Pancasila sebagai dasar falsafah negara

Pada paper ini akan dibahas mengenai Pancasila sebagai dasar falsafah negara. Dimulai
dari pengertian filsafat itu sendiri yaitu suatu pemikiran yang dilakukan untuk mencapai sebuah
angan. Dan pengertian dari ideology yaitu suatu “believe system” pada sekelompok individu.
Akan dibahas seperti apa perbedaan serta hubungan diantara keduanya. Kemudian akan dibahas
mengenai Pancasila secara teoritis yaitu dasar negara. Jika sudah dibahas semua, maka
pembahasan akan mulai mengacu kepada pengertian Pancasila sebagai falsafah negara yaitu
suatu dasar yang menjadi pedoman bagi suatu negara.
Bahasan ini bersumber dari sebuah buku karya Prof. Notonagoro yang berjudul
Pancasila Dasar Falsafah Negara (Kumpulan tiga uraian pokok-pokok persoalan tentang
Pancasila). Di dalamnya dibahas mengenai Pancasila sebagai pengetahuan yang mempunyai tiga
unsur pokok, yaitu yang pertama mengenai sifat-sifat Pancasila itu sendiri, yang kedua mengenai
asal mula atau sebab-sebab terjadinya hal yang bersangkutan dengan Pancasila, dan yang ketiga
mengenai hal-hal yang dapat dipakai sebagai pedoman untuk memperhitungkan atau
memperkirakan apa yang akan terjadi. Bahasan didalamnya berasal dari kumpulan pidato para
tokoh-tokoh bangsa tentang Pncasila dari masa ke masa.
Selanjutnya dalam kesimpulan akan dirangkum bahwa Pancasila memang hanya
ada lima butir. Tapi setiap butirnya mengandung makna yang luas. Artinya, Pancasila bersifat
fleksibel. Atau dengan kata lain, ada kondisi dimana Pancasila menyesuaikan dengan kondisi
masyarakat dan ada kondisi dimana masyarakat menyesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila.
Pancasila punya pengaruh besar terhadap kelangsungan negara kita oleh karenya sangat pantas
sekali jika Pancasila dikatakan sebagai pedoman dasar negara kita yaitu falsafah negara

Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN
Pancasila sebuah kata yang tak asing ditelinga masyarakat, rakyat maupun pejabat
Indonesia. Pancasila sebagai sebuah ideologi serta falsafah dari negara kita, Indonesia. Sebagai
dasar Negara, Pancasila lahir berdasarkan nilai-nilai budaya yang terkandung sejak zaman nenek
moyang kita dahulu. Nilai-nilai tersebut lahir dan melekat secara tidak sengaja pada nenek
moyang kita. Baru saja kita lewati hari yang bersejarah bagi bangsa Indonesia yaitu hari
Pancasila. Sebelumnya, nama Pancasila itu terdiri dari Panca dan Sila. Nama Panca diusulkan
oleh Ir.Soekarno sedangkan nama Sila diusulkan oleh salah seorang ahli bahasa. Pancasila lahir
bukan ciptaan para pendahulu kita. Pancasila dirasakan sudah sempurna dan mencakup segala
aspek pada Bangsa Indonesia.
Dunia Internasional bahkan kagum dengan idiologi bangsa ini, hal ini terlihat ketika Pak
Karno menyampaikan tetang Idiologi bangsa Indonesia pada saat sidang PBB tahun 60-an.
Ketika itu pak Karno menyampaikan yang intinya sebuah negara akan runtuh nilai dan norma
idiologinya apabila rakyat maupun pejabat dari negara itu tidak memakai,melupakan dan
meninggalkan idiologi atau nilai-nilai luhur dari bangsanya dalam penyelenggaraan kehidupan
berbangsa maupun bernegara.
Dalam Buku Pancasila Dasar Falsafah Negara (Kumpulan tiga uraian pokok-pokok
persoalan tentang Pancasila) karya Prof. Dr. Mr. Drs. Notonagoro dijelaskan bahwa hasil dari
penelitian memberikan pengetahuan secara sistematis tentang Pancasila dalam pokok-pokok

persoalannya. Yang pertama mengenai sifat-sifat Pancasila itu sendiri, yang kedua mengenai asal
mula atau sebab-sebab terjadinya hal yang bersangkutan dengan Pancasila, dan yang ketiga
mengenai hal-hal yang dapat dipakai sebagai pedoman untuk memperhitungkan atau
memperkirakan apa yang akan terjadi.

Pancasila secara teoritis adalah sebuah pedoman atau dasar. Pedoman atau dasar yang
sudah melekat pada suatu hal akan menjadikannya sebuah ideologi atau dasar pemahaman. Tidak
hanya itu, ideologi sering diasumsikan sama seperti falsafah. Apakah benar jika falsafah sama
seperti ideology? Jika tidak, lalu apakah falsafah itu? Jika iya, apakah ada perbedaan yang
signifikan dari keduanya? Lalu manakah yang lebih penting dari sebuah negara yang mempunyai
ideologi atau falsafah?
BAB II PEMBAHASAN
Filsafat dari segi pengertian Etimologis adalah kebijaksanaa atau kearifan. Dari segi
praktis yaitu aktivitas manusia untuk merenungkan/memikirkan tentang segala sesuatu yang ada.
Tidak semua yang berpikir adalah berfilsafat, tapi berfilsafat berarti berpikir secara mendalam
tentang dasar atau hakikat segala sesuatu. Dan filfasat umumnya dapat diartikan sebagai suatu
sikap hidup dalam menghadapi masalah untuk ditinjau secara mendalam, dan metode berpikir
reflektif dengan logika. Jadi filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat untuk mencapai
kebenaran dengan tida kajian pokok, yaitu Logika, yakni apa yang disebut benar dan salah,
Etika, yakni mana yang dianggap baik dan buruk, dan Estetika, yakni apa yang dianggap indah

dan jelek. Manfaat dari filsafat adalah untuk mempertimbangkan dalam pengambilan keputusan,
karena setiap tindakan mempunyai konsekuensi yang akan mempengaruhi hidup sesama
manusia. Untuk itu dengan filsafat kita harus berbuat benar, baik, dan adil. Dan juga dengan
berfilsafat kita dapat mengurangi salah paham dan konflik dengan berpikir cara pandang orang
lain.
Ideologi merupakan cerminan cara berfikir orang atau masyarakat yang sekaligus
membentuk orang atau masyarakat itu menuju cita-citanya. Ideologi merupakan sesuatu yang
dihayati menjadi suatu keyakinan. Ideologi merupakan suatu pilihan yang jelas membawa
komitmen (keterikatan) untuk mewujudkannya. Semakin mendalam kesadaran ideologis
seseorang, maka akan semakin tinggi pula komitmennya untuk melaksanakannya. Komitmen itu
tercermin dalam sikap seseorang yang meyakini ideologinya sebagai ketentuan yang mengikat,
yang harus ditaati dalam kehidupannya, baik dalam kehidupan pribadi ataupun masyarakat.
Ideologi berintikan seperangkat nilai yang bersifat menyeluruh dan mendalam yang dimiliki dan
dipegang oleh seseorang atau suatu masyarakat sebagai wawasan atau pandangan hidup mereka.
Melalui rangkaian nilai itu mereka mengetahui bagaimana cara yang paling baik, yaitu secara
moral atau normatif dianggap benar dan adil, dalam bersikap dan bertingkah laku untuk
memelihara, mempertahankan, membangun kehidupan duniawi bersama dengan berbagai
dimensinya. Pengertian yang demikian itu juga dapat dikembangkan untuk masyarakat yang
lebih luas, yaitu masyarakat bangsa.
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari

Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan

dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Lima sendi
utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum
pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945. Meskipun terjadi
perubahan kandungan dan urutan lima sila Pancasila yang berlangsung dalam beberapa tahap
selama masa perumusan Pancasila pada tahun 1945, tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari
lahirnya Pancasila.
Pancasila sebagai Dasar Falsafah Negara artinya, pengertian filsafat sebagai subjek
dan Pancasila sebagai objeknya. Pancasila sebagai Dasar Negara, merupakan konsep filsafat
yang mencerminkan landasan dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Terbukti pada sila
pertama bahwa manusia memiliki harkat (kekuatan), martabat (harga), dan derajat (kedudukan)
sama dimata Tuhan yang keberadaannya memiliki faham sebagai satu bangsa, dengan itu
didalam kehidupan segala sesuatu masalah harus kita musyawarahkan untuk mencapai mufakat
(sepakat) Jadi Pancasila sebagai dasar falsafah negara merupakan hasil berpikir sedalamdalamnya dari bangsa Indonesia, yang dianggap, dipercaya, dan diyakini sebagai suatu kenyataan
yang paling benar, adil, baik, bijaksana, dan sesuai bagi bangsa Indonesia.
Sebagai alasan mengapa Pancasila harus dipandang sebagai satu kesatuan yang bulat dan
utuh ialah karena setiap sila dalam Pancasila tidak dapat diantitesiskan satu sama lain. Prof.

Notonagoro melukiskan sifat hirarkis-piramidal Pancasila dengan menempatkan sila “Ketuhanan
Yang Maha esa” sebagai basis bentuk piramid Pancasila. Dengan demikian keempat sila yang
lain haruslah dijiwai oleh sila “Ketuhanan Yang Mahaesa”. Secara tegas, Dr. Hamka
mengatakan: “Tiap-tiap orang beragama atau percaya pada Tuhan Yang Maha Esa, Pancasila
bukanlah sesuatu yang perlu dibicarakan lagi, karena sila yang 4 dari Pancasila sebenarnya
hanyalah akibat saja dari sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.”
Dalam Buku Prof. Natanegoro yang menjadi referensi saya terdapat pidato Ir. Soekarno
yang isinya “Ya, … benar Pancasila itu resmi menjadi dasarnya falsafah Negara Republik
Indonesia, sebagai tercantum dalam Mukaddimah Undang-undang Dasarnya, tetapi saya
menganggap Pancasila itu telah lama tergurat pada jiwa bangsa Indonesia. Sebagaimana tiap-tiap
individu mempunyai watak sendiri dan pembawaan-pembawaan sendiri, maka tiap-tiap
bangsapun mempunyai watak sendiri dan pembawaan-pembawaan sendiri. Bangsa Indonesia
ialah satu bangsa yang toon-lagunya menurut pendapatku ialah Pancasila.” Kalimat pidato
tersebut sangat jelas bahwa Pancasila tidak hanya menjadi falsafah negara tapi sudah menjadi
sebuah watak serta pembawaan yang menjadi dasar dalam falsafah itu sendiri. Pancasila sudah
menjadi sebuah identitas bagi negara kita.
Melanjutkan isi pidato dari Ir. Soekarno tadi, ada pidato beliau lainnya yang berkaitan
dan sudah ditafsirkan secara ilmiah, “ sesuai dengan adanya tingkat-tingkat pengetahuan tadi,
maka dimana didalam rumusan pokok-pokok pikiran sosialisme Indonesia dikatakan, bahwa
Sosialisme Indonesia dan Pancasila sebagai dasarnya, kedua-duanya merupakan ajaran, dapat

dilanjutkan bahwa seharusnya ada dan oleh karena itu perlu disusun ajaran ilmiah, suatu teori,
suatu filsafat sosialisme Indonesia berdasarkan suatu ajaran ilmiah, suatu teori filsafat
Pancasila.”. Maksudnya adalah bahwa Pancasila sebagai dasar falsafah negara perlu ditekankan
dari sebuah ideology itu sendiri. Antara filsafat dan ideology, keduanya sama penting hanya saja
filsafat atau falsafah lah yang lebih sesuai memposisikan Pancasila di negara kita.
BAB III PENUTUP

Kita sudah membahas apa itu Pancasila. Seperti apa pancasila memainkan perannya
sebagai falsafah Negara. Dari referensi buku yang saya sebutkan tadi memang belum cukup
untuk menjelaskan sejauh mana Pancasila dapat menjadi falsafah bagi kita semua. Tapi perlu
digarisbawahi bahwa dengan adanya Pancasila, kita punya suatu pedoman yang menimbulkan
keseragaman antara satu sama lain. Bangsa kita adalah bangsa yang kaya, apa saja kita punya
(secara teoritis). Oleh karena itu harus kita jaga semua kekayaan milik kita. Dengan apa? Dengan
mengamalkan Pancasila sesuai amalannya.
Dari buku Prof. Notonagoro yang menjadi satu-satunya refernsi nyata saya, kita
dijelaskan bagaimana Pancasila menjadi falsafah negara dari kumpulan-kumpulan pidato yang
beliau satukan menjadi sebuah kesimpulan yang merupakan judul dari buku itu sendiri. Buku ini
menjelaskan bahwa Pancasila sudah menjadi suatu pedoman sejak dilahirkan. Banyak sekali para
tokoh yang berharap bahwa keberadaan Pancasila sebagai falsafah negara masih bisa
direalisasikan hingga saat ini. Begitu juga dengan kita.

Dalam Pembahasan kita juga sudah membahas apa itu falsafah atau filsafat. Filsafat
adalah aktivitas manusia untuk merenungkan/memikirkan tentang segala sesuatu yang ada.
Sedangkan Ideologi merupakan suatu “belief system”dank arena itu berada dengan ilmu ,filsafat
maupun theology yang secara formal merupaka suatu “knowledge system”yang bersifat
relekti,sistematis da kritis (pransrka 1985). Perbedaan keduanya adalah jika filsafat bersifat
mencari suatu kebenaran melalui berangan-angan maka ideologi bersifat angan-angan atau masih
suatu cita-cita yang belum tercapai. Dan persamaan keduanya adalah sama-sama suatu pemikiran
atau khayalan yang menghasilkan sebuah pengharapan lebih atas sesuatu dan butuh perjuangan
yang sesuai untuk mencapainya. Keduanya sama penting bagi negara kita, hanya saja filsafat
lebih sesuai menggambarkan kedudukan Pancasila di negara kita. Tapi keduanya masih diakui
sampai saat ini di negara kita sebagai suatu hal yang mendasar.
Pancasila sendiri adalah rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi
seluruh rakyat Indonesia. Jadi dapat dikatakan bahwa Pancasila sebagai dasar falsafah negara
adalah pengertian filsafat sebagai subjek dan Pancasila sebagai objeknya. Pancasila sebagai
Dasar Negara, merupakan konsep filsafat yang mencerminkan landasan dan pandangan hidup
bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Notonagoro. 1983. Pancasila Dasar Falsafah Negara (Kumpulan tiga uraian pokok-pokok
persoalan tentang Pancasila). Jakarta : PT. Bina Aksara.
http://junaidipiscesguru.blogspot.com/2010/12/pancasila-sebagai-falsafah-negara.html

http://danidaneh.wordpress.com/tag/falsafah-pancasila-sebagai-dasar-negara/