BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Perpustakaan Umum - Analisis Layanan Perpustakaan Keliling Kota Solok untuk Memenuhi Kebutuhan Informasi Pengguna Lembaga Sosial Rumah Singgah Amal Ma’ruf

BAB II KAJIAN TEORITIS

  2.1 Pengertian Perpustakaan Umum

  Perpustakaan umum merupakan perpustakaan yang dapat digunakan oleh masyarakat luas tanpa memandang latar belakang dari pengguna perpustakaan tersebut. Menurut Hermawan dan Zulfikar ( 2006, 30)

  “perpustakaan umum adalah perpustakaan yang melayani seluruh lapisan masyarakat tanpa membedakan latar belakang, status sosial, agama, suku, pendidikan, dan sebagainya”. Sedangkan menurut Sjahrial-Pamuntjak (2000, 3), “perpustakaan umum ialah perpustakaan yang menghimpun koleksi buku, bahan cetakan serta rek aman lain untuk kepentingan masyarakat umum”.

  Dapat diketahui bahwa perpustakaan umum merupakan perpustakaan yang menghimpun koleksi buku tercetak serta non cetak, menyediakan sumber informasi kepada masyarakat, agar masyarakat dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tanpa memandang latar belakang.

  2.2 Tujuan Perpustakaan Umum

  Penyelenggaraan perpustakaan umum pada dasarnya memiliki tujuan yang ingin di capai. Menurut Hermawan dan Zulfikar ( 2006, 31), tujuan perpustakaan umum antara lain untuk; (a) memberikan kesempatan kepada warga masyarakat untuk menggunakan bahan pustaka dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesejahteraannya; (b) menyediakan informasi yang murah, mudah, cepat dan tepat yang berguna bagi masyarakat dalam kehidupannya sehari-hari; (c) membantu dalam pengembangan dan pemberdayaan komunitas melalui penyediaan bahan pustaka dan informasi; (d) bertindak selaku agen

  cultural , sehingga menjadi pusat utama kehidupan budaya bagi masyarakat sekitarnya; (e) memfasilitasi masyarakat untuk belajar sepanjang hayat.

  Sedangkan dalam Manifesto Perpustakaan Umum UNESCO yang dikutip oleh Sulistiyo-Basuki ( 1993, 46), tujuan perpustakaan umum adalah: (a) memberikan kesempatan bagi umum untuk membaca bahan pustaka yang dapat membantu meningkatkan mereka kearah kehidupan yang lebih baik; (b) menyediakan sumber informasi yang cepat, tepat dan murah bagi masyarakat, terutama informasi mengenai topik yang berguna bagi mereka dan yang sedang hangat dalam kalangan masyarakat; (c) membantu warga untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya sehingga yang bersangkutan akan bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya, sejauh kemampuan tersebut dapat dikembangkan dengan bantuan bahan pustaka; (d) bertindak selaku agent cultural, artinya perpustakaan umum merupakan pusat utama kehidupan budaya bagi masyarakat sekitarnya.

  Dapat diketahui bahwa tujuan perpustakaan umum adalah memberikan pelayanan bagi masyarakat umum dan membantu masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesejahteraannya serta memfasilitasi masyarakat untuk belajar sepanjang hayat.

2.3 Fungsi Perpustakaan Umum

  Penyelenggaraan Perpustakaan umum sudah seharusnya memiliki fungsi yang diemban untuk tercapainya tujuan perpustakaan tersebut. Menurut Sutarno (2006, 37) tugas dan fungsi Perpustakaan umum adalah “memberikan layanan kepada seluruh lapisan masyarakat, sebagai pusat informasi, pusat sumber belajar, tempat rekreasi, penelitian dan pelestarian koleksi bahan pustaka yang dimiliki”.

  Sedangkan menurut Yusuf ( 1995, 21) fungsi perpustakaan umum adalah sebagai berikut:

  1. Fungsi Edukatif Perpustakaan Umum menyediakan berbagai jenis bahan bacaan berupa karya cetak dan karya rekam untuk dapat dijadikan sumber belajar dan menambah pengetahuan secara mandiri.

  2. Fungsi Informatif Perpustakaan Umum sama dengan berbagai jenis perpustakaan lainnya, yaitu menyediakan buku-buku referensi, bacaan ilmiah popular berupa buku dan majalah ilmiah serta data-data penting lainnya yang di perlukan pembaca.

  3. Fungsi Kultural Perpustakaan Umum menyediakan berbagai bahan pustaka sebagai hasil budaya bangsa yang direkam dalam bentuk tercetak/ terekam.

  Perpustakaan merupakan tempat penyimpanan dan terkumpulnya berbagai karya budaya manusia yang setiap waktu dapat diikuti perkembangannya melalui koleksi perpustakaan.

  4. Fungsi Rekreasi Perpustakaan Umum bukan hanya menyediakan bacaan-bacaan ilmiah, tetapi juga menghimpun bacaan hiburan berupa buku-buku fiksi dan majalah hiburan untuk anak-anak, remaja dan dewasa. Bacaan fiksi dapat menambah pengalaman atau menumbuhkan imajinasi pembacanya dan banyak digemari oleh anak-anak dan dewasa. Dari uraian tersebut, dapat diketahui bahwa fungsi perpustakaan umum adalah sebagai sarana informatif, rekreasi, kultural, dan sebagai sarana simpan karya manusia untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pengguna.

2.4 Pengertian Perpustakaan Keliling Perpustakaan Keliling adalah bagian dari Perpustakaan Umum.

  Perpustakaan keliling disediakan untuk memberikan layanan ekstensi, yaitu masyarakat yang lokasinya jauh dari perpustakaan. Perpustakaan keliling memberikan layanan bergerak mendatangi penggunanya di beberapa tempat pemukiman penduduk, dan tempat terkonsentrasinya jumlah penduduk seperti sekolah, kantor kelurahan. Perpustakaan keliling biasanya menggunakan mobil yang dirancang khusus untuk keperluan perpustakaan.

  Menurut Ali ( 2006, 108) perpustakaan keliling adalah perpustakaan yang bergerak dengan membawa bahan pustaka seperti buku, majalah, koran dan bahan pustaka lainnya untuk melayani masyarakat dari satu tempat ke tempat lain yang belum terjangkau oleh layanan Perpustakaan Umum Kotamadya yang menetap.

  Sedangkan menurut Lasa, HS (1998, 56) menyatakan perpustakaan keliling ialah perpustakaan yang dapat berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lain untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat tertentu, terutama bila di tempat itu belum didirikan perpustakaan umum.

  Dari beberapa pendapat di atas dapat diketahui bahwa perpustakaan keliling ialah salah satu layanan yang ada di perpustakaan umum dalam menjangkau masyarakat yang keberadaannya jauh dari perpustakaan agar memanfaatkan perpustakaan dalam menambah wawasan dan kebutuhan informasi masyarakat.

2.4.1 Tujuan Perpustakaan Keliling

  Tujuan perpustakaan keliling menurut Proyek Pengembangan Sistem Nasional Perpustakaan RI ( 1992, 4), adalah:

  1. Memeratakan layanan informasi dan bacaan kepada masyarakat sampai daerah terpencil dan belum/tidak mungkin didirikan perpustakaan menetap.

  2. Membantu perpustakaan umum dalam mengembangkan pendidikan informal kepada masyarakat.

  3. Memperkenalkan buku-buku dan bahan pustaka lainnya kepada masyarakat.

  4. Memperkenalkan jasa perpustakaan kepada masyarakat, sehingga tumbuh budaya untuk memanfaatkan jasa perpustakaan kepada masyarakat.

  5. Meningkatkan minat baca dengan mengembangkan cinta buku pada masyarakat.

  6. Mengadakan kerjasama dengan lembaga masyarakat sosial, pendidikan dan pemerintah daerah dalam meningkatkan kemampuan intelektual dan kultural masyarakat. Dapat diketahui tujuan perpustakaan keliling adalah untuk memberikan layanan kepada masyarakat sampai daerah terpencil, memperkenalkan buku-buku, budaya gemar membaca.

2.4.2 Tugas dan Fungsi Perpustakaan Keliling

  Perpustakaan Keliling merupakan perpustakaan yang bergerak membawa bahan pustaka baik berupa buku maupun non-buku, untuk melayani masyarakat dari suatu tempat ketempat yang lainnya yang belum terjangkau oleh layanan perpustakaan merata ke semua daerah, maka perpustakaan umum harus tetap melakukan pelayanan ekstensinya kepada masyarakat. Perpustakaan keliling sebagai perluasan layanan perpustakaan umum mempunyai tugas dan fungsi. Menurut Perpustakaan Nasional RI (1992, 11) adalah sebagai berikut : 1.

  Melayani masyarakat yang belum terjangkau oleh layanan perpustakaan menetap, karena di lokasi tersebut belum terdapat gedung perpustakaan.

  2. Melayani masyarakaat yang oleh situasi dan kondisi tertentu tidak dapat datang atau tercapai perpustakaan menetap, misalnya karena sedang di rawat dirumah sakit, menjalani hukuman di lembaga permasyarakataan, berada di panti asuhan atau rumah jompo dan lain sebagainya.

  3. Mempromosikan layanan perpustakaan umum kepada masyarakaat yang belum pernah mengenal perpustakaan.

  4. Memberikan layanan yang bersifat sementara sampai di tempat tersebut didirikan gedung perpustakaan umum menetap.

  5. Sebagai sarana untuk membantu menemukan lokasi yang tepat untuk membangun perpustakaan menetap, atau perpustakaan umum yang akan direncanakan untuk dibangun.

6. Menggantikan fungsi perpustakaan menetap apabila situasi tertentu memungkinkan didirikan perpustakaan menetap di tempat tersebut.

  7. Melakukan tugas-tugas kepustakawan, seperti : mendata/membuat lokasi secara berkala, satu sampai dua bulan sekali, agar pengunjung tidak bosan dan membuat laporan kegiatan bulanan, tribulanan dan tahunan.

2.4.3 Koleksi Perpustakaan Keliling

  Salah satu masalah yang dihadapi oleh perpustakaan keliling adalah bagaimana mereka dapat melayani masyarakat yang hidrogen dengan koleksi terbatas dalam waktu layanan yang terbatas pula. Dengan demikian pesatnya laju informasi, perpustakaan keliling harus berperan lebih giat lagi untuk menyebarkan informasi tersebut dalam berbagai bentuk, terutama sekali informasi tersebut dalam bentuk buku. Oleh karena itu pemilihan koleksi perpustakaan keliling haruslah benar-benar dilakukan dengan lebih profesional. Salah satu keberhasilan perpustakaan keliling adalah apabila koleksi yang disediakan dimanfaatkan oleh masyarakat pemakai. Agar koleksi yang disajikan dapat dimanfaatkan oleh pemakai, maka koleksi haruslah sesuai dengan kebutuhan dan selera masyarakat yang akan dilayani.

  Koleksi perpustakaan merupakan unsur pokok yang harus dimiliki oleh setiap perpustakaan untuk digunakakan oleh pengguna yang ingin memperoleh informasi yang butuhkannya. Sebagaimana yang tercantum dalam UU No. 43 tahun 2007 pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa “Koleksi perpustakaan adalah semua informasi dalam bentuk karya tulis, karya cetak, dan karya rekaman dalam bentuk berbagai media yang mempunyai nilai pendidikan, yang dihimpun diolah dan dilayankan. Menurut Siregar (1998 : 2) yang dimaksud dengan koleksi perpustakaan adalah semua bahan pustaka yang dikumpulkan, diolah dan disimpan untuk disajikan kepada pengguna, untuk memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi.

  Sedangkan menurut Perpustakaan Nasional RI (1992, 11) yaitu: perpustakaan keliling yang baik minimal memiliki koleksi 2.500 jilid atau 1.000 judul. Koleksi perpustakaan setiap tahun diusahakan untuk ditambah agar pemustaka tidak merasa bosan karena tidak ada judul- judul baru”. Dari pendapat di atas, dapat diketahui bahwa tidak ada ketentuan yang mengikat pustakawan dalam menyajikan sejumlah koleksinya kepada pemustaka. Walaupun demikian, pendapat tersebut telah memandu kita dalam memberikan gambar untuk memudahkan pengembangan koleksi perpustakaan keliling.

  2.4.4 Jenis-Jenis Koleksi

  Pada dasarnya bahan pustaka atau koleksi perpustakaan keliling yang dapat dilayankan kepada pemakai jasa perpustakaan keliling dapat dikelompokkan tiga macam sebagai berikut: a.

  Bahan pustaka yang tercetak.Yang termasuk kelompok ini antara lain adalah: buku,surat kabar, majalah, buletin, pamflet dan sejenisnya. Khusus untuk buku dapat dikelompokkan ke dalam buku sirkulasi, yaitu buku yang dipinjamkan kepada anggota perpustakaan untuk dibawa pulang, dan buku referensi, yaitu buku digunakan hanya di perpustakaan menetap saja sebagai acuan, misalnya: ensiklopedi, kamus, direktori, alamanak, indeks, bibliografi, buku tahunan, buku pedoman/ panduan/ petunjuk/ lembaga.

  b.

  Bahan pustaka terekam Yang termasuk kelompok ini antara lain adalah: slide,kaset audio, kaset vidio, flem strip, compact disc, vidio compact disc, film dan sejenisnya.

  Untuk perpustakaan keliling yang telah berkembang bahkan sudah memiliki bahan pustaka yang terekam dalam bentuk mikro seperti:

  microfilm dan microfish.

  c.

  Bahan pustaka yang tidak tercetak maupun tidak terekam Mengingat perpustakaan keliling melayani segala lapisan masyarakat termasuk anak-anak, maka sebaiknya bahan pustaka perpustakaan keliling berupa: kumpulan mainan anak-anak, nintendo, tetris, manik-manik, balok-balok dan lain- lain yang dapat meningkatkan kreativitas dan imajinasi anak. Koleksi ini merupakan sumber belajar yang sangat penting bagi anak-anak yang tidak sempat belajar di rumah maupun di sekolah. (Proyek Pengembangan Sistem Nasional Perpustakaan RI 1992, 10) adalah:

  2.4.5 Kriteria Pemilihan Koleksi

  Layanan perpustakaan keliling akan menarik perhatian pengunjung apabila bahan-bahan koleksi yang disajikan sesuai kebutuhan dan memenuhi selera pengunjung/pemakai jasa perpustakaan keliling. Untuk memilih bahan pustaka bagi perpustakaan keliling, perlu diperhatikan kriteria pemilihan koleksi sebagai berikut:

  1. Sesuai dengan kebutuhan pengunjung baik secara nyata maupun secara potensial. Kebutuhan pengunjung dapat dideteksi dari kuisioner yang dibagikan kepada mereka sewaktu berkunjung ke perpustakaan keliling.

  2. Tahun terbit koleksi pilih yang paling baru, atau paling tidak satu atau dua tahun terakhir dan berupaya edisi terbaru.

  3. Usahakan agar penulis/pengarang buku tersebut cukup terkenal sehingga menjadi daya tarik bagi pengunjung/ pemakai jasa perpustakaan keliling.

  4. Isi bahan pustaka tidak mengandung “sara” propaganda politik, mengkritik, menentang dan memberi tafsiran yang salah sehingga menimbulkan perpecahan dalam kehidupan bermasyarakatan berbangsa dan bernegara.

  5. Isi bahan pustaka tidak mengandung ajaran ekstrim kiri seperti komunisme, marxisme, lenimisme, maupun ajaran komunis lainnya.

  6. Isi bahan pustaka tidak melanggar norma-norma moral (susila, etika), norma agama keindahan (estetika) yang berlaku dan hidup di indonesia umumnya.

  7. Isi bahan pustaka tidak mengetengahkan sadisme dan kekerasan yang berlawanan dangan asa perikemanusia-an yang berlaku di Indonesia dan dunia Internasional. Isi bahan pustaka tidak dilarang oleh Kejaksaan Agung RI.

  9. Isi bahan pustaka benar-benar bersifat ilmiah dan penghibur sehingga setelah pengunjung membaca dan pulang dia merasa nyaman dan mendapat sesuatu yang bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.

  10. Isi bahan pustaka berguna bagi masyarakat dan dapat menunjang pembangunan nasional.

  11. Fisik bahan pustaka mencerminkan desain dan tipografi yang baik, kertas dan menjilid yang baik, serta huruf, gambar dan ilustrasin ya menarik. (Ali 2006, 124).

2.4.6 Pengadaan Koleksi

  Pengadaan buku-buku untuk Perpustakaan Keliling dilakukan oleh Perpustakaan Daerah atau Perpustakaan Umum yang bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat (Proyek Pengembangan Sistem Nasional Perpustakaan RI 1992, 12). Pengadaan koleksi adalah proses menghimpun bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi suatu perpustakaan. Koleksi yang diadakan oleh suatu perpustakaan hendaknya relevan dengan minat dan kebutuhan, lengkap dan terbitan mutakhir, agar tidak mengecewakan masyarakat yang dilayani.

  Koleksi perpustakaan berasal dari berbagai macam sumber seperti hadiah, tukar menukar, titipan dan pembelian. (Soeatminah 1992, 71).dalam pemilihan bahan pustaka hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan para pemakai agar perpustakaan tersebut benar-benar dapat bermanfaat bagi pemiliknya.

  Perpustakaan membeli atau memperoleh buku dengan cara: (a) pembelian, (b) pertukaran. (c) hadiah, dan (d) keanggotaan organisasi. (Sulistyo Basuki 1993, 222-223):

  a. Pembelian Pemesanan langsung dapat dilakukan pada penerbit ataupun pada toko buku. Penerbit Indonesia umumnya melayani permintaan, perpustakaan namun tidak dengan penerbit asing. Mereka ini hanya melayani pembelian dari toko buku ataupun penjaja (vendor), sehingga perpustakaan Indonesia harus membeli melalui toko buku. Pialang buku masih belum banyak disini.

  b. Pertukaran Bahan pustaka tertentu tidak dapat dibeli di toko buku, hanya dapat diperoleh melaui pertukaran ataupun hadiah. Untuk bahan pertukaran sebaiknya perpustakaan menerbitkan berbagai terbitan termasuk penerbitan badan induk. Contoh Pusat Perpustakaan Kimia menerbitkan beberapa majalah, dan majalah ini kemudian dijadikan bahan pertukaran.

  c. Hadiah Karena kondisi sosial ekonomi yang masih belum sepenuhnya berkembang, tradisi pengembangan perpustakaan dengan melalui sumbangan atau hadiah, masih belum memasyarakat. Hal ini berbeda dengan situasi negara maju, hadiah untuk perpustakaan selalu ada. Hadiah hanya diterima bila memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh perpustakaan manakala perpustakaan telah meneliti dengan saksama subjek koleksi hadiah tersebut sesuai dengan kepentingan perpustakaan. Hadiah buku juga ada kaitannya dengan deposit. Penerbit mengirimkan contoh terbitannya pada perpustakaan karena diwajibkan ataupun sukarela.

  Pengiriman buku tersebut mengikat perpustakaan untuk mengolahnya dan menyimpannya. Semuanya itu dapat dimanfaatkan perpustakaan untuk mengembangkan koleksinya. Bahkan perpustakaan pun dapat minta perorangan untuk membantu pengadaan buku dan majalah.

  Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa pengadaan koleksi adalah proses menghimpun bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi suatu perpustakaan. Koleksi yang diadakan oleh suatu perpustakaan hendaknya relevan dengan minat dan kebutuhan, lengkap dan terbitan mutakhir, agar tidak mengecewakan masyarakat yang dilayani. Koleksi perpustakaan dapat berasal dari berbagai macam sumber seperti hadiah, tukar menukar, titipan dan pembelian.

2.4.7 Sistem Pelayanan Perpustakaan Keliling

  Layanan perpustakaan keliling pada dasarnya bersifat terbuka, demokratis, karena perpustakaan keliling melayani semua lapisan masyarakat tanpa membedakaan status sosial, budaya, ekonomi, pendidikan, kepercayaan maupun status- status lainnya. Semua warga masyarakat, tanpa mengenal batas usia, bebas memanfaatkan layanan jasa tanpa perpustakaan keliling. Ada dua sistem layanan perpustakaan keliling yang dikenal dewasa ini yaitu : 1.

   Layanan Terbuka (Open Acces)

  Dalam sistem ini para pengunjung dapat secara bebas memilih dan mencari sendiri bahan pustaka yang ada di mobil. Pengunjung langsung menuju ke rak-rak buku dan majalah dan koran yang tersedia di perpustakaan keliling. Apabila pengunjung mendapat kesulitan dalam menemukan bahan pustaka yang dicari, mereka dapat meminta bantuan petugas perpustakaan. (Ali 2006, 123)

  Salah satu keuntungan dari sistem layanan terbuka ini adalah: “sistem terbuka dapat menyadarkan seorang untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dengan jalan memanfaatkan koleksi perpustakaan. Kesadaran seseorang dimulai dari melihat, kemudian mangamati dan akhirnya membaca bahan pustaka yang dapat ditemukan di perpustakaan. Dari membaca sebuah buku kemudian timbul keinginan untuk membaca yang lain, yang akhirnya ingin membaca sebanyak mungkin. Tanpa disadari orang akan mendapatkan tambahan pengeta huan dari pembaca”.(Soeatminah 1987, 77 ).

  Sedangkan menurut Sariahmas ( 2007, 17) keuntungan dari sistem pelayanan terbuka adalah sebagai berikut: a.

  Kartu-kartu katalog tidak cepat rusak, karena sedikit yang menggunakannya. Pada umumnya mereka langsung menuju ke rak untuk memilih sendiri.

  b.

  Menghemat tenaga. Dalam sistem ini petugas tidak perlu mengambil buku yang diinginkan pengguna. Pustakawan hanya mencatat dan kemudian mengambilkan buku-buku yang sudah dibaca ditempat maupun yang dikembalikan hari itu.

  c.

  Judul-judul buku lebih banyak diketahui dan dibaca pengguna.

  d.

  Petugas akan segera mencatat judul buku yang sedang dipinjam serta nama ataupun alamat dari peminjam.

  e.

  Apabila pengguna tidak menemukan buku yang dibutuhkan, maka pengguna dapat mencari buku yang relevan sesuai dengan kebutuhannya.

  f.

  Kecil kemungkinan ada kesalahpahaman antara petugas dan pengguna.

  Menurut Lasa ( 1994, 5-6) selain keuntungan yang diperoleh dari sistem ini, ada juga kerugiaannya: a.

  Frekuensi kerusakan lebih besar. b.

  Memerlukan ruangan yang yang lebih luas, sebab letak rak satu dengan rak yang lain nya memerlukan jarak yang longgar.

  c.

  Susunan buku menjadi tidak teratur. Oleh sebab itu pustakawan harus sering mengadakan reshelving.

  d.

  Pemula yang datang ke perpustakaan itu untuk mencari buku sering bingung.

  Menurut Sariahmas ( 2007, 17) kelemahan dari sistem pelayanan terbuka adalah sebagai berikut: a.

  Frekuensi kerusakan lebih besar.

  b.

  Memerlukan ruangan yang lebih besar, serta letak rak dari yang satu dengan yang lainnya memerlukan jarak yang lebih longgar.

  c.

  Susunan buku menjadi tidak teratur.

  d.

  Pemula yang baru datang ke perpustakaan sering kebingungan dalam mencari kebutuhan.

2. Layanan Tetutup (Close Acces)

  Dalam layanan ini, pustakawan yang mengambil bahan pustaka yang diperlukan oleh pemakai jasa perpustakaan keliling. Para pengunjung meminta bahan pustaka yang diperlukan kepada petugas layanan perpustakaan keliling. Petugas tersebut mencari dan mengambil koleksi di rak dan menyerahkan kepada yang bersangkutan. Dalam sistem tertutup ini, peminjaman tidak boleh mengambil sendiri bahan dari tempatnya. Pengunjung tidak diperoleh masuk kedalam mobil perpustakaan keliling sehingga pengambilan bahan pustaka dilakukan oleh petugas perpustakaan keliling. Oleh karena itu pengunjung harus mengetahui terlebih dahulu secara jelas nama pengarang, judul buku yang dibutuhkan, sebelum mengajukan permintaan kepada petugas layanan perpustakaan. Menurut Ali ( 2006, 123) agar judul maupun pengarang yang dimaksud tepat, pengunjung dapat menggunakan katalog pengarang, judul, maupun subyek. Apabila nama pengarang atau judul buku yang dimaksud sudah ditemukan, pengunjung dapat menuliskan permintaannya pada formulir yang disediakan oleh perpustakaan keliling.

  Menurut Soeatminah ( 1987, 78) salah satu keuntungan dari sistem tertutup ini adalah “penyalahgunaan kepercayaan yang mengakibatkan penyobekan buku pada halaman-halaman tertentu dan pencurian buku dapat diperkecil, sebab buku- buku hanya keluar apabila sudah dicatat peminjamannya”.

  Menurut Sariahmas ( 2007, 18) keuntungan dari sistem pelayanan tertutup adalah sebagai berikut: a.

  Antrian meminjam maupun mengembalikan buku dibagian ini sering berjubel, keadaan ini berarti membuang waktu.

  2. Layanan Referensi

  1. Layanan Sirkulasi Layanan ini berupa pemberian kesempatan bagi anggota layanan perpustakaan keliling untuk meminjam bahan pustaka yang dapat dibawa pulang sesuai dengan peraturan yang berlaku. Peminjaman hanya diberikan kepada pengunjung yang sudah terdaftar menjadi anggota perpustakaan.

  Pelayanan pengguna yang diberikan oleh perpustakaan dapat ditentukan oleh keadaan ataupun kondisi dari perpustakaan dan dimana tempatnya bernaung serta keadaan masyarakat yang dilayani. Dalam memberikan pelayanan kepada pengguna itu tidak semua sama antara satu perpustakaan dengan perpustakaan lainnya, hal ini disebabkan oleh besar kecilnya perpustakaaan itu sendiri dan koleksi bahan perpustakaan yang dimiliki oleh perpustakaan dibatasi dengan tenaga pengolahan yang telah ada. Menurut Proyek Pengembangan Sistem Nasional Perpustakaan RI ( 1992, 23) jenis layanan yang dapat diusahakan oleh perpustakaan keliling adalah;

  Antrian peminjaman serta pengembalian lebih panjang.

  d.

  Sering menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya salah pengertian antara pengguna dan petugas.

  c.

  Terdapat bahan pustaka yang tidak pernah dipinjam.

  b.

  Banyak tenaga yang terserap.

  Menurut Sariahmas ( 2007, 18) kelemahan dari sistem pelayanan tertutup adalah sebagai berikut: a.

  d.

  Daya tampung lebih banyak, karena jarak rak yang satu dengan yang lain lebih dekat.

  Sering menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan misalnya salah pengertian antara petugas dan peminjam.

  c.

  Terdapat sejumlah koleksi yang tidak pernah keluar/dipinjam.

  b.

  Sedangkan kerugian layanan tertutup menurut (Lasa 1994, 5) adalah: a. Banyak energi yang terserap dibagian sirkulasi.

  Tidak memerlukan ruang baca di ruangan koleksi.

  d.

  Kerusakan dan kehilangan bahan pustaka akan lebih sedikit bila dibandingkan dengan sistem layanan terbuka.

  c.

  Susunan buku akan lebih teratur dan tidak mudah rusak.

  b.

2.4.8 Jenis Layanan Perpustakaan Keliling

  Pengunjung yang memerlukan penelusuran informasi akan memperoleh layanan referensi. Layanan ini mengacu pada bahan-bahan referensi, seperti: direktori, dan terbitan pemerintah.

  3. Layanan Baca.

  Bagi pengunjung yang tidak bermaksud meminjam buku, tapi hanya membacanya saja, maka perpustakaan menyediakan layanan baca sekitar mobil perpustakaan keliling.

  4. Pembacaan Cerita Tujuan utama dilakukan pembacaan cerita ini adalah untuk meningkatkan minat baca anak-anak, terutama anak prasekolah. Biasanya layanan ini sering diberikan oleh Perpustakaan Umum, tapi tidak tertutup kemungkinan bagi perpustakaan keliling untuk melakukannya. Langkah- langkah pelaksanaan yang dilakukan adalah mempersiapkan pembacaan cerita yang terampil, materi cerita, dan tempat.

  5. Pemutaran Film Jenis layanan ini merupakan jenis yang paling digemari oleh masyarakat.

  Ini merupakan sarana paling efektif untuk menyampaikan pesan-pesan dan promosi perpustakaan.

  6. Layanan Jasa Dokumentasi diperlukan oleh pengunjung seperti peraturan-peraturan pemerintah serta peraturan perundang-undangan yang telah dipersiapkan oleh perpustakaan keliling.

  7. Layanan Jasa Informasi Pengunjung bisa menanyakan langsung kepada petugas perpustakaan tentang informasi-informasi yang bersifat umum.

2.4.9 Pos dan Waktu Pelayanan

  Pos pelayanan adalah lokasi pelayanan perpustakaan keliling terhadap pemakai, dimana hari dan jam telah ditentukan. Dalam penentuan pos sebaiknya kita juga berpedoman kepada usul dan saran para pemuka masyarakat, kepala sekolah, pengawas jalan dan lain-lain, begitu pula dengan jadwal pelayanan. Hal ini dikarenakan mereka telah mengenal persis keadaan tempat disekitarnya, sehingga mereka lebih mudah dalam memberikan keterangan petugas perpustakaan keliling.

  Dalam menentukan pos pelayanan mobil perpustakaan keliling, perlu hendaknya mempertimbangkan beberapa kriteria dibawah ini:

  1. Lokasi pemberhentian strategis , yaitu tempat yang banyak dikunjungi oleh masyarakat, misalnya komplek pendidikan, tempat peribadatan, tempat umum lainnya.

  2. Agar tidak menggangu kelancaran arus lalu lintas. Seharusnya lokasi pemberhentian terletak di pinggir jalan yang memiliki halaman yang cukup luas.

3. Kondisi jalan sangat memungkinkan, sehingga mobil perpustakan dapat menempuh jarak tersebut dengan aman dan tepat waktu.

  4. Jarak antara pos pelayanan harus diperhitungkan, mengingat waktu layanan yang diberikan terbatas. Selain itu keterlambatan pada satu pos akan mengganggu jadwal pos lainnya. Kriteria penentuan lokasi pelayanan perpustakaan diatas tidaklah mutlak, hanya saja diusahakan agar layanan perpustakaan keliling merata keseluruh kecamatan yang belum sempat dilayani oleh Perpustakaan Umun atau Perpustakaan Desa.

2.4.10 Penentuan Jadwal Pelayanan

  Mengingat layanan perpustakaan keliling merata untuk semua kalangan, tanpa memandang golongan, status, dan ekonomi. Maka petugas perpustakaan keliling perlu mengatur waktu sebaik-baiknya sehingga dalam melayani semua mengalami banyak kendala terutama sekali dalam pengembangan layanan. Dalam melakukan pelayanan petugas harus konsekuen dengan jadwal pelayanan yang telah ditentukan, yaitu tidak dapat menetapkan sendiri jadwal pindahan dari satu pos ke pos lainya. Karena dapat mengganggu proses pelayanan pada pos yang lainnya. Menurut Perpustakaan Nasional RI (1992, 21) yaitu: “Secara ideal waktu pelayanan perpustakaan keliling dilakukan dalam dua shift, yaitu pagi antara pukul 08.30 s/d 14.00 dan shift sore antara pukul 15.00 s/d 20.00.

  Ada beberapa kriteria dalam menentukan jadwal pelayanan perpustakaan keliling, yaitu:

  1. Petugas terlebih dahulu berkonsultasi dengan para kepala sekolah setempat tentang saat-saat jam istirahat.

  2. Petugas harus mengetahui tempat dan waktu yang ramai dikunjungi oleh masyarakat.

  3. Petugas harus terlebih dahulu mengetahui jenis mata pencarian masyarakat setempat.

  Jika hal-hal tersebut di atas telah diperhatikan dan dilakukan dengan baik, maka dalam pengaturan jadwal, petugas tidak banyak mengalami masalah yang dapat mengganggu kelancaran pelayanan perpustakaan keliling. Sedangkan (Ali 2006, 126-127) menyatakan bahwa :

  1. Waktu Layanan Mengingat layanan perpustakaan keliling bersifat demokratis yang berarti melayani semua lapisan masyarakat, maka waktu layanan perlu diatur sebaik-baiknya sehingga dapat melayani semua pihak yang membutuhkan informasi dan jasa perpustakaan keliling. Secara ideal waktu layanan perpustakaan keliling perlu dilakukan dua shift perhari, yaitu shift pagi antara pukul 09.00-11.30 dan shift siang antara pukul 11.30-14. 30,dengan demikian shift pagi dapat melayani satu pos layanan (service poin) dan shift siang dapat melayani satu pos layanan (service

  poin ) sehingga setiap hari per satu unit mobil perpustakaan keliling dapat melayani dua pos layanan membaca.

  2. Tempat Layanan Tempat layanan perpustakaan keliling pada dasarnya tidak hanya di unit keliling saja. Tempat layanan perpustakaan keliling sangat bergantung pada jenis layanan yang diberikan oleh masing-masing perpustakaan keliling yang bersangkutan, tempat layanan dapat dilakukan diruangan khusus yang disediakan oleh masyarakat setempat, seperti balai desa, sekolah atau pos RT/RW atau lapangan terbuka dengan menyediakan tenda dan kursi-kursi baca yang penting layanan tersebut diatur dan ditata perpustakaan keliling, serta sebaliknya pada tempat layanan membaca di beri papan nama yang bertuliskan hari dan waktu kunjungan perpustakaan keliling.

2.5 Pengertian Rumah Singgah

  Pengertian rumah singgah secara terminologi rumah berarti bangunan untuk tempat tinggal, sedangkan singgah adalah mampir atau berhenti sebentar di suatu tempat ketika dalam perjalanan dari pengertian diatas rumah singgah bisa diartikan sebagai bangunan atau tempat tinggal yang di tempati dalam waktu yang tidak lama. Sedangkan secara etimologi, rumah singgah adalah suatu wahana yang di persiapkan sebagai perantara antara anak jalanan dengan pihak-pihak yang membantu mereka.

  Rumah Singgah merupakan suatu shelter yang berfungsi sebagai tempat tinggal, pusat kegiatan, dan pusat informasi bagi anak jalanan. Dari pengertian diatas rumah singgah merupakan proses informal yang memberikan suasana resosialisasi kepada anak jalanan terhadap sistem nilai dan norma yang berlaku di masyarakat setempat. Rumah singgah merupakan tahap awal bagi seorang anak untuk memperoleh pelayanan selanjutnya, oleh karenanya penting menciptakan rumah singgah sebagai tempat yang aman, nyaman, menarik, dan menyenangkan bagi anak jalanan sehingga anak akan selalu di rumah singgah. Selanjutnya

  (Departemen Sosial Republik Indonesia 2000, 12) rumah singgah didefinisikan sebagai perantara anak-anak jalanan dengan pihak-pihak yang akan membantu mereka.

  Berdasarkan pengertian rumah singgah di atas maka dapat diketahui rumah singgah merupakan perantara anak jalanan dan pihak-pihak yang akan membantu mereka untuk mendapatkan sebuah informasi.

2.5.1 Fungsi Rumah Singgah

  Adapun rumah singgah didirikan mempunyai beberapa fungsi: 1.

  Tempat pertemuan pekerja sosial dengan anak jalanan untuk menciptakan persahabatan, mengkaji kebutuhan, dan melakukan kegiatan 2. Tempat untuk mengkaji kebutuhan dan masalah anak serta menyediakan rujukan untuk pelayanan lanjutan

3. Perantara antara anak jalanan dengan keluarga, panti, keluarga 4.

  Perlindungan bagi anak dari kekerasan, ekonomi, dan bentuk lainnya yang terjadi di jalanan

  5. Pusat informasi berbagai hal yang berkaitan dengan kepentingan anak jalanan seperti data dan informasi tentang anak jalanan, bursa kerja, pendidikan, kursus keterampilan, dan lain-lain 6. Mengembalikan dan menanamkan fungsi sosial anak dimana para pekerja sosial diharapkan mampu mengatasi permasalahan anak jalanan dan menumbuhkan keberfungsisosialan anak. Cara-cara penanganan profesional dilakukan antara lain menggunakan konselor yang sesuai dengan masalahnya.

  7. Jalur masuk kepada berbagai pelayanan sosial dimana pekerja sosial membantu anak mencapai pelayanan tersebut

  8. Pengenalan nilai dan norma sosial pada anak. Lokasi rumah singgah berada di tengah-tengah lingkunagn masyarakat sebagai upaya mengenalkan kembali norma, situasi, dan kehidupan bermasyarakat bagi anak jalanan. Pada sisi lain mengarah pada pengakuan, tanggung jawab, dan upaya warga masyarakat terhadap penanganan masalah anak jalanan ini.

  Fungsi utama rumah singgah adalah sebagai perantara atau penghubung antara anak jalanan dan keluarga, panti, atau lembaga-lembaga lainnya. Rumah singgah juga berfungsi sebagai tempat memperbaiki sikap dan perilaku yang menyimpang dalam batasan yang sempit dalam artian perilaku kehidupan sehari- hari, melindungi anak jalanan dari korban kekerasan eksploitasi seks dan ekonomi serta bentuk lainnya, menyiapkan berbagai informasi yang berkaitan dengan kepentingan anak seperti bursa kerja, pendidikan dan kursus, serta menjadi rujukan terhadap masalah dan kebutuhan anak jalanan yang tidak terpenuhi juga merupakan fungsi rumah singgah (Departemen Sosial Republik Indonesia 2000, 42-43).

  Dalam buku (Standar Pelayanan Sosial Anak Jalanan melalui Rumah Singgah 2002, 13-15), setiap rumah singgah boleh menentukan sendiri kategori anak jalanan yang didampingi. Secara umum kategori anak jalanan sebagai berikut : 1.

  Anak jalanan yang hidup dijalanan, dengan cirinya sebagai berikut: a.

  Putus hubungan atau lama tidak bertemu dengan orang tuanya minimal setahun yang lalu b.

  Berada di jalan seharian untuk bekerja atau menggelandang c. Bertempat tinggal dijalanan dan tidur disembarang tempat seperti emper toko, kolong jembatan, terminal, stasiun dll.

  d. tidak bersekolah lagi.

  Anak jalanan yang bekerja dijalanan, cirinya adalah : a.

  Berhubungan tidak teratur dengan orang tuanya, yakni pulang secara periode misalnya seminggu sekali, sebulan sekali, dan tidak tentu.

  Mereka umumnya berasal dari luar kota yang bekerja dijalanan.

  b.

  Berada dijalanan sekitar 8 s/d 12 untuk bekerja sebagian mencapai 16 jam.

  c.

  Bertempat tinggal dengan cara mengontrak sendiri atau bersama teman, dengan orang tua /saudaranya, atau ditempat kerjanya dijalan. Lebih jelas (Direktorat Kesejahteraan Anak, Keluarga dan Lanjut Usia,

  Deputi Bidang peningkatan Kesejahteraan Sosial 2000, 61-62) kategori dan karakteristik anak jalanan :

1. Kelompok anak yang bekerja dan hidup dijalanan

  Karakteristiknya: a. menghabiskan seluruh waktunya dijalanan b. hidup dalam kelompok kecil atau perorangan c. tidur diruang-ruang atau cekungan diperkotaan, seperi; terminal , emper toko, kolong jembatan dan pertokoan.

  d.

  Hubungan dengan orang tuanya biasanya sudah putus e. Putus sekolah f. Bekerja sebagai: pemulung, ngamen, mengemis, semir, kuli angkut barang g.

  Berpindah-pindah tempat 2. Kelompok anak jalanan yang bekerja dijalanan dan masih pulang kerumah orang tua mereka setiap hari.

  Karakteristiknya a.

  Hubungan dengan orang tua masih ada tetapi tidak harmonis. b.

  Sebagian besar dari mereka sudah putus sekolah dan sisanya rawan untuk meninggalkan bangku sekolah.

  c.

  Rata-rata pulang setiap hari atau seminggu sekali kerumah d. Bekerja sebagai pengemis, pengamen diperempatan, karnet, asongan koran, dan ojek payung.

3. Kelompok anak jalanan yang bekerja dijalanan dan pulang kedesanya antara 1 hingga2 bulan sekali.

  Karakteristiknya: a.

  Bekerja dijalanan sebagai pedagang asongan, menjual makanan keliling, kuli angkut barang b.

  Hidup berkelompok bersama dengan orang-orang yang berasal dari satu daerah dengan cara mengontrak rumah atau tinggal disarana- sarana umum/ tempat ibadat seperti mesjid c. Pulang antara 1 minggu hingga 3 bulan sekali d. Ikut membiayai keluarga didesanya e. Putus sekolah

  Tujuan umum rumah singgah adalah membantu anak jalanan mengatasi masalah-masalahnya dan menemukan alternatif untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Sedangkan tujuan khusus adalah: 1.

  Membentuk kembali sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat

  2. Mengupayakan anak-anak kembali ke rumah jika memungkinkan atau kepanti dan lembaga lainnya jika diperlukan

  3. Memberikan berbagai alternatif pelayanan untuk pemenuhan kebutuhan anak dan menyiapkan masa depannya sehingga menjadi warga masyarakat yang produktif. Adapun tujuan rumah singgah secara umum dapat dijabarkan sebagai wahana terhadap pembinaan anak-anak jalanan yang dilandasi dengan sikap pembentukan sikap dan perilaku yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku termasuk pembentukan anak atas nilai-nilai atau norma-norma termasuk nilai-nilai atau norma-norma agama. Dapat disimpulkan bahwa rumah singgah bertujuan sebagai tempat membentuk sikap dan perilaku anak yang sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.

2.6 Informasi

  Informasi berasal dari kosa kata bahasa belanda yaitu informative. Informasi berarti memberikan bentuk kepada atau menjelaskan sesuatu atau penjelasan tentang sesuatu. Dalam buku Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi (Hasugian 2011, 90-91) mengemukakan pengertian informasi dapat didefinisikan oleh para ahli sebagai berikut: a.

  Menurut Reizt, informasi adalah data yang disajikan dalam bentuk yang mudah dimengerti yang maknanya dianggap disebabkan dalam konteks penggunaannya.

  b.

  Menurut Stevenson (1997) dalam Sulistyo Basuki (2006) menyatakan bahwa informasi sebagai kata benda bermakna pengetahuan yang diberikan pada seseorang dalam bentuk yang dapat dipahami oleh orang lain.

  c.

  Menurut Blumenthal (1969) menyatakan bahwa informasi adalah data terekam, terklasifikasi, terorganisasi, berhubungan dengan atau ditafsirkan dalam konteks untuk meneruskan makna.

  d.

  Menurut Burch (1974) menyatakan bahwa informasi adalah hasil pemodelan, pemformatan, pengorganisasian atau pengubahandata dalam sebuah cara sehingga meningkatkan arus pengetahuan penerimanya.

  e.

  Menurut Oxford English Dictionry (OED) menyatakan bahwa informasi merupakan pengetahuan yang dikomunikasikan menyangkut fakta, subjek, atau peristiwa khusus.

  f.

  Menurut Bell (1979) menyatakan bahwa informasi adalah sebagai sebuah pola atau desain yang menata ulang keperluan instrumental.

  g.

  Menurut Desson (1991) menyatakan bahwa informasi merupakan sesuatu yang menambah pengetahuan manusia.

  h.

  Menurut Stonier (1990) menyatakan bahwa informasi adalah sebuah kompleksitas. i.

  Menurut Faradane (1976) menyatakan bahwa informasi merupakan perwakilan pengetahuan atau pikiran.

  Setiap manusia selalu membutuhkan informasi ketika melakukan suatu kegiatan. Tanpa informasi manusia tidak akan dapat berperan banyak dalam melakukan kegiatannya. Menurut Davis seperti dikutip oleh (Abdul 2003, 28) ”informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan saat ini atau saat mendatang”. Setiap data yang berguna bagi penerima dapat dianggap sebagai informasi.

  Informasi selalu identik dengan data yang diolah. Seperti yang diungkapkan (Andri 2003, 6) yaitu “informasi merupakan kumpulan data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan le bih berarti bagi yang menerima”. Informasi adalah data yang penting yang memberikan pengetahuan yang berguna. Informasi juga merupakan serangkaian fakta yang diinformasikan.

  Hal yang sama menurut Jogiyanto ( 2005, 8) “informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya”. Informasi merupakan pengumpulan atau pengolahan data untuk memberikan pengetahuan atau keterangan. Informasi berkenaan dengan suatu fakta atau keadaan.Sedangkan menurut Suyanto ( 2000, 6)

  “informasi adalah data yang telah diletakkan dalam konteks yang lebih berarti dan berguna yang dikomunikasikan kepada penerima untuk digunakan di dalam pembuatan keputusan”. Untuk memperoleh informasi yang berguna, tindakan yang pertama adalah mengumpulkan data, kemudian mengolahnya sehingga menjadi informasi.

  Informasi yang didapatkan lebih terarah dan penting karena telah dilalui berbagai tahap dalam pengolahannya diantaranya yaitu pengumpulan data, data yang terkumpul untuk menemukan informasi yang diperlukan. Jadi dapat dipahami bahwa informasi merupakan data yang diolah menjadi bentuk yang bermanfaat dan dikomunikasikan kepada penerima dengan tujuan untuk pengambilan keputusan. Informasi merupakan suatu pengetahuan yang dikomunikasikan.

  Menurut Subtari ( 2005, 35-36) adapun kualitas dari informasi adalah sebagai berikut: a.

  Akurat (accurate) Suatu infomasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bias atau menyesatkan. Akurat berarti informasi harus jelas mencerminkan maksudnya.

  b.

  Tepat waktu (timelines) Suatu informasi yang datang harus tepat waktu kepada si penerima dan informasi yang di dapat tidak boleh usang karena informasi tersebut tidak mempunyai nilai lagi karena informasi merupakan landasan dalam pengambilan keputusan.

  c.

  Relevan (relevance) Suatu informasi hendaklah harus relevan dan dapat dipercaya serta dijamin keakuratannya, karena informasi merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia. Karena relevansi merupakan kriteria keberhasilan suatu temu balik informasi.

  Untuk memudahkan pengertian tentang informasi, dan karena adanya berbagai defenisi, maka perlu digunakan parameter yang berkaitan dengan informasi. Adapun parameter mengenai informasi Sulistyo Basuki (2006) dikutip oleh Hasugian ( 2011, 93) ialah: a.

  Kuantitas informasi berkaitan dengan pengertian bahwa informasi dapat diukur dalam jumlah dokumen, halaman, kata, huruf, bit, gambar, lukisan dan lain-lainnya.

  b.

  Isi yaitu arti atau makna informasi.

  c.

  Struktur, format atau tata susunan informasi serta hubungan logisnya dengan pernyataan atau unsure d.

  Bahasa, simbol, abjad, kode dan sintaks yang mengungkapkan suatu gagasan atau ide.

  e.

  Kualitas yang merupakan ciri keparipurnaan, ketepatan, relevansi dan kewaktuan informasi.

  f.

  Hidup merupakan jumlah rentang waktu saat nilai dapat diambil manfaatnya dari informasi. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa informasi merupakan data yang sudah diolah dalam arti mampu mengolah data untuk berkomunikasi pada seseorang dalam bentuk yang dapat dipahami oleh orang lain. Informasi berupa data yang dapat diolah dan mampu untuk dikomunikasikan pada orang lain.

  Informasi mempunyai peran penting dalam kehidupan manusia. Menurut Davis and Newstrom ( 2000, 29) informasi memiliki beberapa ciri sebagai berikut:

  1. Benar atau salah, ini dapat berhubungan dengan realitas atau tidak bila penerimaan informasi yang salah dipercayai mengakibatkan sama seperti benar.

  2. Baru, informasi dapat sama sekali baru dan segar bagi penerimanya.

  3. Tambahan, informasi dapat memperbaharui atau memberikan tambahan baru pada informasi yang talah ada.

  4. Korektif, informasi dapat menjadi suatu korektif atas informasi yang salah.