2.1.1.1. Pengertian IPA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Penerapan Pembelajaran Student Teams Achievement Division Berbantuan Audiovisual Pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Duren 01 Keca

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Mata Pelajaran IPA
2.1.1.1. Pengertian IPA
IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui
pengamatan yang tepat (correct) pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang
benar (true), dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan
kesimpulan yang betul (truth). IPA mengandung tiga hal: proses (usaha manusia
memahami alam semesta), prosedur (pengamatan yang tepat dan prosedurnya benar),
dan produk (kesimpulan hasil), menurut Sutrisno (2007).
Menurut Kardi dan Nur dalam Trianto (2012) IPA mempelajari tentang alam
semesta, benda-benda yang ada di permukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar
angkasa, baik yang dapat diamati oleh indera maupun yang tidak dapat diamati oleh
indera. Oleh karena itu IPA adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup
maupun benda mati yang diamati.
Permendiknas No 22 tahun 2006 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan
dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA
diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri

dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di
dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah.
Menurut Samatowa dalam sugiyono (2013) IPA merupakan bagian dari ilmu
pengetahuan atau sains yang berasal dari terjemahan kata-kata dalam bahasa inggris
yaitu natural science. Natural yang dimaksudkan berhubungan dengan alam atau
bersangkutan dengan alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Jadi IPA
8

dapat diartikan yaitu sebagai ilmu pengetahuan tentang alam. Ilmu yang mempelajari
peristiwa yang terjadi di alam.
Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan ilmu yang
mempelajari tentang alam, yang dapat dipelajari dengan cara pengalaman belajar
secara langsung dan berfikir secara ilmiah. IPA merupakan penemuan dengan faktafakta dan konsep-konsep dengan cara pengamatan secara langsung.
2.1.1.2. Tujuan Mata Pelajaran IPA
Menurut Permendiknas No 22 tahun 2006, ada tujuh tujuan mata pelajaran IPA
(Ilmu Pengetahuan Alam), yaitu:
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat.
4. Mengembangkan

keterampilan

proses

untuk

menyelidiki

alam

sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan
melestarikan lingkungan alam.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
2.1.1.3. Ruang Lingkup IPA
Menurut Permendiknas No 22 tahun 2006 ruang lingkup mata pelajaran IPA
meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan
interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
9

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.
3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan
pesawat sederhana.
4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda
langit lainnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup IPA di SD
adalah mahkluk hidup dan proses kehidupan, benda/materi, energi dan perubahannya,

serta bumi dan alam semesta.
2.1.2. Pembelajaran Kooperatif
2.1.2.1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Menurut Isjoni (2009) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif berasal dari
kata “kooperatif” yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan
saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengelompokkan siswa
untuk

tujuan

menciptakan

pendekatan

pembelajaran

yang

berhasil


yang

mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademik, menurut Nur dalam
Isjoni (2009).
Menurut Agus Suprijono (2009) Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang
lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih
dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.
Pembelajaran kooperatif dirancang bagi tujuan melibatkan pelajar secara aktif
dalam proses pembelajaran menerusi perbincangan dengan rekan-rekan dalam
kelompok kecil, menurut Effandi Zakaria dalam Isjoni, (2009).
Berdasarkan definisi pembelajaran kooperatif menurut para ahli tersebut, maka
yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang
menekankan pembelajaran secara berkelompok, yang dimana setiap individu
mempunyai tanggung jawab masing-masing didalam kelompoknya untuk mencapai

10

tujuan bersama. Di dalam bekerja kelompok siswa harus bisa mengatasi masalah
yang ditemukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

2.1.2.2. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
Menurut Agus Suprijono (2009), langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
sebagai berikut:
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 (enam) fase.
Fase-fase
Fase 1: Present goals and set
Menyampaikan
tujuan
mempersiapkan peserta didik.
Fase 2: Present information.
Menyajikan informasi

Perilaku Guru
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan
dan mempersiapkan peserta didik siap belajar.

Guru menyajikan informasi atau materi
kepada siswa dengan jalan demonstrasi
atau melalui bahan bacaan.
Fase 3: Organize students into learning Memberikan penjelasan kepada peserta

teams
didik tentang tata cara pembentukan tim
Mengorganisir peserta didik ke dalam belajar dan membantu
kelompok
tim-tim belajar.
melalukan transisi yang efisien.
Fase 4: Assist team work and study
Membantu tim-tim belajar selama peserta
Membantu kerja tim dan belajar
didik mengerjakan tugasnya.
Fase 5: Test on the materials
Menguji pengetahuan peserta didik
Mengevaluasi
mengenai berbagai materi pembelajaran
atau
kelompok-kelompok
mempersentasikan hasil kerjanya.
Fase 6: Provide recognition
Mempersiapkan cara untuk mengakui
Memberikan

pengakuan
atau usaha dan prestasi individu maupun
penghargaan.
kelompok.
2.1.2.3. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif
Beberapa ciri-ciri dari pembelajaran kooperatif menurut Isjoni (2009),
yaitu sebagai berikut.
1. Setiap anggota memiliki peran.
2. Terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa.
3. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga temanteman sekelompoknya.

11

4. Guru

membantu

mengembangkan

keterampilan-keterampilan


interpersonal

kelompok.
5. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.
2.1.2.4. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif
Roger dan David dalam Anita Lie (2004) mengatakan bahwa tidak semua kerja
kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal,
ada lima unsur pembelajaran kooperatif, yaitu:
1. Saling Ketergantungan Positif.
Menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas
sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya
sendiri, agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.
2. Tanggung Jawab Perseorangan.
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola
penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran cooperative learning,
setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.
3. Tatap Muka.
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi.
Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk

kelompok yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala
akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja.
4. Komunikasi Antar anggota.
Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai
keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok,
pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak semua siswa
mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara.
5. Evaluasi Proses Kelompok.
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi
proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya bisa
bekerjasama dengan lebih efektif.
12

2.1.2.5. Peran Guru Dalam Pembelajaran Kooperatif
Menurut pendapat Nurhadi dkk. (2004) pembelajaran kooperatif menuntut
guru untuk berperan aktif berbeda dari pembelajaran tradisional. Berbagai peran guru
dalam pembelajaran kooperatif tersebut dikemukakan sebagai berikut ini: (1)
Merumuskan tujuan pembelajaran; (2) Menentukan jumlah anggota dalam kelompok
belajar; (3) Menentukan tempat duduk siswa; (4) Merancang bahan untuk
meningkatkan saling ketergantungan positif; (5) Menentukan peran siswa untuk

menunjang saling ketergantungan positif; (6) Menjelaskan tugas akademik; (7)
Menjelaskan kepada siswa mengenai tujuan dan keharusan bekerja sama; (8)
Menyusun akuntabilitas individual; (9) Menyusun kerja sama antar kelompok; (10)
Menjelaskan kriteria keberhasilan; (11) Menjelaskan perilaku yang diharap; (12)
Memantau perilaku siswa; (13) Memberikan bantuan pada siswa dalam
menyelesaikan tugas; (14) Melakukan intervensi untuk mengajarkan keterampilan
bekerja sama; (15) Menutup pelajaran; (16) Menilai kualitas pekerjaan atau hasil
belajar siswa; (17) Menilai kualitas kerja sama antar anggota kelompok.
2.1.3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (STAD)
2.1.3.1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (STAD)
Model pembelajaran STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kolegakoleganya di Universitas Jhon Hopkin. Kooperatif Tipe Student Teams Achievement
Division (STAD) adalah model pembelajaran yang paling sederhana, merupakan
model yang baik digunakan untuk siswa yang baru mengenal tentang pembelajaran
kooperatif.
Slavin (dalam Nur Asma, 2008) menyatakan bahwa Kooperatif Tipe Student
Teams Achievement Division (STAD) adalah: Pembelajaran dimana siswa di
tempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat atau lima siswa yang
merupakan campuran dari kemampuan akademik yang berbeda, sehingga dalam
setiap kelompok terdapat siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah atau
variasi jenis kelamin, kelompok ras dan etnis atau kelompok sosial lainnya.

13

Rusman (2010) dalam pembelajaran model Student Teams Achievement
Division (STAD), siswa dibagi menjadi beberapa kelompok beranggotakan 4-6 orang
yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu
pelajaran dan siswa-siswa di dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota
kelompok itu bisa menguasai pembelajaran tersebut.
Menurut Kunandar (2009) menyatakan bahwa Kooperatif Tipe Student Teams
Achievement Division (STAD) adalah: Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi
beberapa kelompok, masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap
kelompok mempunyai anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik,
maupun kemampuannya. Tiap anggota kelompok menggunakan lembar kerja
akademik, kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya
jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompok. Tiap kelompok diberi skor atas
penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada kelompok yang meraih prestasi
tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan.
Menurut Iskandar (2009) Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division
(STAD) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan
dalam proses pembelajaran di kelas. Terdapat lima komponen utama yaitu: presentasi
kelas, kerja tim, kuis, memberikan evaluasi dan penghargaan individu. Selain itu
Slavin (dalam Wina, 2008) mengemukakan dua alasan bahwa : model Pembelajaran
STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan bentuk pembelajaran yang
dapat memperbaiki pembelajaran selama ini. Pertama: beberapa penelitian
membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil
belajar dan

prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan

hubungan sosial,menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain,serta
dapat meningkatkan harga diri. Kedua: pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan
kebutuhan siswa dalam belajar,berfikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan
pengetahuan dengan keterampilan.

14

Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) ini adalah model yang
menekankan pada aktivitas dan interaksi siswa untuk saling memotivasi dan
membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai hasil yang maksimal
melalui kerja tim atau kelompok. Mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai suatu tujuan yang diharapkan sebagai pedoman dalam pembelajaran.
2.1.3.2. Manfaat Menggunakan Model Kooperatif Tipe (STAD)
Manfaat dari model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement
Division STAD adalah Model STAD merupakan salah satu model pembelajaran yang
dikembangkan berdasarkan teori psikologi sosial. Dalam teori ini sinergi yang
muncul dalam kerja kooperatif menghasilkan motivasi yang lebih dari pada
individualistik dalam lingkungan kompetitif. Kerja kooperatif meningkatkan perasaan
positif satu dengan lainnya, mengurangi ketersaingan dan kesendirian, membangun
hubungan dan menyediakan pandangan positif terhadap orang lain. Model STAD ini
mempunyai beberapa kelebihan antara lain didasarkan pada prinsip bahwa para siswa
bekerja bersama-sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap belajar temantemannya dalam tim dan juga dirinya sendiri, serta adanya penghargaan kelompok
yang mampu mendorong para siswa untuk kompak, setiap siswa mendapat
kesempatan yang sama untuk menunjang timnya mendapat nilai yang maksimum
sehingga termotivasi untuk belajar.
Model STAD memiliki dua dampak sekaligus pada diri para siswa yaitu
dampak instruksional dan dampak sertaan. Dampak instruksional yaitu penguasaan
konsep dan keterampilan, ketergantungan positif, pemprosesan kelompok, dan
kebersamaan. Dampak sertaan yaitu kepekaan sosial, toleransi atas perbedaan, dan
kesadaran akan perbedaan.
2.1.3.3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Suatu model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kelemahan. Demikian
pula dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD juga mempunyai kelebihan dan
kelemahan.
15

1. Kelebihan STAD
Menurut Ibrahim dkk (2000) adalah sebagai berikut: (a) Dapat memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bekerja dengan siswa lain; (b) Siswa dapat
menguasai pelajaran yang disampaikan; (c) Dalam proses belajar mengajar siswa
saling ketergantungan positif; (d) Setiap siswa dapat saling mengisi satu sama lain.
Menurut Anonim (2010) kelebihan dalam pembelajaran kooperatif tipe Student
Team Achievement Division (STAD) adalah sebagai berikut: (1) Siswa bekerja sama
dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok, sehingga
meningkatkan jiwa sosial masing-masing siswa; (2) Siswa aktif saling membantu dan
memotivasi semangat untuk berhasil bersama; (3) Semua siswa aktif berperan sebagai
tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok, sehingga setiap siswa
mampu mengembangkan pemahaman dan penguasaan materi yang bersifat kognitif,
psikomotoris, maupun afektif; (4) Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan
kemampuan mereka dalam berpendapat.
Menurut Yurisa (2010), kelebihan model pembelajaran STAD adalah sebagai
berikut: (a) Meningkatkan kecakapan individu; (b) Meningkatkan kecakapan
kelompok; (c) Meningkatkan komitmen; (d) Menghilangkan prasangka buruk
terhadap teman sebaya; (e) Tidak bersifat kompetitif; (f) Tidak memiliki rasa
dendam.Sedangkan keuntungan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut
Roestiyah (2001), yaitu: (1) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah; (2) Dapat
memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan
mengenai suatu masalah; (3) Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan
mengajarkan keterampilan berdiskusi; (4) Dapat memungkinkan guru untuk lebih
memperhatikan siswa sebagai individu dan kebutuhan belajarnya; (5) Para siswa
lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif dalam diskusi;
(6) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa
menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain.

16

2. Kekurangan STAD
Model pembelajaran STAD, disamping memiliki kelebihan atau keunggulan
juga memiliki kekurangan atau kelemahan. Menurut Dess (1991) mengemukakan 4
kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut: (a)
Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan
pembelajaran kooperatif; (b) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru
sehingga pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif; (c)
Membutuhkan waktu yang lama untuk murid sehingga sulit mencapai target
kurikulum; (d) Menuntut sifat tertentu dari murid, misalnya sifat suka bekerja sama.
2.1.3.4. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD)
terdiri lima komponen utama, yaitu menyampaikan tujuan belajar, menyajikan
informasi, mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar,
Membimbing kelompok bekerja dan belajar, evaluasi/kuis, dan penghargaan
kelompok. Menurut Ibrahim, (2000) Keenam langkah ini jika dilaksanakan maka
akan terdapat siklus yang tetap dalam kegiatan pembelajaran kooperatif tipe Student
Team Achievement Division (STAD) yaitu:
a. Menyampaikan tujuan belajar dan memotivasi siswa.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran
tersebut dan memotivasi siswa belajar.
b. Menyajikan informasi.
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan cara demonstrasi atau melalui
bahan bacaan.
c. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok-kelompok
belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
d. Membimbing kelompok bekerja dan belajar.
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan
tugas mereka.
17

e. Kuis/Evaluasi.
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau tiap-tiap
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
f. Memberikan penghargaan.
Guru menentukan cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar
individu maupun kelompok.
Menurut Nurasman (2006), menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran
kooperatif tipe STAD terdiri dari enam tahap:
1. Persiapan materi dan penerapan siswa dalam kelompok.
Sebelum menyajikan guru harus mempersiapkan lembar kegiatan dan lembar
jawaban yang akan dipelajari siswa dalam kelompok-kelompok kooperatif.
Kemudian menetapkan siswa dalam kelompok heterogen dengan jumlah maksimal
4-6 orang, aturan heterogenitas dapat berdasarkan pada: (a) Kemampuan akademik
(pandai, sedang dan rendah) yang didapat dari hasil akademik (skor awal)
sebelumnya. Perlu diingat pembagian itu harus diseimbangkan sehingga setiap
kelompok terdiri dari siswa dengan siswa tingkat prestasi seimbang, (b) Jenis
kelamin, latar belakang sosial, kesenangan bawaan/sifat (pendiam dan aktif), dll.
2. Penyajian materi pelajaran ditekankan pada hal berikut:
(a) Pendahuluan, (b) Pengembangan, (c) Praktek terkendali
3. Kegiatan kelompok.
Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok sebagian bahan yang akan
dipelajari siswa. Isi dari LKS selain materi pelajaran juga digunakan untuk melatih
kooperatif.
4. Evaluasi.
Dilakukan selama 45-60 menit secara mandiri untuk menunjukkan apa yang telah
siswa pelajari selama bekerja dalam kelompok.

18

5. Penghargaan individu dan kelompok.
Dari hasil penilaian perkembangan maka penghargaan pada prestasi kelompok
diberikan

dalam

ketingkatan

penghargaan

atau

persyaratan

pemberian

penghargaan.
6. Perhitungan ulang skor awal dan pengubahan kelompok.
Satu periode penilaian (3-4 minggu) dilakukan perhitungan ulang skor evaluasi
sebagai skor awal siswa yang baru. Kemudian dilakukan perubahan kelompok
agar siswa dapat bekerja dengan teman yang lain.
Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan langkah-langkah STAD yaitu
sebagai berikut:
1. Menyampaikan tujuan belajar.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran sesuai dengan materi yang akan
dibahas.
2. Menyajikan informasi.
Guru

menyajikan

informasi

atau

materi

kepada

siswa

dengan

cara

mendemonstrasikan atau melalui bacaan yang dibahas.
3. Mengorganisir peserta didik kedalam kelompok-kelompok belajar.
Guru membentuk siswa kedalam kelompok yang beranggota 4-5 secara heterogen
(campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan lain-lain).
4. Kuis (Quizzes).
Untuk mengetahui tingkat pemahaman materi tersebut, siswa diberi kuis. Kuis
adalah tes yang dikerjakan siswa dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa saat belajar kelompok.
5. Evaluasi.
Menguji pengetahuan siswa mengenai materi pembelajaran yang

telah

disampaikan.
6. Penghargaan kelompok.
Penghargaan kelompok adalah pemberian predikat kepada masing-masing anggota
kelompok. Penghargaan dibagi manjadi tiga golongan, yaitu penghargaan dengan
19

sebutan tim yang baik, tim yang baik sekali, dan tim yang istimewa. Predikat ini
diperoleh dengan melihat skor kemajuan kelompok. Skor kemajuan kelompok
diperoleh dengan mengumpulkan skor kemajuan masing-masing kelompok
sehingga diperoleh skor rata-rata kelompok.
2.1.3.5. Standar Sintaks Proses
Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.

Kegiatan Awal
a. Salam dan berdoa.
b. Absensi.
c. Memeriksa kesiapan siswa.
Apersepsi : Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari.
d. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

2.

Kegiatan Inti
a. Eksplorasi
1. Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari.
2. Siswa

mendengarkan

penjelasan

guru

mengenai

materi

yang

disampaikan.
3. Siswa dibimbing guru untuk menyebutkan contoh-contoh yang berkaitan
dengan materi.
4. Siswa melihat video yang ditayangkan oleh guru.
b. Elaborasi
1. Guru membagi siswa ke dalam kelompok.
2. Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran menggunakan STAD.
3. Siswa diberikan LKS pada masing-masing kelompok.
4. Setiap kelompok menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.
5. Guru membimbing siswa apabila ada hal yang tidak dipahami siswa
mengenai materi selama kegiatan diskusi berlangsung.
6. Masing-masing kelompok mempersentasikan hasil diskusi di depan
kelas.
20

c. Konfirmasi
1. Dengan bimbingan guru, siswa menyimpulkan hasil kerja kelompok.
2. Guru memberikan penegasan tentang hasil yang dicapai masing masing
kelompok.
3. Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman
dengan memberikan penguatan.
4. Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.
5. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
3.

Kegiatan Akhir
a. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.
b. Guru memberikan kuis/memberikan pertanyaan kepada siswa, dan siswa
tidak boleh saling memberitahu satu sama lain.
c. Guru memberikan skor atau penilaian kepada setiap individu.
d. Guru memberikan penghargaan berupa bintang kepada kelompok yang
mencapai skor tertinggi.
e. Salam penutup.

2.1.4. Media Pembelajaran
2.1.4.1. Pengertian Media
Menurut Wina Sanjaya (2010) secara umum media merupakan kata jamak
dari medium, yang berarti perantara atau pengantar. Kata media berlaku untuk berbagai
kegiatan atau usaha, seperti media dalam penyampaian pesan, media pengantar magnet
atau panas dalam bidang teknik. Istilah media juga digunakan dalam bidang pengajaran
atau pendidikan sehingga istilahnya menjadi media pendidikan atau media
pembelajaran.
Arsyad (2002) mengemukakan bahwa media berasal dari bahasa latin medius
yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara”, atau “pengantar”. Dalam bahasa
arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim atau penerima pesan.
Sedangkan menurut Andreas (2002) menyatakan bahwa media diartikan sebagai segala
sesuatu yang dimanfaatkan untuk proses komunikasi dengan siswa agar siswa belajar.
21

Komunikasi dan siswa yang belajar (learners) merupakan dua aspek yang pokok.
Segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk mendorong proses-proses belajar dapat
dikategorikan sebagai media.
Menurut Miarso (2004) Berpendapat bahwa media pembelajaran adalah segala
sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya
proses belajar.
Dapat disimpulkan bahwa media adalah alat bantu untuk menyampaikan
pesan yang dapat digunakan saat proses pembelajaran di sekolah. Media itu sendiri
dapat berupa penyampaian materi yang dapat disampaikan untuk perantara dengan
siswa. Media digunakan untuk mempermudah pembelajaran berlangsung. Media dapat
digunakan untuk menyalurkan perasaan, pikiran dan perhatian anak sehingga anak
dapat mengikuti proses belajar dan mengajar di sekolah.
2.1.4.2. Jenis Media Pembelajaran
Menurut Hamdani (2011) media pembelajaran dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu media visual, media audio, dan media audiovisual. Media visual adalah media
yang hanya bisa dilihat dengan menggunakan indra penglihatan. Media visual terdiri
atas media yang tidak dapat diproyeksikan dan media yang dapat diproyeksikan. Media
yang diproyeksikan bisa berupa gambar diam atau bergerak. Adapun media yang tidak
dapat diproyeksikan adalah gambar yang disajikan secara fotografik, misalnya gambar
manusia, binatang, tempat atau objek lain yang ada kaitannya dengan bahan atau isi
pelajaran, yang akan disampaikan kepada siswa. Media yang diproyeksikan adalah
media yang menggunakan alat proyeksi sehingga gambar atau tulisan tampak pada
layar. Sedangkan menurut Herry (2007) menyatakan ada tiga jenis media pembelajaran
yang dapat dikembangkan dan digunakan dalam kegiatan pembelajaran oleh guru di
sekolah, yaitu: (1) Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan
menggunakan indra penglihatan terdiri atas media yang dapat diproyeksikan (projekted
visual) dan media yang tidak dapat diproyeksikan (nonprojekted visual), (2) Media
audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif yang dapat
22

merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan para siswa untuk
mempelajari bahan ajar dan jenisnya, (3) Media audiovisual merupakan kombinasi dari
media audio dan media audio visual atau media pandang dengar.
Dapat disimpulkan dari pendapat para ahli jenis media pembelajaran adalah
menggunakan suara, gambar dan gerak yang dapat saling berkaitan satu dengan yang
lainnya. Dengan menggunakan penglihatan dan pendengaran untuk menggunakan
media pembelajaran tersebut.
2.1.4.3. Karakteristik Media Audiovisual
Teknologi audiovisual cara untuk menghasilkan atau menyampaikan materi
yaitu dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan
pesan-pesan audio dan visual. Pengajaran melalui audiovisual jelas bercirikan
pemakaian perangkat keras selama proses belajar, seperti mesin proyektor flim, tape
recorder, dan proyektor visual yang lebar. Pembelajaran melalui audiovisual adalah
produksi dan penggunaan materi yang penerapannya melalui pandangan dan
pendengaran serta tidak seluruhnya tergantung kepada pemahaman kata atau simbolsimbol yang serupa, Menurut Arsyad (2002). Karakteristik atau ciri-ciri utama
teknologi media audiovisual adalah sebagai berikut: (1) Mereka biasanya bersifat
linier; (2) Mereka biasanya menyajikan visual yang dinamis; (3) Mereka digunakan
dengan cara yang telah diterapkan sebelumnya oleh perancang/pembuatnya; (4)
Mereka merupakan representasi fisik dari gagasan real atau gagasan abstrak; (5)
Mereka dikembangkan menurut prinsip psikologis bahaviorisme dan kognitif; (6)
Umumnya mereka berorientasi kepada guru dengan tingkat pelibatan interaktif murid
yang rendah.
Dapat disimpulkan dari uraian di atas yaitu ciri dari audiovisual adalah murid
terlibat interaktif dalam pembelajaran dan dapat membangun psikologis murid. Cara
penyajiannya dengan cara menggunakan suara dan gambar.

23

2.1.4.4. Karakteristik Video
Karakteristik video banyak kemiripannya dengan media flim, diantaranya
adalah: (1) Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu; (2) Video dapat diulang bila
perlu untuk menambah kejelasan; (3) Pesan yang disampaikannya cepat dan mudah
diingat; (4) Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa; (5) Mengembangkan
imajinasi pesan peserta didik; (6) Mempelajari hal-hal yang abstrak dan memberikan
gambaran yang lebih realistik; (7) Sangat kuat mempengaruhi emosi seseorang; (8)
Sangat baik menjelaskan suatu proses dan keterampilan, maupun menunjukkan
rangsangan yang sesuai dengan tujuan dan respon yang diharapkan dari siswa; (9)
Semua peserta didik dapat belajar dari video, baik yang pandai maupun yang kurang
pandai; (10) Menumbuhkan minat dan motivasi belajar; (11) Dengan video
penampilan siswa dapat segera dilihat kembali untuk dievaluasi.
2.1.4.5. Manfaat Video
Menurut Daryanto (1993) mengungkapkan beberapa manfaat dari video,
antara lain: (a) Video dapat merekam peristiwa yang terjadi secara cepat dan praktis
dan dapat menampilkan tayangan atau hasil pengambilan flim secara cepat pula tanpa
proses lebih lanjut, (b) Video dapat memperbesar atau memperkecil ukuran dan
waktu dari suatu proses, (c) Video dapat diputar ulang, (d) Kaset flim sangat
berukuran praktis, (e) Video dapat diambil ditelevisi yang besar maupun kecil, (f)
Kaset video dapat digerakkan dengan putaran lambat dan cepat.
Dapat disimpulkan dari uraian di atas yaitu video adalah pesawat yang dapat
menampilkan gambar-gambar serta adanya suara. Video dapat digunakan dengan cara
memperbesar/memperkecil gambar sesuai dengan yang kita inginkan. Dalam video
dapat dengan praktis digunakan dalam bentuk kaset flim.
2.1.5. Belajar
2.1.5.1. Pengertian Belajar
Menurut Siddiq (2008) belajar merupakan suatu aktivitas yang disengaja
dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar siswa

24

yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu
itu, atau siswa yang tadinya tidak terampil menjadi terampil.
Menurut Susilo (2009) mengatakan bahwa belajar adalah modifikasi atau
memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Dalam pengertian ini, belajar adalah
merupakan proses, satu kegiatan dan buku suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan
hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu yakni mengalami. Hasil belajar
bukan penguasaan dan latihan, melainkan perubahan perilaku.
Menurut Clifford T. Morgan dalam Kurnia (2007) merumuskan belajar sebagai
perubahan tingkah laku karena pengalaman, sehingga memungkinkan seseorang
menghadapi situasi selanjutnya dengan cara yang berbeda-beda. Sementara Winkel
dalam Kurnia (2007) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses kegiatan mental
pada diri seseorang yang berlangsung dalam interaksi aktif individu dengan
lingkungannya, sehingga menghasilkan perubahan yang relatif menetap atau bertahan
dalam kemampuan ranah kognitif, afektif, psikomotorik.
Sedangkan menurut Suprihatiningrum (2013) berpendapat bahwa belajar pada
dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku berikut adanya pengalaman.
Pembentukan tingkah laku ini meliputi perubahan keterampilan, kebiasaan, sikap,
pengetahuan, dan pemahaman. Oleh sebab itu, belajar disarankan pada tujuan, proses
berbuat melalui berbagai pengalaman.
Dapat disimpulkan peneliti bahwa belajar adalah mencari pengetahuan dengan
pengalaman langsung, baik yang disengaja maupun tanpa disengaja oleh diri sendiri.
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku melalui pengalaman-pengalaman
yang diperoleh melalui lingkungan di sekitarnya.
2.1.6. Hasil Belajar
2.1.6.1. Pengertian Hasil belajar
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai, pengertian, sikap, apresiasi dan
keterampilan. Menurut Gagne, (Agus Suprijono), hasil belajar berupa:
1. Informasi verbal yaitu kapibilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk
bahasa, baik lisan maupun tertulis.
25

2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempersentasikan konsep dan
lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengembangkan
prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan melakukan aktivitas
kognitif bersifat khas.
3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah
dalam memecahkan masalah.
4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani
dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian
terhadap objek tersebut.
Menurut Bloom dalam Agus Suprijono (2009), hasil belajar mencakup
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain kognitif adalah
knowledge (pengatahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan,
meringkas,
menentukan

contoh),

application

hubungan),

(menerapkan),

synthesis

analysis

(mengorganisasikan,

(menguraikan,
merencanakan,

membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai).
Sedangkan menurut Rusman (2012) hasil belajar adalah sejumlah pengalaman
yang diperoleh siswa mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Belajar
tidak hanya penguasaan konsep teori mata pelajaran saja, tapi juga penguasaan
kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat-bakat, penyesuaian sosial, macam-macam
keterampilan, cita-cita, keinginan dan harapan.
Hamalik (2006) berpendapat bahwa hasil belajar adalah apabila seseorang telah
belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak
tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan yang diperoleh siswa dari kegiatan belajar. Belajar merupakan
perubahan tingkah laku dari yang belum paham menjadi paham melalui keterampilan

26

dan kecerdasan yang dimiliki siswa. Perubahan tingkah laku siswa yaitu dengan
mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.
2.1.6.2. Tipe Kegiatan Belajar
Johon Travers dalam Agus Suprijono (2009) menggolongkan kegiatan belajar
menjadi belajar gerakan, belajar pengetahuan dan belajar memecahkan masalah.
Secara ekletis, kategori kegiatan belajar yang bermacam-macam tersebut dapat
dirangkum menjadi tipe kegiatan belajar:
1. Keterampilan
Kegiatan belajar keterampilan berfokus pada pengalaman belajar melalui
gerak yang dilakukan peserta didik. Kegiatan belajar ini merupakan panduan gerak
stimulus dan respon yang tergabung dalam situasi belajar.
2. Pengetahuan
Kegiatan belajar pengetahuan merupakan dasar bagi semua kegiatan belajar.
Kegiatan belajar pengetahuan termasuk ranah kognitif. Ranah ini mencakup
pemahaman terhadap suatu pengetahuan, perkembangan kemampuan, dan
keterampilan berfikir.
3. Informasi
Kegiatan belajar informasi adalah kegiatan peserta didik memahami simbol,
seperti kata istilah, pengertian, dan peraturan. Kegiatan belajar informasi
wujudnya berupa hafalan. Peserta didik mengenali, mengulang dan mengingat
fakta atau pengetahuan yang dipelajari.
4. Konsep
Kegiatan belajar konsep adalah belajar mengembangkan inferensi logika atau
membuat generalisasi dari fakta ke konsep. Konsep atau kata kunci adalah variabel
yang mempunyai variasi nilai. Dengan belajar konsep, peserta didik dapat
memahami dan membedakan benda, peristiwa atau kejadian yang ada dalam
lingkungan sekitar.

27

5. Sikap
Kegiatan belajar sikap atau yang dikenal dengan kegiatan belajar afektif.
Sikap diartikan sebagi pola tindakan peserta didik dalam merespon stimulus
tertentu. Sikap berhubungan dengan minat, nilai, penghargaan, pendapat dan
prasangka. Dalam kegiatan belajar sikap, upaya guru adalah membantu peserta
didik memiliki dan mengembangkan perubahan sikap.
6. Pemecahan masalah
Kegiatan belajar memecahkan masalah merupakan kegiatan belajar dalam
usaha mengembangkan kemampuan berfikir. Berfikir adalah aktivitas kognitif
tingkat tinggi. Berfikir melibatkan asimilasi dan akomodasi berbagai pengetahuan
dan struktur kognitif atau skema kognitif yang dimiliki peserta didik untuk
memecahkan masalah persoalan. Dalam kegiatan belajar memecahkan masalah
peserta didik terlibat dalam berbagai tugas, penentuan tujuan yang ingin dicapai
dan kegiatan untuk melaksanakan tugas.
2.1.7. Hubungan Antara Model Kooperatif Tipe (STAD) Berbantuan
Audiovisual
Model kooperatif tipe STAD merupakan salah satu metode atau pendekatan
dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik digunakan untuk guru yang
batu mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas. Kooperatif tipe STAD
juga merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang efektif. Model
dikembangkan oleh Robert Slavin merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif
yang paling sederhana. Guru menggunakan pendekatan kooperatif tipe STAD juga
mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru
kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Sedangkan
menurut Wina Sanjaya (2010) secara umum media merupakan kata jamak dari
medium yang berarti perantara atau pengantar. Kata media berlaku untuk berbagai
kegiatan atau usaha, seperti media dalam penyampaikan pesan, media pengantar
magnet atau panas dalam bidang teknik. Istilah media juga digunakan dalam bidang

28

pengajaran atau pendidikan sehingga istilahnya menjadi media pendidikan atau media
pembelajaran.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya hasil belajar
dalam pembelajaran model penemuan model kooperatif tipe STAD tersebut maka
hasil belajar siswa akan menjadi optimal dan akan berhasil pula pelajaran itu. Dengan
adanya hasil belajar yang tinggi maka intensitas usaha belajar siswa akan
berpengaruh tinggi pula. Jadi penggunaan media pembelajaran audiovisual akan
senantiasa menentukan intensitas hasil belajar siswa. Hasil ini akan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
2.2. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan
A. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praminah (2012) yang berjudul: Upaya
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif
(Cooperative Learning) Tipe STAD tentang Pemeliharan Panca Indra Bagi Siswa
Kelas IV SD Kepohkencono 01 Semester I Tahun 2011/2012. Penelitian ini
didesain dalam dua siklus. Prosedur dalam setiap siklus mencakup tahap-tahap:
perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Keefektifan
tindakan pada setiap siklus diukur dari hasil observasi dan tes. Data hasil observasi
dideskripsikan, diinterprestasikan, kemudian direfleksi untuk menentukan tindakan
perbaikan pada siklus berikutnya. Sementara itu data hasil tes dianalisis dengan
cara mendeskripsikan nilai tes antar siklus hingga hasilnya dapat mencapai batas
tuntas sesuai dengan indikator kinerja, yaitu minimal 80% siswa dapat mengikuti
pembelajaran dengan baik dan memperoleh nilai ≥ 75. Penelitian tindakan kelas
yang dilakukan sebanyak dua siklus diperoleh hasil bahwa rerata hasil observasi
terhadap aktivitas siswa pada siklus I sebesar 76 % pada siklus II meningkat
menjadi sebesar 91%. Rerata hasil ulangan siswa pada kondisi awal 54 tingkat
ketuntasan klasikal 32%. Pada siklus I nilai rerata 73 tingkat ketuntasan klasikal
63%. Pada siklus II, nilai rerata 81, tingkat ketuntasan klasikal 89%. Berdasarkan
tindakan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa melalui penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, guru dapat meningkatkan keaktifan dan hasil
29

belajar siswa di kelas IV SD Negeri Kepohkencono 01 Kecamatan Pucakwangi
Kabupaten Pati semester I tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian ini diharapkan
dapat dimanfaatkan sebagai masukan atau bahan pertimbangan guru khususnya
pada mata pelajaran IPA bahwa pembelajaran model pembelajaran kooperatif Tipe
STAD perlu dikembangkan dan diterapkan, karena pembelajaran tersebut dapat
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran.
B. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Seno (2012) berjudul: Upaya Meningkatkan
Prestasi Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran STAD (Student Team
Achievement Divisions) Bagi Siswa Kelas IV SD Kertomulyo 02 Kecamatan
Trangkil Kabupaten Pati pada Semester I Tahun Pelajaran 2011/2012. penelitian
ini adalah untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran STAD dapat
meningkatkan prestasi hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Kertomulyo 02
Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2011/2012. Jenis penelitian
ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Model PTK yang digunakan adalah
model PTK dari Kurt Lewin yang mencakup empat kegiatan utama yang ada pada
setiap siklus adalah: (1) menyusun rencana tindakan (planning), (2) pelaksanaan
tindakan (acting), (3) Pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting). PTK
ini menggunakan 2 siklus. Subyek yang diteliti adalah siswa kelas IV SD
Kertomulyo 02 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati sebanyak 37 siswa Teknik
pengumpulan data dengan teknik tes dan teknik observasi. Adapun instrumen
penelitiannya dengan menggunakan butir-butir soal dan lembar observasi. Teknik
analisis yang digunakan adalah deskriptif komparatif yang meliputi jumlah, mean,
skor minimal-maksimal, persentase, dan grafik/diagram. Hasil analisis data
penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar IPA dengan
menggunakan model pembelajaran STAD. Hal ini terlihat pada rata-rata kelas
pada kondisi awal (pra siklus) 47,60, pada siklus I naik menjadi 66,40. Ini berarti
terjadi peningkatan sebesar 18,80 atau 39,49%. Sedangkan rata-rata kelas pada
siklus II naik menjadi 73,20. Ini juga terjadi peningkatan 6,80 atau 10,24%. Begitu
juga pada ketuntasan belajar, pada kondisi awal 20%, pada siklus I 60%, pada
30

siklus II 80%. Skor minimal pada kondisi awal 30, pada siklus I naik menjadi 40,
dan pada siklus II juga naik menjadi 50. Sedangkan skor maksimal pada kondisi
awal 80, pada siklus I naik menjadi 90, dan pada siklus II naik menjadi 100.
Berdasarkan dari hasil penelitian ini disarankan bahwa model pembelajaran
STAD perlu disosialisasikan kepada guru dan diterapkannya dalam pembelajaran
IPA terutama untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini lanjut perlu
dilakukan sebagai pengembangan diri sendiri sehingga dapat mengembangkan
penelitian dalam ruang lingkup yang lebih luas.
2.3. Kerangka Pikir
Dari hasil penelitian kajian teori dan hasil belajar dapat dibuat kerangka pikir
yang ditujukan untuk mengarahkan jalannya penelitian yaitu dengan kondisi awal
siswa merasa jenuh dengan pembelajaran IPA kelas 5 tentang hasil belajar siswa
masih kurang. Melihat kenyataan tersebut guru akan memberikan tindakan dengan
melakukan pembelajaran model Kooperatif Tipe Student Teams Achievement
Divisions (STAD) yang menerapkan model-model pembelajaran yang aktif, kreatif,
efektip, inovatif, efektif dan menyenangkan. Sehingga pada akhirnya hasil belajar
diharapkan dapat meningkat. Dalam bentuk skema, kerangka pikir sebagai berikut:

Kondisi
awal

Pembelajaran
konvensional ciricirinya:
 Ceramah
 Penghafalan
 Teache Centered

Hasil
Belajar
Rendah

Hasil Belajar Lebih Meningkat

Pemantapan
Penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dengan Hasil Belajar
 Aktivitas siswa
 Menyajikan
 Belajar kelompok
 Kuis
 Penghargaan kelompok
31

Siswa

Penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD berbantuan
media hasil belajar ciri-cirinya:
 Bekerja sama dengan siswa
 Memberi motivasi pada saat
pelajaran
 Siswa menjadi aktif.

Hasil Belajar Meningkat

2.4. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pikir, hipotesis tindakan ini dirumuskan sebagai berikut.
Model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD)
dengan berbantuan Audiovisual dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa
kelas 5 SD Negeri Duren 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester II
tahun pelajaran 2013-2014.

32

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45