Metode bimbingan islam dalam pembinaan akhlak anak yatim di panti asuhan Yakiin Larangan Tangerang

(1)

METODE BIMBINGAN ISLAM DALAM PEMBINAAN

AKHLAK ANAK YATIM DI PANTI ASUHAN YAKIIN

LARANGAN TANGERANG

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh: FITRIYANI NIM: 103052028657

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H./2008 M.


(2)

METODE BIMBINGAN ISLAM DALAM PEMBINAAN

AKHLAK ANAK YATIM DI PANTI ASUHAN YAKIIN

LARANGAN TANGERANG

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I.)

Oleh: FITRIYANI NIM: 103052028657

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1428 H./2008 M.


(3)

METODE BIMBINGAN ISLAM DALAM PEMBINAAN

AKHLAK ANAK YATIM DI PANTI ASUHAN YAKIIN

LARANGAN TANGERANG

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos. I.)

Disusun oleh:

FITRIYANI

NIM: 103052028657

Di bawah bimbingan:

Prof. Dr. Hj. Ismah Salman, M.Hum.

NIP: 150 096 770

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H./ 2008 M.


(4)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul METODE BIMBINGAN ISLAM DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANAK YATIM DI PANTI ASUHAN YAKIIN LARANGAN TANGERANG telah diajukan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 27 November 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos. I.) pada Program Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

Jakarta, 27 November 2008 Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Drs. Study Rizal, L.K, M.Ag. Dra. Nasichah, M.A.

NIP. 150 262 876 NIP. 150 276 298

Anggota,

Penguji I Penguji II

Dra. Hj. Asriati Jamil, M.Hum. Drs. M. Luthfi Jamal, M.Ag. NIP. 150 244 766 NIP. 150 268 782

Pembimbing,

Prof. Dr. Hj. Ismah Salman, M.Hum NIP. 150 096 770


(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 27 November 2008


(6)

ABSTRAK Fitriyani

Metode Bimbingan Islam dalam Pembinaan Akhlak Anak Yatim di Panti Asuhan YAKIIN Larangan Tangerang.

Akhlak menempati posisi yang penting dalam ajaran Islam. Oleh karena itu, Seorang muslim mempunyai kewajiban untuk membina akhlak sesuai dengan ajaran Islam yang dicontohkan oleh Rasulullah. Orangtua bertanggungjawab terhadap anak-anaknya untuk mewujudkan hal itu dengan memberikan pendidikan yang sesuai dengan masa perkembangannya sehingga mereka siap dan mampu menunaikan tugasnya sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi ini. Akan tetapi kematian salah seorang atau kedua orangtua akan memberikan dampak tertentu terhadap hidup kejiwaan seorang anak. Islam mengajarkan pemeluknya agar peduli terhadap fenomena seperti ini Dalam melakukan usaha ini, agama Islam tidak hanya menganjurkan kepada perorangan saja, tetapi juga kepada suatu organisasi sosial kemasyarakatan, seperti yang dilakukan oleh panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN).

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui metode bimbingan islam dalam pembinaan akhlak anak yatim di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN). Metode yang digunakan dalam penelitian ini ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data diperoleh dengan cara observasi, wawancara mendalam, dan kepustakaan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka penulis akan menjelaskan secara singkat hasil penelitian tersebut. Program pembinaan akhlak terhadap anak asuh di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) merupakan upaya membentuk anak asuhnya agar memiliki akhlakul karimah yang dilakukan dengan beberapa bidang program diantaranya bidang pendidikan formal, keterampilan, dan kerohanian. Metode bimbingan Islam yang digunakan di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) dilakukan dengan dua metode yaitu individual dan kelompok. Bimbingan Islam melalui metode individual dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi kegiatan. Sedangkan bimbingan Islam melalui metode kelompok dilakukan dengan menggunakan teknik ceramah, dialog atau tanya jawab dan pembagian kelompok.


(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil`alamin, penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan hasil karya tulis ini, sehingga terlaksana sesuai dengan harapan. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, yang telah membawa kita sebagai umatnya mampu dalam mengenal, mencari, dan menegakkan syariat Islam.

Pada dasarnya dalam proses penulisan skripsi ini, penulis mengalami berbagai halangan dan rintangan, akan tetapi dengan bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan juga. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya terutama kepada:

1. Bapak Dr. H. Murodi, M.A selaku Dekan Fakutas Dakwah dan Komunikasi beserta Pembantu Dekan, Bagian Akademik, dan Administrasi.

2. Bapak Dr. M. Luthfi, M.A selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang telah memberikan dorongan moril kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Dra. Nasicha, M.A selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang telah membantu penulis dalam proses pelaksanaan skripsi ini.


(8)

4. Ibu Prof. Dr. Hj. Ismah Salman, M.Hum selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi khususnya di Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang telah mentransfer ilmu dan pengetahuan kepada penulis, semoga ilmu yang diberikan selama perkuliahan dapat berguna.

6. Seluruh Pimpinan, Staff Pengajar, dan Seluruh Pengurus Panti Asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) yang telah memperlancar proses penulisan skripsi ini. Bpk. KH. Noval Djamhuri, Bpk. KH. Rahmani, Bpk M. Sirri, Bpk. Ahmad Yani, Ibu Yos, Ersya Udiantara, serta para responden yang bersedia meluangkan waktu untuk penulis dalam mempercepat proses penyelesaian skripsi ini.

7. Ayahanda Saridjan dan Ibunda tercinta Suhaemi yang telah mencurahkan kasih dan sayangnya kepada penulis yang sangat menantikan moment seperti ini. “Pak, Mah…saat ini hanya inilah yang dapat ku persembahkan”.

8. Keluarga besar Bapak. Saridjan yang telah memberikan penulis inspirasi dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini, terima kasih sekali penulis ucapkan kepada semua Aa dan teteh serta semua keponakan, khususnya Taufan yang telah memberikan tumpangan mengetik. “Terima kasih ya semuanya”.

9. Sahabat-sahabat “kepompong” yang selalu mengisi hari-hari penulis. Vina yang selalu memberikan motivasi dan semangat untuk tegar menjalani


(9)

hidup. Diah yang telah memberikan dorongan penuh kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Iin dan Wati yang selalu setia mendengarkan dan menemani penulis dalam kisah bahagia maupun sedih. Juga kepada teman-teman kelas Bimbingan dan Penyuluhan Islam yakni Samsul, Taher, Pizaro, Abhel dan seluruh teman-teman kelas yang telah memberikan pengalaman berharga pada penulis dalam proses pendewasaan diri.

10.Kakanda Ahmad Ru`yat Ibnu Shaleh (Ablenk) yang telah hadir menemani hari-hari penulis disaat penulis menantikan sosok motivator seperti Kanda. “Terimakasih Kanda...telah menjadi motivator hidupku”.

11.Keluarga Besar Mahasiswa Bimbingan dan Penyuluhan Islam terutama K Hafidz, K Decky, dan K Oji yang telah memberikan pengalaman berharganya selama mengadakan pembinaan di LAPAS Tangerang dan secara tidak langsung telah membantu dan memberikan motivasi hingga tersusunnya skripsi ini.

12.Dan semua pihak yang telah ikut membantu baik secara langsung atau tidak hingga tersusunnya karya ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya, hanya kepada Allah SWT, penulis berserah diri, semoga semua bentuk perhatian, bantuan dan partisipasi yang sudah diberikan mendapatkan pahala yang setimpal dari-Nya. Penulis berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang Bimbingan dan Penyuluhan Islam.


(10)

Jakarta, 27 november 2008

Penulis

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 7

D. Tinjauan Pustaka... 8

E. Metodologi Penelitian ... 10

F. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II LANDASAN TEORI A. Metode Bimbingan Islam ... 17

1. Pengertian Metode ... 17

2. Pengertian Bimbingan ... 17

3. Pengertian Islam ... 19

4. Metode Bimbingan Islam ... 21

B. Pembinaan Akhlak... 24

1. Pengertian Pembinaan ... 24

2. Pengertian Akhlak... 25

3. Proses Pembinaan Akhlak ... 26

C. Yatim... 28

1. Pengertian Yatim ... 28

2. Pola Pembinaan Anak Yatim Menurut Ajaran Islam ... 29

3. Pandangan Islam Terhadap Anak Yatim... 32

BAB III GAMBARAN UMUM PANTI ASUHAN YAKIIN A. Sejarah dan Perkembangan ... 35

B. Visi dan Misi ... 37


(11)

D. Struktur Organisasi ... 38

E. Sarana dan Prasarana ... 39

F. Kondisi Umum Anak Asuh ... 40

1. Latar Belakang Keluarga Anak Asuh ... 40

2. Kegiatan Harian Anak Asuh ... 42

BAB IV METODE BIMBINGAN ISLAM DI PANTI ASUHAN YAKIIN A. Deskripsi Informan ... 44

B. Program Pembinaan Akhlak Anak Yatim di Panti Asuhan YAKIIN ... 51

C. Metode Bimbingan Islam dalam Pembinaan Akhlak Anak Yatim di Panti Asuhan YAKIIN ... 59

D. Hambatan dan Solusi dalam Pembinaan Akhlak Anak Yatim Melalui Bimbingan Islam di Panti Asuhan YAKIIN... 65

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 68

B. Saran ... 69 DAFTAR PUSTAKA


(12)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 Jumlah anak asuh berdasarkan jenis kelamin ... 41

2. Table 2 Jumlah anak asuh berdasarkan usia... 41

3. Table 3 Jumlah anak asuh berdasarkan status ... 41

4. Table 4 Jumlah anak asuh berdasarkan tingkat pendidikan ... 41


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama Islam menempatkan akhlak dalam posisi yang sangat penting, karena akhlak merupakan salah satu ajaran pokok dalam Islam selain aqidah dan syariah. Akhlak juga merupakan ajaran yang membina mental dan jiwa manusia untuk mencapai hakekat kemanusiaan yang tinggi. Untuk menunjukan pentingnya akhlak bagi kehidupan manusia, Allah mengutus Nabi Muhammad SAW dan menjadikannya suri tauladan yang baik bagi umat manusia, sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Qu`an surat al-Ahzab/33: 21, berbunyi:

!"

#$ %&'()

*(+,-.

0 1 2

3

45

6

1789(

1

: 6

%;1,<

=>?@

”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”1

Berdasarkan hal tersebut, seorang muslim mempunyai kewajiban untuk membangun akhlak yang baik. Sebagaimana akhlak yang telah diwujudkan oleh para Rasul dan Nabi, serta para Sahabat yang mulia dan para tokoh imam (terdahulu).

Dan dalam hal ini kita harus bertumpu pada sumber-sumber yang juga menjadi tumpuan para pendahulu dan pemimpin kita dalam membentuk

1

Departemen Agama RI, Al-Qur`an dan Terjemahannya, (Bandung: CV. Diponegoro, 2006), h. 420.


(14)

akhlak. Sumber-sumber itu adalah al-Qur`an dan al-Sunah, dan cukup dengan keduanya. Hanya saja hal yang membantu dalam pembentukan akhlak berdasarkan al-Qur`an dan al-Sunah adalah pandangan Islam yang terwujud dalam akhlak seorang yang telah mewujudkan Islam secara Amaliyah yaitu Rasulullah SAW. 2

Orangtua mempunyai kewajiban dan tanggungjawab untuk mengarahkan dan membentuk akhlak yang baik terhadap anak-anak mereka. Sebab anak merupakan amanat Allah sebagai generasi penerus keluarga, sehingga mereka harus dipersiapkan menjadi muslim yang mampu menunaikan tugasnya sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi ini.

Hati anak-anak itu masih suci, bersih, dan belum tergores oleh apapun. Pada prinsipnya anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, oleh karena itu akhlak seorang anak tergantung pendidikan yang diajarkan orangtuanya. Ia menerima setiap goresan, dan cenderung kemana ia diarahkan. Jika ia dibiasakan dan diajari kebajikan, maka ia akan berperilaku dengan penuh kebajikan dan berbahagia di dunia dan akhirat. Begitupun sebaliknya, jika ia dibiasakan dan diajari keburukan, maka ia akan berperangai buruk. Rosulullah bersabda dalam sebuah haditsnya yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari hadits Abu Hurairah, berbunyi:

!"

#

$

ﻥ"

"

&

$'

ﻥ"

"

&

(

$)

)

!"&*

+

(

2


(15)

“Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orangtuanyalah yang membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”3

Oleh karena itu, Ajaran agama perlu ditanamkan sejak kecil kepada anak-anak sehingga mereka selalu menerapkan nilai-nilai agama dalam setiap langkah hidupnya. Nilai-nilai agama tersebut akan menjadi pengendali dalam menghadapi segala keinginan dan dorongan-dorongan yang timbul dalam dirinya sehingga membentuk akhlak.

Berdasarkan hal tersebut, jelaslah bahwa orangtua mempunyai peranan yang besar dalam tanggung jawabnya membina akhlak anak-anaknya. Akan tetapi apabila salah satu dari orang tua mereka atau keduanya meninggal dunia yang menjadikannya yatim atau piatu, hal itu dapat berpengaruh pada pembentukan akhlak anak tersebut yang dampaknya adalah kurangnya kasih sayang, motivasi, bimbingan, arahan dan perhatian serta materi atau nafkah dari orang tua yang layaknya mereka atau seorang dapatkan.

Menjadi yatim adalah suatu nasib, atau suatu fakta yang tak mungkin dapat dihindari, namun bersikap positif terhadap anak-anak yatim dengan menyantuni serta memperhatikan nasib anak yatim merupakan suatu hal bijaksana yang dapat dilakukan oleh orang-orang disekelilingnya. Anak yatim mendapat porsi perhatian yang sangat besar dari Islam. Islam sangat menganjurkan untuk berbuat baik kepada anak yatim dan melarang keras untuk berbuat zhalim kepada mereka.4

3

Sayyid Ahmad al-Hasyimi, Sejarah Mukhtarul Ahaadits, Hadits-Hadits Pilihan (Berikut Penjelasannya), (Bandung: Sinar Baru, 1993), h. 670.

4

M. Jamaluddin Mahfuzh, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001), h. 148.


(16)

Pada umumnya kematian salah seorang atau kedua orangtua akan memberikan dampak tertentu terhadap hidup kejiwaan seorang anak, lebih-lebih bila anak itu berusia balita atau (menjelang) remaja, suatu tahapan usia yang dianggap rawan dalam perkembangan kepribadian. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Hanna Djumhana Bastaman bahwa:

“…kematian ayah, ibu atau keduanya dengan sendirinya akan memberi pengaruh terhadap keluarga secara keseluruhan dan juga terhadap anak-anak yang ditinggalkan. Kematian senantiasa menimbulkan suasana murung (depresi) pada keluarga dan anggota-anggotanya…”5

Suasana perasaan itu bisa berlangsung dalam jangka waktu yang wajar dan juga bisa bertahan dalam waktu yang lama. Makin berlarut-larut suasana murung dan berkabung itu makin besar pula kemungkinan timbulnya dampak negatif pada keluarga tersebut. Kematian ayah sebagai pelindung dan pencari nafkah keluarga, demikian pula kematian ibu sebagai sumber kasih sayang, apalagi kematian keduanya, jelas akan menimbulkan guncangan pada anak-anak yang ditinggalkan. Anak-anak-anak akan merasa kehilangan tokoh panutan atau cerminan nilai-nilai hidup yang menjadi tauladan, pengarah, dan pembentuk akhlak mereka. Mereka pun akan mengalami frustasi atas beberapa kebutuhan, menghayati rasa tak aman, hampa dan kehilangan kasih sayang dan bahkan pula akan merasa terpencil dan terkucil dari sanak saudara dan masyarakat yang bersikap acuh tak acuh atau bahkan mengejeknya.

5

Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), h. 172.


(17)

Dalam kondisi tersebut, perlu dilakukan upaya pembinaan akhlak kepada anak yatim melalui kegiatan metode pembinaan keagamaan yang intensif. Pembinaan akhlak itu sendiri merupakan upaya yang dilakukan untuk membangun dan meyempurnakan perangai dari yang tidak baik menjadi baik, dan dari yang baik menjadi lebih baik. Salah satu upaya pembinaan akhlak terhadap anak yatim dapat dilakukan melalui bimbingan Islam yang operasionalnya dilakukan melalui pendidikan agama. Karena pada dasarnya setiap manusia mempunyai fitrah yang sama sejak lahir yaitu mempunyai potensi untuk menjadi lebih baik ataupun sebaliknya. Hanya saja untuk mencapainya diperlukan pengarahan yang lebih intensif, tidak terkecuali bagi nak yatim yang notabenya mereka kehilangan sosok pembimbing yaitu orangtuanya.

Islam sebagai suatu agama mengajarkan pemeluknya agar peduli terhadap fenomena lingkungannya. Manusia sendiri dalam perspektif Islam merupakan makhluk sosial yang antara yang satu dengan yang lainnya harus saling tolong-menolong termasuk terhadap anak yatim.

Dalam menyantuni anak-anak yatim tidak saja memenuhi kebutuhan jasmaniahnya saja, seperti sandang, pangan, perumahan, kesehatan, tetapi juga memenuhi kebutuhan-kebutuhan jiwa (rasa aman, harga diri, pengembangan bakat), sosial (dikasihi, mengasihi, pergaulan), dan keruhanian (agama, ibadah, dan sebagainya), serta menyelenggarakan pendidikan (dan ketrampilan) bagi mereka.6

6


(18)

Dalam melakukan usaha-usaha ini, agama Islam tidak hanya menganjurkan kepada perorangan saja, tetapi juga kepada suatu kelembagaan atau organisasi. Pada saat ini organisasi sosial kemasyarakatan yang dilatar belakangi keagamaan tumbuh menjamur dalam berbagai bentuk, seperti panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam (YAKIIN) Tangerang.

Panti asuhan mempunyai banyak aktivitas dan kegiatan dalam membina yatim piatu yang diasuhnya dengan berbagai bentuknya berupa bimbingan. Bimbingan tersebut sangat berhubungan dengan prilaku keagamaan seperti sikap dan tingkah laku, dimana semua itu sangat berpengaruh dalam membentuk akhlak anak yatim.

Bertitik tolak dari uraian tersebut penulis merasa tertarik untuk melaksanakan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul: ”METODE BIMBINGAN ISLAM DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANAK YATIM DI PANTI ASUHAN YAKIIN LARANGAN TANGERANG.”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan pada latar belakang masalah diatas, penulis membatasi masalah yang akan diteliti untuk lebih terarah yaitu hanya mengenai metode bimbingan Islam dalam pembinaan akhlak anak yatim di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) Tangerang.


(19)

Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Bagaimana bentuk program pembinaan akhlak anak yatim di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN)? b. Metode apa saja yang digunakan dalam bimbingan Islam di panti

asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN)? c. Apa yang menjadi hambatan dan bagaimana solusinya dalam

pembinaan akhlak anak yatim melalui bimbingan Islam di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN)?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui program pembinaan akhlak terhadap anak yatim di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN). b. Untuk mengetahui gambaran secara jelas mengenai metode bimbingan

Islam yang diterapkan di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN).

c. Untuk mengetahui hambatan dan solusi dalam pelaksanaan pembinaan akhlak anak yatim melalui bimbingan Islam di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN).

2. Manfaat Penelitan


(20)

a. Manfaat Akademis: selain untuk memenuhi persyaratan mencapai Gelar Sarjana, hasil penelitian ini di harapkan juga dapat menambah literatur dalam khasanah keilmuan Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

b. Manfaat Praktis: Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi atau acuan bagi pihak panti asuhan atau elemen lainnya terutama dalam menumbuh kembangkan nilai-nilai keagamaan terhadap yatim agar mempunyai akhlak terpuji melalui metode bimbingan Islam yang diterapkan pada panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN).

D. Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan skripsi ini, peneliti menjadikan sumber bacaannya sebagai acuan dalam menentukan judul. Beberapa sumber tersebut di peroleh dari kutipan- kutipan sebagai berikut:

1. Skripsi oleh mahasiswa jurusan Manajemen Dakwah bernama Nurjanah/ NIM: 9953017561/ tahun 2006, berjudul: Penerapan Fungsi Manajemen Rumah Asuh Darul Ikhlas dalam Usaha Meningkatkan Kualitas Kepribadian Anak-Anak Yatim.

Rumusan masalah dalam skripsi ini adalah bagaimana perencanaan, pengorganisasian serta pengawasan rumah asuh darul ikhlas dalam meningkatkan kualitas kepribadian anak-anak yatim.

2. Skripsi oleh mahasiswa jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam bernama Siti Muchlisoh/ NIM: 102052025665/ tahun 2006, berjudul:


(21)

Upaya Bimbingan Konseling dalam Menumbuhkan Konsep Diri Anak Yang Positif di Panti Asuhan Putera Asih Tangerang.

Rumusan masalah dalam skripsi ini adalah bagaimana cara yang ditempuh agar anak asuh di panti asuhan putera asih mempunyai konsep diri yang positif sehingga mereka semua dapat bersikap dan berprilaku secara positif.

3. Skripsi oleh mahasiswa jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam bernama Lisa Nurcahyani/ NIM: 103052028665/ tahun 2007, berjudul: Metode Bimbingan Islam dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi Jakarta Selatan.

Rumusan masalah dalam skripsi ini adalah bagaimana metode bimbingan yang dilakukan yayasan bina anak pertiwi dalam mengembangkan kreativitas anak jalanan.

Beberapa referensi tersebut menginspirasikan penulis untuk menentukan judul dalam menyusun skripsi ini. Walaupun sekilas terlihat kemiripan dengan judul skripsi diatas namun apabila diperhatikan antara beberapa judul tersebut terdapat perbedaan.

Subyek penelitian pada skripsi ini adalah para pengurus panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) beserta anak asuhnya. Sedangkan obyek penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode bimbingan Islam dalam pembinaan akhlak anak yatim di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN).

Berdasarkan beberapa kutipan diatas maka peneliti berusaha menampilkan hal-hal yang belum diangkat oleh sumber diatas dengan


(22)

menelaah metode bimbingan Islam dam pembinaan akhlak anak yatim sebagai rumusan masalahnya.

E Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian maka metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Seperti yang diungkapkan oleh mardalis bahwa:7

”Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskriptifkan apa-apa yang saat ini berlaku. Didalamnya terdapa-apat upaya mendeskriptifkan, mencatat, analisis, dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini bertujuan memperoleh informasi-informasi mengenai kedaan saat ini, dan melihat kaitan antara variabel-variabel yang diteliti.”

Sedangkan penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor seperti yang dikutip Lexy J Maleong yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.8 Dalam hal ini penulis melakukan observasi, wawancara, studi kepustakaan, dan dokumentasi. Data yang diperoleh akan dianalisa serta disajikan dalam suatu pandangan yang utuh. 2. Penetapan Lokasi dan waktu penelitian.

Penelitian ini bertempat di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) Tangerang, Jalan Pesantren Rt.001/07

7

Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 2002), h. 24.

8

Lexy J Maleong, Metode Penelitian kualitatif, (Bandung: PT.Remaja Rosda Karya, 2000), h. 3.


(23)

No.36 Kreo Selatan – Larangan Tangerang 15156. Dimulai pada Tanggal 14 September 2007 s/d 5 Februari 2008.

Adapun alasan pemilihan tempat penelitian ini didasarkan pada alasan-alasan sebagai berikut:

a. Lokasi penelitian tersebut cukup strategis, karena terletak di wilayah Tangerang yang mudah dijangkau dan lebih hemat biaya transportasi b. Ketertarikan peneliti untuk mengetahui lebih jauh mengenai upaya dan

metode bimbingan yang dilakukan panti asuhan (YAKIIN) dalam membina akhlak anak yatim.

c. Panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) merupakan salah satu panti asuhan yang mengkombinasikan sistem pendidikan umum dengan sistem klasikal pesantren dalam upaya membina akhlak anak asuhnya

3. Subyek dan Obyek Penelitian. a. Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini yang akan dijadikan subyek penelitian adalah nara sumber yang dapat memberikan informasi yaitu pendiri dan para pengasuh panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) Tangerang

b. Obyek Penelitian

Sedangkan yang menjadi obyek penelitian adalah bagaimana metode bimbingan Islam dalam pembinaan akhlak anak yatim di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) Tangerang. 4. Sumber Data


(24)

Sumber data ialah unsur utama yang dijadikan sasaran dalam penelitian untuk memperoleh data-data kongkret, dan yang dapat memberikan informasi untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini.9 Untuk menetapkan sumber data, penulis mengklasifikasikannya berdasarkan jenis data yang dibutuhkan (dikumpulkan).

Untuk data primer penulis menghimpunnya dari nara sumber yang dapat memberikan informasi yaitu salah satu pendiri dan 3 orang pengasuh panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) yang disajikan sebagai subyek penelitian, kemudian data sekunder didapatkan dari beberapa anak yatim yang mengetahui dan mendapatkan pembinaan akhlak di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) Tangerang. Selain itu, penulis juga mengumpulkannya dari buku-buku dan berbagai literatur yang berhubungan dengan pembuatan skripsi yang penulis susun. 5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran yang dipandang ilmiah dalam suatu penelitian terhadap hal yang diperoleh keseluruhan, teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai pendukung penelitian ini adalah dengan beberapa instrumen penelitian berikut ini:.

a. Observasi dan alat observasi

9

E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif dalam Peneliyian Psikolog, (Jakarta:


(25)

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam hubungan tersebut.10 Dalam melakukan hal ini, penulis dibantu dengan alat-alat observasi seperti kamera, buku catatan, dan alat tulis.

b. Wawancara dan pedoman wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) dan responden (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Artinya adalah orang yang diwawancarai itu mengemukakan isi hatinya, pandangan-pandangannya, pendapatnya, dan lain-lain sedemikian rupa sehingga pewawancara dapat lebih mengenalnya.11

Sebelum melakukan wawancara, penulis terlebih dahulu menyusun pedoman wawancara yang dijadikan acuan pada saat wawancara berlangsung. Selain itu, penulis juga menggunakan tape recorder untuk merekam hasil-hasil yang diperlukan, dan juga mencatat informasi yang didapatkan ketika itu.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya. Untuk melengkapi data yang diperoleh melalui pengamatan dan wawancara dalam

10

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey, (Jakarta: LP3ES, 1983), h. 122.

11

Fred N Kerlinger, Asas-asas Penelitian Behavioral, (Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press, 2000), h. 770.


(26)

penelitian, peneliti mengumpulkan dokumentasi berupa catatan lapangan, biografi atau dokumen yang ada pada panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN).

6. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.12

Dalam pembahasan setelah penulis mendapatkan data-data dan informasi yang dibutuhkan, maka dalam analisisnya teknik yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Data dan informasi yang didapatkan melalui observasi, yakni penulis mengumpulkan data secara akurat, dengan mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek tersebut.

b. Data atau informasi yang didapatkan melalui wawancara, yakni adanya percakapan antara pewawancara dengan yang diwawancarai, dengan maksud agar yang diwawancarai tersebut dapat mengemukakan isi hatinya, pandangannya, dan lain sebagainya.

c. Data yang didapatkan melalui dokumentasi, yakni penulis mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan transkip, buku dan sebagainya.

12

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Jakarta: Alfabeta, 2006), h. 275.


(27)

7. Teknik Penulisan

Dalam teknik penulisan dan transliterasi skripsi ini menggunakan buku “Pedoman Penulisan Karya ilmiah ( Skripsi, Tesis. Dan Disertasi)”

yang disusun oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang diterbitkan oleh CeQDA (Center For Quality Development and Assurance), 2007. Selain itu, penulis mengunakan buku-buku yang berhubungan dengan Metode Penelitian dan Buku Kamus Besar Bahasa Indonesia.

F. Sistemtika Penulisan

Dalam penulisan skripsi diperlukan sistematika penulisan yang baik dan benar melalui aturan atau tata cara penulisan. Untuk dijadikan sebagai bahan acuan, maka penulis memasukkan sistematika penulisan ke dalam bahasan.

Adapun sistematika penulisannya, sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN terdiri atas: Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II. LANDASAN TEORI terdiri atas: Metode Bimbingan Islam (Pengertian Metode, Pengertian Bimbingan, Pengertian Islam, Metode Bimbingan Islam), Pembinaan Akhlak (Pengertian Pembinaan, Pengertian Akhlak, Proses Pembinaan Akhlak), dan Yatim (Pengertian Yatim, Pola Pembinaan Anak Yatim Menurut Ajaran Islam, Pandangan Islam Terhadap Anak Yatim).


(28)

BAB III. GAMBARAN UMUM PANTI ASUHAN YAKIIN terdiri atas: Sejarah dan Perkembangan, Visi dan Misi, Letak Geografis, Struktur Organisasi, Sarana dan Prasarana, Kondisi Umum Anak Asuh (Latar Belakang Keluarga Anak Asuh dan Kegiatan Harian Anak Asuh).

BAB IV METODE BIMBINGAN ISLAM DI PANTI ASUHAN YAKIIN terdiri atas: Program Pembinaan Akhlak Anak Yatim di Panti Asuhan YAKIIN, Metode Bimbingan Islam dalam Pembinaan Akhlak Anak Yatim di Panti Asuhan YAKIIN, Hambatan dan Solusi dalam Pembinaan Akhlak Anak Yatim melalui Bimbingan Islam di Panti Asuhan YAKIIN.


(29)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Metode Bimbingan Islam 1. Pengertian Metode

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode diartikan sebagai cara teratur untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendakinya; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang dikehendaki.3

Sedangkan menurut M. Arifin, metode secara harfiah adalah “Jalan yang harus dilalui“ untuk mencapai suatu tujuan. Metode berasal dari kata “meta” yang berarti melalui dan “hodos” yang berarti jalan. Namun pengertian hakekat dari “metode” tersebut adalah segala sarana yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.4

Jadi, metode dapat dipahami bahwa metode adalah cara yang dilakukan dalam melaksanakan suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.

2. Pengertian Bimbingan

Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari kata guidance

berasal dari kata kerja to guide yang mempunyai arti menunjukan,

3

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 740.

4

M Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT. Golden Trayon Press, 1998), h. 43.


(30)

membimbing, menuntun, ataupun membantu. Sesuai dengan istilahnya, maka secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan.5

Bimo Walgito mendefinisikan bimbingan sebagai bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam hidupnya agar individu atau sekumpulan individu dapat mencapai kesejahteraan hidup.6

Menurut I Djumhur dan M Surya, dalam bukunya Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, membatasi pengertian bimbingan sebagai berikut:

”Suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk memahami dirinya (Self Understanding), kemampuan untuk menerima dirinya (Self Acceptance), kemampuan untuk mengarahkan dirinya (Self Direction), kemampuan untuk merealisasikan dirinya (Self Realization), sesuai dengan potensi kemampuan dalam menyesuaikan dirinya baik dengan lingkungan keluarga, maupun dengan masyarakat. Dan bantuan itu diberikan oleh orang yang memiliki keahlian dan pengalaman khusus dalam bidang tersebut.”7

Adapun bimbingan juga dapat mengembangkan kemampuan individu, sebagaimana definisi yang dikemukakan oleh Rachman Natawidjaja dalam buku Hallen A, yang merumuskan bimbingan sebagai berikut:

”Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya

5

Hallen A, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), h. 2.

6

Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta: Offset, 1995), h. 4.

7

I Djumhur dan M Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV. Ilmu, 1975), h. 28.


(31)

individu dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat, serta kehidupan umumnya. Dengan demikian ia dapat mengecap kebahagiaan hidup dan memberikan sumbangan yang berarti bagi kehidupan masyarakat umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial.”8

Sedangkan dalam bukunya yang berjudul Bimbingan dan Konseling, Hallen memberikan definisi bahwa:

”Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang terus-menerus dari seorang pembimbing yang telah dipersiapkan kepada individu yang membutuhkannya dalam rangka mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya secara optimal dengan menggunakan berbagai macam media dan teknik bimbingan dalam suasana asuhan yang normatif agar tercapai kemandirian sehingga individu dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun bagi lingkungannya….”9

Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa pengertian bimbingan yaitu suatu proses pemberian bantuan yang berkesinambungan dan sistematis kepada individu atau sekumpulan individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya agar tercapai kemampuan dan kemandirian sehingga ia dapat memperoleh kebahagiaan hidup dan memberikan sumbangan yang berarti bagi kehidupan masyarakat umumnya.

3. Pengertian Islam

8

Hallen A, Bimbingan dan Konseling, h. 5.

9


(32)

Dalam Ensiklopedi Islam, kata Islam didefinisikan sebagai agama samawi (langit) yang diturunkan oleh Allah SWT melalui utusan-utusannya, yaitu Muhammad Saw, yang ajaran-ajarannya terdpat dalam kitab suci al-Qur`an dan sunah dalam bentuk perintah-perintah, larangan-larangan dan petunjuk-petunjukuntuk kebaikan manusia, baik di dunia maupun di akhirat.10

Menurut Harun Nasuton, ”Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Nabi Muhammad sebagai Rasul”. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenal satu segi, tetapi mengenal berbagai segi dari kehidupan manusia. Sumber dar ajaran-ajarannya yang mengambil berbagai aspek itu adalah al-Qur`an dan hadits.11

Sedangkan pengertian Islam menurut Syekh Mahmud Syaltut yang dikutip oleh Endang Saifuddin Anshari dalam bukunya yang berjudul Wawasan Islam, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Paradigma dan Sistem Islam, Islam adalah agama Allah yang diperintahkan untuk mengajarkan pokok-pokok dan peraturan-peraturan kepada Nabi Muhammad saw dan menugaskan untuk menyampaikan agama itu kepada seluruh manusia, lalu mengajak mereka untuk memeluknya.12

Berdasarkan pengertian diatas dapat dipahami bahwasanya Islam merupakan agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Allah SWT, melalui

10

Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ichtar Van Hoeve), h. 246.

11

Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UII Press, 1985), h. 24.

12

H. Endang Saefuddin Anshari, M.A, Wawasan Islam, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Paradigma dan Sistem Islam, (Jakarta: Gema Insani, 2004), h. 40.


(33)

Nabi Muhammad SAW, yang membawa konsep berbagi segi kehidupan manusia berdasarkan al-Qur`an dan hadits.

Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan diatas, maka metode bimbingan Islam adalah usaha pemberian bantuan secara berkesinambungan oleh pembimbing berdasarkan konsep al-Qur`an dan sunah kepada anak yatim dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal serta mampu mencapai kemandirian sehingga mereka dapat memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

4. Metode Bimbingan Islam

Dalam penerapannya, bimbingan memiliki beberapa metode. Metode lazim diartikan sebagai cara untuk mendekati masalah sehingga diperoleh hasil yang memuaskan. Pada penulisan ini metode bimbingan Islam dilihat sebagai proses komunikasi, karena di dalamnya suatu interaksi komunikasi antara pembimbing dengan klien, dalam hal ini yaitu anak yatim.

Dalam hal ini metode bimbingan dapat diklasifikasikan berdasarkan segi komunikasi, metode tersebut terdiri dari metode komunikasi langsung yang disingkat menjadi metode langsung dan metode komunikasi tidak langsung atau metode tidak langsung.13

a. Metode Langsung (Metode Komunikasi Langsung) adalah metode dimana pembimbing melakukan komunikasi langsung (bertatap muka) dengan orang yang dibimbingnya. Metode ini dapat dirinci lagi menjadi:

13


(34)

1) Metode Individual

Yaitu pembimbing dalam hal ini melakukan komunikasi langsung secara individual dengan pihak yang dibimbingnya. Hal ini dapat dilakukan dengan mempergunakan teknik:

a) Pecakapan Pribadi

Yakni pembimbing melakukan dialog langsung tatap muka dengan pihak yang dibimbing.

b) Kunjungan Rumah (home visit)

Yakni pembimbing mengadakan dialog dengan kliennya tetapi dilaksanakan dirumah klien sekaligus untuk mengamati rumah klien dan lingkungannya.

c) Kunjungan dan Obsevasi Kerja

Yakni pembimbing atau konseling jabatan melakukan percakapan individual sekaligus mengamati kerja klien dan lingkungannya.

2) Metode Kelompok

Yaitu pembimbing melakukan komunikasi langsung dengan klien dalam kelompok. Hal ini dapat dijadikan dengan menggunakan beberapa tekhnik:

a) Diskusi Kelompok

Yakni pembimbing melaksanakan bimbingan dengan cara mengadakan diskusi dengan atau bersama kelompok klien yang mempunyai masalah yang sama.


(35)

Yakni Bimbingan kelompok yang dilakukan secara langsung dengan mempergunakan ajang karya wisata sebagai forumnya.

c) Sosiodrama

Yakni Bimbingan kelompok yang dilakukan dengan cara bermain peran untuk memecahkan atau mencegah timbulnya masalah secara sosiologis.

d) Psikodrama

Yakni Bimbingan kelompok yang dilakukan dengan cara bermain peran untuk memecahkan atau mencegah timbulnya masalah psikologis.

e) Group Teaching

Pemberian Bimbingan kelompok dengan memberi materi bimbingan kelompok tertentu (ceramah) kepada kelompok yang telah disiapkan.

b. Metode Tidak Langsung (metode komunikasi tidak langsung) adalah metode bimbingan yang dilakukan melalui media komunikasi massa. Hal ini dapat dilakukan secara individual maupun kelompok, bahkan massal.

1) Metode Individual

a) Melalui surat-menyurat

b) Melalui telepon dan sebagainya 2) Metode Kelompok / massal


(36)

b) Melalui surat kabar atau majalah c) Melalui brosur

d) Melalui radio (media radio) e) Melalui televisi

B. Pembinaan Akhlak 1. Pengertian Pembinaan

Kata pembinaan berasal dari bahasa arab “bina” artinya bangunan. Setelah dibakukan ke dalam bahasa Indonesia, jika diberi awalan “pe-” dan akhiran “an” menjadi pembinaan yang mempunyai arti pembaruan, penyempurnaan usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.14

Arti kata “pembinaan” dari segi terminologi, yaitu:

1. Pembinaan adalah suatu upaya, usaha kegiatan yang terus menerus untuk mempelajari, meningkatkan, menyempurnakan, mengarahkan, mengembangkan kemampuan untuk mencapai tujuan agar sasaran pembinaan mampu menghayati dan mengamalkan ajaran Islam sebagai pola kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi, keluarga maupun kehidupan sosial masyarakat.15

2. Pembinaan adalah segala upaya pengelolaan berupa merintis, meletakkan dasar, melatih, membiasakan, memelihara, mencegah, mengawasi, menyantuni, mengarahkan, serta mengembangkan kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan, mewujudkan manusia sejahtera dengan mengadakan dan menggunakan segala daya dan dana yang dimiliki.16

14

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), h. 117.

15

Proyek Penerangan Bimbingan Khutbah Dakwah Agama, Pembinaan Rohani pada Dharma Wanita, Penerbit DEPAG, 1984, h. 8.

16

Badan Penasehat Perkawinan, Perselisihan, dan Perceraian BP-4, Membina Keluarga Bahagia dan Sejahtera, (Jakarta: BP-4, 1994), h. 3.


(37)

Pengertian pembinaan hampir sama dengan pengertian bimbingan. Bimbingan secara harfiah dapat diartikan sebagai memajukan, memberi jalan atau menuntun orang lain ke arah tujuan yang bermanfaat bagi hidupnya di masa kini dan masa mendatang.17 Dan juga dapat disebut sebagai suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.18

Persamaan antara dua pengertian tersebut yaitu sama-sama berusaha membentuk manusia untuk menjadi yang lebih baik dan dapat beradaptasi dengan baik terhadap lingkungannya, sehingga dapat melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawabnya dengan tepat, benar dan berjalan dengan lancar.

Jadi, pembinaan dapat dipahami sebagai suatu upaya pendaya gunan anak yatim secara berkesinambungan dalam mengembangkan kemampuan mereka agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.

2. Akhlak

Dalam Ensiklopedi Islam, akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang dari adanya lahir perbuatan yang mudah, tanpa melaui proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian. Kata akhlak

17

HM. Arifin, Pokok-pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), h. 18.

18

Abu Ahmad, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Semarang: Toha Putra, 1977), h. 8


(38)

merupakan bentuk jamak dari kata khuluq atau al-Khulq, yang secara etimologis berarti tabiat atau budi pekerti.19

Akhlak adalah sebuah sistem yang lengkap yang terdiri dari karakteristik-karakteristik akal atau tingkah laku yang membuat seseorang menjadi istimewa. Karakteristik ini membentuk kerangka psikologi seseorang dan membuatnya berprilaku sesuai dengan dirinya dan nilai yang cocok dengan dirinya dalam kondisi yang berbeda-beda.20

Sedangkan menurut Zakiyah Daradjat, akhlak adalah kelakuan yang timbul dari perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan yang menyatu, membentuk satu kesatuan tindak akhlak yang ditaati dalam kenyataan hidup sehingga dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.21

Sehingga dapat diartikan bahwa akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia yang membentuk karakteristik individu dalam bertindak.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka pembinaan akhlak adalah suatu kegiatan membangun yang dilakukan secara berdaya guna terhadap anak yatim yang bertujuan agar mereka dapat menghayati dan mengamalkan ajaran Islam sebagai pola kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi, keluarga maupun kehidupan sosial masyarakat.

3. Proses Pembinaan Akhlak

19

Ensiklopedi Islam, h. 102.

20

Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, (Jakarta: Gema Insani, 2004), h. 26.

21

Zakiyah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: CV. Ruhana, 1995), h. 50.


(39)

Akhlak adalah adab atau etika yang mengendalikan seseorang dalam bertindak. Akhlak merupakan pondasi yang kokoh bagi terciptanya hubungan baik antara hamba dan Allah (habluminallah) dan antar sesama manusia (habluminannas). Akhlak yang mulia tidak lahir berdasarkan keturunan atau secara tiba-tiba, akan tetapi membutuhkan waktu yang panjang, yaitu melalui proses pembinaan akhlak.

Dengan demikian dalam proses pembinaan akhlak dibutuhkan kerja keras dan kesabaran orangtua selaku pendidik. Dan arti sebuah pembinaan akhlak adalah usaha untuk menjadikan perangai dan sikap yang baik sebagai watak seorang anak. Maka dari itu, proses pembinaanitu harus diberikan sejak anak masih kecil.20

Salah satu cara yang dapat ditempuh dalam rangka pembinaan akhlak adalah melalui pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara terus menerus, karena kepribadian manusia itu pada dasarnya dapat terbentuk melalui pembiasaan. Dalam tahap-tahap tertentu, pembinaan akhlak dapat dilakukan dengan cara paksaan yang lama-kelamaan tidak lagi terasa terpaksa.

Perhatian Islam dalam pembinaan akhlak selanjutnya dapat dianalisis pada muatan akhlak yang terdapat pada seluruh aspek ajaran Islam. Ajaran Islam tentang keimanan misalnya sangat berkaitan erat dengan mengerjakan amal shalih dan perbuatan terpuji. Karena itu, seorang ang mengaku beriman tentu harus mempunyai akhlak yang baik sebagai manifestasi dari keimanannya. Penerapan nilai-nilai akhlak dalam

20

Nur Mahmud Abdul Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Bandung: Al-Bayan, 1999), h. 178.


(40)

keluarga sebagai lingkungan terdekat anak, lingkungan sekolah sebagai pusat pendidikan dan ilmu pengetahuan, dan lingkungan masyarakat turut berperan dalam memberikan pengaruh terhadap perkembangan akhlak pada anak.

Adapun bentuk-bentuk pembinaan akhlak itu diantaranya: (1) pembinaan budi pekerti dan sopan santun, (2) pembinaan sikap jujur, (3) pembinaan untuk menjaga rahasia, (4) pembinaan menjaga kepercayaan, (5) pembinaan menjauhi sifat dengki.21

C. Yatim

1. Pengertian Yatim

Secara etimologis, yatim berasal dari bahasa arab yaitu yatamaa- yatiimu- yatiiman, yang artinya menyendiri.22 Sedangkan dalam kamus al-Munjid, yatim berarti anak yang kehilangan ayahnya sedangkan ia belum sampai kepada batas orang dewasa.23

Sedangkan pengertian yatim secara terminologi dalam kamus bahasa indonesia adalah anak yang tidak beribu atau tidak berbapak (atau tidak beribu-bapak), tetapi sebagian orang memakai kata yatim untuk anak yang bapaknya meninggal.24

21

Ibid., h.179

22

Muhammad bin Abi Bakar bin Abd. Qodir Ar-Razi, Muhtarus Shihab, h. 741.

23

Luis Al-Ma`luf, Al-Munjid fil Lughat Wal-A`lam, (Beirut-Libanon: Dar El- Masyrek, 1986), h. 923.

24

Poerwandarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1985), h. 1152.


(41)

Pengertian tersebut dipertegas dalam kamus istilah fiqih bahwa yatim adalah anak laki-laki atau perempuan yang ditinggal mati ayahnya sebelum akil baliqh (dewasa). Sedangkan piatu adalah anak yang tidak hanya yatim, namun juga tidak ada yang memeliharanya.25

Jadi anak yatim adalah anak yang ditinggal wafat oleh ayahnya, sedangkan ia belum berada dalam usia baliqh, dan belum dapat mengurus dirinya dengan baik. Dalam ajaran Islam, baligh merupakan batas usia dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Untuk mengetahui tanda-tanda baligh dan batas umur seorang anak yang disebut yatim, penulis mengemukakan sebagai berikut, yaitu: berumur 15 tahun, keluar mani, dan haid bagi anak perempuan.26

2. Pola Pembinaan Akhlak Terhadap Anak Yatim Menurut Ajaran Islam Adapun beberapa hal pokok dalam pembinaan akhlak terhadap anak yatim yang penulis dapat kemukakan diantaranya:

a. Menjamin makan dan minumnya

Makan dan minum merupakan kebutuhan pokok yang dibutuhkan manusia untuk memenuhi kebutuhan jasmaniahnya. Di dalam hadits nabi Muhammad SAW dijelaskan mengenai balasan bagi orang yang memberi makan dan minum anak yatim, yang diriwayatkan oleh Thabrani dari Abi Darda berbunyi:

,- .

/* ﺕ&

, )

:

+ *"

+1 1ﻝ"

"&

ﺱ3*

41

5"

678ﺕ"

( 9"&

4

, 9

41

,- .

ﺕ&

/*

, )

:

!"&*

; ﻝ"

<ﻥ"

-4

< "

=" *; ﻝ"

>

25

M. Abdul Mujib, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), h. 425.

26


(42)

“Apakah engkau menyukai supaya lunak hatimu dan engkau memperoleh keinginanmu, kasihilah anak-anak yatim dan usaplah kepalanya dan beri makanlah dia daripada makananmu, nanti hatimu akan lunak dan akan engkau capai kehendakmu.” 27

Hadits di atas bahwa orang yang suka berbuat baik kepada anak-anak yatim, mengasihinya, mengusap kepalanya dengan maksud menyantuni dan memberi makan, minum, dan pakaian, maka nanti hati orang itu akan menjadi lunak, mau menerima nasehat dan sebagainya, serta apa yang dicita-citakannya insya Allah tercapai. Demikian janji Allah terhadap orang yang mengasihi anak yatim.

b. Memelihara hartanya

Adakalanya anak yatim yang ditinggal wafat oleh bapaknya kemudian ia (bapaknya) meninggalkan harta warisan untuk anak tersebut. Harta yang diwarisi itu baik banyak atau sedikit, haruslah dijaga dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini dilakukan apabila keadaan anak yatim tersebut masih kecil atau sudah dewasa namun belum dapat mengurus sendiri hartanya. Adapun orang yang ikut mengurus nya boleh mempergunakan hartanya dengan maksud yang baik dan wajar. Firman Allah dalam al-Qur`an surat al- An`aam/6: 152, berbunyi:

AB 6

.

D 15

E

F

GH,I H5

JB

K

L

D

M ,N

*&' )6"

...

“Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan maksud yang lebih baik (bermanfaat)…”28

c. Memberi Kasih Sayang

Sebagaimana kita ketahui sejak seorang anak menjadi yatim piatu, mereka tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya lagi. Oleh karena itu, patutlah kita menyayangi mereka seperti anak sendiri,

27

As-Sayyid Ahmad al-Hasyimiy, Tarjamah Mukhtarul Ahadits, Hikamil Muhammadiyah, h. 52.

28

Departemen Agama RI, Al-Qur`an dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Diponegoro, 2006), h. 149.


(43)

sebagai pengganti orang tuanya yang telah tiada. Hal ini dilakukan agar mereka tetap dapat merasakan kebahagiaan dan tidak putus asa dalam menjalani hidupnya.

Pemberian kasih sayang tersebut dapat diwujudkan dengan memenuhi kebutuhan- kebutuhan yang diperlukan mereka. Selain itu kasih sayang dapat ditunjukan dengan memperlakukan mereka dengan baik. Bila mereka melakukan kesalahan maka hendaklah ditegur dengan lembut dan wajar, jangan langsung memarahinya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT surat adh-Dhuha/93: 9, yakni “Fa ammaal yatiima falaa taqhar“ (“Maka terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku sewenang-wenang.”)29

d. Memberi Pendidikan

Selain memberikan nafkah dan memberikan kasih sayang kepada anak yatim piatu, kita selaku pengganti orang tua mereka juga wajib memberikan pendidikan kepada mereka yang berorientasi kepada akhlak, diantaranya mengajarkan tata cara melaksanakan shalat, dan pendidikan akhlak lainnya. Sebagaimana Sabda nabi Muhammad SAW, yang diriwayatkan oleh Abu Dawud berikut:

+ ?&3"&6

@'ﻝ

+A&

= 3

B-ﺱ

41 ﺱ

&

"

+A C

#1

+A&

= "

D

41 ﺱ

"

&

+# 1

Bﺝ F(ﻝ

).

!"&*

"

&;&

(

“Suruhlah anak-anak kalian untuk melaksanakan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka apabila mereka meninggalkannya ketika mereka berumur sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka.”30

Hadits di atas menerangkan bahwa perintah ini ditujukan kepada para wali dari anak-anak termasuk kepada anak yatim piatu untuk mengajarkan mereka tata cara melaksanakan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun. Hal ini dimaksudkan agar mereka terbiasa dan senang melaksanakan shalat. Setelah berumur sepuluh tahun, ketika mereka mendekati masa baligh atau telah baligh, apabila mereka

29

Ibid., h. 596.

30


(44)

meninggalkan shalat, hendaklah para wali memukul mereka. Perintah kepada wali ini dimaksudkan sebagai pendidikan dan pengajaran bagi anak-anak agar senantiasa memelihara perintah allah, bergaul antara sesama makhluk menurut perintah Allah, dan menjauhi larangan Allah.

3. Pandangan Islam Terhadap Anak Yatim

Anak yatim adalah anak yang patut diperhatikan dan dikasihi serta disayangi, terutama mereka yang keluarganya kurang mampu, sebab mereka telah kehilangan kasih sayang dari bapaknya yang telah meninggal, sedangkan mereka butuh bimbingan dan pengawasan untuk kemajuan hidupnya dimasa yang akan datang.

Agama Islam sebagai agama pembawa rahmat, membimbing manusia dengan ajaran rahmat-Nya yang mencakup segala aspek kehidupan manusia. Diantaranya adalah ajaran yang memerintahkan manusia sebagai makhluk sosial untuk peduli terhadap fenomena lingkungannya terutama yang menyangkut anak yatim, sebagaimana yang difirmankan Allah SWT, dalam al-Qur`an surat al-Baqarah/2: 220, berbunyi:

((O P QR

' S 6

=* 

T (+U V H5

.

WQ

K(A

X

YZ[

#; 1(8

.

6

QN

\,

2!F

P]

8 _ `

“…Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim. Katakanlah, mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu...”31

Ayat tadi memberi pengarahan kepada orang yang mengurus anak-anak yatim, supaya ia bergaul dengan mereka secara patut dengan cara mendidik mereka dengan baik, dan menjaga serta mengembangkan harta benda mereka. Mereka adalah saudara-saudaranya seagama. Sebagai saudara, ia berhak bergaul dengan sesama saudaranya dengan cara yang patut dan mengandung kebajikan.

31


(45)

Allah memerintahkan umat Islam untuk memperhatikan dan memelihara anak yatim, agar mereka tetap dapat merasakan kebahagiaan hidup seperti layaknya anak-anak lainnya yang masih mempunyai orang tua. Islam sangat besar perhatiannya terhadap anak yatim, sehingga nabi Muhammad SAW sendiri mengatakan bahwa orang yang memelihara anak yatim akan masuk surga bersama beliau, sebagaimana sabdanya yang diriwayatkan oleh Hakim dari Anas yang berbunyi:

G(1 &" +1

ﻝ" 4 " 4 H41ﺕ # G )ﻝ

A& "I" J

K

:

Lﻥ" 4 +1M8ﻝ" !"&*

>

“Orang yang paling baik terhadap anak yatim laki-laki atau perempuan, maka saya dengan orang itu di kemudian hari di dalam surga seperti begini ( seperti anak jari tengah dan telunjuk).” 32

Dalam menyantuni anak yatim bukan hanya memenuhi kebutuhan jasmaniah saja namun juga kebutuhan-kebutuhan lainya seperti ruhaniah, sosial, pendidikan dan lain sebagainya. Allah telah memperingati orang yang tidak mau membantu kehidupan anak yatim padahal dia mampu untuk melakukannya, dan itulah mereka yang Allah sebut sebagai pendusta agama. Bahkan Allah mengecam keras terhadap orang yang berusaha menghabiskan harta anak yatim dengan memasukan mereka ke dalam api yang menyala-nyala.

Islam menyadari betapa beratnya menyantuni anak yatim, namun lebih berat lagi bahaya yang ditimbulkan akibat membiarkan mereka hidup terlantar tanpa ada yang memperhatikan. Oleh karena itu, menyantuni anak yatim merupakan tanggung jawab seluruh umat Islam dan masyarakat pada umumnya.

32

As-Sayyid Ahmad al-Hasyimiy, Tarjamah Mukhtarul Ahadits, Hikamil Muhammadiyah, (Bandung: Al-Ma`arif, 1996), h. 734.


(46)

BAB III

GAMBARAN UMUM PANTI ASUHAN

YAYASAN KESEJAHTERAAN UMAT ISLAM INDONESIA (YAKIIN)

A. Sejarah dan Perkembangan

Awal terbentuknya panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) didahului oleh berdirinya pondok pesantren al-Ma`mur pada tahun 1966 dimana lembaga ini merupakan pondok pesantren pertama yang berada di Tangerang. Namun, melihat kondisi masyarakat sekitar maka dikembangkan sebuah rumah asuh yang diperuntukkan bagi warga kurang mampu terutama kaum dhuafa dan anak yatim piatu. Rumah asuh ini diberi nama Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN).

Nama YAKIIN pada panti asuhan ini terinspirasi oleh keinginan pendirinya KH. Djamhuri, HM.BA untuk dapat melaksanakan salah satu usaha dalam kesejahteraan sosial khususnya terhadap umat Islam. Usaha tersebut beliau wujudkan dalam bentuk penampungan dan pembinaan terhadap anak-anak yatim piatu dari keluarga kurang mampu. Disamping itu, panti asuhan ini didirikan dengan tujuan membantu pemerintah dalam menangani permasalahan sosial khususnya kemiskinan. Setelah KH. Djamhuri, HM.BA meninggal dunia, panti asuhan ini dipimpin oleh anaknya yaitu KH. Naufal Djamhuri.

Panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) didirikan pada tanggal 17 Januari 1976 diprakarsai oleh keluarga besar KH.


(47)

Djamhuri, HM.BA. Panti asuhan ini merupakan perwujudan rasa cinta beliau yang tulus dan suci terhadap anak-anak yatim. Berdirinya panti asuhan ini berawal dari keprihatinan beliau dengan banyaknya anak-anak yatim yang tidak mampu dan tidak dapat hidup layak di masyarakat, sehingga beliau tergerak hatinya untuk mendirikan panti asuhan yang layak dihuni oleh anak-anak tersebut.22

Dalam mengemban amanah ini, beliau jalankan dengan penuh rasa ikhlas. Sehingga atas jasanya tersebut beliau mendapatkan penghargaan pada tanggal 6 Agustus 1987 di Bandung. Penghargaan tersebut diberikan oleh Gubernur Jawa Barat yaitu Yogie. S.M kepada KH. Naufal Djamhuri atas jasa-jasanya dalam pembangunan kesejahteraan sosial di wilayah Tangerang.

Sejak berdirinya pada tahun 1976 hingga sekarang, Panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) telah berhasil mendidik dan membina anak didik kurang lebih 500 orang anak. Mereka rata-rata menjalani pembinaan dipanti asuhan ini selama 7 tahun sampai pada akhirnya mereka siap kembali ke masyarakat dengan mengamalkan pendidikan yang mereka dapatkan serta menjadi anggota masyarakat yang baik. Dari segi pendidikan formal, beberapa anak asuh telah berhasil memperoleh gelar sarjana, bekerja sebagai pegawai dan pendidik di lingkungan sekolah maupun masyarakat.

Selama 31 tahun berdiri dalam pembinaan anak asuh, tentunya bangunan yang dihuni mengalami perbaikan dan perombakan. Hal ini sudah pasti membutuhkan bantuan baik berupa uang dan materi lainnya. Dalam

22

Wawancara Pribadi dengan KH Rahmani, Pendiri Panti Asuhan YAKIIN. Tangerang. 14 September 2007.


(48)

pembangunannya, lembaga ini memperoleh bantuan dari pemerintah dan lembaga sosial lainnya, sebagai contoh Yayasan Dharmais memberikan bantuan sebanyak 3 kali dalam setahun.23

B. Visi dan Misi

Setiap lembaga atau suatu organisasi memiliki visi dan misi guna mencapai keberhasilan. Begitu pula panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) yang di dalamnya memiliki beberapa program pembinaan terhadap anak asuhnya.

Adapun visi panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) adalah menghasilkan generasi muslim yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilandasi oleh keimanan dan ketakwaan serta mempunyai akhlakul karimah24. Dan adapun misinya adalah

1. Menampung dan memenuhi segala kebutuhan anak yang kurang mampu khususnya anak yatim.

2. Memberikan pendidikan yang layak agar mereka mampu menghadapi tantangan di masa yang akan datang.

3. Memberikan pembinaan keagamaan yang berkesinambungan dan sistematis agar mereka menjadi muslim yang berkualitas.25

23

Sumber data dokumentasi Panti Asuhan YAKIIN yang diolah, 2007.

24

Wawancara Pribadi dengan Ersya Udiyantara, Pengurus Panti Asuhan YAKIIN Bidang Kesantrian. Tangerang. 19 September 2007.

25

Wawancara Pribadi dengan Muhammad Sirri Djamhuri, Pengurus Panti Asuhan YAKIIN Bidang Pendidikan. Tangerang. 14 September 2007.


(49)

C. Letak Geografis

Letak geografis merupakan penentu keberhasilan dalam suatu lembaga. Dengan letak yang strategis, suatu lembaga akan lebih mudah mengembangkan visi dan misi yang terbentuk dalam kegiatan sehari-hari. Panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) terletak di daerah Kelurahan Kreo Selatan Kecamatan Larangan Kabupaten Tangerang, bertempat di Jalan Pesantren Rt.001/07 No.36. Lokasi panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) berdekatan dengan perbatasan Jakarta Selatan-Tangerang.26

D. Struktur Organisasi

Dalam suatu organisasi penting sekali adanya pengaturan tugas. Pengaturan tugas tersebut dimaksudkan guna tercapainya tujuan yang diinginkan. Begitupun dengan panti asuhan ini yang tentunya perlu dibentuk sebuah struktur organisasi untuk mengurus segala kebutuhan panti asuhan. Hal ini dilakukan agar suatu pekerjaan dapat dikerjakan pada ahlinya sehingga pekerjaan tidak menumpuk pada satu orang dalam satu waktu.

Adapun struktur organisasi panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) adalah sebagai berikut: Bapak KH. Naufal Djamhuri sebagai ketua yang memiliki kewenangan penuh di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN). Sebagai pemegang wewenang kebijakan dibantu oleh Bapak Drs. H. Aminullah, MPd. Sebagai wakil ketua. Sedangkan bagian Sekretaris yang memiliki tugas sebagai

26


(50)

pengatur administrasi kesekretariatan dipegang oleh Ibu Yusroh Djamhuri. Pemegang administasi keuangan dipercayakan kepada Bapak Drs. Basuni, MZ. yang bertugas mengatur sirkulasi keuangan panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) dan dibawah pengurus inti adalah anggota sebagai komunitas yang diasuh di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN). 27 Adapun bentuk struktur terlampir.

E. Sarana dan Prasarana

Sebagai panti asuhan yang cukup baik dan punya perhatian terhadap usaha pembinaan anak-anak yatim piatu dan kurang mampu, maka untuk memenuhi kebutuhan anak asuhnya panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) melengkapinya dengan berbagai sarana dan prasarana. Panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) memiliki berbagai bangunan fisik yang cukup representatif berdiri di atas tanah seluas kurang lebih 2.15 m2 dan sampai sekarang terus berupaya dan memperluas dan mengembangkan berbagai sarana dan prasarananya. Adapun sarana dan prasarana yang ada di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN), diantaranya adalah:

1. Gedung asrama terdiri dari asrama putra dan putri yang dilengkapi dengan tempat tidur dan lemari pakaian.

2. Sebuah bangunan masjid berkapasitas kurang lebih 500 orang jamaah. 3. Ruang sekretariat Panti Asuhan YAKIIN.

27


(51)

4. Ruang bimbingan. 5. Ruang perpustakaan. 6. Ruang komputer. 7. Ruang aula serbaguna. 8. Dapur umum.

9. Lapangan.28

F. Kondisi Umum Anak Asuh di Panti Asuhan YAKIIN 1. Latar belakang keluarga anak asuh

Panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) diprioritaskan untuk anak yatim piatu yang kurang mampu. Dan mayoritas anak asuh di panti asuhan ini berasal dari keluarga yang berada di daerah Tangerang. Anak asuh di panti asuhan ini bukan hanya dari anak-anak yang tidak mempunyai orang tua, walaupun hanya salah satunya saja yang tidak ada. Akan tetapi banyak pula dari anak asuh di panti asuhan ini yang berasal dari keluarga yang masih utuh dalam artian masih ada orang tua. Di antara mereka adalah anak asuh anak asuh yang berasal dari keluarga yang tidak mampu atau pra sejahtera. Jumlah anak asuh secara keseluruhan pada saat ini berjumlah 64 orang.

Tabel data anak asuh panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN).29

28

Sumber data dokumentasi Panti Asuhan YAKIIN yang diolah, 2007.

29


(52)

No Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-laki 29 orang

2 Perempuan 35 orang

Jumlah 64 orang

No Usia Jumlah

1 6-10 tahun 6 orang

2 11-15 tahun 38 orang 3 16 tahun keatas 20 orang

Jumlah 64 orang

No Status Jumlah

1 Dhuafa 39 orang

2 Yatim 19 orang

3 Piatu 2 orang

4 Yatim Piatu 3 orang

Jumlah 64 orang

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 MI 6 orang

2 MTS 27 orang

3 MA 31 orang


(53)

Sejak awal berdirinya panti asuhan ini tidak mendapat banyak hambatan dalam mencari anak asuh. Memang keberadaan panti asuhan ini sangat diharapkan oleh masyarakat setempat. Hal ini dikarenakan khawatiran yang cukup besar dari para orang tua terhadap anak-anak mereka karena mereka tidak dapat memberikan pendidikan dan kehidupan yang layaknya anak-anak mereka dapatkan. Sehingga masyarakat di daerah sekitar panti asuhan khususnya keluarga pra sejahtera memberikan kepercayaan kepada panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) ini untuk dapat mengasuh dan membina anak-anak mereka agar mendapatkan pendidikan dan kehidupan yang layak. Sehingga anak-anak mereka dapat kembali ke masyarakat dan mempunyai kehidupan yang lebih baik.

2. Kegiatan harian anak asuh

Anak asuh di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) ini mempunyai jadwal yang mereka lakukan setiap harinya. Jadwal ini bersifat mengikat namun sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan kondisi anak. Jadwal ini diberlakukan sebagai acuan agar anak-anak lebih terarah. Sehingga apabila anak asuh tersebut tidak melakukan jadwal tersebut tanpa izin maka akan dikenakan sangsi berupa teguran ataupun hukuman. Karena pada dasarnya selalu ada sangsi yang berlaku pada setiap pelanggaran. Seluruh kegiatan anak asuh di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) terangkum dalam sebuah table berikut:


(54)

JADWAL KEGIATAN HARIAN ANAK ASUH

PANTI ASUHAN YAKIIN30

No. Waktu Kegiatan Ket

1. 04.30-05.00 Shalat subuh berjamaah* di masjid

2. 05.00-05.30 Membaca yasin dan shalawat * di masjid

3. 05.30-06.00 Pengajian kitab kuning di aula

Ziarah makam (Hari jum`at) di makam pon-pes al-Ma`mur

Muhadatsah (Hari minggu) di aula

4. 06.00-07.00 Piket dan Sarapan* di kamar masing-masing

5. 07.15-12.15 Sekolah di sekolah yang berada

di dalam panti asuhan Olahraga, paskibra

dan marawis (Hari minggu)

Lapangan dan aula

6. 12.30-13.00 Shalat dzuhur berjamaah* di masjid

7. 13.00-15.00 Istirahat dan makan siang* di kamar masing-masing

8. 15.00-15.45 Shalat ashar berjamaah dan Membaca QS. Al-Waqiah*

di masjid

9. 16.00-17.00 Sekolah diniyah di sekolah

Bimbingan kelompok (Hari sabtu)

di aula

10. 17.00-17.30 Piket dan makan sore* di kamar masing-masing

11. 18.00-18.30 Shalat magrib berjamaah* di masjid

12. 18.30-19.30 Membaca ratib dan al-Qur`an di masjid Membaca yasin dan tahlil

(Hari kamis)

di masjid

13. 19.30-20.00 Shalat isya berjamaah* di masjid

14. 20.00-21.00 Belajar malam di sekolah

20.00-20.30 Membaca diba`i (Hari rabu) di masjid

20.00-21.30 Qiroah (Hari sabtu) di aula

20.00-22.00 Muhadharah (Hari minggu) di aula

15. 21.00-21.30 Mufrodat di aula

16. 22.00-04.00 Tidur di kamar masing-masing

*, Ket: Dilakukan setiap hari

30


(55)

BAB IV

METODE BIMBINGAN ISLAM DI PANTI ASUHAN YAKIIN

A. Deskripsi Informan

Dalam bab ini sebelum penulis memaparkan tentang metode bimbingan Islam dalam pembinaan akhlak anak yatim di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) Tangerang, terlebih dahulu penulis akan mendeskripsikan informan dalam penelitian ini. Penulis membagi dua sumber yang diteliti oleh penulis. Pertama, informan sebagai pengurus panti asuhan yang terdiri dari salah seorang pendiri, dua orang sebagai pengurus dan satu orang sebagai kepala bidang bimbingan. Kedua, informan anak yang terdiri dari lima orang anak yang menjadi anak asuh di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) tersebut.

1. Informan pengurus panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN)

a) Pengurus I

Informan pertama adalah salah seorang pendiri panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN). Beliau bernama KH. Rahmani, HM, lahir di Tangerang tanggal 19 Maret 1936. Anak dari pasangan Bapak H. Marzuki dan Ibu Hj. Ruwi. Sejak kecil beliau bersekolah di Roudhotul Mu`alimin Mampang. Saat ini beliau bersama keluarga bertempat tinggal di Jalan pesantren Rt. 01/07 No. 52 Kreo Selatan Larangan Tangerang.


(56)

b) Pengurus II

Informan kedua adalah salah seorang pengurus di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) bidang pendidikan. Beliau bernama Muhammad Sirri Djamhuri, S.Pd.I, lahir di Tangerang tanggal 27 November 1975. Beliau adalah putra ke 10 dari pasangan salah satu pendiri panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) yaitu Bapak. Djamhuri. HM.BA dan Ibu Masnun. Sejak kecil ia menyelesaikankan pendidikannya di pondok pesantren al- Ma`mur, bahkan tidak hanya hanya pesantren tersebut, beliau juga pernah hijrah ke beberapa pesantren untuk menambah pengetahuan dan pengalamannya di bidang agama, diantaranya yaitu di pondok pesantren gontor. Setelah menyelesaikan pendidikannya, beliau mengajar di lembaga yang didirikan keluarganya yaitu pondok pesantren al-Ma`mur sejak tahun 2002. Selain sebagai pengajar beliau juga merangkap sebagai pimpinan Pondok Pesantren Ma`mur, kepala sekolah Madrasah Ibtidaiyah al-Ma`mur dan pengurus panti asuhan YAKIIN sampai saat ini. Bahkan tahun ajaran ini beliau dipercayakan lagi untuk memegang jabatan kepala sekolah Madrasah Ibtidaiyah. Ia bertempat tinggal di jalan pesantren. Dan untuk menunjang kegiatannya yang cukup padat di yayasan tersebut, beliau bermukim di sekitar yayasan yang beralamat di Jalan Pesantren Rt. 01/07 No. 36 Kreo Selatan Larangan Tangerang.


(57)

c) Pengurus III

Informan ketiga bernama Ersha Udiantara. Salah satu pengurus panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) bidang kesantrian. Ia dilahirkan di Tangerang tanggal 8 April 1989. Ia adalah putra pertama dari pasangan Bapak. Muhammad Pasha dan Ibu Eryani. Masa kecilnya di habiskan di Tangerang, yang beralamat di Jl. Karyawan I No. 79 Rt. 02/03 Karang Tengah Ciledug. Ia menamatkan pendidikannya di SDN Karang tengah 2 dan melanjutkan pendidikannya ke jenjang Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah di Yayasan al-Ma`mur. Setelah meyelesaikan pendidikannya, ia pun mengajar di yayasan al-Ma`mur dan turut menjadi pengurus di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN). Selain kegiatannya tersebut, ia pun melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi yaitu di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sampai saat ini.

d) Staff Bidang Bimbingan

Sebagai informan keempat adalah Bapak Ahmad Yani. S.Pd.I, yang menjabat sebagai pengajar dan wakil kepala sekolah Madrasah Aliyah al- Ma`mur bidang kurikulum sejak tahun 1985. Selain memegang jabatan tersebut, beliau juga bertanggung jawab sebagai kordinator kegiatan bimbingan Islam di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) bersama tiga pendidik lainnya yaitu Niswan, S.Pd.I, Mulham, S.Ag dan Abu Sofyan, S.Pd.I. Selain mengajar di yayasan al-Ma`mur, beliau juga mengajar di


(58)

madrasah ibtidaiyah MANBAUL KHOIR sejak tahun 2005. Beliau dilahirkan di Tangerang tanggal 6 November 1966. Anak ke ke 3 dari putra pasangan Bapak. Muhammad Nur dan Ibu. Fatimah ini sejak kecil menyelesaikan pendidikannya di pondok pesantren al- Ma`mur dan menyelesaikan pendidikan terakhirnya di Universitas Gunung Jati Bandung.

2. Informan anak asuh panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN)

a) Anak asuh I

Nama lengkapnya adalah Arif Ma`ruf dan biasa di panggil dengan sebutan Arif. Ia lahir di Jakarta tanggal 21 Februari 1987. Anak ke 7 dari 7 bersaudara ini merupakan anak pasangan alm. Bapak. Abdul Aziz dan alm. Ibu. Mai Tufah. Sejak usianya 4 bulan, ia sudah ditinggal mati oleh ibunya. Setelah itu, ia diasuh oleh ayahnnya sampai usianya mencapai sekitar sebelas tahun, karena ayahnyapun meninggal dunia. Sepeninggal ayahnya, ia tinggal bersama kakak pertamanya di Jl. Kostrad raya Gg. Duku Jakarta Selatan. Sebelum meninggal dunia, ayahnya mengamanatkan kepada kakak pertamanya untuk melanjutkan pendidikan Arif ke pondok pesantren. Akhirnya setelah lulus pendidikan dasar di SDN 04 Petukangan Utara, ia melanjutkan pendidikannya ke jenjang Madrasah Tsanawiyah di pondok pesantren al- Musyarafah Jakarta. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikannya ke jenjang Madrasah Aliyah di pondok pesantren al-Ma`mur dan bermukim di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam


(59)

Indonesia (YAKIIN) yang merupakan naungan dari yayasan al-Ma`mur .

b) Anak asuh II

Nama lengkapnya adalah Iis Nurhayati dan biasa dipanggil dengan sebutan Iis. Ia lahir di Serang tanggal 14 Oktober 1992. Anak ke 7 dari 8 bersaudara ini merupakan anak pasangan alm. Bapak. Adep Nurdin dan Ibu. Nemsih. Sejak usianya sekitar 3 tahun, ia sudah ditinggal mati oleh ayahnya. Saat itu perasaan kehilangan sosok seorang ayah belum ia rasakan. Namun setelah ia beranjak dewasa barulah ia merasakan kehilangan sosok yang sangat ia butuhkan sebagai seorang ayah. Sepeninggal ayahnya, ia diasuh oleh ibunya dan bertempat tinggal di Jl. Sawah luhur kp. Simpang tiga Rt. 01/02 Kasemen Serang-Banten. Akhirnya berkat informasi Ustadz. Zabidin, setelah lulus pendidikan dasar di SDN Harjamukti Serang, ia melanjutkan pendidikannya ke jenjang Madrasah Tsanawiayah dan Madrasah Aliyah di pondok pesantren al- Ma`mur dan bermukim di panti asuhan Yayasan Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN) yang merupakan naungan dari yayasan al-Ma`mur. Selama ia tinggal di yayasan, banyak hal yang ia dapatkan. Selain banyak teman, pengetahuan keagamaannyapun semakin bertambah. Walaupun hidup serba kekurangan namun ia tetap sabar, ikhlas serta tabah menghadapi cobaan yang menghampirinya. Karena ia yakin bahwa semua ini pasti ada hikmahnya.


(1)

teman dan saya pun jadi tahu membedakan antara yang baik dan buruk untuk saya.

10.Adakah perubahan yang kamu rasakan selama kamu dididik di sini?

Jawab: Ada, saya jadi lebih baik dari sebelumnya. Kehidupan berkelompok yang saya jalani di panti asuhan ini membiasakan saya untuk saling menghargai orang lain.

11.Bagaimana kesan kamu terhadap panti asuhan YAKIIN ini?

Jawab: Saya berterima kasih terhadap panti asuhan ini karena sudah mau mengasuh kami tanpa pamrih. Saya berharap kedepannya panti asuhan ini menjadi lebih maju dan lebih baik lagi.

Nurhayati


(2)

Hasil Wawancara VIII

Nama : Indra Irawan

Usia : 15 Tahun

Tempat Wawancara : Kantor Kepala Sekolah

Waktu Wawancara : 23 Januari 2008, Pukul 10.00-10.40

1. Kamu kelas berapa?

Jawab: Saya kelas 1 Aliyah 2. Sejak kapan jadi yatim?

Jawab: Saya bukan termasuk kedalam status anak yatim, tetapi saya temasuk kedalam status dhuafa

3. Apakah kamu merasa diperlakuan berbeda dengan status kamu saat itu? Jawab: Tidak. Kami disini hidup bekelompok. Apapun kami lakukan

bersama-sama jadi kami semua sudah merasa seperti saudara. Kami dibiasakan untuk saling berbagi, saling menghormati dan menghargai sehingga tidak ada lagi perasaan berbeda antara kami.

4. Siapa yang menanggung biaya selama kamu bersekolah di sini?

Jawab: Yang menanggung biaya kehidupan saya adalah pihak panti asuhan yaitu Bapak Naufal Djamhuri dengan fasilitasnya seperti sarana ibadah, sekolah, dan lain-lain..

5. Apasaja kegiatan yang kamu lakukan di panti asuhan YAKIIN ini?

Jawab: Kegiatan disini lumayan banyak juga diantaranya muhadharah, qiroatul qur`an, marawis dan masih banyak lagi.

6. Manfaat apa yang didapatkan selama kamu dididik di sini?

Jawab: Saya bisa mengetahui apa yang sebelumnya saya tidak ketahui. 7. Adakah perubahan yang kamu rasakan selama kamu dididik di sini?

Jawab: Ada, ya Alhamdulillah. Setiap tahunnya saya menjadi lebih baik dan berakhlak mulia terhadap sesama.


(3)

8. Bagaimana kesan kamu terhadap panti asuhan ini?

Jawab: Panti asuhan ini cukup bagus karena sudah melakukan hal yang baik dengan menampung anak-anak yatim dan kurang mampu untuk didik dan disekolahkan. Harapan saya semoga yayasan yakiin ini terus maju dan sejahtera agar bisa terus melakukan hal baik tersebut.

Indra irawan


(4)

Hasil Wawancara IX

Nama : Arif Ma`ruf

Usia : 17 Tahun

Tempat Wawancara : Kantor Kepala Sekolah

Waktu Wawancara : 23 Januari 2008, Pukul 10.50-11.35

1. Arif kelas berapa? Jawab: Kelas 3 Aliyah 2. Sejak kapan jadi yatim piatu?

Jawab: Saya menjadi yatim sejak usia 6 tahun dan menjadi piatu semenjak usia saya 4 bulan.

3. Siapa yang merawat kamu sejak saat itu?

Jawab: Saya diasuh oleh kakak saya yang pertama. 4. Bagaimana perasaan kamu saat menjadi yatim piatu?

Jawab: Perasan saya sedih sekali dan merasa kehilangan orang yang selama ini saya sayangi. Siapapun pasti akan merasakan hal yang sama kalau orang yang kita sayangi pergi untuk selama-lamanya.

5. Lalu, bagaimana cara kamu mengatasi kesedihan saat itu?

Jawab: Cara saya mengatasi keseduihan itu dengan cara berdo`a mudah-mudahan kedua orang tua saya diterima disisi Allah SWT dan diterima segala amal perbuatannya dan saya diberikan kesabaran dalam menghadapi cobaan ini. Selain saya memperbanyak aktivitas agar tidak terlalu larut dalam kesedihan karena mengingat orang yang saya sayangi telah meninggalkan saya.

6. Apakah kamu merasa diperlakuan berbeda dengan status kamu saat itu? Jawab: Gak ya biasa aja.

7. Siapa yang menanggung biaya selama kamu bersekolah di sini?

Jawab: Pihak panti asuhan. Fasilitas yang disediakan banyak diantaranya yaitu tempat tidur, makan, pendidikan dan tempat ibadah.


(5)

8. Apasaja kegiatan yang kamu lakukan di panti asuhan YAKIIN ini?

Jawab: Banyak diantaranya mengkaji kitab-kitab, Al-Qur`an dan Qiroah, lalu muhadharah, muhadatsah, dan lan-lain. Selain itu setiap harinya kami juga melakukan piket.

9. Manfaat apa yang didapatkan selama kamu dididik di sini?

Jawab: Manfaat yang saya rasakan selama berada di sini yaitu saya senang karena bisa mendapatkan banyak pengetahuan, pengalaman dan juga teman. Dengan hal itu saya jadi bisa lebih dewasa lagi dalam berfikir. 10.Adakah perubahan yang kamu rasakan selama kamu dididik di sini?

Jawab: Ada, saya jadi lebih baik dari sebelumnya. Kehidupan yang saya jalani di panti asuhan ini mendidik saya menjadi manusia yang mandiri. 11.Bagaimana kesan kamu terhadap panti asuhan YAKIIN ini?

Jawab: Saya berterima kasih terhadap panti asuhan ini karena sudah mau mengasuh kami tanpa pamrih. Saya berharap kedepannya panti asuhan ini menjadi lebih maju dan dimudahkan dalam segala urusannya.

Arif Ma`ruf


(6)

Dokumen yang terkait

Pembinaan Soft Skill Bagi Anak Yatim Panti Asuhan Muhammadiyah Purwokerto, Banyumas

0 6 8

PELAKSANAAN PENDIDIKAN ISLAM NON FORMAL DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN Pelaksanaan Pendidikan Islam Non Formal Dalam Pembentukan Akhlak Anak Asuh Di Panti Asuhan Yatim Piatu Cabang Muhammadiyah Juwiring Klatentahun 2015/2016.

0 2 15

PELAKSANAAN PENDIDIKAN ISLAM NON FORMAL DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN Pelaksanaan Pendidikan Islam Non Formal Dalam Pembentukan Akhlak Anak Asuh Di Panti Asuhan Yatim Piatu Cabang Muhammadiyah Juwiring Klatentahun 2015/2016.

0 3 16

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA ANAK YATIM DI PANTI ASUHAN YATIM MUHAMMADIYAH PURWOREJO Kesejahteraan Subjektif Pada Anak Yatim Di Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah Purworejo.

0 3 15

PELAKSANAAN PEMBINAAN AKHLAK DI PANTI ASUHAN YATIM PUTERI AISYIYAH Pelaksanaan Pembinaan Akhlak Di Panti Asuhan Yatim Puteri Aisyiyah Cabang Kotta Barat Manahan Banjarsari Surakarta.

0 1 12

PELAKSANAAN PEMBINAAN AKHLAK DI PANTI ASUHAN YATIM PUTERI AISYIYAH CABANG Pelaksanaan Pembinaan Akhlak Di Panti Asuhan Yatim Puteri Aisyiyah Cabang Kotta Barat Manahan Banjarsari Surakarta.

0 2 16

PERAN PANTI ASUHAN YATIM PUTRI AISYIYAH SURAKARTA Peran Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Surakarta Dalam Upaya Pembinaan Akhlak Anak Asuh Tahun 2013.

0 3 14

PENDAHULUAN Peran Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Surakarta Dalam Upaya Pembinaan Akhlak Anak Asuh Tahun 2013.

0 2 15

PERAN PANTI ASUHAN YATIM PUTRI AISYIYAH SURAKARTA DALAM UPAYA PEMBINAAN AKHLAK ANAK ASUH Peran Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Surakarta Dalam Upaya Pembinaan Akhlak Anak Asuh Tahun 2013.

0 2 15

MANAJEMEN PENDIDIKAN AKHLAK ANAK YATIM MANAJEMEN PENDIDIKAN AKHLAK ANAK YATIM (Studi Kasus di Panti Asuhan Yatim Putra Nur Hidayah Banyuanyar Surakarta).

0 1 13