Gratifikasi Dalam Persfektif Al Quran Ta
DALAM ISLAM
Mata Kuliah
TAFSIR SOSIAL
Oleh : MUHAMAD
https://moehs.wordpress.com
Jokowi
Mengembalikan gitar
Metallica & kacamata
Jorge Lorenzo
KH. Amidhan
‘diduga’ meminta
sejumlah fasilitas dalam
sertifikasi halal
Jokowi sebagai
Penyelenggara negara
khawat ir menerima
grat if ikasi
“ . . saya kan bukan
penyelenggara negara,
boleh t erima
grat if ikasi”
PEMAHAMAN
[ Set iap Individu] BERBEDA
a. Apakah setiap gratifikasi termasuk SUAP/SOGOK?
Apa PERBEDAAN gratifikasi dan sogok? Kriteria apa
yang dapat dipahami lebih jelas untuk menentukan
pemberian yang diterima termasuk kategori
Gratifikasi?
b. Bagaimana
LANGKAH/SOLUSI
pencegahan
gratifikasi melalui pendekatan individual?
• Makalah ini mengkaji beberapa ayat yang
dipandang relevan atau memiliki keterkaitan
kuat hanya terhadap gratifikasi dan
sejenisnya.
• Permasalahan yang akan dicarikan
solusinya dibahas khususnya dari sudut
pandang individu
(pelaku/pemberi/penerima/fasilitator)
• Mencari titik temu antara aturan negara
tentang gratifikasi dan suap dengan pesan
atau isyarat Al-Quran serta bagaimana
solusi preventif?
GRATIFIKASI adalah uang hadiah
kepada pegawai di luar gaj i yang t elah
dit ent ukan (Kamus BI)
• Sogok ( )الرشوةriswah, yakni ( ما
)يعطى إبطال او إحقاق باطلKamus Al-Munjid
--
Perbedaan
Pengat uran
Def inisi
Sanksi
SUAP
GRATIFIKASI
1. KUHAP (Wet boek van St raf recht , St aat sblad 1915 No 73)
1. UU No. 20 Tahun 2001 t ent ang Perubahan UU No. 31
2. UU No. 11 Tahun 1980 t ent ang Tindak Pidana Suap (“ UU 11/ 1980” )
Tahun 1999 t ent ang Pemberant asan Tindak Pidana
3. UU No. 20 Tahun 2001 t ent ang Perubahan UU No. 31 Tahun 1999 Korupsi sert a diat ur pula dalam UU No. 30 Tahun 2002
t ent ang Pemberant asan Tindak Pidana Korupsi sert a diat ur pula t ent ang
Komisi
Pemberant asan
Korupsi
(“ UU
dalam UU No. 30 Tahun 2002 t ent ang Komisi Pemberant asan Korupsi Pemberant asan Tipikor” )
2. Perat uran Ment eri Keuangan Nomor 03/ PMK. 06/ 2011
(“ UU Pemberant asan Tipikor” )
t ent ang Pengelolaan Barang Milik Negara yang Berasal
Dari Barang Rampasan Negara dan Barang Grat if ikasi.
Pemberian
dalam art i luas, yakni meliput i pemberian
Barangsiapa menerima sesuat u at au j anj i, sedangkan ia menget ahui
at au pat ut dapat menduga bahwa pemberian sesuat u at au j anj i it u uang, barang, rabat (discount ), komisi, pinj aman t anpa
dimaksudkan supaya ia berbuat sesuat u at au t idak berbuat sesuat u bunga, t iket perj alanan, f asilit as penginapan, perj alanan
dalam t ugasnya, yang berlawanan dengan kewenangan at au wisat a, pengobat an cuma-cuma, dan f asilit as lainnya.
kewaj ibannya yang menyangkut kepent ingan umum, dipidana karena Grat if ikasi t ersebut baik yang dit erima di dalam negeri
menerima suap dengan pidana penj ara selama-lamanya 3 (t iga) t ahun maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan
at au denda sebanyak-banyaknya Rp. 15. 000. 000. - (lima belas j ut a menggunakan sarana el ekt ronik at au t anpa sarana
rupiah) (Pasal 3 UU 3/ 1980).
elekt ronik (Penj elasan Pasal 12B UU Tipikor)
UU 11/ 1980:
Pidana penj ara selama-l amanya 3 (t iga) t ahun at au denda sebanyakbanyaknya Rp. 15. 000. 000. - (lima belas j ut a rupiah) (Pasal 3 UU
3/ 1980).
KUHP:
pidana penj ara paling lama sembilan bulan at au pidana denda paling
banyak empat ribu lima rat us rupiah (Pasal 149)
UU Pemberant asan Tipikor:
Dipidana dengan pidana penj ara paling singkat 1 t ahun dan paling
lama 5 t ahun dan at au pidana denda paling sedikit Rp 50. 000. 000, 00
dan paling banyak Rp 250. 000. 000. pegawai negeri at au
penyel enggara negara yang menerima hadiah at au j anj i padahal
diket ahui at au pat ut diduga, bahwa hadiah at au j anj i t ersebut
diberikan karena kekuasaan at au kewenangan yang berhubungan
dengan j abat annya, at au yang menurut pikiran orang yang
memberikan hadiah at au j anj i t ersebut ada hubungan dengan
j abat annya (Pasal 11).
Pidana penj ara seumur hidup at au pidana penj ara paling
singkat 4 (empat ) t ahun dan paling lama 20 (dua puluh)
t ahun,
dan
pidana
denda
paling
sedikit
Rp
200. 000. 000, 00 (dua rat us j ut a rupiah) dan paling banyak
Rp 1. 000. 000. 000, 00 (sat u miliar rupiah) (Pasal 12B ayat
[ 2] UU Pemberant asan Tipikor)
Weber,
WACANA TAFSIR
(2: 188), (5: 62-63) + Hadist
- Tanggung j awab Individu (19: 93-95)
-
Ibda
binaf sik
-
Pengaruh Individu t erhadap
f ollower -nya
- Konsep perubahan Kaum (19: 9395)
Ayat –ayat Penjelas
Mengingat perubahan dimulai dari ideas, maka kemudian para agen
perubahan dalam hal ini adalah individu-individu harus memiliki
kesadaran unt uk mengaplikasikan gagasan agama yang dit unt un AlQuran kedalam kehidupan kesehariannya, t ermasuk dalam int eraksi
sosial dan bisnis.
Tipisnya bat asan grat if ikasi dengan suap di sat u sisi t erkadang
mempersempit pemahaman, sehingga sulit menent ukan suat u
pemberian t ersebut masuk dalam kat egori grat if ikasi at au sogok.
Dapat dikembangkan pert anyaan yang dipilah berdasarkan krit eria
sebagai bahan ref leksi set iap individu ( ist af t a naf sak/ self
assessment )).
1.
MOTIVASI
2.
HUBUNGAN PEMBERI DAN PENERIMA
3.
DAMPAK PEMBERIAN
4.
TEKNIS PENYAMPAIAN
5.
KEPATUTAN/ KEWAJARAN
a)
Dasar
: Al-hukmu yadullu ma’a al-illat.
Reflektif : Apakah motif dari pemberian yang diberikan?
Indikasi :
Hukum Umum
Haramnya memberikan sogok (riswah) QS. Al-Baqarah/2:188 dan Al-Maidah/5:62-63.
Hadis “Allah melaknat orang yang memberi yang menerima dan memfasilitasi suap”
a)
Dari sisi Penerima
Apabila motifnya ditujukan untuk mempengaruhi keputusan (seseorang sebagai pejabat publik),
maka pemberian tersebut dapat dikatakan cenderung ke arah gratifikasi ilegal dan sebaiknya
ditolak.
Seandainya 'karena terpaksa oleh keadaan' gratifikasi diterima, sebaiknya segera laporkan ke pihak
berwajib
a)
Dari Sisi Pemberi
Memberi 'karena terpaksa atau dalam upaya untuk mengambil hak” Maka hal ini dapat
dibenarkan.
Al-Biqai memahami penutup ayat Al-Baqoroh/2:188 sebagai isyarat tentang bolehnya memberi
sesuatu kepada yang berwenang apabila pemberian itu tidak bertujuan dosa, tetapi bertujuan untuk
mengambil hak sendiri. Dalam hal ini yang berdosa adalah yang menerima bukan yang memberi.
Hal yang sama Imam Al Mawardi, Imam Nawawi, dll. “Terkait hukum memberi suap, bila
motivasinya melakukan hal tersebut demi menyemalatkan haknya atau menghindari perilaku
semena-mena, maka tidak haram. Kasus ini serupa dengan perbuatan menebus tawanan perang
dengan sebagian harta.”
•
Dasar <
Ada tiga model hubungan: (1) vertikal-dominatif (seperti hubungan atasanbawahan); (2) diagonal (seperti petugas layanan publik-pengguna layanan
publik); dan (3) setara (seperti antara teman dan antar tetangga); Dua yang
pertama adalah relasi-kuasa yang timpang, berlaku: ھدايا العمال غلول.
Reflektif :
a) Apakah pemberian tersebut diberikan oleh pemberi yang memiliki hubungan
kekuasaan/posisi setara dengan Anda atau tidak? (mis. bawahan-atasan)
b) Apakah terdapat hubungan relasi kuasa yang bersifat strategis?
(menyangkut akses, kontrol aset, dsb)
Indikasi <
i. Jika jawabannya (a) adalah ya (memiliki posisi setara), maka bisa jadi
kemungkinan pemberian tersebut diberikan atas dasar pertemanan atau
kekerabatan (sosial), meski demikian untuk berjaga-jaga ada baiknya anda
mencoba menjawab pertanyaan (b).
ii. Jika jawabannya (a) adalah tidak (memiliki posisi tidak setara) maka anda
perlu mulai meningkatkan kewaspadaan mengenai motif pemberian dan
menanyakan pertanyaan (b) untuk mendapatkan pemahaman lebih lanjut
iii. Jika jawabannya (b) adalah ya, maka pemberian tersebut patut diduga dan
diwaspadai sebagai pemberian yang cenderung ke arah gratifikasi ilegal”
• Dasar<
"Wanaktubu ma Qoddamu wa atsarohum” (QS. Yasiin)
Hadiah kepada pegawai (gratifikasi) akan merusak tatanan negara
secara keseluruhan dan akan mengganggu kerja pegawai, serta
mencabut rasa amanah dari diri mereka.
Reflektif :
Apakah pemberian tersebut memiliki potensi menimbulkan konflik
kepentingan saat ini maupun di masa mendatang?
Indikasi <
Jika jawabannya (a) adalah ya (memiliki posisi setara), maka bisa jadi
Jika jawabannya ya, maka sebaiknya pemberian tersebut ditolak
dengan cara yang baik dan sedapat mungkin tidak menyinggung. Jika
pemberian tersebut tidak dapat ditolak karena keadaan tertentu maka
pemberian tersebut sebaiknya dilaporkan dan dikonsultasikan kepada
KPK untuk menghindari fitnah atau memberikan kepastian jawaban
mengenai status pemberian tersebut
• Dasar
<
Watawanū ‘ala al-birri wa attaqwa walȃ taawanu ‘ala al-itsmi wa
al-‘udwan. Tolong menolong dalam bingkai berbuat dosa
umumnya terselubung, pelaku dan penerima gratifikasi
umumnya melakukan interaksi secara rahasia, bahkan dengan
kode, bahasa dan isyarat tertentu.
Reflektif
:
Bagaimana metode
TERSELUBUNG?
pemberian
dilakukan?
Terbuka
atau
Indikasi <
Patut diwaspadai gratifikasi yang diberikan secara tidak
langsung, apalagi dengan cara yang bersifat sembunyi-sembunyi
(rahasia). Adanya metode pemberian ini mengindikasikan bahwa
pemberian tersebut cenderung ke arah gratifikasi ilegal”
• Dasar
<
Kepatutan terkait dari posisi dan kewajaran dari besar pemberian yang
diterima. Pengumpul zakat pada masa nabi (dalam riwayat Abu Humaid
as-Sa’idi di atas) dikatakan tidak akan memperoleh pemberian apabila
tidak diberi wewenang (berlaku u/semua pegawai), sehingga tidak patut
menerima pemberian.
Demikian pula kewajaran terkait nilai dan frekuensi pemberian
Reflektif :
Bagaimana kepantasan/kewajaran nilai dan frekuensi pemberian
yang diterima (secara sosial)?
Indikasi <
Jika pemberian tersebut di atas nilai kewajaran yang berlaku di
masyarakat ataupun frekuensi pemberian yang terlalu sering sehingga
membuat orang yang berakal sehat menduga ada sesuatu di balik
pemberian tersebut, maka pemberian tersebut sebaiknya dilaporkan ke
pihak berwajib atau sedapat mungkin ditolak”
(KPK menetapkan pemberian >1juta = Gratifikasi)
1.
Grat if ikasi dalam art i pemberian secara luas t idak sert a mert a
t erlarang, dalam hal ini at uran negara dan agama t elah memberikan
bat asan yang cukup j elas. Grat if ikasi berbeda dengan sogok,
pemberian grat if ikasi kepada pegawai adalah t erlarang dan
dikat egorikan sebagai sogok dengan mempert imbangkan beberapa
penciri.
2.
Grat if ikasi dilakukan oleh individu/ inst it usi kepada individu
(pegawai), j adi point of int erest nya adalah individu. Dengan demikian
maka solusi t erhadap persoalan ini dapat dilakukan dengan
pendekat an individu
3.
Upaya pencegahan pemberian dan penerimaan grat if ikasi melalui
pendekat an individu, dilakukan melalui pert anyaan ref lekt if yang
diaj ukan set iap individu kepada dirinya sendiri ( self assessment ),
yang mencakup mot ivasi, hubungan pemberi dan peneriman, dampak
pemberian, t eknis penyampaian, kepat ut an/ kewaj aran.
4.
Diharapkan melalui pemahaman yang benar dari set iap individu
t erhadap bat asan-bat asan grat if ikasi dan sogok, akan t umbuh
kesadaran unt uk t idak t erlibat baik sebagai pemberi, penerima at au
pun mediat or.
Mata Kuliah
TAFSIR SOSIAL
Oleh : MUHAMAD
https://moehs.wordpress.com
Jokowi
Mengembalikan gitar
Metallica & kacamata
Jorge Lorenzo
KH. Amidhan
‘diduga’ meminta
sejumlah fasilitas dalam
sertifikasi halal
Jokowi sebagai
Penyelenggara negara
khawat ir menerima
grat if ikasi
“ . . saya kan bukan
penyelenggara negara,
boleh t erima
grat if ikasi”
PEMAHAMAN
[ Set iap Individu] BERBEDA
a. Apakah setiap gratifikasi termasuk SUAP/SOGOK?
Apa PERBEDAAN gratifikasi dan sogok? Kriteria apa
yang dapat dipahami lebih jelas untuk menentukan
pemberian yang diterima termasuk kategori
Gratifikasi?
b. Bagaimana
LANGKAH/SOLUSI
pencegahan
gratifikasi melalui pendekatan individual?
• Makalah ini mengkaji beberapa ayat yang
dipandang relevan atau memiliki keterkaitan
kuat hanya terhadap gratifikasi dan
sejenisnya.
• Permasalahan yang akan dicarikan
solusinya dibahas khususnya dari sudut
pandang individu
(pelaku/pemberi/penerima/fasilitator)
• Mencari titik temu antara aturan negara
tentang gratifikasi dan suap dengan pesan
atau isyarat Al-Quran serta bagaimana
solusi preventif?
GRATIFIKASI adalah uang hadiah
kepada pegawai di luar gaj i yang t elah
dit ent ukan (Kamus BI)
• Sogok ( )الرشوةriswah, yakni ( ما
)يعطى إبطال او إحقاق باطلKamus Al-Munjid
--
Perbedaan
Pengat uran
Def inisi
Sanksi
SUAP
GRATIFIKASI
1. KUHAP (Wet boek van St raf recht , St aat sblad 1915 No 73)
1. UU No. 20 Tahun 2001 t ent ang Perubahan UU No. 31
2. UU No. 11 Tahun 1980 t ent ang Tindak Pidana Suap (“ UU 11/ 1980” )
Tahun 1999 t ent ang Pemberant asan Tindak Pidana
3. UU No. 20 Tahun 2001 t ent ang Perubahan UU No. 31 Tahun 1999 Korupsi sert a diat ur pula dalam UU No. 30 Tahun 2002
t ent ang Pemberant asan Tindak Pidana Korupsi sert a diat ur pula t ent ang
Komisi
Pemberant asan
Korupsi
(“ UU
dalam UU No. 30 Tahun 2002 t ent ang Komisi Pemberant asan Korupsi Pemberant asan Tipikor” )
2. Perat uran Ment eri Keuangan Nomor 03/ PMK. 06/ 2011
(“ UU Pemberant asan Tipikor” )
t ent ang Pengelolaan Barang Milik Negara yang Berasal
Dari Barang Rampasan Negara dan Barang Grat if ikasi.
Pemberian
dalam art i luas, yakni meliput i pemberian
Barangsiapa menerima sesuat u at au j anj i, sedangkan ia menget ahui
at au pat ut dapat menduga bahwa pemberian sesuat u at au j anj i it u uang, barang, rabat (discount ), komisi, pinj aman t anpa
dimaksudkan supaya ia berbuat sesuat u at au t idak berbuat sesuat u bunga, t iket perj alanan, f asilit as penginapan, perj alanan
dalam t ugasnya, yang berlawanan dengan kewenangan at au wisat a, pengobat an cuma-cuma, dan f asilit as lainnya.
kewaj ibannya yang menyangkut kepent ingan umum, dipidana karena Grat if ikasi t ersebut baik yang dit erima di dalam negeri
menerima suap dengan pidana penj ara selama-lamanya 3 (t iga) t ahun maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan
at au denda sebanyak-banyaknya Rp. 15. 000. 000. - (lima belas j ut a menggunakan sarana el ekt ronik at au t anpa sarana
rupiah) (Pasal 3 UU 3/ 1980).
elekt ronik (Penj elasan Pasal 12B UU Tipikor)
UU 11/ 1980:
Pidana penj ara selama-l amanya 3 (t iga) t ahun at au denda sebanyakbanyaknya Rp. 15. 000. 000. - (lima belas j ut a rupiah) (Pasal 3 UU
3/ 1980).
KUHP:
pidana penj ara paling lama sembilan bulan at au pidana denda paling
banyak empat ribu lima rat us rupiah (Pasal 149)
UU Pemberant asan Tipikor:
Dipidana dengan pidana penj ara paling singkat 1 t ahun dan paling
lama 5 t ahun dan at au pidana denda paling sedikit Rp 50. 000. 000, 00
dan paling banyak Rp 250. 000. 000. pegawai negeri at au
penyel enggara negara yang menerima hadiah at au j anj i padahal
diket ahui at au pat ut diduga, bahwa hadiah at au j anj i t ersebut
diberikan karena kekuasaan at au kewenangan yang berhubungan
dengan j abat annya, at au yang menurut pikiran orang yang
memberikan hadiah at au j anj i t ersebut ada hubungan dengan
j abat annya (Pasal 11).
Pidana penj ara seumur hidup at au pidana penj ara paling
singkat 4 (empat ) t ahun dan paling lama 20 (dua puluh)
t ahun,
dan
pidana
denda
paling
sedikit
Rp
200. 000. 000, 00 (dua rat us j ut a rupiah) dan paling banyak
Rp 1. 000. 000. 000, 00 (sat u miliar rupiah) (Pasal 12B ayat
[ 2] UU Pemberant asan Tipikor)
Weber,
WACANA TAFSIR
(2: 188), (5: 62-63) + Hadist
- Tanggung j awab Individu (19: 93-95)
-
Ibda
binaf sik
-
Pengaruh Individu t erhadap
f ollower -nya
- Konsep perubahan Kaum (19: 9395)
Ayat –ayat Penjelas
Mengingat perubahan dimulai dari ideas, maka kemudian para agen
perubahan dalam hal ini adalah individu-individu harus memiliki
kesadaran unt uk mengaplikasikan gagasan agama yang dit unt un AlQuran kedalam kehidupan kesehariannya, t ermasuk dalam int eraksi
sosial dan bisnis.
Tipisnya bat asan grat if ikasi dengan suap di sat u sisi t erkadang
mempersempit pemahaman, sehingga sulit menent ukan suat u
pemberian t ersebut masuk dalam kat egori grat if ikasi at au sogok.
Dapat dikembangkan pert anyaan yang dipilah berdasarkan krit eria
sebagai bahan ref leksi set iap individu ( ist af t a naf sak/ self
assessment )).
1.
MOTIVASI
2.
HUBUNGAN PEMBERI DAN PENERIMA
3.
DAMPAK PEMBERIAN
4.
TEKNIS PENYAMPAIAN
5.
KEPATUTAN/ KEWAJARAN
a)
Dasar
: Al-hukmu yadullu ma’a al-illat.
Reflektif : Apakah motif dari pemberian yang diberikan?
Indikasi :
Hukum Umum
Haramnya memberikan sogok (riswah) QS. Al-Baqarah/2:188 dan Al-Maidah/5:62-63.
Hadis “Allah melaknat orang yang memberi yang menerima dan memfasilitasi suap”
a)
Dari sisi Penerima
Apabila motifnya ditujukan untuk mempengaruhi keputusan (seseorang sebagai pejabat publik),
maka pemberian tersebut dapat dikatakan cenderung ke arah gratifikasi ilegal dan sebaiknya
ditolak.
Seandainya 'karena terpaksa oleh keadaan' gratifikasi diterima, sebaiknya segera laporkan ke pihak
berwajib
a)
Dari Sisi Pemberi
Memberi 'karena terpaksa atau dalam upaya untuk mengambil hak” Maka hal ini dapat
dibenarkan.
Al-Biqai memahami penutup ayat Al-Baqoroh/2:188 sebagai isyarat tentang bolehnya memberi
sesuatu kepada yang berwenang apabila pemberian itu tidak bertujuan dosa, tetapi bertujuan untuk
mengambil hak sendiri. Dalam hal ini yang berdosa adalah yang menerima bukan yang memberi.
Hal yang sama Imam Al Mawardi, Imam Nawawi, dll. “Terkait hukum memberi suap, bila
motivasinya melakukan hal tersebut demi menyemalatkan haknya atau menghindari perilaku
semena-mena, maka tidak haram. Kasus ini serupa dengan perbuatan menebus tawanan perang
dengan sebagian harta.”
•
Dasar <
Ada tiga model hubungan: (1) vertikal-dominatif (seperti hubungan atasanbawahan); (2) diagonal (seperti petugas layanan publik-pengguna layanan
publik); dan (3) setara (seperti antara teman dan antar tetangga); Dua yang
pertama adalah relasi-kuasa yang timpang, berlaku: ھدايا العمال غلول.
Reflektif :
a) Apakah pemberian tersebut diberikan oleh pemberi yang memiliki hubungan
kekuasaan/posisi setara dengan Anda atau tidak? (mis. bawahan-atasan)
b) Apakah terdapat hubungan relasi kuasa yang bersifat strategis?
(menyangkut akses, kontrol aset, dsb)
Indikasi <
i. Jika jawabannya (a) adalah ya (memiliki posisi setara), maka bisa jadi
kemungkinan pemberian tersebut diberikan atas dasar pertemanan atau
kekerabatan (sosial), meski demikian untuk berjaga-jaga ada baiknya anda
mencoba menjawab pertanyaan (b).
ii. Jika jawabannya (a) adalah tidak (memiliki posisi tidak setara) maka anda
perlu mulai meningkatkan kewaspadaan mengenai motif pemberian dan
menanyakan pertanyaan (b) untuk mendapatkan pemahaman lebih lanjut
iii. Jika jawabannya (b) adalah ya, maka pemberian tersebut patut diduga dan
diwaspadai sebagai pemberian yang cenderung ke arah gratifikasi ilegal”
• Dasar<
"Wanaktubu ma Qoddamu wa atsarohum” (QS. Yasiin)
Hadiah kepada pegawai (gratifikasi) akan merusak tatanan negara
secara keseluruhan dan akan mengganggu kerja pegawai, serta
mencabut rasa amanah dari diri mereka.
Reflektif :
Apakah pemberian tersebut memiliki potensi menimbulkan konflik
kepentingan saat ini maupun di masa mendatang?
Indikasi <
Jika jawabannya (a) adalah ya (memiliki posisi setara), maka bisa jadi
Jika jawabannya ya, maka sebaiknya pemberian tersebut ditolak
dengan cara yang baik dan sedapat mungkin tidak menyinggung. Jika
pemberian tersebut tidak dapat ditolak karena keadaan tertentu maka
pemberian tersebut sebaiknya dilaporkan dan dikonsultasikan kepada
KPK untuk menghindari fitnah atau memberikan kepastian jawaban
mengenai status pemberian tersebut
• Dasar
<
Watawanū ‘ala al-birri wa attaqwa walȃ taawanu ‘ala al-itsmi wa
al-‘udwan. Tolong menolong dalam bingkai berbuat dosa
umumnya terselubung, pelaku dan penerima gratifikasi
umumnya melakukan interaksi secara rahasia, bahkan dengan
kode, bahasa dan isyarat tertentu.
Reflektif
:
Bagaimana metode
TERSELUBUNG?
pemberian
dilakukan?
Terbuka
atau
Indikasi <
Patut diwaspadai gratifikasi yang diberikan secara tidak
langsung, apalagi dengan cara yang bersifat sembunyi-sembunyi
(rahasia). Adanya metode pemberian ini mengindikasikan bahwa
pemberian tersebut cenderung ke arah gratifikasi ilegal”
• Dasar
<
Kepatutan terkait dari posisi dan kewajaran dari besar pemberian yang
diterima. Pengumpul zakat pada masa nabi (dalam riwayat Abu Humaid
as-Sa’idi di atas) dikatakan tidak akan memperoleh pemberian apabila
tidak diberi wewenang (berlaku u/semua pegawai), sehingga tidak patut
menerima pemberian.
Demikian pula kewajaran terkait nilai dan frekuensi pemberian
Reflektif :
Bagaimana kepantasan/kewajaran nilai dan frekuensi pemberian
yang diterima (secara sosial)?
Indikasi <
Jika pemberian tersebut di atas nilai kewajaran yang berlaku di
masyarakat ataupun frekuensi pemberian yang terlalu sering sehingga
membuat orang yang berakal sehat menduga ada sesuatu di balik
pemberian tersebut, maka pemberian tersebut sebaiknya dilaporkan ke
pihak berwajib atau sedapat mungkin ditolak”
(KPK menetapkan pemberian >1juta = Gratifikasi)
1.
Grat if ikasi dalam art i pemberian secara luas t idak sert a mert a
t erlarang, dalam hal ini at uran negara dan agama t elah memberikan
bat asan yang cukup j elas. Grat if ikasi berbeda dengan sogok,
pemberian grat if ikasi kepada pegawai adalah t erlarang dan
dikat egorikan sebagai sogok dengan mempert imbangkan beberapa
penciri.
2.
Grat if ikasi dilakukan oleh individu/ inst it usi kepada individu
(pegawai), j adi point of int erest nya adalah individu. Dengan demikian
maka solusi t erhadap persoalan ini dapat dilakukan dengan
pendekat an individu
3.
Upaya pencegahan pemberian dan penerimaan grat if ikasi melalui
pendekat an individu, dilakukan melalui pert anyaan ref lekt if yang
diaj ukan set iap individu kepada dirinya sendiri ( self assessment ),
yang mencakup mot ivasi, hubungan pemberi dan peneriman, dampak
pemberian, t eknis penyampaian, kepat ut an/ kewaj aran.
4.
Diharapkan melalui pemahaman yang benar dari set iap individu
t erhadap bat asan-bat asan grat if ikasi dan sogok, akan t umbuh
kesadaran unt uk t idak t erlibat baik sebagai pemberi, penerima at au
pun mediat or.