLIK“.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : Apakah atribut kualitas audit berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan klien yang telah menggunakan jasa Kantor Akuntan Publik (KAP) ?


(17)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian ini adalah :

Berdasarkan rumusan masalah penelitian tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai adanya hubungan antara atribut kualitas audit terhadap kepuasan klien KAP.

2. Manfaat penelitian ini adalah :

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak. Pihak-pihak tersebut adalah sebagai berikut :

a. Bagi pihak penulis

Penelitan ini bermanfaat untuk mengetahui dan memahami apakah atribut kualitas audit sangat berpengaruh terhadap kepuasan klien dan penambahan dalam ilmu pengetahuan serta untuk mengetahui sejauh mana kepuasan klien terhadap kinerja auditor dalam melakukan audit terhadap klien.

b. Bagi Kantor akuntan publik ( KAP )

Penelitian ini bermanfaat untuk memahami lebih jauh mengenai pelayanan audit yang dibutuhkan oleh klien, tetapi tetap berpegang pada kode etik dan standar audit yang berlaku di Indonesia serta untuk mengetahui alat atau elemen pelayanan audit apa yang dibutuhkan oleh klien agar klien merasa puas serta untuk memberikan jasa audit yang lebih baik dengan tetap independen dan kompeten dalam melaksanakan tugasnya, sehingga dapat menciptakan hubungan yang baik antara KAP dengan klien KAP,


(18)

dan KAP dapat memperoleh keunggulan bersaing dengan KAP lainnya

c. Bagi perusahaan ( klien )

Penelitian ini bermanfaat untuk memahami kinerja auditor dalam pelaksanaan proses audit yang tetap berpegang pada kode etik dan standar audit yang berlaku di Indonesia, serta menjadikan dasar pertimbangan bagi perusahaan dalam memilih KAP yang berkualitas baik.

d. Bagi pengembangan ilmu

Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dan memberikan pengetahuan yang lebih dalam yang berkaitan dengan atribut kualitas audit terhadap kepuasan klien, sehingga dapat menjadi salah satu sarana bahan bacaan dan pengembangan ilmu pengetahuan, dan dapat digunakan oleh para peneliti-peneliti berikutnya sebagai salah satu referensi dalam penelitiannya.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Auditing 1. Definisi Audit

Definisi audit menurut Mulyadi (2002:9) menyatakan bahwa :

“Auditing adalah suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat penyesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta penyampaian hal-hal kepada pemakai yang berkepentingan”.

Menurut Amin Widjaja Tunggal (2010:3) menyatakan bahwa : “Auditing adalah suatu proses yang ditempuh oleh seseorang yang kompeten dan independen agar dapat menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti mengenai informasi yang terukur dari suatu entitas (satuan) usaha untuk mempertimbangkan dan melaporkan tingkat kesesuaian dari informasi yang terukur tersebut dengan criteria yang telah ditetapkan”.

“Report of the Committee on Basic Auditing Concepts of the American Accounting Association” (Accounting Review, vol. 47) dalam Boynton (2005:5), memberikan definisi auditing sebagai berikut :

“Suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan”.

Dari berbagai macam definisi auditing yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa auditing adalah


(20)

“suatu kegiatan untuk meyakini kewajaran laporan keuangan suatu perusahaan oleh pihak yang berkompeten dan independen, sehingga dapat disajikan sumber informasi yang bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan itu sendiri”.

2. Jenis-jenis Audit

Menurut Boynton and Johnson (2005:6) ada tiga jenis audit, sebagai berikut :

a. Audit Laporan keuangan (Financial Statement General Audit)

Audit laporan keuangan berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti tentang laporan-laporan entitas dengan maksud agar dapat memberikan pendapat apakah laporan-laporan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, yaitu prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP). Umumnya kriteria yang digunakan adalah prinsip akuntansi yang berlaku umum. Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dimuat dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang dibuat oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

b. Audit Operasional (Operational Audit )

Berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu.


(21)

Berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan memeriksa bukti-bukti untuk menetapkan apakah kegiatan keuangan atau operasi suatu entitas telah sesuai dengan persyaratan, ketentuan, atau peraturan tertentu. Kriteria yang ditetapkan dalam audit jenis ini dapat berasal dari berbagai sumber.

Bila ditinjau dari pemeriksaan dalam Arens, Elder dan Beasley (2003:18) terdapat 4 jenis audit, yaitu sebagai berikut :

a. Manajemen Audit (Management Audit)

Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi operasional yang telah ditentukan manajemen untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien, dan ekonomis. b. Pemeriksaan Ketaatan (Compliance audit)

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah suatu perusahaan mentaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang telah ditetapkan oleh pihak intern perusahaan (manajemen, dewan komisaris) maupun pihak ekstern (Pemerintah, Bappepam, Bank Indonesia, Direktorat Jendral Pajak). Pemeriksaan biasa dilakukan baik oleh KAP maupun Bagian Internal Audit.

c. Pemeriksaan Intern (Internal Audit)

Pemeriksaan yang telah dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap keuangan dan catatan akuntansi


(22)

perusahaan maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan.

d. Komputer Audit (Computer Audit)

Pemeriksaan oleh Kantor Akuntan Publik kepada perusahaan yang memproses data akuntansinya dengan menggunakan EDP (Electric Data Processing System).

3. Tujuan Audit

Dalam SAS 1 (AU 110) menyatakan bahwa tujuan pemeriksaan umum terhadap laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat/opini mengenai kewajaran dalam penyajian posisi keuangan, hasil operasi, arus kas sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (Amin Widjaja Tunggal, 2010:50). Seksi dari SAS itu secara tepat menekankan opini yang menyangkut laporan keuangan. Alasan satu-satunya dari auditor atas pengumpulan bukti pendukung adalah agar dia dapat mengambil simpulan mengenai apakah laporan keuangan telah dibuat sewajarnya dan agar dia dapat mengeluarkan laporan audit yang memenuhi syarat

Sedangkan tujuan audit spesifik ditentukan berdasarkan asersi-asersi yang dibuat oleh manajemen yang tercantum dalam laporan keuangan. Asersi manajemen (Management Assertion) adalah pernyataan yang tersirat atau yang dinyatakan dengan jelas oleh manajemen berhubungan langsung dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, sehingga auditor harus memahami asersi-asersi manajemen agar audit


(23)

dapat dilaksanakan dengan memadai. Alvin A.Arens (2003:147) atau SPAP seksi 326 menggolongkan asersi manajemen ke dalam lima kategori pernyataan yang luas, yaitu :

a. Keberadaan (Existence) atas Keterjadian (Occurance) b. Kelengkapan (Completence )

c. Penilaian dan Alokasi (EvaluationandAllocation) d. Hak dan Kewajiban (RightandObligation)

e. Penyajian dan Pengungkapan (Presentation and Disclosure) 4. Tahapan-tahapan Audit

Tahapan-tahapan audit (pemeriksaan umum oleh akuntan publik atas laporan keuangan perusahaan) menurut Sukrisno Agoes (2004:8), sebagai berikut :

a. Kantor Akuntan Publik (KAP) dihubungi oleh calon pelanggan (klien) yang membutuhkan jasa audit.

b. Kantor Akuntan Publik (KAP) membuat janji untuk bertemu dengan calon klien untuk membicarakan :

1) Alasan perusahaan untuk mengaudit laporan keuangannya (apakah untuk pemegang saham dan direksi, pihak bank/kreditor, Bappepam, Kantor Pelayanan Pajak, dan lain-lain).

2) Apakah sebelumnya perusahaan pernah diaudit KAP lain ? 3) Apa jenis usaha perusahaan dan gambaran umum mengenai


(24)

4) Apakah data akuntansi perusahaan diproses secara manual atau dengan bantuan komputer ?

5) Apakah sistem penyimpanan bukti-bukti pembukuan cukup rapih ?

c. KAP mengajukan surat penawaran (audit proposal) yang antara lain berisi jenis jasa yang diberikan, besarnya biaya audit (audit fee), kapan audit dimulai, kapan laporan harus diserahkan, dan lain-lain. Jika perusahaan menyetujui, audit proposal tersebut akan menjadi Management Letter (Surat Penugasan/perjanjian Kerja). d. KAP melakukan audit field work (pemeriksaan lapangan) di kantor

klien. Setelah audit field work selesai, KAP memberikan draft audit report kepada klien, sebagai bahan diskusi. Setelah draft report disetujui klien, KAP akan menyerahkan final audit report, namun sebelumnya KAP harus meminta Surat Pernyataan Lapangan (Client Representation Letter) dari klien yang tanggalnya sama dengan tanggal audit report dan tanggal selesainya audit field work.

e. Selain audit report, KAP juga diharapkan memberikan Management Letter yang isinya memberitahukan kepada manajemen mengenai kelemahan pengendalian intern perusahaan dan saran-saran perbaikannya.


(25)

5. Standar Auditing

Prosedur auditing berbeda dengan standar auditing yang dapat diterapkan pada setiap audit laporan keuangan. Prosedur auditing (auditing Procedurs) adalah metode-metode yang digunakan serta tindakan yang dilakukan oleh auditor selama audit berlangsung. Sedangkan Standar auditing berkenaan dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja tindakan tersebut dan berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan prosedur tersebut yang harus diterapkan oleh setiap auditor dalam melakukan audit. Jadi, berlainan dengan prosedur auditing, standar auditing mencakup mutu profesional (professional qualities) auditor independen dan pertimbangan (judgement) yang digunakan dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan audit (Boynton and Johson, 2005:64).

Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia, seperti yang terdapat dalam SPAP terdiri dari sepuluh standar yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaiu :

a. Standar umum

Standar umum berkaitan dengan kualifikasi auditor dan mutu pekerjaan auditor, terdapat tiga standar umum, yaitu :

1) Keahlian dan pelatihan teknis yang memadai 2) Independensi dalam sikap mental


(26)

b. Standar Pekerjaan Lapangan

Standar pekerjaan lapangan berkaitan dengan pelaksanaan audit di tempat atau pada bisnis klien serta kriteria dan ukuran mutu kinerja akuntan publik dalam melakukan pekerjaan lapangan, yaitu : 1) Perencanaan dan supervisi yang memadai

2) Pemahaman atas struktur pengendalian intern 3) Mendapatkan bukti audit kompeten yang cukup c. Standar Pelaporan

Standar pelaporan berkaitan dengan kriteria dan ukuran mutu kinerja akuntan publik dalam melakukan pelaporan. Dalam melaporkan hasil audit, auditor harus memenuhi empat standar pelaporan, yaitu :

1) Laporan keuangan disajikan sesuai GAAP 2) Konsistensi dalam penerapan GAAP 3) Pengungkapan informatif yang memadai 4) Pernyataan pendapat

B. Akuntan Publik

1. Definisi Akuntan Publik

Amin Widjaja Tunggal (2010:212) mendefinisikan Akuntan adalah seseorang yang berhak menyandang gelar atau sebutan akuntan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan definisi dari Akuntan Publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari


(27)

Menteri untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan ini.

Mulyadi (2002:19) mendefinisikan Akuntan publik adalah profesi yang menjual jasanya kepada masyarakat terutama dalam bidang pemeriksaan terhadap laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya dan juga menjual jasanya sebagai konsultan pajak, konsultan dibidang manajemen, penyusunan akuntansi serta penyusunan laporan keuangan.

Amin Widjaja Tunggal (2010:212) mendefinisikan Kantor Akuntan Publik atau disingkat dengan KAP, adalah badan usaha yang telah mendapatkan izin dari Menteri sebagai wadah bagi Akuntan Publik dalam memberikan jasanya.

2. Jenis-jenis Auditor

Auditor adalah seseorang yang melaksanakan beberapa aspek jasa audit. Jenis-jenis Auditor menurut Boynton Johnson (2005:8-9) sebagai berikut :

a. Auditor Eksternal (Independent Auditors)

CPA yang bertindak sebagai praktisi perorangan ataupun anggota kantor akuntan publik yang memberikan jasa auditing profesional kepada klien. Auditor independen memiliki kualifikasi untuk melaksanakan setiap jenis audit. Klien auditor independen tersebut dapat berasal dari perusahaan bisnis yang berorientasi laba, organisasi nirlaba, kantor pemerintah, atau perorangan.


(28)

b. Auditor Internal (Internal Auditors)

Auditor internal adalah pegawai dari organisasi yang diaudit. Auditor jenis ini melibatkan diri dalam suatu kegiatan penilaian independen, yang dinamakan audit internal, dalam lingkungan organisasi sebagai suatu bentuk jasa bagi organisasi. Tujuan audit internal adalah untuk membantu manajemen organisasi dalam memberikan pertanggungjawaban yang efektif. c. Auditor Pemerintah (Government Auditors)

Auditor pemerintah dipekerjakan oleh berbagai kantor pemerintahan di tingkat federal, Negara bagian, dan lokal. Secara umum mereka dapat dianggap sebagai bagian dari kategori yang lebih luas dari auditor internal.

3. Tanggung Jawab Akuntan Publik

Tanggung jawab akuntan publik yaitu pertanggungjawaban seorang auditor dalam merencanakan serta melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas laporan keuangan yang bebas dari suatu salah saji yang material baik disebabkan oleh kekeliruan maupun oleh kecurangan. Tanggung jawab auditor terbatas pada melaksanakan pemeriksaan audit dan melaporkan hasilnya sesuai dengan norma pemeriksaan akuntan (Arens Loebbecke, 1990:151).

Sedangkan tanggung jawab auditor menurut Amin Widjaja Tunggal (2010:52) menyatakan bahwa dalam SAS 53 mensyaratkan agar audit dirancang untuk memberikan kepastian yang cukup atas


(29)

pendeteksian pernyataan yang salah di dalam laporan keuangan. Selanjutnya, audit harus direncanakan dan dilaksanakan dengan sikap skepticism profesional dalam semua aspek penugasan.

Karena sifat audit dan berbagai karateristik kecurangan auditor dapat memperoleh tingkat keyakinan, walaupun tidak mutlak, bahwa kesalahan penyajian yang material dapat dideteksi. Auditor tidak bertanggungjawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh keyakinan yang memadai bahwa kesalahan penyajian baik disebabkan oleh kekeliruan maupun oleh kecurangan, yang tidak material terhadap laporan keuangan dapat dideteksi.

C. Atribut kualitas audit

Atribut kualitas audit merupakan suatu cara yang dilakukan auditor dalam memberikan jasa kepada klien, ditujukan agar klien mendapatkan kepuasan dan tercapainya tujuan yang telah diharapkan klien (Mukhlasin, 2004:29).

Kualitas memiliki hubungan yang erat dengan kepuasan pelanggan dalam rangka untuk menjalin ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan, dalam jangka panjang dapat menciptakan kesetiaan pelanggan kepada perusahaan, dan perusahaan akan memiliki daya saing berkelanjutan, serta dapat meningkatkan pendapatan perusahaan, sehingga kelangsungan hidup perusahaan akan terjamin (Nasution, 2004:45).

Kualitas audit merupakan ciri atau sifat dari suatu jasa yang dapat berpengaruh pada kemampuannya untuk memberikan kebutuhan akan


(30)

kepuasan klien (Majalah Ekonomi, tahun XIV, No.1, April 2004:18). Kualitas audit sangat mengacu pada standar yang telah ditetapkan meliputi standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Pihak pengguna jasa audit selalu dilupakan, banyak pengguna laporan akuntan mengkritik tentang kualitas pekerjaan akuntan (Sutton, 1993) dalam Majalah Ekonomi, 1 April 2004). Audit yang berkualitas bagi auditor adalah audit yang dilaksanakan dengan benar-benar memenuhi standar auditing dan kode etik akuntan publik. Penelitian Mukhlasin (2004) dengan menggunakan dua belas atribut kualitas audit yang telah dikembangkan oleh Carcello (1992) dan Behn et.al (1997) ini menemukan adanya Sembilan atribut yang memiliki pengaruh positif terhadap kepuasan klien, yaitu atribut client experience, industry expertise, responsiveness, technical competence, due care, quality commitment, field work conduct, audit committee, ethical standard. Berikut ini dijabarkan atribut kualitas audit yang berkaitan dengan kepuasan klien. 1. Pengalaman Auditor dalam Melakukan Audit (Client Experience)

Sebagai seorang yang profesional, auditor dalam melakukan audit di perusahaan klien harus bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang akuntansi dan auditing, terutama dalam melaksanakan audit sampai proses akhir audit, yaitu pernyataan pendapat. Pencapaian keahlian tersebut dapat dicapai dengan dimulainya pendidikan formal yang diperluas melalui pengalaman-pengalaman dan selanjutnya praktik audit. Auditor harus dapat mendeteksi adanya kesalahan yang material, memahami kesalahan tersebut dan mengetahui penyebab kesalahan. Tubs


(31)

(1992) dalam Mukhlasin (2004:30) mengatakan bahwa auditor yang berpengalaman akan memiliki keunggulan dalam hal mendeteksi kesalahan, memahami kesalahan secara akurat, dan mencari penyebab kesalahan. Keunggulan tersebut akan bermanfaat bagi klien untuk melakukan perbaikan-perbaikan dan klien akan merasa puas.

2. Memahami Industri Klien (Industry Expertise)

Pengetahuan dan pemahaman mengenai bisnis klien dan industri klien adalah paling penting dalam audit. Standar audit mensyaratkan tim audit untuk memperoleh dengan teliti atau seksama pendirian dari sebuah bisnis untuk merencanakan dan melakukan pekerjaan audit. Auditor harus memahami bisnis dan kliennya, serta harus mengetahui berbagai kondisi luar biasa dalam industri tersebut yang mungkin dapat mempengaruhi audit terkait. Para auditor harus membaca berbagai literature yang berkaitan dengan industri dan membuat diri mereka mengenal baik berbagai literature yang berkaitan dengan industri dan membuat diri mereka mengenal baik berbagai risiko yang inheren dalam bisnis tersebut (Hall dan Singleton, 2007:29).

Agar dapat membuat perencanaan audit dengan sebaik-baiknya, auditor harus memahami bisnis klien dengan sebaik-baiknya (understanding client business), termasuk sifat dan jenis usaha klien, struktur organisasinya, struktur permodalan, metode produksi, pemasaran, distribusi, dan lain-lain. Pengetahuan mengenai bisnis satuan usaha biasanya diperoleh auditor melalui pengalaman dengan satuan usaha atau


(32)

industrinya serta dari pengajuan pertanyaan kepada pegawai perusahaan (Sukrisno Agoes, 2004:126).

Memahami bisnis klien berarti memperkecil risiko audit. Dengan memahami industri klien berarti menjadi bagian integral yang tidak terpisahkan dengan pekerjaan profesi sehingga dapat menghasilkan audit yang memenuhi standar mutu auditing (Harry Suharto, 2002) dalam Mukhlasin (2004:30). Selain itu, pemahaman terhadap industri klien juga kan mempermudah auditor dalam bekerja sehingga pekerjaan audit tidak akan mengganggu aktivitas perusahaan.

3. Responsif atas Kebutuhan Klien (Responsiveness)

Menurut Nasution (2004:56), responsiveness yaitu kemauan atau persiapan para karyawan untuk memberikan jasa yang dibutuhkan pelanggan (Perusahaan publik yang menjadi klien KAP). Responsibility auditor dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai profesional yaitu auditor harus melakukan profesional yang sensitif dan pentingnya moral dalam semua aktivitas mereka. Responsibility yang dimaksud yaitu dalam melayani masyarakat yang merupakan sebuah perhatian yang harus menjadi dasar yang memotivasi sebuah profesi (Amin Widjaja Tunggal, 2010:29).

Pada saat KAP melakukan audit terhadap suatu perusahaan, opini yang dikeluarkan oleh auditor setelah melakukan proses audit menjadi pusat perhatian dari klien dan para pengguna laporan keuangan. Padahal di lain pihak klien membutuhkan hal lain yang lebih dari sekedar opini.


(33)

Klien berharap akan menerima keuntungan dari keahlian dan pengetahuan auditor di bidang usaha dan member nasihat tanpa diminta (Media Akuntansi No. 25, Maret 1998) dalam Mukhlasin (2004).

4. Menaati Prosedur atau Standar Umum yang Berlaku di Indonesia

(Tehnical Competence )

Standar auditing adalah pedoman umum bagi seorang auditor dalam menjalankan tanggung jawab profesinya. Standar ini mencakup pertimbangan mengenai kualitas profesional mereka, seperti kemampuan dan independensi atau kemandirian, persyaratan pelaporan, dan bukti-bukti (Amin Widjaja Tunggal, 2010:15). Standar auditing yang harus dimiliki auditor yaitu keahlian, independensi, dan cermat sebagai syarat mutu dalam pelaksanaan audit. Ini memberikan kepercayaan klien atas kualitas suatu KAP yang baik.

Anggota Kantor Akuntan Publik (KAP) yang melaksanakan penugasan jasa auditing, atestasi, review, kompilasi, konsultasi manajemen, perpajakan, atau jasa professional lainnya, harus memenuhi standar beserta interpretasi yang terkait yang dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan IAI yaitu kompetensi, profesional, kecermatan dan keseksamaan profesional, perencanaan dan supervisi, data relevan yang memadai (IAI, 2006).

Standar umum berhubungan terhadap kualifikasi auditor dan terhadap kualitas kerja auditor. Setiap profesi meletakkan standar technical competence. Kompetensi auditor ditentukan oleh tiga faktor


(34)

yaitu pendidikan formal universitas untuk menjadi profesi, pelatihan praktis dan pengalaman dalam mengaudit, pendidikan profesional berkelanjutan selama karir profesional auditor. Selain kompetensi, auditor juga harus bebas dari pengaruh manajemen dalam melakukan audit dan melaporkan temuan-temuannya. Auditor juga harus menjaga persyaratan independen dalam AICPA’s Code of Professional Conduct (Boynton dan Johnson, 2005:50).

IAI telah menetapkan dan mengesahkan standar auditing yang terdiri dari sepuluh standar. Standar auditing terdiri dari tiga bagian yaitu standar umum, standar pekerjaan lapangan, standar pelaporan. Dalam Amin Widjaja Tunggal, 2010:15) Standar umum sendiri terdiri dari :

a) Audit harus dilakukan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

b) Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan auditor.

c) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

5. Independensi (Independence)

Menurut Boynton Johnson (2005:106) seorang CPA yang berpraktik publik harus bersikap independen dalam melaksanakan jasa profesional sebagaimana disyaratkan oleh standar resmi yang diumumkan oleh badan-badan yang ditunjuk oleh Dewan. Independensi adalah sikap


(35)

seorang auditor yang memiliki prinsip integritas dan objektifitas, serta dalam pelaksanaanya tidak memiliki kepentingan pribadi. Independensi merupakan syarat penting bagi auditor dalam menilai kewajaran dan keakuratan informasi yang disajikan pihak manajemen kepada pengguna informasi khususnya pengguna laporan keuangan.

Independensi merupakan salah satu komponen etika yang harus di jaga oleh Akuntan Publik. Independensi berarti Akuntan Publik tidak mudah dipengaruhi karena Akuntan Publik melaksanakan pekerjaan untuk kepentingan umum. Akuntan Publik tidak dibenarkan memihak kepentingan siapa pun. Akuntan Publik berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas pekerjaan Akuntan Publik.

Auditor harus mempertahankan objektivitas dan bebas dari benturan kepentingan dalam melaksanakan tanggung jawab profesional. Auditor dalam praktik publik harus independen dalam fakta (independence in fact) dan independensi dalam penampilan (independence in appearance) ketika memberikan jasa auditing dan jasa atestasi yang lain. Independence in fact mencakup suatu state of mind. Akuntan publik harus independence dalam sikap mental dalam seluruh masalah yang berkaitan dengan penugasan. Dalam penerapan di dalam KAP seorang akuntan publik mampu mempertahankan sikap independensinya dengan baik yaitu tidak memihak sepanjang pelaksanaan


(36)

audit dilakukan. Independence in appearance berkaitan dengan bagaimana pemakai laporan keuangan memandang independensi (Amin Widjaja Tunggal, 2010:29).

6. Bersikap Hati-hati (Due Care)

Menurut Amin Widjaja Tunggal (2010:30), due care berarti auditor harus mengamati standar-standar teknis dan etika profesi, berusaha secara kontinyu memperbaiki kompetensi dari mutu jasa-jasa yang diberikan, dan melaksanakan tanggung jawab profesional dengan kemampuan yang terbaik.

Auditor seharusnya merencanakan audit untuk mendeteksi tindakan illegal yang material pada laporan keuangan dan mengimplementasikan rencananya dengan due professional care. Sikap due care yaitu auditor di dalam melaksanakan responsibilitas profesionalnya dilakukan dengan kompetensi dan ketekunan. Kompetensi adalah produk dari pendidikan dan pengalaman, sedangkan ketekunan meliputi upaya terus menerus, sungguh-sungguh, dan pelaksanaan dengan giat dan berusaha dalam melaksanakan jasa professional (Boynton dan Johson, 2005:109).

Menurut SNA (2002) dalam penelitian Muhammad Aria Umar (2007), disebutkan bahwa seorang auditor yang memiliki sikap hati-hati akan bekerja dengan cermat dan teliti, sehingga dapat menghasilkan hasil pemeriksaan audit yang baik, dapat mendeteksi dan melaporkan kekeliruan serta ketidakberesan, terutama mengungkapkan fraud.


(37)

7. Komitmen yang Kuat Terhadap Kualitas Audit (Quality Commitment)

Menurut SNA (2002) dalam Lamtiar Agnes Shanryda (2008), komitmen didefinisikan sebagai: (a) sebuah kepercayaan kepada dan penerimaan terhadap tujuan dari nilai-nilai organisasi atau profesi, (b) sebuah kemauan untuk menggunakan usaha yang sungguh-sungguh guna kepentingan organisasi atau profesi, (c) sebuah keinginan untuk memelihara keanggotaan dalam organisasi atau profesi. Sedangkan, kualitas audit (audit quality) didefinisikan sebagai profitabilitas bahwa laporan keuangan tidak memuat penghilangan ataupun kesalahan penyajian yang material. Kualitas audit juga didefinisikan dari segi risiko audit, dengan jasa yang bermutu tinggi akan mencerminkan risiko audit yang kecil (Ahmed Riahi Belkaoui, 2004:85). Jadi auditor yang memiliki komitmen yang kuat terhadap kualitas audit adalah auditor yang memegang teguh prinsip-prinsip atau nilai-nilai dalam mengaudit laporan keuangan klien dengan memberikan jasa yang bermutu tinggi.

Profesi Akuntan Publik pun memperhatikan kualitas audit sebagai hal yang sangat penting untuk memastikan bahwa profesi auditor dapat memenuhi kewajibannya kepada para pemakai jasanya. Para pemakai laporan keuangan mengandalkan auditor independen dalam menjaga kredibilitas laporan keuangan. Auditor diharapkan memenuhi standar kualitas dan professinalisme dalam setiap penugasan, sehingga dapat memberikan pelayanan yang baik kepada publik, memperoleh


(38)

kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen professionalisme (Abdul Halim, 2001:17-18).

8. Keterlibatan Pimpinan KAP (Executive Involvement)

Manajemen puncak (dalam hal ini pimpinan KAP) harus memimpin perusahaan (KAP) untuk meningkatkan kinerja kualitasnya, tanpa adanya kepemimpinan manajemen puncak, maka usaha untuk meningkatkan kualitas hanya berdampak kecil terhadap perusahaan (Nasution, 2004:60). Keterlibatan pimpinan KAP dapat membantu terbentuknya komunikasi dua arah yang lebih intensif antara klien dan auditor karena pimpinan mempunyai keahlian dan pengalaman yang lebih baik serta mempunyai citra yang lebih tinggi dibanding staf auditor sehingga dapat menjadi mediator antara klien dan auditor yang bertanggung jawab (Media Akuntansi No.25, Maret 1988) dalam Mukhlasin (2004). Terdapat keunggulan tersendiri bagi KAP, yaitu dapat memberikan jasa sesuai yang diinginkan klien.

9. Melakukan Pekerjaan Lapangan dengan Tepat (Field Work Conduct)

Standar pekerjaan lapangan berkaitan dengan pelaksanaan pemeriksaan akuntan dilapangan (audit field work), mulai dari perencanaan audit dan supervisi, pemahaman dan evaluasi pengendalian intern, pengumpulan bukti-bukti audit melalui compliance test, substantive test, analytical review, sampai selesainya audit field work (Sukrisno Agoes, 2004:38).


(39)

Dalam standar pekerjaan lapangan disebutkan bahwa pekerjaan harus dilaksanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya, dan pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan, serta disebutkan pula bahwa bukti yang cukup harus diperoleh untuk memberikan dasar rasional bagi kesimpulan yang dinyatakan dalam laporan (SA Seksi 311, IAI, 2006).

10. Komitmen Komite Audit (Audit Committee)

Dalam hal ini, komite audit yang ditunjuk terutama terdiri dari anggota yang berasal dari luar dewan, dapat bertindak sebagai penghubung antara auditor dan manajemen. Meningkatnya penggunaan komite audit sebagai alat untuk memperkuat independensi auditor. Menurut Amin Widjaja Tunggal (2010:30), komite audit memiliki tugas, sebagai berikut:

a) Meningkatkan disiplin korporat dan lingkungan pengendalian untuk mencegah kecurangan dan penyalahgunaan.

b) Memperbaiki mutu dalam pengungkapan pelaporan keuangan, dan c) Memperbaiki ruang lingkup, akurasi dan efektivitas biaya dan dari

audit eksternal dan independensi dan objektivitas dari audit eksternal.


(40)

Dewan komisaris perusahaan yang besar dan yang diperdagangkan secara publik membentuk sebuah sub komite yang disebut komite audit yang bertanggung jawab khusus mengenai audit. Perusahaan membutuhkan komite audit untuk beberapa alasan, tetapi yang paling utama adalah tanggung jawab kepemilikan yang dimilikinya kepada pemegang saham. Komite audit berfungsi sebagai “pemeriksa dan penyeimbang” yang independen untuk fungsi audit internal dan perantara dengan para auditor eksternal. Komite ini berinteraksi dengan dua kelompok ini dengan tujuan untuk memastikan integritas data dalam laporan keuangan dan menghindarkan penipuan atau aktivitas illegal (Hall dan Singleton, 2007:15).

Keberadaan komite audit di perusahaan telah mendapat respon yang cukup positif oleh berbagai pihak, antara lain pemerintah, Bapepam, BEI, investor, profesi penasehat hukum, profesi akuntan, staf perusahaan penilai independen (Muharief Effendi, 2009:32) dalam Zakiyah (2009:30). Salah satu tanggung jawab komite audit adalah menilai laporan audit dari auditor eksternal. Kedudukan komite audit yang merupakan kepanjangan dari dewan komisaris dan kompetensi yang dimiliki diharapkan dapat mengoptimalkan fungsi auditor eksternal bagi perusahaan.

Dalam SPAP 380 mengatur mengenai komunikasi antara akuntan publik dengan komite audit. Bentuk komunikasi dengan komite audit dapat berbentuk lisan maupun tulisan. Masalah yang dapat


(41)

dikomunikasikan diantaranya mengenai tanggung jawab auditor berdasarkan standar audit yang ditetapkan oleh IAI, kebijakan akuntansi yang signifikan, pertimbangan manajemen dan estimasi akuntansi, penyesuaian audit yang signifikan, informasi terkait dikomunikasikan bersama laporan keuangan auditan, ketidaksepakatan dengan manajemen, konsultasi dengan akuntan lain, masalah besar yang dibiarkan manajemen sebelum mengambil keputusan untuk mempertahankan auditor, kesulitan yang dialami selama pelaksanaan audit (Muharief Effendi, 2009:39) dalam Zakiyah (2009:30).

Menurut Menon dan Williams (1994) dalam mukhlasin (2004:32), dijelaskan bahwa komite audit diperlukan dalam suatu organisasi bisnis, antara lain karena komite ini mengawasi proses audit dan memungkin terwujudnya kejujuran pelaporan keuangan. Namun hal ini dapat tercapai jika komite audit bekerja secara efektif.

11. Standar Etika yang Tinggi (Ethical Standard)

Etika (ethics) berasal dari bahasa Yunani ethos, yang berarti “karakter”. Kata lain untuk etika ialah moralitas (morality), yang berasal dari bahasa latin mores, yang berarti “kebiasaan”. Moralitas berpusat pada “benar” dengan pertanyaan tentang bagaimana orang akan berperilaku tehadap sesamanya. Sedangkan etika sama dengan pertanyaan tentang bagaimana orang bertindak terhadap orang lainnya. Kode etika secara signifikan berpengaruh terhadap reputasi dari seorang profesional dan kepercayaan yang dimiliki (Boynton dan Johnson, 2005:104).


(42)

Etika adalah prinsip-prinsip moral dan berhubungan dengan seperti kejujuran dan integritas, keterandalan, dan akuntabilitas, dan juga aspek yang lain tentang perilaku yang benar dan salah. Perilaku etis merupakan suatu “state of mind” bukanlah kumpulan dari peraturan (a collection of rules). Dalam memberikan jasa profesional, akuntan publik harus selalu memperhatikan kepentingan publik (public interest) yang mereka layani. Kepercayaan publik (public trust) tidak boleh disubordinasi untuk kepentingan pribadi (Amin Widjaja Tunggal, 2010:28).

Etika profesional meliputi standar sikap para anggota profesi yang dirancang agar praktis dan realitis, tetapi sedapat mungkin idealis. Tuntutan etika profesi harus diatas hukum tetapi dibawah standar ideal (absolut) agar etika tersebut mempunyai arti dan berfungsi sebagaimana mestinya (Abdul Halim, 2001:18). Etika pengambilan keputusan dalam bisnis adalah kompleks, dengan banyak prinsip, nilai, dan pendekatan sebagai pedoman bagi individu atau kelompok (Birt et.al, 2008) dalam Zakiyah (2009:34).

Kebanyakan klien lebih menyukai auditor yang bisa dikenakan tindakan dislipiner oleh suatu organisasi profesi yang memberlakukan kode etika yang ketat, daripada auditor-auditor yang tidak dapat diatur. Menurut Sukrisno Agoes (2004:43), setiap manusia yang memberikan jasa dari pengetahuan dan keahliannya pada pihak lain seharusnya memiliki rasa tanggung jawab pada pihak-pihak yang dipengaruhi oleh jasanya itu. Kode Etik Akuntan Indonesia adalah pedoman bagi para


(43)

anggota Ikatan Akuntan Indonesia untuk bertugas secara bertanggung jawab dan objektif.

12. Tidak Mudah Percaya (Skepticism)

Professional skepticism berarti bahwa auditor mengakui membutuhkan objektivas dalam mengevaluasi kondisi observasi dan bukti-bukti yang diperoleh selama audit. Auditor seharusnya tidak percaya asersi manajemen dapat diterima tanpa dasar-dasar bukti yang cukup (Boynton dan Johnson, 2005:47). Audit harus direncanakan dan dilaksanakan dengan sikap skeptisme profesional dalam semua aspek penugasan. Misalnya auditor tidak boleh menganggap bahwa manajemen tidak jujur, tapi kemungkinan tersebut harus dipertimbangkan.

Sebuah peristiwa kesalahan dan kecurangan dalam pelaporan keuangan menjadi aspek dasar dari professional skepticism. Professional skepticism seharusnya menunjukkan bahwa auditor secara tepat menyelidiki tentang setiap petunjuk yang memungkinkan adanya kecurangan atau fraud (Louwers et.al, 2005:12).

Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama menuntut auditor untuk melaksanakan skeptisme profesional. Skeptisme profesional adalah sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit. Auditor menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dituntut oleh profesi akuntan publik untuk melaksananakan dengan cermat dan seksama, dengan maksud baik dan integritas, pengumpulan


(44)

dan penilaian bukti audit secara objektif. Pengumpulan dan penilaian bukti audit secara objektif menuntut auditor mempertimbangkan kompetensi dan kecukupan bukti tersebut. Oleh karena itu, dikumpulkan dan dinilai selama proses audit, skeptisme profesional harus digunakan selama proses tersebut. Auditor tidak menganggap bahwa manajemen adalah tidak jujur, namun juga tidak menganggap bahwa kejujuran manajemen tidak dipertanyakan lagi karena kemungkinan tersebut harus dipertimbangkan (Amin Widjaja Tunggal, 2010:52). Dalam menggunakan skeptisme profesional, auditor tidak harus puas dengan bukti yang kurang persuasif karena keyakinnya bahwa manajemen adalah jujur (SA Seksi 230, IAI, 2006).

D. Kepuasan Klien Kantor Akuntan Publik

Dalam penelitian ini yang menjadi pelanggan adalah perusahaan yang menyewa Kantor Akuntan Publik untuk mengatestasi dan memberikan opini audit terhadap laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan.

Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara kinerja (hasil) yang dipikirkan terhadap kinerja (hasil) yang diharapkan. Jika kinerja memenuhi harapan, pelanggan puas. Jika kinerja melebihi harapan, maka pelanggan sangat puas dan senang (Kotler, 2008:50).

Definisi klien sendiri menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah pemberi kerja (orang atau badan) yang memperkerjakan atau


(45)

menugaskan seseorang atau lebih anggota IAI atau KAP tempat anggota bekerja untuk melaksanakan jasa professional, sedangkan definisi kantor akuntan publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berusaha di bidang pemberian jasa profesional dalam praktik Akuntan Publik (IAI, 2006).

Kepuasan klien adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dengan harapannya (Philip Khotler, 1994) dalam Mukhlasin (2004:29). Jadi,tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dan harapan yang diinginkan. Apabila kinerja di bawah harapan, klien akan kecewa. Apabila kinerja sesuai dengan harapan, klien akan puas. Untuk mengetahui kepuasan klien perlu adanya tolak ukur, yaitu bilamana tercapai keseimbangan antara apa yang diharapkan dan apa yang dirasakan oleh klien. Misalnya, dalam mengkonsumsi jasa, bila sesuatu yang dirasakan adalah ukuran kualitas merupakan salah satu kriteria yang digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menilai antara kualitas yang diberikan dengan kepuasan yang dirasakan dan diharapkan.

Menurut Abdul Halim (2001:79), setiap pelaku dalam suatu bisnis atau usaha selalu berkompetisi dengan pelaku bisnis lainnya. Hal ini juga dihadapi dalam bisnis jasa Akuntun Publik. Setiap KAP selalu bersaing dengan KAP lainnya. Mereka harus dapat menghimpun sebanyak


(46)

mungkin klien untuk mempertahankan eksistensinya. Ada beberapa penyebab klien berganti KAP, salah satunya bisa dikarenakan ketidakpuasan terhadap KAP yang lama.

Menurut Kotler (2008) mengatakan bahwa tujuan bisnis dari suatu organisasi dapat dicapai dengan cara terbaik melalui pemberian kepuasan yang menyeluruh atau lengkap (Complete satisfaction) pada pengguna akhir, yaitu pelanggan / klien. Kemampuan untuk memuaskan kebutuhan, harapan, dan keinginan klien merupakan salah satu kriteria untuk menentukan mutu. Dengan kata lain, pada dasarnya tujuan bisnis dari organisasi ialah menciptakan dan mempertahankan para pelanggan atau klien.

E. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti dan Tahun Penelitian Judul Penelitian Variabel dan Metode

Hasil Penelitian Persamaan dengan Penelitian Sekarang Perbedaan dengan Penelitian Sekarang 1 Mukhlasin (2004) Pengaruh Atribut Kualitas Audit, Portofolio Jasa Audit, dan Reputasi Kantor Akuntan Publik Terhadap Kepuasan Klien Atribut-atribut kualitas audit, portofolio jasa audit, reputasi KAP, dan kepuasan klien.Metod e: Analisis Regresi Berganda Terdapat Sembilan atribut yang berpengaruh signifikan terhadap kepuasan klien yaitu pengalaman auditor dalam melakukan audit, pemahaman tentang industri klien, responsif kebutuhan klien, kompetensi dalam Responden yang diteliti yaitu internal auditor Tahun penelitian, perumusan hipotesis, dimana dalam penelitian ini menggunakan regresi sederhana


(47)

melakukan audit, sikap hati-hati, komitmen yang kuat, melakukan pekerjaan lapangan yang tepat, komitmen komite audit, dan standar etika 2 Nurkholis, Retno Rushanty Wasistyori ni (2003) Atribut Kualitas Audit: Persepsi Auditor, Manajer Akuntansi dan Pemakai Laporan Keuangan Kualitas audit, laporan keuangan, auditor. Metode:Sko r rata-rata (mean), Analisis factor dengan reduksi data (data reduction) bahwa dari sepuluh atribut yang memiliki skor rata-rata tertinggi ternyata ditemukan enam dari kesepuluh atribut tertinggi yaitu : (1) Auditor harus memahami standar akuntansi dan standar auditing, (2) Pelaksanaan audit memiliki standar etik yang tinggi, (3) Staf auditor dalam KAP secara aktif di dorong untuk mengambil pendidikan atau kursus (misalnya melalui Pendidikan Profesi Berkelanjutan) (PPL), (4) Senior manager dan manager harus memahami industri yang ditekuni oleh perusahaan klien yang diaudit, (5) Partner audit harus memahami industri yang ditekuni oleh Pada variabel atribut kualitas audit yang di uji

Lokasi penelitian, responden penelitian, Tahun penelitian, persamaan rumus hipotesisnya dimana dalam penelitian ini menggunakan regresi sederhana 


(48)

perusahaan klien yang diaudit, (6) Senior yang ditugaskan dalam pelaksanaan audit sangat memahami industri yang ditekuni oleh perusahaan klien yang diaudit 3 Zakiyah (2009) Analisis Faktor-Faktor yang mempengaru hi Kepuasan Klien Kantor Akuntan Publik. Atribut kualitas audit, portofolio jasa audit, reputasi KAP, pergantian auditor, Audit fee, dan kepuasan klien KAP yang merupakan factor-faktor yang mempengar uhi kepuasan klien KAP. Metode: Analsis regeresi berganda

Dari dua belas atribut kualitas audit yang diuji, hanya ada satu atribut kualitas audit yang berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan klien, yaitu responsiveness. Sedangkan sebelas atribut kualitas audit lainnya tidak berpengaruh secara signifikan. Pergantian auditor juga berpengaruh secara signifikan. Sedangkan portofolio jasa audit, reputasi KAP, dan audit fee tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan klien KAP. Responden yang di teliti yaitu internal auditor, manajer keuangan, dan staf keuangan Lokasi penelitian, Tahun penelitian, persamaan rumus hipotesisnya dimana dalam penelitian ini menggunakan regresi sederhana

4 Marini Purwanto dan Simon Haryanto (2004) Pengaruh Kualitas Audit, Pergantian Auditor Terhadap Kualitas audit, pergantian auditor, kepuasan klien. Hasil analisis regresi menunjukkan kuat hubungan antara variabel kepuasan klien KAP dengan

Responden yang diteliti yaitu manajer keuangan dan staf keuangan Lokasi penelitian, Tahun penelitian, persamaan rumus


(49)

Kepuasan Klien Kantor Akuntan Publik Di Indonesia (Studi Empiris Pada Perusahaan Tbk di Indonesia) Metode: regresi berganda (multiple regression). variabel pergantian auditor dan variabel kualitas audit. Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kualitas audit, pergantian auditor mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan klien. hipotesisnya dimana dalam penelitian ini menggunakan regresi sederhana

5 Behn et.al

(1997)

“The Determinant s of Audit Client of Big 6 Firms” Menguji audit quality, new auditor, controller work experience terhadap kepuasan klien sebagai variable dependen. Metode:anal ysis regresi berganda

Bahwa dari dua belas atribut kualitas audit yang di uji terdapat enam atribut yang berpengaruh

positif terhadap kepuasan klien, yaitu client experience,

industry expertise, responsiveness,

field work conduct, executive

involvement, dan audit committee. New auditor dan Controller work experience mempunyai pengaruh positif secara signifikan terhadap kepuasan klien KAP. Responden yang diteliti yaitu internal auditor Lokasi penelitian, Tahun penelitian, persamaan rumus hipotesisnya dimana dalam penelitian ini menggunakan regresi sederhana

Sumber:diperoleh dari berbagai sumber

Dari penelitian-penelitian terdahulu ini peneliti menggunakan variabel atribut kualitas audit yang menjadi variabel independen dan yang dijadikan variabel dependen adalah kepuasan klien KAP


(50)

F. Keterkaitan Antarvariabel

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Karena jawaban yang diberikan masih didasarkan pada teori yang relevan, tidak berdasarkan fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2006:84). Dengan kata lain rumusan hipotesis merupakan jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, karena masih perlu dibuktikan kebenarannya secara ilmiah.

1. Atribut kualitas audit terhadap kepuasan klien

Dalam penelitian Mukhlasin (2004) Atribut kualitas audit terdiri dari Client experience, industry expertise, responsiveness, technical competence, independence,due care, quality commitment, executive involvement, field work conduct, audite committee,ethical standard, and skepticism. Ini merupakan atribut kualitas audit yang dapat memberikan kepuasan kepada klien yang menggunakan jasa KAP. Karena dengan memahami atribut kualitas audit tersebut seorang auditor maupun KAP dapat meningkatkan kualitas jasa audit yang diberikan kepada klien sehingga klien akan merasa puas. Dalam hal ini kepuasan klien tergantung dari kualitas audit yang diberikan dalam pelaksanaan audit. Ha : Atribut kualitas audit berpengaruh secara signifikan terhadap

kepuasan klien KAP.

G. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1 menunjukkan kerangka pemikiran dalam penelitian ini yaitu menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.


(51)

Gambar 2.1

Model Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen

Variabel Independen Variabel Dependen

Kepuasan Klien KAP

(Y) Atribut Kualitas Audit

(X)

H. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ha : Atribut kualitas audit berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan klien KAP

Ho : Atribut kualitas audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan klien KAP.


(52)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan mengidentifikasi mengenai hubungan sebab akibat antara kualitas audit terhadap kepuasan klien Kantor Akuntan Publik. Oleh karena itu penelitian ini akan mengukur seberapa tingkat signifikansi mengenai kualitas audit terhadap kepuasan klien KAP. Penelitian ini dilaksanakan dengan cara menyebarkan kuesioner pada perusahaan-perusahaan yang berada di DKI Jakarta, yang juga menggunakan jasa KAP.

B. Metode Penentuan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan convenience sampling yaitu tipe pemilihan sampel dari elemen populasi yang datanya mudah diperoleh peneliti. Elemen yang dipilih sebagai subjek sampel adalah tidak terbatas sehingga peneliti memiliki kebebasan untuk memilih sampel yang paling cepat, mudah, dan murah (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002:130).

Berdasarkan masalah dalam penelitian ini, maka yang menjadi responden utama dalam penelitian ini adalah internal auditor, manajer keuangan, atau pihak-pihak yang terkait (seperti, staf bagian keuangan) yang bekerja di perusahaan-perusahaan manufaktur atau jasa yang tersebar di DKI


(53)

 

Jakarta yang memakai jasa audit KAP. Alasan untuk menggunakan sampel responden ini adalah dikarenakan pihak-pihak tersebut adalah pihak yang berinteraksi dengan auditor KAP dibandingkan dengan pegawai perusahaan lainnya dan juga mereka merupakan pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan yang telah diaudit oleh jasa KAP.

C. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer yang berdasarkan atas jawaban kuesioner yang dikembalikan oleh responden yakni internal auditor, manajer keuangan, atau pihak-pihak yang terkait (staf bagian keuangan) dengan cara menyebarkan kuesioner secara langsung kepada responden yang dituju dengan kunjungan langsung ke perusahaan yang berada di DKI Jakarta maupun melalui perantara (contact persons) yang didistribusikan kepada perusahaan-perusahaan tersebut untuk memperoleh data sebenarnya. Perusahaan dipilih secara acak oleh peneliti.

Teknik pengumpulan data untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan guna mendukung penelitian ini adalah dengan menggunakan Riset Lapangan yang merupakan metode pengumpulan data dengan mendatangi langsung pada objek penelitian dengan menggunakan metode kuesioner.


(54)

 

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan di penelitian ini adalah metode analisis statistik yang perhitungannya dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 15.

1. Uji Kualitas Data

Pengujian data kualitatif yang didapat dengan menyebarkan kuesioner kepada responden, maka kesediaan dan ketelitian dari para responden untuk menjawab setiap pertanyaan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam penelitian ini. Keabsahan suatu jawaban sangat ditentukan oleh alat ukur yang telah ditentukan. Untuk itu, dalam melakukan uji kualitas data atas data primer ini peneliti melakukan uji validitas dan uji reabilitas, yaitu sebagai berikut :

a. Uji Validitas

Uji validitas menurut Imam Ghozali (2006:49) digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner, suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Valid menunjukkan derajat ketepatan, yaitu ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada obyek dengan data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti (Sugiyono, 2006:1). Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan Pearson Correlation, dimana suatu pernyataan dapat dikatakan valid jika tingkat signifikansinya di bawah 0.05. Dalam mengukur validitas ini, peneliti akan menggunakan SPSS versi 15.0.


(55)

 

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas menurut Imam Ghozali (2006:45) adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Reliabel menunjukkan derajat konsitensi, yaitu konsistensi data dalam interval waktu tertentu (Sugiyono, 2006:1). Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Menurut Nunnally (1960) dalam Imam Ghozali (2006:46) suatu konstruk atau variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai cronbach’s alpha > 0.60. Dasar pengambilan keputusannya adalah :

1) Jika nilai cronbach’s alpha >0.60 maka butir atau variabel tersebut reliable.

2) Jika nilai cronbach’s alpha <0.60 maka butir atau variabel tersebut tidak reliabel.

Dalam mengukur reliabilitas ini, peneliti akan menggunakan SPSS versi 15.

2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik atas data primer yang diperoleh dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan uji normalitas, yaitu sebagai berikut : a. Uji Multikolonieritas

Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara


(56)

 

variabel independen. Multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya dan nilai variance inflation factor (VIF). Nialai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance kurang dari 0.10 atau sama dengan nilai variance inflation factor (VIF) lebih dari 10 (Imam Ghozali, 2006:95).

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedasitas menurut Imam Ghozali (2006:125-126) bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedasitas dan jika berbeda disebut heterokedasitas. Model regresi yang baik adalah homokedasitas atau tidak terjadi heterokedasitas. Untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas adalah menggunakan scatterplot, dengan dasar analisis adalah sebagai berikut:

1) Jika ada pola tetentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.


(57)

 

c. Uji Normalitas

Uji normalitas menurut Imam Ghozali (2006:147-149) bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Pengujian normalitas data dilakukan untuk menentukan apakah data terdistribusi secara normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini, peneiliti menggunakan metode statistik uji normal probability plot, dengan dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :

1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

3. Pengujian Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model analisis regresi sederhana (Simple regretion) adalah metode statistik untuk menguji hubungan antara satu variabel terikat atau variabel dependen dalam penelitian ini adalah kepuasan klien KAP dengan satu variabel bebas atau variabel independen dalam penelitian ini adalah


(58)

 

atribut kualitas audit. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal atau skala likert dan rumus regresi sederhana yang digunakan adalah sebagai berikut :

Keterangan :    

Y = a + bX1 + e

Y = Kepuasan klien terhadap Kantor Akuntan Publik dan anggota tim audit (Total Client Satisfaction on with Both the Audit Firm and Audit Team)

a = Konstanta

b = Koefisien regresi atau nilai sensitivitas variabel terikat (Y) terhadap besar perubahan variabel bebas (X) dimana jika nilai b positif maka akan terjadi kenaikan, sedangkan jika nilai b negative maka terjadi penurunan.

X1 = Variabel atribut kualitas audit e = Error term

Dalam uji hipotesis ini dilakukan melalui : a. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisiensi determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisiensi determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan


(59)

 

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Imam Ghozali, 2006:87).

b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen yang di uji pada tingkat signifikansi 0.05 (Imam Ghozali, 2006:88). Menurut Singgih Santoso (2000:168) dalam Ranggi (2010:51), dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :

1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0.05, maka Ho diterima atau Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen atau terikat.

2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0.05, maka Ho ditolak atau Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen atau bebas mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen atau terikat.

c. Uji F

Uji F menurut Imam Ghozali (2005:84) uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. Dasar pengambilan kesimpulannya menurut Singgih Santoso (2000:168) dalam Zakiyah (2009:65) adalah sebagai berikut :


(60)

 

1) Jika nilai probabilitas >0.05, maka Ho diterima/ Ha ditolak, berarti menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat.

2) Jika nilai probabilitas <0.05, maka Ho ditolak/ Ha diterima, berarti menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat.

E. Operasionalisasi Variabel Penelitian

Pada bagian ini akan didefinisikan masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini beserta cara pengukurannya. Adapun variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel bebas (Variabel Independen)

Variabel ini disebut sebagai Variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel terikat). Jadi variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi. (Prof. DR. Sugiyono, 2006:3)

Di dalam penelitian ini yang termasuk variabel independen adalah atribut kualitas audit yaitu suatu cara yang dilakukan auditor dalam memberikan jasa kepada klien, ditujukan agar klien mendapatkan kepuasan dan tercapainya tujuan yang telah diharapkan klien.


(61)

 

Skala pengukuran dalam penelitian ini menggunakan hasil dari jawaban responden yang tercantum dalam kuesioner berupa pilihan jawaban dengan menggunakan skala likert, didasarkan pada penelitian : (1) sangat tidak setuju, (2 ) tidak setuju, (3) netral, (4) setuju, (5) sangat setuju.

2. Variabel terikat (Variabel Dependen)

Variabel ini disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Prof. DR. Sugiyono, 2006:3). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah kepuasan klien. Definisi dari kepuasan klien adalah tingkat kepuasan yang ditentukan oleh klien atau pelanggan atas tingkat kepuasan yang diterima setelah membandingkan kinerja audit dengan hasil yang diharapkan oleh si klien. Kepuasan klien tercermin dari hasil kerja auditor eksternal yang dapat dilihat dengan adanya pengaruh yang signifikan terhadap atribut-atribut kualitas audit. Item-item pertanyaan mengenai kepuasan klien KAP menggunakan skala likert yaitu (1) sangat tidak memuaskan, (2) tidak memuaskan, (3) netral, (4) memuaskan, (5) sangat memuaskan.

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Penelitian

No Variabel Dimensi Indikator Pengukuran

1 Atribut-atribut kualitas audit Sumber: Memakai item pertanyaan dari a. Client experience

a. KAP dan tim audit berpengalaman dalam melakukan audit Pengukuran construct menggunakan skala ordinal (skala likert) b. Industry expertise

b. KAP memahami industri klien dengan baik


(62)

 

penelitian Behn et.al (1997)

c. Responsiveness c. KAP responsif terhadap kebutuhan klien

d. Technical competence

d. KAP menaati standar umum

e. Independence e. KAP memiliki sikap independen

f. Due care f. KAP bersikap hati-hati di setiap penugasan

g. Quality commitment

g. KAP memiliki komitmen yang kuat terhadap kualitas audit

h. Executive involvement

h. Keterlibatan pimpinan KAP dalam pelaksanaan audit klien

i. Field Work Conduct

i. Melakukan pekerjaan lapangan dengan tepat

j. Audit committee

j. Keterlibatan komite audit dalam melakukan audit k. Ethical

standard

k. Standar etika yang tinggi l. Skepticism l. Tim audit KAP memiliki

skeptical attitude

2 Kepuasan klien Sumber:

Memakai item pertanyaan dari penelitian Behn et.al (1997)

a. Kepuasan klien terhadap keseluruhan kinerja KAP b.Kepuasan klien terhadap

kinerja dari anggota-anggota tim audit

Pengukuran construct menggunakan skala ordinal (skala likert)


(63)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pembahasan pada bab IV ini adalah hasil dari studi lapangan untuk memperoleh data dengan menggunakan kuesioner untuk mengukur dua variabel pokok dalam penelitian ini, yaitu atribut kualitas audit dan kepuasan klien. Setelah mendapatkan gambaran umum responden dan dilanjutkan dengan analisis data dengan menggunakan program software SPSS versi 15.

A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Objek dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada perusahaan manukfatur ataupun jasa di DKI Jakarta yang memakai jasa audit KAP. Dalam pelaksanaan pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner penelitian yaitu dengan mendatangkan perusahaan secara langsung maupun dengan melalui perantara (contact persons) yang

ditujukan kepada internal auditor, manajer keuangan, atau pihak-pihak

yang terkait (seperti, staf-staf bagian keuangan). Penyebaran kuesioner dimulai pada tahap pertama dilakukan pada tanggal 3 Mei 2010 sampai 19 Juni 2010 dan dilakukan ke 40 Perusahaan yang berada di DKI Jakarta sedangkan tahap kedua dilakukan pada tanggal 21 Juni sampai 30 Juli 2010 dan dilakukan ke 24 Perusahaan yang berada di DKI Jakarta.


(64)

Tabel 4.1

Data Distribusi Sampel Penelitian I. Pada tahap pertama

No Nama/Inisial Perusahaan Jumlah

Kuesioner Dikirim

Jumlah Kuesioner Kembali

1 PT.TELEKOMUNIKASIINDONESIA

(TELKOM), Tbk

5 0

2 PT.INDOSAT, Tbk 5 0

3 PT.TANAMAS INDUSTRY 2 1

4 PT.MOBILE 8 TELECOM, Tbk 5 1

5 PT.INDORACK MULTIKREASI 1 1

6 PT.LG ELECTRONICS INDONESIA 2 2

7 PT.KUMALA KENCANA CIPTA 5 4

8 PT.PERFETTI VAN MELLA INDONESIA 3 1

9 PT.RANIA JAYA 2 1

10 PT.ARGHA KARYA PRIMA INDUSTRY 1 1

11 PT.JUMBO TROPICAL FISH 1 1

12 PT.DINAR DARUM LESTARI 2 1

13 PT.BLUE STAR AQUATIC 3 1

14 PT.BU KYUNG INDONESIA 1 1

15 PT.UNIVERSAL FOOTWEAR UTAMA

INDONESIA

3 2

16 PT.ARISTOCRATAMA BINA USAHA 1 1

17 PT.PANAH PERDANA LOGISINDO 2 1

18 PT.SURYA TOTO INDONESIA 1 1

19 PT.AMANAH TULUS MANDIRI 5 2

20 PT.DANORA AGRO PRIMA 2 1

21 PT.CAA EXPRESS (CIPTA ANUGERAH

ABADI)

1 1

22 PT.RADJAWALI SAKTI 1 1

23 PT.AKIMA LOGISTIC 2 1

24 PT.HAENG NAM SEJAHTERA

INDONESIA

1 1

25 PT.JT INTERNASIONAL 1 1

26 PT.BHAKTI PERSADA 1 1

27 PT.KOPEGTEL RAJAWALI 10 6

28 PT.BPR DANA NIAGA 10 4

29 PT.ARYAN INDONESIA

(KIDZANIA)

1 1

30 PT.ATRI LOGISTIC 1 1

31 PT.UNILEVER INDONESIA 2 1

32 PT.BANK CIMB NIAGA, Tbk 6 4

33 PT.ATRI EXPRESS 2 1


(65)

INDONESIA

35 PT.GALLERIA PRIMAASRI 4 2

36 PT.SENTISAGA FISHERINDO 1 1

37 PT.SCHENKER PETROLOG UTAMA 1 1

38 PT.CITATAH 1 1

39 PT.KAMBONA JAYA 1 1

40 PT.BUANA BANTEN RAYA 1 1

Jumlah 100 55

II. Pada tahap kedua

No Nama/Inisial Perusahaan Jumlah

Kuesioner Di kirim

Junlah Kuesioner Di terima

1 PT.ULTRA PRIMA ABADI 5 1

2 PT.ARISTOCRATAMA INVESTEBRATES 5 1

3 PT.ANEKA RIMBA USAHA 5 1

4 PT.BASF INDONESIA 2 2

5 PT.PANEL INDONESIA 2 1

6 PT.SINAR DARUM LESTARI 2 1

7 PT.PANELINDO FURNITECH MULTI

GUNA

1 1

8 PT.CIPTA PANEL BUANA 2 2

9 PT.RIMBA WOOD ARSILESTARI 2 2

10 PT.SAMOIN MOTOR INDONESIA 2 2

11 PT.AXA SETARA APPAREL 1 1

12 PT.K’LINE AIR SERVICE 5 4

13 PT.ANEKA TAMBANG (ANTAM), Tbk 1 0

14 BAKRIE TELECOM, Tbk 1 0

15 PT.KAWAN LAMA SEJAHTERA 1 0

16 PT.JAYA REAL PROPERTY 1 0

17 PT.SURYA SEMESTA INTERNUSA, Tbk 2 2

18 PT.TRIAS SENTOSA, Tbk 1 1

19 PT.TRITUNGGAL NUANSA

PRIMATAMA

1 1

20 PT.MULTI PRIMA SEJAHTERA 4 1

21 PT.ALCADERO 1 1

22 PT.ADL ENERGY 1 1

23 PT.KN’ CKERS INDONESIA 1 1

24 PT.KUNIMOTOR FOODS 1 1


(66)

Pengumpulan data dilaksanakan dalam 2 tahap, tahap pertama dikirim sebanyak 100 kuesioner yang dilakukan pada tanggal 3 Mei 2010, dan diharapkan sudah kembali pada tanggal 19 Juni 2010. Efektifnya hanya 55 kuesioner yang tersebar sisanya 45 kuesioner tidak kembali dikarenakan responden tidak mengembalikan kuesioner. Sebanyak 55 orang responden yang berpartisipasi atau yang menjawab kuesioner. Pada tahap kedua ini dilakukan penyebaran sebanyak 50 kuesioner pada tanggal 21 Juni dan diharapkan sudah kembali pada tanggal 30 Juli. Efektifnya hanya 28 kuesioner yang tersebar sisanya 22 kuesioner tidak kembali dikarenakan responden tidak mengembalikan kuesioner. Sebanyak 28 orang responden yang berpartisipasi atau yang menjawab kuesioner.

Ringkasan pengiriman dan pengembalian kuesioner dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 4.2.

Tabel 4.2

Perincian Pengiriman dan Pengembalian Kuesioner (Distribusi Kuesioner)

Keterangan Jumlah

Pengiriman tahap pertama 100

Kuesioner yang tidak kembali dan tidak sampai 45

Kuesioner yang kembali 55

Tingkat pengembalian (response rate)

=55/100*100%

55.0%

Pengiriman tahap kedua 50

Kuesioner yang tidak kembali dan tidak sampai 22

Kuesioner yang kembali 28


(67)

=28/50*100%

Total tingkat pengembalian (response rate)

=83/150*100%

55.3%

Sumber : data primer yang diolah

Dari data diatas dapat dilihat bahwa untuk tahap pertama dari 100 kuesioner yang dikirimkan yang kembali sebanyak 55 kuesioner atau 55% dari total kuesioner tahap pertama, sedangkan pada tahap yang kedua dari 50 kuesioner yang dikirimkan sebanyak 28 kuesioner yang kembali atau sebanyak 56% dari total tahap kedua. Jadi secara keseluruhan kuesioner yang kembali adalah 83 dan apabila dipresentasikan yang kembali adalah (55+28)/150*100 = 55.3%. Jumlah kuesioner yang kembali sebanyak 83 ini lebih dari minimum yang ditetapkan dari jumlah populasi yang diteliti.

Secara convenience sampling merupakan tipe pemilihan sampel dari

elemen populasi yang datanya mudah diperoleh peneliti. (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002:130). Perhitungan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Solvin (Sevilla, 1998:49) dalam Muhamad Aria Umar (2007:66) yaitu:

n = N = 150 = 60

1 + N(e)² 1 + 150(0,1)²

Keterangan:

N adalah jumlah populasi ( jumlah kuesioner yang disebar).

n adalah sample unit.


(68)

Apabila dilihat dari hasil perhitungan sampel dan hasil kuesioner yang tersebar didapatkan hasil penyebaran sebesar 83 responden lebih besar dari hasil perhitungan sampel, dengan kata lain hasil penyebaran kuesioner tersebut dapat digunakan untuk penelitian ini.

2. Karakteristik Responden

Penelitian ini terutama dilakukan kepada internal auditor, manajer keuangan, atau pihak-pihak yang terkait (seperti, staf-staf bagian keuangan) pada perusahaan yang memakai jasa audit KAP dan berada di DKI Jakarta. Tabel 4.3 memperlihatkan Karakteristik responden yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 4.3

Karakteristik Responden (N = 83)

Keterangan Jumlah Persentase

Gender (Jenis Kelamin) Pria Wanita 48 35 57.84% 42.16% Umur 25-30 31-35 36-40 41-45 46-50 30 18 17 11 7 36.14% 21.70% 20.48% 13.25% 8.43% Pendidikan terakhir D3 S1 S2 S3 16 33 29 5 19.30% 39.75% 34.93% 6.02% Jabatan Internal Auditor Manajer Keuangan Staf Keuangan 20 15 48 24.10% 18.07% 57.83% Lama bekerja di perusahaan bersangkutan

1-5 6-10 31 27 37.35% 32.53%


(69)

>10 25 30.12% Lama jabatan di perusahaan bersangkutan

1-5 6-10 >10

29 35 19

34.94% 42.17% 22.89% Sumber : data primer yang diolah

Dari tabel 4.3 di atas, menunjukkan bahwa responden yang berpartisipasi sebagian responden adalah pria yaitu sebanyak 48 (57.84%), sedangkan wanita sebanyak 35 orang (42.16%) dan umur responden yang paling banyak 25-30 sebanyak 30 orang (36.4%) dan yang paling sedikit berumur diatas 46-50 tahun sebanyak 7 orang (8.43%). Untuk pendidikan terakhir responden paling banyak adalah S1 sebanyak 33 orang (39.75%) dan paling sedikit adalah S3 sebanyak 5 orang (6.02%). Untuk Jabatan responden paling banyak adalah Staf Keuangan sebanyak 48 (57.83%) dan dengan jabatan paling sedikit adalah Internal auditor sebanyak 15 (18.07%). Untuk masa kerja paling banyak 1-5 tahun sebanyak 31 orang (37.35%), dan masa jabatan sebagian besar memiliki masa jabatan 6-10 tahun sebanyak 35 orang (42.17%).

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian 1. Hasil Uji Kualitas Data

Uji kualitas data atas data primer yang diperoleh dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan uji validitas dan uji reliabilitas yaitu sebagai berikut :


(70)

a. Hasil Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Pearson Corelation, pedoman suatu model dikatakan valid jika tingkat signifikansinya dibawah 0.05 maka butir pertanyaan tersebut dapat dikatakan valid, tabel berikut menunjukkan hasil uji validitas dari variabel atribut kualitas audit terdiri atas 12 item pertanyaan dan variabel kepuasan klien terdiri dari 2 item pertanyaan. Hasil pengujian dengan menggunakan program SPSS versi 15 yang dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini.

Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas

Variabel

Butir Pertanyaan

Nilai Pearson correlation

Sig

(2-tailed) r table Status

Atribut Kualitas Audit (X)

Pertanyaan 1 0.403 0.000 0.220 Valid

Pertanyaan 2 0.524 0.000 0.220 Valid

Pertanyaan 3 0.389 0.000 0.220 Valid

Pertanyaan 4 0.536 0.000 0.220 Valid

Pertanyaan 5 0.479 0.008 0.220 Valid

Pertanyaan 6 0.389 0.000 0.220 Valid

Pertanyaan 7 0.496 0.000 0.220 Valid

Pertanyaan 8 0.468 0.000 0.220 Valid

Pertanyaan 9 0.470 0.000 0.220 Valid


(1)

HASIL UJI ASUMSI KLASIK

I.

Uji Multikolonieritas

Coefficients(a) Model Unstandardized Coefficients Standardize d Coefficient

s t Sig. Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta

Toleran

ce Std

1 (Constant) .501 .253 1.978 .051

Kualitas

Audit 1.115 .063 .891 17.665 .000 1.000 1.000

a Dependent Variable: Kepuasan Klien

II.

Uji Heteroskedastisitas

Regression Standardized Predicted Value

2 1 0 -1 -2 -3 -4 R e g ressi on S tud entized R e s idu al 4 2 0 -2 Scatterplot

Dependent Variable: Kepuasan Klien


(2)

III.

Uji Normalitas

a.

Uji Normalitas dengan

Grafik

Normal Probability Plot

Observed Cum Prob 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

E

x

pected Cum

Prob

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0 1.0

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: Kepuasan Klien

b.

Uji Normalitas dengan

Grafik Histogram

Regression Standardized Residual 4 2

0 -2

Freque

ncy

25

20

15

10

5

0

Histogram

Dependent Variable: Kepuasan Klien

Mean =9.13E-15 Std. Dev. =0.994

N =83


(3)

LAMPIRAN 7: REGRESI

SEDERHANA


(4)

HASIL UJI REGRESI SEDERHANA

Regression

Variables Entered/Removed(b) Model Variables Entered Variables

Removed Method

1 Kualitas

Audit(a) . Enter

a All requested variables entered. b Dependent Variable: Kepuasan Klien

Model Summary(b)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .891(a) .794 .791 .183

a Predictors: (Constant), Kualitas Audit b Dependent Variable: Kepuasan Klien

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 10.402 1 10.402 312.045 .000(a)

Residual 2.700 81 .033

Total 13.102 82

a Predictors: (Constant), Kualitas Audit b Dependent Variable: Kepuasan Klien

Coefficients(a) Model Unstandardized Coefficients Standardize d Coefficient

s t Sig. Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta

Toleran

ce Std

1 (Constant) .501 .253 1.978 .051

Kualitas

Audit 1.115 .063 .891 17.665 .000 1.000 1.000

a Dependent Variable: Kepuasan Klien


(5)

104

Collinearity Diagnostics(a)

Model Dimension Eigenvalue

Condition

Index Variance Proportions

(Constant)

Kualitas

Audit (Constant)

Kualitas Audit

1 1 1.997 1.000 .00 .00

2 .003 25.229 1.00 1.00

a Dependent Variable: Kepuasan Klien

Residuals Statistics(a)

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 2.75 4.61 3.96 .356 83

Std. Predicted Value -3.388 1.829 .000 1.000 83

Standard Error of

Predicted Value .020 .071 .027 .008 83

Adjusted Predicted Value 2.80 4.62 3.96 .354 83

Residual -.366 .669 .000 .181 83

Std. Residual -2.005 3.666 .000 .994 83

Stud. Residual -2.018 3.714 -.002 1.007 83

Deleted Residual -.371 .687 -.001 .186 83

Stud. Deleted Residual -2.058 4.052 .001 1.031 83

Mahal. Distance .000 11.479 .988 1.547 83

Cook's Distance .000 .200 .014 .032 83

Centered Leverage Value .000 .140 .012 .019 83


(6)

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Klien Kantor Akuntan Publik

0 7 113

Pengaruh Fee dan Tenure Audit Terhadap Kualitas Audit pada Kantor Akuntan Publik

3 26 9

PENGARUH LAMANYA PENUGASAN AUDIT KANTOR AKUNTAN PUBLIK TERHADAP KUALITAS AUDIT.

0 2 14

PENGARUH KUALITAS JASA , KREDIBILITAS, EFISIENSI DAN OPINI AUDIT TERHADAP LOYALITAS KLIEN PENGARUH KUALITAS JASA , KREDIBILITAS, EFISIENSI DAN OPINI AUDIT TERHADAP LOYALITAS KLIEN TERHADAP KANTOR AKUNTAN PUBLIK MENURUT PERSEPSI KLIEN (SURVEY HOTEL BERBIN

0 1 15

Pengaruh Ukuran Kantor Akuntan Publik, Pergantian Kantor Akuntan Publik, Spesialisasi Audit Di Bidang Industri Klien Dan Independensi Akuntan Publik Terhadap Kualitas Audit Serta Implikasinya Pada Kualitas Disclosure Laporan Keuangan (Survey Pada Kantor A

1 5 26

Analisis Pengaruh Audit Tenure, Ukuran Kantor Akuntan Publik, Spesialisasi Kantor Akuntan Publik, dan Rotasi Kantor Akuntan Publik terhadap Kualitas Audit (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di BEI pada tahun 2012-2014).

0 1 6

ANALISIS PENGARUH INDEPENDENSI, KOMPETENSI, DAN UKURAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK TERHADAP KUALITAS AUDIT

0 0 19

ANALISIS KUALITAS AUDIT BERDASARKAN UKURAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK DAN UKURAN PERUSAHAAN KLIEN Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 13

Skripsi ”Analisis Pengaruh Atribut Kualitas Audit, Pergantian Auditor dan Portfolio Jasa Audit terhadap Kepuasan Klien Kantor Akuntan Publik” (Studi Empiris pada Bank-Bank yang ada di Semarang)

0 0 15

Analisis Pengaruh Pengawas Intern dan Independensi terhadap Kualitas Audit pada Kantor Akuntan Publik di Palembang

0 0 15