Studi Kelayakan Restorasi Rusa Jawa Cerv (1)
Studi Kelayakan Restorasi Rusa Jawa (Cervus timorensis) di Hutan
Pendidikan Wanagama I
Afrizal M. Alfarisi
Fakultas Kehutan Universitas Gadjah mada
Rusa Jawa (Cervus timorensis) merupakan satwa dilindungi Undang-Undang yang kini
populasinya terancam secara global. Untuk menjamin kelestarian populasi Rusa Jawa, di
Hutan Pendidikan Wanagama I, dilaksanakan kegiatan restorasi Rusa Jawa. Hutan
Wanagama I dipilih menjadi lokasi restorasi dengan harapan sumber daya yang ada di
Wanagama I mampu memenuhi kebutuhan populasi Rusa Jawa. Selain daya dukung habitat,
masyarakat di sekitar Wanagama I diharapkan mendukung jalannya kegiatan restorasi Rusa
Jawa di Wanagama I. Namun pada tahun ini perlu dilakukan studi kelayakan lokasi, untuk
mengkaji apakah Wanagama I masih layak menjadi lokasi restorasi atau tidak.
Kelayakan lokasi dikaji dari tiga aspek, yaitu populasi, habitat dan sosial masyarakat.
Populasi ditaksir menggunakan metode pellet count, di mana pada hasil pengamatan terjadi
penurunan jika dibandingkan dengan populasi di awal restorasi, dari 20 menjadi 9 ekor.
Untuk aspek habitat terbagi menjadi empat komponen, yaitu pakan, air, cover dan ruang. Dari
hasil analisis data, Wanagama I mampu memenuhi kebutuhan rusa terhadap pakan, cover, air
dan ruang. Kajian mengenai kelayakan dari aspek sosial masyarakat menggunakan data hasil
wawancara ke masyarakat sekitar Wanagama I. Dari hasil wawancara, sebagian besar
masyarakat mendukung kegiatan restorasi Rusa Jawa di Wanagama, namun masih ditemui
kemungkinan keberadaan pemburu rusa di Wanagama I.
Dari kajian tiga aspek yaitu populasi, habitat dan sosial, Wanagama I masih layak
dijadikan lokasi restorasi Rusa Jawa ditinjau dari aspek habitat. Namun belum layak jika
ditinjau dari aspek populasi dan sosial masyarakat, karena terjadinya penurunan populasi dan
kemungkinan adanya pemburu yang mempercepat laju penurunan populasi Rusa Jawa.
Kata kunci : Rusa Jawa, restorasi, populasi, habitat, sosial masyarakat
PENDAHULUAN
Rusa Jawa (Cervus timorensis)
merupakan salah satu satwa liar yang
Oleh karena itu restorasi Rusa Jawa perlu
dilakukan.
terdapat di Hutan Pendidikan Wanagama
Daya dukung Hutan Wanagama I
I. Populasi rusa jawa semakin menurun
sebagai habitat Rusa Jawa merupakan
karena tekanan lingkungan yang berupa
salah satu faktor yang sangat penting
perburuan liar serta degradasi lingkungan
untuk kesuksesan restorasi Rusa Jawa
yang menyebabkan menurunnya daya
tersebut. Daya dukung habitat tentunya
dukung
satwa
berpengaruh terhadap kebutuhan hidup
tersebut (Darmawan dalam Dewi, 2006).
satwa, kebutuhan hidup satwa dalam hal
terhadap
keberadaan
ini Rusa Jawa antara lain adalah pakan,
lingkungan baik fisik maupun biotik,
air, cover dan space.
serta sosial masyarakat sekitar lokasi.
Kelayakan
kondisi
habitat
di
Wanagama dapat diketahui dari aspek
dinamika
populasi
rusa,
Mengkaji dari aspek populasi rusa,
kondisi lingkungan baik fisik maupun
kondisi
biotik, serta sosial masyarakat sekitar
habitat Rusa Jawa sesuai dengan habitat
hutan maka upaya restorasi habitat rusa
aslinya.
perlu dilakukan untuk mengembalikan
pakan
METODE PENELITIAN
rusa
di
Wanagama
I.
Untuk
mengetahui pakan pilihan Rusa Jawa,
Data yang diambil dalam penelitian
digunakan metode fecal analysis dengan
adalah data estimasi populasi rusa, data
bahan kotoran rusa yang ditemukan di
komponen-komponen habitat dan data
Wanagama I. Untuk mengukur produktivitas
aspek sosial masyarakat. Estimasi populasi
pakan,
rusa diambil menggunakan metode pellet
sebanyak 35 petak ukur. Penempatan petak
count, dengan ukuran plot sampel 20 x 100
ukur diletakkan secara purposive sesuai
yang diletakkan sebanyak 3 plot dalam
dengan lokasi ditemuinya tumbuhan jenis
satu petak Wanagama I. Pada metode
pakan rusa.
pellet count, waktu pengamatan adalah
dibuat
petak
ukur
permanen
Data aspek sosial masyarakat diambil
dengan wawancara yang dipandu dengan
selama 14 hari
menggunakan
kuesioner. Sampel yang digunakan dalam
berbagai metode, yaitu nested sampling,
pengambilan data adalah masyarakat sekitar
protocol sampling dan kuadran. Nested
hutan Wanagama I. Data yang diambil
Data
sampling
habitat
diambil
digunakan
untuk
mengukur
adalah
informasi
mengenai
persepsi
jumlah rumput, semai, tumbuhan bawah,
masyarakat terhadap kegiatan restorasi rusa
sapihan, tiang dan pohon. Protocol sampling
dan
digunakan
keberadaan pemburu di Wanagama I.
untuk
mengukur
penutupan
vertikal, penutupan horizontal, kondisi fisik,
informasi
mengenai
kemungkinan
HASIL DAN PEMBAHASAN
dan shrub density Keluaran dari metodemetode pengukuran ini adalah gambaran
Dari hasil pengambilan data onggokan
struktur vegetasi dan kondisi fisik habitat
kotoran rusa dan analisis data, didapat
Rusa Jawa. Pada aspek habitat, dilakukan
taksiran populasi Rusa Jawa di Wanagama I
juga pengamatan mengenai pakan yang
sebanyak 9 ekor. Pada awal kegiatan
dipilih oleh rusa dan juga produktivitas
restorasi, rusa yang dilepasliarkan sebanyak
21 ekor. Beberapa kemungkinan yang
Dari hasil analisis produktivitas pakan,
mengakibatkan pengurangan individu ini
ketersediaan pakan Rusa Jawa di Wanagama
adalah penempatan lokasi sampling yang
I sebesar 558,184 kg per hari. Dari hasil ini,
kurang representatif,
kemungkinan lain
bisa diketahui Wanagama I masih layak
adalah populasi rusa benar-benar mengalami
menjadi lokasi restorasi jika ditinjau dari
penurunan.
segi ketersediaan pakan.
Penurunan populasi rusa bisa disebabkan
Selain pakan, kebutuhan cover untuk
oleh kematian alami atapun perburuan oleh
rusa juga perlu dipenuhi. Komponen
manusia. Berdasar informasi yang didapat
habitat yang bisa dimanfaatkan rusa Jawa
dari
ada
sebagai pelindung adalah struktur vegetasi
kemungkinan aktivitas perburuan rusa di
di habitatnya. Dari hasil pengamatan
Wanagama I. Jika populasi rusa benar-benar
struktur vegetasi di Wanagama I, lahan
mengalami penurunan, maka populasi lebih
seluas 600 Ha ini memiliki berbagai
sulit untuk pulih lagi. Karena jumlah
macam struktur mulai dari area terbuka,
individu
akan
hutan area agroforestry, hingga hutan
adanya
dengan permudaan alami. Struktur yang
inbreeding. Inbreeding akan menurunkan
berbeda-beda ini merupakan kondisi yang
kualitas
diperlukan untuk berbagai aktivitas harian
masyarakat
yang
memperbesar
genetik
sekitar
terlalu
hutan,
kecil
kemungkinan
individu
rusa
dan
mengurangi viabilitas rusa.
rusa seperti area terbuka untuk merumput
Dari jumlah populasi, bisa diketahui
kebutuhan pakan per hari populasi Rusa
Jawa. Menurut Bismark et. al. (2011),
umumnya satu individu rusa membutuhkan
pakan sebanyak 6 kg per hari. Dengan total
populasi 9 ekor, populasi Rusa Jawa
membutuhkan pakan setidaknya 54 kg per
hari. Dari hasil pengamatan kotoran rusa di
Wanagama I, dapat diketahui Rusa Jawa
memakan
tumbuhan
jenis
Kolonjono,
Rumput Teki, Grinting, Sekopan, Waru
Kriting, Rumput Jarum, Kerinyu, Rondo
Moprol, Jarong Putihan, Alang-alang dan
Gamal.
dan area ternaung untuk istirahat dan
sembunyi dari gangguan. Rusa Jawa
memperoleh pakan dari habitatnya, dan
ketersediaan pakan juga ditentukan oleh
berbagai
faktor
habitat
di
antaranya
struktur vegetasi. Struktur vegetasi yang
baik untuk populasi rusa adalah struktur
yang bisa digunakan untuk merumput dan
juga
struktur
vegetasi
rapat
untuk
bersembunyi. Struktur yang rapat baik bisa
digunakan rusa untuk bersembunyi, namun
jika
terlalu
rapat
bisa
berakibat
pengurangan produktivitas pakan rusa.
Untuk terus tumbuh, tumbuhan yang
dijadikan
pakan
rusa
butuh
cahaya
matahari. Jika struktur vegetasi terlalu
pengamatan
rapat, maka penetrasi sinar matahari ke
penutupan vegetasi horizontal, penutupan
tanah
dan
vegetasi vertikal dan shrub density, bisa
menyebabkan berkurangnya produktivitas
dikatakan Wanagama I mampu memenuhi
pakan rusa. Dari hasil perbandingan
kebutuhan
struktur vegetasi dan penutupan vertikal
memenuhi kebutuhan rusa, maka bisa
vegetasi, struktur vegetasi membentuk
dikatakan Wanagama I layak dijadikan
penutupan namun masih bisa ditemui
habitat rusa dari segi cover.
akan
sangat
sedikit
data
cover
struktur
rusa.
Jika
vegetasi,
mampu
yang
Jika komponen pakan dan cover bisa
menjadi pakan rusa. Dari hasil ini, bisa
terpenuhi, komponen penting lain yang
diketahui
perlu dikaji adalah keberadaan air untuk
adanya
rumput
dan
kondisi
tumbuhan
struktur
vegetasi
Wanagama I layak dijadikan habitat untuk
minum rusa.
Wanagama I merupakan
restorasi populasi Rusa Jawa.
hutan yang dilewati oleh aliran Sungai
kondisi
Oyo, sehingga sungai ini bisa menjadi
habitat yang sesuai untuk beristirahat.
salah satu sumber air untuk minum rusa.
Kondisi habitat yang sesuai untuk rusa
Sumber air lain bisa diperoleh dari
adalah area terbuka untuk merumput dan
kubangan atau sumber air buatan di area
area tertutup untuk bersembunyi. Kondisi
Wanagama I. Dengan adanya sumber air
penutupan ini bisa dilihat dari data
pada petak yang menjadi lokasi habitat
penutupan
vegetasi.
Rusa Jawa, Kebutuhan air untuk populasi
Berdasarkan data yang diperoleh, rata-rata
Rusa Jawa bisa dipenuhi. Selain air,
penutupan semak sebesar 58,18%, rerata
komponen fisik lain yang penting adalah
penutupan belukar 47%, rerata penutupan
kelerengan. Menurut Purnomo (2010), rusa
tiang 19% dan rerata penutupan pohon
di Wanagama I menyukai area dengan
19%. Dari data yang diperoleh, beberapa
kelerengan curam. Kelerengan curam bisa
plot merupakan area terbuka dengan
digunakan rusa untuk sembunyi dari
sedikit atau bahkan tidak ada penutupan
aktivitas manusia. Di Wanagama I, petak
horizontal, dan sebagian area merupakan
14, 16 dan 18 merupakan area tempat
area dengan banyak penutupan horizontal.
warga beraktivitas.
Rusa
Jawa
membutuhkan
horizontal
Kondisi ini mampu memenuhi kebutuhan
rusa.
Rusa
untuk
Selain komponen-komponen habitat
Rusa Jawa, aspek penting yang perlu
membutuhkan kondisi
aktivitas
hariannya.
cover
Dari
diperhatikan dalam pengelolaan Rusa Jawa
di Wanagama I adalah aspek sosial
masyarakat sekitar Wanagama I. Untuk
memastikan
keberhasilan
program
restorasi Rusa Jawa, persepsi dan aktivitas
masyarakat harus searah dengan upaya
sembunyi-sembunyi
dan
lolos
dari
pengawasan pihak pengelola Wanagama I.
KESIMPULAN
pelestarian Rusa. Dari hasil pengambilan
data, sudah ada sebagian masyarakat
Wanagama I masih layak dijadikan
mengetahui adanya restorasi rusa di
habitat restorasi Rusa Jawa ditinjau dari
Wanagama I. Dari total sampel responden
segi habitat, namun tidak layak dari segi
yang mengetahui keberadaan Rusa Jawa di
populasi dan sosial masyarakat karena
Wanagama I, 43% responden menganggap
masih ada kemungkinan perburuan dan
rusa sebagai gangguan karena memakan
penurunan populasi.
tanaman
pertanian
di
Wanagama
I.
SARAN
Kebanyakan responden yang mengakui
adanya gangguan rusa menyatakan hanya
Pada penelitian selanjutnya, perlu adanya
membiarkan atau mengusir rusa yang ada
penempatan plot pengamatan yang lebih
di lahan pertanian. Dari total semua
representatif, untuk membuktikan terjadi
responden,
masyarakat
penurunan populasi Rusa Jawa. Jika
menyatakan turut berpartisipasi dalam
populasi Rusa benar-benar mengalami
pelestarian Rusa Jawa dan siap bekerja
penurunan, perlu dilakukan penambahan
sama dalam program pelestarian Rusa
populasi rusa untuk mencegah inbreeding.
Jawa, meskipun sebagian beranggapan jika
Selain itu, untuk mencegah penurunan
masyarakat sekitar hutan tidak memiliki
populasi akibat perburuan, perlu adanya
kepentingan untuk
penyadartahuan dan kegiatan patroli untuk
sebagian
melestarikan
Rusa
Jawa. Aspek sosial masyarakat yang perlu
diperhatikan
adalah
kemungkinan
mencegah masuknya pemburu.
DAFTAR PUSTAKA
pemburu di Wanagama I. Informasi yang
ini
Anonim. 1978. Pedoman Pengelolaan
menunjukkan, jika populasi Rusa Jawa di
Satwa Langka. Direktorat Jenderal
Wanagama
Departemen Kehutanan. Direktorat
didapat
dari
I
hasil
wawancara
kemungkinan
terancam
perburuan. Asal dan tujuan dari pemburu
juga belum diketahui. Ada kemungkinan
PPA. Bogor.
Atmoko, T. 1987. Persepsi Penduduk
jika pemburu rusa tidak tahu mengenai
Setempat
terhadap
perlindungan terhadap rusa. Kemungkinan
Perkebunan
Inti
lain adalah pemburu sudah tahu, namun
Fakultas Pasca Sarjana Universitas
tetap
Gadjah Mada. Yogyakarta.
melakukan
perburuan
secara
Rakyat.
Proyek
Tesis.
Bemmel, A.C.Van. 1949. A revision on the
Hoogerwerf A. 1970. Ujungkulon. The
rusine deer in the Indo-Australian
land of Javan rhinoceros. EJ Brill-
Archipelago. Treubia 20: 191-262
Leiden.
Irwanto. 2006. Penilaian Kesehatan Hutan
pls. 1-5. map.
Bismark,
R.
M.,
Mukhtar,
A.
S.,
Tegakan Jati (Tectona grandis) dan
Takandjadji, M., Garsetiasih, R.,
Eucalyptus pellita) pada Kawasan
Setio, P. Sawitry, R., Subiandono, E.
Wanagama I. Sekolah Pasca Sarjana
Iskandar, S. Kayat. 2011. Sintesis
UGM.Yogyakarta
Pengembangan Penangkaran Rusa
Timor. Balitbang Kehutanan. Jakarta
Boughey, A. 1973. Ecology of Population.
MacMillan Publishing Co. Inc. New
York.
Dewi, A.S. 2006. Studi Tingkat Kerugian
Petani Oleh Rusa Jawa (Cervus
timorensis Mul. & Schl) Di Sekitar
Petak
5
Hutan
Wanagama
Nugroho, A.D. 1992. Studi Ekologi Makan
Rusa Jawa (Cervus timorensis russa,
Mul. & Schl, 1844). Pada musim
Kemarau
di
Taman
Nasional
Skripsi
Baluran.
tidak
dipublikasikan. Fakultas Kehutanan
Universitas
Gadjah
Mada.
Yogyakarta.
I
Kabupaten Gunung Kidul. Skripsi
Noerdjito dan Maryanto. 2007. Jenis-Jenis
Fakultas
Hayati yan Dilindungi Perundang-
Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
undangan Indonesia. LIPI Press.
Yogyakarta
Cibinong.
tidak
dipublikasikan.
Garsetiasih. 1996. Studi Habitat Dan
Pemanfaatannya Bagi Rusa (Cervus
timorensis) Di Taman Wisata Alam
Pulau
Menipo
Nusa
Odum, E.P. 1990. Dasar-Dasar Ekologi.
Edisi
Ketiga.
Gadjah
Mada
University Press. Yogyakarta.
Tenggara
Timur. Tesis tidak dipublikasikan.
Palguna, H. 1998. Pola Perilaku Rusa
Program Pasca Sarjana Universitas
Jawa (Cervus timorensis russa, Mul.
Gadjah Mada. Yogyakarta.
& Schl.) di Beberapa Penangkaran
Garsetiasih R dan M Takandjanji. 2006.
Milik
Perhutani.
Tesis
tidak
Model Penangkaran Rusa. Pusat
dipublikasikan. Program Studi Ilmu
Penelitian dan Penembangan Hutan
Kehutanan
dan Konservasi Alam. Departemen
Pertanian Pasca Sarjana Universitas
Kehutanan. Bogor.
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Jurusan
Ilmu-ilmu
Pattiselanno F, Tethool AN, Seseray DY.
Sutedja,
IGNN.,
Taufik,
M.
1992.
2008. Karakteristik Morfologi dan
Mengenal Lebih Dekat Satwa yang
Praktek Pemeliharaan Rusa Timor di
Dilindungi.
Manokwari. Berkala Ilmiah Biologi
Hubungan Masyarakat,
7 (2) : 61-67.
Jenderal Departemen Kehutanan.
Biro
Mamalia.
Sekretaris
Purnomo, 2003. Studi Jenis Pakan Dan
Syarief A. 1974. Kemungkinan Pembinaan
Tingkat Kesukaan Pakan Rusa Jawa
dan Pembiakan Rusa di Indonesia.
(Cervus timorensis Mull & Schl,
Direktorat
1844) Skripsi Fakultas Kehutanan
Pembiakan Alam. Bogor.
Perlindungan
Takandjandji
(Tidak dipubliskan)
M.
dan
2009.
Desain
Rusa
Timor
Semiadi, G. 2002. Perkembangan dan
Penangkaran
Status Populasi Rusa di Alam dan
Berdasarkan
Penangkaran
Menuju
Status
Bio-Ekologi dan Fisik di Hutan
Pemanfaatan.
Makalah
dalam
Penelitian Dramaga, Bogor [Tesis].
Analisis
Seminar dan Lokalatih Rusa 19-21
Program
Desember
Pertanian Bogor. Bogor.
2002.
BKSDA.
Pasca
Komponen
Sarjana.
Institut
Yogyakarta, Fak. Biologi, UAJY,
Takatsuki,S. 1978. Precision of Faecal
FKT UGM, Lembaga Studi dan
Analysis : A Feeding Experiments
Konservasi Hidupan Liar.
with Penned Sika Deer. Biological
Sody, HJV. 1940. Voortplantingstijden der
Institute, Faculty of Science, Tohoku
Javaanse Zoodieren. In : T Schroder.
University
1976.
Journal of Mammalogical Society of
Deer
In
Indonesia.
Wageningen: Nature Conservation
Department, Agricultural University.
Supraptomo,H. 2006. Home Range dan
Kelimpahan
Rusa
Wanagama
I
Fakultas
Kehutanan
Jawa
Gunung
di
Sendai,
Miyagi.
The
Japan. Vol 7, Nov. 4, pp 167-188
Tarumingkeng,
R.
C., 1994.
Dinamika
Populasi: Kajian Ekologi Kuantitatif.
Pustaka
Sinar.
Harapan
dan
Kidul.
Universitas Kristen Krida Wacana.
UGM.
Utomo, C., T. Jakarta.
Yogyakarta
Suratmo, F. G. 1979. Prinsip Dasar
Tingkah Laku Satwa Liar. Penerbit
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Trippensee,
E.R.
1948.
Wildlife
Management, Upland Game, and
General Principles. McGraw HillBook Company. New York. 499p.
Veevers-Carter.
1979.
Conservation
In
Nature
Indonesia.
Published by PT. INTERMASA.
Jakarta.
Wijanarko.
1994.
Masyarakat
Studi
Persepsi
terhadap
Upaya
Konservasi Satwa Penyu. Skripsi.
Fakultas
Kehutanan
Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Pendidikan Wanagama I
Afrizal M. Alfarisi
Fakultas Kehutan Universitas Gadjah mada
Rusa Jawa (Cervus timorensis) merupakan satwa dilindungi Undang-Undang yang kini
populasinya terancam secara global. Untuk menjamin kelestarian populasi Rusa Jawa, di
Hutan Pendidikan Wanagama I, dilaksanakan kegiatan restorasi Rusa Jawa. Hutan
Wanagama I dipilih menjadi lokasi restorasi dengan harapan sumber daya yang ada di
Wanagama I mampu memenuhi kebutuhan populasi Rusa Jawa. Selain daya dukung habitat,
masyarakat di sekitar Wanagama I diharapkan mendukung jalannya kegiatan restorasi Rusa
Jawa di Wanagama I. Namun pada tahun ini perlu dilakukan studi kelayakan lokasi, untuk
mengkaji apakah Wanagama I masih layak menjadi lokasi restorasi atau tidak.
Kelayakan lokasi dikaji dari tiga aspek, yaitu populasi, habitat dan sosial masyarakat.
Populasi ditaksir menggunakan metode pellet count, di mana pada hasil pengamatan terjadi
penurunan jika dibandingkan dengan populasi di awal restorasi, dari 20 menjadi 9 ekor.
Untuk aspek habitat terbagi menjadi empat komponen, yaitu pakan, air, cover dan ruang. Dari
hasil analisis data, Wanagama I mampu memenuhi kebutuhan rusa terhadap pakan, cover, air
dan ruang. Kajian mengenai kelayakan dari aspek sosial masyarakat menggunakan data hasil
wawancara ke masyarakat sekitar Wanagama I. Dari hasil wawancara, sebagian besar
masyarakat mendukung kegiatan restorasi Rusa Jawa di Wanagama, namun masih ditemui
kemungkinan keberadaan pemburu rusa di Wanagama I.
Dari kajian tiga aspek yaitu populasi, habitat dan sosial, Wanagama I masih layak
dijadikan lokasi restorasi Rusa Jawa ditinjau dari aspek habitat. Namun belum layak jika
ditinjau dari aspek populasi dan sosial masyarakat, karena terjadinya penurunan populasi dan
kemungkinan adanya pemburu yang mempercepat laju penurunan populasi Rusa Jawa.
Kata kunci : Rusa Jawa, restorasi, populasi, habitat, sosial masyarakat
PENDAHULUAN
Rusa Jawa (Cervus timorensis)
merupakan salah satu satwa liar yang
Oleh karena itu restorasi Rusa Jawa perlu
dilakukan.
terdapat di Hutan Pendidikan Wanagama
Daya dukung Hutan Wanagama I
I. Populasi rusa jawa semakin menurun
sebagai habitat Rusa Jawa merupakan
karena tekanan lingkungan yang berupa
salah satu faktor yang sangat penting
perburuan liar serta degradasi lingkungan
untuk kesuksesan restorasi Rusa Jawa
yang menyebabkan menurunnya daya
tersebut. Daya dukung habitat tentunya
dukung
satwa
berpengaruh terhadap kebutuhan hidup
tersebut (Darmawan dalam Dewi, 2006).
satwa, kebutuhan hidup satwa dalam hal
terhadap
keberadaan
ini Rusa Jawa antara lain adalah pakan,
lingkungan baik fisik maupun biotik,
air, cover dan space.
serta sosial masyarakat sekitar lokasi.
Kelayakan
kondisi
habitat
di
Wanagama dapat diketahui dari aspek
dinamika
populasi
rusa,
Mengkaji dari aspek populasi rusa,
kondisi lingkungan baik fisik maupun
kondisi
biotik, serta sosial masyarakat sekitar
habitat Rusa Jawa sesuai dengan habitat
hutan maka upaya restorasi habitat rusa
aslinya.
perlu dilakukan untuk mengembalikan
pakan
METODE PENELITIAN
rusa
di
Wanagama
I.
Untuk
mengetahui pakan pilihan Rusa Jawa,
Data yang diambil dalam penelitian
digunakan metode fecal analysis dengan
adalah data estimasi populasi rusa, data
bahan kotoran rusa yang ditemukan di
komponen-komponen habitat dan data
Wanagama I. Untuk mengukur produktivitas
aspek sosial masyarakat. Estimasi populasi
pakan,
rusa diambil menggunakan metode pellet
sebanyak 35 petak ukur. Penempatan petak
count, dengan ukuran plot sampel 20 x 100
ukur diletakkan secara purposive sesuai
yang diletakkan sebanyak 3 plot dalam
dengan lokasi ditemuinya tumbuhan jenis
satu petak Wanagama I. Pada metode
pakan rusa.
pellet count, waktu pengamatan adalah
dibuat
petak
ukur
permanen
Data aspek sosial masyarakat diambil
dengan wawancara yang dipandu dengan
selama 14 hari
menggunakan
kuesioner. Sampel yang digunakan dalam
berbagai metode, yaitu nested sampling,
pengambilan data adalah masyarakat sekitar
protocol sampling dan kuadran. Nested
hutan Wanagama I. Data yang diambil
Data
sampling
habitat
diambil
digunakan
untuk
mengukur
adalah
informasi
mengenai
persepsi
jumlah rumput, semai, tumbuhan bawah,
masyarakat terhadap kegiatan restorasi rusa
sapihan, tiang dan pohon. Protocol sampling
dan
digunakan
keberadaan pemburu di Wanagama I.
untuk
mengukur
penutupan
vertikal, penutupan horizontal, kondisi fisik,
informasi
mengenai
kemungkinan
HASIL DAN PEMBAHASAN
dan shrub density Keluaran dari metodemetode pengukuran ini adalah gambaran
Dari hasil pengambilan data onggokan
struktur vegetasi dan kondisi fisik habitat
kotoran rusa dan analisis data, didapat
Rusa Jawa. Pada aspek habitat, dilakukan
taksiran populasi Rusa Jawa di Wanagama I
juga pengamatan mengenai pakan yang
sebanyak 9 ekor. Pada awal kegiatan
dipilih oleh rusa dan juga produktivitas
restorasi, rusa yang dilepasliarkan sebanyak
21 ekor. Beberapa kemungkinan yang
Dari hasil analisis produktivitas pakan,
mengakibatkan pengurangan individu ini
ketersediaan pakan Rusa Jawa di Wanagama
adalah penempatan lokasi sampling yang
I sebesar 558,184 kg per hari. Dari hasil ini,
kurang representatif,
kemungkinan lain
bisa diketahui Wanagama I masih layak
adalah populasi rusa benar-benar mengalami
menjadi lokasi restorasi jika ditinjau dari
penurunan.
segi ketersediaan pakan.
Penurunan populasi rusa bisa disebabkan
Selain pakan, kebutuhan cover untuk
oleh kematian alami atapun perburuan oleh
rusa juga perlu dipenuhi. Komponen
manusia. Berdasar informasi yang didapat
habitat yang bisa dimanfaatkan rusa Jawa
dari
ada
sebagai pelindung adalah struktur vegetasi
kemungkinan aktivitas perburuan rusa di
di habitatnya. Dari hasil pengamatan
Wanagama I. Jika populasi rusa benar-benar
struktur vegetasi di Wanagama I, lahan
mengalami penurunan, maka populasi lebih
seluas 600 Ha ini memiliki berbagai
sulit untuk pulih lagi. Karena jumlah
macam struktur mulai dari area terbuka,
individu
akan
hutan area agroforestry, hingga hutan
adanya
dengan permudaan alami. Struktur yang
inbreeding. Inbreeding akan menurunkan
berbeda-beda ini merupakan kondisi yang
kualitas
diperlukan untuk berbagai aktivitas harian
masyarakat
yang
memperbesar
genetik
sekitar
terlalu
hutan,
kecil
kemungkinan
individu
rusa
dan
mengurangi viabilitas rusa.
rusa seperti area terbuka untuk merumput
Dari jumlah populasi, bisa diketahui
kebutuhan pakan per hari populasi Rusa
Jawa. Menurut Bismark et. al. (2011),
umumnya satu individu rusa membutuhkan
pakan sebanyak 6 kg per hari. Dengan total
populasi 9 ekor, populasi Rusa Jawa
membutuhkan pakan setidaknya 54 kg per
hari. Dari hasil pengamatan kotoran rusa di
Wanagama I, dapat diketahui Rusa Jawa
memakan
tumbuhan
jenis
Kolonjono,
Rumput Teki, Grinting, Sekopan, Waru
Kriting, Rumput Jarum, Kerinyu, Rondo
Moprol, Jarong Putihan, Alang-alang dan
Gamal.
dan area ternaung untuk istirahat dan
sembunyi dari gangguan. Rusa Jawa
memperoleh pakan dari habitatnya, dan
ketersediaan pakan juga ditentukan oleh
berbagai
faktor
habitat
di
antaranya
struktur vegetasi. Struktur vegetasi yang
baik untuk populasi rusa adalah struktur
yang bisa digunakan untuk merumput dan
juga
struktur
vegetasi
rapat
untuk
bersembunyi. Struktur yang rapat baik bisa
digunakan rusa untuk bersembunyi, namun
jika
terlalu
rapat
bisa
berakibat
pengurangan produktivitas pakan rusa.
Untuk terus tumbuh, tumbuhan yang
dijadikan
pakan
rusa
butuh
cahaya
matahari. Jika struktur vegetasi terlalu
pengamatan
rapat, maka penetrasi sinar matahari ke
penutupan vegetasi horizontal, penutupan
tanah
dan
vegetasi vertikal dan shrub density, bisa
menyebabkan berkurangnya produktivitas
dikatakan Wanagama I mampu memenuhi
pakan rusa. Dari hasil perbandingan
kebutuhan
struktur vegetasi dan penutupan vertikal
memenuhi kebutuhan rusa, maka bisa
vegetasi, struktur vegetasi membentuk
dikatakan Wanagama I layak dijadikan
penutupan namun masih bisa ditemui
habitat rusa dari segi cover.
akan
sangat
sedikit
data
cover
struktur
rusa.
Jika
vegetasi,
mampu
yang
Jika komponen pakan dan cover bisa
menjadi pakan rusa. Dari hasil ini, bisa
terpenuhi, komponen penting lain yang
diketahui
perlu dikaji adalah keberadaan air untuk
adanya
rumput
dan
kondisi
tumbuhan
struktur
vegetasi
Wanagama I layak dijadikan habitat untuk
minum rusa.
Wanagama I merupakan
restorasi populasi Rusa Jawa.
hutan yang dilewati oleh aliran Sungai
kondisi
Oyo, sehingga sungai ini bisa menjadi
habitat yang sesuai untuk beristirahat.
salah satu sumber air untuk minum rusa.
Kondisi habitat yang sesuai untuk rusa
Sumber air lain bisa diperoleh dari
adalah area terbuka untuk merumput dan
kubangan atau sumber air buatan di area
area tertutup untuk bersembunyi. Kondisi
Wanagama I. Dengan adanya sumber air
penutupan ini bisa dilihat dari data
pada petak yang menjadi lokasi habitat
penutupan
vegetasi.
Rusa Jawa, Kebutuhan air untuk populasi
Berdasarkan data yang diperoleh, rata-rata
Rusa Jawa bisa dipenuhi. Selain air,
penutupan semak sebesar 58,18%, rerata
komponen fisik lain yang penting adalah
penutupan belukar 47%, rerata penutupan
kelerengan. Menurut Purnomo (2010), rusa
tiang 19% dan rerata penutupan pohon
di Wanagama I menyukai area dengan
19%. Dari data yang diperoleh, beberapa
kelerengan curam. Kelerengan curam bisa
plot merupakan area terbuka dengan
digunakan rusa untuk sembunyi dari
sedikit atau bahkan tidak ada penutupan
aktivitas manusia. Di Wanagama I, petak
horizontal, dan sebagian area merupakan
14, 16 dan 18 merupakan area tempat
area dengan banyak penutupan horizontal.
warga beraktivitas.
Rusa
Jawa
membutuhkan
horizontal
Kondisi ini mampu memenuhi kebutuhan
rusa.
Rusa
untuk
Selain komponen-komponen habitat
Rusa Jawa, aspek penting yang perlu
membutuhkan kondisi
aktivitas
hariannya.
cover
Dari
diperhatikan dalam pengelolaan Rusa Jawa
di Wanagama I adalah aspek sosial
masyarakat sekitar Wanagama I. Untuk
memastikan
keberhasilan
program
restorasi Rusa Jawa, persepsi dan aktivitas
masyarakat harus searah dengan upaya
sembunyi-sembunyi
dan
lolos
dari
pengawasan pihak pengelola Wanagama I.
KESIMPULAN
pelestarian Rusa. Dari hasil pengambilan
data, sudah ada sebagian masyarakat
Wanagama I masih layak dijadikan
mengetahui adanya restorasi rusa di
habitat restorasi Rusa Jawa ditinjau dari
Wanagama I. Dari total sampel responden
segi habitat, namun tidak layak dari segi
yang mengetahui keberadaan Rusa Jawa di
populasi dan sosial masyarakat karena
Wanagama I, 43% responden menganggap
masih ada kemungkinan perburuan dan
rusa sebagai gangguan karena memakan
penurunan populasi.
tanaman
pertanian
di
Wanagama
I.
SARAN
Kebanyakan responden yang mengakui
adanya gangguan rusa menyatakan hanya
Pada penelitian selanjutnya, perlu adanya
membiarkan atau mengusir rusa yang ada
penempatan plot pengamatan yang lebih
di lahan pertanian. Dari total semua
representatif, untuk membuktikan terjadi
responden,
masyarakat
penurunan populasi Rusa Jawa. Jika
menyatakan turut berpartisipasi dalam
populasi Rusa benar-benar mengalami
pelestarian Rusa Jawa dan siap bekerja
penurunan, perlu dilakukan penambahan
sama dalam program pelestarian Rusa
populasi rusa untuk mencegah inbreeding.
Jawa, meskipun sebagian beranggapan jika
Selain itu, untuk mencegah penurunan
masyarakat sekitar hutan tidak memiliki
populasi akibat perburuan, perlu adanya
kepentingan untuk
penyadartahuan dan kegiatan patroli untuk
sebagian
melestarikan
Rusa
Jawa. Aspek sosial masyarakat yang perlu
diperhatikan
adalah
kemungkinan
mencegah masuknya pemburu.
DAFTAR PUSTAKA
pemburu di Wanagama I. Informasi yang
ini
Anonim. 1978. Pedoman Pengelolaan
menunjukkan, jika populasi Rusa Jawa di
Satwa Langka. Direktorat Jenderal
Wanagama
Departemen Kehutanan. Direktorat
didapat
dari
I
hasil
wawancara
kemungkinan
terancam
perburuan. Asal dan tujuan dari pemburu
juga belum diketahui. Ada kemungkinan
PPA. Bogor.
Atmoko, T. 1987. Persepsi Penduduk
jika pemburu rusa tidak tahu mengenai
Setempat
terhadap
perlindungan terhadap rusa. Kemungkinan
Perkebunan
Inti
lain adalah pemburu sudah tahu, namun
Fakultas Pasca Sarjana Universitas
tetap
Gadjah Mada. Yogyakarta.
melakukan
perburuan
secara
Rakyat.
Proyek
Tesis.
Bemmel, A.C.Van. 1949. A revision on the
Hoogerwerf A. 1970. Ujungkulon. The
rusine deer in the Indo-Australian
land of Javan rhinoceros. EJ Brill-
Archipelago. Treubia 20: 191-262
Leiden.
Irwanto. 2006. Penilaian Kesehatan Hutan
pls. 1-5. map.
Bismark,
R.
M.,
Mukhtar,
A.
S.,
Tegakan Jati (Tectona grandis) dan
Takandjadji, M., Garsetiasih, R.,
Eucalyptus pellita) pada Kawasan
Setio, P. Sawitry, R., Subiandono, E.
Wanagama I. Sekolah Pasca Sarjana
Iskandar, S. Kayat. 2011. Sintesis
UGM.Yogyakarta
Pengembangan Penangkaran Rusa
Timor. Balitbang Kehutanan. Jakarta
Boughey, A. 1973. Ecology of Population.
MacMillan Publishing Co. Inc. New
York.
Dewi, A.S. 2006. Studi Tingkat Kerugian
Petani Oleh Rusa Jawa (Cervus
timorensis Mul. & Schl) Di Sekitar
Petak
5
Hutan
Wanagama
Nugroho, A.D. 1992. Studi Ekologi Makan
Rusa Jawa (Cervus timorensis russa,
Mul. & Schl, 1844). Pada musim
Kemarau
di
Taman
Nasional
Skripsi
Baluran.
tidak
dipublikasikan. Fakultas Kehutanan
Universitas
Gadjah
Mada.
Yogyakarta.
I
Kabupaten Gunung Kidul. Skripsi
Noerdjito dan Maryanto. 2007. Jenis-Jenis
Fakultas
Hayati yan Dilindungi Perundang-
Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
undangan Indonesia. LIPI Press.
Yogyakarta
Cibinong.
tidak
dipublikasikan.
Garsetiasih. 1996. Studi Habitat Dan
Pemanfaatannya Bagi Rusa (Cervus
timorensis) Di Taman Wisata Alam
Pulau
Menipo
Nusa
Odum, E.P. 1990. Dasar-Dasar Ekologi.
Edisi
Ketiga.
Gadjah
Mada
University Press. Yogyakarta.
Tenggara
Timur. Tesis tidak dipublikasikan.
Palguna, H. 1998. Pola Perilaku Rusa
Program Pasca Sarjana Universitas
Jawa (Cervus timorensis russa, Mul.
Gadjah Mada. Yogyakarta.
& Schl.) di Beberapa Penangkaran
Garsetiasih R dan M Takandjanji. 2006.
Milik
Perhutani.
Tesis
tidak
Model Penangkaran Rusa. Pusat
dipublikasikan. Program Studi Ilmu
Penelitian dan Penembangan Hutan
Kehutanan
dan Konservasi Alam. Departemen
Pertanian Pasca Sarjana Universitas
Kehutanan. Bogor.
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Jurusan
Ilmu-ilmu
Pattiselanno F, Tethool AN, Seseray DY.
Sutedja,
IGNN.,
Taufik,
M.
1992.
2008. Karakteristik Morfologi dan
Mengenal Lebih Dekat Satwa yang
Praktek Pemeliharaan Rusa Timor di
Dilindungi.
Manokwari. Berkala Ilmiah Biologi
Hubungan Masyarakat,
7 (2) : 61-67.
Jenderal Departemen Kehutanan.
Biro
Mamalia.
Sekretaris
Purnomo, 2003. Studi Jenis Pakan Dan
Syarief A. 1974. Kemungkinan Pembinaan
Tingkat Kesukaan Pakan Rusa Jawa
dan Pembiakan Rusa di Indonesia.
(Cervus timorensis Mull & Schl,
Direktorat
1844) Skripsi Fakultas Kehutanan
Pembiakan Alam. Bogor.
Perlindungan
Takandjandji
(Tidak dipubliskan)
M.
dan
2009.
Desain
Rusa
Timor
Semiadi, G. 2002. Perkembangan dan
Penangkaran
Status Populasi Rusa di Alam dan
Berdasarkan
Penangkaran
Menuju
Status
Bio-Ekologi dan Fisik di Hutan
Pemanfaatan.
Makalah
dalam
Penelitian Dramaga, Bogor [Tesis].
Analisis
Seminar dan Lokalatih Rusa 19-21
Program
Desember
Pertanian Bogor. Bogor.
2002.
BKSDA.
Pasca
Komponen
Sarjana.
Institut
Yogyakarta, Fak. Biologi, UAJY,
Takatsuki,S. 1978. Precision of Faecal
FKT UGM, Lembaga Studi dan
Analysis : A Feeding Experiments
Konservasi Hidupan Liar.
with Penned Sika Deer. Biological
Sody, HJV. 1940. Voortplantingstijden der
Institute, Faculty of Science, Tohoku
Javaanse Zoodieren. In : T Schroder.
University
1976.
Journal of Mammalogical Society of
Deer
In
Indonesia.
Wageningen: Nature Conservation
Department, Agricultural University.
Supraptomo,H. 2006. Home Range dan
Kelimpahan
Rusa
Wanagama
I
Fakultas
Kehutanan
Jawa
Gunung
di
Sendai,
Miyagi.
The
Japan. Vol 7, Nov. 4, pp 167-188
Tarumingkeng,
R.
C., 1994.
Dinamika
Populasi: Kajian Ekologi Kuantitatif.
Pustaka
Sinar.
Harapan
dan
Kidul.
Universitas Kristen Krida Wacana.
UGM.
Utomo, C., T. Jakarta.
Yogyakarta
Suratmo, F. G. 1979. Prinsip Dasar
Tingkah Laku Satwa Liar. Penerbit
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Trippensee,
E.R.
1948.
Wildlife
Management, Upland Game, and
General Principles. McGraw HillBook Company. New York. 499p.
Veevers-Carter.
1979.
Conservation
In
Nature
Indonesia.
Published by PT. INTERMASA.
Jakarta.
Wijanarko.
1994.
Masyarakat
Studi
Persepsi
terhadap
Upaya
Konservasi Satwa Penyu. Skripsi.
Fakultas
Kehutanan
Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.