DOCRPIJM 50d26facfc BAB VII7 BAB VII Rencana Program Investasi Edit

INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA

  7.1 SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN

  7.1.1 Umum Pengembangan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan pada hakekatnya adalah untuk mewujudkan kondisi perkotaan dan perdesaan yang layak huni (livable), aman, nyaman, damai dan sejahtera serta berkelanjutan. Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Perintah wajib memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman yang laya huni, sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan sosial. Pengembangan permukiman ini meliputi pengembangan prasarana dan sarana dasar perkotaan, pengembangan permukiman yang terjangkau, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah, proses penyelenggaraan lahan, pengembangan ekonomi kota, serta penciptaan sosial budaya di perkotaan. Perkembangan permukiman hendaknya juga mempertimbangkan aspek- aspek sosial budaya masyarakat setempat, agar pengembangaannya dapat sesuai dengan kondisi masyarakat dan alam lingkungannya. Aspek sosial budaya ini dapat meliputi desain, pola, dan struktur, serta bahan material yang digunakan.

  7.1.2 Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Sub Bidang Pengembangan Permukiman pada Bidang Cipta Karya memiliki program dan kegiatan yang bertujuan mengembangkan wilayah perkotaan dan perdesaan.

  Tujuan pengembangan permukiman adalah sebagai berikut:

  1. memenuhi kebutuhan pengembangan permukiman (prasarana dan sarana dasar); 2. terwujudnya permukiman yang layak dalam lingkungan sehat, aman, serasi dan teratur; 3. mengarahkan pertumbuhan wilayah; 4. menunjang kegiatan ekonomi melalui kegiatan pengembangan permukiman. Program/ kegiatan pengembangan permukiman dapat dibedakan menjadi:

  1. Program Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan

  a. Penyediaan Prasarana dan Sarana Dasar bagi Kawasan Rumah Sederhana (RSH);

  b. Penataan dan Peremajaan Kawasan;

  c. Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa); d. Peningkatan Kualitas Permukiman.

  2. Program Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan

  a. Pengembangan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D);

  b. Pengembangan Kawasan Agropolitan;

  c. Pengembangan Prasarana dan Sarana Eks Transmigrasi;

  d. Penyediaan Prasarana dan Sarana Permukiman di Pulau Kecil dan Terpencil;

  e. Pengembangan Prasarana dan Sarana Kawasan Perbatasan; f. Penyediaan Prasarana dan Sarana dalam rangka Penanganan Bencana.

  7.1.3 Profil Pengembangan Kawasan Permukiman. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, didefenisikan bahwa rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga, sedangkan perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan, dan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

  Pola penyebaran rumah yang ada terjadi menyebar pada beberapa tempat. Pola penyebaran tersebut sebagian besar berorientasi pada jalan dan sebagian lainnya berorientasi ke lahan pertanian. Kelompok permukiman yang berorientasi ke jalan bertujuan agar masyarakat lebih mudah melakukan pergerakannya ke tempat-tempat penting, sedangkan kelompok rumah yang berorientasi ke sawah/perkebunan agar lebih dekat dan mudah dalam melakukan kegiatan pertanian.

  7.1.4 Gambaran Umum Kondisi dan Lokasi Permukiman Permukiman di wilayah kabupaten Sijunjung pada umumnya terbentuk dengan pola penyebaran rumah yang menyebar pada beberapa tempat. Pola penyebaran tersebut sebagian besar berorientasi pada jalan dan sebagian lainnya berorientasi ke lahan pertanian. Kelompok permukiman yang berorientasi ke jalan bertujuan agar masyarakat lebih mudah melakukan pergerakannya ke tempat- tempat penting, sedangkan kelompok rumah yang berorientasi ke sawah/perkebunan agar lebih dekat dan mudah dalam melakukan kegiatan pertanian. Pada umumnya perumahan dan permukiman yang ada belum tertata dengan baik dan kondisi prasarana dan sarana dasar permukiman yang belum memadai, seperti jalan lingkungan, air minum dan prasarana sanitasi lingkungan. Masih banyak terdapat jalan-jalan tanah yang pada musim hujan mengganggu fungsi jalan dan kenyamanan pengguna jalan. Karena keterbatasan Sistim Penyediaan Air Minum yang terbangun, sebagian besar kawasan permukiman, terutama di perdesaan masih belum memiliki akses air minum yang memenuhi syarat. Begitu pula halnya dengan prasarana sanitasi, seperti MCK, persampahan dan drainase, yang masih sangat memerlukan penaganan teknis berupa pembangunan infrastruktur sanitasi lingkungan.

Gambar 7.1. Kondisi Jalan dan Drainase Lingkungan Permukiman

  7.1.5 Gambaran Umum Kondisi dan Lokasi Kawasan Kumuh Kawasan kumuh permukiman di wilayah kabupaten Sijunjung terbentuk karena aktifiktas pembangunan yang tidak terkendali. Pada beberapa kawasan terjadi karena belum adanya rencana tata ruang kawasan dan pada sebagian lainnya karena pembangunan yang mengabaikan rekomendasi dari rencana tata ruang kawasan. Faktor lain yang juga menjadi penyebab munculnya kawasan kumuh adalah keterbatasan biaya pembangunan kawasan tersebut yang menyebabkan terjadinya pembangunan yang tidak tuntas, seperti pembangunan jalan lingkungan yang tidak disertai dengan perkerasan dan drainase. Kondisi kawasan kumuh dapat digambarkan sebagai kawasan permukiman yang becek, tergenang dan sampah yang bertebaran. Kondisi ini disebabkan keterbatasan infrastruktur. Pada sektor sanitasi seperti MCK, selain ketersediaan infrastruktur, hal lain yang menjadi penyebab utama adalah pola hidup masyarakat yang belum menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat.

Gambar 7.2. Kondisi Jalan dan Drainase Kawasan Permukiman Kumuh

  7.1.6 Gambaran Umum Kondisi dan Lokasi Kawasan RSH/Rusunawa Perumahan RSH yang dibangun oleh pengembang, pada umumnya belum dilengkapi dengan sarana dan prasarana permukiman yang memadai, seperti : jalan yang belum semestinya, saluran drainase yang belum lengkap. Sarana pembuangan sampah yang tidak ada dan sarana air bersih yang belum memadai. Kondisi ini sudah berangsur diperbaiki. Pemerintah melalui program yang didanai oleh APBD Kabupaten Sijunjung, APBD Propinsi dan APBN, secara bertahap telah melengkapi prasarana dan sarana dasar perumahan, sehingga kondisi perumahan RSH yang ada relatif sudah baik. Untuk kesempurnaan PSD perumahan, beberapa perumahan RSH masih memerlukan penanganan, terutama perbaikan jalan lingkungan dan drainase lingkungan.

  Prasarana dan sarana dasar permukiman di Kabupaten Sijunjung yang sudah dibangun oleh Pemerintah antara lain : 1. Wisma Indah Gambok.

  • Sarana Air Minum Perpipaan PDAM yang baru mampu melayani 70 % dari rumah yang ada secara bergilir 1 kali dalam 2 hari selama 12 jam
  • Jalan Lingkungan dengan perkerasan beton, sudah memenuhi kebutuhan perumahan tersebut, dengan kondisi rusak ringan pada sebagian ruas jalan.
  • Drainase Lingkungan, baru mampu memenuhi 85 % kebutuhan saluran yang ada.
  • Sarana Pembuangan sampah yang ada 1 unit yang terletak diluar komplek.
  • Sarana Air limbah yang ada, tiap-tiap rumah memiliki MCK dan septictank dengan peresapan.

  2. Salasah Indah Guguk Dadok.

  • Sarana Air Minum Perpipaan PDAM, saat sekarang baru mampu melayani 70 % dari rumah yang ada secara bergilir 1 kali dalam 2 hari selama 12 jam.
  • Jalan Lingkungan dengan perkerasan aspal dan beton, sudah memenuhi kebutuhan perumahan tersebut, dengan kondisi rusak ringan pada sebagian ruas jalan.
  • Drainase Lingkungan, baru mampu memenuhi 70 % kebutuhan saluran yang ada.
  • Sarana Pembuangan sampah yang ada pengangkutan dengan Truk sampah secara komunal langsung, dilayani 3 kali dalam 1 minggu.
  • Sarana Air limbah yang ada, tiap-tiap rumah memiliki MCK dan septictank dengan peresapan.

  3. Grya Saba Indah Padang Sibusuk.

  • Sarana Air Minum Perpipaan PDAM, saat sekarang baru mampu melayani 70 % dari rumah yang ada secara bergilir 1 kali dalam 2 hari selama 12 jam.
  • Jalan Lingkungan dengan perkerasan aspal dan beton, sudah memenuhi kebutuhan perumahan tersebut, dengan kondisi rusak ringan pada sebagian ruas jalan.

  • Drainase Lingkungan, baru mampu memenuhi 80 % kebutuhan saluran yang ada.
  • Sarana Air limbah yang ada, tiap-tiap rumah memiliki MCK dan septictank dengan peresapan.

  4. Pondok Labu Permai Muaro.

  • Sarana Air Minum Perpipaan PDAM saat sekarang baru mampu melayani 80 % dari rumah yang ada secara bergilir 1 kali dalam 2 hari selama 12 jam.
  • Jalan Lingkungan dengan perkerasan aspal dan beton, sudah memenuhi kebutuhan perumahan tersebut, dengan kondisi rusak berat pada sebagian ruas jalan.
  • Drainase Lingkungan baru mampu memenuhi 70 % kebutuhan saluran yang ada.
  • Sarana Air limbah yang ada, tiap-tiap rumah memiliki MCK dan septictank dengan peresapan.

  5. Sari Ipuh Permai Muaro.

  • Sarana Air Minum Perpipaan PDAM saat sekarang baru mampu melayani 80 % dari rumah yang ada secara bergilir 1 kali dalam 2 hari selama 12 jam.
  • Jalan Lingkungan dengan perkerasan beton, sudah memenuhi kebutuhan perumahan tersebut pada akhir tahun 2011.
  • Drainase Lingkungan baru mampu memenuhi 50 % kebutuhan saluran yang ada.
  • Sarana Air limbah yang ada, tiap-tiap rumah memiliki MCK dan septictank dengan peresapan.
  • Sarana Air Minum Perpipaan PDAM saat sekarang baru mampu melayani 80 %dari rumah yang ada.

  • Jalan Lingkungan sepanjang 367,5 M melalui APBN, 314, 5 melalui APBD Kabupaten Sijunjung. Jalan ini baru memenuhi 50% kebutuhan jalan dari 150 unit rumah.
  • Saluran Drainase sepanjang 310 M melalui APBN dan 94 M melalui APBD Kabupaten Sijunjung. Saluran ini baru memenuhi 30 % dari kebutuhan saluran komplek perumahan.
  • Sarana Air limbah yang ada, tiap-tiap rumah memiliki MCK dan septictank dengan peresapan.

  Table 7.1.Kawasan Perumahan RSH yang dibangun oleh pengembang No. Nama Kawasan Jumlah KK 1. Wisma Indah Gambok, Muaro, Kecamatan Sijunjung 200 2. Selasah Indah Guguk Dadok, Muaro, Kecamatan Sijunjung 300 3. Griya Saba Indah Padang Sibusuk, Kecamatan Kupitan 500 7. Pondok Labu Permai, Muaro, Kecamatan Sijunjung 100 5. Sari Ipuh Permai, Muaro, Kecamatan Sijunjung 124 6. Indoraya Permai Parik Rantang, Sungai Tambang, Kecamatan Kamang Baru 127

Gambar 7.3. Kondisi Jalan dan Drainase Kawasan Permukiman RSH (Perumahan Sari Ipuh Permai – Muaro)Gambar 7.3. Kondisi Jalan dan Drainase Kawasan Permukiman RSH (Perumahan Wisma Indah Gambok – Muaro)

  7.1.7 Gambaran Umum Kondisi dan Lokasi Kawasan Rawan Bencana Kabupaten Sijunjung merupakan salah satu daerah yang rawan bencana. Potensi kerawanan tersebut antara lain disebabkan oleh letak wilayah di daerah yang rawan bencana gempa bumi. Karena faktor geografis dan topografi wilayah, daerah ini juga rawan terhadap bencana banjir dan tanah longsor. Beberapa permukiman berada di kawasan yang rawan terhadap bencana tanah longsor dan banjir. Beberapa kali terjadi bencana yang menyebabkan kerusakan pada infrastruktur permukiman, seperti jalan, jembatan dan sistim air minum.

Gambar 7.5. Kondisi Intake (SPAM Nagari Unggan) Pasca Bencana Banjir

  7.1.8 Gambaran Umum Kondisi dan Lokasi Kawasan Potensial Di Kabupaten Sijunjung terdapat beberapa kawasan yang potensial untuk dikembangkan, baik sebagai kawasan permukiman maupun kawasan agropolitan. Sesuai dengan kebijakan daerah, telah ditetapkan 2 (dua) kawasan potensial yang akan dikembangkan menjadi kawasan agropolitan, yaitu kawasan agropolitan Palangki yang meliputi Nagari Muaro, Padang Laweh, dan Palangki dan kawasan agropolitan Aie Amo.

  Kawasan ini akan didorong pertumbuhannya menjadi sentra agropolitan dengan eksploitasi dibidang pertanian dan peternakan. Saat ini kawasan agropolitan Palangki sudah dimulai penanganannya dengan membangun jaringan jalan sebagai akses mobilisasi di kawasan ini

Gambar 7.6. Kawasan Potensial (Desa Agropolitan) 7.1.8.1 Aspek Pendanaan.

  Penyediaan rumah di Kabupaten Sijunjung pada saat ini, selain dibangun secara individual oleh masyarakat juga dilaksanakan oleh pengembang secara mandiri dengan menggunakan fasilitas KPR bersubsidi. Pembangunan perumahan ini tidak disertai dengan pembangunan prasarana dasar perumahan yang memadai. Pembangunan sarana dan prasarana dasar perumahan dan permukiman dilakukan pemerintah melaui program-program yang dibiayai dengan APBD Kabupaten, APBD Provinsi dan APBN. Dengan keterbatasan pendanaan, upaya pembangunan yang dilakukan selama ini belum bisa menjawab semua kebutuhan infrastruktur permukiman yang ada.

  7.1.8.2 Sasaran Adapun sasaran dari Pengembangan Prasarana dan Sarana Permukiman sesuai dengan RPJM Kabupaten Sijunjung 2013 -2017 adalah :

  1. Meningkatnya ketersediaan rumah yang layak huni terutama untuk masyarakat miskin melalui dana swadaya antara pemerintah dan msyarakat.

  2. Meningkatnya lingkungan yang sehat dan asri pada setiap kantong permukiman penduduk..

  3. Meningkatnya lembaga pembiayaan pembangunan perumahan baru yang melibatkan swasta dan pemerintah.

  4. Meningkatnya pengelolaan sampah dan air limbah dengan menbangun tempat pembuangan sampah di setiap kecamatan dengan proses teknologi yang tidak membahayakan penduduk. Secara Nasional sasaran pengembangan prasarana dan sarana permukiman adalah :

  1. Terpenuhinya kebutuhan dasar permukiman

  2. Tersedianya perumahan tipe RSH, RUSUNAWA

  3. Terarahnya pertumbuhan wilayah 4. Terdorongnya kegatan ekonomi melalui kegiatan pembangunan permukiman.

  7.1.9 Permasalahan Pembangunan Permukiman

  7.1.9.1 Analisa Permasalahan Permasalahan pada permukiman-permukiman swadaya masih terdapat banyak kekurangan yang disebabkan oleh beberapa hal seperti pembangunannya yang sporadis dan tidak terkendali, lokasi yang terpencar-pencar dan terpencil serta tidak adanya Rencana Induk Sistim. Selain permasalahan tersebut ada permasalahan lain yang sangat mendasar yaitu :

  • Kurang sempurnanya pola penataan ruang, terutama pada kawasan padat/strategis sehingga pengembangan kawasan perumahan dan permukiman hanya berada pada titik-titik pertumbuhan saja (konsentris);
  • Tidak tertata dan tidak terpadunya pembangunan perumahan dan permukiman disebabkan oleh karena pada saat penyusunan perencanaan terutama pada saat

  pelaksanaan tidak memperhatikan kepentingan sector lain sehingga terjadi tumpang tindih kepentingan yang mengakibatkan terjadinya kesemrautan penataan ruang seperti bercampurnya kawasan perumahan dengan kawasan jasa dan komersil;

  • Kurangnya peraturan pelaksanaan pembangunan perumahan permukiman didaerah yang dapat merespon aspirasi masyarakat dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam pembangunan perumahan permukiman tersebut;
  • Kurangnya program-program pemerintah bidang perumahan permukiman untuk dapat menciptakan suasana perumahan permukiman yang asri dan lestari.
  • Kurang atau tidak adanya akses terhadap sumber informasi mengenai pelaksanaan pembangunan perumahan secara swadaya.
  • Program-program kredit kepemilikan rumah yang ditawarkan pihak-pihak swasta belum bisa diakses masyarakat ekonomi golongan menengah kebawah.

  Pada perumahan yang dibangun oleh Pengembang permasalahan yang terbanyak adalah minimnya Prasarana dan sarana permukiman. Hal ini lebih disebabkan oleh kemampuan masyarakat dalam hal memiliki rumah, untuk menunjang hal tersebut fasilitas dikurangi sehingga harga lebih rendah.

  7.1.9.2 Alternatif pemecahan dan rekomendasi. Ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan untuk pemecahan masalah diatas antara lain :

  • Pemerataan fasilitas / infrastruktur penunjang kawasan permukiman dengan terlebih dahulu mendata ulang kondisi eksisting infrastruktur pada tiap kawasan dan membuat rencana infrastruktur yang akan dibangun yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing kawasan;
  • Merencanakan infrastruktur baru (sekolah, kantor, dsb) sebagai pemancing pertumbuhan permukiman pada kawasan yang masih belum padat permukiman dengan tetap mengacu kepada hirarki kebijakan ketataruangan Kota Padang Panjang yang telah ada.
  • Pembukaan kawasan-kawasan baru untuk permukiman pada lahan yang belum termanfaatkan dengan melakukan kerjasama dengan pihak-pihak investor dan pihak perbankan.
  • Melakukan revisi RTRW untuk penyesuaian perubahan-perubahan fungsi kawasan yang ada.

  • Membuat Rencana Detail Tata Ruang Kawasan (RDTRK) dan turunan RDTRK yaitu Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan dan Rencana Teknik Ruang Kota sebagai acuan utama dalam pengembangan perumahan dan permukiman sesuai dengan Undang-Undang No 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
  • Melaksanakan hirarki kebijakan ketataruangan yang telah disahkan secara konsekwen tanpa adanya tekanan-tekanan dari pihak-pihak tertentu.
  • Membuat aturan teknis perencanaan rumah dan bangunan lainnya. Aturan teknis ini berupa disain baku pada komponen fasade bangunan, bentuk atap, warna, taman, yang serasi dan selaras (tidak harus sama) untuk meningkatkan nilai estetika / kualitas visual kawasan perumahan dan permukiman.

  7.1.9.3 Usulan Pembangunan Permukiman. Program/ kegiatan pengembangan permukiman yang akan diusulkan adalah :

  1. Program Pembinaan Pengembangan Permukiman

  Merupakan turunan dari produk penataan ruang (RTRW) serta hasil review produk perencanaan jangka menengah (Renstrada, RPJMD, dan RPIJM Kabupaten), kegiatan pada program tersebut adalah :

  a. Penyusunan Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perdesaaan (SPPIP);

  b. Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan

  2. Program Infrastruktur Kawasan Permukiman

  Merupakan program penyediaan PSD bagi kawasan permukiman baru yang memberikan pelayanan sebanyak2nya bagi MBR serta peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan, kegiatan pada program tersebut adalah :

  a. Infrastruktur Permukiman RSH Yang Meningkat Kualitasnya

  3. Program Rusunawa Beserta Infrastruktur Pendukungnya

  Merupakan program penataan dan peremajaan kawasan permukiman, peningkatan kualitas permukiman termasuk pembangunan RUSUNAWA

  pada kawasan permukiman kumuh berat (slums area dan squatters settlement), kegiatan pada program tersebut adalah :

  a. Infrastruktur Kawasan Permukiman Kumuh;

  b. Infrastruktur Permukiman RSH Yang Meningkat Kualitasnya

  Merupakan program penataan dan pengembangan kawasan permukiman di perdesaan, kawasan agropolitan, minopolitan dan KTM, kegiatan pada program tersebut adalah :

  a. Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial;

  b. Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP) 7.2 RENCANA INVESTASI PENATAAN BANGUNAN LINGKUNGAN.

  7.2.1 Petunjuk Umum. Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya. Visi penataan bangunan dan lingkungan adalah terwujudnya bangunan gedung dan lingkungan yang layak huni dan berjati diri. Sedangkan misinya adalah :

  1. Memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang tertib, layak huni, berjati diri, serasi dan selaras.

  2. Memberdayakan masyarakat agar mandiri dalam penataan lingkungan yang produktif dan berkelanjutan.

  7.2.2 Penataan Bangunan. Penataan bangunan adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan mewujudkan bangunan gedung yang fungsional memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan serta serasi dan selaras dengan lingkungannnya. Sasaran penataan bangunan di Kabupaten Sijunjung adalah :

  • Terlaksananya Perda Bangunan Gedung di Kabupaten Sijunjung.
  • Terwujudnya Bangunan Gedung yang laik fungsi.
  • Terselenggaranya pengawasan penyelenggaraan bangunan gedung yang efektif dengan melakukan pemantauan dan penerapan peraturan bangunan gedung.

  • Terlaksananya penyediaan aksesibilitas bangunan gedung umum di Kabuapten Sijunjung.
  • Terlaksananya Pendataan Bangunan Gedung.
  • Tercapainya standar mutu pelayanan rumah negara sesuai ISO 9000.
  • Terwujudnya tertib pengelolaan Aset negara berupa tanah dan bangunan gedung.
  • Terlaksananya Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK).

  7.2.3 Permasalahan Penataan Bangunan di Kabupaten Sijunjung. Sesuai dengan tujuan dan sasaran penataan bangunan, di Kabupaten Sijunjung banyak permasalahan yang di hadapi antara lain :

  1. Kurang optimalnya pelaksanaan Peraturan Daerah Bangunan Gedung, yang mengakibatkan :

  • Lemahnya pengaturan penyelenggaraan bangunan gedung dan gedung negara serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan.
  • Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan bangunan gedung dan gedung negara. Seperti banyak gedung yang tidak memiliki sarana dan prasarana bagi penyandang cacat, banyak gedung yang tidak memiliki prasarana dan sarana pencegah kebakaran.

  2. Kabupaten Sijunjung belum memiliki Tim Ahli Bangunan Gedung yang bertugas dalam bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan.

  3. Kabuapten Sijunjung belum menerbitkan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) terhadap bangunan gedung, terutama yang dibangun mulai tahun 2003 sampai sekarang.

  4. Kabupaten Sijunjung belum menyusun Manajemen Pencegahan bahaya Kebakaran/ Rencana Induk sistem Penanggulangan Kebakaran (RISPK).

  5. Kabupaten Sijunjung belum melakukan pendataan bangunan gedung.

  7.2.4 Landasan Hukum. Landasan Hukum Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah :

  1. Undang-undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman

  2. Undang-undang No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

  3. Peraturan pemerintah No. 36 Tahun 2005 Tentang petunjuk pelaksanaan Undang-undang no 28 tahun 2002.

  4. Perda No. 22 tahun 1998 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan.

  7.2.5 Penataan Lingkungan. Tujuan penyelenggaraan penataan lingkungan adalah agar lingkungan permukiman tersebut produktif dan berjatidiri, dapat memberikan nilai tambah fisik, sosial dan ekonomi serta terwujudnya revitalisasi kawasan dan bangunan pada lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, produktif dan berkelanjutan dan dapat memberikan nilai tambah terhadap fisik, sosial dan ekonomi bagi masyarakat yang menjadi penunjang bagi masyarakat yang lebih baik. Sasaran penataan lingkungan di Kabupaten Sijunjung adalah :

  1. Terwujudnya perbaikan lingkungan permukiman kumuh di Kabupaten Sijunjung.

  2. Terlaksananya revitalisasi kawasan permukiman tradisonal bersejarah di Kabupaten Sijunjung.

  3. Terlaksananya pembangunan dan pengelolaan ruang terbuka Hijau (RTH) di Kabupaten Sijunjung.

  4. Terlaksananya revitalisasi kawasan strategis di Kabupaten Sijunjung.

  5. Terlaksananya pemberdayaan bagi masyarakat untuk melaksanakan revitalisasi kawasan.

  7.2.6 Pencapaian Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan. Strategi dalam pencapaian keberhasilan penataan bangunan dan lingkungan antara lain :

  1. Menyelenggarakan penataan bangunan gedung agar tertib, fungsional, andal dan efisien.

  2. Menyelenggarakan penataan lingkungan permukiman agar produktif dan berjati diri.

  3. Menyelenggarakan penataan dan revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat memberikan nilai tambah fisik, sosial dan ekonomi.

  4. Menyelenggarakan penataan bangunan dan lingkungan untuk mewujudkan arsitektur perkotaan dan pelestarian arsitektur bangunan gedung yang dilindungi dan dilestarikan untuk menunjang kearifan budaya lokal.

  5. Mengembangkan teknologi dan rekayasa arsitektur bangunan gedung untuk menunjang pembangunan regional/internasional yang berkelanjutan.

  7.2.7 Kebijakan, Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan di Kabupaten Sijunjung. Kebijakan yang diambil oleh pemerintah kabupaten Sijunjung untuk keberhasilan penataan bangunan dan lingkungan, yaitu :

  1. Meningkatkan pembinaan penyelenggaraan Bangunan Gedung, termasuk bangunan gedung dan rumah negara.

  2. Meningkatkan pemahaman, kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk memenuhi persyaratan Bangunan Gedung dan Penataan Lingkungan Permukiman.

  3. Meningkatkan kapasitas penyelenggara dalam penataan lingkungan dan permukiman.

  4. Meningkatkan kualitas lingkungan untuk mendukung pengembangan jati diri dan produktifitas masyarakat.

  5. Mengembangkan kawasan yang memiliki peran dan potensi strategis bagi pertumbuhan kota.

  6. Mengembangkan kemitraan antara pemerintah, swasta dan lembaga nasional maupun internasional lainya dibidang Bangunan Gedung dan Penataan Lingkungan Permukiman.

  7. Mewujudkan arsitektur perkotaan yang memperhatikan/mempertimbangkan khasanah arsitektur lokal dan nilai tradisional.

  8. Menjaga kelestarian nilai-nilai arsitektur Bangunan Gedung yang dilindungi dan dilestarikan serta keahlian membangun (seni dan budaya).

  9. Mendorong upaya penelitian dan pengembangan teknologi rekayasa arsitektur Bangunan Gedung melalui kerjasama dengan pihak-pihak yang kompeten.

  7.2.8 Profil rinci Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan

  7.2.8.1 Gambaran Umum Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan

  Muaro Sijunjung sebagai Ibukota Kabupaten Sijunjung memiliki satu jalan utama yaitu jalan Prof. M. Yamin, SH. Di jalan inilah terletak bangunan- bangunan perkantoran milik pemerintah dan swasta, seperti Kantor Bupati yang sudah berdiri sejak tahun 1970-an, Gedung DPRD yang juga berdiri sejak tahun 1970-an, Gedung Pertemuan Pancasila, Bank Nagari, Bank BRI.

Gambar 7.2 Gedung Joeang 45 Gedung perkantoran yang ada, selain sebagai kantor merupakan Gedung bersejarah, yaitu Gedung Joeang, gedung ini berdiri sejak tahun 1940-an. Merupakan bangunan awal pusat Pemerintahan Residen Sawahlunto yang sekarang menjadi Kabuapten Sijunjung. Sekarang gedung tersebut merupakan kantor Legiun Veteran RI Kabupaten Sijunjung yang dipinjam pakai untuk Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana. Selain gedung diatas ada beberapa gedung komersial yang ada di Jln. M. Yamin, SH tersebut salah satunya yaitu Hotel Bukik Gadang yang terletak dipuncak Bukik Gadang, hotel ini dibangun pada tahun 2003 s/d 2006. Pemerintah Kabupaten Sijunjung saat ini sedang membangun Rumah Sakit Umum Daerah yang terletak di Jalan Lintas Sumatera tepatnya di Tanah Badantuang, serta akan membangun Kantor DPRD baru dipertigaan Jalan Lintas sumatera dan Jln. Syahrul Anwar (Jln. Pasar Jumat Kandang-Baru).

  Kabupaten Sijunjung memiliki Kawasan Tradisional yang memiliki nilai sejarah dan perlu dilestarikan, yaitu : Kawasan adat bersejarah Sumpur Kudus yang merupakan salah satu tempat pergerakan PDRI dan daerah kerajaan Minangkabau, Kawasan adat Padang Ranah Nagari Sijunjung dan Kawasan adat Kerajaan Jambu Lipo di Lubuk Tarok.

Gambar 7.3 Balai adat Padang ranah Nagari Sijunjung 7.2.8.2 Kondisi Penataan bangunan Gedung dan Lingkungan. Saat ini Kabupaten Sijujung belum memiliki Peraturan Daerah yang berkaitan dengan keamanan, keselamatan dan kenyamanan bangunan gedung. Peraturan yang ada berkaitan dengan bangunan gedung adalah Perda No. 4 Tahun 1999 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan. Bangunan-bangunan yang ada di Kabupaten Sijunjung, pada umumnya belum memiliki sarana dan Prasarana Hidran Kebakaran. Saat ini hidran Kebakaran yang ada baru 1 (satu) unit terletak di Halaman Kantor Kesatuan Bangsa, Politik Perlindungan Masyarakat. Bangunan yang sudah memiliki Sarana dan Prasarana Hidran adalah Hotel Bukik Gadang. Di Hotel tersebut sudah ada Instalasi Fire Alarm, Instalasi Hidran kebakaran dan Instalasi Sprinkler. Tetapi instalasi tersebut belum bisa difungsikan karena peralatan pendukung belum ada seperti Bak air dan pompa hidran.

  Proses pengurusan Izin Mendirikan Bangunan saat ini dikeluarkan melalui Kantor Lingkungan Hidup, Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu. Sebelum izin dikeluarkan, tim IMB yang terdiri dari unsur dinas teknis akan memeriksa kelengkapan izin yang akan dikeluarkan. Aparat pemerintah Kabupaten Sijunjung sebagai pelaksana dilapangan, sudah pernah mengikuti pelatihan pembinaan teknis bangunan gedung yang dilaksanakan oleh Dinas PU Propinsi.

  7.2.8.3 Sasaran Penataan bangunan Gedung dan Lingkungan. Sasaran yang hendak dicapai Pemerintah Kabupaten Sijunjung dalam penataan bangunan gedung dan lingkungan didasarkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sijunjung, yaitu untuk :

  1. Mewujudkan pemanfaatan ruang daerah yang serasi dan optimal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daya dukung lingkungan serta sesuai dengan kebijaksanaan pembangunan nasional dan daerah yang berkelanjutan.

  2. Mewujudkan daya dukung lingkungan yang berkelanjutan dalam pengelolaan kawasan, untuk menjamin tetap berlangsungnya konservasi air dan tanah, menjamin tersedianya air tanah dan permukaan serta penanggulangan banjir.

  3. Mengembangkan perekonomian wilayah yang produktif, efektif dan efisien berdasarkan karakteristik wilayah bagi terciptanya kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan dan pembangunan yang berkelanjutan.

  7.2.8.4 Rumusan masalah. Berkaitan dengan hal tersebut diatas ada beberapa permasalahan yang timbul antara lain : 1. Bidang Bangunan Gedung.

  • Kurangnya pengembangan kawasan permukiman perkotaan
  • Kondisi Prasarana dan sarana yang kurang baik
  • Masih Lemahnya pengaturan penyelenggaraan bangunan gedung serta masih kurangnya kualitas pelayanan publik dan perijinan di Kabupaten Sijunjung
  • Masih banyaknya bangunan Gedung negara yang belum memenuhi persyaratan kesalamatan,kesehatan,kenyamanan,dan kemudahan.

  • Penyelenggaraan Bangunan Gedung negara dan Rumah negara kurang tertib dan efisien.
  • Masih banyaknya aset negara yang tidak teradmistrasi dengan baik
  • Masih banyaknya terdapat permukiman kumuh dikantong-kantong permukiman yang dihuni di Kabupaten Sijunjung.
  • Kurang diperhatikannya Kondisi permukiman tradisional dan bangunan bersejarah yang memilik potensi wisata sehingga banyak yang tidak terawat.
  • Terjadinya degradasi kawasan strategis, padahal punya potensi ekonomi untuk mendorong pertumbuhan Kabupaten.
  • Masih kurangnya persentasi Ruang terbuka hijau bila dibandingkan dengan luas wilayah Kawasan Muaro ( 20 % : Permendagri no1 tahun2007).

  7.2.8.5 Analisis Permasalahan dan Rekomendasi

  7.2.8.5.1 Analisis kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan Permasalahan Bidang bangunan Penanganan Bidang Bangunan Gedung Gedung

  • Kurang ditegakkan aturan Masih perlu dilakukan Pembinaan keselamatan, keamanan dan Teknis Pembagunan Gedung kenyamanan bangunan gedung, Negara. termasuk pada daerah-daerah

  Perlu dilakukan Pemeriksaan rawan bencana. Keandalan bangunan Gedung Perlu disusun Penyusunan Rencana Kondisi Prasarana dan sarana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Penanggulangan Kebakaran pada ( RISPK ) bangunan gedung di Kabupaten Sijunjung dilihat dari fungsi kapasitasnya pelayanannya belum Masih perlu dilakukan desiminasi sesuai dengan aturan yang berlaku. perundang-undangan bangunan Masih Lemahnya pengaturan gedung penyelenggaraan bangunan gedung serta masih kurangnya kualitas pelayanan publik dan perijinan di Kabupaten Sijunjung. Permasalahan Bidang Gedung Penanganan Bidang Gedung dan dan rumah negara rumah negara Masih banyaknya bangunan

  • Gedung negara yang belum Buatkan Percontohan Aksesibilitas memenuhi persyaratan pada bangunan gedung dan keselamatan, kesehatan, lingkungan kenyamanan,dan kemudahan
  • Penyelenggaraan Bangunan Tingkatkan Pengelolaan bangunan Gedung negara dan Rumah negara gedung dan rumah negara

  Lakukan pelatihan teknis tenaga

  • kurang tertib dan efisien

  pendata HSBG dan keselamatan bangunan

  • Masih banyaknya aset negara yang Lakukan percontohan Pendataan tidak teradministrasi dengan baik bangunan gedung
  • Kembangkan sistim informasi
  • Lakukan dukungan prasarana dan sarana pusat informasi Pembangan Permukiman dan bangunan ( PIPPB)

  Permasalahan Bidang Penataan Penanganan Bidang Penataan Lingkungan Lingkungan

  • Masih banyaknya terdapat Pembangunan Prasrana dan Sarana permukiman kumuh dikantong- Peningkatan Lingkungan kantong permukiman yang dihuni di Permukiman Kumuh.
  • kota Pariaman Pembangunan Prasarana dan sarana

  Kurang diperhatikanya permukiman Penataan bangunan dan Kondisi permukiman tradisional dan Lingkungan Tradisional bangunan bersejarah yang memilik

  Penyusunan Rencana Tata terawat bangunan dan Lingkungan Terjadinya degradasi kawasan ( RTBL ). strategis, padahal punya potensi

  • potensi wisata banyak yang tidak

  Bantuan Teknis Pengelolaan Ruang pertumbuhan Kabupaten terbuka Hijau ( RTH )

  • ekonomi untuk mendorong
  • Masih kurangnya persentasi Ruang Percontohan Pengelolaan Ruang terbuka hijau bila dibandingkan

  Terbuka Hijau dengan luas Kabupaten Sijunjung ( 20 % : Permendagri no1 tahun2007)

  7.2.8.6 Rekomendasi

  Rekomendasi yang dapat diberikan yaitu menindak lanjuti perencanaan yang selama ini telah disusun dan dokumen perencanaan tersebut menjadi acuan pedoman, baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat. Bantuan teknis dari Pemerintah Pusat dan Provinsi masih sangat dibutuhkan untuk mendukung tata bangunan dan lingkungan di Kabupaten Sijunjung menjadi lebih baik, tertata dan ramah lingkungan.

  7.2.8.7 Program yang diusulkan. Program/kegiatan penataan bangunan gedung dan lingkungan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

  1. Kegiatan Pembinaan Teknis Bangunan dan Gedung

  a. Kegiatan diseminasi peraturan perundang-undangan penataan bangunan dan lingkungan;

  b. Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;

  c. Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur;

  d. Pelatihan teknis tenaga pendata bangunan gedung dan keselamatan gedung;

  e. Pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara;

  f. Pembinaan teknis pembangunan gedung negara;

  g. Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK);

  h. Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (RANPERDA) Bangunan Gedung; i. Percontohan pendataan bangunan gedung; j. Percontohan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan; k. Rehabilitasi bangunan gedung negara; l. Dukungan prasarana dan sarana Pusat Informasi Pengembangan Permukiman dan Bangunan (PIPPB).

  2. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman

  a. Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);

  b. Bantuan teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);

  c. Pembangunan prasarana dan sarana peningkatan lingkungan permukiman kumuh dan nelayan;

  d. Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan permukiman tradisional

  a. Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;

  b. Bantuan penanggulangan kemiskinan terpadu (PAKET) dan Replikasi 7.3 RENCANA INVESTASI SUB BIDANG AIR LIMBAH.

  7.3.1 Umum Air limbah yang dimaksud adalah air limbah permukiman (municipal wasterwater) yang terdiri atas air limbah domestic (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air limbah permukiman ini perlu dikelola agar tidak menimbulkan dampak seperti mencemari air permukaan dan air tanah, disamping sangat beresiko menimbulkan penyakit seperti : diare, typus, kolera dll. Air limbah yang timbul di Kabupaten Sijunjung terdiri dari air limbah rumah tangga yaitu air bekas dapur, kamar mandi dan pembuangan air kotor lainnya serta air limbah industri, jenis industri yang ada berupa kerajinan rakyat tidak menghasilkan air limbah yang berbahaya dan digolongkan pada air limbah domestik rumah tangga. Pengolahan air limbah rumah tangga dikelola sendiri oleh masyarakat dengan menggunakan sistem setempat (on site system) dan sistem komunal yaitu membangun jamban dan septik-tank di setiap rumah yang digunakan sebagai salah satu syarat dalam pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) oleh Pemerintah. Sedangkan untuk fasilitas umum menggunakan sistem komunal berupa MCK dan jamban umum.

  7.3.2 Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Dalam Rencana Kabupaten Sijunjung.

  Semua program/kegiatan pada Sub Bidang Air Limbah di Kabupaten Sijunjung bertujuan untuk mencapai kondisi masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari pencemaran air limbah permukiman. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Sijunjung dalam pengelolaan air limbah diharapkan dapat menciptakan tingkat kesejahteraan masyarakat yang lebih baik dari kondisi saat ini, seperti : peningkatan prasarana dan sarana dasar permukiman sehingga menjadikan perumahan yang layak huni.

  7.3.3 Profil Pengelolaan Air Limbah

  7.3.3.1 Gambaran Umum Pengelolaan Air Limbah Saat Ini Masyarakat di Kabupaten Sijunjung masih banyak yang mempergunakan sungai untuk sarana buang air. Sebagian lagi sudah mempergunakan septictank di setiap rumah, namun sarana pendukungnya masih terbatas. Banyak dijumpai dilingkungan permukiman belum tersedia sarana sanitasi yang memadai sehingga bila tidak segera ditangani dikuatirkan akan mencemarkan lingkungan hidup disekitarnya. Prasarana dan sarana pengelolaan air limbah di Kabupaten Sijunjung masih terbatas pada skala rumah tangga saja, untuk penyedotan septictank, kabupaten Sijunjung memiliki 1 unit Mobil Tinja, tetapi IPLT belum tersedia.

  7.3.3.2 Kondisi Sistem sarana dan Prasarana Pengelolaan Air Limbah Sistem pembuangan air limbah harus dipisahkan dengan sistem pembuangan air hujan, namun sering dijumpai limbah dari rumah tangga dibuang ke dalam sistem pembuangan air hujan yang dapat mengakibatkan polusi/pencemaran lingkungan hidup. Pengelolaan prasarana dan sarana air limbah pada setiap daerah mempunyai karakteristik yang berbeda, baik tingkat pelayanan, jenis dan jumlah pelayanannya. Pengelolaan sanitasi dapat dilakukan dengan 2 (dua) sistem yaitu : a. Sistem Pengolahan Air Limbah Setempat (on-site System).

  b. Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat (off-site system). Sistem pengolahan air limbah di Kabupaten Sijunjung masih banyak menggunakan sistem pengolahan air limbah setempat (on-site system) baik itu secara individu dan di beberapa tempat komunal. Disisi lain masih banyak warga

  masyarakat yang belum memiliki pengelolaan air limbah dan membuang limbahnya di sembarang tempat. Untuk pembuangan lumpur tinja dari Septictank penduduk, kabupaten Sijunjung memiliki 1 unit mobil tinja, tetapi belum memiliki IPLT sehingga lumpur tinja terebut dibuang ke sungai oleh operator mobil tinja tersebut.

  7.3.4 Permasalahan Yang Dihadapi

  7.3.4.1 Sasaran Pengelolaan Prasarana dan Sarana (PS) Air Limbah Sasaran pengelolaan prasarana dan sarana air limbah di Kabupaten Sijunjung ditekankan pada pengelolaan air limbah permukiman yang terdiri atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3).

  7.3.4.2 Rumusan Masalah Permasalahan yang sering dihadapi, adanya persepsi dari sebagian masyarakat bahwa sarana sanitasi air limbah belum menjadi kebutuhan yang mendesak. Sebagian masyarakat cenderung membuang limbahnya ke saluran/sungai yang karena keterbatasan ekonominya belum mampu menyediakan sarana sanitasi sendiri dan masih rendahnya pemahaman akan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat. Untuk itu, usaha yang harus dilakukan adalah bagaimana menurunkan tingkat pencemaran tersebut atau setidakknya mempertahankan kondisi perairan yang ada agar tidak tercemar lebih tinggi lagi dan yang lebih penting lagi mencegah penyebaran penyakit melalui air (waterborne desease) untuk melindungi masyarakat dari gangguan kesehatan. Di Kabupaten Sijunjung saat ini belum tersedia fasilitas pengolahan Lumpur tinja (IPLT) dan kebutuhan fasilitas kota ini sangat penting dan mendesak. Selama ini pelayanan penyedotan lumpur tinja di kabupaten Sijunjung dilakukan oleh Bagian Umum Kantor Bupati dan karena belum tersedia sarana IPLT maka limbahnya dibuang ke tempat-tempat tertentu (misal:sungai) yang akan sulit dalam pemantauannya. Hal ini bila tidak segera disiapkan lokasi pengelolaan air

  limbah di tingkat kabupaten dikuatirkan akan terjadi masalah/konflik dikemudian hari.

  7.3.5 Analisa Permasalahan dan Rekomendasi.

  7.3.5.1 Analisa Permasalahan. Instalasi pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) belum tersedia di Kabupaten Sijunjung, sarana sanitasi ini sangat dibutuhkan karena jumlah penduduk Kabupaten Sijunjung yang cukup besar dan cukup padat di beberapa kawasan perkotaan. Perbaikan sanitasi lingkungan juga perlu dilakukan khususnya pada kawasan padat penduduk dengan lahan dan ruang yang terbatas. Sistem sanitasi komunal menjadi salah satu alternatif pada lokasi-lokasi yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi atau pada kawasan kumuh. Untuk mengatasi masalah tersebut diatas, maka idealnya pada setiap hunian rumah tangga atau kawasan permukiman harus memiliki system penanganan air limbahnya.

  7.3.5.2 Alternatif Pemecahan Persoalan Sistem pembuangan air limbah rumah tangga sebaiknya dipisahkan dengan sistem pembuangan air hujan, namun sering dijumpai limbah dari rumah tangga dibuang ke dalam sistem pembuangan air hujan, untuk mengatasi masalah tersebut di atas, maka idealnya pada setiap hunian rumah tangga atau kawasan permukiman harus memiliki sistem penanganan air limbahnya. Sebelum masuk ke dalam saluran/drainase lingkungan/kota. Dengan demikian air limbah yang masuk ke saluran/drainase sudah relatif bersih.

  7.3.6 Rekomendasi Pemberian sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya sanitasi lingkungan bagi kesehatan warga dan penyediaan sarana dan prasarana sanitasi pada lingkungan padat penduduk. Untuk skala Kabupaten, perlunya instalasi pengolahan Lumpur tinja (IPLT) untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Kabupaten Sijunjung.

  7.3.7 Sistim Prasarana Yang Diusulkan

  Sistem prasarana dan sarana pengelolaan air limbah di Kabupaten Sijunjung yang diusulkan, antara lain :