Makalah fiqih tentang QISASatau pembunuh

makalah fiqih tentang QISAS, DIYAT , KAFARAT

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam islam prilaku pembunuhan sangat dilarang dalam agama, dan mendapat sangsi
yang sesuai dengan pembunuhannya. Dalam islam ada tiga jenis pembunuhan.
1.

Pembunuhan yang dilakukan dengan sengaja, yaitu merencanakan pembunuhan dalam
keadaan jiwa sehat dan penuh kesadaran .

2.

Pembunuhan yang terjadi tanpa sengaja dengan alat yang tidak mematikan.

3.

Pembunuhan karena kesalahan atau kekhilafan semata-mata tanpa direncanakan dan tidak
ada maksud sama sekali, misalnya kecelekaan.
Dalam islam setiap jenis pembunuhan mempunyai sangsi masing-masing, baik dia

pembunuhan sengaja, tidak sengaja , ataupun tersalah.
Maka dari itu kami disini akan membahas tentang hukuman yang diberikan kepada
pelaku pembunuhan. Dimana dalam islam hukuman itu terdiri dari qisas, diyat, dan kafarat.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan kami bahas antara lain :
a.

Menjelaskan Pengertian Qisas, diyat, dan kafarat ?

b. Bagaimanakah hukuman bagi pembunuhan sengaja, tidak sengaja, dan tersalah
c.

Bagaimanakah ketentuan qisas, diyat , dan kafarat dalam islam ?

BAB II
PEMBAHASAN
1.

Pengertian qishash


Yang dimaksud dengan qishash hukuman balasan yang seimbang atau yang sama, setara
dan yang sepadan dengan perbuatan kejahatan yang dilakukan bagi para pelaku sengaja dan
pelaku peaniyayaan secara pisik dengan sengaja.
Yang dimaksud dengan hukuman yang sama dengan perbuatan kejahatan yang
dilakukan adalah , jika seseorang melakukan pembunuhan dengan sengaja maka pelakunya
harus dihukum bunuh , jika seseorang melakukan peaniyayaan secara pisik dengan sengaja
terhadap orang lain maka pelakunya harus dikenai hukuman yang sama dengan bentuk
kejahatan yang dilakukanya .
2.

Syarat syarat diwajibkanya hukum qishash
Hukum qishash tidak diwajibkan, kecuali apabila terpenuhinya syarat – syarat sebagai
berikut

a.

Orang yang terbunuh terlindungi darahnya
Andaikata yang dibunuh adalah orang kapir HARBY , orang yang zinah mukhson , atau
orang murtat, maka penbunuh bebas dari tanggung jawab, tidak diqishash dan diyat , sebab

mereka adalah orang – orang yang tersia – sia darahnya atau tidak dilindungi .

b. Pelaku pembunuhan sudah balikh
c.

Pelaku pembunuhan sudah berakal

d. Pembunuhan dalam kondisi bebas memilih
e.

Pembunuh bukan orang tua dari si terbunuh, orang tua tidak diqishash sebab membunuh
anaknya atau cucunya dan seterusnya sekalipun disengaja.

“Bapak tidak dibunuh sebab dia membunuh anaknya.” (Riwayat Baihaqi)
Hadis dari ibnu Umar bahwa Nabi SAW pernah bersabda :
Artinya : orang tua tidak diqishash oleh sebab membunuh anak nya . ( H.R . IMAM
TIRMIDZI ).

f.


Ketika terjadi pembunuhan yang terbunuh dan pembunuh sederajat

Kesamaan derajat ini terletak pada bidang agama dan kemerdekaan . Orang islam yang
membunuh orang kafir atau orang merdeka membunuh hamba sahaya tidak diqisash , karena
dalam hal ini tidak ada kesamaan derajat antara pembunuh dan yang dibunuh.
Sabda Rasullullah saw:

“ orang islam tidak dibunuh sebab dia membunuh orang kafir.”(Riwayat Bukhari)
g.

Tidak ada orang lain yang ikut membantu pembunuhan diaintara orang orang yang tidak
wajib hukm qisahash atasnya.

3.

Diyat (Denda)
Yang dimaksud dengan diyat ialah denda penganti jiwa yang tidak berlaku atau tidak
dilakukan padanya hukum bunuh . Diyat ada dua macam, yaitu :

1.


Denda berat
Yaitu seratus ekor unta, dengan perincian : 30 ekor unta betina umur 3 masuk 4 tahun, 30
ekor unta betina umur 4 masuk 5 tahun, 40 ekor unta betina yang sedang hamil.
Diwajibkan denda berat karena:

a.

Sebagai ganti hukum bunuh (qisas) yang dimaafkan pada pembunuhan yang betol-betul
sengaja. Denda ini wajib dibayar tunai oleh yang mebunuh sendiri.

b.

Melakukan pembunuhan “seperti sengaja”. Denda ini wajib dibayar oleh keluarganya,
diangsur dalam waktu 3 tahun, tiap-tiap akhir tahun wajib dibayar sepertiganya.
Diyat berat diwajibkan atas pembunuhan sengaja yang dimaafkan oleh ahli waris dari si
terbunuh,serta pembunuhan yang tidak ada unsur-unsur membunuh yang dilakukan dibulan
haram, ditempat haram, serta pembunuhan atas diri seseorang yang masih ada hubungan
kekeluargaan.


2.

Denda ringan
Banyaknya seratus ekor unta juga, tetapi dibagi lima kelompok: 20 ekor unta betina
umur 1 masuk 2 tahun, 20 ekor unta betina umur 2 masuk 3 tahun, 20 ekor unta jantan umur
2 masuk 3 tahun, 20 ekor unta betina umur 3 masuk 4 tahun, 20 ekor unta betina umur 4
masuk 5 tahun. Denda ini wajib dibayar oleh keluarga yang membunuh dalam jangka waktu
tiga tahun , tiap-tiap akhir tahun dibayar sepertiga.

Jika denda tidak dapat dibayar dengan unta, wajib dibayar dengan uang sebanyak
harga unta. Denda ringan atau diyat ringan diwajibkan atas pembunuhan tersalah,
Pembunuhan karena kesalahan obat bagi dokter, dan pemotongan atau membuat cacat serta
melukai anggota badan.
Ringannya denda dipandang dari tiga segi:
a.

Jumlahnya yang dibagi lima

b. Diwajibkan atas keluarga yang bersangkutan
c.


Diberi waktu selama tiga tahun.
Beratnya denda dipandang dari tiga segi juga:

a.

Jumlah denda hanya dibagi tiga, sedangkan tingkat umurnya lebih besar

b. Denda diwajibkan atas yang membunuh itu sendiri
c.

Denda wajib dibayar tunai.
4. Kafarat
Telah diuraikan tentang kewajiban orang yang membunuh orang, yaitu menyerah agar
ia dibunuh pula, atau membayar diyat, atau dibebaskan. Selain itu ia wajib juga membayar
kafarat, yaitu memerdekakan budak, kalau tidak mampu memerdekakan budak atau hamba,
misalnya keadaan sekarang yang tidak ada lagi hamba, maka ia wajib puasa dua bulan
berturut-turut.
Firman ALLAH SWT:


“Dan barang siapa membunuh seorang mukmin karena tersalah ( tidak sengaja ), hendaklah ia
memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman.”Sampai pada firman Allah , “Barang
siapa yang tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (si pembunuh ) berpuasa dua bulan
berturut-turut sebagai cara taubat kepada Allah.”(An-Nisa:92).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Yang dimaksud dengan qishash hukuman balasan yang seimbang atau yang sama, setara dan
yang sepadan dengan perbuatan kejahatan yang dilakukan bagi para pelaku sengaja dan
pelaku peaniyayaan secara pisik dengan sengaja.
Syarat –syarat wajib qisas
a.

Orang yang membunuh sudah baligh dan berakal

b. Orang yang membunuh bukan bapak dari yang terbunuh
c.

Orang yang dibunuh tidak kurang derajatnya dari yang membunuh


d.

Yang terbunuh adalah orang yang terpelihara darahnya, dengan islam ataua dengan
perjanjian.
Yang dimaksud dengan diyat ialah denda penganti jiwa yang tidak berlaku atau tidak
dilakukan padanya hukum bunuh . Diyat ada dua macam, yaitu :

1.

Denda berat
Yaitu seratus ekor unta, dengan perincian : 30 ekor unta betina umur 3 masuk 4 tahun, 30
ekor unta betina umur 4 masuk 5 tahun, 40 ekor unta betina yang sedang hamil.

2.

Denda ringan
Banyaknya seratus ekor unta juga, tetapi dibagi lima kelompok: 20 ekor unta betina
umur 1 masuk 2 tahun, 20 ekor unta betina umur 2 masuk 3 tahun, 20 ekor unta jantan umur
2 masuk 3 tahun, 20 ekor unta betina umur 3 masuk 4 tahun, 20 ekor unta betina umur 4

masuk 5 tahun. Denda ini wajib dibayar oleh keluarga yang membunuh dalam jangka waktu
tiga tahun , tiap-tiap akhir tahun dibayar sepertiga.
Hukum bagi pelaku pembunuhan yaitu qisas dan diyat. Selain itu ia wajib juga membayar
kafarat, yaitu memerdekakan budak, kalau tidak mampu memerdekakan budak atau hamba,
misalnya keadaan sekarang yang tidak ada lagi hamba, maka ia wajib puasa dua bulan
berturut-turut.

B. Saran
Kami dari penulis berharap agar makalah yang kami buat ini bisa berguna bagi pembaca, dan
dapat menjadi panduan dalam belajar.

DAFTAR PUSTAKA
Anwar , Junaidi. 2007. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Yudhistira
Mulyadi , Arif. 2001. Islam Sebagai Tatanan Kehidupan Manusia. Bogor: Yayasan
Tatang Nana
Rasyid, Sulaiman. 1994. Fikih Islam (hukum fikih lengkap). Bandung: Sinar Baru
Algensindo
http://harlisa123.blogspot.coo//2h11/12//aaalah-fiqih-tentang-qisas-iilat.ht/l

Materi Fiqih XI Semester I


Mata Pelajaran Fiqih XI Semester

I
Pelajaran I
JINAYAH DAN HIKMAHNYA
STANDAR KOMPETENSI
1. Memahami ketentuan Hukum Islam tentang Jinayah dan hikmahnya
KOMPETENSI DASAR
1.1 Menjelaskan hukum pembunuhan dan hikmahnya
1.2 Menjelaskan ketentuan hukum Islam tentang qishash dan hikmahnya
1.3 Menjelaskan ketentuan hukum Islam tentang diyat dan kafaarat beserta hikmahnya
1.4 Menunjukkan contoh-contoh qishash, diyaat dan kafaarat dalam hukum Islam
Lihatlah gambar disamping. Pembunuhan dapat terjadi dimana-mana dengan motif yang
beraneka ragam. Berapa banyak jiwa yang telah melayang pada setiap tahunnya.
Pembunuhan sering terjadi di negeri ini, baik itu dengan sengaja atau tidak, dengan alat yang
mematikan atau tidak yang dapat menyebabkan hilangnya nyawa seseorang. Dengan hukum
yang begitu berat ternyata tidak membuat manusia menjadi jera. Masih banyak kasus
pembunuhan yang terjadi tanpa adanya penyelesaian hukum menjadikan pelaku bebas
berkeliaran. Jikalau Negara kita menggunakan hukum Islam untuk menyelesaikan kasus
pembunuhan yang terjadi, tentu akan dapat mengurangi tingkat kejahatan yang terjadi.
Padahal kita mengetahui bahwa Islam adalah agama rahmatan lil’alamin. Agama
yang memberikan kedamaian, ketentraman dan keselamatan bagi para pemeluknya. Islam
melarang prilaku kejahatan pembunuhan baik dengan cara apapun. Namun kurangnya
kesadaran dalam diri manusia perbuatan tersebut dapat terjadi. Berapa banyak kasus
pembunuhan yang terjadi baik itu pembunuhan tunggal ataupun pembunuhan berantai.
Dalam ilmu fiqih pembahasan mengenai tindak pidana kejahatan beserta sangsi
hukumannya disebut dengan istilah jarimah atau uqubah. Jarimah dibagi menjadi dua, yaitu
jinayat dan hudud. Jinayat membahas tentang pelaku tindak kejahatan beserta sangsi
hukuman yaqng berkaitan dengan pembunuhan yang meliputi qishash, diyat dan kifarat.
Sedangkan Hudud membahas tentang pelaku tindak kejahatan selain pembunuhan yaitu
masalah penganiayaan beserta sangsi hukumannya yang meliputi zina, qadzaf, mencuri,
miras, menyamun, merampok, merompak dan bughah.

Dalam bab ini akan membahas tentang hukum pembunuhan dan hikmahnya,
ketentuan hukum islam tentang qishash dan hikmahnya, ketentuan hukum islam tentang
diyat, kifarat dan hikmahnya, serta contoh-contoh qishash, diyat dan kifarat. Pembahan
tersebut dapat dilihat dalam bagan di bawah ini :
A. HUKUM PEMBUNUHAN DAN HIKMAHNYA
1. Dasar hukum larangan pembunuhan
Pengertian pembunuhan secara bahasa adalah menghilangnyakan nyawa seseorang.
Sedangkan arti secara istilah membunuh adalah perbuatan manusia yang mengakibatkan
hilangnya nyawa seseorang baik dengan sengaja ataupun tidak sengaja, baik dengan alat yang
mematikan ataupun dengan alat yang tidak mematikan. Pengertian tersebut di atas sejalan
dengan pendapat sebagaian para ulama bahwa, pembunuhan merupakan suatu perbuatan
manusia yang dapat menyebabkan hilangnya nyawa seseorang dan itu tidak dibenarkan
dalam agama islam.
Adapun dasar hukum larangan membunuh dijelaskan dalam firman Allah :

)٣٣: ‫( السإرأ‬
Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan
dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barang siapa dibunuh secara dzalim, maka
sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli
waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat
pertolongan. (QS. Al Isra (17) : 33)
2. Macam-macam pembunuhan
Pembunuhan dibagai menjadi tiga macam sebagaimana pembahasan di bawah ini :
a.

ُ ْ ‫)قَت‬
Pembunuhan Sengaja (ِ ‫مد‬
ْ َ‫ل الْع‬
Pengertian pembunuhan sengaja adalah pembunuhan yang telah direncanakan dengan
menggunakan alat yang mematikan, baik yang melukai atau memberatkan (mutsaqal).
Contoh pembunuhan sengaja adalah membunuh dengan menembak, melukai dengan alat
yang tajam, memukul dengan alat-alat yang berat, membunuh dengan memasukkan dalam sel
yang tidak ada udaranya, membunuh dengan diberi racun, disuntik dengan obat yang bisa
mematikan, membunuh dengan dibiarkan tidak diberi makan dan lain sebagainya. Dikatakan
pembunuhan sengaja apabila ada niat dari pelaku sebelumnya, alat yang digunakan
mematikan, Baligh dan merdeka pelakunya dan yang dibunuh orang yang baik.

ُ ْ ‫)قُت‬
b. Pembunuhan Seperti Sengaja (ِ ‫مد‬
ِ ‫ل‬
ْ َ‫شبْهِ الْع‬
Pembunuhan seperti sengaja adalah pembunuhan yang dilakukan seseorang tanpa niat
membunuh dan menggunakan alat yang biasanya tidak mematikan, namun menyebabkan
hilangnya nyawa seseorang. Contohnya orang yang memukul orang lain dengan sapu lidi
kemudian mati. Orang yang memanggil orang lain dengan suara keras kemudian orang lain
mati karena panggilannya. Wanita ditakut-takuti ulat kemudian wanita itu mati dan
sebagainya.
c.

ُ ْ ‫)قَت‬
Pembunuhan tersalah (‫ل الْخَطَإ‬
Pembunuhan tersalah, yaitu pembunuhan yang tidak ditujukan kepada seseorang tetapi
sesorang tersebut mati karena perbuatannya. Jenis pembunuhan tersalah ada tiga
kemungkinan.

1) Perbuatan tanpa maksud melakukan kejahatan tetapi mengakibatkan kematian seseorang.
Kesalahan seperti ini disebut salah sasaran (error in concrieto) contohnya seseorang yang
menembak harimau tetapi justru menyasar mengenai orang lain hingga meninggal dunia
2) Perbuatan yang mempunyai niat membunuh, namun ternyata orang tersebut tidak boleh
dibunuh. Contohnya menembak seseorang yang disangka musuh dalam peperangan, tetapi
ternyata kawan sendiri. Kesalahan demikian disebut salah dalam maksud (error in objecto)
3) Pebuatan yang pelakunya tidak bermaksud jahat, tetapi akibat kelalaiannya dapat
menyebabkan kematian seseorang. Contohnya sesorang terjatuh dari pohon dan menimpa
yang ada di bawahnya hingga mati.
3. Dasar hukum bagi pembunuhan
Hukuman pokok bagi pelaku pembunuhan sengaja adalah qishash, artinya dibunuh juga
tetapi jika dimaafkan oleh keluarga korban maka hukuman penggantinya adalah wajib
membayar diyat mughaladhah dan dibayar secara tunai. Hukuman tambahannya adalah
terhalangnya hak waris dan wasiat. Para Fuqaha sepakat bahwa pembunuhan yang dikenai
hukuman qishash disyaratkan berakal sehat, dewasa, sengaja untuk membunuh, dan
melangsungkan sendiri pembunuhannya tanpa ditemani orang lain. Adapun yang menjadi
dasar hukuman pembunuhan sengaja adalah :
“Dan barang siapa membunuh seseorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya adalah
neraka jahannam, kekal ia di dalamnya, dan Allah marah kepadanya dan mengutuknya dan
menyediakan adzab yang besar baginya”. (An-Nisaa (4) : 93)
Pembunuh tidak sengaja tidak dikenai hukum qishash, tetapi hukuman pokok adalah
membayar diyat mughaladhah dengan diangsur selama tiga tahun setiap tahun sepertiganya
dan kifarat. Hukuman penggantinya adalah puasa kifarat, sedangkan hukuman tambahannya
adalah terhalangya menerima warisan dan wasiat. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

َ َ َ ‫ن قَت‬
َ ‫ن‬
‫ش َاءُوا‬
َ ِ ‫ل فَََا‬
َ ْ ‫مدًا ُرفِ َعَ اِلَى اَوْلِي َََاءِ ال‬
ِ َ‫متَع‬
ُ ‫ل‬
َ
ِ ْ‫مقْت ََُو‬
ْ ‫م‬
َ ْ ‫قَتَل ََُوْا وَاِن‬
‫ن‬
َ َ ‫ش َاءُوا ا‬
ً ‫ح َق‬
ِ ‫ن‬
َ َ َ ‫خَ ذ ُوْا الدِي‬
َ ْ‫ة وَثَلَث ََُو‬
َ ْ‫ي ثَلَث ََُو‬
َ ِ‫ة وَه‬
)‫ة (رواه الترمذى‬
ً ‫خل ْ َف‬
ِ ‫ن‬
ً َ‫جدْع‬
َ ْ‫ة َوا َ ْربَعُو‬
َ
“Barangsiapa membunuh dengan sengaja, (hukumnya) harus menyerahkan diri kepada
keluarga terbunuh, maka jika mereka (keluarga terbunuh) menghendaki, dapat mengambil
qishash, dan jika mereka menghendaki (tidak mengambil qishash), mereka dapat mengambil
diyat berupa 30 ekor hiqoh, 30 ekor jadz’ah dan 40 ekor khilfah” ( HR. Tirmudzi )
Hukuman pembunuhan tersalah adalah memerdekakan seorang hamba sahaya yang
beriman atau membayar diyat mukhoffafah ( denda ringan ) diberikan kepada keluarga
terbunuh dan boleh diangsur 3 tahun setiap tahunnya sepertiganya. Ketentuan ini berdasarkan
firman Allah :

“Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali
Karena tersalah (Tidak sengaja)[334], dan barangsiapa membunuh seorang mukmin Karena
tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta
membayar diat[335] yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu)” ( Q.S. AnNisa’ (4): 92)
4. Hikmah dilarangnya pembunuhan
a. Memberi pelajaran kepada masyarakat agar tidak melakukan pebuatan keji.

b. Manusia yang satu dengan yang lain saling menempatkan kedudukan yang tinggi baik di
dalam hukum manusia maupun di hadapan Allah SWT.
c. Menyelamatkan jiwa manusia
d. Terciptanya keamanan dan ketentraman dalam kehidupan sehari-hari.
B. KETENTUAN HUKUM ISLAM TENTANG QISHASH DAN HIKMAHNYA
1. Pengertian dan Hukum Qishash
Qishash berasal dari kata

‫ص‬
َ ‫ص‬
َ َ‫ ق‬yang artinya memotong atau bersal dari kata َ ‫اِقْت‬

‫ص‬
َ yang artinya mengikuti, yakni mengikuti perbuatan si penjahat sebagai pembalasan atas

perbuatannya.
Menurut syara’ qishash adalah hukuman balasan yang seimbang bagi pelaku
pembunuhan maupun perusakan aggota badan atau pelaku penghilangan manfaat anggota
badan yang dilakukan dengan sengaja, Firman Allah :

)۱۷۸ : ‫( البقرة‬
“Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu (hukum) qishash untuk membela
orang-orang yang dibunuh, orang merdeka diqishash sebab membunuh orang merdeka,
hamba dengan hamba dan wanita dengan wanita. Tetapi barangsiapa yang mendapat
sebagian kemampuan dari saudaranya (ahli waris yang terbunuh) maka hendaklah ia
membalas kebaikan itu dengan cara yang baik. Dan hendaklah (yang diberi maaf)
membayar (diyat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik pula. Yang tersebut itu
ialah suatu keringanan dan rahmat Tuhanmu”. (QS.’Al Aqarah (2) :178)
a.

Sedangkan hukum qishash sebagai berikut :
Membunuh orang tidak bersalah haram hukumnya. Berdasarkan firman Allah SWT :

)۹۳ : ‫( النساء‬
“ Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja Maka balasannya
ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta
menyediakan azab yang besar baginya “ ( Q.S.An-Nisa’ (4): 93 ).
b. Orang mendahului melakukan pembunuhan, menanggung dosa orang yang mengikuti
membunuh itu.
c. Orang melakukan pembunuhan sengaja imannya tanggal.
d. Perkara yang mula-mula diadili Allah SWT dihari kiamat ialah perkara pembunuhan.
2. Macam-macam qishash
Berdasarkan keterangan di atas, maka qishash dibagi menjadi dua macam, yaitu :
a. Qishash jiwa yakni hukuman mati bagi pelaku pidana pembunuhan.
b. Qishash anggota badan yakni qishash bagi pelaku tindak pidana melukai, merusak atau
menghilangkan manfaat atau fungsi anggota tubuh.
Pelaksanaan qishash jiwa maupun qishash anggota badan, diatur dalam hukum Islam.
Sebagaimana firman Allah SWT.

)٤٥ : ‫( المَائدة‬
“Dan kami Telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa
(dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga,
gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada kisasnya. barangsiapa yang melepaskan (hak

kisas) nya, Maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. barangsiapa tidak
memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orangorang yang zalim “( Q.S. Al-Maidah(5) : 45 ).
3. Syarat-syarat Qishash
Adapun syarat-syarat yang harus terpenuhi dalam pelaksanaan hukum qishash sebagai
berikut :
a. Pembunuh sudah baligh dan berakal, maka anak-anak dan orang gila tidak dikenakan hukum
qishash. Sabda Rasulullah SAW :

َ ِ ‫ن عَا ئ‬
‫صلَى االله‬
َ ‫ش‬
ِ ‫ة َر‬
َ ‫ن النَبِى‬
ْ َ‫ع‬
ِ َ‫ى االله عَن ْ َها ع‬
َ ‫ض‬
َ ‫م َقََا‬
‫ن النَا‬
ٍ َ ‫ن ثَل‬
ِ ْ ‫عَلَي‬
َ ‫ه َو‬
ُ َ ‫ ُرفََِعَ الْقَل‬: ‫ل‬
َ َ ‫سإل‬
ْ َ‫م ع‬
ِ َ‫ث ع‬
َ
‫ن‬
‫ن‬
َ ‫ر‬
َ ِ ‫ئِم‬
ْ َ ‫حتَى ي‬
َ
َ َ ‫حتَى يَكْب‬
ِ ْ ‫الصََ ِغي‬
ِ َ‫ََر َوع‬
ِ َ‫سََتَي ْ ِقظ َوع‬
َ ََََ‫حتَى ي َ ْع ِق‬
‫ق ( رواه احمََََد‬
َ ‫ن‬
ْ ‫م‬
َ ََََْ ‫ل ا َ ْوي ُ ِفي‬
َ ‫ال‬
ِ ‫ََََو‬
ْ ُ ‫جن‬
) ‫وابودود‬
“ Dari Aisyah, Nabi Muhammad SAW. Bersabda: “Diangkat hukum (tidak terkena
hukuman) dari tiga perkara : orang tidur hingga ia bangun, anak-anak ia hingga dewasa,
dan orang gila hingga ia sembuh dari gilanya” ( H.R. Ahmad dan Abu Dawud)

b. Pembunuh bukan orang tua dari orang yang dibunuh. Jika orang tua membunuh anak, maka
tidak wajib dilaksanakan qishash, tetapi jika anak membunuh orang tua, maka wajib
dilaksanakan qishash.
c. Jenis pembunuhan adalah pembunuhan yang disengaja. Pembunuhan yang mirip disengaja
maupun pembunuhan yang tidak disengaja tidak ada hukum qishash.
d. Orang yang dibunuh terpelihara darahya, artinya bukan orang jahat. Orang yang membunuh
karena membela diri tidak ada qishashnya baginya. Orang mukmin yang membunuh orang
kafir, orang murtad dan pezina mukhshan tidak ada hukuman qishash baginya. Sabda Nabi :

ُ َ ‫لَيُقْت‬
) ‫م بِكَا فِرٍ ( رواه البخارى‬
ْ ‫م‬
ٌ ِ ‫سل‬
ُ ‫ل‬

“Orang Islam tidak dibunuh karena membunuh orang kafir ( H.R. Bukhari )

e. Orang yang dibunuh sama derajatnya, misalnya orang islam dan orang islam, merdeka dengan
merdeka, perempuan dengan perempuan dan budak dengan budak.

)۱۷۸ : ‫( البقرة‬
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orangorang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan
wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya,
hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi
ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). yang
demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. barangsiapa yang
melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih” ( Q.S. Al-Baqarah
(2) : 178 ).
f.

Qishash dilakukan dalam hal yang sama jiwa dengan jiwa, mata dengan mata, telinga dengan
telinga dan lain-lain.
4. Pembunuhan oleh Massa

Sekelompok orang yang sepakat untuk membunuh seseorang kemudian mereka
laksanakan, maka mereka terkena hukum qishash walaupun dintara mereka ada yang tidak
melakukan pembunuhan secara langsung, misalnya orang yang membantu proses
pembunuhan.
“dan barangsiapa dibunuh secara zalim, Maka Sesungguhnya kami Telah memberi
kekuasaan[854] kepada ahli warisnya “ ( Q.S. Al-Isra’ ( 17) : 33 ).
Mughirah menghukum bunuh 7 orang yang membunuh seseorang. Ibnu Abbas pun
berpendapat , ”Kalau sekelompok orang membunuh seseorang, mereka harus dibunuh
meskipun jumlahnya 100 orang dengan cara yang sama. Umar Bin Khotthab RA. berkata:
“Kalau seluruh penduduk ikut membunuh seorang, niscaya aku bunuh mereka semua”
Diterangkan dalam riwayat :

َ َ َ ‫ه قَت‬
‫ل‬
ِ ‫م َر َر‬
َ َ‫ب ا‬
َ ‫م‬
َ ‫َن‬
ُ َ ْ ‫ى اللََهععَن‬
َ ُ‫ن ع‬
ُ ْ ‫ن ال‬
ِ َ ‫سي‬
ْ ‫ع‬
َ َ‫ض‬
ِ ْ ‫سإعِيْدب‬
َ ‫َال َوقَا‬
َ
ً َ ‫جل ً ِغيْل‬
ً َ ‫سإت‬
ً ‫س‬
ِ ْ‫ة اَو‬
ُ ْ‫مو‬
ُ ‫ة قَتَلُوْا َر‬
َ ‫م‬
َ ِ‫ة ب‬
ْ ‫خ‬
ْ‫ل َََو‬: ‫ل‬
ٍ ‫ض ٍع خ‬
ُ ََْ‫مََالَل َ ع َلَي ََْهِ اَه‬
‫ميْعًََا (رواه‬
ِ ‫ج‬
َ ِ‫م ب ََِه‬
ْ ُ‫صََنْعَاءَ لَقَتَلْتُه‬
َ َ‫ت‬
ُ ‫ل‬
)‫الشافعى‬
Dari Sa’id bin Musayyab RA diterangkan bahwa Umar RA telah menghukum
bunuh lima atau enam orag yang membunuh seorang laki-laki secara zalim (ditipu) di
tempat yang sunyi, dan ia berkata : “Andaikata mereka bersama-sama membunuhnya maka
semua penduduk Shun’a, niscaya aku bunuh mereka karena laki-laki yang seorang ini
(diriwayatkan Syafi’i)
Pengikut madzab Syafi’I dan Hambali memberikan persyaratan, yaitu hendaknya
perbuatan satu orang dari sekelompok tersebut seandainya dia lakukan sendiri bisa
mematikan. Tetapi jika perbuatannya tidak mematikan, maka tidak ada qishash baginya.
Imam Malik berkata : “Menurut kami semua lelaki merdeka yang bersekongkol
membunuh seorang lelaki merdeka terkena hukum qishash jika pembunuh tersebut atas
kesengajaan, demikian pula seluruh wanita karena turut membunuh satu orang wanita. Dan
semua hamba sahaya yang ikut membunh seorang hamba sahaya “.
5. Hikmah ditegakkannya Qishash
Pelaksanaan hukum qishash agar supaya terpelihara jiwa dari gangguan pembunuh.
Apabila seseorang mengetahui bahwa dirinya akan dibunuh juga, karena akibat perbuatan
membunuh orang, tentu ia akan takut membunuh orang lain. Dengan demikian terpelihara
jiwa dari terbunuh; terpeliharalah manusia dari bunuh membunuh.
Menjatuhkan hukum yang sebanding dan setimpal itu , memeliharakan hidup
bermasyarakat, dan Al-Qur’an tiada menamai hukum yang dijatuhkan atas pembunub itu,
dengan nama hukum mati atau hukum gantung, atau hukum bunuh, hanya menamai “hukum
setimpal dan sebanding” dengan kesalahan nyang diperbuatnya.
Dan mengapa Islam tidak memastikan hukumannya membayar diat saja ?.Hal ini
dengan mudah dapat diketahui bahwa “diyat” itu tidak dapat memundurkan hasrat
membunuh dari seseorang yang hendak membunuh itu.
Operasi pemberantasan kejahatan yang dilakukan oleh pemerintah dapat menjadi bukti
betapa tinggi dan benarnya ajaran Islam terutama yang berkenaan dengan hukum qishash atau
hukum pidana Islam. Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT :

“Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, Hai orang-orang yang
berakal, supaya kamu bertakwa “ ( Q.S. Al-Baqarah (2) : 179)
Dengan kata lain adanya qishash pembunuhan dan permusuhan dapat dicegah dan
dihindari. Ringkasnya hikmah ditegaknya qishash sebagai berikut :
a. Menghargai harkat dan martabat manusia, karena nyawa dibalas dengan nyawa, begitu pula
anggota tubuh dibalas juga.
b. Mencegah terjadinya permusuhan dan pertumpahan darah sehingga keamanan dan
kedamaian dapat dirasakan
c. Agar manusia berfikir dua kali, untuk melakukan kejahatan
C. KETENTUAN HUKUM ISLAM TENTANG DIYAT, KIFARAT DAN HIKMAHNYA
1. Pengertian dan Dasar Hukum Diyat
Diyat secara bahasa artinya denda yang berat, atau ganti rugi pembunuhan.
Sedangkan menurut istilah adalah sejumah harta yang wajib diberikan oleh pihak pelaku
pembunuhan / kejahatan kepada pihak teraniaya atau keluarganya untuk menghilangkan
dendam, meringankan beban korban dan keluarganya. Dengan kata lain denda pengganti jiwa
yang tidak berlaku atau tidak dilakukan padanya hukuman bunuh.
Diyat sebagai pengganti hukum qishash berdasarkan ayat Al Qur’an. Firman Allah :

) ۹۲ : ‫(النساء‬
“Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali
Karena tersalah (Tidak sengaja)[334], dan barangsiapa membunuh seorang mukmin Karena
tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta
membayar diyat[335] yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu)” ( Q.S. AnNisa’ (4): 92)
2. Sebab-sebab Diyat
Mengapa seseorang harus membayar diyat atau denda sebagai pengganti terhadap apa
yang sudah diperbuatnya ?. Ada beberapa hal sebab-sebab seseorang harus membayar diyat :
a. Pembunuhan sengaja yang dimaafkan oleh wali/ahli waris terbunuh
b. Pembunuh lari namun sudah diketahui identitasnya sehingga diyat dibebankan kepada ahli
waris
c.

Pembunuhan seperti sengaja ( ُ ‫مد‬
ْ َ‫الْع‬

ُ ْ ‫) قَت‬
ِ‫شبْه‬
ِ ‫ل‬
َ ْ ُ ْ ‫)قَت‬
ِ ‫ل الخَطإ‬

d. Pembunuhan tersalah (
e. Qishash sulit untuk dilaksanakan

3. Macam-macam Diyat
Diyat dalam masalah pembunuhan baik pembunuhan sengaja, seperti sengaja atau
pembunuhan tersalah dibagi menjadi dua macam, yaitu :

a. Diyat Mughallazhah

‫ة‬
ٌَ َ ‫مغَلَظ‬
ٌ َ ‫دِي‬
ُ ‫ة‬

/ denda berat

Diyat mughalallazhah ialah denda yang diwajibkan atas pembunuhan sengaja (qathul
‘amd) jika ahli waris mema’afkan dari pembalasan jiwa serta denda atas pembunuhan tidak
sengaja (Syibhul ‘amd) dan denda atas pembunuhan yang tidak ada unsur –unsur membunuh
(Qathul Khatha’) yang dilakukan di bulan haram, ditempat haram serta pembunuhan atas diri
seseorang yang masih ada hubungan kekeluargaan.

Adapun jumlah diyat mughallazhah ialah denda dengan cara membayar 100 ekor
unta, terdiri 30 ekor hiqqah ( unta betina berumur 3-4 tahun), 30 ekor jadzah (unta betina 4-5)
dan 40 ekor khilfah (unta betina yang bunting).
Ketentuan denda tersebut di atas sesuai dengan hadits Nabi SAW. :
“ Barang siapa yang membunuh orang mukmin dengan sengaja diserahkan perkaranya
kepada keluarga yang terbunuh, maka jika mereka menghendaki supaya membunuhnya
dibunuh pula, dan jika mereka kehendaki, mereka boleh menerima diyat, yaitu 30 ekor unta
yang berumur 3 tahun,30 ekor unta yang berumur 4 tahun serta 40 ekor unta yang berumur
5 tahun (yang sedang hamil). Hasil perdamaian itu untuk mereka (ahli waris terbunuh).
Demikian itu untuk memberatkan terhadap pembunuhan” ( Riwayat Tirmidzi)
Jika unta tidak didapat, diyat dapat dengan uang atau lainnya seharga 100 ekor unta
tersebut. Pada zaman Rasulullah diyat mughallazhah dibayar 800 dinar (uang emas) atau
8.000 dirham (uang perak). Bahkan dijaman kholifah Umar bin Khathab ketika harga unta itu
mahal, harganya 12.000 dirham atau 200 ekor sapi atau 2.000 ekor kambing atau 200 stel
bahan pakaian.
Diyat mughallazhah ini diwajibkan :
1) Pembunuh sengaja tapi dimaafkan oleh keluarga korban. Pembayaran diyat ini sebagai
pengganti qishash. Pembayarannya secara tunai (sekaligus)
2) Pembunuhan seperti sengaja membayar ayat 100 ekor unta seperti diatas, tetapi boleh
diangsur selama tiga tahun.
3) Pembunuhan pada bulan-bulan haram yaitu bulan Dzul Qa’adah,Dzulhijjah, Muharram dan
Rajab.
4) Pembunuhan di tempat haram atau kota Makkah.
5) Pembunuhan orang yang masih mempunyai hubungan keluarga atau pembunuhan terhadap
muhrim, radha’ah atau mushaharah.

b. Diyat Mukhofafah (

‫ة‬
َ ‫م‬
ٌ ‫خ َف َف‬
ٌ َ ‫) دِي‬
ُ ‫ة‬

Denda yang sifatnya ringan yaitu membayar denda yang berupa 100 ekor unta terdiri 20
ekor hiqqah, 20 ekor jadz’ah, 20 ekor binta labun (unta betia umur lebih dari 2 tahun), 20
ekor ibnu labun (unta jantan berumur lebih dari 2 tahun) dan 20 ekor binta mukhod (unta
betina bermur lebih 2 tahun) diyat mukhaffah diwajibkan atas pembunuhan tersalah dibayar
oleh keluarga pembunuh dan dianngsur 3 tahun tiap tahun sepertignya.
Diyat mukhafafah ini diwajibkan kepada :

َ ْ ُ ْ ‫قَت‬
ِ ‫ل الخَطإ‬

1)
atau pembunuh tersalah
2) Pembunuhan selain di tanah haram (Makkah) bukan bulan haram (Muharrom, Dzulhijah dan
Rajab) dan bukan muhrim. Nilai diat ditetapkan oleh Nabi Muhammad SAW adalah 100 unta
disamakan 200 ekor sapi atau 2000 ekor domba.
3) Orang yang sengaja memotong/membuat cacat/melukai anggota badan orang lain tetapi
dimaafkan oleh keluarga kurban.
4) Pembunuhan karena kesalahan obat bagi dokter.
5) Pemotongan atau membuat cacat serta melukai anggota badan.
4. Diyat selain Pembunuhan
Pembayaran diyat selain pembunuhan yang meliputi memotong atau melukai anggota
tubuh dijelaskan sebagai berikut :

a.

b.
c.
d.
1)
2)
3)

Wajib membayar satu diyat penuh yaitu pembayaran 100 ekor unta bagi orang yang
melakukan kejahatan memotong anggota tubuh, yang berpasangan, seperti kedua mata, kedua
telinga, kedua tangan, kedua kaki dan sebagainya. Menghilangkan anggota badan yang
tunggal seperti hidung, lidah juga membayar diyat penuh atau 100 ekor unta.
Wajib membayar setengah diyat yaitu membayar lima puluh ekor unta, apabila memotong
salah satu dari anggota tubuh yang berpasangan seperti satu kaki, satu tangan, satu telinga,
dan sebagainya.
Wajib membayar sepertiga diyat, yaitu membayar 33 ekor unta apabila melukai anggota
tubuh antara lain: melukai kepala sampai ke otak, atau melukai badan sampai ke perut.
Wajib membayar diyat berupa :
15 ekor bagi orang yang melukai sampai terkelupas kulit di atas tulang;
10 ekor unta bagi orang yang melukai sampai mengakibatkan putusnya jari-jari tangan
maupun jari kaki.
5 ekor unta bagi orang yang melukai dan mengakibatkan patah/ lepasnya sebuah gigi satu
luka sampai terkelupas daging.
Bagaimana kalau seseorang meruntuhkan semua gigi orang lain, apakah harus
membayar lima ekor unta kali jumlah gigi tersebut ?. Ulama berbeda pendapat, sebagaian
ulama berpendapat cukup membayar 60 ekor unta (yang berusia dewasa). Ulama yang lain
berpendapat harus membayar 5 ekor unta kali jumlah gigi.

5. Hikmah Diyat
Pembayaran diyat bagi pembunuh kepada keluarga kurban, disamping untuk menghilangkan
rasa dendam juga mengandung hikmah sebagai berikut :
a. Sifat pemaaf kepada orang lain karena sesuatu hal sudah terjadi
b. Manusia dapat berhati-hati dalam bertindak bahkan takut melakukan kejahatan karena sayang
harta, bisa habis bahkan melarat karena untuk membayar diyat
c. Menjunjung tinggi terhadap perlindungan jiwa dan raga.
6. Pengertian Kifarat
Kifarat secara bahasa ialah tertutup / terselubung, maksudnya hati seseorang sedang
tertutup sehingga meniadakan Allah atau menentang-Nya yang selanjutnya berani melakukan
perbuatan ma’syiat.Dengan kata lain kifarat berarti denda atas pelanggaran terhadap larangan.
Kifarat menurut istilah berarti tebusan atau denda yang wajib dibayar oleh seseorang
karena telah melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah.
7. Macam-macam Kifarat Pembunuhan
a. Kifarat karena pembunuhan
Pembunuh selain dihukum qishash atau membayar diyat, dia harus membayar kifarat juga.
Adapun kifarat bagi orang yang membunuh adalah memerdekakan hamba sahaya atau
berpuasa dua bulan berturut-turut. Hal ini sejalan dengan Firman Allah :

) : ‫النساء‬

۹۲(
Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali
Karena tersalah (Tidak sengaja)[334], dan barangsiapa membunuh seorang mukmin Karena
tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta

membayar diat[335] yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika
mereka (keluarga terbunuh) bersedekah[336]. jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang
ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, Maka (hendaklah si pembunuh)
membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan
hamba sahaya yang beriman. barangsiapa yang tidak memperolehnya[337], Maka
hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan Taubat
dari pada Allah. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. .(QS. An-nisa
(4): 92)
b. Kifarat karena membunuh binatang buruan pada waktu melaksanakan ihram
Kifaratnya yaitu dengan mengganti binatang ternak yang seimbang atau memberi makan
orang miskin atau dengan berpuasa.
Selain kifarat di atas masih ada beberapa macam kifarat selain masalah pembunuhan sebagai
berikut pembahasan di bawah ini :
a. Kifarat karena melanggar sumpah
Jika orang bersumpah dengan menggunakan nama Allah lalu melanggarnya, maka baginya
wajib kifarat, yaitu memberi makan sepuluh orang miskin atau memberi pakaian,
memerdekakan seorang budak atau puasa tiga hari. Hal ini sebagaimana Firman Allah SWT :

)۸۹ : ‫( المَائدة‬
“Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk
bersumpah), tetapi dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja,
Maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu
dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi Pakaian kepada
mereka atau memerdekakan seorang budak. barang siapa tidak sanggup melakukan yang
demikian, Maka kaffaratnya puasa selama tiga hari. yang demikian itu adalah kaffarat
sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). dan jagalah sumpahmu.
Demikianlah Allah menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur
(kepada-Nya).” (QS Al Maidah (5): 89)
b. Kifarat karena dzihar ‫ار‬
ٌ َ‫ظِه‬
Yaitu menyerupakan isterinya dengan ibunya (ibu suami). Misalnya suami berkata di depan
isterinya punggungmu persis seperti punggung ibuku. Maka suami wajib kifarat yang
ditunaikan sebelum menggauli isterinya. Kifaratnya adalah memerdekan hamba sahaya, atau
berpuasa 2 bulan berturut atau yang tidak bisa yaitu memberi makanan 60 orang miskin
“Orang-orang yang menzhihar isteri mereka, Kemudian mereka hendak menarik kembali
apa yang mereka ucapkan, Maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum
kedua suami isteri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Barangsiapa yang tidak mendapatkan (budak),
Maka (wajib atasnya) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya bercampur.
Maka siapa yang tidak Kuasa (wajiblah atasnya) memberi makan enam puluh orang miskin.
Demikianlah supaya kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. dan Itulah hukum-hukum
Allah, dan bagi orang kafir ada siksaan yang sangat pedih. ( QS. Al- Mujadalah (58): 3-4)

c. Kifarat karena melakukan hubungan badan suami isteri disiang hari pada
bulan ramadhan, kifaratnya sama dengan dzihar.
d. Kifarat Ila’ ٌ‫اِيلَء‬

Yaitu suami yang berjanji tidak akan menggauli isterinya selama masa tertentu, maka
kifaratnya sama dengan kifarat melanggar sumpah
8. Hikmah Kifarat Pembunuhan
Ada beberapa hikmah yang terkandung dalam kifarat pembunuhan sebagai berikut :
a. Manusia benar-benar menyesali pebuatan yang keliru, telah berbuat dosa kepada Allah dan
merugikan sesama manusia
b. Bertaubat kepada Allah dengan mendekatkan diri kepada-Nya
c. Percaya diri dengan diterima taubatnya manusia menjadi tenang, karena tuntunan agama
sudah dipenuhinya.
D. CONTOH-CONTOH QISHASH, DIYAT DAN KIFARAT
Dalam membahas masalah ini kita dihadapkan pada hokum yang berlaku di Negara
kita. Negara Indonesia adalah sebuah Negara yang berlandaskan hokum yang bersumber pada
UUD. Jadi bagi siapapun yang membunuh dengan sengaja, maka tidak akan dikenakan
hukium qishash, tetapi sesuai dengan hokum yang berlaku. Demikian juga siapapun yang
membunuh dan dima’afkan oleh keluarga juga tidak akan dikenakan diyat sebagaimana
pembahasan dalam hokum Islam. Tetapi tidak ada salahnya memberikan contoh realita dalam
kehidupan bermasyarakat, agar tidak terjadi pembunuhan yang memang begitu memberatkan
jenis hukumannya.
Pak Karta dan Joko dalam satu kantor di salah satu perusahaan besar yang bergerak
dalam layanan barang dan jasa. Suatu ketika pak Karta diangkat menjadi direktur, padahal
masa kerja jauh lebih lama pak Joko dibandingkan pak Karta. Suatu ketika dalam diri pak
Joko timbul niat jahat untuk membunh pak Karta. Maka dibuatlah rencana cara
membunuhnya agar tidak diketahui oleh karyawan perusahaan, dan alatnya berupa senapan
sudah dipersiapkan. Suatu hari niat itu diujudkan dengan membunuh pak Karta.
Dari ilustrasi di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa pak Joko disamping
harus diqishsh dengan cara dibunuh dengan senapan juga, maka juga wajib membayar diyat
berupa 100 ekor unta dan dibayar secara tunai, karena kejahatan pak Joko dima’afkan oleh
keluarga pak Karta. Disamping itu pak Joko harus memilih salah satu jenis kifarat sebagai
hukuman tambahan karena membunh, yaitu memerdekakan seorang budak yang berimkan,
atau berpuasa dua bulan berturut-turut. Jika keduanya tidak mampu dikerjakan, maka harus
member makan dan pakaian kepada 60 orang fakir miskin sebagai gantinya.
http:///asalafilahpeaalongan.blogspot.coo//2h12/h///ateri-fiqih-ii-se/ester-i.ht/l

Macam-macam Pembunuhan menurut ilmu Fiqih
1. Pembunhuan yang di lakukan secara sengaja, yaitu suatu pembunuhan yang telah di
rencanakan dengan memakai alat yang biasanya mematikan seseorang; di katakan membunuh
dengan sengaja apabila pembunuh tersebut, baligh dan mempunyai niat atau rencana untuk
melakukan pembunuhan, memakai alat yang biasanya mematikan manusia, sedangkan orang
yang terbunuh adalah orang baik-baik. Pembunuhan dengan sengaja antara lain dengan
membacok korban, menembak dengan senjata api, memukul dengan benda keras, menggilas

dengan mobil, mengalirkan listrik ke tubuh korban dan sebagainya.
2. Pembunuhan seperti di sengaja, yaitu pembunuhan yang terjadi sengaja di lakukan oleh
seorang mukallaf dengan alat yang biasanya tidak mematikan. Perbuatan ini tidak di niatkan
untuk membunuh, mungkin sekali dengan main-main. Misalnya dengan sengaja memukul
orang lain dengan cambuk ringan atau dengan mistar, akan tetapi yang terkena pukul
kemudian meninggal.
3. Pembunhuan bersalah, yaitu pembunuhan karena kesalahan/keliru semata-mata tanpa di
rencanakan dan tanpa maksud sama sekali. Misalnya seseorang melempar batu atau
menembak burung akan tetapi terkena orang kemudian meninggal.
http://isla/-sharei.blogspot.coo//2h11/11//acoa/-/acoa/-pe/bnnnhan-/ennrnt-il/n.ht/l

Materi Ajar Fiqih XI/1 "Pembunuhan"

 Pembunuhan
a.
b.

Pengertian pembunuhan , pembunuhan adalah melenyapkan nyawa seseorang sehingga menjadi mati, baik
disengaja maupun tidak, baik dengan memakai alat atau tidak
Macam-macam pembunuhan :

1. Pembunuhan yang disenagja [‫]قتل العمد‬, yaitu pembunuhan yang dilakukanseseorang
dengan alat yang lazim untuk membunuh, atau alat yang bisa membunuh, baik dengan
anggota badan orang yang membunuh, maupun tanpa menggunkan alat. Pembunuhan jenis ini
biasanya terencana.

2. Pembunuhan seperti sengaja [‫ه العمد‬
ُ ‫]قتل شب‬, yaitu pembunuhan yang dilakukan oleh
seseorang dengat alat yang menurut perkiraan tidak akan menyebabkan kematian, dan orang
yang membuynuhnya tidak bermaksud membunuh orang lain.

3. Pembunuhan yang tidak disengaja [‫ ]قتل الخطئ‬, yaitu pembunuhan yang sama sekali
tidak sengaja membunuh.
c.

Dasar hukum larangan membunuh:
Firman Allah SWT :

‫ه إل ّ بالحقِ ۗ ومن قُتل مظلوما ً فقد‬
ُ ‫حرم الل‬
َ ‫ول تقتلوأ النّف‬
َ ‫س الّتى‬
ً ‫جعلنا لوليِه سإلطانا ً فل يسرف فى القتل ۖ إنّه كان منصورا‬
٣٣

“Dan janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah (membunuhnya), kecuali dengan sesuatu
(alasan) yang benar. Dan barang siapa dibunuh secara dhalim, maka sungguh Kami telah memberi kekuasaan
kepada walinya, tetapi janganlah walinya itu melampaui batas dalam pembunuhan. Sesungguhnya ia adalah
orang yang mendapat pertolongan”. Al-Isro’: 33
Nabi saw bersabda:

ُ ‫ل قت‬
ّ ‫ل يَح‬
‫إيمان وَزنا ً بعد‬
‫ثلث كفرٍ بعد‬
‫ئ مسلم ٍ إل َ باحدى‬
ٍ
ْ ‫لا‬
ٍ ِ‫مر‬
ٍ
‫وقتل‬
‫إحصان‬
ّ‫نفس بغيرِ حق‬
ِ
ٍ
ٍ
ً
ً
‫]رواه‬
‫ظلما وعدوانا‬
[‫مسلم‬
“ Tidak halal membunuh seorang muslim kecuali tiga hal: kufur sesudah beriman, berzinah setelah
berkeluarga, dan membunuh seseorang yang benar karena semata berbuat dhalim dan permusuhan”. (HR.
Muslim)

 Hikmah larangan membunuh:
1.
2.
3.

Manusia tidake berbuat semena-mena terhadap harga diri manusia, sebaliknya ia akan menghargai keberadaan
manusia.
Manisa akan menempatkan manusia yang lain dalam kedudukan yang tinggi baik di mata hukum maupun
dihadapan Allah SWT.
Menjaga dan menyelamatkan jiwa manusia.

 Qishash
a.
b.

Pengertian qishash, yaitu hukuman balasan yang seimbang bagi pelaku pembunuhan maupun pengrusakan
anggota badan seseorang, yang dilakukan dengan sengaja.
Dasar hukum qishash
Membunuh dengan sengaja hukuimnya haram, dan pelakunya selain harus dijatuhi hukuman, kelak di akhirat
mendapat siksa yang pedih.
Allah berfirman:

‫بالحر والعبد ُ بالعبد‬
‫ح ّر‬
ُ ‫ى ۖ ال‬
ِ ‫ص فى القتل‬
ُ ‫يأيّها الذين كتب عليكم القصا‬
ّ
ُ
‫في له‬
َ ‫والنثى بالنثى ۚ فمن أ‬,
‫ف منربكم‬
‫بالمعروف أدآءٌ إليه‬
ٌ ‫ئ فاتِباع‬
ٌ ‫بإحسان ۗ ذلك تخفي‬
ٌ ‫من أخيهِ شي‬
ِ
ٍ
‫ة‬
ٌ ‫ۗ ورحم‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu (melaksanakan) qishash berkenaan dengan orang
yang dibunuh. Orang merdeka dengan orang merdeka, hamba sahaya dengan hamba sahay, perempuan
dengan perempuan. Tetapi barang siapa memperoleh maaf dari saudaranya, hendaklah dia mengikutinya
dengan baiak, dan membayar diyat (tebusan) kepadamu dengan baik (pula), Yang demikian itu adalah
keringanan dan rahmat dari Tuhanmu. (al-Baqarah 178)
Nabi saw bersabda:

َ ‫ج‬
َ ‫ج‬
ّ ‫ك‬
‫ل يقتل‬
‫ل‬
ُ ‫الر‬
ُ ‫الر‬
ٍ
َ ‫ل يموت مشركا أو‬
َ ّ ‫ذنب عسى الله أن يغفره إل‬
ً ‫مدا‬
ّ ‫مؤمنا متع‬
[‫]رواه ابو داود وابن حبان‬

“Sertiap dosa ada harapan Allah akan mengampuninya, kecuali seorang laki-laki yang mati dalam keadaan
syirik atau seseorang membunuh seorang mukmin dengan sengaj”

(HR. Abu Dawud dan Ibnu Hiban)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
d.

c. Syarat-syarat qishash pembunuhan
Pembunuh sudah bakigh dan berakal sehat.
Pembunuh bukan orang tua yang dibunuh.
Jenis pembunuhan adalah pembunuhan yang disengaja.
Orang yang terbunuh terpelihara darahnya, artinya bukan orang jahat.
Orang yang dibunuh sama derajatnya, misalnya Islam dengan Islam, merdeka dengan orang merdeka.
Qishash dilakukan pada hal yang sama; jiwa dengan jiwa, mata dengan mata, telinga dengan telinga.

Qishash anggota tubuh

3.
4.
5.

Disebutkan di dalam al-Qur’an surat al-Maidah ayat 45 yang artinya:
“Kami telah menetapkan bagi meraka di dalamnya (taurat) bahwa nyawa (dibalas) dengan nyawa, mata
dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada
qishashnya (balasan yang sama)”.
e. Pembunuhan oleh massa, yaitu pembunu yang disengaja yang dilakukan oleh sekelompok orang (lebih dari
satu), maka semuanya harus diqishash. Ibnu Abbas berpendapat:”Kalau sekelompok orang membunuh seorang,
mereka harus dibunuh meskipun jumlahnya 100 orang dengan cara yang sama.”
f. Hikmah hukum qishash:
1. Memberikan pelajaran kepada manusia untuk tidak melakukan kejahatan, ataupun mempermainkan nyawa
manusia.
2. Dengan adanya hukuman qishash maka manusia akan merasa takut berbuat jahat pada orang lain, terutama
penganiyaan tubuh dan jiwa manusia.
Hukum qishash dapat melindungi jiwa dan raga.
Timbulnya ketertiban, keamanan dan kedamaian dalam masyarakat.
Menunjukkan bahwa syari’at Islam itu luwes dalam menangani masalah.

http:///anfaatianbaroaah.blogspot.coo//2h11/h///ateri-ajiar-ii1-pe/bnnnhan.ht/l

Qisas; Bentuk Kebijaksanaan dalam Hukum Islam

Qisas yang selama ini kita ketahui terkadang masih dianggap sebagai sesuatu yang sangat
angker, menakutkan, dan tidak manusiawi, sehingga timbul sikap yang dinamakan “Islam
phobia“. Padahal, Allah Subhanahu wa Ta’ala mensifatkan qisas dalam firman-Nya,
َ‫ب لَ َعلّ ُك ْم تَتّقُون‬
َ ِ‫َولَ ُك ْم فِي ْالق‬
ِ ‫اص َحيَاةٌ يَاْ أُولِ ْي الَ ْلبَا‬
ِ ‫ص‬
“Dan dalam qisas itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, wahai orang-orang yang
berakal, supaya kamu bertakwa.” (Qs. al-Baqarah: 179).
Imam asy-Syaukani menjelaskan ayat ini dengan menyatakan, “Maknanya, kalian memiliki
jaminan kelangsungan hidup dalam hukum yang Allah Subhanahu wa Ta’ala syariatkan ini,
karena bila seseorang tahu akan dibunuh secara qisas apabila ia membunuh orang lain,
tentulah ia tidak akan membunuh dan menahan diri dari mempermudah dan terjerumus
padanya.
Dengan demikian, hal itu seperti kedudukan jaminan kelangsungan hidup bagi jiwa manusia.
Ini adalah satu bentuk sastra (balaghah) yang tinggi dan kefasihan yang sempurna. Allah
Subhanahu wa Ta’ala menjadikan qisas yang sebenarnya adalah kematian sebagai jaminan
kelangsungan hidup, ditinjau dari akibat yang ditimbulkannya, berupa tercegahnya manusia

saling bunuh di antara mereka. Hal ini dalam rangka menjaga keberadaan jiwa mereka dan
keberlangsungan khidupan mereka.
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menyampaikan ayat ini untuk ulil albab (orang yang
berakal), karena merekalah orang yang memandang jauh ke depan dan berlindung dari
bahaya yang munculnya menyusul nanti. Adapun orang yang pandir, dia berpikiran pendek
dan gampang emosi, ketika amarah dan emosinya bergejolak dia tidak memandang akibat
yang muncul nantinya dan dia pun tidak memikirkan masa depannya.” [1]
Dikarenakan bersikap terburu-buru dan tidak mengerti hakikat syariat yang Allah Subhanahu
wa Ta’ala tetapkan, banyak orang bahkan kaum muslimin yang belum mau menerima atau
simpati atas penegakan qisas ini. Padahal, pensyariatan qisas akan membawa kemaslahatan
bagi manusia.
Syaikh Prof. Dr. Shalih bin Fauzan menyatakan, “Pensyariatan qisas berisi rahmat bagi
manusia dan penjagaan atas darah mereka, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
ٌ‫اص َحيَاة‬
َ ِ‫َولَ ُك ْم فِي ْالق‬
ِ ‫ص‬
‘Dan dalam qisas itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu.‘ (Qs. al-Baqarah: 179).
Sehingga, betapa jelek orang yang menyatakan bahwa qisas itu sesuatu yang tidak
berprikemanusiaan (biadab) dan keras. Mereka tidak melihat kepada kebiadaban pelaku
pembunuhan ketika membunuh orang tak berdosa, ketika menebar rasa takut di daerah
tersebut, dan ketika menjadikan para wanita janda, anak-anak menjadi yatim, serta hancurnya
rumah tangga.
Mereka ini hanya merahmati pelaku kejahatan dan tidak merahmati korban yang tak b