MANAJEMEN SISTEM EVALUASI PENDIDIKAN

BAB. I

MANAJEMEN SISTEM
EVALUASI PENDIDIKAN

Pendahuluan

E

valuasi merupakan subsistem yang sangat penting dan sangat
di butuhkan dalam setiap sistem pendidikan, karena evaluasi
dapat mencerminkan seberapa jauh perkembangan atau kemajuan
hasil pendidikan. Dengan evaluasi, maka maju dan mundurnya
kualitas pendidikan dapat diketahui, dan dengan evaluasi pula, kita
dapat mengetahui titik kelemahan serta mudah mencari jalan keluar
untuk berubah menjadi lebih baik ke depan.
Tanpa evaluasi, kita tidak bisa mengetahui seberapa jauh
keberhasilan siswa, dan tanpa evaluasi pula kita tidak akan ada
perubahan menjadi lebih baik,maka dari itu Jadi secara umum evaluasi
adalah suatu proses sistemik umtuk mengetahui tingkat keberhasilan
suatu program.

Evaluasi pendidikan dan pengajaran adalah proses kegiatan untuk
mendapatkan informasi data mengenai hasil belajar mengajar yang
dialami siswa dan mengolah atau menafsirkannya menjadi nilai
berupa data kualitatif atau kuantitatif sesuai dengan standar tertentu.
Hasilnya diperlukan untuk membuat berbagai putusan dalam bidang
pendidikan dan pengajaran.
Fungsi Evaluasi Pendidikan . Sangat diperlukan dalam pendidikan
antara lain memberi informasi yang dipakai sebagai dasar untuk :
Tugas Mata Kuliah Manajemen Kebijakan Pendidikan

1

1) Membuat kebijaksanaan dan keputusan.
2) Menilai hasil yang dicapai para pelajar.
3) Menilai kurikulum.
4) Memberi kepercayaan kepada sekolah.
5) Memonitor dana yang telah diberikan .
6) Memperbaiki materi dan program pendidikan

Hasil evaluasi yang didapat sampai sekarang tentang dunia

pendidikan Nasional kita cukup memperihatinkan, tidak hanya dalam
segi kualitas tapi juga kegagalan dalam membentuk karakter building
generasi muda bangsa
Pendidikan menjadi tanggung jawab semua pihak, dimana tujuan
pendidikan adalah memanusiakan manusia. membentuk SDM yang
berkualitas. Namun sayang kebijakan pendidikan yang ada sampai
sekarang masih jauh dari harapan, karena kebijakan pendidikan seperti
kata pakar pendidikan dari Universitas Nasional Jakarta yaitu HAR
Tilaar kebijakan pendidikan di Indonesia sesuai dengan pameo ganti
menteri ganti kebijakan.
Mengingat terlalu luasnya cakupan dalam evaluasi pendidikan maka
penulis akan membatasi hanya pada evaluasi hasil belajar siswa
dikarenakan masalah ini sangat sesuai dengan tugas penulis sebagai
guru.

Bab.
MANAJEMEN SISTEM
EVALUASI PENDIDIKAN
Tugas Mata Kuliah Manajemen Kebijakan Pendidikan


II

2

ANALISIS KESENJANGAN DALAM
EVALUASI PENDIDIKAN
A. Keadaan Ideal
Seperti yang telah dikemukakan oleh Dr. Muchtar Buchori tujuan dan
fungsi evaluasi adalah :
1. untuk mengetahui kemajuan peserta didik setelah ia
mengalami pendidikan selama jangka waktu tertentu
2. untuk mengetahui tingkat efisiensi metode-metode
pendidikan yang dipergunakan pendidik selam jangka
waktu tertentu tadi.
Maka untuk memperoleh hasil evaluasi yang sebaik-baiknya, para
evaluator dalam hal ini para guru dituntut untuk memiliki hal hal
sebagai berikut :
1. Mampu melaksanakan, persyaratan pertama yang harus dipenuhi
oleh evaluator adalah bahwa mereka harus memiliki kemampuan
untuk melaksanakan evaluasi yang didukung oleh teori dan

keterampilan praktik.
2. Cermat, dapat melihat celah-celah dan detail dari program serta
bagian program yang akan dievaluasi.
3. Objektif, tidak mudah dipengaruhi oleh keinginan pribadi, atau juga
keinginan/tekanan dari pihak lain agar dapat mengumpulkan data
sesuai dengan keadaannya, selanjutnya dapat mengambil
kesimpulan sebagaimana diatur oleh ketentuan yang harus diikuti.
4. Sabar dan tekun, agar di dalam melaksanakan tugas dimulai dari
membuat rancangan kegiatan dalam bentuk menyusun proposal,
Tugas Mata Kuliah Manajemen Kebijakan Pendidikan

3

menyusun instrumen, mengumpulkan data dan menyusun laporan,
tidak gegabah dan tergesa-gesa.
5. Hati-hati dan bertanggung jawab, yaitu melakukan pekerjaan
evaluasi dengan penuh pertimbangan, namun apabila masih ada
kekeliruan yang diperbuat, berani menanggung resiko atas segala
kesalahannya.
B. Keadaan Nyata

Setiap jenis atau bentuk pendidikan pada waktu-waktu tertentu
selama satu periode pendidikan, selalu mengadakan evaluasi. Artinya
pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan, selalu
mengadakan penilaian terhadap hasil yang telah dicapai, baik oleh
pihak terdidik maupun oleh pendidik.
Demikian pula dalam satu kali proses pembelajaran, guru
hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan
itu tercapai atau belum, dan apakah materi pelajaran yang diajarkan
sudah tepat. Semua pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui
kegiatan evaluasi atau penilaian.
Dengan menelaah pencapaian tujuan pengajaran, guru dapat
mengetahui apakah proses belajar yang dilakukan cukup efektif
memberikan hasil yang baik dan memuaskan atau sebaliknya. Jadi
jelaslah bahwa guru hendaknya mampu dan terampil melaksanakan
evaluasi, karena dengan evaluasi guru dapat mengetahui prestasi yang
dicapai oleh siswa setelah ia melaksanakan proses belajar.
Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar siswa, guru
hendaknya terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai
oleh siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui

evaluasi ini merupakan umpan balik (feed back) terhadap proses
Tugas Mata Kuliah Manajemen Kebijakan Pendidikan

4

belajar mengajar. Umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk
memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya.
Dengan demikian proses belajar mengajar akan terus dapat
ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal.
Tetapi kebanyakan guru merasa enggan melaksanakan evaluasi di
akhir pelajaran, karena keterbatasan waktu, dan juga mungkin belum
mengetahui teknik-teknik evaluasi yang baik Mereka beranggapan
lebih baik menjelaskan semua materi pelajaran sampai tuntas untuk
satu kali pertemuan, dan pada pertemuan berikutnya di awal pelajaran
siswa diberi tugas atau soal-soal yang berhubungan dengan materi
tersebut. Contoh lain ada juga guru yang berpendapat, bahwa
penilaian tidak mutlak dengan tes tertulis. bisa juga dengan tes lisan
atau tanya jawab. Kegiatan dirasakan lebih praktis bagi guru, karena
guru tidak usah bersusah payah mengoreksi hasil evaluasi anak.
Cara mana yang akan digunakan oleh guru untuk evaluasi tidak

usah dipermasalahkan, yang jelas setiap guru yang paham dengan
tujuan dan manfaat dari evaluasi atau penialaian tersebut.
Karena ada juga guru yang tidak menghiraukan tentang kegiatan
ini, yang penting ia masuk kelas, mengajar, mau ia laksanakan
evaluasi di akhir pelajaran atau tidak itu urusannya. Yang jelas pada
akhir semester ia telah mencapai target kurikulum.
Akhir-akhir ini kalau kita teliti di lapangan, banyak guru yang
mengalami kegagalan dalam melaksanakan evaluasi. Hal ini tentu ada
faktor penyebabnya dan apakah cara untuk mengatasinya. Untuk itu
kalau kita analisis maka akan kita temukan kekuatan, kelemahan,
peluang dan tantangan dalam melaksanakan evaluasi belajar seperti
yang digambarkan dalam analisis SWOT berikut ini.
PELUANG/OPPORTUNI
TY

ANCAMAN/THRE
AT

Tugas Mata Kuliah Manajemen Kebijakan Pendidikan


5

1. Peningkatan prestasi
sekolah
2. Kepercayaan publik
yang besar terhadap
sekolah
3. Bantuan dana yang
melimpah

1. Akuntabilitas
sekolah rendah
2. Sulit
mengadakan
kerjasama dengan
pihak lain
3. Bantuan dana
semakin kurang

KEKUATAN/STRENGT

H
1. Banyak guru lulusan
S.1
2. Jumlah siswa yang
banyak
3. Sarana/media belajar
memadai

STRATEGI SO
1. Para guru
meningkatkan
kemampuan evaluasi.
2. Optimalisasi
sarana/media evalusasi.
3. Meningkatkan hasil
belajar agar dana
bantuan bisa masuk lebih
banyak

KELEMAHAN/WEAKN

ESS
1. Kurang menguasai
teknik evaluasi yang
benar
2. Dukungan orang tua
siswa kurang memadai
3. Dana kurang
mencukupi

STRATEGI WO
1. Mengadakan pelatihan
mengenai teknik-teknik
evaluasi
2. Mengoptimalkan
kerjasama dengan orang
tua siswa dan pihak lain
3. Meminta bantuan
pemerintah untuk
memberi dana lebih
besar


STRATEGI ST
1. Memotivasi
para guru untuk
selalu
meningkatkan
prestasi belajar
siswa.
2. Memanfaatkan
jumlah siswa untuk
mengadakan
kerjasama dengan
pihak lain.
3.
STRATEGI WT
1. Semua guru
mengikuti
pelatihan
2. Mengoptimalkan
keterlibatan orang
tua siswa dalam
mendukung
prestasi belajar
siswa.
3. Mengadakan

Tugas Mata Kuliah Manajemen Kebijakan Pendidikan

6

kerjasama dengan
pihak lain yang
dapat member
bantuan dana

MANAJEMEN SISTEM
EVALUASI PENDIDIKAN

Bab. III

TINJAUAN KEBIJAKAN EVALUASI PENDIDIKAN

1.Evaluasi Pendidikan di Tingkat Makro

Tugas Mata Kuliah Manajemen Kebijakan Pendidikan

7

Salah satu kebijakan evaluasi pendidikan yang bersifat makro
adalah dengan digulirkannya Ujian Nasional (UN). Ujian Nasional ini
digulirkan dengan maksud untuk mengevaluasi hasil akhir belajar
siswa dalam satu jenjang pendidikan tertentu dan sekaligus Ujian
Nasional ini menjadi faktor evaluasi pendidikan yang menentukan
apakah siswa lulus atau tidak lulus. Hal inilah yang menjadi biang
perdebatan di masyarakat dan juga para ahli pendidikan di negara kita
karena UN ini dianggap membawa kontoversi dan ketidakadilan bagi
para siswa. Seluruh hasil belajar siswa harus ditentukan kelulusannya
hanya dengan ujian selama 4 hari dan empat pelajaran. Padahal kalau
kita perhatikanDalam UU No 20/2003 terdapat dua ketentuan relevan:
Pasal 58 Ayat (1) mengatakan :
"evaluasi belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik", dan Pasal
61 Ayat (2) yang mengatakan bahwa "ijazah diberikan kepada peserta
didik sebagai pengakuan terhadap prestasi belajar dan/atau
penyelesaian jenjang pendidikan setelah lulus ujian yang
diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi".
Kedua ayat tersebut mengandung makna bahwa evaluasi yang
berimplikasi kelulusan sertifikasi adalah kewenangan pendidik dalam
satuan pendidikan yang terakreditasi.
Dalam tulisan ini penulis mencoba menyoroti evaluasi pendidikan,
termasuk ujian nasional (UN) dalam konteks perundangan yang
berlaku dan dalam konteks substantif evaluasi pendidikan dalam
berbagai makna serta implikasi dan kelayakannya. Dengan
menempatkannya dalam perspektif yang lebih komprehensif dan
substantif mudah-mudahan kita bisa melihat permasalahannya secara
lebih jernih.
Konteks perundangan
Tugas Mata Kuliah Manajemen Kebijakan Pendidikan

8

Pasal 57 Ayat (1) Evaluasi pendidikan dinyatakan sebagai kegiatan
yang "ditujukan untuk pengendalian mutu pendidikan secara nasional
sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihakpihak yang berkepentingan".
Pasal 57 ayat 2) Evaluasi dilakukan terhadap peserta didik,
lembaga, dan program pendidikan pada jalur formal dan nonformal
untuk semua jenjang, satuan, dan jenis pendidikan
Ayat tersebut mencampuradukkan "evaluasi terhadap peserta didik"
yang lebih bermakna examination dengan "evaluasi terhadap lembaga
dan program pendidikan" yang lebih bermakna assessment. Evaluasi
dalam pengertian examination bermaksud mengukur pemahaman dan
prestasi peserta didik dan bernuansa seleksi serta menentukan lulus
atau tidak lulus, sedangkan evaluasi dalam pengertian assessment
bermaksud mengukur kinerja sistem atau bagian dari sistem
pendidikan dan berimplikasi perbaikan penyelenggaraan dan
sistem/komponennya.
Dalam UU No 20/2003 terdapat dua ketentuan relevan:
 Pasal 58 Ayat (1) yang mengatakan bahwa "evaluasi belajar
peserta didik dilakukan oleh pendidik", dan
 Pasal 61 Ayat (2) yang mengatakan bahwa "ijazah diberikan
kepada peserta didik sebagai pengakuan terhadap prestasi
belajar dan/atau penyelesaian jenjang pendidikan setelah
lulus ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan
yang terakreditasi".
Kedua ayat tersebut mengandung makna bahwa evaluasi yang
berimplikasi kelulusan (sertifikasi) adalah kewenangan pendidik
dalam satuan pendidikan yang terakreditasi.

Tugas Mata Kuliah Manajemen Kebijakan Pendidikan

9

Melihat kedua makna evaluasi, pertanyaannya kemudian siapa
yang berwenang melakukan evaluasi untuk masing-masing makna
tersebut?
Implikasi Penyelenggaraan Ujian Nasional
Merujuk ke dalam pasal 4 Permendiknas No. 45 tahun 2006 yang
menyebutkan bahwa hasil UN akan digunakan sebagai salah satu
pertimbangan penentuan kelulusan peserta didik dari sebuah jenjang
pendidikan dan pada saat yang sama digunakan sebagai pertimbangan
untuk seleksi masuk jenjang berikutnya, maka sangat jelas bahwa UN
ini memiliki konsekwensi sangat serius terhadap masa depan siswa.
Tidak bisa mencapai skor minimal UN (tahun ini ditetapkan menjadi
5.25, dan kemungkinan akan terus bertambah dari tahun ke tahun)
berarti tidak bisa tamat sekolah, tidak bisa mencari pekerjaan, dan
tentu juga tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.
Belum lagi resiko psikologis lainnya berupa malu, tertekan, dan
kehilangan muka yang harus ditanggung oleh banyak pihak, tidak
hanya oleh siswa secara personal tapi juga oleh pihak sekolah dan
semua jajarannya ketika seorang anak (atau banyak anak) tidak lulus
UN. Semua kondisi di atas semakin menguatkan bahwa UN dianggap
hal yang menakutkan bagi berbagai pihak dan memiliki efek yang
sangat besar terhadap masa depan para siswa). Semua konsekwensi itu
sangat mungkin ‘menghantui’ banyak pihak yang berkepentingan
dengan kelulusan siswa dalam UN ini.
Di tanah air, keadaan ini diperparah oleh sistem reward pendidikan
kita yang masih sangat bergantung pada angka-angka di atas kertas.
Seorang kepala sekolah, misalnya, akan dianggap gagal memimpin
sekolahnya (dan mungkin juga terancam untuk dimutasi) apabila
persentase ketidaklulusan siswa sangat tinggi di sekolah yang dia
Tugas Mata Kuliah Manajemen Kebijakan Pendidikan

10

pimpin. Sebaliknya sekolah yang mampu meluluskan semua siswanya
dan memperoleh angka tinggi dalam UN, akan dianggap sebagai
sebuah sekolah yang berhasil. Sekalipun, bisa saja, sama sekali tak ada
korelasi positif antara keberhasilan seoarang anak setelah tamat SMP
dengan angka-angka di atas kertas yang dia peroleh. Kita
berkeyakinan semua ketakutan dengan resiko inilah yang
menyebabkan sebagian insan pendidikan kita berusaha dengan segala
cara agar dianggap berhasil dalam Ujian Nasional ini. Tentu bagus
kalau perasaan khawatir dengan tingginya resiko tidak lulus UN ini
diimplementasikan secara positif, misalnya dengan membentuk ‘tim
sukses’ agar siswa mereka bisa lulus UN. Pelajaran tambahan dan tryout UN tentu merupakan kegiatan yang sangat positif sebagai program
‘tim sukses’ ini. Namun kalau ‘tim sukses’ ini juga bekerja saat hari H
ujian dengan ikut membahas soal dan kemudian membocorkannya
kepada anak-anak, atau dengan memperbaiki jawaban siswa tentu
sudah lain permasalahannya.
Kita juga menyadari bahwa UN itu sendiri layak dipertanyakan
tingkat keadilannya mengingat bobot dan muatan soal UN sama untuk
semua siswa, padahal adalah kenyataan yang tak bisa dibantah tentang
adanya perbedaan kualitas sekolah yang sangat besar antar satu daerah
dengan daerah lain di tanah air. Bahkan antar sekolah dalam sebuah
daerah yang sama. Tapi, tentu saja, perbedaan kualitas antar sekolah
ini tidak bisa dijadikan alasan untuk melegitimasi kecurangan dalam
pelaksanaan UN. Menurut kami akan lebih terhormat bila sebuah
sekolah setelah berusaha semaksimal mungkin mempersiapkan anak
didiknya dapat menerima kenyataan bahwa anak didiknya lulus atau
tidak lulus ujian dengan lapang dada, karena memang itulah hasil yang
diperoleh dan harus menjadi faktor pemicu untuk bekerja lebih keras
lagi daripada bergembira melihat angka kelulusan seratus persen
Tugas Mata Kuliah Manajemen Kebijakan Pendidikan

11

padahal merupakan hasil licik dari para guru yang tentu saja dalam hal
ini dilakukan dengan terpaksa dengan berbagai macam alasan.
Evaluasi pembelajaran yang ada kaitannya dengan penentuan
kelulusan memang sangat penting. Hal tersebut dikarenakan untuk
mengetahui seberapa jauh hasil yang dapat diperoleh siswa selama
melakukan pembelajaran, apakah memperoleh hasil yang diinginkan
atau tidak. Dalam penentuan kelulusan di Indonesi seharusnya kita
tidak boleh lupa melihat beberapa aspek yaitu aspek kognitif, afektif,
dan psikomotornya. Dalam hal ini juga tidak hanya mementingkan
hasil, proses juga diukur untuk kelulusan siswa itu tadi. Standar
kelulusan di Indonesia sekarang ini terlalu rumit, memang apabila
dikaitkan dengan tujuannya untuk meningkatkan sumber daya
manusia yang berkualitas hal tersebut tentu bertujuan untuk arah
kebaikan.
Untuk menentukan kelulusan kita juga harus memperhatikan
terlebih daluhu bagaimana penerapkan proses belajar yang baik agar
dapat memperoleh hasil yang maksimal. Menurut kami evaluasi
pembelajaran yang ideal adalah bukan hanya saja mementingkan hasil
semata tapi juga harus memperhatikan proses yang dilakukan.

2.Evaluasi Pendidikan di Tingkat Meso

Untuk tingkat meso evaluasi pendidikan biasanya diselenggarakan
oleh Dinas Pendidikan Provinsi atau Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota.
Salah
satu
contohnya
adalah
dengan
diselenggarakannya ulangan umum bersama di mana pihak dinas
pendidikan/MKKS menyediakan soal-soal ulangan umum dan
disebarkan ke seluruh sekolah penyelenggara yang ada di wilayah
Tugas Mata Kuliah Manajemen Kebijakan Pendidikan

12

tersebut dengan tujuan untuk mengukur keberhasilan hasil belajar
siswa.
Kalau kita tinjau dari pelaksanaan ulangan umum bersama ini maka
akan kita temukan beberapa hal yang sepertinya bertentangan dengan
prinsip MBS dan juga dengan pelaksanaan KTSP. Seperti contoh
paket soal yang akan digunakan dalam ulangan umum bersama ini.
Pihak dinas pendidikan menyerahkan pembuatan soal-soal ulangan
umum ini kepada MGMP. Dengan model soal tunggal dan kelas yang
dianggap homogen tentunya proses evaluasi belajar mungkin akan
cukup sulit dilakukan apabila mengacu pada KTSP masing-masing
sekolah, dan hal ini berujung pada keengganan guru dalam
melaksanakan kegiatan koreksi, karena materi pelajaran yang
diberikan mungkin akan adan perbedaan dengan yang diberikan pada
sekolah masing-masing. Belum lagi kalau melihat proses pembuatan
soal yang dilakukan oleh MGMP mata pelajaran terkait, kesan yang
paling tepat dimunculkan adalah tidak ada keseriusan.
Dan jika proses yang terjadi pada awalnya adalah sedemikian,
maka dapat dipastikan maka hasil yang akan diharapkapan ya tidak
ada keseriusan tersebut. Yang kemudian terjadi pada pemikiran adalah,
apa gunanya penyelenggaraan ulangan umum bersama ini. Jika
memang pengkodisian yang terjadi adalah sedemikian, adakah motifmotif lain dari dinas pendidikan/MKKS dalam penyelenggaraan
ulangan umum bersama ini. Adakah ini hanyalah usaha untuk
meminimalkan pembiayaan ulangan umum sekolah, yang memang
logikanya, jika ditanggung oleh banyak sekolah tentunya akan lebih
murah dibanding diselenggarakan secara mandiri, ataukan usaha
pencarian dana kesejahteraan bagi MKKS, atau entahlah apa. Tapi
yang jelas, jika profesionalisme guru tetap tidak diakui baik secara
nasional maupun oleh kepala sekolah lewat MKKS-nya, maka tidak
ada artinya pencanangan guru sebagai pekerjaan profesional, dan
Tugas Mata Kuliah Manajemen Kebijakan Pendidikan

13

sertifikasi hanyalah usaha untuk menambah kesejahteraan guru saja,
bukan berujung pada profesionalisme.
Pada pelaksanaannya evaluasi yang diselenggarakan oleh dinas
pendidikan berupa :
1. Ulangan umum bersama
2. Ujian sekolah
Ujian sekolah merupakan mata rantai dari ujian akhir siswa yang
berbarengan dengan pelaksanaan ujian nasional yang berfungsi juga
sebagai penentu kelulusan siswa. Ujian sekolah ini terkadang hanya
dianggap sebagai pelengkap ujian nasional saja. Hal ini dikarenakan
pemberian nilai ujian diberikan oleh pihak sekolah/guru yang
dianggap dapat dikompromikan agar siswa memiliki nilai yang
memadai sebagai syarat kelulusan.

3.Evaluasi Pendidikan di Tingkat Mikro
Mungkin pada tingkat inilah merupakan evaluasi yang paling
sesuai dan paling adil. Hal ini dikarenakan evaluasi dilaksanakan oleh
sekolah/guru dari siswa tersebut sesuai dengan materi pelajaran yang
mereka peroleh dan disesuaikan dengan keadaan siswa. Pihak
guru/sekolahlah yang paling tahu tentang apa yang harus dilaksanakan
pada evaluasi ini dan merekalah yang paling tahu akan keadaan yang
sesungguhnya pada siswa-siswinya.
Proses pelaksanaan evaluasi di tingkat sekolah biasanya berupa :
1. Evaluasi harian
2. Evaluasi tengah semester
3. Evaluasi akhir semester
Pada pelaksanaannya jenis-jenis evaluasi tidak hanya yang
menyangkut aspek kognitif saja, melainkan menyangkut juga aspek
Tugas Mata Kuliah Manajemen Kebijakan Pendidikan

14

psikomotorik dan afektif, sehingga sedikit banyak evaluasi ini akan
bersifat lebih komprehensif, walaupun tentu saja tidak semua
evaluator/guru mempunyai komitmen yang sama untuk melaksanakan
ketiga jenis evaluasi ini.

BAB. IV

MANAJEMEN SISTEM
EVALUASI PENDIDIKAN

PEMBAHASAN MASALAH
1. Pengertian Evaluasi

Seperti kita ketahui bahwa program pendidikan terdiri dari berbagai
jenis dan tingkat. Menurut jenisnya terdapat program pemerintah,
program lembaga masyarakat, program orang tua, serta program
peserta didik. Dari segi tingkatannya, program pemerintah bertingkat
mulai dari pusat sampai ke ruang kelas. Karena itu membicarakan
evaluasi pendidikan akan berkaitan dengan program pendidikan yang
ada di berbagai jenis dan tingkat pendidikan.
Evaluasi program pendidikan di tingkat puasat sampai tingkat
sekolah lebih banyak berkenaan dengan mekanisme pengelolaan dan
biasanya tidak berkenaan dengan kegiatan interaksi langsung antara
pendidik dan peserta didik. oleh karena itu, seringkali diistilahkan
dengan penilaian program tingkat makro.
Sedangkan penilaian terhadap program di tingkat kelas yang
pendidiknya langsung berinteraksi dengan peserta didik, biasanya
disebut peniiaian iingkat mikro. Namun demikian, pembagian ini
Tugas Mata Kuliah Manajemen Kebijakan Pendidikan

15

hanya untuk memudahkan analisis dan tidaklah salah jika ada
yang ingin mengkategorikan penilaian di tingkat kelas sebagai
tingkat makro.
Tujuan penilaian di tingkat makro maupun mikro tetap, yaitu
untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan efisiensi program.
yang
selanjutnya
dapat dipergunakan
baik untuk
tujuan
pertanggungjawaban maupun untuk pengambilan berbagai keputusan
khususnya di bidang perencanaan.
Pertanggungjawaban perlu diberikan secara periodik terhadap
pihak atasan dan atau sponsor dari program. Dalam hal ini,
pelaksana di ruang kelas bertanggung jawab kepada penanggung
jawab program di tingkat sekolah. pemimpin sekolah bertanggung
jawab kepada yang lebih atas lagi, dst. sampai akhirnya berupa
pertanggungjawaban pemerintah kepada rakyat. Selain itu. karena
pelaksana tingkat kelas dan sekolah berinteraksi langsung dengan
peserta didik dan orang tua mereka, maka pertanggungjawaban
dalam berbagai -manifestasinya biasanya juga diberikan kepada
murid dan orang tua mereka. Misalnya, dalam bentuk laporan
kemajuan hasil belajar.
Begitu pula halnya dengan pengambilan keputusan. pada tingkat
makro,keputusan yang diambil biasanya berkenaan dengan strategi
dan pengelolaan pendidikan, sedangkan pada tingkat meso dan
mikro adalah keputusan yang berkenaan dengan penyempurnaan
proses belajar-mengajar. Baik pada tingkat makro, meso maupun
mikro, keputusan untuk tujuan penyempurnaan dapat dilakukan
bagi program yang masih berjalan maupun bagi siklus program
berikutnya. perlu diketahui bahwa khusus dalam dunia pendidikan,
penilaian terhadap satuan-satuan program yang lebih kecil, yang
dilakukan dalam rangka pengendalian program lebih besar yang
masih berjalan merupakan fungsi penilaian formatif.
Tugas Mata Kuliah Manajemen Kebijakan Pendidikan

16

Sedangkan evaluasi yang dilakukan setelah keseluruhan program
selesai merupakan fungsi penilaian sumatif.
Evaluasi merupakan kegiatan pengumpulan kenyataan mengenai
proses pembelajaran secara sistematis untuk menetapkan apakah
terjadi perubahan terhadap peserta didik dan sejauh apakah perubahan
tersebut mempengaruhi kehidupan peserta didik. (dikutip dari Bloom
et.all 1971). Stufflebeam et.al 1971 mengatakan bahwa evaluasi
adalah proses menggambarkan, memperoleh dan menyajikan
informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan.
Evaluasi sendiri memiliki beberapa prinsip dasar yaitu ;
1. Evaluasi bertujuan membantu pemerintah dalam mencapai
tujuan pembelajaran bagi masyarakat.
2. Evaluasi adalah seni, tidak ada evaluasi yang sempurna,
meski dilakukan dengan metode yang berbeda.
3. Pelaku evaluasi atau evaluator tidak memberikan jawaban
atas suatu pertanyaan tertentu. Evaluator tidak berwennag
untuk memberikan rekomendasi terhadap keberlangsungan
sebuah program. Evaluator hanya membantu memberikan
alternatif.
4. Penelitian evaluasi adalah tanggung jawab tim bukan
perorangan.
5. Evaluator tidak terikat pada satu sekolah demikian
pula sebaliknya.
6. Evaluasi adalah proses, jika diperlukan revisi maka
lakukanlah revisi.
7. Evaluasi memerlukan data yang akurat dan cukup, hingga
perlu pengalaman untuk pendalaman metode penggalian
informasi.
8. Evaluasi akan mntap apabila dilkukan dengan instrumen dan
teknik yang aplicable.
Tugas Mata Kuliah Manajemen Kebijakan Pendidikan

17

9. Evaluator hendaknya mampu membedakan yang dimaksud
dengan evaluasi formatif, evaluasi sumatif dan evaluasi
program.
10. Evaluasi memberikan gambaran deskriptif yang jelas
mengenai hubungan sebab akibat, bukan terpaku pada
angka soalan tes.
Dengan demikian dapat dimengerti bahwa sesungguhnya evaluasi
adalah proses mengukur dan menilai terhadap suatu objek dengan
menampilkan hubungan sebab akibat diantara faktor yang
mempengaruhi objek tersebut.
2. Tujuan Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat dan mengetahui proses yang
terjadi dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran memiliki 3
hal penting yaitu, input, transformasi dan output. Input adalah peserta
didik yang telah dinilai kemampuannya dan siap menjalani proses
pembelajaran.
Transformasi adalah segala unsur yang terkait dengan proses
pembelajaran yaitu ; guru, media dan bahan beljar, metode pengajaran,
sarana penunjang dan sistem administrasi. Sedangkan output adalah
capaian yang dihasilkan dari proses pembelajaran.
Evaluasi pendidikan memiliki beberapa fungsi yaitu ;
1. Fungsi selektif
2. Fungsi diagnostik
3. Fungsi penempatan
4. Fungsi keberhasilan
Maksud dari dilakukannya evaluasi adalah ;
1. Perbaikan sistem
Tugas Mata Kuliah Manajemen Kebijakan Pendidikan

18

2. Pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat
3. Penentuan tindak lanjut pengembangan
3. Prinsip-Prinsip Evaluasi
Dalam penyelenggaraan evaluasi maka kita harus memperhatikan
faktor-faktor sebagai berikut :
1. Keterpaduan
2. Evaluasi harus dilakukan dengan prinsip keterpaduan
antara tujuan intrusional pengajaran, materi pembelajaran
dan metode pengjaran.
3. Keterlibatan peserta didik
4. Prinsip ini merupakan suatu hal yang mutlak, karena
keterlibatan peserta didik dalam evaluasi bukan alternatif,
tapi kebutuhan mutlak.
5. Koherensi
6. Evaluasi harus berkaitan dengan materi pengajaran
yang telah dipelajari dan sesuai dengan ranah
kemampuan peserta didik yang hendak diukur.
7. Pedagogis
8. Perlu adanya tool penilai dari aspek pedagogis untuk
melihat perubahan sikap dan perilaku sehingga pada
akhirnya hasil evaluasi mampu menjadi motivator bagi diri
siswa.
9. Akuntabel
10. Hasil evaluasi haruslah menjadi aalat akuntabilitas atau
bahan pertnggungjawaban bagi pihak yang berkepentingan
seeprti orangtua siswa, sekolah, dan lainnya.
Tugas Mata Kuliah Manajemen Kebijakan Pendidikan

19

4. Teknik Evaluasi
Teknik evaluasi digolongkan menjadi 2 yaitu teknik tes dan teknik
non Tes.
1. Teknik non tes meliputi ; skala bertingkat, kuesioner,daftar cocok,
wawancara, pengamatan, riwayat hidup.
a. Rating scale atau skala bertingkat menggambarkan suatu
nilai dalam bentuk angka. Angka-angak diberikan secara
bertingkat dari anggak terendah hingga angkat paling
tinggi.
Angka-angka
tersebut
kemudian
dapat
dipergunakan untuk melakukan perbandingan terhadap
angka yang lain.
b. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang terbagi dalam
beberapa kategori. Dari segi yang memberikan jawaban,
kuesioner dibagi menjadi kuesioner langsung dan
kuesioner tidak langsung. Kuesioner langsung adalah
kuesioner yang dijawab langsung oleh orang yang diminta
jawabannya. Sedangkan kuesiioner tidak langsung dijawab
oleh secara tidak langsung oleh orang yang dekat dan
mengetahui si penjawab seperti contoh, apabila yang
hendak dimintai jawaban adalah seseorang yang buta
huruf maka dapat dibantu oleh anak, tetangga atau anggota
keluarganya. Dan bila ditinjau dari segi cara menjawab
maka kuesioner terbagi menjadi kuesioner tertutup dan
kuesioner terbuka. Kuesioner tertututp adalah daftar
pertanyaan yang memiliki dua atau lebih jawaban dan si
Tugas Mata Kuliah Manajemen Kebijakan Pendidikan

20

penjawab hanya memberikan tanda silang (X) atau cek (√)
pada awaban yang ia anggap sesuai. Sedangkan kuesioner
terbuka adalah daftar pertanyaan dimana si penjawab
diperkenankan memberikan jawaban dan pendapat nya
secara terperinci sesuai dengan apa yang ia ketahui.
c. Daftar cocok adalah sebuah daftar yang berisikan
pernyataan beserta dengan kolom pilihan jawaban. Si
penjawab diminta untuk memberikan tanda silang (X) atau
cek (√) pada jawaban yang ia anggap sesuai.
d. Wawancara, suatu cara yang dilakukan secara lisan yang
berisikan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan
tujuan informsi yang hendak digali. wawancara dibagi
dalam 2 kategori, yaitu pertama, wawancara bebas yaitu si
penjawab (responden) diperkenankan untuk memberikan
jawaban secara bebas sesuai dengan yang ia diketahui
tanpa diberikan batasan oleh pewawancara. Kedua adalah
wawancara terpimpin dimana pewawancara telah
menyusun pertanyaan pertanyaan terlebih dahulu yang
bertujuan untuk menggiring penjawab pada informsiinformasi yang diperlukan saja.
e. Pengamatan atau observasi, adalah suatu teknik yang
dilakuakn dengan mengamati dan mencatat secara
sistematik apa yang tampak dan terlihat sebenarnya.
Pengamatan atau observasi terdiri dari 3 macam yaitu :
(1) observasi partisipan yaitu pengamat terlibat dalam
kegiatan kelompok yang diamati.
Tugas Mata Kuliah Manajemen Kebijakan Pendidikan

21

(2) Observasi sistematik, pengamat tidak terlibat
dalam kelompok yang diamati. Pengamat telah
membuat list faktor faktor yang telah diprediksi
sebagai memberikan pengaruh terhadap sistem yang
terdapat dalam obejek pengamatan.
f.

Riwayat hidup, evaluasi ini dilakukan dengan
mengumpulkan data dan informasi mengenai objek
evaluasi sepanjang riwayat hidup objek evaluasi tersebut.

2. Teknik Tes
Dalam evaluasi pendidikan terdapat 3 macam tes yaitu :
a. formatif
b. sumatif
c. diagnostik
a. Formatif
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada
setiap akhir pembahasan suatu pokok bahasan / topik, dan
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh manakah suatu proses
pembelajaran telah berjalan sebagaimana yang direncanakan.
Winkel menyatakan bahwa yang dimaksud dengan evaluasi
formatif adalah penggunaan tes-tes selama proses
pembelajaran yang masih berlangsung, agar siswa dan guru
memperoleh informasi (feedback) mengenai kemajuan yang
telah dicapai. Sementara Tesmer menyatakan formative
evaluation is a judgement of the strengths and weakness of
instruction in its developing stages, for purpose of revising the
instruction to improve its effectiveness and appeal. Evaluasi ini
dimaksudkan untuk mengontrol sampai seberapa jauh siswa
telah menguasai materi yang diajarkan pada pokok bahasan
Tugas Mata Kuliah Manajemen Kebijakan Pendidikan

22

tersebut. Wiersma menyatakan formative testing is done to
monitor student progress over period of time. Ukuran
keberhasilan atau kemajuan siswa dalam evaluasi ini adalah
penguasaan kemampuan yang telah dirumuskan dalam
rumusan tujuan (TIK) yang telah ditetapkan sebelumnya. TIK
yang akan dicapai pada setiap pembahasan suatu pokok
bahasan, dirumuskan dengan mengacu pada tingkat
kematangan siswa. Artinya TIK dirumuskan dengan
memperhatikan kemampuan awal anak dan tingkat kesulitan
yang wajar yang diperkiran masih sangat mungkin dijangkau/
dikuasai dengan kemampuan yang dimiliki siswa. Dengan kata
lain evaluasi formatif dilaksanakan untuk mengetahui seberapa
jauh tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai. Dari hasil
evaluasi ini akan diperoleh gambaran siapa saja yang telah
berhasil dan siapa yang dianggap belum berhasil untuk
selanjutnya diambil tindakan-tindakan yang tepat. Tindak
lanjut dari evaluasi ini adalah bagi para siswa yang belum
berhasil maka akan diberikan remedial, yaitu bantuan khusus
yang diberikan kepada siswa yang mengalami kesulitan
memahami suatu pokok bahasan tertentu. Sementara bagi
siswa yang telah berhasil akan melanjutkan pada topik
berikutnya, bahkan bagi mereka yang memiliki kemampuan
yang lebih akan diberikan pengayaan, yaitu materi tambahan
yang sifatnya perluasan dan pendalaman dari topik yang telah
dibahas.
b. Sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada
setiap akhir satu satuan waktu yang didalamnya tercakup lebih
dari satu pokok bahasan, dan dimaksudkan untuk mengetahui
Tugas Mata Kuliah Manajemen Kebijakan Pendidikan

23

sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit
ke unit berikutnya. Winkel mendefinisikan evaluasi sumatif
sebagai penggunaan tes-tes pada akhir suatu periode
pengajaran tertentu, yang meliputi beberapa atau semua unit
pelajaran yang diajarkan dalam satu semester, bahkan setelah
selesai pembahasan suatu bidang studi.
c. Diagnostik
Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang digunakan
untuk mengetahui kelebihan-kelebihan dan kelemahankelemahan yang ada pada siswa sehingga dapat diberikan
perlakuan yang tepat. Evaluasi diagnostik dapat dilakukan
dalam beberapa tahapan, baik pada tahap awal, selama proses,
maupun akhir pembelajaran. Pada tahap awal dilakukan
terhadap calon siswa sebagai input. Dalam hal ini evaluasi
diagnostik dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal atau
pengetahuan prasyarat yang harus dikuasai oleh siswa. Pada
tahap proses evaluasi ini diperlukan untuk mengetahui bahanbahan pelajaran mana yang masih belum dikuasai dengan baik,
sehingga guru dapat memberi bantuan secara dini agar siswa
tidak tertinggal terlalu jauh. Sementara pada tahap akhir
evaluasi diagnostik ini untuk mengetahui tingkat penguasaan
siswa atas seluruh materi yang telah dipelajarinya.
Perbandingan Tes Diagnostik, Tes Formatif, dan Tes Sumatif
Ditinjau
dari

Tes Diagnostik

Fungsinya mengelompokkan
siswa berdasarkan

Tes Formatif

Tes Sumatif

Umpan balik
Memberi tanda
bagi siswa, guru telah mengikuti

Tugas Mata Kuliah Manajemen Kebijakan Pendidikan

24

kemampuannya
maupun program
menentukan kesulitan untuk menilai
belajar yang dialami pelaksanaan
suatu unit
program

suatu program,
dan menentukan
posisi
kemampuan
siswa
dibandingkan
dengan anggota
kelompoknya
cara
memilih tiap-tiap
Mengukur semua Mengukur tujuan
memilih
keterampilan prasarat tujuan
instruksional
tujuan
instruksional
umum
memilih
tujuan
setiap
yang
khusus
dievaluasi program
pembelajaran secara
berimbang

Skoring
(cara
menyekor)

memilih yang
berhubungan dengan
tingkah laku fisik,
mental dan perasaan
menggunakan standar menggunakan
mutlak dan relatif
standar mutlak

menggunakan
standar relatif

5. Prosedur Pelaksanaan Evaluasi
Dalam melaksanakan evaluasi pendidikan hendaknya dilakukan secara
sistematis dan terstruktur. Sebagaimana telah dikemukakan
sebelumnya bahwa evaluasi pendidikan secara garis besar melibatkan
3 unsur yaitu input, proses dan out put. Apabila prosesdur yang
dilakukan tidak bercermin pada 3 unsur tersebut maka dikhawatirkan
Tugas Mata Kuliah Manajemen Kebijakan Pendidikan

25

hasil yang digambarkan oleh hasil evaluasi tidak mampu
menggambarkan gambaran yang sesungguhnya terjadi dalam proses
pembelajaran. Langkah-langkah dalam melaksanakan kegiatan
evaluasi pendidikan secara umum adalah sebagai berikut :
1. Penentuan tujuan tes
2. Penyusunan kisi-kisi tes
3. Penulisan tes
4. Penelaahan soal (review dan revisi soal)
5. Uji-coba soal, termasuk analisisnya
6. Perakitan soal menjadi perangkat tes
7. Penyajian tes
8. Skoring
9. Pelaporan hasil tes
10. Pemanfaatan hasil tes
1. Penentuan Tujuan Tes
Dalam melakukan evaluasi, seorang guru tentu mempunyai tujuan
tertentu, baik berupa tujuan khusus, yaitu untuk melihat tingkat
pencapaian suatu program. Dalam hal ini evaluasi bertujuan untuk
mengetahui penguasaan peserta didik dalam salah satu materi
pembelajaran tertentu setelah diajarkan. Tes ini juga dapat
bertujuan untuk mengetahui kesulitan belajar siswa (tes
diagnostik). Tujuan tes harus jelas agar dapat memberikan arah dan
lingkup pengembangan tes selanjutnya.
2. Penyusunan Kisi-Kisi
Tugas Mata Kuliah Manajemen Kebijakan Pendidikan

26

Kisi-kisi tes merupakan deskripsi mengenai ruang lingkup dan isi
dari apa yang akan diujikan, serta memberikan perincian mengenai
soal-soal yang diperlukan oleh tes tersebut.
3. Penulisan Soal
Penulisan soal Penulisan soal merupakan salah satu langkah
penting untuk dapat menghasilkan alat ukur atau tes yang
baik. Penulisan soal adalah penjabaran indikator jenis dan
tingkat perilaku yang hendak diukur menjadi pertanyaanpertanyaan yang
karakteristiknya sesuai dengan perinciannya
dalam kisi-kisi. Dengan demikian setiap pertanyaan atau butir
soal perlu dibuat sedemikian rupa sehingga jelas apa )'ang
ditanyakan dan jelas pula jawaban apa yang dituntut. Mutu
setiap butir soal akan menentukan mutu tes secara keseluruhan.
4. Telaah dan Perbaikan (Review dan revisi) Soal
Langkah ini merupakan hal penting untuk diperhatikan, karena
seringkali kekurangan yang terdapat pada suatu soal tidak
terlihat oleh penulis soal. Review dan revisi soal ini idealnya
dilakukan oleh orang lain (bukan si penulis soal) dan terdiri
dari suatu tim penelaah yang terdiri dari ahli-ahli bidang studi,
pengukuran, dan bahasa.
5. Ujicoba Soal
Ujicoba soal pada prinsipnya adalah upaya untuk mendapatkan
informasi empirik mengenai sejauh mana sebuah soal dapat
mengukur apa yang hendak diukur. Informasi empirik tersebut
pada
umumnya
menyangkut
segala
hal
yang dapat
mempengaruhi validitas soal seperti aspek-aspek "keterbacaan"
Tugas Mata Kuliah Manajemen Kebijakan Pendidikan

27

soal, tingkat kesukaran soal, pola jawaban,
pembeda soal, pengaruh budaya, dan sebagainya.

tingkat daya

6. Perakitan Soal
Agar skor tes yang diperoleh dapat dipercaya, diperlukan
banyak butir soal. Sebab itu, dalam penyajiannya butir-butir soal
perlu dirakit menjadi suatu alat ukur yang terpadu. Hal- hal
yang dapat mempengaruhi validitas skor tes seperti urutan
nomor soal, pengelompokan bentuk-bentuk soal, kalau dalam
satu perangkat tes terdapat lebih dari satu bentuk soal, tata "layout" soal, dan sebagainya haruslah diperhatikan dalam perakitan
soal menjadi sebuah tes.
7. Penyajian Tes
Setelah tes tersusun, naskah (tes) siap diberikan atau disajikan
kepada peserta didik' Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
penyajian tes ini adalah waktu penyajian, petunjuk yang jelas
mengenai cara menjawab atau mengerjakan tes, ruangan dan
tempat duduk peserta didik. Pada prinsipnya, hal-hal yang
menyangkut segi administratif penyajian tes harus diperhatikan
sehingga pengetesan dapat terselenggara dengan lancar dan
baik.
8. Skoring atau pemeriksaan terhadap jawaban peserta didik dan
pemberian angka merupakan langkah untuk mendapatkan
informasi
kuantitatif
dari masing-masing
siswa.
Pada
prinsipnya, skoring ini harus diusahakan agar dapat dilakukan
secara obyektif. Artinya, apabila skoring dilakukan oleh dua
orang atau lebih, yang sama tingkat kompetensinya, akan
menghasilkan skor atau angka yang sama. Atau jika orang yang
Tugas Mata Kuliah Manajemen Kebijakan Pendidikan

28

sama mengulangi proses penskoran, akan dihasilkan skor yang
sama.
9. Pelaporan Hasil Tes
Setelah tes dilaksanakan dan dilakukan skoring, hasil
pengetesan tersebut perlu dilaporankan. Laporan tersebut dapat
diberikan kepada peserta didik yang bersangkutan, kepada orang
tua peserta didik, kepada Kepala Sekolah, dsb. Laporan kepada
masing-masing yang berkepentingan dengan hasil tes ini sangat
penting karena dapat memberikan informasi yang sangat
berguna dalam rangka penentuan kebijakan atau kebijaksanaan
selanjutnya.
10. Pemanfaatan Hasil Tes
Hasil pengukuran yang diperoleh melalui pengetesan sangat
berguna sesuai dengan tujuan pengetesan. Informasi atau data
hasil pengukuran dapat dimanfaatkan untuk perbaikan atau
penyempurnaan sistem, proses atau kegiatan belajar mengajar,
maupun sebagai data untuk mengambil keputusan atau
menentukan kebijakan. Contoh, hasil tes formatif (yang
bertujuan untuk memantau/memperbaiki kegiatan belajar mengajar)
dapat digunakan untuk mengulangi pelajaran, memperbaiki metode
mengajar, atau melanjutkan pelajaran.
Hal-hal seperti di atas itulah yang seharusnya dilakukan oleh seorang
evaluator agar dapat menciptakan evaluasi pendidikan yang
komprehensif dan akuntabel.

Tugas Mata Kuliah Manajemen Kebijakan Pendidikan

29

BAB. V

MANAJEMEN SISTEM
EVALUASI PENDIDIKAN

KESIMPULAN

Evaluasi menjadi hal yang penting dalam proses belajar
mengajar, karena tanpa evaluasi akan susah sekali mengukur tingkat
keberhasilannya.
Evaluasi pendidikan merupakan proses yang sistematis dalam
Mengukur tingkat kemajuan yang dicapai siswa, baik ditinjau dari
norma tujuan maupun dari norma kelompok serta Menentukan apakah
siswa mengalami kemajuan yang memuaskan kearah pencapaian
tujuan pengajaran yang diharapkan.
Evaluasi memegang peranan penting karena hasil evaluasi
menentukan sejauh mana tujuan dapat dicapai. Dan sebuah hasil
evaluasi diharapkan dapat membantu pengembangan, implementasi,
kebutuhan suatu program, perbaikan program, pertanggung jawaban,
seleksi, motivasi, menambah pengetahuan, serta membantu mendapat
dukungan dari mereka yang terlibat dalam program tersebut.Evaluasi,
khususnya dalam bidang pendidikan diharapkan dapat memperbaiki
sistem pendidikan kita yang sering berubah dan tidak seimbang,
kurikulum yang kurang tepat, serta mata pelajaran yang terlalu banyak
dan tidak terfokus. secara umum evaluasi (evaluation) merupakan alat
(tool) dalam mengukur sejauhmana tujuan yang kita inginkan sudah
tercapai. Dalam dunia pendidikan, evaluasi merupakan hal mutlak
Tugas Mata Kuliah Manajemen Kebijakan Pendidikan

30

dalam melihat kinerja (performance) pelaku pendidikan, utamanya
siswa didik. Sistem evaluasi yang dikembangkan sangat
mempengaruhi arah dan tujuan pendidikan itu sendiri. Evaluasi telah
memegang peranan penting dalam pendidikan antara lain memberi
informasi yang dipakai sebagai dasar untuk :







Membuat kebijaksanaan dan keputusan
Menilai hasil yang dicapai para pelajar
Menilai kurikulum
Memberi kepercayaan kepada sekolah
Memonitor dana yang telah diberikan
Memperbaiki materi dan program pendidikan

Tugas Mata Kuliah Manajemen Kebijakan Pendidikan

31

MANAJEMEN SISTEM
EVALUASI PENDIDIKAN

DAFTAR PUSTAKA

1. Nana Sudjana, Ibrahim, 2007,Penelitian dan Penilaian Pendidikan,
Sinar Baru Algesindo,
2. Departemen Pendidikan Nasional, 2000, Penilaian dan Pengujian
Untuk Guru.
3. http//www.evaluasipendidikan.blogspot.com.

Tugas Mata Kuliah Manajemen Kebijakan Pendidikan

32