291174602 Bab 1 2 Peranan Test Permatif Dalam Meningkatkan Nilai Tes Sumatif Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen Pada Siswa Kelas x Semester Ganjil Dan Ge

PERANAN TEST PERMATIF DALAM MENINGKATKAN NILAI TES SUMATIF
MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN PADA SISWA KELAS X
SEMESTER GANJIL DAN GENAP SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1
PALANGKA RAYA

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ......................................................................................

i

HALAMAN JUDUL..........................................................................................

ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................

iii


DAFTAR ISI ......................................................................................................

iv

BAB I

1

PENDAHULUAN ..............................................................................

A. Latar Belakang dan Kontek Permasalahan ....................................

1

B. Rumusan Masalah Penelitian .........................................................

3

C. Tujuan Masalah Penelitian .............................................................


4

D. Pembatasan Masalah ......................................................................

4

E. Asumsi Penelitian ..........................................................................

4

F. Alasan Pemilihan Judul dan manfaat Penelitian ............................

5

G. Metodologi Penelitian ....................................................................

5

H. Sistematika Penulisan ....................................................................


7

BAB II KERANGKA TEORI ........................................................................
A. Pengertian Prestasi Belajar Pendidikan Agama Kristen ................

9

B. Konsep Dasar Tes Formatif Dalam Proses Belajar Mengajar ........

10

C. Konsep Dasar Tes Sumatif Dalam Proses Belajar Mengajar .........

16

D. Hubungan Tes Formatif Dengan Tes Sumatif Dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa ............................................

18


E. Pengaruh Tes Formatif Terhadap Tes Sumatif Dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa ............................................
F. Mata Pelajaran pendidikan Agama Kristen ..................................

19
20

9

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Sekolah Menengah Atas Negeri-1 Palangka Raya yang dulu dikenal dengan nama Sekolah
Menengah Atas-1 Pahandut didirikan pada tanggal 1 Agustus 1959 dengan SK Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan No. 25/SK/B-III/tanggal 28 Mei 1959, sebagai SLTA Negeri
Pertama di Palangka Raya. Saat ini Kepala Sekolah Menengah Atas-1 Palangka Raya, di

jabat oleh Dra. Rosmari Jawan, M.Si dan dibantu oleh ….. orang pengajar dan …… orang
tata usaha. Jumlah siswa yang beragama Kristen dari kelas X sampai kelas XII berjumlah 489
orang siswa dengan perincian sebagai berikut : kelas X 184 orang, kelas XI 163 orang dan
kelas XII 142 orang, kelas XI 163 orang dan kelas XII 142 orang. Sekolah Menengah Atas
Negeri-1 Palangka Raya beralamat di Jl. A.I.S Nasution No. 2 Palangka Raya.
Program pembelajaran disekolah Menengah Atas Negeri 1 Palangka Raya khususnya kelas
X,XI,XII menggunakan kurikulum berbasis kompetensi (child centered) berdasarkan
ketetapan Menteri Pendidikan, dan Kebudayaan no. IV tahun 1999 bidang pendidikan
berbasis kompetensi (KBK) kurikulum berbasis kompetensi (KBK) tersebut dilaksanakan
mulai pada tahun pelajaran 2003/2004 dan kemudian pada tahun 2007 kurikulum tersebut
dikembangkan menjadi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan digunakan sampai
sekarang.
Pada tahun ajaran 2010/2011 jumlah tenaga guru yang aktif mengajar …. Orang, termasuk
didalamnya 3 orang guru pendidikan Agama Kristen. Jumlah siswa keseluruhan yang aktif
mengikuti proses belajar mengajar adalah ….. orang, termasuk didalamnya. Siswa yang
beragama Kristen berjumlah 489 orang. Berdasarkan data tersebut guru Pendidikan Agama
Kristen masing-masing bertugas mengajar kelas X, XI dan XII.

Disekolah Menengah Atas Negeri-1 Palangka Raya, pengajaran Pendidikan Agama Kristen
(PAK) dilaksanakan satu kali seminggu dengan jumlah waktu satu kali pertemuan satu jam 30

menit pelajaran (2x45 menit = 90 menit). Minimnya pertemuan antara guru dan siswa
tersebut mengakibatkan guru pendidikan agama Kristen kurang memperhatikan nilai siswa
terhadap pengajaran pendidikan agama Kristen. Kurikulum yang digunakan di SMA Negeri
1 Palangka Raya adalah kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP),
dimana kurikulum ini lebih menekankan pada tingkat kemampuan atau kompetensi siswa.
Dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ini standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
sudah ditetapkan hanya indikator disesuaikan dengan Kompetensi materi yang akan
disampaikan dan tujuannya pada pendidikan di SMA mengacu untuk jenjang pendidikan
tinggi. Program Pembelajaran SMA terdiri program pengajaran umum dan khusus, program
pengajaran umum dilaksanakan di kelas X dan XI, sedangkan program pengajaran khusus
dilaksanakan di kelas XII.
Walaupun kurikulum yang digunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tetapi
guru masih terpaku pada kurikulum yang lama, menggunakan metode satu arah atau ceramah
yang tidak maksimal dalam mengaktifkan dan meningkatkan nilai belajar siswa, dimana
siswa tidak begitu dihargai sebagai keseluruhan atau pribadi yang utuh, siswa dianggap
sebagai obyek bukan subyek dan tidak menjadi bagian penting didalam proses belajar
mengajar dan sehingga siswa tidak bergairah dan bersemangat mengikuti pelajaran
pendidikan agama Kristen.
Dampak dari kondisi tersebut diatas merupakan pengaruh kurangnya kesadaran guru
pendidikan Agama Kristen dalam meningkatkan nilai test sumatif siswa. Guru merupakan

tenaga pengajar yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengajar, mendidik
dan membimbing siswa dalam meningkatkan nilai belajarnya terhadap pelajaran.

Tetapi dalam kenyataannya, yang terjadi guru cenderung hanya mengajar materi pelajaran
secara verbal (kata-kata) dan melaksanakan tugasnya hanya sebagai formalitas saja, dan
kurang memperhatikan apakah nilai test sumatif siswa pendidikan Agama Kristen meningkat.
Guru kurang peduli dan bersikap acuh dalam menghadapi permasalahan tersebut, padahal
pengantaran Pendidikan Agama Kristen sangat penting dalam membentuk suatu kepribadian
siswa melalui sikap dan perbuatan yang baik di dalam kehidupan sehari-hari siswa
berdasarkan kesaksian Alkitab.
Berdasarkan hal tersebut perlu diupayakan cara meningkatkan nilai test sumatif siswa
khususnya dalam pengajaran Pendidikan Agama Kristen. Seorang guru Pendidikan Agama
Kristen dapat melakukan pendekatan berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), dengan cara memahami dan menghargai kedudukan siswa dalam pengajaran
Pendidikan Agama Kristen (PAK) sebagai pribadi yang utuh.
Dengan ketentuan tersebut jelaslah bahwa evaluasi kegiatan dan kemajuan peserta didik
(siswa) harus dilaksanakan oleh setiap guru. Oleh karena itu penilaian (evaluasi) belajar
siswa merupakan unsur yang penting dalam proses belajar mengajar, karena dengan evaluasi
kita dapat mengetahui keberhasilan guru dalam mengajar. Disamping itu pula evaluasi dapat
memberikan umpan balik kepada guru dalam perbaikan proses belajar selanjutnya, dan

dengan evaluasi dapat memberikan dorongan kepada siswa untuk lebih giat belajar.
Dalam pelaksanaan evaluasi belajar mengajar dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu
evaluasi proses belajar jangka pendek yang disebut dengan test formatif atau ulangan harian
dan evaluasi terhadap proses belajar mengajar jangka panjang disebut dengan test sumatif
atau ulangan/ujian semester.
Dari dua jenis evaluasi ini yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif tentu mempunyai
kaitan yang erat, bahkan berada dalam satu kesatuan yang saling melengkapi.

Oleh karena berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka penulis tertarik
meneliti :Peranan Tes Formatif dalam Meningkatkan Nilai Test Sumatif Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Kristen (PAK) pada Siswa Kelas X Semester Genap Sekolah Menengah
Atas Negeri 1 Palangka Raya”.

B.

Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dalam penelitian ini, maka penulis merumuskan masalah
penelitian ini adalah:
1.


Pokok Masalah

Pokok masalah yang ditetapkan adalah: “Bagaimanakah peranan tes sumatif dalam
meningkatkan nilai sumatif mata pelajaran PAK siswa Kelas X SMA Negeri 1 Palangka
Raya.”

2.
a.

Sub Pokok Masalah
Seperti apa nilai yang diperoleh siswa selama mengikuti test formatif pada siswa kelas X

semester ganjil dan semester genap di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Palangka Raya,
Tahun Pelajaran 2010/2011?
b. Apakah ada peningkatan nilai sumatif setelah pemberian test sumatif pada siswa kelas X
semester ganjil dan semester genap di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Palangka Raya,
Tahun Pelajaran 2010/2011?

C. Tujuan Penelitian

Dalam setiap aktivitas yang dilakukan tentu saja mempunyai tujuan, dan tujuan tersebut
merupakan dasar bagi orang melakukan pekerjaan tersebut. Berdasarkan rumusan masalah
tersebut maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1.

Untuk mengetahui nilai test formatif sebelum diadakan tes sumatif, mata pelajaran

Pendidikan Agama Kristen kelas X semester ganjil dan genap di Sekolah Menengah Atas
Negeri 1 Palangka Raya.
2.

Untuk mengetahui pengaruh nilai test formatif dalam meningkatkan nilai tes sumatif

mata pelajaran pendidikan Agama Kristen kelas X pada akhir semester di Sekolah Menengah
Atas Negeri 1 Palangka Raya.

D.

Batasan Masalah


Mengingat akan hakikat Pendidikan Agama Kristen itu sangat luas dan kompleks, maka yang
menjadi fokus masalah dalam penelitian ini dibatasi pada : pemberian test formatif setiap
mengakhiri pembelajaran pendidikan Agama Kristen dan pengaruh pemberian test formatif
dalam meningkatkan nilai sumatif kelas X semester genap, di Sekolah Menengah Atas Negeri
1 Palangka Raya.

E.

Asumsi Penelitian

Penelitian ini akan dilandasi dengan asumsi-asumsi sebagai berikut:
Pembelajaran pendidikan disekolah adalah dasar untuk pemberian test formatif pada alat
evaluasi yang akan mengukur tingkat keberhasilan siswa belajar Pendidikan Agama Kristen.

F.

Hipotesis

Terdapat pengaruh positif pemberian test formatif dalam meningkatkan nilai tes sumatif
pembelajaran pendidikan Agama Kristen siswa X semester ganjil dan genap Sekolah
Menengah Atas Negeri 1 Palangka Raya.

G.

Manfaat Penelitian

1.

Sebagai masukan/acuan/informasi bagi kepala sekolah untuk membina guru-guru dalam

menganalisis dan memperbaiki proses belajar mengajar disekolah sehingga hasil belajar
siswa dapat ditingkatkan.
2.

Sebagai bahan masukan bagi para guru-guru dalam mengakses dan memperbaiki

kegiatan belajar mengajar yang telah dilaksanakan melalui hasil test formatif sehingga hasil
test sumatif dapat meningkat.

H.

Metodologi Penelitian

1.

Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif,
yakni data angka yang diperoleh dihitung menggunakan statistik persentasi.
2.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data penelitian yang digunakan untuk memperoleh data dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.

Study dokumenter

-

Meneliti dokumen pemberian nilai formatif dalam semester….

-

Meneliti nilai sumatif setiap siswa pada akhir semester untuk melihat efeftifitas

pemberian tes formatif.
3.

Sumber Data

Sumber dalam penelitian ini adalah informasi yang diperoleh guru Agama Kristen dan wali
untuk mendapat obyek penelitian berupa dokumen formatif dan sumatif.

I.

Sistematika Penulisan

Salah satu upaya mempermudah kajian penelitian ini, peneliti akan menyajikan secara singkat
garis besar sistematika penulisan berupa uraian secara perbab, hal ini penulis lakukan untuk
memberi gambaran secara menyeluruh tentang penelitian yang sudah dilakukan pembagian
bab-bab tersebut adalah sebagai berikut.
Bab I, penelitian memaparkan pendahuluan yang didalamnya mengkaji latar belakang
masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan masalah penelitian, pembatasan masalah
penelitian, asumsi penelitian, alasan pemilihan judul dan manfaat penelitian, metodologi
pemikiran, dan sistematika penelitian. Bab II, kerangka teoritis peneliti membagi enam garis
besar. Bagian pertama memaparkan tentang devinisi guru Pendidikan Agama Kristen, bagian
kedua memaparkan pendidikan Agama Kristen, bagian ketiga konsep dasar tes formatif
dalam proses belajar mengajar, bagian ketiga memaparkan konsep dasar tes sumatif dalam
proses belajar mengajar, bagian keempat memaparkan konsep dasar tes formatif dengan tes
sumatif dalam meningkatkan nilai belajar siswa, bagian kelima memaparkan pengaruh tes
formatif dengan tes sumatif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, bagian keenam
memaparkan tentang mata pelajaran pendidikan agama Kristen. Bab III, memaparkan hasil
penelitian di lapangan yang meliputi : gambaran umum SMA Negeri 1 Bulik Kabupaten
Lamandau, makna Pendidikan Agama Kristen terhadap tes formatif dengan tes sumatif di
SMA Negeri 1 Bulik Kabupaten Lamandau, pelaksanaan tes formatif dan sumatif di SMA
Negeri 1 Bulik Kabupaten Lamandau. Bab IV, peneliti memaparkan pembahasan yakni,
hubungan antara nilai tes formatif dengan tes sumatif yang berpusat pada materi, pola
pelaksanaan pendidikan agama Kristen di SMA Negeri 1 Bulik Kabupaten Lamandau.Bab V,
peneliti membuat kesimpulan dan memberikan saran-saran. Dengan harapan agar sekolah
dapat mempergunakannya sebagai salah satu upaya dalam mengajar, mendidik, menanamkan
nilai-nilai kekrestenan dan menjadi model atau contoh yang patut ditiru.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. DEFINISI GURU PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
l. Arti Guru Pendidikan Agama Kristen
Untuk dapat mengetahui peranan guru Pendidikan Agama Kristen. Maka perlu
terlebih dahulu dijelaskan pengertian guru secara umum dan guru Pendidikan Agama Kristen
adalah sebagai berikut :
a. Secara umum definisi guru adalah tenaga pengajar yang dilatih atau dipersiapkan dan
dipilih untuk tugas mengajar, sedangkan guru Pendidikan Agama Kristen adalah seorang
pendidik yang mengajarkan Pengetahuan, tentang pokok-pokok ajaran iman Kristen yang

dinyatakan Tuhan di dalam Alkitab, yang menentukan, mengarahkan, dan membimbing siswa
supaya bertumbuh dalam iman. (Jhon M. Nainggolan, 2007 : 8)
b. Selanjutnya menurut pendapat Leatha Humes dan Lieke Simanjuntak, (1998 : 47) bahwa
guru Pendidikan Agama Kristen adalah "Seorang yang dipanggil kepada Tuhan Yesus
Kristus, ditebus dan menjadi murid yang tetap mengikutinya dan belajar dari-Nya serta
ditugaskan untuk membuat anak didik menjadi murid Kristus dan kemudian mengajar mereka
melakukan segala sesuatu yang telah diperintahkan Tuhan kepadanya.
Berdasarkan pengertian guru dan burn Pendidikan Agama Kristen di alas, maka, dapat
disimpulkan Guru Pendidikan Agama Kristen adalah tenaga pengajar atau pelayan yang
dipilih dan dilatih untuk tugas mengajar Pendidikan Agama Kristen. Pengajaran Pendidikan
Agama Kristen merupakan pengetahuan tentang pokok-pokok ajaran iman Kristen yang ,
dinyatakan Tuhan dalam Alkitab, yang menentukan, mengarahkan, dan guru membimbing
siswa supaya bertumbuh dalam iman yang sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, serta
mewujudkan iman tersebut di dalam kehidupan sehari-hari.
2. Peranan Guru Pendidikan Agama Kristen
Berbicara tentang peranan, perlu diketahui arti peranan itu secara umum, yaitu:
merupakan pengaruh besar terhadap tindakan yang. ingin dilakukan oleh seorang individu
dalam rangka mengarahkan, membimbing, dan menentukan seseorang pada suatu pilihan
yang mendasari tujuan yang ingin dicapai.
Berdasarkan pemahaman di atas, maka peranan guru Pendidikan Agama Kristen
bukan hanya memberikan pengajaran dan bimbingan di bidang Pendidikan Agama Kristen
kepada siswa. Tetapi tujuan yang ingin di capai adalah untuk mengembangkan dan
menumbuhkan iman, sikap, . dan tindakan sesuai dengan kesaksian Alkitab di dalam
kehidupan siswa sehari-hari.

Peran guru Pendidikan Agama Kristen yang ideal di dalam proses belajar -mengajar
tidak bergaya otoriter terhadap secara yang memaksimalkan kehendaknya kepada siswa,
dengan hanya memberikan materi pelajaran tanpa memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengeluarkan pendapatnya dan bertanya kepada guru.
Hendaknya guru Pendidikan Agama Kristen berperain sebagai fasilitator yang
menciptakan kelas menjadi wahana atau suasana yang hangat dan nyaman, sehingga
terciptanya hubungan yang harmonis dalam komunikasi antara siswa dengan guru di sekolah.
Guru dapat menjadi orang tua dan sahabat bagi murid, dengan bersikap demikian maka dalam
hidup murid akan berkembang sikap menghormati dan-menghargai serta mengasihi guru.
Guru Pendidikan Agama Kristen harus menyadari peranannya yang sangat istimewa
itu, guru dianggap ahli dan dipercayai oleh siswa dalam hal menyampaikan mengajar, sebab
itu guru harus mempunyai pengetahuan cukup tentang isi pokok-pokok iman Kristen yang
terdapat di dalam Alkitab dan mempunyai hasrat sejati untuk menyampaikan pokok-pokok
ajaran Kristen.
Adapun syarat yang harus dimiliki oleh seorang guru pendidikan Agama Kristen yang
berhubungan dengan peranannya yang sangat penting dalam mengajarkan Pendidikan Agama
Kristen yaitu sebagai berikut :
a. Kecakapan untuk menimbulkan minat bahkan menggembirakan hati siswa dengan pokok
yang diajarkannya.
b. Semangat pengorbanan diri dan menjadi teladan dalam tugas menyampaikan pokokpokok pengajaran Kristen kepada siswa.

3. Tugas Dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Kristen

Guru Pendidikan Agama Kristen secara umum mempunyai tugas dan tanggung jawab:
mengajar, mengasuh dan membimbing hidup rohani siswa. Menurut pendapat Homrighausce
dan Enklaar tugas dan tanggung jawab guru Pendidikan Agama Kristen10 secara khusus,
sebagai berikut :
a. Guru Pendidikan Agama Kristen menjadi penafsir iman; yang menguraikan dan
menerangkan kepercayaan Kristen. Gurulah yang menyampaikan harta-harta dari masa
lampau kepada siswa.
Dengan demikian guru Pendidikan Agama Kristen mempunyai tugas dan tanggung
jawab Yang besar dalam-pendidikan-agama bagi siswa, sebab pendidikan agama tidaklah
sama dengan pelajaran lain di sekolah. Guru Pendidikan Agama Kristen bertanggung jawab
dan dituntut untuk memi9iki keterampilan dalam menyelami seluruh materi pelajaran dan
menghubungkannya dengan nilai -nilai iman Kristen, sehingga siswa dapat mengcmbangkan
kepribadian yang utuh, dan mampu mengaplikasikan materi tersebut di dalam kehidupannya
sehari-hari.

4. Dasar Alkitabiah Dalam Pelaksanaan Tugas dan Tanggung jawab Guru Pendidikan
Agama Kristen.
Guru Pendidikan Agama Kristen merupakan orang yang memberikan dirinya secara
penuh kepada Tuhan Yesus Kristus dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab. Guru,
tidak boleh mengangap bahwa Tugasnya mengajar hanya merupakan formalitas saja, terapi
guru harus bersungguh-sungguh dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya untuk
membawa siswa kepada pengajaran Tuhan Yesus Kristus yang benar dan sejati.
Dasar Alkitabiah yang mendorong pelaksanaan tugas dan tanggung jawab guru
Pendidikan Agama Kristen yang terdapat dalam Injil Matius 28:19-20; Karena itu pergilah,
jadikan segala bangsa melalui baktislah mereka dalam Nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,

dan ajarkanlah mereka melakukan segala sesuatu yang Kuperintahkan kepadamu. Dan
ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir jaman. “Dasar Alkitabiah ini
disebut sebagai Amanat Agung.
Guru Pendidikan Agama Kristen dalam melaksanakan tugasnya terpanggil untuk
bertumbuh ke arah pengenalan yang semakin mendalam dan lengkap tentang pribadi Tuhan
Yesus yang akan memungkinkan guru Pendidikan Agama Kristen memahami kehendak
Tuhan dalam tugas 6an tanggung jawabnya. Membawa siswa dalam kepada pengenalan yang
sejati akan pribadi dan karya Allah dan Tuhan Yesus sebagai jalan 'kebenaran dan hidup
(Yohanes 1:18; 14-6)13.
Guru Pendidikan Agama Kristen

bertanggung jawabnya . membawa siswa kepada

Kristus, sehingga siswa dapat mengenal dan mempermuliakan serta mengakui dengan
lidahnya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan juruselamat semua umat manusia yang ada
di dunia ini (Filipi 2: 5-ll). Pekerjaan guru Pendidikan Agama Kristen adalah pekerjaan yang
mulia, sebab itu hendaknya guru Pendidikan Agama Kristen tidak menganggap bahwa
pekerjaan itu sebagai pekerjaan sampingan yang dianggap remeh. Tetapi hendaknya
pekerjaan itu merupakan pelayanan yang sungguh-sungguh kepada Tuhan.

B. Pendidikan Agama Kristen di Sekolah
1. Pengertian Pendidikan Agama Kristen.
Pengertian Pendidikan Agama Kristen berasal dari istilah “Christian Education”
artinya Pendidikan Kristen, dan kemudian berkembang menjadi “Christian Religious
Education” yaitu Pendidikan Agama Kristen.
Menurut Homrighausen dan Enklaar Pendidikan Agama Kristen diterima oleh :
“semua pelajar, muda dan tua memasuki persekutuan iman yang hidup dengan Tuhan sendiri,

oleh dan dalam Dia terhisap pula pada persekutuan Jemaat-Nya yang mengakui dan
mempermuliakan-Nya di segala waktu dan tempat”.
Pendidikan Agama Kristen membawa semua siswa yang percaya kepada Tuhan untuk
terlibat dalam persekutuan iman sebagai bentuk dari pengakuannya di mana pun ia berada
tidak terbatas waktu dan tempat. Di dalam kehidupan siswa atau semua orang percaya
mempermuliakan Nama Tuhan Yesus. Sehingga melalui persekutuan iman tersebut siswa
menbalami pendewasaan di dalam Tuhan Yesus. Selanjutnya Campbell Wyckoff (1955)t6
menjelaskan bahwa :
“Pendidikan A6ama Kristen adalah pendidikan yang menyadarkan setiap orang akan
Allah dan kasih-Nya dalam Yesus Kristus, agar dapat mengetahui diri mereka yang
sebenarnya, keadaannya, bertumbah sebagai anak Allah dalam persekutuan Kristen,
memenuhi pariggilan bersama sebagai murid Yesus di dunia dan tetap percaya kepada
pengharapan Kristen.
Berdasarkan pendapat ahli di atas maka dapat simpulkan bahwa Pendidikan Agama
Kristen adalah merupakan salah satu dari tugas gereja yang sangat penting di lapangan
pendidikan (di lingkungan sekolah dan gereja) dan pengajaran yang bertujuan untuk
membimbing, mengarahkan dan mengajarkan pokok-pokok ajaran iman Kristen kepada
individu (siswa). Pendidikan Agama Kristen tidak dapat dipandang sebagai pekerjaan
sambilan, saja, tetapi pekerjaan ini sebagai Amanat dari Allah yang mesti dilaksanakan oleh
seorang guru dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati sebagai pelayanan kepada Allah.

C. Konsep Dasar Tes Formatif Dalam Proses Belajar Mengajar
Pembahasan konsep dasar tes formatif, meliputi pengertian tes formatif, tujuan, dan
manfaat tes formatif, serta cara pelaksanaan tes formatif.
1. Pengertian Tes Formatif

Tes formatif adalah jenis tes yang diberikan pada akhir satuan bahasan, untuk
mengetahui sampai sejauh mana bahan yang telah di pelajaran siswa dapat dikuasai, atau
dengan kata lain evaluasi yang dilakukan terhadap hasil belajar setelah siswa selesai
mengikuti program satuan pelajaran tertentu. Sejalan dengan pengertian tes formatif ini,
dijelaskan bahwa, Tes Formatif adalah tes yang diadakan oleh guru pada akhir pertemuan
belajar mengajar untuk mengukur dan menilai pencapaian tujuan Pelajaran yang telah
ditetapkan (Winke1,1984:162).
Pendapat ini menjelaskan bahwa tes formatif yang diberikan oleh guru pada tiap-tiap
akhir pertemuan proses belajar mengajar untuk mengetahui daya serap siswa dalam
mengikuti proses belajar mengajar tersebut pada masing-masing satuan bahasan.
Yang dimaksud dengan satuan bahasan disini adalah satu kesatuan yang terdiri dari
beberapa pokok bahasan yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Selanjutnya
dengan nada yang hanya sama (Suharsimi Arikunto, 1986: 41) menjelaskan pengertian tes
formatif, sebagai berikut :
Tes formatif adalah tes yang dirancang dan dilaksanakan oleh seorang guru sebagai
salah satu komponen belajar mengajar yang dilaksanakan. Tes formatif ini dilaksanakan
setiap kali pertemuan belajar mengajar dalam menyajikan satu pokok bahasan atau sub pokok
bahasan, pelajaran yang ditetapkan oleh kurikulum atau Garis-garis Besar Program
Pengajaran (GBPP) yang berlaku. Tes ini dilaksanakan untuk mengukur dan menilai hasil
belajar yang dicapai siswa, setelah mengikuti program pengajaran, seperti yang dirancangkan
dalam satuan pelajaran sebagai umpan balik (feed back) bagi guru untuk memperbaiki
(remedial)
Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tes formatif
adalah tes atau evaluasi yang di laksanakan oleh guru dalam suatu pertemuan belajar
mengajar, guna mengukur dan menilai keberhasilan belajar mengajar yang telah

dilaksanakan. Keberhasilan ini menyangkut keberhasilan guru mengajar dan keberhasilan
siswa belajar. Adapun yang menjadi tolak ukur penilaian formatif adalah pencapaian tujuan
khusus pembelajaran, yang dilihat dari tingkat penguasaan siswa atas sejumlah penguasaan
dan keahlian yang dikehendaki melalui proses belajar mengajar tertentu. tujuan dan Manfaat
Tes Formatif.
Setiap kegiatan yang kita lakukan tentu saja mempunyai tujuan dan manfaat
tersendiri. Demikian pula halnya dengan tes formatif ini juga mempunyai tujuan dan manfaat
tertentu. Untuk jelasnya tujuan dan manfaat tes formatif, diuraikan sebagai berikut :
a.

Tujuan tes formatif.
Adapun tujuan tes formatif adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan

pelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai melalui kegiatan belajar mengajar yang telah
dilakukan oleh guru.
Dari hasil formatif ini sangat berguna bagi guru untuk mengambil langkahlangkah mempunyai komponen-komponen belajar mengajar. Menurut (Sutomo, 1985 :19)
tujuan tes formatif adalah sebagai berikut :
Penilaian formatif adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana siswa
mengetahui bahan yang telah diberikan atau sejauh mana telah tercapai TIK (Tujuan
Instruksional Khusus) yang telah ditetapkan oleh guru. Dan sebagai umpan balik (feed back)
bagi guru untuk memperbaiki (remedial)
Dari pendapat ini dapat disimpulkan bahwa tujuan tes formatif terbagi atas dua
yaitu Pertama, tes formatif sebagai tolak ukur keberhasilan belajar mengajar, dan Kedua,
sebagai umpan balik bagian peningkatan mutu belajar mengajar itu sendiri. Selanjutnya
tujuan umum dari evaluasi antara lain sebagai berikut :
1. Memperoleh informasi yang diperlukan untuk meningkatkan produktivitas serta
efektivitas belajar siswa.

2. Memperoleh informasi yang diperlukan untuk memperbaiki, menyempurnakan serta
memperbanyak program. (Roestisyah, 1986 : 88).
Dari tujuan evaluasi diatas, ternyata sama dengan tujuan dari tes formatif. Bertitik
tolak dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari tes formatif
adalah untuk mengukur kemampuan atau daya serap siswa dalam menerima pelajaran yang
diberikan oleh guru dalam jangka waktu yang relative singkat yaitu pada tiap kali pertemuan,
atau tiap akhir satuan bahasan. Disamping itu juga tujuan tes formatif sangat bermanfaat bagi
guru dalam menganalisis proses belajar mengajar yang diberikan, untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan dari komponen-komponen kegiatan belajar mengajar seperti rumusan
tujuan pembelajaran khusus (TPK), kesesuaian bahan, metode dan alat yang digunakan serta
ketepatan alat penilaian.
b.

Manfaat tes formatif
Manfaat tes formatif bagi siswa, dijelaskan sebagai berikut :

1. Digunakan untuk mengetahui apakah siswa menguasai bahan pelajaran secara
menyeluruh.
2. Merupakan penguat (reinforcemen) bagi siswa. Dengan mengetahui bahan tes dikerjakan
sudah menghasilkan skor tinggi sesuai dengan yang diharapkan, maka siswa merasa
mendapat anggukan kepala dan para guru, dan ini merupakan tanda bahwa apa yang dimiliki
merupakan pengetahuan yang sudah benar. Dengan demikian maka pengetahuan itu tambah
melekat di ingatan. Disamping itu tanda keberhasilan suatu pelajaran bagi siswa itu akan
dapat memperbesar motivasi untuk belajar lebih giat agar dapat mempertahankan nilai yang
sudah baik itu atau untuk memperoleh nilai yang lebih baik lagi.
3. Usaha memperbaiki. Dengan umpan batik (feed back) yang diperoleh setelah dengan teliti
siswa mengetahui bab atau bagian dari bahan man yang belum dikuasai. Dengan demikian
akan nada motivasi untuk meningkatkan kepuasan penguasaan.

4. Sebagai diagnose. Bahan pelajaran dikuasai oleh siswa merupakan serangkaian
pengetahuan, keterampilan dan konsep. Dengan mengetahui bagian mana dari bahan
pelajaran yang masih dirasakan sulit. (Suharsimi Arikunto, 1986: 30).
4. Cara pelaksanaan Tes Formatif
Dalam pelaksanaan penilaian terhadap kegiatan belajar mengajar di sekolah,
keberhasilannya sangat ditentukan oleh cara-cara atau teknik pelaksanaan tes itu sendiri, oleh
sebab itu pada bagian ini akan dikemukakan cara pelaksanaan tes formatif di sekolah.
Sebagaimana kita ketahui bahwa kegiatan evaluasi adalah merupakan salah satu komponen
belajar yang harus mendapat perhatian dari guru dalam melaksanakan tugasnya dalam
menyusun dan menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar.
5. Hubungan tes Formatif dengan Tujuan Khusus Pembelajaran
Tes formatif disusun oleh guru rencana pembelajarannya, hendaknya disesuaikan
dengan tujuan pembelajaran khusus (TPK).
6. Hubungan tes formatif dengan bahan pelajaran
Evaluasi formatif yang telah dilaksanakan oleh guru tentu disusun sesuai dengan
materi pelajaran yang telah diberikan kepada siswa. Kalau soal evaluasi formatif itu diberikan
tidak sesuai dengan materi/bahan yang telah diajarkan, maka ada kemungkinan tidak seorang
pun siswa yang dapat menjawabnya atau menyelesaikan tugas dan soal-soal evaluasi yang
diberikan oleh guru, sehingga timbul penafsiran dari hasil evaluasi terhadap kegiatan belajar
mengajar dipandang gagal.
7. Hubungan tes formatif dengan siswa.
Evaluasi yang dilaksanakan hendaknya, memperhatikan siswa sebagai subjek dari
objek didik. Dalam penyusunan tes formatif hendaknya disesuaikan dengan tingkat
perkembangan dan tingkat kematangan siswa. Oleh karena itu jumlah soal, istilah yang
dipakai dan tingkat kesukarannya harus sesuai dengan keadaan siswa. Hal ini sesuai pula

dengan pendapat para ahli yang mengatakan sebagai berikut : "Evaluasi yang disusun dalam
rangka proses belajar mengajar harus sesuai dengan taraf perkembangan siswa itu sendiri,
baik bahan, bentuk soal maupun tingkat kesukarannya "(Wayan Nurkancana, 1982:82)

D. Konsep Dasar Tes sumatif dalam proses belajar mengajar
Ada beberapa hal yang perlu dibahas dalam konsep dasar tes sumatif ini yaitu
meliputi pengertian tes sumatif, tujuan, dan manfaat tes sumatif serta cara pelaksanaannya.
1. Pengertian Tes Sumatif.
Tes sumatif merupakan tes yang diberikan oleh guru sehubungan dengan selesainya
beberapa pokok bahasan yang diberikan dalam satu semester. Tetapi adakalanya tes ini
diberikan pada tengah semester, tes yang dilakukan seperti ini sering kita sebut dengan tes
sub sumatif atau tengah semester. Sedangkan yang dikatakan tes sumatif yaitu tes yang
dilaksanakan pada akhir program semester atau sering juga disebut ulangan semester. Untuk
jelasnya pengertian penilaian sumatif ini diartikan sebagai berikut :
"Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan setelah berakhirnya program
pengajaran yang lebih bins yaitu satu semester..:: atau satu tahun, yang biasanya penilaian ini
disebut dengan ulangan umum"(Sutomo, 1984: 18). Selajutnya Conny Seniawan menjelaskan
maksud penilaian sumatif sebagai berikut :
Yang dimaksud dengan evahiasi sumatif adalah kegiatan evaluasi, yang dilaksanakan
oleh guru untuk mengukur dan menilai hasil belajar siswa, setelah menempuh beberapa kali
pertemuan belajar mengajar, misalnya ulangan harian atau sib sumatif, dalam bentuk
ulangan .... semester dan evaluasi akhir (EBTA). (Conny Seniawan, 1984:92).

Kedua pendapat ini mempunyai pengertian dan maksud yang searah, sehingga dapat
kita simpulkan bahwa tes sumatif adalah jenis alat penilaian yang dilakukan oleh guru _
dalam beberapa pokok bahasan atau untuk kurun waktu satu semester yang pelaksanaannya
diberikan pada akhir semester atau tahun ajaran.
2. Tujuan dan Manfaat Tes Sumatif.
Berdasarkan uraian pengertian tes sumatif diatas yaitu tes yang dilaksanakan pada
akhir program semester, disamping untuk mengetahui pencapaian tujuan pengajaran jangka
panjang, maka hasil dari tes sumatif itu juga untuk menentukan nilai atau skor prestasi belajar
siswa, yang bermanfaat sebagai bahan penentuan kenaikan kelas, kelulusan, peringkat siswa
yang bersangkutan. Adapun manfaat evaluasi, secara umum dapat kita lihat dari pendapat
berikut ini yaitu :
Pertama untuk memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar memperbaiki
proses belajar mengajar dan mengadakan program perbaikan (remedial) kepada siswa. Kedua
untuk menentukan angka kemajuan/ hasil belajar masing-masing siswa yang antara lain
dipakai sebagai laporan kepada orang tua, penentuan kenaikan kelas dan penentuan lulus
tidaknya siswa. Ketiga untuk menempatkan siswa dalam situasi belajar mengajar yang tepat
Misalnya dalam program studi, jurusan yang sesuai dengan tingkat kemampuan, karakteristik
lain yang dimiliki siswa. Keempat untuk mengenal War belakang (psikologis, fisik dan
Iingkungan) siswa yang mengalami kesulitan belajar, yang hasilnya dapat digunakan sebagai
dasar dalam memecahkan kesulitan belajar"(Depdikbud, 1986: 1).
3. Cara Pelaksanaan Tes Sumatif.
Bila kita melihat pelaksanaan tes formatif, tidak begitu membutuhkan perencanaan
dan langkah-langkah yang kompleks, karena penyusunan dan pelaksanaan tes itu dilakukan
oleh guru bidang studi masing-masing, tetapi untuk tes sumatif membutuhkan perencanaan
yang matang dan kerjasama dari semua staf sekolah. Dalam hat ini kepala sekolah sebagai

penanggung jawab pelaksanaan tes, ia akan memberikan tugas kepada beberapa guru, sebagai
pelaksana. Untuk lebih jelasnya berikut ini di sajikan langkah-langkah yang harus
diperhatikan dalam tes sumatif adalah sebagai berikut :
a. Pembentukan petugas pelaksana.
b. Penyusunan naskah soal tes.
c. Penyusunan jadwal pelaksanaan.
d. Memperbanyak/penggandaan soal.
e. Penyusunan jadwal pengawas.
f.

Pelaksanaan testing.

g. Pemeriksaan hasil tes.

E. Peranan formatif Dengan Tes Sumatif Dalam Meningkatkan Nilai belajar.
Penilaian yang baik, apabila dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip penilaian.
Adapun prinsip-prinsip penilaian adalah sebagai berikut :
Ada beberapa prinsip dalam pelaksanaan penilaian, antara lain :
1. Kontinu yaitu penilaian yang kita laksanakan haruslah bersifat kontinu, terus menerus,
tidak hanya dilakukan secara insidentil.
2. Comprehensip yaitu penilaian yang kita laksanakan harus bersifat menyeluruh dari
berbagai aspek, yaitu kognitif, psikomotor, dan afektif.
3. Objektif yaitu penilaian yang dilaksanakan harus benar-benar objektif mengukur
kemampuan apa yang hendak diukur.
4. Kooperatif yaitu penilaian hendaknya di lakukan bersama-sama oleh semua guru yang
bersangkutan, misalnya penilaian pada kenaikan kelas, ujian akhir. (Sutomo, 1984: 23)

F. Pengaruh Tes Formatif Terhadap Tes Sumatif Dalam Meningkatkan Nilai Belajar Siswa.

Sebagaimana telah diuraikan pada tujuan tes formatif yaitu untuk mengetahui sejauh
mana penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran yang telah diberikan dan sebagai umpan
balik bagi guru untuk memperbaiki proses belajar mengajar berikutnya. Pada bagian
terdahulu telah dijelaskan bahwa tes formatif dan tes sumatif dapat dimanfaatkan sebagai
bahan laporan kepada orang tua siswa atau wall siswa yang bersangkutan. Hal ini dilakukan
agar orang tua dan wali siswa dapat turut serta memperhatikan mutu pendidikan anaknya,
sehingga terjalin kerjasama antara orang tua siswa. dan guru dalam meningkatkan prestasi
belajar siswanya.
Dengan hasil penilaian formatif dan sumatif dapat juga memberikan motivasi belajar
bagi siswa, misalnya bagi siswa yang memperoleh nilai rendah akan mendorong siswa untuk
belajar lebih giat dan bagi siswa yang nilainya tinggi akan mendorong mereka untuk
mempertahankan/meningkatkan prestasi belajarnya. Dan dengan nilai ini juga akan
menimbulkan persaingan yang positif antara sesama siswa untuk memperoleh/meraih prestasi
yang lebih baik.
Dari beberapa uraian diatas, maka jelaslah bahwa hasil tes formatif. mempunyai
implikasi atau berpengaruh besar terhadap peningkatan prestasi belajar siswa yang terlihat
dari hasil nilai tes sumatifnya.

G. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen
1. Pengertian Pembelajaran
a. Konsep Pembelajaran
Pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang diciptakan untuk membantu siswa
dalam belajar.
Menurut Gagne, mendefinisikan istilah pembelajaran sebagai "asset of event
embedded purposeful activities that facilitate learning". Pembelajaran adalah serangkaian

aktivitas yang sengaja diciptakan dengan maksud untuk memudahkan terjadinya proses
belajar.
Patricia L Smith dan Tillman J. Ragan, pembelajaran adalah pengembangan dan
penyampaian informasi dan kegiatan yang di ciptakan untuk memfasilitasikan pencapaian
tujuan yang spesifik.
Yusuffiadi Miarso, pembelajaran adalah sebagai aktivitas atau kegiatan yang berfokus
pada kondisi dan kepentingan pembelajaran (learner centered).
b. Unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran :
Hal ini dapat dijelaskan melalui pengertian pembelajaran dalam menunjang
tercapainya tujuan belajar siswa, sehingga baik guru maupun siswa sama-sama memiliki
unsur dinamis. Unsur dinamis pada guru, yaitu untuk penyelenggaraan pembelajaran dan
unsur dinamis pada siswa yaitu untuk proses belajar.
1.

Pendidikan Agama Kristen
Hakekat Pendidikan Agama Kristen (PAK) seperti yang tercantum dalam hasil

lokakarya strategi Pendidikan agama Kristen di Indonesia tahun 1999 adalah “usaha yang
dilakukan secara kontinyu dalam rangka mengembangkan kemapunan peserta didik agar
dengan pertolongan Roh Kudus dapat memahami dan menghayati Kasih Tuhan Allah di
dalam Yesus Kristus yang di nyantakan dalam kehidupan sehari-hari terhadap sesame dan
lingkungan hidupnya.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Arikunto, Suharsimi, Dr, Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta, Bina Aksara. 1986.

Depdikbud, Pelaksanaan Sistem Penelitian. Dirjen Dikdasmen. 1986.

Karwapi, Drs. Beberapa Masalah dan Pendekatannya. Hasmar Medan. 1971.

Moh. Nazir, Metode Penelitian, Jakarta, GhaliaIndonesia.2002

NatawidjajaRochman, Drs. Psikologi Pendidikan. Jakarta, CV. Mutiara 1979.

Nurkancana Wayan, Drs. Dan PPN Sumartono, Evaluasi Pendidikan, Surabaya,Usaha
Nasional.

Oemar Hamalik, Dr. Metodologi Pengajaran Ilmu Pendidikan, Bandung, Mandar Maju 1989.

Poerwadarminta, WJS, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta, PN Balai Pustaka, 1966.

Roestisyah NK, Dra, Masalah-Masalah Ilmu Keguruan. Jakarta, BInaAksara. 1986

Sudirman N, Drs. Dkk, Ilmu Pendidikan, Bandung, Remaja karya, 1987.

Suryabrata, S. Metodologi Penelitian. Jakarta. CV. Rajawali, 1998.

Soetarno, H, Drs. M.Pd, Ilmu Keguruan Dasar-Dasar Kependidikan (Evaluasi), Bandung,
Dirjendidesmen, 2002.

Sutomo, Drs. Teknik Penelitian Pendidikan. Surabaya, Bina Ilmu 1984.

Seniawan Conny, Pro, Pengukuran dan Penilaian dalam Dunia Pendidikan. Jakarta, PT.
Gramedia 1984.

Team Didaktik dan Metode Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Dikdaktik Kurikulum
Proses Belajar Mengajar, IKIP, Surabaya 1976

Winkel, E.S. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta, PT. Gramedia. 1984.

Dokumen yang terkait

AN ANALYSIS ON GRAMMATICAL ERROR IN WRITING MADE BY THE TENTH GRADE OF MULTIMEDIA CLASS IN SMK MUHAMMADIYAH 2 MALANG

26 336 20

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45