Perencanaan Desa yang dikirim. docx

“PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI DESA”
MATA KULIAH : PERENCANAAN
DOSEN PENGAMPU : BUNGA CHINTIA UTAMI , S.IP ,ME

Disusun Oleh :
-

Dinda Adriana (1463201206)

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
TAHUN 2017 / 2018

KATA PENGANTAR

Puji syukur tak henti-hentinya kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “ Perencanaan
Pembangunan Desa”
Kami menyadari bahwa Makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun

selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah kami ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca. Untuk ke depannya, semoga pembaca dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Perencanaan Desa merupakan tahapan awal yang harus dan wajib dilakukan

oleh pemerintah Desa sebagai acuan dalam membangun Desa, Rencana Pembangunan Desa
harus diselaraskan dengan visi dan misi Kepala Desa terpilih. Mengacu UU Nomor 6
Tahun 2014 Tantang Desa, maka dapat diasumsikan bahwa Desa memiliki hak untuk
mengurus dapur rumah tangganya sendiri atau Desa harus menjadi sebagai objek

Pembangunan, mulai dari pengawasan, pelaksanaan dan pemantauan.
Dalam perkembangannya lahirlah undang-undang Desa no 06 tahun 2014
tentang desa bahwa perencanaan pembangunan harus dilakukan disetiap desa dan menjadi
kewajiban desa sebagai upaya perencanaan pembangunan yang sistematis.
Dalam era undang-undang desa no 06 tahun 2014 ini upaya pemerintah
semakin nyata dalam memberikan kewajiban jelas bahwa perencanaan pembangunan harus
benar-benar melibatkan masyarakat, dengan melibatkan masyarakat diharapkan dapat aktif
terlibat dalam perencanaan pembangunan agar cita-cita pembangunan dapat tercapai.
Pembangunan harus menerapkan prinsip-prinsip desentralisasi, yaitu bergerak
dari bawah (bottom up), dengan mengikutsertakan masyarakat secara aktif dalam
pembangunan desa. Melalui proses semacam ini maka keinginan-keinginan dan kebutuhan
masyarakat desa dapat disalurkan dan diwujudkan dalam program-program pembangunan
desa.
Dari pemikiran diatas, jelaslah bahwa dalam pelaksanaan pembangunan desa
sangat dibutuhkan prakarsa masyarakat setempat, dilakukan oleh masyarakat itu sendiri dan
keputusan yang diambil bermanfaat untuk kesejahteraan masyarakat itu sendiri, serta
dilakukan secara terus menerus, saling berkesinambungan dan berorientasi ke masa depan.

Jika perencanaan hendak melibatkan masyarakat, maka terdapat beberapa
kendala yang akan muncul, yaitu : (1) terdapat kenyataan bahwa masyarakat umumnya

adalah pihak yang tidak memiliki kesempatan untuk menikmati pendidikan formal yang
memadai. Masalah seperti pendidikan rendah, kemampuan baca tulis dan keterbatasan
pengetahuan, dan (2) terdapat suatu kenyataan bahwa masyarakat telah sekian lama ada
dalam politik otoriter sentralistik.
Akibat dari kenyataan tersebut membuat langkah-langkah dalam pembangunan
tidak mampu dilaksanakan dengan benar. Dengan pengetahuan maka akan timbul
pemahaman yang sama dan memadai terhadap persoalan yang dihadapi serta memudahkan
dalam mengidentifikasi faktor-faktor penyebabnya, merumuskan bagaimana cara untuk
mengatasinya sehingga dapat menentukan keputusan yang baik melalui potensi yang ada.
Khususnya pada masyarakat di Desa Tanggulrejo Kecamatan Tempuran
Kabupaten Magelang pelaksanaan beberapa program pembangunan, baik yang didanai oleh
APBD Kabupaten Magelang maupun murni swadaya masyarakat seringkali terb
entur pada keterbatasan masyarakat. Masyarakat tidak memiliki kemampuan
untuk melaksanakan pembangunan khususnya dalam kegiatan perencanaan seperti :
mengidentifikasi permasalahan, merencanakan langkah-langkah dan memutuskan program
pembangunan apa yang benar-benar mereka butuhkan.
Gambaran diatas tercermin pada Program Pendukung Pemabangunan Desa
yang dilaksanakan pada tahun 2002. Dimana pada pelaksanaan program yang sepenuhnya
diserahkan kepada masyarakat saat itu seharusnya lebih diprioritaskan pada pengerasan
jalan desa yang masih berupa tanah yang sulit dilewati pada musim penghujan, namum

justru mereka lebih memilih untuk rehabilitasi jembatan local yang kondisinya relative
masih cukup bagus. Kegiatan rehabilitasi tersebut juga nampak kurang siap akibat
keterbatasan sumber daya manusia, terlihat dari perencanaan yang tidak memperhatikan
aspek kontruksi dan pemeliharannya sehingga kerusakan pada jembatan terjadi dalam
waktu yang relatif singkat.

Masyarakat Desa Tanggulrejo pun seperti kurang terbiasa dengan pola
keterlibatan proses pembangunan yang bersifat dari, oleh dan untuk masyarakat. Beberapa
program-program pembangunan yang selama ini melibatkan mereka, meskipun dirancang
dengan semangat ‘bottom up’, namun tetap saja masih menganut pola keharusan adanya
petunjuk pelakasanaan atau petunjuk teknis. Hal ini terbukti dari penyusunan APBDes dari
tahun 2000-2002. Hal yang menjadi kewajiban pemerintah desa dan masyarakat melalui
BPD ini, dalam penyusunannya diserahkan kepada pegawai kecamatan sebagai akibat
belum diterbitkannya surat keputusan bupati tentang petunjuk pelaksanaan penyusunan
APBDes.
Tentunya hal ini seringkali justru berdampak pada tumbuhnya partisipasi
masyarakat yang bersifat semu. Kenyataan tersebut tentu saja membuat masyarakat tidak
dapat terlibat untuk memberikan pendapatnya untuk menentukan arah pembangunan desa.
Atau dengan kata lain, bukti ini menunjukan masyarakat dalam kondisi tidak berdaya untuk
mengakses pada program-program pembangunan, khususnya pada keputusan-keputusan

yang secara nyata dapat mensejahterakan dan meningkatkan taraf hidup mereka, sehingga
permasalahan sosial seperti kemiskinan masih terus menghampiri kehidupan mereka.
Dari uraian tersebut di atas dianggap perlu untuk melakukan penelitian terkait
dengan apa yang terjadi dan dilakukan oleh masyarakat di lokasi penelitian sehubungan
dengan pelaksanaan pembangunan di tempatnya. Untuk itu penelitian ini dilakukan dengan
mengambil judul “Perencanaan Pembangunan Desa” (Studi Kasus di Desa Tanggulrejo
Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang). Diharapkan penelitian ini dapat memberikan
sumbangan bagi tercapainya tujuan dan proses pembangunan perdesaan yang partisipatif.
1.2.

Perumusan Masalah
Masalah merupakan kesenjangan antara harapan dengan kenyataan, teori

dengan praktek maupun dengan aturan pelaksanaan. Dari latar belakang tersebut terdapat
permasalahan dimana pelaksanaan pembangunan desa telah sepenuhnya diserahkan kepada

masyarakat mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga pemanfaatannya dengan
bermaksud masyarakat mampu mengatasi permasalahan sosial.
Berdasarkan latar belakang masalah serta fenomena diatas, maka permasalahan
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan perencanaan pembangunan desa ?
2. Bagaimana cara meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan
pembangunan desa ?
3. Apa kendala yang dihadapi dalam perencanaan pembangunan desa ?
1.3.

Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian perencanaan pembangunan desa.
2. Untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan
desa.
3. Untuk mengetahui kendala dalam perencanaan pembangunan desa.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Perencanaan
Dalam pelaksanaan proses perencanaan tersebut kepala desa harus melibatkan
masyarakat sebagai subyek pembangunan, proses yang melibatkan masyarakat ini,
mencakup dengar pendapt terbuka secara ekstensif dengan sejumalah besar warga negara
yang mempunyai kepedulian, dimana dengar pendapt ini disusun dalam suatu cata untuk

mempercepat para individu, kelompok kelompok kepentingan dan para pejabat agensi
memberikan kontribusi mereka kepada pembuatan desain dan redesain kebijakan dengan
tujuan mengumpulkan informasi sehingga pembuat kebijakan bisa membuat kebijakan
lebih baik.
Dengan pelibatkan tersebut maka perencanaan menjadi semakin baik, aspirasi
masyarakat semakin tertampung sehingga tujuan dan langkah langkah yang diambil oleh
pmerintah desa semakin baik dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Senada dengan
apa yang disampaiakan oleh Robinson Tarigan, Perencanaan adalah menetapkan suatu
tujuan dan memilih langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Menurut Yulius Nyerere perencanaan adalah merupakan proses memilih diantara
berbagai kegiatan yang diinginkan karena tidak semua yang diinginkan itu dapat dilakukan
dan dicapai dalam waktu yang bersamaan.

Dalam ketentuan umum permendagri lebih jelas dikatakan pada pasal 1 ayat 10,
Perencanaan pembangunan desa adalah proses tahapan kegiatan yang diselenggarakan oleh
pemerintah Desa dengan melibatkan Badan Permusyawaratan Desa dan unsur masyarakat
secara partisipatif guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa dalam
rangkamencapai tujuan pembangunan desa.
Pemaparan diatas sangatlah jelas bahwa perencanaan adalah proses penting dalam
pelaksanaan pembangunan dan pelibatan masyarakat merupakan upaya untuk mendekatkan

kebutuhan masyarakat dalam kerangka pilihan keputusan dalam perencanaan.
2.2. Pembangunan
Pembangunan merupakan sebuah proses kegiatan yang sebelumya tidak ada
menjadi ada, atau yang sebelumnya sudah ada dan dikembangkan menjadi lebih baik,
menurut Myrdal pembangunan adalah sebagai pergerakan ke atas dari seluruh sistem
sosial. Artinya bahwa pembangunan bukan melulu pembangunan ekonomi, melainkan
pembangunan seutuhnya yaitu semua bidang kehidupan dimasyarakat.
Sedangkan menurut Rostow pembangunan adalah tidak hanya lebih banyak otput
yang dihasilkan tetapi juga lebih banyak otput dari pada yang diproduksi sebelumnya.
Dengan peningkatan pelibatan masyarakat dalam proses pembangunan maka
diharapkan hasil pembangunan sesuai dengan kebutuhan dan sesuai dengan tujuan
pembangunan itu sendiri sebagaimana disebutkan dalam Permendagri 114 Pasal 1 ayat 9.
Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesarbesarnya kesejahteraan masyarakat Desa. Dari uaran tersebut sangatlah jelas bahwa
pembangunan yang melibatkan masyarakat secara aktif akan mampu mencapai tujuan yang
diharapkan.
2.3. Pembangunan desa

Pembangunan Desa adalah proses kegiatan pembangunan yang berlangsung didesa
yang mencakup seluruh aspek kehidupan dan penghidupan masyarakat. Menurut peraturan
Pemerintah Republik Indonesia no 72 tahun 2005 tentang desa sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) bahwa perencanaan pembangunan desa disusun secara partisipatif oleh pemerintah
desa sesuai dengan kewenangannya

dan menurut ayat (3) bahwa dalam menyusun

perencanaan pembangunan desa wajib melibatkan lembaga kemasyarakatan desa.
2.4. Tujuan Perencanaan Pembangunan Desa :
1. Pedoman Penyusunan RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) Desa,
RKP (Rencana Kerja Pemerintah Desa).
2. Mem perkuat hak dan kewenangan serta mengoptimalkan sumber-sumber
kekayaan desa.
3. Mencerminkan keberpihakan Negara terhadap hak-hak desa untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Pembangunan

desa

mencakup

bidang


penyelenggaraan

pemerintah

desa,

pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa dan pemberdayaan
masyarakat desa.
Perencanaan pembangunan desa disusun secara berjangka yaitu :
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) untuk jangka waktu 6
(enam) tahun dan
Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut Rencana Kerja Pemerintah
Desa (RKP DESA), merupakan penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka waktu 1 (satu)
tahun.
2.5. Penyusunan RPJM DESA
Langkah-langkah Penyusunan RPJM Desa yaitu :

Agar perencanaan pembangunan desa terarah dan dapat menjadi pedoman bersama
seluruh desa di republic Indonesia, maka permendagri 114 tentang perencanaan desa

mengatur secara spesifik dalam proses dan langkah langkah penyusunan. Penyusunan
RPJM Desa meliputi:
1.

Pembentukan tim penyusun RPJM Desa.
Tim penyusun RPJM Desa merupakan tim yang dibentuk oleh kepala desa melalui

Surat keputusan Kepala Desa dengan struktur kepala desa sebagai Pembina, sekretaris desa
sebagai ketua dan ketua lembaga pemberdayaan sebagai sekretaris dengan anggota tokoh
masyarakat, kader pemberdayaan masyarakat serta wakil perempuan. Jumalh tim penyusun
ini paling sedikit 7 orang dan paling banyak 11 orang
2.

Penyelarasan arah kebijakan perencanaan pembangunan kabupaten/kota.
Penyelarasan arah kebijakan ini merupakan kegiatan untuk mengintegrasikan

perencanaan pembangunan kabupaten kota dengan desa. Dengan adanya penyelarasan
maka diharapkan perencanaan pembangunan kabupaten dan kota akan selaras dan kegiatan
pembangunan kabupaten kota dapat masuk ke dalam perencanaan pembangunan desa. Ini
diperlukan karena kegiatan pembangunan harus berdasar pada RPJM desa.
Penyelarasan pembangunan tersebut meliputi :
a. pembangunan jangka menengah daerah kabupaten/kota;
b. rencana strategis satuan kerja perangkat daerah;
c. rencana umum tata ruang wilayah kabupaten/kota;
d. rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten/kota; dan
e. rencana pembangunan kawasan perdesaan
3.

Pengkajian keadaan Desa.

Pengkajian keadaan Desa merupakan proses melihat secara obyektif kondisi desa
dengan melibatkan masyarakat yang dikoordinasikan oleh tim perumus. Dalam melakukan
pengkajian keadaan Desa menggunakan 3 alat kaji yaitu kalender musim, peta sosial desa
dan diagram kelembagaan.
Dalam kegiatan ini proses yang harus dilakukan adalah penyelarasan data desa,
penggalian gagasan dan penyusunan laporan hasil penggalian gagasan dari masyarakat.
Dalam proses penggalian gagasan dilakukan di setiap kelompok masyarakat, dusun,
RT, RW. Ini dilakukan untuk menggali kebutuhan masyarakat secara dalam sehingga
kebutuhan masyarakat dapat terekapitulasi dalam laporan Tim penyusun untuk dapat
dilaporkan kepada kepala desa dan selanjutnya dapat dijadikan bahan dalam musyawarah
Desa.
4.

Penyusunan rencana pembangunan Desa melalui musyawarah Desa;
Setelah dilakukan rekapitulasi dan disampaikan kepada kepala desa maka kepala

desa kemudian menyampaikan kepada BPD untuk dilakukan Pembahasan dalam
musyawarah Desa dengan menfokuskan pada arah pembangunan desa, prioritas
pembangunan desa yang dilakukan secara demokratis dan partisipatif
5.

Penyusunan rancangan RPJM Desa;
Hasil musyawarah desa kemudian disusun oleh tim perumus ke dalam format

penyusunan

rancangan

rencana

pembangunan

jangka

menengah

desa

dengan

memperhatikan hasil musyawarah desa dan hasilnya disampaikan ke kepala desa untuk
dapat diperiksa dan ditelita sebelum dilakukan musyawarah perenncanaan pembangunan
Desa (Musrenbangdes)
6.

Penyusunan

rencana

pembangunan Desa

pembangunan

Desa

melalui

musyawarah

perencanaan

Hasil dari penyusunan rancangan rencana pembangunan desa kemudian dibahas
melalui musrenbangdes dengan tujuan untuk menyusun Rencana Pembangunan jangka
menengah desa dan menyepakati secara bersam untuk dapat ditetapkan dalam Perdes
Rencana pembangunan Jangka Menengah desa
7. Penetapan RPJM Desa.
Setelah dilakukan Musrenbangdesa dan diperoleh kesepakatan secara bersama maka
tim penyusun kemudian melakukan revisi atas apa yang sudah dibahas dalam musyawarah
tersebut kemudian kepala desa membahas bersama raperdes tentang RPJM desa dengan
Badan permusyaratan desa untuk dijadikan peraturan desa
Langkah langkah perencanaan pembangunan desa tersebut mencerminkan bahwa
dalam proses perencanaan pembangunan merupakan inti dari pelaksanaan pembangunan
sehingga memerlukan proses yang panjang. Proses panjang ini memperlihatkan bahwa
kepala desa dalam mewujudkan visi dan misinya tidak bisa berjalan sendiri, akan tetapi
pelibatan masyarakat dalam proses penggalian gagasan sampai dengan penyusunan rencana
pembangunan jangka menengah desa merupakan upaya dalam mewujudkan visi misi
kepala desa dengan memperhatikan masyarakat sebagai subyek pembangunan. Dengan
demikian diharapkan pembangunan akan semakin dapat dirasakan oleh masyarakat karena
proses, pelaksanaan, evaluasi/pengawasan juga melibatkan masyarakat.

2.6. LANGKAH LANGKAH PENYUSUNAN RKP DESA
Sesuai dengan pedoman perencanaan pembangunan Desa maka langkah langkah dalam
penyusnan RKP desa adalah sebagai berikut :
a. penyusunan perencanaan pembangunan Desa melalui musyawarah Desa.
Penyusunan perencanaan pembangunan desa dilakukan melalui musyawarah desa
yang diselenggarakan Badan Permusyawaratan desa dengan Kepala desa untuk menyusun

rencana pembangunan desa. Hasil musyawarah desa tersebut kemudian menjadi pedoman
dalam penyusunan rencana Kerja pembangunan desa. Dalam musyawarah tersebut
dilakukan pencermatan ulang dokumen RPJM Desa, menyepakati hasil pencermatan ulang
dokumen RPJM Desa; dan membentuk tim verifikasi sesuai dengan jenis kegiatan dan
keahlian yang dibutuhkan.
b. Pembentukan tim penyusun RKP Desa.
Setelah dilakukan musyawarah perencanaan pembangunan desa maka dilakukan
pembentukan tim penyusun RKP desa. tim penyusun RKP desa merupakan tim yang
dibentuk oleh kepala desa melalui Surat keputusan Kepala Desa dengan struktur kepala
desa sebagai Pembina, sekretaris desa sebagai ketua dan ketua lembaga pemberdayaan
sebagai sekretaris dengan anggota tokoh masyarakat, kader pemberdayaan masyarakat
serta wakil perempuan. Jumalh tim penyusun ini paling sedikit 7 orang dan paling banyak
11 orang tugas dari tim penyusun adalah pencermatan pagu indikatif desa dan penyelarasan
program/kegiatan masuk ke desa, pencermatan ulang dokumen RPJM Desa, c. penyusunan
rancangan RKP Desa; dan, d. penyusunan rancangan daftar usulan RKP Desa.

c. Pencermatan pagu indikatif Desa dan penyelarasan program/kegiatan masuk
ke Desa
Tim penyusun RKP kemudian melakukan pencermatan terhadap pagu indikatif desa
dan melakukan penyelarasan program yang masuk ke desa meliputi rencana dana Desa
yang bersumber dari APBN, ADD, bagi hasil pajak dan restrbusi, rencana bantuan
keuangan dari anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi dan anggaran pendapatan
belanja daerah kabupaten/kota
d. Pencermatan ulang dokumen RPJM Desa.

Pencermatan atas Rencana Pembangunan jangka Menengah desa merupkan upaya
identifikasi untuk tahun anggaran berikutnya sebagai masukan dalan Penyusunan RKP
Desa
e. penyusunan rancangan RKP Desa.
Penyusunan Rancangan RKP desa harus berpedoman pada hasil kesepakatan
musyawarah Desa, pagu indikatif Desa,pendapatan asli Desa, rencana kegiatan Pemerintah,
pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota, jaring aspirasi
masyarakat yang dilakukan oleh DPRD kabupaten/kota, hasil pencermatan ulang dokumen
RPJM Desa, hasil kesepakatan kerjasama antar Desa; dan hasil kesepakatan kerjasama
Desa dengan pihak ketiga
f.

Penyusunan RKP Desa melalui musyawarah perencanaan pembangunan
Desa.
Hasil rancangan RKP desencana kerja Pembangunan desa dengan melibatkan

masyarakat dan pemangku kepentingan. Melakukan prioritas pembangunan dengan
mengevaluasi hasil perencanaan tahun sebelumnya. Hasil prioritas kemudian dijadikan
Rencana kerja pembangunan desa
g. Penetapan RKP Desa.
Setelah

disepakati

dalam

musrenbangdesa

maka

selanjutanya

dilakukan

pembenahan terhadap hasil musyawarah tersebut, kemudian kepala desa menyusun
raperdes RKP desa dan hasil pembahasan RKP menjadi lampiran Perdes.
h. Pengajuan daftar usulan RKP Desa.
Setelah dilakukan penetapan melalui perdes maka daftar usulan kemudian
diserahkan ke kecamatan sebagai bahan atau materi pembahasan dalam musrenbang
Kecamatan dan kabupaten. Hasil pembahasan kemudian diinformasikan untuk kegiatan
pembangunan tahun berikutnya.

2.7. Cara Meningkatkan Partisipasi Masyarakat
Untuk memotivasi masyarakat agar memiliki kemauan untuk berpartisipasi dalam
pembangunan, maka program pembangunan yang ditetapkan benar-benar menjamin bahwa
pembangunan harus meliputi :
Menguntungkan rakyat
Dapat dipahami oleh rakyat
Harus mengikutsertakan dalam pelaksanaannya
Dilaksanakan sesuai dengan yang dimaksud dan keinginan rakyat secara jujur, terbuka dan
dapat dipertanggungjawabkan.
Pada kondisi ini diperlukan pergeseran orientasi pemerintah dari commad and control
menjadi stimulator, fasilitator, coordinator, dan entrepreneur (wirausaha), untuk
membangkitkan kembali kemauan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Orientasi
pemerintah tersebut dilakukan melalui penyedian program-program pembangunan
termasuk didalamnya program pembangunan yang ditujukan bagi penyelesaian masalah
sosial seperti kemiskinan, yang dikembangkan dengan memadukan berbagai aspirasi yang
berkembang dimasyaraka. Melalui program-program semacam inilah diharapkan mampu
meningkatkan taraf hidup masyarakat.

2.7. Kendala yang dihadapi dalam perencanaan pembangunan desa
Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan Desa pada umumnya berada pada
masalah sturktural dan sosial budaya. Adapun masalah yang dihadapi dalam upaya
pembangunan desa yaitu :
a. Masalah Sosial Budaya
- Rendahnya tingkat pendidikan

- Minimnya sarana dan prasarana di pedesaan
- Terbatasnya lapangan pekerjaan di pedesaan
- Rendahnya Kesadaran Petani terhadap adopsi inovasi pertanian
b. Masalah Ekonomi
-

Keterbelakangan perekonomian

-

Tidak tersedianya permodalan untuk petani dan harga pupuk yang lumayan tinggi.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perencanaan pembangunan merupakan proses yang sangat penting dalam
pelaksanaan pembangunan, salah satu kunci keberhasilan tujuan pembangunan adalah
sejauh mana perencanaan pembangunan dilakukan. Dalam Undang-undang desa no 06
Tahun 2014 tentang desa sudah diharuskan dan menjadi persyaratan penerimaan dana desa
maka desa harus membuat perencanaan dalam bentuk Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa. RPJM desa ini merupakan penjabaran Visi Misi Kepala desa yang dalam
pelaksanaannya harus melibatkan masyarakat sebagai subyek pembangunan.

B. SARAN
Dengan perencanaan pembangunan desa semoga dapat menjadikan desa menjadi
lebih baik lagi, dan pembangunan selanjutnya semoga dapat melibatkan partisipasi
masyarakat karena dengan mengikutsertakan masyarakat akan menjadi wawasan dan
pengetahuan bagi masyarakat itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
Dr. Ir. Ali Hanapiah Muhi,MP Fenomena pembangunan desa. Institut
Pemerintahan Dalam Negeri, Jatinangor, Jawa Barat, 2011 (Ebook diakses 14
oktober 2012)
http://endanghas .wordpress.com/2010/01/06/masalah-ekonomi-sosial-budayadanfisik/(online).
http:tentangdesa.com/perencanaan-desa/
Permendagri Integrasi Pembangunan.
Undang-Undang Desa no 06 Tentang Desa
http://afpmidpwjatim.blogspot.co.id/2016/04perencanaan-pembangunandesa.html?=1
http:makalah-anaksilaraja.blogspot.co.id/2014/04/15-partisipasi-masyarakatdalam.html?m=1

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ORANG TUA MENIKAHKAN ANAK PEREMPUANYA PADA USIA DINI ( Studi Deskriptif di Desa Tempurejo, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember)

12 105 72

IbM Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Menuju Desa Mandiri Energi

25 108 26

IMPLEMENTASI PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT (Studi Deskriptif di Desa Tiris Kecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo)

21 177 22

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan manajemen mutu terpadu pada Galih Bakery,Ciledug,Tangerang,Banten

6 163 90