BAB II DESKRIPSI PROYEK 2.1 TERMINOLOGI JUDUL - Museum Sejarah dan Seni Medan

BAB II DESKRIPSI PROYEK

  2.1 TERMINOLOGI JUDUL

  Judul proyek yang direncanakan adalah “Museum Sejarah Dan Seni Medan”. Pengertian kata demi kata judul proyek ini adalah : Museum : gedung yg digunakan sebagai tempat untuk pameran tetap benda-benda yang patut mendapat perhatian umum, seperti peninggalan sejarah, seni, dan ilmu; tempat menyimpan barang kuno

  Sejarah : pengetahuan atau uraian tentang peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi di masa lampau; ilmu sejarah Seni : karya yang diciptakan dengan keahlian yang luar biasa, seperti tari, lukisan, ukiran; seniman tari sering juga menciptakan -- susastra yang indah.

  Medan : ibukota provinsi Sumatera Utara.

  Jadi Museum Sejarah dan Seni Medan adalah suatu bangunan yang mewadahi karya- karya di masa lampau baik dalam bentuk, suara, rupa (visual) yang memiliki nilai sejarah yang tinggi agar masyarakat khususnya masyarakat Medan dapat berkunjung di museum ini.

  2.2 TINJAUAN UMUM

2.2.1 Museum

  Menurut Ensiklopedia Nasional Indonesia, Museum adalah institusi permanen dalam hal melayani dan mengembangkan masyarakat, terbuka untuk umum yang mempelajari, mengawetkan, melakukan penelitian, melakukan penyampaian kepada masyarakat dan pameran untuk tujuan pembelajaran, pendidikan, rekreasi, dan memberikan tahukan asset-aset barang berharga yang nyata dan “tidak nyata” tentang lingkungannya kepada masyarakat.

  Menurut Association of Museum (1998) definisi tentang museum adalah museum membolehkan orang untuk melakukan penelitian untuk inspirasi, pembelajaran, dan kesenangan. Museum adalah badan yang mengumpulkan, menyelamatkan dan menerima artefak dan specimen dari orang yang dipercaya oleh badan museum.

  Definisi yang terdahulu menurut Association of Museum “Museum merupakan sebuah badan yang mengumpulkan, mendokumentasikan, melindungi, memamerkan dan menunjukkan mat eri bukti dan memberikan informasi demi kepentingan umum.”

  Secara Etimologi kata museum berasal dari bahasa latin yaitu “museum” (“musea”). Aslinya dari bahasa Yunani mouseion yang merupakan kuil yang dipersembahkan untuk Muses (dewa seni dalam mitologi Yunani), dan merupakan bangunan tempat pendidikan dan kesenian, khususnya institut untuk filosofi dan penelitian pada perpustakaan di Alexandria yang didirikan oleh Ptolomy I Soter 280 SM.

  Museum mengumpulkan dan merawat benda-benda ilmu pengetahuan alam, bendabenda seni, dan benda-benda yang memiliki sejarah penting agar tampak bernilai dan untuk dipamerkan kepada masyarakat umum melalui pameran permanen atau temporer.

  Museum besar terletak di kota besar dan museum lokal berada di kota kecil. Kebanyakan museum menawarkan program dan kegiatan yang menjangkau seluruh pengunjung, termasuk orang dewasa, anak-anak, seluruh keluarga, dan tingkat profesi lainnya.

  Program untuk umum terdiri dari perkuliahan atau pelatihan dengan staf pengajar, orang- orang yang ahli, dengan film, musik atau pertunjukan tarian, dan demontrasi dengan teknologi.

  Museum memiliki berbagai tipe dilihat dari jenis koleksi yang dimilikinya. Kategorinya meliputi barang-barang kesenian (seni lukis, patung) , arkeologi, antropologi, etnologi, sejarah, sejarah militer,spesialisasi, virtual, numismatis, botani, zoology, prangko.

  Juga ada museum dengan kategori khusus seperti museum seni modern, museum sejarah lokal, museum penerbangan, pertanian, atau geologi.

  Jenis-jenis museum berdasarkan jenis koleksi yang dimilikinya antara lain : 1. Museum Seni juga dikenal sebagai sebuah galeri seni , merupakan sebuah ruang untuk pameran seni , biasanya merupakan seni visual , dan biasanya terdiri dari lukisan , ilustrasi , dan patung . Koleksi dari lukisan dan dokumen lama biasanya tidak dipamerkan didinding , akan tetapi diletakkan di ruang khusus .

  2. Museum Sejarah merupakan museum yang memberikan edukasi terhadap sejarah dan relevansinya terhadap msa sekarang dan masa lalu . Beberapa museum sejarah menyimpan aspek kuratorial tertentu dari sejarah dari daerah lokal tertentu . Museum jenis ini memiliki koleksi yang beragam termasuk dokumen , artefak , seni, benda arkeologi .

  3. Museum Maritim merupakan museum yang menspesialisasi terhadap objek yang berhubungan dengan kapal , dan perjalanan di laut dan danau .

  4. Museum Otomotif merupakan museum yang memamerkan kenderaan .

  5. Museum sejarah alam merupakan museum yang memamerkan dunia alam yang memiliki fokus di alam dan budaya . Pada umumnya memberi edukasi yang berfokus pada dinosaurus , sejarah kuno , dan antropologi .

  6. Museum Open Air merupakan museum yang mengkoleksi dan membangun kembali bangunan tua di daerah terbuka luar . Biasanya bertujuan untuk menciptakan kembali bangunan dan suasana lansekap masa lalu.

  7. Science Museum merupakan museum yang membahas tentang seputar masalah scientific , dan sejarahnya . Untuk menjelaskan penemuan-penemuan yang kompleks , pada umumnya digunakan media visual . Museum jenis ini memmungkinkan memiliki studioIMAX yang merupakan studio visual tiga dimensi

  8. Museum Spesialisasi merupakan museum yang menspesialisasikan pada topic tertentu . Contoh museum ini adalah museum musik , museum anak , museum gelas, dsb .Museum ini pada umumnya memberi edukasi dan pengalaman yang berbeda dibandingkan museum lainnya .

9. Museum Virtual merupakan museum yang berada di dunia maya berupa internet dimana tidak memiliki fisik museum dan isinya hanya berupa data .

  Dalam kongres majelis umum ICOM (International Council of Museums) sebuah organisasi internasional di bawah UNESCO, menetapkan definisi museum sebagai berikut:

  “Museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan dalam melayani masyarakat, terbuka untuk umum, memperoleh, mengawetkan, mengkomunikasikan dan memamerkan barang-barang pembuktian manusia dan lingkungan untuk tujuan pendidikan, pengkajian dan hiburan.” Kedudukan museum di Indonesia sekarang di bawah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

2.2.2 Sejarah Permuseuman di Indonesia

  Berdirinya suatu museum di Indonesia dimulai tahun 1778 dengan didirikannya Museum Bataviaasch Genootschap Van Kunsten en Westenschappen di Batavia (sekarang Jakarta). Karena mulai dilakukannya penelitian benda-benda warisan budaya di Indonesia yang telah dikumpulkan. Pada tahun 1915 didirikannya Museum Sono Budoyo di Yogyakarta.

  Jumlah museum yang terdapat di Indonesia kurang lebih 30 buah sampai akhir Perang Dunia

  II. Jumlah itu terus bertambah setelah kemerdekaan Indonesia dan tujuan pendiriannya berubah dari tujuan untuk kepentingan pemerintah penjajah menjadi untuk kepentingan masyarakat dalam usaha pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

  Pada tahun 1964 urusan museum ditingkatkan menjadi Lembaga Museum-museum Nasional, kemudian pada tahun 1966 Lembaga Museum-museum Nasional diganti menjadi Direktorat Museum dalam lingkungan Direktorat Jenderal Kebudayaan. Dalam rangka pembinaan dan pengembangan permuseuman di Indonesia maka:

   Pada tahun 1971 Direktorat Permuseuman mengelompokan museum-museum menurut jenis koleksinya menjadi tiga jenis yaitu Museum Umum, Museum Khusus dan Museum Lokal.

   Pada tahun 1975 pengelompokan itu diubah menjadi Museum Umum, dan Museum Khusus, dan Museum Pendidikan.  Pada tahun 1980 pengelompokan itu disederhanakan menjadi Museum Umum, dan Museum Khusus.

  Berdasarkan tingkat kedudukan Direktorat Permuseuman mengelompokan Museum Umum dan Museum Khusus menjadi Museum tingkat Nasional, Museum Regional (propinsi) dan Museum tingkat Lokal (kodya/kabupaten). Menurut catatan, pada tahun 1981 di Indonesia terdapat 135 buah museum.

  Dalam era pembangunan program pengembangan permuseuman dilakukan melalui:  PELITA I dengan proyek rehabilitasi dan perluasan museum pada museum pusat (Museum Nasional) dan Museum Bali (Denpasar).

   PELITA II sampai tahun kedua (1975/1976) program proyek dilanjutkan pada sebelas lokasi dan sampai tahun kelima mencapai 26 lokasi (propinsi).  Pada PELITA II proyek rehabilitasi dan perluasan diganti menjadi proyek pengembangan permuseuman dengan tugas yang lebih luas yaitu selain membina dan mengembangkan museum yang dikelola oleh swasta dan museum pemerintah daerah.

  Pembinaan dan pengembangan permuseuman di Indonesia Khususnya museum dilingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan meliputi bidang kolekasi, fisik bangunan, ketenagaan, sarana penunjang, fungsionalisasi dan peranan museum sebagai museum pembinan museum daerah dan swasta.

2.2.3 Garis Besar Kebijakan Permuseuman di Indonesia 1984-1989

  Rencana induk permuseuman di Indonesia adalah perwujudan hasil pemikiran dibidang pembinaan dan pengembemangan permuseuman secara garis besar sebagai landasan dan pedoman pengembangan Museum nasional, Museum Umum, dan Museum Khusus di Indonesia.

  Rencana induk permuseuman ini mencakup kebijaksanaan program-program pegembangan Museum Nasional, Museum Umum, dan Museum Khusus dengan penekanan pada REPELITA IV, dan dengan berpedoman kepada sasaran yang ingin dicapai pada akhir REPELITA V, yaitu kesiapan “tinggal landas”. Pengembangan permuseuman di Indonesia pada kurun waktu REPELITA IV pada dasarnya merupakan kelanjutan dan peningkatan usaha penekanan pada pembinaan REPELITA sebelumnya dan memberi tekanan pada pembinaan dan pengembangan suatu sistem permuseuman nasional yang dijiwai falsafah Pancasila dan berdasarkan kepada Undang-Undang Dasar 1945.

  Kebijakan permuseuman mencakup kebijaksanaan pengembangan Museum Nasional, Museum Umum, dan Museum Khusus dalam bidang-bidang koleksi, fisik, ketenagaan, sarana penunjang, dan fungsionalisasi. Untuk Museum Nasional dan Museum Propinsi dikembangkan pula peranannya sebagai museum pembina. Kebijakan pengembangan permuseuman Indonesia juga berpegang kepada rumusan ICOM mengenai fungsi museum yaitu:

   Mengumpulkan dan pengamanan warisan alam dan budaya  Dokumentasi dan penelitian ilmiah  Konservasi dan preservasi  Penyebaran dan pemerataan ilmu untuk umum  Pengenalan dan penghayatan kesenian  Pengenalan kebudayaan antar daerah dan bangsa  Visualisasi warisan alam dan budaya  Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia  Pembangkit rasa bertaqwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa Fungsi di atas menunjukan bahwa warisan sejarah budaya dan warisan sejarah alam perlu dipelihara dan diselamatkan dengan demikian dapat dibina nilai-nilai budaya nasional yang dapat memperkuat kepribadian bangsa, mempertebal harga diri dan kebanggaan nasional serta memperkokoh kesatuan nasional.

2.2.4 Landasan Kebijaksanaan 1.

  Landasan Idial Landasan Idial permuseuman adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari landasan idial pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional yaitu Landasan idial Pancasila, yang tercantum dalam pembukaan Undang- undang Dasar 1945. “….dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial….”

  2. Landasan Konstitusional Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31:

  (1). Tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran (2). Pemerintahan mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur oleh undang-undang. Undang-

  Undang Dasar 1945 pasal 32: “Pemerintah memajukan kebuday aan nasional Indonesia” hal ini mengandung arti seperti disebut dalam penjelasan pasal tersebut.

  3. Landasan Operasional Sejalan dengan Garis-Garis Besar haluan Negara (Ketetapan MPR No.II/MPR/1983) landasan operasional pembinaan dan pengembangan kebudayaan termasuk pembinaan penghayatan Kepercayaan Terhadap Yang Maha Esa, antara lain menyebutkan.

  • Nilai budaya Indonesia yang mencerminkan nilai tukar bangsa harus dibina dan dikembangkan guna memperkuat penghayatan dan pengamalan pancasila, memperkuat kepribadian bangsa, mempertebal rasa harga diri dan kebangsaan nasional serta memperkokoh jiwa persatuan.
  • Kebudayaan nasional terus dibina dan diarahkan pada penerapan nilai-nilai kepribadian bangsa yang berlandaskan pancasila.
  • Dengan tumbuhnya kebudayaan yang berkeribadian nasional maka sekaligus dapat dicegah dengan nilai-nilai social budaya yang bersifat feudal dan kedaerahan yang sempit serta ditanggulangi pengaruh kebudayaan asing yang negative sedang dilain pihak ditimbulkan.

2.2.5 Luas Area Museum

  Museum merupakan bangunan publik . Oleh karena itu luasan museum diukur dari banyaknya penduduk lokal daerah tersebut . Walupun begitu , juga terdapat beberapa museum yang luas di daerah dengan penduduk yang sedikit , begitu juga sebaliknya Pendistribusian luas areal museum baru harus sesuai dengan pembagian yang merata, dimana luas areal untuk kuratorial ditambah administrasi dan servis harus seluas areal pameran. Menurut Laurence Vail Coleman dalam Mueum Buildings Standar luasan museum berdasarkan jumlah penduduk lokal adalah :

  Populasi Luas area museum

  2

  2

  10.000 jiwa 650m - 1300m

  2

  2

  25.000 jiwa 1115m - 2230m

  2

  2

  50.000 jiwa 1800m

  • – 3600m

  2

  2

  50.000 jiwa 2700m

  • – 5500m

  2

  2

  250.000 jiwa 4830m

  • – 9800m

  2

  2

  500.000 jiwa 7600m

  • – 15000m

  2

  2

  >1.000.000 jiwa 12000m

  • – 23500m

Tabel 2.1 : tabel luas area museum

2.2.6 Perkembangan Seni di Indonesia

  Perkembangan kesenian Indonesia mencakup berbagai bentuk, gerak,suara dan rupa (visual). Menurut Hegel, perkembangan seni mengakibatkan tumbuhnya bermacam-macam seni. Seni adalah cerminan jiwa yang menyatukan kehidupan cipta yang dibatasi oleh ruang yang terwujud menjadi benda-benda kasat mata(Suwaji B. 1990:36).

  A.

  Sifat – Sifat Umum Seni Rupa Indonesia 1.

  Bersifat tradisional/statis Dengan adanya kebudayaan agraris mengarah pada bentuk kesenian yang berpegang pada suatu kaidah yang turun temurun

  2. Bersifat Progresif Dengan adanya kebudayaan maritim. Kesenian Indonesia sering dipengaruhi kebudayaan luar yang kemudian di padukan dan dikembangkan sehingga menjadi milik bangsa Indonesia sendiri 3. Bersifat Kebinekaan

  Indonesia terdiri dari beberapa daerah dengan keadaan lingkungan dan alam yang berbeda, sehingga melahirkan bentuk ungkapan seni yang beraneka ragam

  4. Bersifat Seni Kerajinan Dengan kekayaan alam Indonesia yang menghasilkan bermacam

  • – macam bahan untuk membuat kerajinan 5.

  Bersifat Non Realis Dengan latar belakang agama asli yang primitif berpengaruh pada ungkapan seni yang selalu bersifat perlambangan / simbolisme B. Seni Rupa Prasejarah Indonesia

  Jaman prasejarah (Prehistory) adalah jaman sebelum ditemukan sumber

  • – sumber atau dokumen
  • – dokumen tertulis mengenai kehidupan manusia. Latar belakang kebudayaannya berasal dari kebudayaan Indonesia yang disebarkan oleh bangsa Melayu Tua dan Melayu Muda. Agama asli pada waktu itu animisme dan dinamisme yang melahirkan bentuk kesenian sebagai media upacara (bersifat simbolisme) Jaman prasejarah Indonesia terbagi atas: Jaman Batu dan Jaman Logam.

  1. Seni Rupa Jaman Batu Jaman batu terbagi lagi menjadi: jaman batu tua (Palaeolithikum), jaman batu menengah (Mesolithikum), Jaman batu muda (Neolithikum), kemudian berkembang kesenian dari batu di jaman logam disebut jaman megalithikum (Batu Besar) Peninggalan

  • – peninggalannya yaitu: a.

  Seni Bangunan Manusia phaleolithikum belum meiliki tempat tinggal tetap, mereka hidup mengembara (nomaden) dan berburu atau mengumpulkan makanan (food gathering) tanda

  • – tanda adanya karya seni rupa dimulai dari jaman Mesolithikum. Mereka sudah memiliki tempat tinggal di goa
  • – goa. Seperti goa yang ditemukan di di Sulawesi Selatan dan Irian Jaya. Juga berupa r>– rumah panggung di tepi pantai, dengan bukti
  • – bukti seperti yang ditemukan di pantai Sumatera Timur berupa bukit – bukit kerang (Klokkenmodinger) sebagai >– sisa sampah dapur para nelayan Kemudian jaman Neolithikum, manusia sudah bisa bercocok tanah dan berternak (food producting) serta bertempat tinggal tinggal di rumah
  • – rumah kayu / bambu. Pada jaman megalithikum banyak menghasilkan bang
  • – bangunan dari batu yang berukuran besar untuk keperluan upacara agama, seperti punden, dolmen, sarkofaq, meja batu, dll.

  b.

  Seni Patung Seni patung berkembang pada jaman Neolithikum, berupa patung

  • – patung nenek moyang dan patung penolak bala, bergaya non realistis, terbuat dari kayu atau batu. Kemudian jaman megalithikum banyak itemukan patung
  • – patung berukuran besar bergaya statis monumental dan dinamis piktural c.

  Seni Lukis

  Dari jaman Mesolithikum ditemukan lukisan

  • – lukisan yang dibuat pada dinding gua seperti lukisan goa di Sulawesi Selatan dan Pantai Selatan Irian Jaya. Tujuan lukisan untuk keperluan magis dan ritual, seperti adegang perburuan binatang lambing nenek moyang dan cap jari. Kemudian pada jaman neolithikum dan megalithikum, lukisan diterapkan pada bangunan
  • – bangunan dan benda – benda kerajinan sebagai hiasan ornamentik (motif geometris atau motif perlambang).

  2. Seni Rupa Jaman Logam Jaman logam di Indonesia dikenal sebagai jaman perunggu, Karena banyak ditemukan benda

  • – benda kerajinan dari bahan perunggu seperti ganderang, kapak, bejana, patung dan perhiasan, karya seni tersebut dibuat dengan teknik mengecor (mencetak) yang dikenal dengan 2 teknik mencetak: o

  Bivalve, ialah teknik mengecor yang bisaa di ualng berulang o Acire Perdue, ialah teknim mengecor yang hany satu kali pakai (tidak bisa diulang)

  C.

  Seni Rupa Indonesia Hindu Kebudayaan Hindu berasal dari India yang menyebar di Indonesia sekitar abad pertama Masehi melalui kegiatan perdagangan, agama dan politik. Pusat perkembangannya di Jawa, Bali dan Sumatra yang kemudian bercampur (akulturasi) dengan kebudayaan asli Indonesia (kebudayaan istana dan feodal). Prose akulturasi kebudayan India dan Indonesia berlangsung secara bertahap dalam kurun waktu yang lama, yaitu dengan proses: o

  Proses peniruan (imitasi) o Proses Penyesuaian (adaptasi) o Proses Penguasaan (kreasi)

  1. Ciri

  • – Ciri Seni rupa Indonesia Hindu

  a. Bersifat Peodal, yaitu kesenian berpusat di istana sebagai medi pengabdian Raja (kultus Raja)

  b. Bersifat Sakral, yaitu kesenian sebagai media upacara agama

  c. Bersifat Konvensional, yaitu kesenian yang bertolak pada suatu pedoman pada sumber hukum agama (Silfasastra) d. Hasil akulturasi kebudayaan India dengan indonesia

  2. Karya Seni Rupa Indonesia Hindu  Bangunan Candi Candi berasala dari kata “Candika” yang berarti nama salah satu Dewa kematian (Dugra). Karenanya candi selalu dihubungkan dengan mnumen untuk memuliakan Raja yang meninggal contohnya candi Kidal untuk memuliakan Raja Anusapati.

   Bangunan pura Pura adalah bangunan tempat Dewa atau arwah leluhur yang banyak didirikan di Bali. Pura merupakan komplek bangunan yang disusun terdiri dari tiga halaman pengaruh dari candi penataran.

   Bangunan Puri Puri adalah bangunan yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan pusat keagamaan. Bangunan – bangunan yang terdapat di komplek puri antara lain: Tempat kepala keluarga (Semanggen), tempat upacara meratakan gigi (Balain Munde) dsb.

  D. Seni Rupa Indonesia Islam Agama Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke 7 M oleh para pedagang dari

  India, Persia dan Cina. Mereka menyebarkan ajaran Islam sekligus memperkenalkan kebudayaannya masing

  • – masing, maka timbul akulturasi kebudayaan.Seni rupa Islam juga dikembangkan oleh para empu di istana
  • – istana sebagai media pengabdian kepada para penguasa (Raja/Sultan) kemudian dalam kaitannya dengan penyebaran agama Islam, para walipun berperan dalam mengembangkan seni di masyarakat pedesaan, misalnya da’wah Islam disampaikan dengan media seni wayang.

  1. Ciri

  • – Ciri Seni Rupa Indonesia Islam

  a. Bersifat feodal, yaitu kesenian yang bersifat di istana sebagai media pengabdian kepada Raja / sultan b. Bersumber dari kesenian pra Islam (seni prasejarah dan seni Hindu Budha)

  c. Berperan

  2. Karya Seni Rupa Indonesia Islam

  A. Seni Bangunan  Mesjid Pengaruh hindu tampak pada bagian atas mesjid yang berbentuk limas bersusun ganjil (seperti atap Balai Pertemuan Hindu Bali), contohnya atap mesjid Agung Demak dan Mesjid Agung Banten

   Istana Istana / keraton berfungsi sebagai tempat tinggal Raja, pusat pemerintahan. Pusat kegiatan agama dan budaya. Komplek istana bisaanya didirikan di pusat kota yang dikelilingi oleh dinding keliling dan parit pertahanan.

   Makam Arsitektur makam orang muslimin di Indonesia merupakan hasil pengaruh dari tradisi non muslim. Pengaruh seni prasejarah tampak pada bentuk makam seperti punden berundak. Sedangkan pengaruh hindu tampak pada nisannya yang diberi hiasan motif gunungan atau motif kala makara. Adapun pengaruh dari Gujarat India yaitu pada makam yang beratap sungkup.

  B. Seni Kaligrafi Seni kaligrafi atau seni khat adalah seni tulisan indah. Dalam kesenian Islam menggunakan bahasa arab. Sebagai bentuk simbolis dari rangkaian ayat

  • – ayat suci Al – Qur’an. Berdasarkan fungsinya seni kaligrafi dibedakan menjadi, yaitu:

   Kaligrafi terapan berfungsi sebagai dekorasi / hiasan  Kaligrafi piktural berfungsi sebagai pembentuk gambar  Kaligrafi ekspresi berfungsi sebagai media ungkapan perasaan seperti kaligrafi karya AD. Pireus dan Ahmad Sadeli

  C. Seni Hias Seni hias islam selalu menghindari penggambaran makhluk hidup secara realis, maka untuk penyamarannya dibuatkan stilasinya (digayakan) atau diformasi

  (disederhanakan) dengan bentuk tumbuh – tumbuhan.

  E. Seni Rupa Indonesi Modern Istilah “modern” dalam seni rupa Indonesia yaitu betuk dan perwujudan seni yang terjadi akibat dari pengaruh kaidah seni Barat / Eropa. Dalam perkembangannya sejalan dengan perjuangan bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari penjajahan.

   Aliran – Aliran Seni Lukis Aliran seni lukis muncul di eropa pada abd ke 19 yang dipengaruhi oleh pesatya perkembangan di bidang ilmu dan teknologi. Penemuan teori

  • – teori baru itu
kemudian dijadikan kaidah seni yang berlaku dalam ikatan kelompok pendukungnya, maka lahirlah suatu aliran atau faham dalam seni:

  1. Kalsisisme, cirinya: Objek lukisan seperti dibuat – buat dekoratif, berkesan indah dan elok. Tokohnya: Watteau, Ringaud, Viee Lebrun, Fragnorad dan Marisot Boucher

  2. Neoklasisisme, cirinya objek lukisan sekitar lingungan istana dan tokoh agama, bersifat intelektual dan akademis. Semua bentuk dibatasi dengan garis nyata, berkesan tenang dan agung. Pelopornya Louis Davis kemudian dilanjutkan oleh Ingres 3. Romantisme, cirinya: bertemakan tentang cerita yang dahsyat atau kegemilangan sejarah dan peristiwa yang menggugah perasaan, emosional kaya dengan warna dan kontras cahaya, kesan gerak lebih menonjol bahkan melebihi kejadian sebenarnya. Tokohnya: Teodore Gericault, Delaxroix, Cemille Corot, Rouseau. Millet dll 4. Realisme, cirinya: mengungkapkan kejadian yang sebenarnya dengan objek lukisan

  • – tentang rakyat jelata, kemiskinan atau kepahitan hidup, penderitaan dan kesibukan kesibukan, tokohnya Gustave Courbet dan George Hendrik Breitner 5.

  Naturalisme, cirinya: melukis objek alam / pemandangan secara visual (forografis) tanpa ada penafsiran lain. Pelukisnya; Rudolf Bonnet, Le Mayeur, R. Locatelli dab Albercth Durer 6. Improsionisme, cirinya: melukis kesan alam secara langsung dan cepat berdasarkan kaidah hukum cahaya, garis kontur / blabar dan kaya dengan warna, pelukisnya :

  Claude Monet, Degas, Pisarro dll 7. Pointilisme, cirinya: melukis dengan teknik bintik – bintik kecil untuk menampilkan efek cahaya dan warna, pelukisnya Seurat

  8. Ekspresionisme, cirinya : hasil ungkapan emosi dan perasaan objeknya menyimpang dari bentuk alam, spontanitas dan kecepatan dalam melukis dana menggunakan warna secara murni. Pelopornya ialah Vincent, Van Gogh dan para pengikutnya: Emil Nolde, Karl Scmidt dan Mondesohn 9. Kubisme, ada dua jenis yaitu Kubisme Analitis cirinya objek lukisan menyerupai susunan balok / kubus yang berkesan 3 dimensi, dan kubisme sintesis cirinya objek lukisan menyerupai susunan bidang trasparan yang berkesan 2 dimensi. Pelukisnya Pablo Picasso, George Braque, Jan Gris, dan Fernand Leger 10. Futurisme, cirinya: menampilkan kesan gerak pada objek dengan cara pengulangan bentuk yang berubah - rubah arah. Pelukisnya: G. Balla, Severini, dan Carlo Carra

  11. Abstrak, cirinya melukis hasil ungkapan batin yang tidak ada identifikasinya di dunia nyata dengan mempergunakan kesatuan garis, bidang, warna dan unsur seni rupa lainnya. Pelukisnya : Wassily Kadinsky, Piet Mondrin dan Malevich 12. Dadaisme, cirinya: lukisan seperti kekanak – kekanakan, nihilistic, naïf, lucu, menolak hukum seni dan keindahan. Pelopornya Paul Klee

13. Surrealisme, cirinya: objek lukisan tampak aneh dan asing seolah – olah hanya terdapat di alam impian , pelukisnya Salvador dali, Marc Ghagall Joan Miro dll.

  14. Pop Art, cirinya: berkesan seolah – olah sindiran, karikatur, humor dan apa adanya dari objek aa saja dapat ditampilkan walaupun tidak lajim dalam karya seni, senimannya Tom Waselman, Cristo dan lain

  • – lain 15.

  Optical Art, cirinya: termasuk seni non objektif dengan menampilkan bentuk – bentuk geometris atau garis

  • – garis yang diulang secara teratur rapih dan terperinci dengan warna
  • – warna cemerlang pelukisnya: Jackson Pollok, William de Kooning dan Andy Warhol.

2.2.7 Pentingnya Sejarah dan Seni

  “Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca bengala dari pada masa yang akan datang.” (Pidato HUT Proklamasi 1966, Soekarno). Dari kutipan berikut jelas bahwa sejarah adalah titik tolak ukur untuk menghadapi masa depan agar kita selalu menjadikan masa lalu sebagai pengalaman yang berharga. Arsitektur terkait dengan seni baik secara bentuk, structural dan rupa. Oleh karena itu, perlu sebuah tempat atau wadah untuk menunjukkan sejarah dan seni Indonesia pada masyarakat dengan menyediakan museum untuk dijadikan tempat berkunjung dan mencari pengetahuan.

2.3 TINJAUAN KASUS PROYEK

  Museum sejarah pada umumnya berbeda dengan museum seni karena museum sejarah lebih bersifat edukatif sedangkan museum seni lebih bersifat kreatif dan rekreatif. Tetpai keduanya memiliki kesamaan yang paling mendasar yaitu sebagai tempat mengoleksi benda-benda yang memiliki nilai sejarah dan seni yang cukup tinggi untuk dipamerkan pada pengunjung.

  Sebuah museum tidak hanya sebagai tempat untuk berkunjung melihat benda-benda, tetapi juga sebagai sarana umum yang bersifat mendidik dan tempat untuk meneliti benda-benda yang bebilai sejarah untuk dipublikasikan ke khalayak umum agar semua orang dapat merasakan dan melihat benda-benda tersebut secara langsung.

  Faktor keamanan merupakan faktor penting dalam museum agar dapat menjamin keamanan benda-benda yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, perlu ditingkatkan keamanan museum dengan membuat sistem kamera cctv dan penjagaan yang ketat.

2.4 TINJAUAN KELAYAKAN

  2.4.1 Kelayakan Fungsional Keberadaan museum saat ini sangat diperlukan di Medan dapat membawa keuntungan besar bagi Pemerintahan Medan itu sendiri, tidak hanya itu, warga Kota

  Medan juga sangat merasa senang dengan keberadaan museum itu sebab selain menambah ilmu pengetahuan mereka juga dapat menikmati rekreatif dengan melihat sejarah Negara kita terkhusus sejarah Kota Medan.

  Minat warga untuk datang ke museum tidak terlalu tertarik dikarenakan unsur tertentu misalnya, sarana museum yang kurang memadai, pusat pencarian data dan penelitian tidak tersedia, fasilitas pendukung yang tidak tersedia, dan ruang luar yang kurang baik. Hal ini yang membuat masyarakat lebih memilih browsing internet untuk mencari data dari pada dating ke museum.

  Kegiatan yang diharapkan terjadi di museum adalah: Dapat melihat secara langsung benda-benda dan karya-karya sejarah dan benilai seni.

  • Pusat penelitian dan penyimpanan data yang kongkrit
  • Menjadi salah satu tempat wisata yang bersifat edukatif
  • Dapat menikmati ruang luar yang bisa digunakan untuk fasilitas lain
  • Pengelolaan Museum Sejarah dan Seni Medan ini sangat diharapkan kepada pemerintah dan warga untuk saling menjaga sarana kita bersama untuk kepentingan bersama.

  2.4.2 Kelayakan Proyek Sebagai salah satu daerah kunjungan wisata di Sumatera Utara, Medan memiliki keunikan tersendiri karena merupakan daerah wisata yang didominasi oleh tujuan wisata bisnis, sekaligus kota Medan juga merupakan pintu gerbang bagian barat daerah tujuan wisata di Indonesia (termuat dalam Tap MPR No.11/MPR/1983). Dalam era globalisasi sekarang ini, Medan yang berpendudukan relatif sekuler dan telah berpikir maju, belum memiliki sebuah sarana pendidikan yang berfungsi untuk menyediakan sarana umum untuk tempat menyimpan barang-barang bersejarah dan karya-karya seni yang akan dapat meningkatkan nilai jual pariwisata kota Medan.

  Hal tersebut yang menjadi dasar dalam perencanaan Museum Sejarah dan Seni Medan yang akan menampung benda-benda dan karya seni yang ada di Medan. Dengan demikian sangat peting bagi warga dan pemerintah Medan terhadap perencanaan museum ini.

  Beberapa alas an untuk memperkuat perencanaan museum ini didirikan di Medan adalah: Museum di Medan saat ini telah berkurang peminatnya

  • Sarana dan prasarana di bidang edukatif di Medan ini masih belum memadai
  • Pelaksanaan tujuan wisata ke daerah Sumatera Utara yang termuat dalam Tap MPR
  • No.11/MPR/1983.
  • 2.4.3 Kelayakan Lokasi Pemilihan lokasi merupakan hal yang sangat penting dalam menempatkan sebuah museum di mudan dikarenakan bangunan ini memerlukan lahan yang luas dan sebisa mungkin mudah untuk dijangkau oleh semua warga di belahan kota Medan. Hal yang dijadikan prinsip pemilihan lokasi antara lain :
  • pencapaian dan prasarana

  Berada di daerah yang sesuai dengan peruntukan site dan strategis baik dalam

  Berada di kawasan kota Medan yang sudah di pertimbangkan untuk pencapaian

  • Dapat mengakomodasi kegiatan yag akan terjadi di dalam dan di luar museum
  • >Memiliki luas tapak yang dapat dikembangkan kearah vertikal maupun horizontal.

2.5 TINJAUAN LOKASI

  Ada pun lokasi-lokasi yang diusulkan untuk menjadi site proyek adalah :

2.5.1. Usulan Lokasi 1 : Jln. A.H. Nasution Data Site:

  : ± 7 Ha  Luas Site  Peruntukkan Lahan: Lahan Kosong  Batas-batas:

  Utara : Jln. A.H. Nasution

  • Selatan : Pemukiman -

  Timur : Asrama Haji Medan

  • Barat : Jln. Karya Budi -

Gambar 2.5.1 : Lokasi Jalan A.H Nasution Sumber : CAD Medan 2008Gambar 2.5.2 : Batas Lokasi Sumber : Google Earth 2009

  Jalan Perintis Kemerdekaan

2.5.2. Usulan Lokasi 2 :

Gambar 2.5.3 : Batas Lokasi Sumber : Google Earth 2009

  Batas- batas:

  • - Utara : Jalan Perintis Kemerdekaan - Timur : Jalan Timor - Selatan : Rumah Penduduk - Barat : Jalan Gaharu

  Luas Lahan : ± 5 Ha Posisi terhadap Struktur Ruang Kota:

  • - Berada pada kecamatan Medan Timur - Berdasarkan WPP E dengan fungsi permukiman,

  pendidikan, perkantoran, perdagangan, konservasi,

Gambar 2.5.4 : Lokasi Jl. Perintis Kemerdekaan

  rekreasi, lapangan golf dan hutan kota.

  Sumber : Cad Medan 2008

2.5.3. Usulan Lokasi 3 : Jalan Gedung Arca, Teladan

Gambar 2.5.5 : Batas Lokasi Jl. Perintis Kemerdekaan

  Sumber : Google Earth 2009

  Batas- batas:

  • - Utara : Jalan H.M. Joni - Timur

  : Pernukiman warga

  • - Selatan : Kampus ITM Medan - Barat : Permukiman warga

  Luas lahan : ± 2.5 Ha Posisi terhadap Struktur Ruang Kota:

  • - Berada di kawasan Medan perjuangan
  • - Berdasarkan WPP C dengan fungsi perdagangan,

  pendidikan, rekreasi dan permukiman. Gambar 2.5.6 : Lokasi Jl. Gedung Arca

  Sumber : Cad Medan 2008

  • - pendidikan,
  • - perdagangan,

  Sesuai

  (2)

  Sedang

  (2)

  Tinggi

  (1)

  Tingkat Kebisingan Sedang

  (2)

  Rendah

  (3)

  Sedang

  (2)

  Pengembangan Sesuai RUTRK

  (3)

  (3)

  sesuai

  (3)

  Sesuai

  (3)

  Kontur Datar

  (3)

  Datar

  (3)

  Datar

  (3) Total

  25

  26

  23 Dengan demikian Site yang diambil adalah lokasi 2 yaitu Jalan Perintis Kemerdekaan.

  Tingkat kemacetan Sedang

  Jalan Sm. Raja dan Jalan Gedung Arca

  Karakteristik lokasi Lokasi

  Tingkatan Jalan Jalan Primer

  Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3 Tata Guna Lahan - Permukiman, pendidikan, jasa, rekreasi, perdagangan

  (3)

  perkantoran, perdagangan, konservasi, rekreasi, lapangan golf dan hutan kota.

  (3)

  pendidikan, rekreasi dan permukiman.

  (3)

  Luas Lahan ± 7 Ha

  (3)

  ± 5 Ha

  (3)

  ± 2.5 Ha

  (2)

  (3)

  (3)

  Jalan Primer

  (3)

  Sub jalan / arteri jalan

  (3)

  Aksesbilitas Kendaraan pribadi, angkutan umum, pejalan kaki

  (3)

  Kendaraan pribadi, angkutan umum, pejalan kaki

  (3)

  Kendaraan pribadi, angkutan umum, pejalan kaki

  (3)

  Pencapaian Jalan A.H. Nasution

  (3)

  Jalan Perintis Kemerdekaan

Tabel 2.5 : tabel perbandingan lokasi

2.6 TINJAUAN PENGGUNA

2.6.1 Tinjauan Fungsi Pengguna dan Kegiatan

  a. Pelaku Kegiatan Pelaku dan pengguna museum sejarah dan seni ini adalah :

   Pengunjung  Pengelola

   Peneliti  Service

  b. Kegiatan  Kegiatan Utama adalah kegiatan yang mendasar yang dilakukan oleh pelaku kegiatan. Beberapa kegiatan yang terjadi berdasarkan sifatnya adalah :

  • Edukatif : bersifat lebih mendidik dan menambah pengetahuan.
  • Rekreatif : bersifat lebih menghibur (refreshing).
  • Kreatif : bersifat menambah kemampuan otak leih aktif.

   Kegiatan Pendukung adalah kegiatan yang menunjang kegiatan utama sebagai fasilitas tambahan untuk mendukung kegiatan utama. Beberapa kegiatan pendukung adalah :

  • Pameran -

  Souvenir dan Reatil

  • Pusat data dan penelitian umum
  • Taman dan Ruang luar

2.6.2 Kebutuhan Ruang

  Kebutuhan ruang yang ada timbul dari aktivitas yang berlangsung di dalam bangunan. Dan aktivitas yang dilakukan dikelompokkan berdasarkan fungsi yang tersedia. Fungsi yang terdapat pada bangunan ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu fasilitas utama dan pendukung. Fasilitas utama melayani fungsi utama yang direncanakan akan diakomodasi oleh manajemen museum ini sedangkan fasilitas pendukungnya melayani fungsi utama dan fungsi lain yang diperhitungkan akan mampu menyokong keberhasilan fungsi utama.

  Kebutuhan ruang dari museum sejarah dan seni ini adalah : 1.

  Ruang Pameran

  Ruang untuk meletakkan benda-benda sejarah dan seni untuk dipamerkan. Beberapa ruang yang dibutuhkan adalah :

  • Ruang galeri
  • Ruang simpan
  • Ruang pembersihan dan perawatan 2.
  • Ruang Manager -
  • Ruang Karyawan -

  Ruang Pengelola Ruang pengelola adalah area tempat kerja buat pengawas, karyawan yang bekerja di museum tersebut. Beberapa ruang yang dibutuhkan adalah :

  Ruang Sekretaris Manager

  Ruang Rapat

  • Ruang tunggu
  • Loker -
  • Ruang ganti 3.

  Ruang istirahat

  Ruang Diskusi Ruang untuk melakukan diskusi, workshop, dan pembahasan materi yang didiskusikan. Ruang yang dibutuhkan adalah:

  • Ruang diskusi
  • Ruang workshop
  • Ruang fotografi
  • Ruang penyimpanan bahan materi
  • gudang 4.

  Ruang Penelitian Umun dan Pusat Data Ruang penelitian umum untuk meneliti benda-benda yang berkaitan dengan bahan materi ilmiah yang didiskusikan sehingga menjadi penelitian yang dapat dimasukkan dalam penyimpanan data. Penyimpanan data merupakan database untuk dijadikan pusat pencarian data yang akurat. Beberapa ruang yang dibutuhkan adalah :

  • Ruang penyimpanan buku
  • Ruang pencarian (komputer)
  • Ruang penelitian
  • Ruang ganti
  • Ruang penyimpanan
  • Loker 5.

  Ruang Service Ruang yang mendukung fasilitas utama dengan fasilitas tambahan dan pelayanan yang dapat men-suport semua kegiatan di museum. Beberapa ruang yang dibutuhkan adalah :

  • Kamar mandi
  • Toilet -
  • Ruang Penyimpanan alat
  • Ruang Mesin -

  Janitor

  Ruang alat

  • Ruang Genset 6.

  Ruang Keamanan Ruang keamanan untuk membantu keamanan museum. Beberapa ruang yang dibutuhkan adalah :

  • Ruang kontrol
  • Ruang security
  • Ruang ganti
  • Ruang istirahat
  • Ruang cctv
  • Ruang alat keamanan

2.6.3 Skema Sirkulasi Pengguna

1. Pengunjung

  Gambar 2.6.1: Skema Pengunjung Sumber : asumsi Gambar 2.6.2: Skema Pengelola Sumber : asumsi

  2. Pengelola

  Parkir Souvenir Cafe Ticketing Hall/Gallery

  Zone Entrance Lobby Tangga Toilet

  Food court Out Entrance Parkir

  Kantor Souvenir Cafe Toilet

  R. Pertemuan Restauran Out

  3. Service

  Entrance Parkir Side Lobby R. Panel

  Gudang Ruang Alat Gambar 2.6.3: Skema Service

  Out Sumber : asumsi

2.7 STUDI BANDING PROYEK SEJENIS

  Beberapa studi banding proyek sejenis adalah :

2.7.1. Museum Nasional Indonesia

   Lokasi : Jl. Medan Merdeka Barat 12,  Berdiri tanggal : 24 april 1778

  Gambar l 2.7.1.1 : Museum Nasional Indonesia Sumber : Google.com

  Museum Nasional Republik Indonesia adalah salah satu wujud pengaruhGedung ini dibangun pada tahun Museum ini diresmikan pada tahun 1868, tapi secara institusi cikal bakal Museum ini lahir tahun 1778, tepatnya tanggal 24 April, pada saat pembentukan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen oleh pemerintah Belanda. Radermacher menyumbang sebuah gedung yang bertempat di Jalan Kalibesar beserta dengan koleksi buku dan benda-benda budaya sehingga menjadi dasar untuk pendirian museum.

  Di masa pemerintahan Inggris di bawah pimpinan -1816), yang juga berlaku sebagai Direktur dari Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen memerintahkan pembangunan gedung baru yang terletak di Jalan Majapahit No.3. Gedung ini digunakan sebagai museum dan ruang pertemuan untuk Literary Society (dahulu bernama "Societeit de Harmonie".) Gedung ini sekarang berada di kompleks Sekretariat Negara.

  Pada tahun 1862, setelah koleksi memenuhi museum di Jalan Majapahit, pemerintah Hindia-Belanda mendirikan gedung baru yang berlokasi di Jalan Merdeka Barat No.12. Gedung ini dibuka untuk umum pada tahun 1868.

  Museum Nasional dikenal sebagai Museum Gajah sejak dihadiahkannya patung gajah perunggu namanya resmi menjadi Museum Nasional Republik Indonesia. Kemudian pada Lembaga Kebudayaan Indonesia yang mengelolanya, menyerahkan Museum kepada pemerintah Tetapi mulai tahun 2005, Museum Nasional berada di bawah pengelolaan Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata.

  

Gambar l 2.7.1.2 : Museum Nasional Indonesia

Sumber : Google.com

2.7.2. Milwaukee Art Museum

  Judul Proyek : Milwaukee Art Museum Lokasi : Milwaukee, USA Arsitek : Santiago Calatrava Fungsi : Museum Seni Milwaukee Art Museum (MAM) berlokasi di dekat Danau Michigan, Wisconsin.

  Dimulai sekitar 1872, ketika beberapa organisasi sepakat untuk menghadirkan sebuah museum seni ke Milwaukee, pada saat kota tersebut mulai berkembang, namun tidak memiliki satupun gallery seni. Pada tahun 1881, diadakan eksebisi seni di alun-alun kota Milwaukee yang memang menjadi tempat utama dalam penyelenggaraan berbagai

  event pada saat itu. Tak lama setelah itu, Alexander Mitchell mendonasikan seluruh koleksinya untuk membangun sebuah museum seni permanen di kota tersebut.

  Calatrava mengajukan desain di depan danau. Hal itu membentuk hubungan antara kota Milwaukee dengan danau Michigan dan perluasan jalan Wisconsin hampir ke danau. Perluasan bangunan Calatrava dengan memanfaatkan pencahayaan alami dan terbuka sehingga dapat melihat view danau dari dalam gedung. Selasar penghubung yang rendah dan transparan sehingga terjadi penghubung bangunan baru dan bangunan lama.

  

Gambar l 2.7.2.1 : Milwaukee Art Museum Sumber : Google.com Di dalam bangunan, pintu masuk hall sangat spektakuler. Permainan cahaya yang melalui panel-panel kaca atapnya tidak membuat orang jenuh dan dari dalam kita dapat memulai pandangan kita terhadap karya Calatrava sampai mendetail.

  Interior bangunan menampilkan bentuk-bentuk yang sederhana, detail dan finishingnya berulang-ulang. Bentuknya organik dan terus mengubah pandangan orang yang berada di dalamnya. Berdiri di akhir pintu masuk, kita hampir merasakan mengambang di atas danau.

  Pintu masuk utama berbentuk parabolic, kaca yang menutupi aula dengan langit-langit 90 kaki. The Burke Brise Soleil-nya dapat bergerak, sayap seperti Sun Screen dengan kisi-kisi 72 baja, yang bertahan di atas kaca pada atap aula penerima dan dapat mengendalikan cahaya pada bangunan. Kisi-kisi panjangnya dari 26 kaki sampai 105 kaki, jika sayap brise soleil-nya melebar pada titik terlebar panjangnya mencapai 217 kaki, dan beratnya 90 ton.

  Desain Calatrava's sering terinspirasi oleh alam, yang menampilkan kombinasi dari bentuk-bentuk organik dan inovasi teknologi. Milwaukee Art Museum ekspansi menggabungkan beberapa elemen terinspirasi oleh lokasi danau Museum. Di antara banyak unsur maritim dalam desain Calatrava adalah: kisi-kisi baja bergerak terinspirasi oleh sayap burung. Kesimpulan:  Berada di depan sebuah danau  Terbuka dan memanfaatkan cahaya matahari  Selasar didesain rendah dan transparan  Berkesan organic dan berkombinasi teknologi  Entrance berbentuk parabolic  Terinspirasi bentuk perahu layar dan burung

2.7.3. Aceh Tsunami Museum

  Judul Proyek : Aceh Tsunami Museum Lokasi : Indonesia Arsitek : Ridwan Kamil Fungsi : Museum

  Aceh Tsunami Museum berlokasi di kota Banda Aceh NAD yang didesain sebagai simbol untuk memperingati bencana gempa dan tsunami di Samudera Hindia tahun 2004, dan juga sebagai pusat pendidikan dan tempat perlindungan untuk berjaga-jaga jika area tersebut terkena tsumani lagi di kemudian hari.

  Museum Tsunami ini dirancang oleh arsitek Ridwan Kamil dengan luas 2.500

  2

  m dan memiliki ketinggian empat lantai, berbentuk dinding melengkung dihiasi relief

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Evaluasi Dampak Kebijakan Pemerintah dalam Pemenuhan Kebutuhan Pangan Pokok (Studi Tentang Program RASKIN di Kecamatan Medan Tembung)

0 0 35

Evaluasi Dampak Kebijakan Pemerintah dalam Pemenuhan Kebutuhan Pangan Pokok (Studi Tentang Program RASKIN di Kecamatan Medan Tembung)

0 0 15

MALAY LANGUAGE AND NATIONAL INTEGRATION IN INDONESIA SOCIOLOGICAL PERSPECTIVE Sismudjito INTRODUCTION - MALAY LANGUAGE AND NATIONAL INTEGRATION IN INDONESIA SOCIOLOGICAL PERSPECTIVE

0 0 6

BAB II AKIBAT HUKUM PERNYATAAN PAILIT TAERHADAP HARTA KEKAYAAN DEBITUR A. Syarat Permohonan Pernyataan Pailit - Akibat Hukum Perbuatan Tidak Kooperatif Debitur Pailit Dalam Pengurusan Dan Pemberesan Harta Pailit

0 0 37

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Akibat Hukum Perbuatan Tidak Kooperatif Debitur Pailit Dalam Pengurusan Dan Pemberesan Harta Pailit

0 1 15

Produksi Bunga dan Biji Bawang Merah Lokal Samosir (Allium ascalonicum) Pada Beberapa Konsentrasi GA3 dan Dosis Boron

0 0 45

Produksi Bunga dan Biji Bawang Merah Lokal Samosir (Allium ascalonicum) Pada Beberapa Konsentrasi GA3 dan Dosis Boron

0 0 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Bakar Diesel - Uji Performansi Mesin Diesel Berbahan Bakar Lpg Dengan Modifikasi Sistem Pembakaran Dan Menggunakan Konverter Kit Sederhana

0 0 27

BAB II DESKRIPSI PROYEK 2.1 UMUM 2.1.1 Judul dan Pengertian Judul - Pantai Labu Marine Research & Resort

0 1 36

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG - Pantai Labu Marine Research & Resort

0 0 12