Ragam bahasa Indonesia rancagan. docx

RAGAM BAHASA INDONESIA
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu :
Drs. Sukardi, S.Pd., M.Pd.
Drs. Sukaris Nuryanto, M.Pd.

Disusun Oleh :
Annisa Yuli Utami

(1401413448)

Nur Hayati

(1401413449)

Amy Mutiasari

(1401413450)

Rombel 059


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015

Ragam Bahasa Indonesia
A.

Latar Belakang
Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional bangsa Indonesia sejak dulu sebelum
Indonesia di jajah oleh Belanda. Namun pada kenyataannya, bahasa yang sudah bertahan
dalam kurun waktu yang lama ini belum ada yang mampu menguasai penggunaan yang
tepat pada tata cara dan aturan-aturannya. Terutama rakyat Indonesia yang telah hidup di
bumi pertiwi ini dalam kurun waktu yang lama. Penggunaan bahasanya sendiri tidak
sesuai dengan ejaan yang benar dan juga tidak sesuai dengan kamus besar bahasa
Indonesia. Hal ini terjadi karena banyak sekali pengaruh ragam bahasa di luar sana
sehingga bahasa Indonesia yang benar sedikit tersingkirkan. Oleh karena itu,
pengetahuan tentang ragam bahasa cukup penting untuk mempelajari bahasa Indonesia
secara menyeluruh yang akhirnya bisa diterapkan dan dapat digunakan dengan baik dan

benar sehingga identitas kita sebagai bangsa Indonesia tidak akan hilang.
Bahasa Indonesia harus di pahami secara benar oleh siapa saja yang merasa memiliki
Indonesia dari kalangan atas hingga kalangan bawah tanpa terkeculi. Jadi, tidak hanya
kalangan pelajar saja yang wajib mempelajari dan memahami secara benar tentang
bahasa Indonesia.
.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan ragam bahasa?
2. Apa sajakah macam-macam ragam bahasa Indonesia?
3. Apa sajakah ragam bahasa Indonesia berdasarkan media?
4. Apa sajakah ragam bahasa Indonesia berdasarkan pandang penutur?
5. Apa sajakah ragam bahasa Indonesia berdasarkan topik pembicaraan?
6. Apa yang dimaksud dengan ragam bahasa baku dan tidak baku ?

C. Tujuan Penulisan

1

1. Mendeskribsikan pengertian ragam bahasa.

2. Mnjelaskan berbagai ragam bahasa Indonesia yang sering digunakan.
3. Menjelaskan berbagai ragam bahasa Indonesia berdasarkan media.
4. Menjelaskan berbagai ragam bahasa Indonesia berdasarkan pandang penutur.
5. Menjelaskan berbagai ragam bahasa Indonesia berdasarkan jenis pemakaiannya.
6. Mendeskribsikan ragam bahasa baku dan tidak baku.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ragam Bahasa
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut
topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang
dibicarakan, serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990). Ragam bahasa yang
oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise tinggi), yang
biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis,
perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi
(seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.
Menurut Dendy Sugono (1999 : 9), bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa
Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tak
baku. Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi
digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman,

di pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku.

B. Macam-macam Ragam Bahasa Indonesia

2

Bahasa Indonesia mengenal empat ragam bahasa ,yaitu ragam bahasa hukum
(undang-undang), ragam bahasa ilmiah,ragam bahasa jurnalistik, dan ragam bahasa
sastra (Doyin 2002:6). Keempat ragam tersebut diuraikan berikut:
1. Ragam Undang- Undang
Ragam undang- undang disebut juga ragam hukum, yaitu bahasa Indonesia
yang digunakan pada kalangan hukum atau pada undang- undang(Warigan dan Doyin
2005:4). Ragam hukum mempunyai ciri khusus pada pemakaian istilah dan
komposisinya. hukum ini biasa dipakai dalam undang – undang, peraturan –
peraturan, atau pada hal-hal yang berkaitan dengan hukum. Dalam kehidupan seharihari ragam ini jarang sekali digunakan.
Kekhususan-kekhususan tersebut dapat dilihat, misalnya, pada surat
keputusan. konsideran dalam surat keputusan, dari menimbang, mengingat,
memutuskan,sampai menetapkan susunannya selalu tetap, tidak boleh diubah dan
tidak boleh ditambah atau dikurangi. Dalam lapangan kepolisian kita juga mengenal
sebutan- sebutan khusus yang tidak lazim digunakan dalam bahasa sehari – hari,

misalnya dirumahkan, dibunuh dengan senjata tajam, kemasukan benda tumpul, dan
sebagainya.
2. Ragam Jurnalistik
Ragam jurnalistik adalah ragam bahasa yang dipakai dalam dunia jurnalistik.
Karena fungsi media massa sebagai media informasi, kontrol sosial, alat pendidikan ,
dan alat penghibur, maka ragam bahasa jurnalistik setidaknya harus mempunyai ciri
komunikatif , sederhana, dinamis, dan demokratis(lihat juga Siregar 1987:122).
Ciri komunikatif berarti mudah dipahami dan tidak menimbulkan salah tafsir
kalau dibaca. Ciri ini merupakan ciri utama bahasa jurnalistik karena fungsi utama
media massa memang memberikan informasi. Dikatakan ciri utama karena ciri –ciri
yang lain harus mengacu pada ciri komunikatif. Bahasa jurnalistik harus bersifat
sederhana, dinamis, dan demokratis. Namun kesederhanaan , kedinamisan, dan
kedemokratisan ini harus mendukung komunikatif. Seandainya kita memakai bahasa
yang sederhana dan demokratis ,misalnya, namun bahasa tersebut tidak komunikatif,
maka dalam prinsip jurnalistik penggunaan bahasa yang demikian harus dihindarkan.
Bahkan kadang- kadang untuk mewujudkan ciri komunikatif ini bahasa jurnalistik
tidak menaati kaidah bahasa Indonesia yang benar. Sepanjang penyimpangan itu
ditunjukan untuk lebih komunikatif, maka penyimpangan tersebut diperbolehkan.
Misalnya penggunaan kata- kata atau istilah-istilah daerah. Dalam kasus-kasus
3


tertentu kata – kata daerah akan lebih komunikatif untuk daerah tertentu tersebut
dibandingkan dengan kata-kata bahasa Indonesia. Dalam kondisi demikian
penyimpangan dari kaidah bahasa Indonesia diperbolehkan.
Ciri sederhana berarti tidak menggunakan kata –kata yang bersifat teknis dan
tidak menggunakan kalimat yang berbelit- belit atau berbunga-bunga. Apabila
memang diperlukan , kata- kata teknis harus diikuti penjelasan maknanya. Hal ini
harus dilakukan agar pembaca dapat memahami kata-kata tersebut. Dalam bahasa
sehari-hari sederhana sama artinya dengan prinsip singkat dan padat.
Ciri dinamis berarti bahasa jurnalistik harus menggunakan kata-kata yang
hidup di tengah-tengah masyarakat. Kata-kata yang tidak lazim kata-kata yang sangat
asing seyogyanya tidak dipergunakan. Sebagai contoh sederhana jika kata efektif dan
efesien sudah diterima masyarakat , kita tidak perlu memaksakan menggunakan kata
sangkil dan mangkus untuk menggunakannya. Kalimat yang dinamis dalam bahasa
jurnalistik adalah kalimat- kalimat yang mampu memberikan semangat dan sesuai
dengan situasi masyarakat pembacanya.
Ciri demokratis berarti mengikuti konsesus umum dan tidak menghidupkan
kembali feodalisme . kata bujang , misalnya, dalam bahasa Indonesia mempunyai
makna seorang laki – laki yang belum menikah. Selain kata bujang, untuk hal yang
sama kita juga memiliki kata lajang. Kata lajang dalam hal ini lebih demokratis

daripada kata bujang , karena di daerah Sumatra utara kata bujang berarti pembantu.
Hal ini berarti makna kata bujang yang berarti laki – laki yang belum menikah tidak
berlaku secara umum untuk seluruh masyarakat Indonesia.
Penggunaan kata – kata yang masih feodal dalam bahan jurnalistik juga
dikatakan tidak demokratis. Penyebutan Yang Mulia , kami haturkan , dan sebagainya
merupakan wujud kata – kata feodal. Dalam tradisi jurnalistik kita sekarang kata
Anda yang merupakan cerminan kata yang demokratis. Kata Anda berlaku untuk
siapa saja tanpa membedakan pangkat dan derajat. Kita bisa memakai kata Anda
untuk seorang presiden, kita juga bisa menggunakannya untuk seorang pengemis.
Pendek kata, prinsip efektif dan efesien adalah prinsip utama yang ada dalam bahasa
jurnalistik . simpulan ini juga tidak jauh berbeda dengan pendapat Rosihan Anwar
( dalam Semi 1995:113). Rosihan Anwar pernah mengatakan bahwa ciri khas bahasa
jurnalistik adalah singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, dan menarik. Meskipun
demikian prinsip-prinsip umum bahasa Indonesia, yang didalamnya termasuk diksi
dan ejaan, tetap diperhatikan.
4

3. Ragam Ilmiah
Ragam ilmiah adalah ragam bahasa Indonesia yang digunakan dalam
penulisan karya ilmiah. Ragam inilah yang disebut ragam baku. Ragam ini ditandai

dengan adanya ketentuan – ketentuan baku , seperti aturan ejaan, kalimat, atau
penggunaannya. Dalam bahasa Indonesia kebakuan bahasa dibarometeri oleh Ejaan
Yang Disempurnakan(EYD), Tata Bentukan Istilah, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Penjelasan lebih lanjut masalah ragam
ilmiah disampaikan pada subbab bahasa dalam karya ilmiah.
Bahasa Indonesia ragam ilmiah menurut Moeliono (1989:73-74) memiliki ciriciri sebagai berikut:
a. Bersifat formal obyektif
b. Lazimnya menggunakan sudut pandang orang ketiga dengan ragam kalimat pasif
c. Menggunakan titik pandang gramatik yang bersifat konsisten.
d. Menggunakan istilah khusus dalam bidang keilmuan yang sesuai.
e. Tingkat formalitas ragam bahasa bersifat resmi.
f. Bentuk wacana yang digunakan adalah ekspoitoris/eksposisi, bukan argumentasi,
narasi atau deskripsi.
g. Gagasan diungkapkan dengan lengkap,jelas ,ringkas dan tepat.
h. Menghindari ungkapan yang bersifat ekstrem dan emosional.
i. Menghindari kata-kata yang mubazir.
j. Bersifat moderat.
k. Digunakan sebagai alat komunikasi dengan pikiran dan bukan dengan perasaan.
l. Ukuran panjang kalimat sedang.
m. Penggunaan majas sangat dibatasi.

n. Lazim dilengkapi dengan gambar, diagram, peta, daftar, dan lambang.
o. Menggunakan lambang mekanis secara tepat, seperti ejaan, lambang, singkatan,
dan rujukan.
Berkaitan dengan ragam bahasa ilmiah, Suparno (1984:1-14) mengemukakan
tujuh ciri bahasa Indonesia ragam ilmiah, yakni : (1) bernalar (2) lugas dan jelas,
berpangkal tolak pada gagasan dan bukan pada penulis (3) formal dan objektif (4)
ringkas dan padat (5) konsisten (6) menggunakan istilah teknis.
Sebagai bahan perbandingan, perlu pula diperhatikan ciri ragam bahasa ilmiah
yang dikemukakan oleh Ramlan dkk. (1990:9-10) yakni :
a. Baku.
5

b. Menggunakan istilah teknis.
c. Lebih berkomunikasi menggunakan pikiran daripada perasaan.
d. Padu dalam hubungan gramatikal.
e. Logis dalam hubungan semantik.
f. Mengutamakan menggunakan kalimat pasif untuk mengutamakan peristiwa
daripada kalimat aktif yang mengutamakan pelaku.
g. Konsisten dalam banyak hal(penggunaan istilah,tanda baca, dan kata ganti).
4. Ragam Sastra

Ragam sastra adalah bahasa yang digunakan dalam penulisan karya sastra.
Ragam sastra mempunyai ciri khusus dengan adanya licencia poetica,yakni
kebebasan menggunakan bahasa untuk mencapai keindahan . oleh karena itu secara
umum bahasa sastra selalu disebut bahasa yang indah . prinsip licencia poetica adalah
memperbolehkan pemakai bahasa menyimpang atau menyalahi kaidah bahasa demi
keindahan karyanya. Dalam penggunaan licentia poetica ini, misalnya, penulis boleh
menggunakan kalimat yang tidak lengkap, kata – kata yang tidak baku, bahasa
daerah, membalik susunan kata atau struktur kalimat, dan sebagainnya.
C. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan Media
Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan media terdiri dari ragam lisan dan ragam tulis.
1. Ragam Lisan
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga
kemungkinan besar terjadi pelesapan kalimat. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri
kebakuannya. Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta
kelengkapan unsur-unsur di dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur
kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan
kondisi pembicaraan menjadi pendukung di dalam memahami makna gagasan yang
disampaikan secara lisan.
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya
dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa

lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap
disebut sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena
itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis,
walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat

6

dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu masing-masing, ragam tulis dan
ragam lisan memiliki ciri kebakuan yang berbeda. Ciri-ciri ragam lisan :
a. Memerlukan orang kedua/teman bicara;
b. Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu;
c. Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu intonasi serta bahasa
tubuh.
d. Berlangsung cepat;
e. Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu;
f. Kesalahan dapat langsung dikoreksi;
g. Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi.
2. Ragam Tulis
Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang
diungkapkannya tidak ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan ragam bahasa
baku lisan makna kalimat yang diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian
sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu, dalam
penggunaan ragam bahasa baku tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam
pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan struktur
kalimat,serta kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat. Ciri-ciri
ragam tulis :
a. Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara;
b. Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu;
c. Harus memperhatikan unsur gramatikal;
d. Berlangsung lambat;
e. Selalu memakai alat bantu;
f. Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi;
g. Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya terbantu dengan
tanda baca.
D. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan Pandang Penutur
Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan pandang penutur terdiri dari ragam daerah,
ragam pendidikan penutur, dan ragam sikap penutur.
1. Ragam Bahasa Berdasarkan Daerah (logat/diolek)
Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa.
Bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang yang tinggal di Jakarta berbeda dengan
7

bahasa Indonesia yang digunakan di Jawa Tengah, Bali, Jayapura, dan Tapanuli.
Masing-masing memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Misalnya logat bahasa
Indonesia orang Jawa Tengah tampak pada pelafalan “b” pada posisi awal saat
melafalkan nama-nama kota seperti Bogor, Bandung, Banyuwangi, dan lain-lain.
Logat bahasa Indonesia orang Bali tampak pada pelafalan “t” seperti pada kata ithu,
kitha, canthik, dll.
2. Ragam Bahasa berdasarkan Pendidikan Penutur
Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan
berbeda dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal
dari bahasa asing, misalnya fitnah, kompleks,vitamin, video, film, fakultas. Penutur
yang tidak berpendidikan mungkin akan mengucapkan pitnah, komplek, pitamin,
pideo, pilm, pakultas. Perbedaan ini juga terjadi dalam bidang tata bahasa, misalnya
mbawa seharusnya membawa, nyari seharusnya mencari. Selain itu bentuk kata dalam
kalimat pun sering menanggalkan awalan yang seharusnya dipakai.
3. Ragam Bahasa berdasarkan Sikap Penutur
Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap penutur terhadap kawan bicara
(jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembawa (jika dituliskan) sikap itu antara lain
resmi, akrab, dan santai. Kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap penutur
atau penulis juga mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati
bahasa seorang bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasannya. Jika terdapat
jarak antara penutur dan kawan bicara atau penulis dan pembaca, akan digunakan
ragam bahasa resmi atau bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan kawan bicara
akan makin resmi dan makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat
kebakuan bahasa yang digunakan. Bahasa baku dipakai dalam :
a. Pembicaraan di muka umum, misalnya pidato kenegaraan, seminar, rapat, dinas
memberikan kuliah/pelajaran.
b. Pembicaraan dengan orang yang dihormati, misalnya dengan atasan, dengan
guru/dosen, dengan pejabat.
c. Komunikasi resmi, misalnya surat dinas, surat lamaran pekerjaan, undang-undang.
d. Wacana teknis, misalnya laporan penelitian, makalah, tesis, disertasi.
E. Ragam Bahasa Indonesia menurut Pokok Pesoalan atau Bidang Pemakaian

8

Dalam kehidupan sehari-hari banyak pokok persoalan yang dibicarakan. Dalam
membicarakan pokok persoalan yang berbeda-beda ini kita pun menggunakan ragam
bahasa yang berbeda. Ragam bahasa yang digunakan dalam lingkungan agama berbeda
dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan kedokteran, hukum, atau pers. Bahasa
yang digunakan dalam lingkungan politik, berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam
lingkungan ekonomi/perdagangan, olah raga, seni, atau teknologi. Ragam bahasa yang
digunakan menurut pokok persoalan atau bidang pemakaian ini dikenal pula dengan
istilah laras bahasa.
Perbedaan

itu

tampak

dalam

pilihan

atau

penggunaan

sejumlah

kata/peristilahan/ungkapan yang khusus digunakan dalam bidang tersebut, misalnya
masjid, gereja, vihara adalah kata-kata yang digunakan dalam bidang agama. Koroner,
hipertensi, anemia, digunakan dalam bidang kedokteran. Improvisasi, maestro,
kontemporer banyak digunakan dalam lingkungan seni. Kalimat yang digunakan pun
berbeda sesuai dengan pokok persoalan yang dikemukakan. Kalimat dalam undangundang berbeda dengan kalimat-kalimat dalam sastra, kalimat-kalimat dalam karya
ilmiah, kalimat-kalimat dalam koran atau majalah dan lain-lain.
F.

Ragam Bahasa Baku dan Tidak Baku
Bahasa ragam baku memiliki sifat kemantapan berupa kaidah dan aturan tetap. Akan
tetapi, kemantapan itu tidak bersifat kaku. Ragam bahasa baku tetap luwes sehingga
memungkinkan perubahan di bidang kosakata, peristilahan, serta mengizinkan
perkembangan berbagai jenis laras yang diperlukan dalam kehidupan modem (Alwi,
1998: 14). Pembedaan antara ragam baku dan tidak baku dilakukan berdasarkan:
a. Topik yang sedang dibahas,
b. Hubungan antar pembicara,
c. Medium yang digunakan,
d. Lingkungan, atau
e. Situasi saat pembicaraan terjadi.
Ciri yang membedakan antara ragam baku dan tidak baku adalah sebagai berikut:
a. Penggunaan kata sapaan dan kata ganti,
b. Penggunaan kata tertentu,
c. Penggunaan imbuhan,
d. Penggunaan kata sambung (konjungsi), dan
e. Penggunaan fungsi yang lengkap.

9

Penggunaan kata sapaan dan kata ganti merupakan ciri pembeda ragam standar dan
ragam nonstandar yang sangat menonjol. Kepada orang yang kita hormati, kita akan
cenderung menyapa dengan menggunakan kata Bapak, Ibu, Saudara, Anda. Jika kita
menyebut

diri

kita,

dalam

ragam

standar

kita

akan

menggunakan

kata saya atau aku. Dalam ragam nonstandar, kita akan menggunakan kata gue.
Penggunaan kata tertentu merupakan ciri lain yang sangat menandai perbedaan ragam
standar dan ragam nonstandar. Dalam ragam standar, digunakan kata-kata yang
merupakan bentuk baku atau istilah dan bidang ilmu tertentu. Penggunaan imbuhan
adalah ciri lain. Dalam ragam standar kita harus menggunakan imbuhan secara jelas dan
teliti.
Penggunaan kata sambung (konjungsi) dan kata depan (preposisi) merupakan ciri
pembeda lain. Dalam ragam nonstandar, sering kali kata sambung dan kata depan
dihilangkan. Kadang kala, kenyataan ini mengganggu kejelasan kalimat.
Kelengkapan fungsi merupakan ciri terakhir yang membedakan ragam standar dan
nonstandar.Artinya, ada bagian dalam kalimat yang dihilangkan karena situasi sudah
dianggap cukup mendukung pengertian.Dalam kalimat-kalimat yang nonstandar itu,
predikat kalimat dihilangkan.Seringkali pelesapan fungsi terjadi jika kita menjawab
pertanyaan orang. Misalnya, Hai, Ida, mau ke mana?” “Pulang.” Sering kali juga kita
menjawab “Tau.” untuk menyatakan ‘tidak tahu’. Sebenarnya, pëmbedaan lain, yang
juga muncul, tetapi tidak disebutkan di atas adalah Intonasi.Masalahnya, pembeda
intonasi ini hanya ditemukan dalam ragam lisan dan tidak terwujud dalam ragam tulis.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut
topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang
dibicarakan, serta menurut medium pembicara. Macam-macam ragam bahasa Indonesia
ada 4 yaitu ragam undang-undang, ragam jurnalistik, ragam ilmiah dan ragam sastra.
Ragam bahasa Indonesia berdasarkan media terdiri atas ragam lisan dan ragam tulis.
Ragam bahasa Indonesia berdasarkan pandang penutur terbagi atas 3 bagian yaitu ragam
bahasa berdasarkan daerah (logat/diolek), ragam bahasa berdasarkan pendidikan penutur,
10

dan ragam bahasa berdasarkan sikap penutur. Sedangakan ragam bahasa Indonesia
menurut pokok pesoalan atau bidang pemakaian dikenal pula dengan istilah laras bahasa.
B. Saran
Sebagai warga Negara yang baik, ketika akan berbicara dengan orang lain alangkah
baiknya dapat mengetahui ragam bahasa yang akan digunakan. Penggunaan ragam
bahasa yang tepat dapat memberikan komunikasi yang efektif sehingga tidak
menimbulkan kesalah pahaman bagi komunikan dan komunikator

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Ragam Bahasa Indonesia. http://intl.feedfury.com/content/15241462ragam-bahasa.html. Diakses pada tanggal 10 Maret 2015. (Online)
Anonim.

2009.

Pengertian

Ragam

Bahasa.

http://macuy-

marucuy.blogspot.com/2009/10/pengertian-ragam-bahasa-dan-hal-hal.html.
Diakses pada tanggal 10 Maret 2015. (Online)
Faisal M.,dkk. 2009. Kajian Bahasa Indonesia SD.
R. Kunjana Rahardi. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Erlangga

11

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157

Sistem Informasi Pendaftaran Mahasiswa Baru Program Beasiswa Unggulan Berbasis Web Pada Universitas Komputer Indonesia

7 101 1