Pengaruh Bahasa Gaul terhadap Eksistensi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Negara Republik Indonesia yang
telah diakui oleh pemerintah sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia memiliki
aturan-aturan dalam penggunaan dan pengucapannya sesuai dengan Ejaan yang
disempurnakan (EYD).
Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928 dalam Sumpah
Pemuda yang berbunyi, ”Kami putera dan puteri Indonesia mengaku bertanah
air satu,Tanah Air Indonesia. Kami putera dan puteri Indonesia mengaku
berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia. Kami putera dan puteri Indonesia
menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia”. Bahasa Indonesia dinyatakan
kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945, pada saat itu
UUD 1945 disahkan sebagai UUD RI. Di dalam UUD 1945 disebutkan bahwa
”Bahasa Negara Adalah Bahasa Indonesia.” (pasal 36)
Sebagai bangsa Indonesia yang menghargai budayanya, maka kita
memang sudah seharusnya menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
pemersatu dan menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari dalam
kehidupan kita. Tentunya bahasa Indonesia yang digunakan adalah bahasa
Indonesia yang sesuai dengan EYD.

Namun seiring dengan berkembangnya zaman, banyak terjadi pergeseran
pengucapan serta penulisan terhadap bahasa Indonesia yang sesuai dengan EYD.
Hal itu terutama terjadi dikalangan anak mahasiswa Ilmu Komunikasi yang saat
ini semakin kesulitan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar seperti
misalnya adanya penyingkatan kata, penambahan huruf terhadap kata yang sudah
baku, pengurangan huruf, serta penggunaan angka dalam penulisan kata.
Pergesaran penulisan dan pengucapan bahasa Indonesia ini disebabkan
oleh munculnya bahasa baru dikalangan mahasiswa Ilmu Komunikasi yang
membuat mereka lebih percaya diri ketika mereka menggunakan bahasa baru
yang mereka sebut sebagai bahasa gaul.
Mahasiswa Ilmu Komunikasi saat ini lebih cenderung menggunakan
bahasa gaul yang tentunya mengikis kebakuan yang dimiliki bahasa Indonesia.
Dengan semakin berkembangnya bahasa gaul dikalangan mahasiswa Ilmu
Komunikasi, bisa jadi generasi selanjutnya tidak lagi bisa mengenal dan
menggunaakan bahasa Indonesia yang baku sesuai dengan EYD.

1

Bahasa gaul tersebut merupakan suatu pertanda bahwa perkembangan
bahasa Indonesia dikalangan mahasiswa Ilmu Komunikasi sangatlah buruk,

kerena bahasa gaul juga tidak bisa dikatakan sebagai bahasa yang baku dan tidak
sesuai dengan EYD.
Jika hal ini terus berlanjut maka akan berdampak buruk bagi generasi
muda dimasa mendatang. Generasi muda nanti akan menjadi generasi yang tidak
bisa berbicara bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal inilah yang
melatarbelakangi saya untuk membuat karya tulis ilmiah tentang pengaruh bahasa
gaul terhadap bahasa Indonesia
1.2 Rumusan Masalah
Dalam latar belakang dikemukakan bahwa suatu keadaan dianggap
sebagai suatu indikator dari persoalan. Persoalan pokok yang akan diteliti yaitu
mengenai Faktor apa saja yang membuat mahasiswa Ilmu Komunikasi menyukai
bahasa gaul dan apakah pengaruh bahsa gaul terhadap bahasa Indonesia
dikemudian hari.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut :
1.
Faktor apa saja yang mempengaruhi penggunaan bahasa gaul di kalangan
mahasiswa Ilmu Komunikasi?
2.
Bagaimana cara mahasiswa Ilmu Komunikasi mengekspresikan penggunaan
bahasa gaul?

3.
Bagaimana pengaruh bahasa gaul terhadap eksistensi bahasa Indonesia di
kalangan mahasiswa Ilmu Komunikasi?
1.3 Tujuan Penelitian
Bertolak dari rumusan masalah di atas, penelitian ini dilakukan dengan
tujuan sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan bahasa
gaul di kalangan mahasiswa Ilmu Komunikasi.
2.
Untuk mengetahui cara mahasiswa Ilmu Komunikasi mengekspresikan
penggunaan bahasa gaul?
3.
Untuk mengetahui pengaruh bahasa gaul terhadap eksistensi bahasa
Indonesia di kalangan mahasiswa Ilmu Komunikasi.
1.4 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian, diharapkan semua kalangan masyarakat dapat
mengetahui apa dan bagaimana bahasa gaul tersebut. Dari penelitian ini ada
beberapa tujuan yang hendak dicapai yaitu :
1.

Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan bahasa
gaul di kalangan mahasiswa Ilmu Komunikasi.
2.
Dapat mengetahui cara mahasiswa Ilmu Komunikasi mengekspresikan
penggunaan bahasa gaul?

2

3.
Dapat mengetahui pengaruh bahasa gaul terhadap eksistensi bahasa
Indonesia di kalangan mahasiswa Ilmu Komunikasi.

3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Bahasa
Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk
menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun, lebih jauh bahasa
bahasa adalah alat untuk beriteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat

untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Dalam studi
sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem lambang, berupa bunyi,
bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi.
Bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa dibentuk oleh sejumlah
komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sistem bahasa berupa
lambang-lambang bunyi, setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu yang
disebut makna atau konsep. Karena setiap lambang bunyi itu memiliki atau
menyatakan suatu konsep atau makna, maka dapat disimpulkan bahwa setiap
suatu ujaran bahasa memiliki makna. Contoh lambang bahasa yang berbunyi
“nasi” melambangkan konsep atau makna ‘sesuatu yang biasa dimakan orang
sebagai makanan pokok’.
2.2 Karakteristik Bahasa
Telah disebutkan di atas bahwa bahasa adalah sebuah sistem berupa bunyi,
bersifat abitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi. Dari pengertian
tersebut, dapat disimpulkan bahwa di antara karakteristik bahasa adalah abitrer,
produktif, dinamis, beragam, dan manusiawi.
1.
Bahasa Bersifat Abritrer
Bahasa bersifat abritrer artinya hubungan antara lambang dengan yang
dilambangkan tidak bersifat wajib, bisa berubah dan tidak dapat dijelaskan

mengapa lambang tersebut mengonsepi makna tertentu. Secara kongkret, alasan
“kuda” melambangkan ‘sejenis binatang berkaki empat yang bisa dikendarai’
adalah tidak bisa dijelaskan. Meskipun bersifat abritrer, tetapi juga konvensional.
Artinya setiap penutur suatu bahasa akan mematuhi hubungan antara lambang
dengan yang dilambangkannya. Dia akan mematuhi, misalnya, lambang ‘buku’
hanya digunakan untuk menyatakan ‘tumpukan kertas bercetak yang dijilid’, dan
tidak untuk melambangkan konsep yang lain, sebab jika dilakukannya berarti dia
telah melanggar konvensi itu.
2.
Bahasa Bersifat Produktif
Bahasa bersifat produktif artinya, dengan sejumlah besar unsur yang terbatas,
namun dapat dibuat satuan-satuan ujaran yang hampir tidak terbatas. Misalnya,
menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan WJS. Purwadarminta bahasa
Indonesia hanya mempunyai kurang lebih 23.000 kosa kata, tetapi dengan 23.000
buah kata tersebut dapat dibuat jutaan kalimat yang tidak terbatas.

4

3.
Bahasa Bersifat Dinamis

Bahasa bersifat dinamis berarti bahwa bahasa itu tidak lepas dari berbagai
kemungkinan perubahan sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan itu dapat terjadi
pada tataran apa saja: fonologis, morfologis, sintaksis, semantic dan leksikon.
Pada setiap waktu mungkin saja terdapat kosakata baru yang muncul, tetapi juga
ada kosakata lama yang tenggelam, tidak digunakan lagi.
4.
Bahasa Bersifat Beragam
Meskipun bahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu yang sama, namun karena
bahasa itu digunakan oleh penutur yang heterogen yang mempunyai latar
belakang sosial dan kebiasaan yang berbeda, maka bahasa itu menjadi beragam,
baik dalam tataran fonologis, morfologis, sintaksis maupun pada tataran leksikon.
Bahasa Jawa yang digunakan di Surabaya berbeda dengan yang digunakan di
Yogyakarta. Begitu juga bahasa Arab yang digunakan di Mesir berbeda dengan
yang digunakan di Arab Saudi.
5.
Bahasa Bersifat Manusiawi
Bahasa sebagai alat komunikasi verbal, hanya dimiliki manusia. Hewan tidak
mempunyai bahasa. Yang dimiliki hewan sebagai alat komunikasi, yang berupa
bunyi atau gerak isyarat, tidak bersifat produktif dan dinamis. Manusia dalam
menguasai bahasa bukanlah secara instingtif atau naluriah, tetapi dengan cara

belajar. Hewan tidak mampu untuk mempelajari bahasa manusia, oleh karena itu
dikatakan bahwa bahasa itu bersifat manusiawi.
2.3 Pengertian Gaul
Kata gaul bisa diartikan sebagai Anak Layangan, Anak Lebay, Anak
Kelayapan dan lain sebagainya. Dimana anak-anak tersebut sering didefinisikan
sebagai anak-anak yang berkelakuan ‘tidak biasa’ atau dapat dikatakan berlebihan.
Anak-anak ini ingin diketahui statusnya diantara tenan-teman sejawatnya, mereka
ingin selalu memperlihatkan keeksisan atau kenarsian mereka dalam segala hal.
Misalnya dalam hal berpakaian, bertingkah laku serta berbahasa (baik lisan
maupun tulisan).
Pengertian alay menurut beberapa ahli:
1.
Koentjara Ningrat
"Alay adalah gejala yang dialami pemuda-pemudi Indonesia, yang ingin diakui
statusnya diantara teman-temannya. Gejala ini akan mengubah gaya tulisan, dan
gaya berpakain, sekaligus meningkatkan kenarsisan, yang cukup mengganggu
masyarakat dunia maya (baca: Pengguna internet sejati, kayak blogger dan
kaskuser). Diharapkan Sifat ini segera hilang, jika tidak akan mengganggu
masyarakat sekitar".
2.

Selo Soemaridjan
"Alay adalah perilaku mahasiswa Ilmu Komunikasi Indonesia, yang membuat
dirinya merasa keren, cantik, hebat diantara yang lain. Hal ini bertentangan

5

dengan sifat Rakyat Indonesia yang sopan, santun, dan ramah. Faktor yang
menyebabkan bisa melalui media TV (sinetron), dan musisi dengan dandanan
seperti itu."
2.4 Pengertian Bahasa Gaul
Dalam ilmu bahasa, bahasa gaul termasuk sejenis bahasa ‘diakronik’, yaitu
bahasa yang dipakai oleh suatu kelompok dalam kurun waktu tertentu. Ia akan
berkembang hanya dalam kurun tertentu. Perkembangan bahasa diakronik ini,
tidak hanya penting dipelajari oleh para ahli bahasa, tetapi juga ahli sosial atau
mungkin juga politik. Sebab bahasa merupakan sebuah fenomena sosial. Ia hidup
dan berkembang karena fenomenal sosial tertentu.
Bahasa Alay menurut Sahala Saragih, Dosen Fakultas Jurnalistik
Universitas Padjajaran, merupakan bahasa sandi yang hanya berlaku dalam
komunitas mereka. Tentu saja itu tidak mungkin digunakan ke pihak di luar
komunitas mereka misalnya guru dan orangtua. Penggunaan bahasa sandi itu

menjadi masalah bila digunakan dalam komunikasi massa karena lambang yang
mereka pakai tidak dapat dipahami oleh segenap khayalak media massa atau
dipakai dalam komunikasi formal secara tertulis.
2.5 Karekteristik Bahasa Gaul
Seiring dengan semakin banyaknya pengguna bahasa gaul pada kalangan
mahasiswa Ilmu Komunikasi, variasi atau karakteristiknya pun semakin beragam
antara lain:
a) Pemakaian huruf besar kecil yang berantakan dalam satu kalimat.
Contoh: “kaMu Lagi nGapaiN?”
b)
Penggunaan angka sebagai pengganti huruf.
Contoh: “k4mu l49i n94p4in?”
c) Penambahan atau pengurangan huruf-huruf dalam satu kalimat.
Contoh: “amue agie ngapaein?”
d) Menambahkan atau mengganti salah satu huruf dalam kalimat.
Contoh: “xmoe agie ngaps?”
e) Penggunaan simbol-simbol dalam kalimat.
Contoh: “k@mu L@g! nG@p@!n?”
2.6 Asal Mula Penggunaan Bahasa gaul
Dengan semakin berkembangnya usia seseorang maka rasa ingin tahu

akan suatu hal menyebabkan seseorang menggunakan bahasa gaul teknologi,
terutama berkembangnya siklus jejaring sosial, seperti facebook dan twitter. Pada
tahun 2008, muncul suatu bahasa baru di kalangan mahasiswa Ilmu Komunikasi,
yang disebut bahasa gaul. Kemunculannya dapat dikatakan fenomenal, karena
cukup menyita perhatian. Bahasa baru ini seolah menggeser penggunaan bahasa
Indonesia di kalangan mahasiswa Ilmu Komunikasi. Mereka lebih tertarik untuk

6

menggunakan bahasa gaul yang dapat digunakan sesuai keinginan mereka
daripada menggunakan bahasa Indonesia yang kaku dan baku.
Namun jika diteliti lebih lanjut, penggunaan bahasa gaul ini sudah ada
jauh sebelum bahasa gaul berkembang di facebook dantwitter, yaitu ditandai
dengan maraknya penggunaan singkatan dalam mengirim pesan pendek atau SMS
(Short Message Sevice). Hanya saja pada saat itu belum disebut dengan bahasa
gaul. Selain itu ada banyak tambahan variasi yang menyebabkan bahasa tersebut
kemudian disebut dengan bahasa gaul. Misalnya dalam bentuk sms biasa, “km lg
ngapa?” yang dimaksud adalah “kamu lagi ngapain?”, dan dalam bentuk SMS
gaul menjadi, “xm Gy nGaps?”. Tujuan awalnya adalah sama yaitu untuk
mengirimkan pesan yang singkat, padat dan dapat menekan biaya.
2.7 Perkembangan Bahasa Gaul
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa bahasa gaul sudah mulai
berkembang pesat seiring berkembangnya teknologi. Yang sebelumnya hanya
digunakan oleh kalangan tertentu, sekarang bahasa gaul sudah dapat digunakan
oleh berbagai kalangan, tidak terkecuali anak-anak. Yang semula hanya digunakan
dalam bentuk tulisan, sekarang bahasa gaul sudah banyak ditemukan dalam
bentuk lisan.
Bagi mereka yang sudah terbiasa dan menyukai kebiasaan mereka
berbahasa gaul, hal tersebut merupakn kesenangan dan kebanggaan tersendiri.
Mereka menginginkan untuk menjadi yang paling “keren” dari teman-temannya.
Mereka menganggap bahwa bahasa gaul merupakan bentuk kreativitas yang harus
mereka kembangkan untuk mencapai sebuah kepuasan dan untuk mendapatkan
pujian dari teman-temannya. Namun dalam pandangan orang lain yang tidak
terbiasa mendengar atau menggunakan bahasa gaul, hal ini justru sangat “norak”
dan kampungan. Mereka tidak mau menerima adanya bahasa gaul karena mereka
terganggu dan menganggap bahasa gaul adalah bahasa yang sangat sulit untuk
dipahami serta tidak mudah dimengerti.

7

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Dalam penulisan ini, metode penelitian yang dipakai adalah
metode penelitian deskriptif. Menurut Moh.Nazir (1999:63) “Penelitian
deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia,
suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas
pada masa sekarang.”
Menurut sumber yang penulis peroleh dari Maulana, (2009),
Metodologi Penelitian, http://blog.unila.ac.id, (10 Januari 2014),
“Penelitian deskriptif tidak mencari atau menjelaskan hubungan,
tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Ciri yang sangat menonjol
dalam penelitian ini adalah titik berat pada observasi dan suasana alamiah
(naturalistis setting) dimana peneliti terjun ke lapangan dan tidak berusaha
untuk memanipulasi variabel. Peneliti bertindak sebagai subjek yang diteliti
sekaligus sebagai pengamat dan hanya membuat kategori perilaku,
mengamati gejala dan mencatatnya dalam buku observasinya.”
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2016.
2. Tempat penelitian di.
3.3. Populasi dan Sampel
Objek Penelitian adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas
Pendidikan Indonesia, yaitu 10 orang siswa kelas 2A .
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Studi Pustaka
Merupakan metode dimana penulis mencari informasi dan
mengumpulkan data dengan cara membaca dan merangkum bacaan dari
berbagai buku yang berkaitan dengan materi penelitian.
2. Browsing
Merupakan metode dimana penulis mencari informasi dan data yang
dikumpulkan dengan membuka situs yang berhubungan dengan judul
yang sebelumnya telah ditetapkan penulis. Dan mencari fakta-fakta
yang terjadi di lapangan. Sehingga penulis mendapatkan penilaian yang
lebih luas.
3. Angket/Quosioner

8

Penelitian ini dilakukan dengan cara membuat beberapa pertanyaan
dalam bentuk angket lalu disebarkan kepada populasi yang akan diteliti.
Penyebaran angket atau kuesioner terhadap responden dilakukan
untuk menjaring data. Teknik ini digunakan agar responden dapat
menyampaikan jawaban sesuai dengan persepsinya. Kuesioner disusun
dalam bentuk skala likert yang menggunakan pernyataan-pernyataan
tertutup untuk menghindarkan bias terhadap respon atau jawaban
responden. Kuesioner mencakup pernyataan-pernyataan yang terkait
dengan judul Pengaruh Bahasa Gaul terhadap Eksistensi Bahasa
Indonesia.
Berikut adalah pertanyaan yang diajukan tim dalam angket yang akan diisi
oleh 10 responden yang telah ditentukan :
a. Kolom Y = Ya
b. Kolom T = Tidak
No
1

Pernyataan
Y
T
Saya merasa bahwa penggunaan Bahasa Indonesia
penting
2
Saya sudah menggunakan bahasa Indonesia yang baik
dan benar
3
Saya mengenal bahasa gaul
4
Saya menggunakan bahasa gaul dalam kehidupan seharihari
5
Menurut saya bahasa gaul memengaruhi eksistensi
Bahasa Indonesia
6
Saya lebih senang menggunakan bahasa gaul
7
Menurut saya bahasa gaul sudah melekat dalam diri saya
8
Saya merasa bahasa gaul yang sudah melekat susah
dihilangkan
9
Saya merasa lebih percaya diri apabila menggunakan
bahasa gaul
10 Saya menyadari bahwa penggunaan bahasa gaul tidak
baik
Jawaban dari responden selanjutnya akan kami hitung dan dibahas dalam
BAB 4.

9

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN DISKUSI
4.1. Hasil Penelitian
Melalui hasil angket, penulis melakukan penyebaran angket kepada 10
responden sebagai sampel dari 44 populasi yang merupakan siswa-siswi kelas 2A
Ilmu Komunikasi Universitas Pendidikan Indonesia tahun pelajaran 2015-2016.
Berikut adalah data hasil penyebaran angket.

Tabel 4.1.1
No
1
2

Saya merasa bahwa
penggunaan Bahasa
Indonesia penting
Ya
Tidak
Jumlah

F

%

10
10

100
100%

F

%

5
5
10

50
50
100%

F
10
10

%
100
100%

F

%

Tabel 4.1.2
No
1
2

Menurut saya bahasa gaul
memengaruhi eksistensi
Bahasa Indonesia
Ya
Tidak
Jumlah
Tabel 4.1.3

No
1
2

Saya mengenal bahasa gaul
Ya
Tidak
Jumlah
Tabel 4.1.4

No

Saya menggunakan bahasa
gaul dalam kehidupan
sehari-hari

10

1
2

Ya
Tidak
Jumlah

8
2
10

80
20
100%

F

%

9
1
10

90
10
100%

F

%

7
3
10

70
30
100%

F

%

7
3
10

70
30
100%

F

%

6
4
10

60
40
100%

Tabel 4.1.5
No
1
2

Menurut saya bahasa gaul
memengaruhi eksistensi
Bahasa Indonesia
Ya
Tidak
Jumlah
Tabel 4.1.6

No
1
2

Saya lebih senang
menggunakan bahasa gaul
Ya
Tidak
Jumlah
Tabel 4.1.7

No
1
2

Menurut saya bahasa gaul
sudah melekat dalam diri
saya
Ya
Tidak
Jumlah
Tabel 4.1.8

No
1
2

Saya merasa bahasa gaul
yang sudah melekat susah
dihilangkan
Ya
Tidak
Jumlah
Tabel 4.1.9

11

No
1
2

Saya merasa lebih percaya
diri menggunakan bahasa
gaul
Ya
Tidak
Jumlah

F

%

7
3
10

70
30
100%

F

%

6
4
10

60
40
100%

Tabel 4.1.10
No
1
2

Saya menyadari bahwa
penggunaan bahasa gaul
tidak baik
Ya
Tidak
Jumlah

4.2. Diskusi
Dari hasil penelitian saya kepada responden yang terdiri dari 10 orang
mahasiswa Ilmu Komunikasi kelas 2A sebagai sampel di Universitas
Pendidikan Indonesia, kami mendapatkan hasil sebagai berikut :
-

-

Dari pernyataan pertama, seluruh sampel menyatakan “ya” , artinya
seluruh mahasiswa merasa bahwa penggunaan Bahasa Indonesia
penting
Dari pernyataan 50% menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar dan 50% menjawab tidak
Dari pernyaan ketiga artinya seluruh responden maya mengenal bahasa
gaul
Pernyataan keempat responden 80% menggunakan bahasa gaul dalam
kehidupan sehari-hari, sisanya 20% tidak
Sembilan puluh persen responden setuju bahwa bahasa gaul
memengaruhi eksistensi Bahasa Indonesia dan sisanya 10% tidak
Dari seluruh responden 70% lebih senang menggunakan bahasa gaul
dan sisanya tidak
Menurut 70% sampel bahasa gaul sudah melekat dalam dirinya dan
30% merasa tidak
Dari seluruh responden yang merasa bahasa gaul yang sudah melekat
dan susah dihilangkan adalah 60%

12

-

Sebagian besar responden lebih percaya diri menggunakan bahasa gaul
yaitu sebanyak 70%
Lebih dari setengahnya menyadari bahwa penggunaan bahasa gaul
tidak baik

Secara keseluruhan, melihat pendapat responden menunjukan bahwa sampel
sudah mengal bahsan gaul dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.
Mereka menyadari bahwa bahasa gaul memengaruhi eksistensi bahasa Indonesia
dan mereka lebih percaya diri menggunakan bahasa gaul.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

13

-

-

Dari pernyataan pertama, seluruh sampel menyatakan “ya” , artinya
seluruh mahasiswa merasa bahwa penggunaan Bahasa Indonesia
penting
Dari pernyataan 50% menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar dan 50% menjawab tidak
Dari pernyaan ketiga artinya seluruh responden maya mengenal bahasa
gaul
Pernyataan keempat responden 80% menggunakan bahasa gaul dalam
kehidupan sehari-hari, sisanya 20% tidak
Sembilan puluh persen responden setuju bahwa bahasa gaul
memengaruhi eksistensi Bahasa Indonesia dan sisanya 10% tidak
Dari seluruh responden 70% lebih senang menggunakan bahasa gaul
dan sisanya tidak
Menurut 70% sampel bahasa gaul sudah melekat dalam dirinya dan
30% merasa tidak
Dari seluruh responden yang merasa bahasa gaul yang sudah melekat
dan susah dihilangkan adalah 60%
Sebagian besar responden lebih percaya diri menggunakan bahasa gaul
yaitu sebanyak 70%
Lebih dari setengahnya menyadari bahwa penggunaan bahasa gaul
tidak baik

Dari pembahasan dalam Bab IV , dapat disimpulkan bahwa Seratus pesen
responden menyadari merasa bahwa penggunaan Bahasa Indonesia penting
Kemudian kita dapat melihat pendapat responden lima puluh persen
merasa bahwa mereka telah menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan
benar. Hampir seluruh responden mnyatakan bahwa bahasa gaul memengaruhi
eksistensi bahasa Indonesia, mereka lebih senang menggunakan bahas gaul dalam
kehidupan sehari hari. Bahasa gaul yang sudah melekat dalam diri dirasa
responden susah untuk duhilangkan. Responden lebih percaya diri menggunakan
bahasa gaul dibandingkan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari.
Mereka merasa penggunaan bahasa gaul tidak baik dan memengaruhi eksistensi
bahasa Indonesia.
Secara keseluruhan nampak bahwa hal di atas adalah membuktikan bahwa
pada dasarnya bahasa gaul memengaruhi eksistensi bahasa Indonesia di kalangan
mahasiswa.

5.2. Saran
Dari kesimpulan seperti tersebut di atas, penulis menyarankan bahwa :
1. Sebaiknya kita lebih mempelajari cara berbahasa indonesiayang baik dan
benar.

14

2. Agar eksistensi bahasa Indonesia terjaga kita harus lebih percaya diri
menggunakan bahasa Indonesia dibandingkan bahasa gaul.
3. Disarakankan agar ada hari dimana semua warga Indonesia harus
menggunakan bahasa yang baik dan benar,
4. Sebaiknya penggunaan bahasa gaul lebih dikurangi dalam kehidupan
sehari-hari.
5. Perbanyak slogan-slogan pentingnya penggunaan bahasa Indonesia dalam
kehiudapn sehari-hari,agar bahasa Indonesia tetap terjaga eksistensinya.

DAFTAR PUSTAKA

Atmazaki. 2007. Kiat-kiat Mengarang dan Menyunting. Padang: UNP Press.
Maksan, Marjusman. 1994. Ilmu Bahasa. Padang: IKIP Padang Press.

15

Mohammad., dan Muhammad Asrori. 2011. Psikologi Mahasiswa Ilmu
Komunikasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Muslich, Masnur. 2010. Garis-garis Besar Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia
Bandung: Refika Aditama.
Sugono, Dendy. 2009. Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta:
Gramedia.

16