PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER BAGI ANAK
PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER BAGI ANAK
Oleh:
Nissa Maulida Rahmah
1815152412
Tulisan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah Bahasa Sebagai Sarana Komunikasi Ilmiah
Dosen: Drs. Fahrurrozi, M.Pd.
KELAS 5.E 2015
PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
JULI 2018
PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER BAGI ANAK
Di zaman modern ini seseorang tentu membutuhkan pengendali yang kuat
agar ia mampu memilih dan memilah niai-nilai yang banyak sekali
ditawarkan kepadanya. Jalan yang paling baik untuk dapat membangun
seseorang, masyarakat, negara, dan dunia yaitu tidak lain adalah
pendidikan.
Secara sederhana, beberapa fokus ppendidikan ada 3 yaitu membangun
pengetahuan, membangun keterampilan,(skill), dan membangun karakter.
Dari ketiga hal tersebut, membangun karakter merupakan salah satu hal
yang paling difokuskan.
1
Pendidikan di Indonesia ini sudah cukup berhasil dalam membangun
pengetahuan (sains dan teknologi), cukup berhasil juga dalam membangun
keterampilan, namun sayangnya belum optimal dalam membangun sebuah
karakter dalam diri anak.
Dalam hal pendidikan karakter yang sudah dibangun selama ini sejatinya
perlu penguatan dari sisi ideologi kebangsaan dan kesantunan sehingga
pendidikan dapat melahirkan warga negara yang berilmu, kokoh secara
ideologi dan juga mempunyai kesantunan.
Pembangunan karakter belum maksimal dalam pendidikan kita karena
pembangunan karakter itu belum pernah dijadikan fokus dalam pendidikan
kita. Pendidikan karakter selalu ada sejak UU yang pertama secara
tersamar, dan merupakan bagian dari pendidikan agama dan pendidikan
kewarganegaraan (PKn) tetapi pendidikan karakter itu tidak dijadikan salah
satu fokus pendidikan nasional.
A. Apa saja yang menjadi permasalahan dalam pendidikan di
Indonesia?
Suyanto, 2010. Pendidikan Karakter Teori & Aplikasi. Rineka Cipta.
Jakarta. Halaman 34
1
Beberapa masalah pendidikan yang sedang terjadi di negara kita
akhir-akhir ini yaitu terlihat banyaknya tawuran pelajar, budaya
hedonisme, pergaulan a-susila dikalangan pelajar dan mahasiswa,
banyak cendikiawan yang berminat tinggi terhadap kehidupan nonscience seperti mempelajari ilmu sihir, black magic, dll. Fenomenafenomena tersebut diperparah dengan banyaknya kaum pelajar yang
menganut budaya barat yang tentu tidak sesuai dengan nilai-nilai
budaya di Indonesia.
Perilaku yang sedemikian banyak tersebut, memunculkan pribadi
yang terbelah (Split personalities). Lebih banyak ilmu dengan tipisnya
kepercayaan keyakinan agama (too much science too little faith),
berkembangnya paham nihilisme budaya senang-senang (culture
contenment)
Pada hakikatnya semua perilaku a-moral tersebut ada karena lepas
kendali dari nilai-nilai agama dan menyimpang jauh terbawa arus
deras keluar dari alur budaya luhur bangsa. Kondisi seperti itu telah
memberikan penilaian buruk terhadap dunia pendidikan pada
umumnya.
Kenakalan remaja lebih banyak disebabkan oleh rusaknya sistem,
pola an politik pendidikan. Kerusakan diperparah oleh hilangnya tokoh
panutan, berkembangnya kejahatan orang tua, luputnya tanggung
jawab
institusi
lingkungan
masyarakat,
impotensi
dikalanganpemangku adat, hilangnya wibawa ulama, bergesernya
fungsi lembaga pendidikan menjadi lembaga bisnis dan profesi guru
dilecehkan.
Pergesaran budaya dengan mengabaikan nilai-nilai budaya dan
agama atau pengamatan nilai-nilai tidak komprehensif dan sistematik,
melahirkan tatanan hidup masyarakat pengidap penyakit sosial kronis
dengan kegemaran berkorupsi.
Lembaga pendidikan sebagai mesin sosial bertujuan menggerakkan
segala dimensi kehidupan kemanusiaan disegala sektor, sosial,
ekonomi, budaya, ilmu pengetahuan, teknologi, politik dan agama.
Lembaga-lembaga (institusi) dituntut adil, demokratis, persamaan dan
usaha ilmiah sistematis yang mampu merumuskan epistemologi dan
aksiologi dengan memberikan penekanan kepada:
1. Rumusan ulang kiblat (arah) , acuan orientasi pengembangan
pendidikan agama.
2. Revitalisasi pendidikan agama, diajarkan oleh seluruh komponen
masyarakat, muatan pendidikan agama terlihat pada seluruh mata
pelajaran memaparkan apa adanya dan membimbing kepada
yang seharusnya.
3. Kewajiban perguruan tinggi memikul beban moral intelektual
sebagai bangsa
4. Buku dasar pegangan mesti memiliki kesamaan visi dan misi yang
mengacu pada platform yang sama.
5. Tujuan pendidikan yang akan dikembangkan adalah pendidikan
akhlak, budi pekerti.
B. Pemahaman Mengenai Pendidikan Karakter
Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah
“bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas,
sifat,
tabiat,
tempramen,
watak”.
Adapun
berkarakter
adalah
berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak.”
Menurut Tadkiroatun Musfiroh (UNY, 2008), karakter mengacu
kepada serangkaian sikap (attitude), perilaku (behavior), motivasi
(motivation) dan keterampilan (skill).
Menurut Wyne (1991), kata karakter berasal dari bahasa Yunani yang
berarti “to mark” (menandai) dan memfokuskan pada bagaimana
mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah
laku.
Berkowitz (1998) menyatakan bahwa kebiasaan berbuat baik tidak
selalu menjamin bahwa manusia yang telah terbiasa tersebut secara
sadar (cogniton) menghargai pentingnya nilai karakter (valuing).
Karena mungkin sjaa perbuatannya tersebut dilandasi oleh rasa takut
untuk berbuat salah, bukan karena tingginya penghargaan akan nilai
tersebut.
Menurut Lickona pendidikan karakter yang baik dengan demikian
harus melibatkan bukan saja aspek “knowing the good” (moral
knowing), tetapi juga “desiring the good” atau “loving the good” (moral
feeling) dan “acting the good” (moral action). Tanpa hal tersebut
semua manusia akan sama seperti robot yang terindoktrinasi oleh
sebuah paham.
Menurut T. Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan
makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak.
Tujuannya adalah membentuk pribadi anak supaya menjadi manusia
yang baik, serta menjadi warga masyarakat dan warga negara yang
baik.
Berdasarkan pembahasan diatas dapat ditegaskan bahwa pendidikan
karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan
secara sistematis untuk mmebantu peserta didik memahami nilai-nilai
perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam
pikiranm sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan
norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.
C. Bagaimana Konsep Pribadi Berkarakter?
Pendidikan karakter telah mengadopsi sembilan dari sifat yang paling
populer. Sembilan sifat ini bukan ciri-ciri yang tepat untuk diadopsi
oleh semua sistem sekolah. Namun ciri-ciri yang paling utama dan
nilai-nilai yang digunakan dalam pendidikan karakter adalah sama
atau terkait dengan karakter ini.
Berikut
ciri-ciri
peniddikan
Sifat Karakter
berkarakter:
Sifat Terkait
Kejujuran
Sejati, loyalitas, integritas
Tanggung jawab
Ketergantungan, keandalan
Ketekunan
Ketekunan, kesabaran
Merawat
Kebaikan,
baik,
kedermawanan,
keceriaan,
charity, kegunaan
Kewarganegaraan
Patriotisme, sportif
Menghormati
Self-respect, menghormati
Keadilan
Toleransi
Displin diri
Cukup pengawasan
Integritas
Kejujuran, sejati, kepercayaan
Patriotisme
Kewarganegaan,
pengabdian,
tanggung jawab
Keberanian
Ketabahan, penentuan
Langkah-langkah pembentukan karakter menurut Najib Sulhan
(2010:20) adalah sebagai berikut:
1. Memasukkan konsep karakter pada setiap pembelajaran dengan
cara:
Menanamkan nilai kebaikan pada anak (knowing the good)
Menggunakan cara yang membuat anak memiliki alasan
atau keinginan untuk berbuat baik (desiring the good).
Memberikan beberapa contoh kepada anak mengenai
karakter yang sedang dibangun. Misalnya seperti melalui
cerita dengan tokoh-tokoh yang mudah dipahami siswa.
Mengembangkan sikap mencintai perbuatan baik (loving
the good). Pemberian penghargaan kepada anak yang
membiasakan melakukan kebaikan. Anak yang melakukan
pelanggaran diberi hukuman yang mendidik.
Melakukan
perbuatan
Pengaplikasian
karakter
baik
dalam
(acting
proses
the
good).
pembelajaran
selama di sekolah.
2. Membuat slogan yang mampu menumbuhkan kebiasaan baik
dalam segala tingkah laku masyarakat sekolah.
3. Pemantauan secara continue. Merupakan pemantauan secara
terus-menerus yang berwujud dari pelaksanaan pembangunan
karakter.
4. Penilaian orangtua memiliki yang besar dalam membangun
karakter anak. Waktu anak di rumah lebih banyak dibandingkan di
sekolah. Rumah adalah tempat pertama anak berkomunikasi dan
bersosialisasi dengan lingkungannya.
D. Bagaimana Peran Keluarga, Guru, dan Lingkungan dalam
membangun Pendidikan Karakter Anak?
Peran Keluarga
Keluarga merupakan temoat pertama dan utama bagi pendidikan
karakter anak. Apabila keluarga gagal melakukan pendiidkan
karakter pada anak-anaknya, maka akan sulit bagi institusi-institusi
lain diluar keluarga (termasuk sekolah) untuk memperbaikinya.
Keberhasilan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai kebajikan
(karakter) pada anak sangat tergantung pada jenis pola asuh yang
diterapkan orangtua anaknya. Pola asuh dapat didefinisikan
sebagai pola interaksi antara anak dengan orangtua yang meliputi
pemenuhan kebutuhan fisik (seperti makan, minum, kasih sayang,
dan lain-lain), serta sosialisasi norma-norma yang berlaku di
masyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya.
Dengan kata lain, pola asuh juga meliputi pola interaksi orangtua
dengan anak dalam rangka membangun pendidikan karakter
anak.
Peran Guru
Kualitas seorang guru dapat diukur dari segi moralitas,
bijaksana, sabar, dan menguasai bahan pelajaran ketika
beradaptasi dengan siswa. Dalam karakter pendidikan guru
penting sekali dikembangakn nilai-nilai etika dan estetika inti
seperti kepedulian, kejujuran, keadilan, tanggung jawab dan
rasa hormat terhadap diri dan orang lain bersama dengan nilainilai kinerja pendukungnya seperti ketekunan, etos kerja yang
tinggi dan kegigihan sebagai basis karakter yang baik. Guru
harus berkomitmen untuk mengembangkan karakter peserta
didik
berdasarkan
nilai-nilai
yang
dimaksud
serta
mendefinisikannya dalam bentuk perilaku yang dapat diamati
dalam kehidupan sekolah sehari-hari. Yang terpenting adalah
semua komponen sekolah bertanggung jawab terhadap
standar-standar perilaku yang konsisten sesuai dengan nilainilai inti.
Peran lingkungan
Lingkungan masyarakat, para pemimpin, pembuat kebijakan,
pemegang otoritas di masyarakat, orang tua harus menadi role
model yang baik dalam menanamkan karakter yang baik
kepada anaknya. Berbagai perilaku ambigu dan inkonsistensi
yang diperlihatkan dalam masyarakat akan memberi kontribusi
yang buruk yang secara signifikan dapat melemahkan karakter
siswa.
E. 2Bagaimana Pendidikan Karakter di Sekolah?
a. Urgensi Pendidikan Karakter di Sekolah
Menurut William Bennett (1991) sekolah memiliki peran yang amat
penting dalam pendidikan karakter anak, terutama jika anak-anak
tidak mendapatkan pendidikan karakter di rumah. Di Indonesia,
dimana agama diajarkan di sekolah-sekolah negeri, namun seperti
yang terlihat dari kurikulum pendidikan agama, tampaknya agama
lebih mengajarkan pada dasar-dasar agama, sementara akhlak
atau kandungan nilai-nilai dalam kebaikan belum sepenuhnya
disampaikan. Dilihat dari metode pendidikan pun tampaknya
terjadi kelemahan karena metode pendidikan yang disampaikan
dikonsenterasikan atau terpusat pada pendekatan kognitif, yaitu
hanya mewajibkan siswa didik untuk mengetahui dan menghafal
konsep dan kebenaran tanpa menyentuh perasaan, emosi, dan
nuraninya. Selain itu tidak dilakukan praktek perilaku dan
penerapan nilai kebaikan dan akhlak mulia dalam kehidupan di
sekolah, hal ini merupakan kesalahan metodologis dalam
pengajaran moral bagi manusia.
b. Dalam pengimplementasiannya di kelas, pendidikan karakter
bisa dikembangkan melalui point-point berikut:
1. Cinta Tuhan dan kebenaran
2
Amri, dkk. 2011. Impementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran.
Prestasi Pustaka Raya. Jakarta. Halaman 26
2. Tanggung jawab, kedisiplinan, dan kemandirian
3. Amanah
4. Hormat dan santun
5. Kasih sayang, kepedulian, dan kerjasama
6. Percaya diri, kreatif, dan pantang menyerah
7. Keadilan dan kepemimpinan
8. Baik dan rendah hati
9. Toleransi dan cinta damai
c. Karakter Utama dalam pendidikan Karakter di Sekolah
Untuk
membangun
pendidikan
karakter
yang
kuat,
harus
memperhatikan delapan karakter utama pendidikan karakter di
sekolah, yakni:
Courage. Keberanian/Keteguhan Hati : Memiliki keingiinan
untuk berbuat yang benar meskipun yang lain tidak.
Good judgment. Pertimbangan yang Baik: Memilih tujuan hidup
yang baik dan membuat prioritas yang sesuai , berfikir sampai
pada
konsenkuensi
dari
setiap
aksi,
dan
memutuskan
berdasarkan pada kebijaksanaan dan pendirian yang baik.
Integrity. Integritas: memiliki kekuatan dalam untuk jujur, dapat
dipercaya, dan berkata benar dalam segala hal.
Kindness. Kebaikan hati: perhatian, sopan, membantu, dan
memahami orang lain, dan sebagainya.
Perseverance. Ketekunan: tekun mengejar tujuan hidup
meskipun dihalangi kesulitan, perlawanan, atau keputusasaan.
Memeprlihatkan kesabaran dan keinginan untuk mencoba lagi
meskipun ada keterlambatan, keslaahan, atau kegagalan.
Respect. Penghargaan: memperlihatkan penghargaan pada
wewenang, baik pada orang lain, diri sendiri, untuk barang milik
dan untuk Negara.
Responsibility. Tanggung jawab: bebas dalam menjalankan
kewajiban dan tugas, menunjukkann dapat diandalkan dan
konsisten dalam perkataan dan perbuatan, dapat dipercaya
dakam setiap kegiatan, dan komitmen untuk aktif terlibat di
lingkungan.
Self-Discipline. Disiplin diri: memperlihatkan kerja keras dan
komitmen pada tujuan, mengatur diri untuk perbaikan diri dan
juga menghindari perilaku tidak baik, dapat mengendalikan
kata-kata, aksi, reaksi, dan juga keinginan.
d. Strategi Implementasi Pendidikan Karakter
Strategi implementasi pendidikan karakter sangat beragam dan
mencakup:
(1) Sosialisasi
Tujuan sosialisasi adalah untuk membentuk kesadaran kolektif
tentang pentingnya pendidikan karakter pada lingkup nasional.
Sosiakisasi juga bertujuan untuk melakukan gerakan kolektif
dan pencanangan pendidikan karakter untuk semua.
(2) Pengembangan regulasi
Fungsi regulasi diperlukan untuk memberikan payung hukum
yang kuat bagi implementasi pendidikan karakter secara
nasional dalam lingkungan Unit Utama Kementrian Pendidikan
Nasional.
(3) Pengembangan kapasitas
Pengembangan kapasitas bertujuan untuk meningkatkan peran
dan fungsi organisasi, sistem
dan perorangan dalam
pelaksanaan pendidkkan karakter di lingkungan Unir Utama
Kemnetrian Pendidikan Nasional.
(4) Implementasi dan kerjasama
Tujuan strategi ini adalah untuk mensinergikan berbagai hal
yang terkait dengan pelaksanaan pendidikan karakter di
lingkup tugas pokok, fungsi dan sasaran Unit Utama
Kementrian Pendidikan Nasional.
(5) Monitoring dan evaluasi
Strategi monitoring dan evaluasi dilakukan untuk mengontrol,
mengendalikan pelaksanaan pendidikan karakter di lingkungan
Unit Utama Kementrian Pendidikan Nasional.
e. Implementasi Pendidikan Karakter
Monitoring
dan
evaluasi
secara
umum
diarahkan
untuk
mengetahui keefektifan pelaksanaan program pendidikan karakter
secara periodik setiap tahun dan lima tahunan.
Monitoring
dan
evaluasi
secara
khusu
bertujuan
untuk
mengidentifikasi:
1) Adanya berbagai penyimpangan dalam proses pendidikan
karakter. Selanjutnya hal tersebut dijadikan umpan balik untuk
perbaikan dalam perencanaan, pelaksanaan dan sistem
evaluasi.
2) Tingkat pencapaian kinerja sesuai dengan indikator kinerja
kunci yang ditetapkan oleh setiap unit kerja.
Beberapa kriteria yang dapat dijadikan tolak ukur dasar
penilaian keberhasilan pendidikan karakter mencakup hal-hal
sebagai berikut:
1. Meningkatnya
kesadaran
(secara
kualitatif)
akan
pentingnya pendidkan karakter di lingkungan peserta didik,
pendidik dan tenaga pendidikan
2. Meningkatnya kejujuran peserta didik, pendidik dan tenaga
kependidikan
3. Meningkatnya rasa tanggung jawab peserta didik, pendidik
dan tenaga kependidikan
4. Meningkatnya kecerdasan peserta didik, pendidik, dan
tenaga kependidikan
5. Meningkatnya kreativitas peserta didik, pendidik dan tenaga
keoendidikan
6. Meningkatnya kepedulian peserta didik, pendidik dan
tenaga kependidikan
7. Meningkatnya kegotong-royongan peserta didik, pendidik
dan tenaga kependidikan
8. Meningkatnya
kebersihan,
kesehatan
dan
kebugaran
peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan
9. Jumlah satuan pendidikan formal dan non formal (kelompok
belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat/PKBM, kursus,
majelis taklim) yang telah mengimplementasikan program
pendidikan karakter menurut kabupaten/kota dan provinsi
10. Jumlah mata pelajaran/ kuliah yang telah mengintegrasikan
pendidikan karakter di satuan pendidikan
11. Jumlah
satuan pendidikan yang
menerapkan sistem
penilaian yang memasukkan komponen karakter
12. Jumlah perpustakaan, taman bacaan atau sejenisnta yang
mengaplikasikan pendidikan karakter
13. Jumlah peserta didik yang telah memperoleh pembelajaran
berkaitan dengan pendidikan karakter (seperti pendidkkan
akhlak mulia di satuan pendidikan formal atau wawasan
kebangsaan dan cinta tanah air di satuan pendidikan
nonformal)
14. Meningkatnya perilaku santun yang mencerminkan etika
hidup di dalam kehidupan masyarakat sehar-hari
15. Menurunnya tingkat kenakalan remaja dan pemuda (seperti
tawuran pelajar/ mahasiswa, pergaulan bebas, pelecehan
seksual. Pemelakan dan penyalahgunaan narkoba) secara
kualitatif
16. Meningkatnya ketertiban dan kedisiplinan peserta didik,
pendidik dan tenaga kependidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Amri, dkk. 2011. Impementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran.
Prestasi Pustaka Raya. Jakarta
Suyanto, 2010. Pendidikan Karakter Teori & Aplikasi. Rineka Cipta. Jakarta.
Zuriah, Nurul, 2007. Pendidikan Moral& Budi Pekerti Dalam Perspektif
Perubahan. Bumi Aksara. Jakarta.
Rusyan, Tabrani, 20117. Menjadi Guru Berdisiplin. Nabil Sukses Mandiri.
Tegal.
Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta.
Jakarta.
Kemendiknas. 2010. Pembinaan Pendidikan Karakterdi sekolah Menengah
Pertama. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar,
Jakarta: PT Rineka Cipta
https://eric.ed.gov/?q=character+education+for+child&id=EJ1055322
https://eric.ed.gov/?q=character+education+for+child&id=EJ1145975
https://doaj.org/article/014b5eb2d19845939979246910135e74
https://media.neliti.com/media/.../122343-ID-mengapa-pendidikankarakter.pdf
https://media.neliti.com/.../122042-ID-implementasi-pendidikan-karakterdalam-p.pdf
digilib.uinsby.ac.id/1529/5/Bab%202.pdf
https://journal.uny.ac.id/index.php/jpka
http://www.charactered.net. Apa itu Pendidikan Karakter?
Oleh:
Nissa Maulida Rahmah
1815152412
Tulisan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah Bahasa Sebagai Sarana Komunikasi Ilmiah
Dosen: Drs. Fahrurrozi, M.Pd.
KELAS 5.E 2015
PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
JULI 2018
PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER BAGI ANAK
Di zaman modern ini seseorang tentu membutuhkan pengendali yang kuat
agar ia mampu memilih dan memilah niai-nilai yang banyak sekali
ditawarkan kepadanya. Jalan yang paling baik untuk dapat membangun
seseorang, masyarakat, negara, dan dunia yaitu tidak lain adalah
pendidikan.
Secara sederhana, beberapa fokus ppendidikan ada 3 yaitu membangun
pengetahuan, membangun keterampilan,(skill), dan membangun karakter.
Dari ketiga hal tersebut, membangun karakter merupakan salah satu hal
yang paling difokuskan.
1
Pendidikan di Indonesia ini sudah cukup berhasil dalam membangun
pengetahuan (sains dan teknologi), cukup berhasil juga dalam membangun
keterampilan, namun sayangnya belum optimal dalam membangun sebuah
karakter dalam diri anak.
Dalam hal pendidikan karakter yang sudah dibangun selama ini sejatinya
perlu penguatan dari sisi ideologi kebangsaan dan kesantunan sehingga
pendidikan dapat melahirkan warga negara yang berilmu, kokoh secara
ideologi dan juga mempunyai kesantunan.
Pembangunan karakter belum maksimal dalam pendidikan kita karena
pembangunan karakter itu belum pernah dijadikan fokus dalam pendidikan
kita. Pendidikan karakter selalu ada sejak UU yang pertama secara
tersamar, dan merupakan bagian dari pendidikan agama dan pendidikan
kewarganegaraan (PKn) tetapi pendidikan karakter itu tidak dijadikan salah
satu fokus pendidikan nasional.
A. Apa saja yang menjadi permasalahan dalam pendidikan di
Indonesia?
Suyanto, 2010. Pendidikan Karakter Teori & Aplikasi. Rineka Cipta.
Jakarta. Halaman 34
1
Beberapa masalah pendidikan yang sedang terjadi di negara kita
akhir-akhir ini yaitu terlihat banyaknya tawuran pelajar, budaya
hedonisme, pergaulan a-susila dikalangan pelajar dan mahasiswa,
banyak cendikiawan yang berminat tinggi terhadap kehidupan nonscience seperti mempelajari ilmu sihir, black magic, dll. Fenomenafenomena tersebut diperparah dengan banyaknya kaum pelajar yang
menganut budaya barat yang tentu tidak sesuai dengan nilai-nilai
budaya di Indonesia.
Perilaku yang sedemikian banyak tersebut, memunculkan pribadi
yang terbelah (Split personalities). Lebih banyak ilmu dengan tipisnya
kepercayaan keyakinan agama (too much science too little faith),
berkembangnya paham nihilisme budaya senang-senang (culture
contenment)
Pada hakikatnya semua perilaku a-moral tersebut ada karena lepas
kendali dari nilai-nilai agama dan menyimpang jauh terbawa arus
deras keluar dari alur budaya luhur bangsa. Kondisi seperti itu telah
memberikan penilaian buruk terhadap dunia pendidikan pada
umumnya.
Kenakalan remaja lebih banyak disebabkan oleh rusaknya sistem,
pola an politik pendidikan. Kerusakan diperparah oleh hilangnya tokoh
panutan, berkembangnya kejahatan orang tua, luputnya tanggung
jawab
institusi
lingkungan
masyarakat,
impotensi
dikalanganpemangku adat, hilangnya wibawa ulama, bergesernya
fungsi lembaga pendidikan menjadi lembaga bisnis dan profesi guru
dilecehkan.
Pergesaran budaya dengan mengabaikan nilai-nilai budaya dan
agama atau pengamatan nilai-nilai tidak komprehensif dan sistematik,
melahirkan tatanan hidup masyarakat pengidap penyakit sosial kronis
dengan kegemaran berkorupsi.
Lembaga pendidikan sebagai mesin sosial bertujuan menggerakkan
segala dimensi kehidupan kemanusiaan disegala sektor, sosial,
ekonomi, budaya, ilmu pengetahuan, teknologi, politik dan agama.
Lembaga-lembaga (institusi) dituntut adil, demokratis, persamaan dan
usaha ilmiah sistematis yang mampu merumuskan epistemologi dan
aksiologi dengan memberikan penekanan kepada:
1. Rumusan ulang kiblat (arah) , acuan orientasi pengembangan
pendidikan agama.
2. Revitalisasi pendidikan agama, diajarkan oleh seluruh komponen
masyarakat, muatan pendidikan agama terlihat pada seluruh mata
pelajaran memaparkan apa adanya dan membimbing kepada
yang seharusnya.
3. Kewajiban perguruan tinggi memikul beban moral intelektual
sebagai bangsa
4. Buku dasar pegangan mesti memiliki kesamaan visi dan misi yang
mengacu pada platform yang sama.
5. Tujuan pendidikan yang akan dikembangkan adalah pendidikan
akhlak, budi pekerti.
B. Pemahaman Mengenai Pendidikan Karakter
Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah
“bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas,
sifat,
tabiat,
tempramen,
watak”.
Adapun
berkarakter
adalah
berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak.”
Menurut Tadkiroatun Musfiroh (UNY, 2008), karakter mengacu
kepada serangkaian sikap (attitude), perilaku (behavior), motivasi
(motivation) dan keterampilan (skill).
Menurut Wyne (1991), kata karakter berasal dari bahasa Yunani yang
berarti “to mark” (menandai) dan memfokuskan pada bagaimana
mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah
laku.
Berkowitz (1998) menyatakan bahwa kebiasaan berbuat baik tidak
selalu menjamin bahwa manusia yang telah terbiasa tersebut secara
sadar (cogniton) menghargai pentingnya nilai karakter (valuing).
Karena mungkin sjaa perbuatannya tersebut dilandasi oleh rasa takut
untuk berbuat salah, bukan karena tingginya penghargaan akan nilai
tersebut.
Menurut Lickona pendidikan karakter yang baik dengan demikian
harus melibatkan bukan saja aspek “knowing the good” (moral
knowing), tetapi juga “desiring the good” atau “loving the good” (moral
feeling) dan “acting the good” (moral action). Tanpa hal tersebut
semua manusia akan sama seperti robot yang terindoktrinasi oleh
sebuah paham.
Menurut T. Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan
makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak.
Tujuannya adalah membentuk pribadi anak supaya menjadi manusia
yang baik, serta menjadi warga masyarakat dan warga negara yang
baik.
Berdasarkan pembahasan diatas dapat ditegaskan bahwa pendidikan
karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan
secara sistematis untuk mmebantu peserta didik memahami nilai-nilai
perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam
pikiranm sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan
norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.
C. Bagaimana Konsep Pribadi Berkarakter?
Pendidikan karakter telah mengadopsi sembilan dari sifat yang paling
populer. Sembilan sifat ini bukan ciri-ciri yang tepat untuk diadopsi
oleh semua sistem sekolah. Namun ciri-ciri yang paling utama dan
nilai-nilai yang digunakan dalam pendidikan karakter adalah sama
atau terkait dengan karakter ini.
Berikut
ciri-ciri
peniddikan
Sifat Karakter
berkarakter:
Sifat Terkait
Kejujuran
Sejati, loyalitas, integritas
Tanggung jawab
Ketergantungan, keandalan
Ketekunan
Ketekunan, kesabaran
Merawat
Kebaikan,
baik,
kedermawanan,
keceriaan,
charity, kegunaan
Kewarganegaraan
Patriotisme, sportif
Menghormati
Self-respect, menghormati
Keadilan
Toleransi
Displin diri
Cukup pengawasan
Integritas
Kejujuran, sejati, kepercayaan
Patriotisme
Kewarganegaan,
pengabdian,
tanggung jawab
Keberanian
Ketabahan, penentuan
Langkah-langkah pembentukan karakter menurut Najib Sulhan
(2010:20) adalah sebagai berikut:
1. Memasukkan konsep karakter pada setiap pembelajaran dengan
cara:
Menanamkan nilai kebaikan pada anak (knowing the good)
Menggunakan cara yang membuat anak memiliki alasan
atau keinginan untuk berbuat baik (desiring the good).
Memberikan beberapa contoh kepada anak mengenai
karakter yang sedang dibangun. Misalnya seperti melalui
cerita dengan tokoh-tokoh yang mudah dipahami siswa.
Mengembangkan sikap mencintai perbuatan baik (loving
the good). Pemberian penghargaan kepada anak yang
membiasakan melakukan kebaikan. Anak yang melakukan
pelanggaran diberi hukuman yang mendidik.
Melakukan
perbuatan
Pengaplikasian
karakter
baik
dalam
(acting
proses
the
good).
pembelajaran
selama di sekolah.
2. Membuat slogan yang mampu menumbuhkan kebiasaan baik
dalam segala tingkah laku masyarakat sekolah.
3. Pemantauan secara continue. Merupakan pemantauan secara
terus-menerus yang berwujud dari pelaksanaan pembangunan
karakter.
4. Penilaian orangtua memiliki yang besar dalam membangun
karakter anak. Waktu anak di rumah lebih banyak dibandingkan di
sekolah. Rumah adalah tempat pertama anak berkomunikasi dan
bersosialisasi dengan lingkungannya.
D. Bagaimana Peran Keluarga, Guru, dan Lingkungan dalam
membangun Pendidikan Karakter Anak?
Peran Keluarga
Keluarga merupakan temoat pertama dan utama bagi pendidikan
karakter anak. Apabila keluarga gagal melakukan pendiidkan
karakter pada anak-anaknya, maka akan sulit bagi institusi-institusi
lain diluar keluarga (termasuk sekolah) untuk memperbaikinya.
Keberhasilan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai kebajikan
(karakter) pada anak sangat tergantung pada jenis pola asuh yang
diterapkan orangtua anaknya. Pola asuh dapat didefinisikan
sebagai pola interaksi antara anak dengan orangtua yang meliputi
pemenuhan kebutuhan fisik (seperti makan, minum, kasih sayang,
dan lain-lain), serta sosialisasi norma-norma yang berlaku di
masyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya.
Dengan kata lain, pola asuh juga meliputi pola interaksi orangtua
dengan anak dalam rangka membangun pendidikan karakter
anak.
Peran Guru
Kualitas seorang guru dapat diukur dari segi moralitas,
bijaksana, sabar, dan menguasai bahan pelajaran ketika
beradaptasi dengan siswa. Dalam karakter pendidikan guru
penting sekali dikembangakn nilai-nilai etika dan estetika inti
seperti kepedulian, kejujuran, keadilan, tanggung jawab dan
rasa hormat terhadap diri dan orang lain bersama dengan nilainilai kinerja pendukungnya seperti ketekunan, etos kerja yang
tinggi dan kegigihan sebagai basis karakter yang baik. Guru
harus berkomitmen untuk mengembangkan karakter peserta
didik
berdasarkan
nilai-nilai
yang
dimaksud
serta
mendefinisikannya dalam bentuk perilaku yang dapat diamati
dalam kehidupan sekolah sehari-hari. Yang terpenting adalah
semua komponen sekolah bertanggung jawab terhadap
standar-standar perilaku yang konsisten sesuai dengan nilainilai inti.
Peran lingkungan
Lingkungan masyarakat, para pemimpin, pembuat kebijakan,
pemegang otoritas di masyarakat, orang tua harus menadi role
model yang baik dalam menanamkan karakter yang baik
kepada anaknya. Berbagai perilaku ambigu dan inkonsistensi
yang diperlihatkan dalam masyarakat akan memberi kontribusi
yang buruk yang secara signifikan dapat melemahkan karakter
siswa.
E. 2Bagaimana Pendidikan Karakter di Sekolah?
a. Urgensi Pendidikan Karakter di Sekolah
Menurut William Bennett (1991) sekolah memiliki peran yang amat
penting dalam pendidikan karakter anak, terutama jika anak-anak
tidak mendapatkan pendidikan karakter di rumah. Di Indonesia,
dimana agama diajarkan di sekolah-sekolah negeri, namun seperti
yang terlihat dari kurikulum pendidikan agama, tampaknya agama
lebih mengajarkan pada dasar-dasar agama, sementara akhlak
atau kandungan nilai-nilai dalam kebaikan belum sepenuhnya
disampaikan. Dilihat dari metode pendidikan pun tampaknya
terjadi kelemahan karena metode pendidikan yang disampaikan
dikonsenterasikan atau terpusat pada pendekatan kognitif, yaitu
hanya mewajibkan siswa didik untuk mengetahui dan menghafal
konsep dan kebenaran tanpa menyentuh perasaan, emosi, dan
nuraninya. Selain itu tidak dilakukan praktek perilaku dan
penerapan nilai kebaikan dan akhlak mulia dalam kehidupan di
sekolah, hal ini merupakan kesalahan metodologis dalam
pengajaran moral bagi manusia.
b. Dalam pengimplementasiannya di kelas, pendidikan karakter
bisa dikembangkan melalui point-point berikut:
1. Cinta Tuhan dan kebenaran
2
Amri, dkk. 2011. Impementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran.
Prestasi Pustaka Raya. Jakarta. Halaman 26
2. Tanggung jawab, kedisiplinan, dan kemandirian
3. Amanah
4. Hormat dan santun
5. Kasih sayang, kepedulian, dan kerjasama
6. Percaya diri, kreatif, dan pantang menyerah
7. Keadilan dan kepemimpinan
8. Baik dan rendah hati
9. Toleransi dan cinta damai
c. Karakter Utama dalam pendidikan Karakter di Sekolah
Untuk
membangun
pendidikan
karakter
yang
kuat,
harus
memperhatikan delapan karakter utama pendidikan karakter di
sekolah, yakni:
Courage. Keberanian/Keteguhan Hati : Memiliki keingiinan
untuk berbuat yang benar meskipun yang lain tidak.
Good judgment. Pertimbangan yang Baik: Memilih tujuan hidup
yang baik dan membuat prioritas yang sesuai , berfikir sampai
pada
konsenkuensi
dari
setiap
aksi,
dan
memutuskan
berdasarkan pada kebijaksanaan dan pendirian yang baik.
Integrity. Integritas: memiliki kekuatan dalam untuk jujur, dapat
dipercaya, dan berkata benar dalam segala hal.
Kindness. Kebaikan hati: perhatian, sopan, membantu, dan
memahami orang lain, dan sebagainya.
Perseverance. Ketekunan: tekun mengejar tujuan hidup
meskipun dihalangi kesulitan, perlawanan, atau keputusasaan.
Memeprlihatkan kesabaran dan keinginan untuk mencoba lagi
meskipun ada keterlambatan, keslaahan, atau kegagalan.
Respect. Penghargaan: memperlihatkan penghargaan pada
wewenang, baik pada orang lain, diri sendiri, untuk barang milik
dan untuk Negara.
Responsibility. Tanggung jawab: bebas dalam menjalankan
kewajiban dan tugas, menunjukkann dapat diandalkan dan
konsisten dalam perkataan dan perbuatan, dapat dipercaya
dakam setiap kegiatan, dan komitmen untuk aktif terlibat di
lingkungan.
Self-Discipline. Disiplin diri: memperlihatkan kerja keras dan
komitmen pada tujuan, mengatur diri untuk perbaikan diri dan
juga menghindari perilaku tidak baik, dapat mengendalikan
kata-kata, aksi, reaksi, dan juga keinginan.
d. Strategi Implementasi Pendidikan Karakter
Strategi implementasi pendidikan karakter sangat beragam dan
mencakup:
(1) Sosialisasi
Tujuan sosialisasi adalah untuk membentuk kesadaran kolektif
tentang pentingnya pendidikan karakter pada lingkup nasional.
Sosiakisasi juga bertujuan untuk melakukan gerakan kolektif
dan pencanangan pendidikan karakter untuk semua.
(2) Pengembangan regulasi
Fungsi regulasi diperlukan untuk memberikan payung hukum
yang kuat bagi implementasi pendidikan karakter secara
nasional dalam lingkungan Unit Utama Kementrian Pendidikan
Nasional.
(3) Pengembangan kapasitas
Pengembangan kapasitas bertujuan untuk meningkatkan peran
dan fungsi organisasi, sistem
dan perorangan dalam
pelaksanaan pendidkkan karakter di lingkungan Unir Utama
Kemnetrian Pendidikan Nasional.
(4) Implementasi dan kerjasama
Tujuan strategi ini adalah untuk mensinergikan berbagai hal
yang terkait dengan pelaksanaan pendidikan karakter di
lingkup tugas pokok, fungsi dan sasaran Unit Utama
Kementrian Pendidikan Nasional.
(5) Monitoring dan evaluasi
Strategi monitoring dan evaluasi dilakukan untuk mengontrol,
mengendalikan pelaksanaan pendidikan karakter di lingkungan
Unit Utama Kementrian Pendidikan Nasional.
e. Implementasi Pendidikan Karakter
Monitoring
dan
evaluasi
secara
umum
diarahkan
untuk
mengetahui keefektifan pelaksanaan program pendidikan karakter
secara periodik setiap tahun dan lima tahunan.
Monitoring
dan
evaluasi
secara
khusu
bertujuan
untuk
mengidentifikasi:
1) Adanya berbagai penyimpangan dalam proses pendidikan
karakter. Selanjutnya hal tersebut dijadikan umpan balik untuk
perbaikan dalam perencanaan, pelaksanaan dan sistem
evaluasi.
2) Tingkat pencapaian kinerja sesuai dengan indikator kinerja
kunci yang ditetapkan oleh setiap unit kerja.
Beberapa kriteria yang dapat dijadikan tolak ukur dasar
penilaian keberhasilan pendidikan karakter mencakup hal-hal
sebagai berikut:
1. Meningkatnya
kesadaran
(secara
kualitatif)
akan
pentingnya pendidkan karakter di lingkungan peserta didik,
pendidik dan tenaga pendidikan
2. Meningkatnya kejujuran peserta didik, pendidik dan tenaga
kependidikan
3. Meningkatnya rasa tanggung jawab peserta didik, pendidik
dan tenaga kependidikan
4. Meningkatnya kecerdasan peserta didik, pendidik, dan
tenaga kependidikan
5. Meningkatnya kreativitas peserta didik, pendidik dan tenaga
keoendidikan
6. Meningkatnya kepedulian peserta didik, pendidik dan
tenaga kependidikan
7. Meningkatnya kegotong-royongan peserta didik, pendidik
dan tenaga kependidikan
8. Meningkatnya
kebersihan,
kesehatan
dan
kebugaran
peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan
9. Jumlah satuan pendidikan formal dan non formal (kelompok
belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat/PKBM, kursus,
majelis taklim) yang telah mengimplementasikan program
pendidikan karakter menurut kabupaten/kota dan provinsi
10. Jumlah mata pelajaran/ kuliah yang telah mengintegrasikan
pendidikan karakter di satuan pendidikan
11. Jumlah
satuan pendidikan yang
menerapkan sistem
penilaian yang memasukkan komponen karakter
12. Jumlah perpustakaan, taman bacaan atau sejenisnta yang
mengaplikasikan pendidikan karakter
13. Jumlah peserta didik yang telah memperoleh pembelajaran
berkaitan dengan pendidikan karakter (seperti pendidkkan
akhlak mulia di satuan pendidikan formal atau wawasan
kebangsaan dan cinta tanah air di satuan pendidikan
nonformal)
14. Meningkatnya perilaku santun yang mencerminkan etika
hidup di dalam kehidupan masyarakat sehar-hari
15. Menurunnya tingkat kenakalan remaja dan pemuda (seperti
tawuran pelajar/ mahasiswa, pergaulan bebas, pelecehan
seksual. Pemelakan dan penyalahgunaan narkoba) secara
kualitatif
16. Meningkatnya ketertiban dan kedisiplinan peserta didik,
pendidik dan tenaga kependidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Amri, dkk. 2011. Impementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran.
Prestasi Pustaka Raya. Jakarta
Suyanto, 2010. Pendidikan Karakter Teori & Aplikasi. Rineka Cipta. Jakarta.
Zuriah, Nurul, 2007. Pendidikan Moral& Budi Pekerti Dalam Perspektif
Perubahan. Bumi Aksara. Jakarta.
Rusyan, Tabrani, 20117. Menjadi Guru Berdisiplin. Nabil Sukses Mandiri.
Tegal.
Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta.
Jakarta.
Kemendiknas. 2010. Pembinaan Pendidikan Karakterdi sekolah Menengah
Pertama. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar,
Jakarta: PT Rineka Cipta
https://eric.ed.gov/?q=character+education+for+child&id=EJ1055322
https://eric.ed.gov/?q=character+education+for+child&id=EJ1145975
https://doaj.org/article/014b5eb2d19845939979246910135e74
https://media.neliti.com/media/.../122343-ID-mengapa-pendidikankarakter.pdf
https://media.neliti.com/.../122042-ID-implementasi-pendidikan-karakterdalam-p.pdf
digilib.uinsby.ac.id/1529/5/Bab%202.pdf
https://journal.uny.ac.id/index.php/jpka
http://www.charactered.net. Apa itu Pendidikan Karakter?