1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap Kemiskinan di 35 Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kemiskinan menjadi persoalan yang mendasar dan

  membutuhkan perhatian yang serius dari pemerintah setiap negara, tidak terkecuali di Negara Indonesia. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan data mengenai kemiskinan yang akurat dan sesuai keadaan di lapangan. Kualitas data yang diperoleh dapat digunakan oleh pemerintah, guna mengevaluasi kebijakan pemerintah mengenai pengentasan kemiskinan, membandingkan angka kemiskinan dari tahun ketahun, dan membandingkan tingkat kemiskinan antar daerah. Data kemiskinan ini diperoleh melalui sensus/ pendataan yang dilakukan oleh pemerintah. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS:2017) kemiskinan merupakan ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Sedangkan menurut Suparlan dalam Khomsan (2015:2) kemiskinan merupakan suatu standar hidup yang rendah, yaitu dengan adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau golongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Kemiskinan merupakan masalah yang sangat berbahaya bagi setiap daerah. Kemiskinan merupakan masalah ekonomi yang sering terjadi di suatu daerah dan sulit mengatasinya tanpa ada sinergi antar masyarakat dengan pemerintah. Kemiskinan mengakibatkan seseorang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

  Kemiskinan di Indonesia hampir dialami oleh 34 Provinsi yang ada dengan tingkat yang berbeda pada setiap Provinsi. Seperti berita resmi yang dipublikasikan oleh BPS dalam berita resmi statistika No. 66/07/Th.XX, 17 Juli 2017 menunjukkan angka kemiskinan yang semakin menurun dari tahun ketahun, pada periode tahun 1998 sampai maret 2017 kemiskinan di Indonesia mengalami penurunan di setiap tahun baik dari sisi jumlah maupun presentasenya, terkecuali pada tahun 2006, September 2013, dan pada maret 2015, naiknya jumlah kemiskinan dan presentase pada periode tersebut dikarenakan naiknya harga kebutuhan barang pokok akibat naiknya bahan bakar minyak.

  Kemiskinan tertinggi terjadi pada tahun 1998 yakni sebesar 24,20 persen dan tingkat kemiskinan terendah terjadi pada tahun 2017 bulan maret sebesar 10,64 persen, hal ini menunjukkan pemerintah telah berhasil menurunkan kemiskinan di Indonesia dimana setiap tahunnya angka kemiskinan semakin menurun. Seperti dalam grafik 1.1 yang melihatkan tingkat kemiskinan di Indonesia dari tahun 1998-2017.

Gambar 1.1 Jumlah dan Presentase penduduk miskin tahun 1998- 2017

  Sumber : Berita resmi statistik No. 66/07/Th.XX, 17 Juli 2017

  Masalah kemiskinan yang di alami pemerintah Indonesia tersebut juga dialami oleh Provinsi yang ada di Pulau Jawa salah satunya yaitu Provinsi Jawa Tengah dengan tingkat kemiskinan tahun 2015 sebesar 13,32 persen , hal ini mengalami penurunan sebesar 0,26 persen dari tahun lalu yang berada pada angka 13,58 persen. Meski mengalami penurunan angka, kemiskinan Jawa Tengah tetap berada di atas angka kemiskinan nasional yang sebesar 11,13 persen . Dalam hal ini masalah kemiskinan menajadi hal yang perlu diperhatikan Provinsi Jawa Tengah, supaya angka kemiskinan terus turun setiap tahun. Seperti Tabel 1.1 berikut yang menyajikan presentase penduduk miskin di 6 Provinsi yang terdapat di Pulau Jawa pada tahun 2014 dan 2015.

Tabel 1.1 Penduduk Miskin di Pulau Jawa Tahun 2014- 2015 KEMISKINAN (%) NO PROVINSI 2014 2015

  1. DKI Jakarta 4,09 3,61

  2. Jawa Barat 9,18 9,57

  3. Jawa Tengah 13,58 13,32

  4. DI Yogyakarta 14,55 13,16

  5. Jawa Timur 12,28 12,28

  6. Banten 5,51 5,75 Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka tahun 2017

Tabel 1.1 yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan penduduk miskin setiap Provinsi yang berada di Pulau Jawa dari

  tahun 2014- 2015, ada yang mengalami penurunan atau kenaikan di setiap Provinsi seperti kemisikinan di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2015 sebesar 3,61 persen ini mengalami penurunan sebesar 0,48 persen dari tahun 2014 sebesar 4,09 persen, hal serupa juga dialami oleh Provinsi lainnya seperti Provinsi Jawa Tengah, pada 2015 yang menurunan dari 2014 yakni dari 13,58 persen menjadi 13,32 persen, dan Provinsi DIY ini mengalami penurunan yang lebih besar dari Provinsi lainnya yakni 13,16 persen pada 2015 dari 14,55 persen pada 2014. Selain mengalami penurunan ada pula Provinsi yang mengalami kenaikan prosentase jumlah penduduk miskin seperti di Provinsi Jawa Barat yang meningkat dari sebesar 9,18 persen saat tahun 2014 meningkat menjadi 9,57 persen pada tahun 2015, selain Jawa Barat yang mengalami kenaikan Provinsi Banten juga mengalami kenaikan prosentase jumlah penduduk miskin yakni 5,75 persen pada tahun 2015 dari 5,51 persen pada tahun 2014.

  Tidak semua Provinsi mengalami kenaikan atau penurunan, ada pula Provinsi yang prosentase penduduk miskinnya tidak berubah bisa dikatakan tetap yakni Provinsi Jawa Timur dengan prosentase penduduk miskin sebesar 12,28 persen pada tahun 2014 dan 2015. Provinsi jawa tengah meskipun mengalami penurunan presentase jumlah penduduk miskin namun dibandingkan dengan Provinsi lainnya, Provinsi jawa tengah memiliki tingkat presentasi paling tinggi, dan Provinsi yang memiliki presentase kemiskinan paling rendah adalah Provinsi DKI Jakarta. Angka kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah ini merupakan angka agregrat dari 29 kabupaten dan 6 kota yang terdapat di Provinsi Jawa Tengah. Kemiskinan disetiap kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah beragam ada yang rendah dan ada pula yang tinggi, oleh karena itu perlu diketahui dipengaruhi oleh faktor apa saja kemiskinan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah.

  Salah satu faktor yang mempengaruhi kemiskinan adalah Kualitas sumber daya manusia atau modal manusia. Perencanaan pembangunan yang dilakukan pemerintah, manusia selalu menempati posisi di paling depan. Pembangunan manusia (Human Development) merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menciptakan pembangunan di sektor yang lainnya karena dengan pembangunan manusia yang baik maka akan diperoleh hasil pembangunan yang baik. Indikator yang menunjukkan keberhasilan pembangunan manusia ditunjukkan dari indeks pembangunan manusia (IPM). Indeks pembangunan manusia menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, dan pendidikan. Produktivitas kerja masyarakat dipengaruhi oleh indeks pembangunan manusia, jika indeks pembangunan manusia rendah maka produktifitas kerja masyarakat juga akan rendah. Produktifitas kerja masyarakat yang rendah akan mengakibatkan penduduk miskin meningkat.

  Indeks pembangunan manusia di Provinsi Jawa Tengah terus meningkat, seperti yang terlihat pada Tabel 1.2. Menunjukkan pada tahun 2011 hingga tahun 2015 indeks pembangunan manusia di Provinsi Jawa Tengah mengalami peningkatan yaitu sebesar 66,64 pada 2011 menjadi 69,49 pada 2015. Dengan kenaikan indeks pembangunan manusia di Jawa Tengah ini menunjukkan kualitas manusia di 35 Kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah juga terus membaik, baik dari kualitas pendidikan, kesehata, pengeluaran masyarakat (daya beli).

Tabel 1.2 IPM Provinsi Jawa Tengah tahun 2011- 2015 Tahun

  IPM 2011 66,64 2012 67,21 2013 68,02 2014 68,78 2015 69,49 Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2016

  Selain faktor modal manusia atau kualitas sumber daya manusia, terdapat faktor lain yang mempengaruhi dalam tingkat kemiskinan yaitu pertumbuhan ekonomi. Salah satu indikator yang digunakan untuk melihat pertumbuhan ekonomi dari suatu daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Produk domestik regional bruto menurut Badan Pusat Statistik (BPS) adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau jumlah keseluruhan nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah.

Tabel 1.3 menunjukan kenaikan PDRB di Provinsi Jawa Tengah dari 2011 sampai 2015 berdasarkan atas dasar harga konstan tahun 2010. Menurut

  BPS yang dimaksud dengan atas dasar harga konstan adalah penilaian didasarkan kepada harga satu tahun dasar tertentu, dalam hal ini yang digunakan sebagai tahun dasar adalah harga di tahun 2010. Dimana dapat dilihat PDRB ADHK 2010 Provinsi Jawa Tengah terus mengalami kenaikan setiap tahunnya, yaitu pada tahun 2011 sebesar 656.268 menjadi 806.775 pada tahun 2015. Kenaikan yang dialami dari tahun ketahun ini menunjukkan adanya perbaikan kualitas modal manusia yang membuat produktivitas mengalami peningkatan setiap tahun.

Tabel 1.3 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan (2010) (miliar rupiah) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011- 2015 Tahun PDRB ADHK 2010

  2011 656.286 2012 691.343 2013 726.655 2014 764.956 2015 806.775 Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka 2017

  Sehubungan dengan latar belakang yang menunjukkan angka kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah yang masih tinggi dibandingkan dengan Provinsi lain di pulau Jawa. Maka dengan IPM dan PDRB yang terus meningkat dari tahun ketahun menunjukan pembangunan manusia di Provinsi Jawa Tengah dapat dikatakan berhasil, tetapi dengan berhasilnya peningkatan pada IPM dan PDRB kemiskinan di Jawa tengah masih tergolong tinggi di Pulau Jawa. Dengan ini peneliti ingin meneliti kemiskinan di Jawa Tengah dengan judul “Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan Produk domestik regional bruto (PDRB) terhadap Kemiskinan di 35 kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012- 2016”.

  B. Rumusan Masalah

  Penelitian ini ingin menjawab dari beberapa pertanyaan berikut ini : 1.

  Adakah pengaruh IPM terhadap kemiskinan di 35 kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah tahun 2012-2016? 2. Adakah pengaruh PDRB terhadap kemiskinan di 35 kabupaten/kota

  Provinsi Jawa Tengah tahun 2012-2016? 3. Adakah pengaruh IPM, dan PDRB terhadap kemiskinan di 35 kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah tahun 2012-2016?

  C. Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1.

  Menganalisis pengaruh IPM terhadap kemiskinan di 35 kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah tahun 2012-2016.

  2. Menganalisis pengaruh PDRB terhadap kemiskinan di 35 kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah tahun 2012-2016.

  3. Menganalisis pengaruh IPM,dan PDRB terhadap kemiskinan di 35 kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah tahun 2012-2016.

D. Manfaat Penelitian 1. Signifikansi Teoritis

  Hasil penelitian ini diharapkan mendukung teori kemiskinan menurut Arsyad (2010:299) yang menyatakan bahwa kemiskinan itu bersifat multidimensial, yang artinya karena kebutuhan manusia itu bermacam- macam, maka kemiskinanpun memiliki banyak aspek.

2. Signifikansi Praktis 1.

  Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya informasi dan pengetahuan di dalam hal masalah kemiskinan, indeks pembangunan manusia (IPM), dan produk domestik regional bruto (PDRB).

  2. Bagi Pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk pemerintah daerah (khususnya Provinsi Jawa Tengah) dalam mengambil keputusan untuk menentukan kebijakan dalam mengatasi masalah kemiskinan.

  3. Bagi Penelitian Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk menambah informasi, wawasan dan sebagai referensi dan bahan penelitian selanjutnya mengenai IPM, PDRB, dan kemiskinan.

E. Keterbatasan Penelitian

  Dalam melakukan penelitian ini peneliti sadar mempunyai beberapa keterbatasan, antara lain : keterbatasan waktu, dana atau biaya, dan tenaga, sehingga peneliti tidak dapat melakukan penelitian secara luas.

  Fokus masalah dalam penelitian yang ingin diteliti ini adalah indeks pembangunan manusia (IPM), produk domestik regional bruto (PDRB), dan kemiskinan dengan batasan sebagai berikut : 1.

  Obyek penelitian ini adalah PDRB, IPM, dan kemiskinan di 35 kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah tahun 2012-2016.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kompetensi Pedagogik Guru SMP Negeri 2 Kaloran Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kompetensi Pedagogik Guru SMP Negeri 2 Kaloran Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung

0 2 43

2.1 Laba 2.1.1 Pengertian Laba - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penyaluran Kredit dan Pendapatan Operasional terhadap Laba pada KSP Karya Cipta Mandiri di Dusun Banyudono Desa Gedong Kecamatan Banyubiru

1 1 25

1.1 Metode Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penyaluran Kredit dan Pendapatan Operasional terhadap Laba pada KSP Karya Cipta Mandiri di Dusun Banyudono Desa Gedong Kecamatan Banyubiru

0 1 9

Dari output SPSS.24 dapat dihasilkan statistik deskriptif dengan masing-masing variabel sebagai berikut: Tabel 4.1 Hasil Statistik Deskriptif Penyaluran Kredit dan Pendapatan Operasional Terhadap Laba

0 0 10

BAB II LANDASAN TEORI 2. 1 Konsep Hasil Belajar - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Sarana Pembelajaran dan Partisipasi Orang Tua terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS di Kalangan Siswa SMPN 1 Getasan

0 0 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Sarana Pembelajaran dan Partisipasi Orang Tua terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS di Kalangan Siswa SMPN 1 Getasan

0 1 18

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1 Gambaran Umum Subjek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Sarana Pembelajaran dan Partisipasi Orang Tua terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS di Kalangan Siswa

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Sarana Pembelajaran dan Partisipasi Orang Tua terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS di Kalangan Siswa SMPN 1 Getasan

0 0 16

LAMPIRAN 1 SURAT IJIN PENELITIAN

0 0 20