AKUNTABILITAS FINANSIAL, TRANSPARANSI DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN DANA DESA DI DESA KALIBEJI, KECAMATAN TUNTANG, KABUPATEN SEMARANG

AKUNTABILITAS FINANSIAL, TRANSPARANSI DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN DANA DESA DI DESA KALIBEJI, KECAMATAN TUNTANG, KABUPATEN SEMARANG HALAMAN JUDUL

Oleh : Marta Yulicia Sari NIM : 232014227 TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan - persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS PROGRAM STUDI : AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES

HALAMAN PENGESAHAN

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

LEMBAR PENGESAHAN

HALAMAN MOTO

ABSTRACT

Governments in financial management need to apply the principles of good governance that is financial accountability and transparency especially in the management of the Village Fund (DD). In managing the funds of the village, it is necessary role of government responsible in managing the fund. Not only the government's role, but also the public participation is needed to realize financial accountability and transparency of village fund management both as a direct supervisor and as a manager. The object of this research is Kalibeji Village, Tuntang District, Semarang Regency. This study aims to determine the application of financial accountability, transparency and public participation in the management of village funds in the Village Kalibeji, District Tuntang, Semarang regency. The research method used qualitative research. The research shows that Kalibeji Village has applied financial accountability principles, transparency, and participation in village fund management. However, the level of transparency carried out in the management of village funds is still lacking because publications conducted through the website have not been implemented so that it is difficult for people who want to mengaskes information management of village funds.

Keywords: financial accountability, transparency, community participation, village fund management

SARIPATI

Pemerintah dalam pengelolaan keuangan perlu menerapkan prinsip good governance yaitu akuntabilitas finansial dan transparansi khusunya pada pengelolaan Dana Desa (DD). Dalam mengelola dana desa tersebut maka diperlukan peran pemerintah yang bertanggungjawab dalam mengelola dana tersebut. Tidak hanya peran pemerintah saja, namun partisipasi masyarakat juga dibutuhkan untuk mewujudkan akuntabilitas finansial dan transparansi pengelolaan dana desa baik sebagai pengawas langsung maupun sebagai pengelola. Objek penelitian ini adalah Desa Kalibeji, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan akuntabilitas finansial, transparansi dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan dana desa di Desa Kalibeji, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Metode penelitian menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa Desa Kalibeji sudah menerapkan prinsip akuntabilitas finansial, transparansi, dan partisipasi dalam pengelolaan dana desa. Namun untuk tingkat tranparasi yang dilakukan dalam pengelolaan dana dana desa masih kurang karena publikasi yang dilakukan melalui website belum dilaksanakan sehingga hal ini menyulitkan bagi masyarakat yang ingin mengaskes informasi pengelolaan dana desa.

Kata Kunci : akuntabilitas finansial, transparansi, partisipasi masyarakat, pengelolaan dana desa

KATA PENGANTAR

Setiap tahun pemerintah menyalurkan dana desa dengan jumlah tertentu untuk mendanai setiap kegiatan yang ada di desa. Pemerintah desa harus mampu mengelola dana desa dengan baik agar tidak terjadi penyimpangan seperti isu yang sedang beredar saat ini. Desa harus menunjukkan akuntabilitas finansial dan transparansi terhadap pengelolaan dana desa agar dapat berjalan dengan baik dan dapat dipertanggungjawabkan kepada pemerintah maupun masyarakat. Tidak hanya peran pemerintah saja, namun partisipasi masyarakat juga dibutuhkan untuk mewujudkan akuntabilitas finansial dan transparansi pengelolaan dana desa baik sebagai pengawas langsung maupun sebagai pengelola dana desa.

Penelitian ini bermaksud untuk mendiskripsikan dan menganalisis penerapan akuntabilitas finansial, transparansi dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan dana desa di Desa Kalibeji, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca, penulis lain, maupun pihak-pihak yang terkait untuk meningkatkan sesuatu menjadi lebih baik.

Penulis menyadari masih adanya kekurangan dan keterbatasan dalam penulisan tugas akhir ini. Akhir kata, penulis mengharapkan segenap saran dan kritik yang akan menyempurnakan karya ini dan akan berguna untuk penelitian selanjutnya.

Salatiga, 23 Februari 2018

Penulis

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME atas segala berkat dan kasih pertolonganNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.

Penulis menyadari bahwa selama masa studi dan penulisan kertas kerja, penulis mendapatkan dukungan, inspirasi serta motivasi dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini dengan tulus, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :

1. Keluarga tercinta, Bapak Ignatius Sudarta, Ibu Siyami, Dek Siska, dan Dek

Unggul terimakasih untuk semua doa, dukungan, motivasi, nasehat, dan kasih sayang yang sangat luar biasa hebat sepanjang hidup penulis sampai saat ini.

2. Bapak Priyo Hari Adi, SE., M.Si, Akt., selaku pembimbing, terima kasih telah meluangkan waktu, tenaga serta pikiran untuk memberikan arahan, kritik, saran, nasehat dan perhatian serta semangat kepada penulis dari rancangan tugas akhir hingga proses penyelesaian tugas akhir.

3. Ibu MI Mitha Dwi Restuti, SE., M.Si., CMA selaku wali studi, terima kasih atas pengarahan dan sarannya selama menempuh studi di FEB UKSW.

4. Bapak Hans Hananto Andreas, SE., M.Si selaku wali studi pengganti, terima kasih untuk waktu, arahan, dan motivasi, dalam proses penyusunan tugas akhir ini.

5. Seluruh pengajar Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen

Satya Wacana yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan, ide, dan motivasi kepada penulis selama masa perkuliahan.

6. Perangkat desa dan masyarakat Desa Kalibeji yang telah bersedia menjadi narasumber penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

7. Nicolaus Kevin Murdy Purnomo terimakasih untuk doa, waktu, perhatian, dukungan, motivasi, kasih dan cinta yang selalu ada dalam penulis menyelesaikan tugas akhir.

8. Mas Pungky, Mbak Maya, Mbak Luci dan Kak Owl terimakasih untuk dukungan dan bantuannya dalam proses menyelesaikan tugas akhir ini.

9. Pejuang Toga; Riko, Nanda, Dian, Mela, Kania, Glory, Kenanga, Lovyta

yang sudah seperti keluarga, selalu mendukung, menemani, dan berjuang bersama penulis selama menuntut ilmu di Salatiga.

10. Thia, Eka, Nindhi, Kiki, Devi, Omita, Cahya, There, Nindi, Ire, Jean, Adetea, teman-teman OMK Paroki St. Yusup Ambarawa dan semua

sahabat terimakasih untuk doa, dukungan dan motivasi dalam proses penyelesaian tugas akhir ini.

11. Adit, Avi, Debby, Eny, Eviniar, Gloriana, Grace, Harra, Hartantin, Intan,

Astri, dan Titi selaku sahabat satu bimbingan yang telah berjuang bersama dan saling mendukung sepanjang hidup penulis.

12. Teman-teman kuliah dan teman kepanitiaan terima kasih telah memberikan pengalaman berharga selama kuliah.

Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih telah memberikan dukungan bagi penulis dalam penulisan kertas kerja ini.

Semoga Tuhan YME selalu melimpahkan kasihNya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Salatiga, 23 Februari 2018

Penulis

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel........................................... 111

PENDAHULUAN

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Desa menyatakan bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Setiap tahun pemerintah memberikan dana desa dengan jumlah tertentu untuk mendanai setiap kegiatan pembangunan desa. Pengalokasian dana oleh pemerintah kabupaten untuk desa, yang berasal dari bagi hasil penerimaan pajak daerah, bagi hasil penerimaan retribusi daerah, dan bagian dana perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah yang diterima pemerintah kabupaten kecuali dana alokasi khusus (DJPK 2016).

Dengan adanya dana desa, masyarakat harus mampu berpartisipasi menjadi pengawas langsung dan perlunya peran pemerintah selaku pemberi dana untuk selalu memantau jalannya pembangunan. Desa harus mampu menunjukkan akuntabilitas dan transparansi finansialnya sebagai penunjang penerapan otonomi desa, agar dapat berjalan dengan baik dan dapat dipertanggungjawabkan kepada pemerintah pusat sebagai pengguna anggaran.

Pertanggungjawaban sering diartikan sebagai responsibility dan accountability. Perbedaan dari keduanya adalah bahwa responsibility berarti kewenangan yang diberikan oleh atasan kepada bawahannya untuk melaksanakan suatu kebijakan, pertanggungjawaban ini digunakan dalam instansi pemerintah. Sedangkan accountability yaitu bentuk kewajiban yang digunakan untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan dan menjelaskan realisasi yang diperoleh sesuai dengan tujuan organisasi (Silvia and Ansar 2011). Akuntabilitas finansial dapat diartikan sebagai wujud pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan dalam mencapai visi setiap organisasi melalui media pertanggungjawaban yang dibuat secara periodik (Putriyanti 2012).

Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik menyatakan bahwa transparansi adalah keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik menyatakan bahwa transparansi adalah keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan

Penelitian ini didukung dengan penelitian sebelumnya oleh Tamtama (2014), Riyanto (2015), Lina Nasihatun (2015), Risti Valentina Huri (2015). Dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis deskriptif, penelitian- penelitian ini menunjukkan bahwa di beberapa desa telah menerapkan prinsip akuntabilitas dan transparansi baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan Dana Desa. Dengan menggunakan metode kuantitatif, penelitian Muslimin (2012) menyimpulkan bahwa adanya akuntablitas pengelolaan dana desa di Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto.

Namun demikian, realitas menunjukkan masih ada laporan pengelolaan dana desa yang dibuat belum mengikuti standar dan rawan manipulasi. Pengelolaan keuangan desa masih minim pengawasan dan kurangnya pengetahuan terhadap penggunaan anggaran menjadi penyebabnya. Seperti yang termuat pada harian Kompas tanggal 27 April 2017 bahwa masih ada 600 laporan yang terkait penyelewengan dana desa. Penyelewengan ini disebabkan oleh pelanggaran administrasi yang dilakukan oleh pengurus dana desa. Kurangnya pengetahuan tentang prosedur administrasi pengelolaan dana desa menjadi salah satu alasannya. Begitu juga yang termuat di berbagai media masa lainnya, terjadi 87 dugaan korupsi dana desa oleh pemerintah desa yang akan diperiksa oleh KPK (SindoNews 2017). Dugaan Korupsi ini dilaporkan oleh masyarakat. Dalam hal ini masyarakat menuntut akuntabilitas dan transparansi terhadap dana desa, sehingga pemerintah desa perlu menambah tingkat akuntabilitas dan transparansi terhadap dana desa. Adanya kasus yang telah dilaporkan ini mendorong partisipasi masyarakat agar mengawasi dana desa di masing-masing daerahnya.

Berdasarkan latar belakang di atas terjadi pertentangan antara realitas dan hasil penelitian sebelumnya sehingga peneliti ingin mengetahui kembali penerapan akuntabilitas, transparansi dan partisipasi masyarakat dalam mengelola dana desa di Desa Kalibeji, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Peneliti memilih Desa Berdasarkan latar belakang di atas terjadi pertentangan antara realitas dan hasil penelitian sebelumnya sehingga peneliti ingin mengetahui kembali penerapan akuntabilitas, transparansi dan partisipasi masyarakat dalam mengelola dana desa di Desa Kalibeji, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Peneliti memilih Desa

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana penerapan akuntabilitas, transparansi dan partisipasi masyarakat dalam mengelola dana desa di Desa Kalibeji, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan akuntabilitas finansial, transparansi dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan dana desa di Desa Kalibeji, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang.

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat terkait dengan penerapan akuntabilitas, transparansi dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan dana desa di Desa Kalibeji, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai penerapan akuntabilitas, transparansi dan partisipasi pengelolaan dana desa khususnya di Desa Kalibeji dan bagi masyarakat Kalibeji, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai pengelolaan dana desa sehingga masyarakat dapat ikut berpartisipasi dalam mengelola dana desa.

TINJAUAN PUSTAKA

Dana Desa

Keuangan desa pada dasarnya merupakan bagian dari keuangan negara, seperti yang diatur dalam UU No. 6 Tahun 2014 tentang Keuangan Desa. Keuangan Desa diartikan sebagai semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang dan barang yang dapat dimiliki desa untuk melaksanakan hak dan kewajibannya. Dana desa digunakan untuk membiayai seluruh Keuangan desa pada dasarnya merupakan bagian dari keuangan negara, seperti yang diatur dalam UU No. 6 Tahun 2014 tentang Keuangan Desa. Keuangan Desa diartikan sebagai semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang dan barang yang dapat dimiliki desa untuk melaksanakan hak dan kewajibannya. Dana desa digunakan untuk membiayai seluruh

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa pasal 68 pengertian dana desa adalah bagian dari dana perimbangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota untuk desa paling sedikit 10% yang pembagiannya untuk setiap desa secara proporsional yang merupakan dana desa ”.

Akuntabilitas

Dalam UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme pasal 7 menjelaskan bahwa yang dimaksud asas akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Akuntabilitas juga dapat diartikan sebagai suatu jaminan pertanggungjawaban secara terbuka kepada pihak yang terkena dampak penerapan kebijakan atas setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintahan (Krina 2003). Sedangkan menurut Darise (2007) akuntabilitas merupakan bentuk pertanggungjawaban yang wajib dilakukan oleh setiap individu dalam mengelola dan mengendalikan sumber daya serta melaksanakan kebijakan dalam rangka untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Peneliti menyimpulkan bahwa akuntabilitas merupakan kewajiban dalam bentuk pertanggungjawaban kinerja suatu organisasi yang harus dilakukan oleh seseorang maupun kelompok dalam pengelolaan dan pengendalian serta pelaksanaan kebijakan.

Akuntabilitas yang digunakan dalam lingkup pemerintahan termasuk diantaranya pemerintahan desa adalah akuntabilitas finansial. Menurut Mahmudi (2007) akuntabilitas finansial merupakan bentuk pertanggungjawaban yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam menggunakan dana publik secara efektif, ekonomi dan efisien, terhindar dari kebocoran dan pemborosan dana serta korupsi. Akuntabilitas finansial menekan pada jumlah finansial dan anggaran. Akuntabilitas finansial sangat penting dilakukan karena berisi pertanggungjawaban dalam mengelola keuangan publik sehingga akan menjadi sorotan masyarakat. Akuntabilitas ini mengharuskan lembaga lembaga pemerintah untuk membuat laporan keuangan Akuntabilitas yang digunakan dalam lingkup pemerintahan termasuk diantaranya pemerintahan desa adalah akuntabilitas finansial. Menurut Mahmudi (2007) akuntabilitas finansial merupakan bentuk pertanggungjawaban yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam menggunakan dana publik secara efektif, ekonomi dan efisien, terhindar dari kebocoran dan pemborosan dana serta korupsi. Akuntabilitas finansial menekan pada jumlah finansial dan anggaran. Akuntabilitas finansial sangat penting dilakukan karena berisi pertanggungjawaban dalam mengelola keuangan publik sehingga akan menjadi sorotan masyarakat. Akuntabilitas ini mengharuskan lembaga lembaga pemerintah untuk membuat laporan keuangan

Transparansi

Transparansi merupakan pengungkapan dalam bentuk pertanggungjawaban secara periodik yang bersifat material kepada pihak yang memiliki kepentingan sehingga memungkinkan untuk mengetahui dan mendapatkan informasi mengenai pengelolaan keuangan daerah (Hanifah 2015). Transparansi juga diartikan sebagai bentuk keterbukaan organisasi untuk menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah dilihat dan dimengerti bagi siapa saja yang berkepentingan (Atmadja 2013). Sedangkan menurut United Nations Development Program (UNDP) transparansi dibangun atas dasar kebebasan untuk mendapatkan informasi. Informasi yang diperoleh berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung dapat diperoleh bagi mereka yang membutuhkan.

Menurut Krina (2003) transparansi memiliki 2 aspek, yaitu (1) komunikasi publik yang diberikan oleh pemerintah, dan (2) hak yang dimiliki masyarakat untuk memperoleh informasi. Jika pemerintah tidak menangani kinerjanya dengan baik maka kedua aspek tersebut akan sulit dilakukan. Transparansi dapat dicapai dengan manajemen kinerja yang baik.

Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa

Akuntabilitas merupakan unsur utama dari good corporate governance. Akuntabilitas merupakan hal yang sangat penting bagi pengelolaan keuangan di setiap organisasi, baik organisasi pemerintah maupun non pemerintah. Pelaksanaan akuntabilitas dengan menggunakan prinsip-prinsip good governace sangat penting di setiap organisasi yang bertujuan agar organisasi tersebut dapat dipercaya oleh pemangku kepentingan, oleh karena itu setiap organisasi pemerintahan maupun non- pemerintahan diharuskan melaksanakan prinsip akuntabilitas tersebut, termasuk dalam pengelolaan dana desa (Atmadja 2013).

Dalam penyelenggaraan pemerintahan maupun penyelenggaraan perusahaan yang baik, dinyatakan juga bahwa dalam akuntabilitas berisi kewajiban untuk Dalam penyelenggaraan pemerintahan maupun penyelenggaraan perusahaan yang baik, dinyatakan juga bahwa dalam akuntabilitas berisi kewajiban untuk

Penelitian sebelumnya tentang dana desa oleh Muslimin (2012) menggunakan metode kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Janeponto dengan tujuan untuk menggambarkan dan menjelaskan akuntabilitas pengelolaan dana desa. Berdasarkan evaluasi dan penilaian dari bagian pemerintahan Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala adalah salah satu desa, yang dinilai baik dalam pelaksanaan program dana desa. Penilaian didasarkan pada beberapa indikator yaitu : (1) meningkatnya akuntabilitas pengelolaan dana desa dari pengelola dana desa di tingkat desa, (2) kesesuaian antara rencana dan realisasi baik fisik maupun administrasi dalam penggunaan dana desa, (3) tertib administrasi dalam pengelolaan dana dana desa, dan (4) meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang dana desa. Penelitian ini menyimpulkan bahwa adanya akuntabilitas pengelolaan dana desa di Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto. Faktor akuntabilitas dana desa terbatas pada keterampilan, keinginan dan tingkat partisipasi. Perencanaan program dana desa di Desa Punagaya secara bertahap telah melaksanakan konsep pembangunan partisipasi masyarakat desa.

Penelitian Riyanto (2015) tentang pengelolaan dana desa di Kabupaten Kutai Kartanegara menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan dan mendeskripsikan faktor pendukung dan faktor penghambat akuntabilitas finansial dalam mengelola dana desa di Kantor Desa Perangat Selatan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa akuntabilitas finansial dalam pengelolaan dana desa dapat dipertanggungjawabkan bagi semua pihak terutama pemerintah desa.

Transparansi Pengelolaan Dana Desa

Transparansi adalah prinsip yang memberikan kebebasan bagi seseorang untuk mendapatkan informasi tentang penyelenggaraan pemerintah, yaitu informasi tentang proses pembuatan kebijakan serta hasil yang telah dicapai (Krina 2003). Berdasarkan pernyataan tersebut, yang dimaksud dalam penelitian ini antara lain, adanya kesempatan dalam memperoleh informasi yang mudah dipahami oleh masyarakat dengan adanya laporan berkala mengenai pengelolaan dana desa dan adanya publikasi mengenai detail keuangan dana desa yang dilakukan pemerintah Desa Kalibeji kepada masyarakat.

Penelitian lain dilakukan oleh Irma (2015) tentang pengelolaan dana desa di Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan akuntabilitas, mengetahui faktor- faktor yang dapat mempengaruhi dana desa dalam administrasi keuangan dan untuk mengetahui manfaat ekonomi melalui dana desa. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pelaksanaan dana desa di kecamatan Dolo selatan telah dilakukan dan dikelola secara akuntabel dan transparan. Meski demikian, penerapan prinsip akuntabilitas pada tahap ini terbatas pada akuntabilitas fisik, administrasi belum sepenuhnya dilakukan dengan sempurna karena belum sepenuhnya sesuai dengan ketentuan peraturan daerah. Masih cukup banyak temuan yang mengindikasikan bahwa pengelolaan administrasi keuangan dana desa belum sepenuhnya sesuai dengan ketentuan peraturan daerah. Saran bagi penelitian selanjutnya adalah melakukan penelitian dengan memilih tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pemanfaatan dan pemeliharaan hasil-hasil pembangunan desa di Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa Kepala desa wajib menyampaikan laporan realiasasi APB Desa secara tertulis termasuk dana desa kepada masyarakat melalui media informasi yang mudah diakses, seperti papan pengumuman, radio komunitas, website desa, dan sebagainya. Menurut Krina (2003) dalam rangka mewujudkan adanya transparansi publik, beberapa hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah desa, adalah (1) memberikan informasi yang dapat diakses oleh masyarakat, (2) menyediakan kesempatan untuk menggali dan mengumpulkan masukan dari berbagai pihak termasuk aktivitas warga dalam kegiatan publik khususnya dalam mengelola dana Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa Kepala desa wajib menyampaikan laporan realiasasi APB Desa secara tertulis termasuk dana desa kepada masyarakat melalui media informasi yang mudah diakses, seperti papan pengumuman, radio komunitas, website desa, dan sebagainya. Menurut Krina (2003) dalam rangka mewujudkan adanya transparansi publik, beberapa hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah desa, adalah (1) memberikan informasi yang dapat diakses oleh masyarakat, (2) menyediakan kesempatan untuk menggali dan mengumpulkan masukan dari berbagai pihak termasuk aktivitas warga dalam kegiatan publik khususnya dalam mengelola dana

Partisipasi Pengelolaan Dana Desa

Partisipasi masyarakat merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan desa, sehingga seluruh lapisan masyarakat akan mendapatkan kekuatan dan hak yang sama untuk menuntut atau mendapatkan bagian yang adil dari manfaat pembangunan termasuk diantaranya dalam mengelola dana desa (Krina 2003). Berdasarkan pernyataan tersebut untuk menciptakan akuntabilitas diperlukan partisipasi dari pimpinan pemerintah dan masyarakat dalam menyusun dan mengawasi anggaran (Rubin 1996). Sehingga di dalam mengelola dana desa partisipasi masyarakat diharapkan dapat meningkatkan fungsi pengawasan.

Menurut Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 22 Tahun 2016 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2017, masyarakat adalah pemangku kepentingan yang paling utama dalam melaksanaan pembangunan di desa. Adapun pasal 80; pasal 81 dan pasal 82 UU Desa mengharuskan perencanaan pembangunan desa mengikutsertakan masyarakat dan pelaksanaan pembangunan harus melibatkan seluruh masyarakat desa dengan semangat gotong royong dan menjamin peran serta masyarakat desa dalam pemantauan dan pengawasan pembangunan. Dalam hal ini masyarakat adalah pemangku kepentingan paling utama dan harus dilibatkan dalam pengelolaan dana desa baik dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.

METODA PENELITIAN Pendekatan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif. Metode ini bertujuan untuk mendeskripsikan data yang terkumpul secara sistematis dan akurat, sehingga dengan menggunakan metode ini, diharapkan penulis dapat menggambarkan keadaan secara jelas mengenai akuntabilitas, transparansi dan partisipasi terhadap pengelolaan dana desa di Desa Kalibeji, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari koresponden dengan cara wawancara langsung

Kalibeji, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Data sekunder diperoleh dari dokumen –dokumen yang terdapat di kantor Desa Kalibeji, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang.

Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendukung hasil penelitian ini, maka peneliti melakukan pengumpulan data yang berupa data primer dan data sekunder. Sehingga peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa :

Wawancara dilakukan terhadap informan-informan yang dijadikan narasumber yaitu Kepala Desa, Sekertaris Desa dan Bendahara. Selain itu wawancara juga akan dilakukan terhadap pemangku kepentingan (stakeholder) yaitu tokoh masyarakat untuk melakukan konfirmasi agar memperoleh data yang lebih lengkap dan valid yang mungkin tidak terdapat pada dokumen. Wawancara dilakukan dengan pertanyaan terbuka dan juga menggunakan alat perekam untuk semakin memudahkan penulis dalam penulisan hasil wawancara karena akan diperoleh data yang lebih akurat dan dapat lebih mudah dalam memasukkannya ke laporan hasil penelitian akuntabilitas, transparansi dan partisipasi terhadap dana desa di Desa Kalibeji, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang.

Peneliti melakukan observasi dengan cara magang di desa tersebut selama 3 (tiga) minggu sebagai pendukung dari hasil wawancara untuk melihat bagaimana penerapan akuntabilitas, transparansi dan partisipasi terhadap pengelolaan dana desa di Desa Kalibeji, Kecamatan Tuntang. Dengan melakukan observasi peneliti mempunyai bukti yang nyata dan akurat tentang peristiwa yang terjadi di Desa Kalibeji, Kecamatan Tuntang terkait dengan akuntabilitas, transparansi dan partisipasi pengelolaan dana desa.

Selain dari beberapa teknik pengumpulan data tersebut, peneliti juga menggunakan dokumentasi pada Desa Kalibeji yang berupa Laporan Keuangan Desa Kalibeji, Kecamatan Tuntang.

Teknik Analisis Data

Teknik Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada teknik yang dijabarkan oleh Miles dan Huberman (1984) dengan menggunakan analisis data model interaktif yang terdiri atas empat komponen, yaitu pengumpulan

Pengukuran Variabel

Pengukuran variabel dimaksudkan agar variabel yang digunakan dalam penelitian dapat terukur, sehingga dapat menjawab indikator-indikator empiris yang telah dibuat.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Tabel 1

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

No Variabel

Definisi

Indikator Empiris

Alat Ukur

1. Akuntabilitas Akuntabilitas publik adalah bentuk pertanggungjawaban

1. Mekanisme pertanggungjawaban yang dapat menjamin bahwa setiap kegiatan yang

1. Tercapainya tujuan dalam pengelolaan dana desa

2. Laporan tahunan dilakukan pemerintahan dapat dipertanggungjawabkan

2. Adanya pengawasan oleh tim pelaksana

3. Laporan keuangan secara terbuka oleh pelaku kepada semua pihak.

3. Adanya laporan pertangungjawaban pengelolaan

4. Sistem pemantauan kinerja (Depdagri 2002).

dana desa

4. Adanya keterlibatan pemerintah.

penyelenggara dana desa 5. Sistem pengawasan 6. Mekanisme reward and punishment

2. Transparansi Transparansi adalah prinsip yang menjamin kebebasan

1. Publikasi kebijakan publik melalui alat bagi seseorang untuk mendapatkan informasi tentang

1. Adanya sistem yang menjamin standarisasi dan

alat komunikasi. penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi tentang

keterbukaan dari semua proses pengelolaan dana

2. Penanganan keluhan melalui media kebijakan proses pembuatan dan pelaksanaannya serta

desa

2. Adanya yang memfasilitasi pertanyaan publik

masa

hasil-hasil yang dicapai (Depdagri 2002)

tentang berbagai kebijakan dalam mengelola dana

3. Pertemuan masyarakat

desa 3. Keterbukaan informasi maupun pelaporan tindakan menyimpang di dalam proses pengelolaan dana desa terhadap masyarakat

3. Partisipasi

Didasarkan pada asumsi bahwa organisasi

1. Kemampuan masyarakat untuk terlibat dalam proses

1. Pertemuan kelompok masyarakat

pemerintahan akan bekerja lebih baik jika setiap

pembuatan keputusan dalam pengelolaan dana desa

2. Diskusi publik

anggota diberi kesempatan untuk terlibat secara

2. Akses masyarakat untuk menyampaikan pendapat

3. Votting

langsung dalam setiap pengambilan keputusan. Hal ini

dari proses pengambilan keputusan

menyangkut 2 aspek yaitu : a. Keterlibatan masyarakat melalui terciptanya komitmen dan nilai diantara masyarakat agar termotivasi dengan kuat pada program yang direncanakan.

b. Keterlibatan publik, dalam desain dan implementasi program dalam pengelolaan dana desa (Peter 2001)

Sumber : Krina (2003) dimodifikasi

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Objek Penelitian

Desa Kalibeji yang menjadi objek penelitian ini merupakan desa yang berada di Jl. Raya Muncul, Ambarawa-Salatiga, Desa Kalibeji, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Desa kalibeji sudah ada sejak abad ke-14 bukti dari hal itu adalah adanya yoni situs watu gentong peninggalan era runtuhnya majapahit di area Desa Kalibeji. Meski demikian belum ditemukan secara persis kenapa desa ini disebut dengan “kalibeji”, menurut pemangku wilayah (kepala desa) Desa Kalibeji menyatakan bahwa kata “kalibeji” diambil dari “kali” dan “beji” dimana kata “kali” diambilkan dari dusun kaliglagah dan “beji” diambilkan dari dusun “beji” dulunya kedua dusun itu saling bertengkar dan akhirnya memutuskan untuk bersatu membentuk sebuah desa “kalibeji”. Desa Kalibeji terdiri dari 5 (lima) dusun yaitu Dusun Kaliglagah, Dusun Kebrok, Dusun Cebur, Dusun Bejiwetan, dan Dusun Bejirejo.

Desa Kalibeji mempunyai visi dan tujuan. Visi Desa Kalibeji yaitu menjadikan pemerintah desa yang jujur, demokratis dan trasparan menuju mayarakat Desa Kalibeji yang makmur, sejahtera dan aman. Tujuan Desa Kalibeji; (1) Membangun Sistem Pemerintahan yang baik dan bersih. (2) Memanfaatkan sumber daya manusia dan potensi yang ada untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dan desa. (3) Menciptakan Suasana aman dan damai, kehidupan masyarakat desa yang demokratis. (4) Melestarikan lingkungan dan budaya masyarakat Desa Kalibeji.

Hasil Analisis Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa

Penyelenggaraan pemerintahan yang baik perlu adanya akuntabilitas, khusunya akuntabilitas finansial. Akuntabilitas finansial berisi kewajiban untuk menyajikan dan melaporkan segala kegiatan terutama dalam bidang administrasi keuangan kepada pihak yang berkepentingan. Pihak yang berkepentingan yang dimaksud adalah pemerintah pusat atau daerah dan terutama masyarakat. Dalam hal ini maka semua kegiatan khususnya yang berkaitan dengan pengelolaan dana desa harus dapat diakses oleh semua pihak yang berkepentingan terutama masyarakat di wilayahnya.

Dalam mencatat informasi keuangan perangkat Desa Kalibeji menggunakan laporan tahunan. Laporan tahunan ini terdiri dari laporan keuangan dan realisasi kegiatan. Laporan keuangan tersebut khususnya dalam pengelolaan dana desa dibuat secara periodik. Di dalam pihak internal pemerintah Desa Kalibeji, laporan keuangan dana desa dilaporkan setiap satu bulan sekali dan direkapitulasi dalam laporan tahunan. Namun, di dalam lingkup eksternal yaitu Desa, laporan keuangan dana desa dilaporkan secara semester, yaitu pada saat tengah tahun pada bulan Juni dan akhir tahun pada bulan Desember. Laporan keuangan yang ditujukan di dalam lingkup kecamatan dibuat secara bertahap sesuai dengan waktu diterimanya dana desa yaitu Tahap I (satu) pada bulan Juni sebesar 60% dan Tahap II (dua) pada bulan Oktober sebesar 40%. Selain terdapat dalam lampiran 2, hal ini terekam dari peryataan bendahara Desa Kalibeji, yaitu ibu Sunarti.

“Penerimaan dana desa ada 2 tahap yaitu 60 % dan 40 % tahap 1 bulan Juni tahap 2 di bulan Oktober. Khusus intern kantor desa itu laporannya perbulan entah itu pembangunan entah itu pemberdayaan entah itu pemerintahan itu perbulan. Tapi kalau untuk tingkat desa itu laporannya dibuat semesteran, semester satu dan semester dua yaitu awal tahun dan akhir tahun. Kalau Kecamatan pertahap. kalau tingkat masyarakat juga bisa bertahap dan semesteran. ” (Hasil wawancara dengan informan tanggal 14 November 2017)

Tujuan yang telah ditetapkan Desa Kalibeji dalam pengelolaan dana desa sudah tercapai. Menurut Kepala Desa Kalibeji yaitu Bapak Ngatman, tingkat pencapaian tujuan pengelolaan dana desa sebesar 75% (tujuh puluh lima persen). Seperti yang diungkapkan di dalam UU No. 6 Tahun 2014 tentang Keuangan Desa, dana desa digunakan untuk membiayai seluruh rencana pemerintah desa untuk melaksanakan kegiatan pembangunan pemerintah berupa perbaikan jalan yang rusak dan pemberdayaan masyarakat, Desa Kalibeji menggunakan dana desa untuk membiayai pembangunan jalan dan perbaikan terhadap RTLH (Rumah Tidak Layak Huni). Tingkat keberhasilan tujuan pengelolaan dana desa ini dapat terlihat dari sudah banyaknya perbaikan jalan yang rusak sebagai akses utama perekonomian warga Desa Kalibeji. Hal tersebut juga terekam melalui pernyataan kepala desa, yaitu bapak Ngatman.

“Tujuan pengelolaan dana desa 75% (tujuh puluh lima persen)sudah tercapai. Tujuannya untuk pembangunan masih infrastuktur dan pemberdayaan masyarakat “Tujuan pengelolaan dana desa 75% (tujuh puluh lima persen)sudah tercapai. Tujuannya untuk pembangunan masih infrastuktur dan pemberdayaan masyarakat

Peneliti melakukan konfirmasi dengan salah satu warga yaitu bapak Prapto “Tujuan dana desa sudah tercapai, Tujuannya untuk pembangunan dalam segala bidang.

Ada untuk PKK, Paud dan sarana prasarana. Di Desa Kalibeji sedang fokus ke pembangunan jalan. Setiap ada dana langsung dikerjakan.” (Hasil wawancara dengan informan tanggal 29 November 2017)

Sistem pengawasan pengelolaan dana desa Kalibeji dilakukan oleh Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD) yaitu terdiri dari kepala desa sebagai penanggungjawab, sekertaris desa sebagai koordinator dan bendahara sebagai kepala urusan keuangan. Desa Kalibeji bertanggungjawab memberikan pelaporan pengelolaan dana desa kepada kecamatan dan kabupaten. Sistem pemantauan juga dilakukan oleh pemerintah pusat melalui aplikasi langsung yang terhubung dengan pemerintah pusat yang digunakan untuk memberikan laporan kegiatan khususnya dalam mengelola dana desa yang harus dilaporkan setiap berakhirnya kegiatan. Adapun mekanisme pengawasan yang terekam berdasarkan penjelasan dari sekertaris desa yaitu bapak Nurcholis.

“Adapun beberapa mekanisme pengawasan. Untuk tingkat lapangan di dalam pembangunan yaitu TPK (Tim Pengelola Kegiatan) untuk mengontrol pembangunan di lapangan, PK (Pelaksana Kegiatan) dan pemerintah desa juga mengontrol. Kemudian dari kecamatan ada tim yang melakukan pembinaan pengelolaan dana desa. Pada tingkat kabupaten di kejaksaan ada TP4D (Tim Pembentukan Tim Pengawal dan Pengaman Pemerintah dan Pembangunan) salah satu tugasnya adalah mengawasi pengelolaan dana desa, apakah ada penyimpangan atau tidak dan sebagai tempat konsultasi. Inspektorat memiliki tugas untuk turun ke desa dan mengecek bagaimana pengelolan dana desa. Adapun yang melakukan pembinaan terhadap pengelolaan dana desa yaitu TP4D, Bapermas, Dispermas Kabupaten Semarang melakukan pengawasan dan pada tahun ini sudah ada MOU bahwa polres juga melakukan pengawasan terhadap pengelolaan dana desa. Pada tingkat kabupaten pengawasan dilakukan di awal dengan memberi panduan pengelolaan dana desa dengan mencantumkan tujuan dana yang boleh “Adapun beberapa mekanisme pengawasan. Untuk tingkat lapangan di dalam pembangunan yaitu TPK (Tim Pengelola Kegiatan) untuk mengontrol pembangunan di lapangan, PK (Pelaksana Kegiatan) dan pemerintah desa juga mengontrol. Kemudian dari kecamatan ada tim yang melakukan pembinaan pengelolaan dana desa. Pada tingkat kabupaten di kejaksaan ada TP4D (Tim Pembentukan Tim Pengawal dan Pengaman Pemerintah dan Pembangunan) salah satu tugasnya adalah mengawasi pengelolaan dana desa, apakah ada penyimpangan atau tidak dan sebagai tempat konsultasi. Inspektorat memiliki tugas untuk turun ke desa dan mengecek bagaimana pengelolan dana desa. Adapun yang melakukan pembinaan terhadap pengelolaan dana desa yaitu TP4D, Bapermas, Dispermas Kabupaten Semarang melakukan pengawasan dan pada tahun ini sudah ada MOU bahwa polres juga melakukan pengawasan terhadap pengelolaan dana desa. Pada tingkat kabupaten pengawasan dilakukan di awal dengan memberi panduan pengelolaan dana desa dengan mencantumkan tujuan dana yang boleh

Seperti yang tertera dalam Permendesa PDTT Nomor 19 Tahun 2017 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2016 telah diatur tentang pelaksanaan fungsi pembinaan, monitoring, evaluasi dan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota, pemerintah desa dan BPD, serta partisipasi masyarakat. Mekanisme pengawasan pengelolaan dana desa Kalibeji untuk tingkat lapangan di dalam pembangunan yaitu TPK (Tim Pengelola Kegiatan), PK (Pelaksana Kegiatan) dan pemerintah desa memiliki tugas mengotrol pembangunan. Dalam pengawasan pengelolaan dana desa, kecamatan juga membentuk tim untuk melakukan pembinaan pengelolaan dana desa. Pada tingkat kabupaten, pemerintah membentuk TP4D (Tim Pembentukan, Tim Pengawal dan Pengaman Pemerintah dan Tim Pembangunan) salah satu tugasnya adalah mengawasi pengelolaan dana desa dan sebagai tempat konsultasi. Inspektorat daerah memiliki tugas untuk mengecek bagaimana pengelolaan dana desa. Adapun yang melakukan pembinaan terhadap pengelolaan dana desa yaitu TP4D, Bapermas, Dispermas Kabupaten Semarang dan Polres. Pemantauan dan pengawasan ini dilakukan agar proses pengelolaan dana desa dapat lebih efektif maka sudah ditetapkan mekanisme pemberian sanksi sesuai dengan yang tertuang dalam UU yang berlaku apabila dalam pengelolaan dana desa terjadi penyimpangan. Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 disebutkan bahwa Kepala Desa yang tidak melaksanakan kewajiban dikenai sanksi administratif berupa teguran lisan dan/atau teguran tertulis. Dalam hal sanksi administratif tidak dilaksanakan, dilakukan tindakan pemberhentian sementara dan dapat dilanjutkan dengan pemberhentian. Dalam hal Kepala Desa tidak atau terlambat menyampaikan laporan realisasi penggunaan dana desa, bupati/walikota dapat menunda penyaluran dana desa sampai dengan disampaikannya laporan realisasi penggunaan dana desa dan sanksi berupa penundaan penyaluran dana desa apabila terdapat SILPA lebih dari 30%. Adapun sanksi pidana yang diberikan jika terjadi korupsi terhadap dana desa. Untuk tingkat Kabupaten Semarang mekanisme reward yang diterima desa belum jelas seperti apa jika desa tidak terjadi penyimpangan pengelolaan dana desa.

Menurut Krina (2003) indikator dalam akuntabilitas finansial yaitu; (1) Tercapainya tujuan dalam pengelolaan dana desa (2) Adanya pengawasan oleh tim pelaksana (3) Adanya laporan pertangungjawaban pengelolaan dana desa (4) Adanya keterlibatan pemerintah. Proses Menurut Krina (2003) indikator dalam akuntabilitas finansial yaitu; (1) Tercapainya tujuan dalam pengelolaan dana desa (2) Adanya pengawasan oleh tim pelaksana (3) Adanya laporan pertangungjawaban pengelolaan dana desa (4) Adanya keterlibatan pemerintah. Proses

Transparansi Pengelolaan Dana Desa

Publikasi kebijakan publik melalui alat komunikasi, penanganan keluhan melalui media masa dan adannya pertemuan masyarakat merupakan unsur yang ada dalam pengelolaan dana desa. Ketiga unsur tersebut merupakan satu kesatuan, apabila ada salah satu unsur yang tidak terpenuhi maka belum dapat dikatakan transparan.

Publikasi kebijakan publik yang berisi rincian penggunaan dana transfer termasuk didalamnya pengelolaan dana desa tidak hanya dirinci di dalam laporan keuangan internal desa namun dipublikasikan juga melalui spanduk dalam bentuk kain maupun plastik yang ditempel di depan kantor desa dan website Desa Kalibeji yang bisa diakses siapa saja. Hal ini terekam melalui pernyataan bendahara desa Kalibeji yaitu ibu Sunarti.

“Informasi tentang pengelolaan dana desa terpasang pada spanduk yang ditempel di dinding depan kantor desa dan melalui website tetapi websitenya baru dibuat bulan Mei

jadi belum sempat memasukkan laporan keuangan pengelolaan dana desa.” (Hasil wawancara dengan informan tanggal 14 November 2017)

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa menyatakan bahwa kepala desa wajib menyampaikan laporan realiasasi APB Desa secara tertulis termasuk dana desa kepada masyarakat melalui media informasi yang mudah diakses, seperti papan pengumuman, radio komunitas, website desa, dan sebagainya. Masyarakat melakukan pemantuan dan terlibat aktif dalam pertemuan musyawarah desa yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa (BPD) . Berdasarkan pemaparan bendahara desa Kalibeji informasi pengelolaan dana desa sudah terpasang pada spanduk yang ditempel di Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa menyatakan bahwa kepala desa wajib menyampaikan laporan realiasasi APB Desa secara tertulis termasuk dana desa kepada masyarakat melalui media informasi yang mudah diakses, seperti papan pengumuman, radio komunitas, website desa, dan sebagainya. Masyarakat melakukan pemantuan dan terlibat aktif dalam pertemuan musyawarah desa yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa (BPD) . Berdasarkan pemaparan bendahara desa Kalibeji informasi pengelolaan dana desa sudah terpasang pada spanduk yang ditempel di

“Informasi tentang pengelolaan dana desa disampaikan melalui pertemuan RT, dan terpasangnya MMT (spanduk) yang berisi APBDES baik di desa maupun di dusun. Disetiap adanya pembangunan juga terpasang MMT (spanduk) yang berisi jenis

anggaran, jenis kegiatan.” (Hasil wawancara dengan informan tanggal 24 November 2017)

Setelah peneliti telusuri ternyata benar disetiap objek yang dikelola dengan menggunakan dana desa terdapat spanduk kecil yang berisi rincian jumlah dana desa yang digunakan untuk pembangunan. (Lihat lampiran 3)

Selain itu laporan keuangan pengelolaan dana desa di sampaikan melalui pertemuan- pertemuan rutin yang diadakan Desa Kalibeji. Bukti kehadiran masyarakat dalam pertemuan ini dapat dilihat dari daftar hadir dalam setiap pertemuan. (Lihat lampiran 4) Rincian pengelolaan dana desa tersebut juga di arsip dalam dokumen-dokumen yang juga dapat dilihat oleh semua pihak jika ada pihak yang ingin mengetahui. Hal ini terekam melalui pernyataan Bapak Prapto sebagai perwakilan masyarakat.

“Pemerintah desa mempublikasikan segala informasi tentang pengelolaan dana desa melalui musyawarah bangunan, jika ada masyarakat yang ingin mengaskes informasi tentang pengelolaan dana desa dapat langsung ke balai desa, di sana ditulis semuanya melalui papan informasi. Informasi yang disampaikan semuanya tentang pembelian material, pembayaran tukang dan lainnya. Yang memfasilitasi pertanyaan masyarakat

tentang berbagai kebijakan dalam mengelola dana desa yaitu kepala dusun.” (Hasil wawancara dengan informan tanggal 29 November 2017)

Hal ini juga sama halnya dengan yang disampaikan oleh bapak Budi Utomo sebagai salah satu ketua RW di Dusun Beji Wetan.

“Pemerintah desa mempublikasikan segala informasi tentang pengelolaan dana desa melalui melalui undangan pertemuan untuk disosialisasikan ke perangkat – perangkat

desa termasuk RT dan RW. Jika ada masyarakat yang ingin mengaskes informasi tentang pengelolaan dana desa dapat langsung disampaikan kepada kantor desa. Informasi yang disampaikan semuanya tentang adanya pembangunan yaitu jumlah dananya berapa, kapan dana itu cair, dan kapan dana itu bisa diambil. Yang memfasilitasi pertanyaan masyarakat tentang berbagai kebijakan dalam mengelola dana desa yaitu papan informasi di Kantor Desa .” (Hasil wawancara dengan informan tanggal 29 November 2017)

Desa memberikan fasilitas penanganan keluhan dengan memberikan informasi dan menjawab pertanyaan yang dibutuhkan masyarakat melalui website, pertemuan masyarakat, publikasi yang berada di kantor desa dan pemerintah desa bersedia memberi pelayanan langsung bagi masyarakat yang membutuhkan bukti fisik berupa foto dan laporan keuangan dari setiap kegiatan dalam pengelolaan dana desa dengan langsung mendatangi kantor desa. Informasi yang tersedia melalui website dapat diakses melalui alamat http://kalibeji.desa.id/. Informasi yang tersedia di dalam website berupa kegiatan yang dilakukan di desa. Dalam pertemuan masyarakat dan publikasi pada papan informasi dan penempelan spanduk yang berada di kantor desa informasi yang diberikan biasanya berupa jenis kegiatan, RAPBDes, nominal pemasukan dana desa, nominal pengeluaran dana desa dan SILPA (Sisa Lebih Perhitungan Anggaran) dana desa.