PENERAPAN INTERVENSI PIJAT KAKI DENGAN M

KARYA TULIS ILMIAH
PENERAPAN INTERVENSI PIJAT KAKI DENGAN MINYAK ESENSIAL
LAVENDER TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH
PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MANGKANG

Disusun oleh :
ANANG AFDILLAH YS. H

22020114210039

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN XXIV
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, karunia,
kasih dan sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
yang berjudul "Penerapan Intervensi Masase Kaki dengan minyak esensial

lavender terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Pasien dengan Hipertensi di
Puskesmas Mangkang" yang disusun dalam rangka memenuhi Tugas Praktik
Profesi Stase Komprehensif.
Selama penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis mendapat bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti menyampaikan terima
kasih kepada:Ibu Ns. Henni Kusuma, S.Kep,M.Kep.,Sp.KMB selaku dosen
pembimbing yang selalu bersemangat dalam memberikan arahan dan dorongan
dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, kepada pembimbing klinik yang
senantiasa memberikan arahan dan bimbingan dalam memberikan asuhan
keperawatan komprehensif kepada klien, dan semua pihak yang tidak dapat
peneliti sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan karya
tulis ilmiah di masa yang akan datang. Harapan penulisi semoga karya tulis ilmiah
ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu
keperawatan

Semarang, Juli 2015
Penulis


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal. Hipertensi dapat mengakibatkan
peningkatan angka kesakitan atau morbiditas dan angka kematian atau
mortalitas (Basha, 2004). Hipertensi memberikan gejala yang berlanjut pada
organ tubuh seperti otak (stroke), pembuluh darah jantung (penyakit jantung
koroner), dan otot jantung (left ventricle hypertrophy) (Bustan, 2000).
Hipertensi merupakan masalah global yang terus meningkat dan sejalan
dengan gaya hidup seperti merokok, obesitas, inaktivitas fisik, stress
psikososial, dan lain sebagainya. Hipertensi hampir menjadi peringkat
pertama sebagai penyakit yang paling sering dijumpai di setiap negara
(WHO, 2000). Sekitar 972 juta orang di dunia mengidap hipertensi dengan
perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita. Dari prevalensi tersebut, 333
juta berada di negara maju dan 639 juta sisanya berada di negara berkembang,
termasuk Indonesia. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2%
pada tahun 2025 (WHO, 2000).
Hipertensi merupakan penyakit yang seringkali muncul tanpa disertai

gejala sehingga sering disebut sebagai silent killer. Lebih dari seperempat
jumlah populasi di dunia menderita hipertensi, namun tingkat kontrol tekanan
darah secara umum masih rendah (Bakri, 2008). Tiap tahunnya 7 juta orang
meninggal akibat hipertensi. Tahun 2000 hampir 1 miliar penduduk dunia
menderita hipertensi dan jumlah ini diperkirakan akan melonjak menjadi 1,5
miliar pada tahun 2025 (Riset Kesehatan Dasar, 2007).
Prevalensi hipertensi di Indonesia pada penduduk usia 18 tahun ke atas
adalah sebesar 31,7%, hasil ini berdasarkan pengukuran tekanan darah.
Prevalensi hipertensi tertinggi terjadi di Kalimantan Selatan dengan angka
kejadian sebesar 39,6% dan terendah terjadi di Papua Barat dengan angka
kejadian 20,1%. Kriteria hipertensi yang digunakan merujuk pada kriteria
diagnosis JNC VII 2003, yaitu hasil pengukuran tekanan darah sistolik ≥ 140
mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg (Balitbangkes, 2007).

Menurut hasil riset kesehatan dasar pada tahun 2007 menyatakan bahwa
kasus hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan usia. Prevalensi usia
yang terkena hipertensi paling sering adalah usia ≥ 75 tahun (67,3%), 65-74
tahun (63,5%), 55-64 tahun (53,7%), 45-54 tahun (42,4%), 35-44 tahun
(29,9%), 25-34 tahun (19,0%), dan 18-24 tahun (12,2%) (Balitbangkes,
2007).

Hipertensi yang tidak ditangani dengan tepat akan mengundang
segudang risiko komplikasi. Hipertensi dapat menyebabkan timbulnya
penyakit kronis seperti penyakit jantung, stroke, dan ginjal (Depkes, 2007).
Manajemen hipertensi bertujuan untuk mengontrol tekanan darah, mencegah
kejadian berulang, serta meminimalkan risiko komplikasi. Salah satu cara
yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan
mengenai hipertensi, diet hipertensi, pengobatan serta perawatan hipertensi.
Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan berperan membantu klien
dengan memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Salah satu
bentuknya adalah dengan memberikan perawatan yang komprehensif ketika
berada di pusat kesehatan masyarakat dan pemantauan ketika berada di rumah
(home care) pada penderita hipertensi dengan pengelolaan discharge
planning di Puskesmas Mangkang.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif
berdasarkan evidence based nursing pada klien dengan hipertensi untuk
mencegah komplikasi sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup klien.
2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan
hipertensi secara komprehensif.

b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada klien
dengan hipertensi.
c. Mahasiswa mampu menyusun perencanaan keperawatan pada klien
hipertensi.
d. Mahasiswa mampu mengelola klien dengan hipertensi secara
komprehensif dan berkesinambungan.
e. Mahasiswa mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien
dengan hipertensi.
f. Mahasiswa mampu mengaplikasikan evidence based nursing pada
klien dengan hipertensi untuk optimalisasi kesehatan klien.
g. Mahasiswa mempu menganalisis hasil asuhan keperawatan yang
diberikan berdasarkan evidence based nursing pada klien dengan
hipertensi.

C. MANFAAT
1. Bagi Penulis
Menambah wawasan mengenai pendokumentasian asuhan keperawatan

sesuai evidence based practice yang disertai analisis kesenjangan dan
kesamaan antara keadaan nyata klien dengan teori mengenai asuhan
keperawatan pada klien dengan hipertensi. Aplikasi evidence based
practice selama rawat inap di rumah sakit sampai berlanjut pada home
care yang disertai dengan sistem rujukan dan discharge planning sesuai
kebutuhan klien.
2. Bagi Puskesmas
Dapat

digunakan

sebagai

mempertahankan/meningkatkan

bahan
kinerja

pertimbangan


petugas

pemberi

untuk
pelayanan

kesehatan di Puskesmas demi terlaksananya pelayanan keperawatan yang
komprehensif dan pada umumnya pelayanan kesehatan yang bermutu baik
dilihat dari segi manfaat yang diperoleh klien.
3. Bagi Masyarakat
Memberikan

contoh

pelayanan

keperawatan

yang


komprehensif

diharapkan klien untuk menampilkan suatu produk pelayanan keperawatan
yang baru melalui home care sebagai tindak lanjut pemantauan kondisi
kesehatan klien setelah pulang dari Puskesmas.
4. Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan pertimbangan data atau untuk melakukan penelitianpenelitian lebih lanjut dalam bidang keperawatan, khususnya mengenai
asuhan keperawatan komprehensif dan pelayanan home care pada klien
dengan hipertensi.

D. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dalam karya tulis ilmiah ini adalah Puskesmas
Mangkang

BAB III
KASUS
A. ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN I
1. PERAWATAN DI PUSKESMAS
PENGKAJIAN

Ny.M (55 tahun) mengeluh nyeri pusing, tengkuk terasa kencang,
serta telinga berdenging. Klien dibawa ke Puskesmas mangkang pada
hari selasa 16 juni 2015. Saat di Puskesmas klien dalam keadaan umum
lemah, TD 210/100 mmHg, HR 98 x/menit, RR 20 x/menit. Setelah
dilakukan pemeriksaan oleh dokter klien diberi obat tekanan darah tinggi
dan dianjurkan diit rendah garam. Klien memiliki riwayat hipertensi

kurang lebih 7 tahun yang lalu dimana klien pernah terkena stroke
sehingga terjadi hemipharase kiri pada tubuh klien. Sekitar 1 tahun yang
lalu tubuh klien berangsur-angsur membaik karena sering mengikuti
terapi. Klien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita hipertensi
selai klien.
Keadaan umum klien lemas dengan kesadaran compos mentis
(GCS E4M6V5). Kepala (mata, hidung, telinga, mulut) dan leher dalam
batas normal. Pemeriksaan kekuatan otot didapatkan kekuatan otot
seluruh ekstremitas kanan baik kaki dan tangan dengan skor 5. Sementara
pada ekstremitas kiri kekuatan otot kaki 3 serta tangan 2.
Pemeriksaan aktivitas dan latihan dengan indeks katz A (mandiri).
Pemeriksaan kenyamanan didapatkan klien mengeluh pusing dan
tengkuknya terasa berat.

Pengkajian mengenai tingkat pengetahuan terkait hipertensi juga
dilakukan pada klien. Klien mengatakan kurang begitu paham mengenai
hipertensi. Klien mengatakan jarang kontrol ke puskesmas karena
penyakit hipertensi. Klien mengatakan tidak mengetahui perawatan
hipertensi di rumah.
ANALISA DATA
Pada hasil pengkajian yang dilakukan pada Ny.M tanggal 16 Juni
2015 didapatkan 2 diagnosa keperawatan, antara lain: Risiko terjadi
serangan hipertensi akut berhubungan dengan ketidakmampuan merawat
individu dan diagnosa yang kedua adalah ketidak efektifan menejemen
kesehatan diri hipertensi, berhubungan dengan kurang pajanan informasi.
Penegakan diagnosa keperawatan Risiko terjadi serangan
hipertensi akut berhubungan dengan ketidakmampuan merawat individu
berdasarkan data pengkajian kondisi klinis klien, klien tampak meringis
kesakitan, dan klien tampak memegangi area kepala serta tengkuk secara
terus-menerus. Saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan
hasil pengukuran TD 210/100 mmHg, HR 98 x/menit, RR 20 x/menit.

Penegakan diagnosa keperawatan ketidak efektifan menejemen
kesehatan diri hipertensi, berhubungan dengan kurang pajanan informasi.

berdasarkan data klien mengatakan sudah jarang kontrol ke puskesmas
untuk penyakit hipertensinya, klien mengatakan kurang paham mengenai
penyakitnya dan perawatannya, klien mengatakan tidak ada yang
mengantar ke puskesmas.
INTERVENSI
Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah
Risiko

terjadi

serangan

hipertensi

akut

berhubungan

dengan

ketidakmampuan merawat individu adalah Health Education (kaji
pengetahuan

klien,

libatkan

keluarga

dalam

perencanaan

dan

implementasi, berikan pendidikan kesehatan mengenai hipertensi dan
perawatannya (Masase kaki), dan berikan reinforcement positif).
Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah
ketidak efektifan menejemen kesehatan diri hipertensi, berhubungan
dengan kurang pajanan informasi adalah

Motivasi

klien

untuk

mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi perilaku sehat dan
memberikan pendidikan kesehatan diet garam dan demonstrasi takaran
garam harian serta Vital Sign Monitoring (monitor tanda-tanda vital).
IMPLEMENTASI PERAWATAN DI RUMAH
Home care dimulai pada tanggal 20 Juni 2015 hingga 1 Juli 2015.
Ny.M tinggal di Mangkang wetan, Semarag. Ny.M tinggal bersama suami,
beserta 1 anaknya dan menantunya serta 2 orang cucu. Ny.M memiliki 2 anak
dan semuanya sudah menikah. Ny.M sekarang bekerja sebagai ibu rumah
tangga. Hampir setiap hari Ny.M berada di rumah melakukan pekerjaan ibu
rumah tangga dibantu dengan menantunya.
Keluarga Ny.M merupakan tipe keluarga besar dimana terdiri dari
anggota keluarga dengan tiga generasi. Keluarga Ny.M bersuku Jawa dengan
bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Jawa campuran bahasa
Indonesia. Kebiasaan budaya yang berhubungan dengan kesehatan tidak ada
karena keluarga Ny.M tidak terpaku pada tradisi budaya Jawa. Agama yang

dianut keluarga Ny.M adalah agama Islam. Kegiatan rutin keagamaan adalah
solat 5 waktu, puasa, dan pengajian.
Keadaan rumah Ny.M secara umum tidak memiliki sanitasi yang baik
dan ventilasi yang kurang pada setiap ruangan. Jumlah ventilasi yang kurang
menjadikan rumah Ny.M tidak mendapat sinar matahari secara langsung dan
sirkulasi udara kurang baik. Bagian depan rumah Ny.M adalah bengkel yang
sering digunakan anaknya bekerja saat libur, sehingga seringkali terdengar
suara yang berisik. namun keluarga Ny.M sudah terbiasa dengan kondisi
tersebut.
Masalah keperawatan yang muncul saat home care merupakan
masalah keperawatan yang berlanjut dari Puskesmas, yaitu Risiko terjadi
serangan hipertensi akut berhubungan dengan ketidakmampuan merawat
individu dan diagnosa yang kedua adalah ketidak efektifan menejemen
kesehatan diri hipertensi, berhubungan dengan kurang pajanan informasi.
Dalam mengatasi kedua masalah keperawatan tersebut, perawat lebih
berfokus pada manajemen hipertensi yaitu mengontrol tekanan darah klien.
Perawat melakukan home care dengan 5 kali kunjungan. Pada kunjungan
pertama perawat menjalin BHSP kembali untuk melakukan home care serta
melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital. Pada kunjungan kedua perawat
mulai memberikan pendidikan kesehatan mengenai hipertensi. Pada
kunjungan

ketiga

perawat

mendemonstrasikan

masase

kaki

untuk

menurunkan tekanan darah serta melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital.
Pada kunjungan keempat perawat memberikan pendidikan kesehatan
mengenai DASH (Dietary Approach to Stop Hipertension), serta melakukan
masase kaki dan pada klien. Pada kunjungan kelima perawat mengevaluasi
efektifitas masase untuk menurunkan tekanan darah. Hasil yang didapat
adalah tekanan darah dapat turun secara perlahan, namun klien kadang masih
merasakan tengkuknya terasa berat. Rencana tindak lanjut yang dilakukan
adalah memotivasi klien agar menjaga pola hidup yang sehat serta
menganjurkan klien untuk rutin melakukan pemeriksaan tekanan darah ke
tempat pelayanan kesehatan baik rumah sakit maupun Puskesmas.

B. RESUME KEPERAWATAN KLIEN II
Ny.S (57 tahun) datang ke Puskesmas Mangkang Kota Semarang
pada tanggal 15 Juni 2015 pukul 09.30 WIB. Untuk kontrol rutin bersama
suaminya. Klien mengeluh sering pusing, serta kepalacekot-cekot. TD
180/100 mmHg, HR 102 x/menit, RR 22 x/menit, setelah dilakukan
pemeriksaan klien mendapatkan terapi per oral, dan diit rendah garam.
Keluarga klien mengatakan klien memiliki riwayat penyakit hipertensi.
Keluarga klien mengatakan ada riwayat penyakit keluarga hipertensi pada ibu
klien dulu.
Pada hasil pengkajian yan dilakukan pada Ny.S didapakan 2 diagnosa
keperawatan, antara lain: Risiko cedera berulang berhubungan dengan kurang
pengetahuan dan ketidak efektifan menejemen kesehatan diri hipertensi,
berhubungan dengan kurang pajanan informasi.
Diagnosa pertama, Risiko cedera berulang berhubungan dengan
kurang pengetahuan. Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi
masalah Risiko cedera berulang berhubungan dengan kurang pengetahuan
adalah kaji pengetahuan klien, libatkan keluarga dalam perencanaan dan
implementasi, berikan pendidikan kesehatan mengenai hipertensi dan
perawatannya (Masase kaki) serta berikan reinforcement positif.
Diagnosa kedua, ketidak efektifan menejemen kesehatan diri
hipertensi, berhubungan dengan kurang pajanan informasi. Intervensi
keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah ketidak efektifan
menejemen kesehatan diri hipertensi, berhubungan dengan kurang pajanan
informasi adalah motivasi klien untuk mengubah perilaku yang tidak sehat
menjadi perilaku sehat dan memberikan pendidikan kesehatan diet garam dan
demonstrasi takaran garam harian serta Vital Sign Monitoring (monitor tandatanda vital)..
Home care dimulai pada tanggal 20 Juni 2015 hingga 1 Juli 2015.
Masalah keperawatan yang muncul saat home care merupakan masalah
keperawatan yang berlanjut dari puskesmas, yaitu Risiko cedera berulang

berhubungan dengan kurang pengetahuan dan ketidak efektifan menejemen
kesehatan diri hipertensi, berhubungan dengan kurang pajanan informasi..
Perawat lebih berfokus pada manajemen hipertensi yaitu mengontrol tekanan
darah

klien.

Perawat

memberikan

pendidikan

kesehatan

dan

mendemonstrasikan masase untuk menurunkan tekanan darah. Hasil yang
didapat adalah tekanan darah dapat turun secara perlahan. Rencana tindak
lanjut yang dilakukan adalah memotivasi klien agar menjaga pola hidup yang
sehat serta menganjurkan klien untuk rutin melakukan pemeriksaan tekanan
darah ke tempat pelayanan kesehatan misalnya klinik 24 jam atau puskesmas
setiap bulannya.

BAB IV
PEMBAHASAN
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan
darah di atas normal yang dapat menyebabkan komplikasi pada organ tubuh
seperti otak (stroke), jantung dan ginjal (Armilawati, 2007). Hipertensi muncul
tanpa adanya gejala penyerta namun memiliki dampak yangg sangat berbahaya
sehingga upaya pengontrolan serta pencegahan komplikasi secara dini penting
unttuk dilakukan. Pada kasus kelolaan utama, Ny.M datang ke puskesmas
mangkang Kota Semarang dengan keluhan utama mengeluh nyeri pusing, tengkuk
terasa kencang, serta telinga berdenging dan didapatkan hasil pemeriksaan tandatanda vital dengan hasil tekanan darah 210/100 mmHg, HR 98 x/menit, RR 20
x/menit, sehingga dapat dikategorikan bahwa hipertensi yang dialami Ny.M

adalah hipertensi stage III. Hipertensi stage III merupakan kenaikan tekanan darah
systole > 160 mmHg dan diastole > 100 mmHg (The Seventh Report of Joint
National Committee, 2003).
Ny.M memeriksakan diri di puskesmas mangkang pada 16 juni 2015.
Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan, didapatkan 2 diagnosa
keperawatan pada Ny.M antara lain: Risiko terjadi serangan hipertensi akut
berhubungan dengan ketidakmampuan merawat individu dan diagnosa yang
kedua adalah ketidak efektifan menejemen kesehatan diri hipertensi, berhubungan
dengan kurang pajanan informasi..
Diagnosa keperawatan yang pertama, Risiko terjadi serangan hipertensi
akut berhubungan dengan ketidakmampuan merawat individu. Dari hasil
pengkajian didapatkan data klien tampak meringis kesakitan, dan klien tampak
memegangi area kepala serta tengkuk secara terus-menerus. Saat dilakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil pengukuran TD 210/100 mmHg,
HR 98 x/menit, RR 20 x/menit. Penatalaksanaan yang diberikan kepada Ny.M
adalah

memonitor

tekanan

darah

klien,

menganjurkan

untuk

istirhat.

Penatalaksanaan medis juga dilakukan dengan memberikan terapi per oral untuk
menurunkan tekanan darah. Selain itu klien juga mendapatkan diit rendah garam.
Garam mengandung 40% sodium dan 60% klorida yang dapat meningkatkan
retensi cairan dan peningkatan tekanan darah (Sheps, 2005). Oleh karena itu bagi
penderita hipertensi disarankan untuk membatasi asupan garam berlebih guna
mencegah peningkatan tekanan darah.
Diagnosa keperawatan yang keduaa, ketidak efektifan menejemen
kesehatan diri hipertensi, berhubungan dengan kurang pajanan informasi. Dari
hasil pengkajian didapatkan data bahwa Ny.M sudah berulang kali dirawat di
rumah sakit karena hipertensi dan pernah terkena stroke 7 tahun yang lalu dan
mengalami hemipharase kiri, saat ini klien sudah berangsur membaik karena rutin
berlatih. Ny.M kurang paham mengenai penyakit serta perawatan hipertensi.
Penatalaksanaan yang diberikan pada Ny.M adalah mendiskusikan mengenai
penyakit hipertensi meliputi definisi, penyebab, tanda gejala, komplikasi,
penatalaksanaan, serta pencegahan. Selain itu juga melakukan kontrak waktu

untuk melakukan home care. Setelah dilakukan tindakan keperawatan didapatkan
hasil bahwa Ny.M sudah cukup paham mengenai penyakit hipertensi dan bersedia
untuk dilakukan home care.
Home care dilakukan pada tanggal Home care dimulai pada tanggal 20
Juni 2015 hingga 1 Juli 2015. Fokus intervensi yang diberikan adalah penguatan
self care dari Ny.M maupun keluarga untuk menjaga agar tekanan darah relatif
stabil sehingga risiko komplikasi dapat diminimalkan. Ny.M diberikan pendidikan
kesehatan mengenai terapi tradisional untuk menurunkan tekanan darah yaitu
dengan masase kaki (pijat kaki). Masase kaki dapat memperlancar aliran darah
balik dari kaki menuju ke jantung. Efek relaksasi yang ditimbulkan saat masase
semakin diperkuat oleh minyak esensial lavender. Dampak masase dengan minyak
esensial lavender terhadap tubuh adalah stimulasi sistem saraf parasimpatis dan
mengurangi ketegangan otot sehingga dapat menurunkan tekanan darah.
Ny.M diberikan materi dan didemonstrasikan mengenai masase kaki
menggunakan minyak lavender untuk menurnkan tekanan darah. Ny.M disarankan
untuk rutin melakukan pijatan pada area kaki saat sedang beristirahat. Pada
kunjungan pertama tekanan darah Ny.M 180/100 mmHg, setelah dilakukan
masase untuk pertama kali tekanan darah turun menjadi 175/100 mmHg, pada
pada pelaksanaan pijat untuk yang kedua kalinya tekanan darah 180/90 mmHg
turun menjadi 165/90 mmHg, pada intervensi yang ketiga tekanan darah klien
160/90 mmmHg turun menjadi 150/90 mmHg, dan evaluasi akhir didapatkan
tekanan darah menjadi 150/80 mmHg.
Grafik 1
Perubahan Tekanan Darah pada Ny.M

250
200

210
180

175

180

150
100 100

100

100

90

165

90

160

90

150
90

150

80

50
0
16-Jun 22-Jun 22-Jun 25-Jun 25-Jun 29-Jun 29-Jun

01-Jul

Grafik 4.1 menunjukkan perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik pada
Ny.M selama pre dan post masase kaki untuk menurunkan tekanan darah.
Hasilnya menunjukkan bahwa masase kaki dapat menurunkan tekanan darah
Ny.M
Pada kasus kelolaan kedua, Ny.S (57 tahun) datang ke Puskesmas
Mangkang Kota Semarang pada tanggal 15 Juni 2015 pukul 09.30 WIB. Untuk
kontrol rutin bersama suaminya. Klien mengeluh sering pusing, serta kepalacekotcekot. TD 180/100 mmHg, HR 102 x/menit, RR 22 x/menit, dulu sehingga dapat
dikategorikan bahwa hipertensi yang dialami Ny.S adalah hipertensi stage II.
Setelah dilakukan pemeriksaan klien mendapatkan terapi per oral, dan diit rendah
garam. Keluarga klien mengatakan klien memiliki riwayat penyakit hipertensi.
Keluarga klien mengatakan ada riwayat penyakit keluarga hipertensi pada ibu
klien dulu.
Pada hasil pengkajian yan dilakukan pada Ny.S didapakan 2 diagnosa
keperawatan, antara lain: Risiko cedera berulang berhubungan dengan kurang
pengetahuan dan ketidak efektifan menejemen kesehatan diri hipertensi,
berhubungan dengan kurang pajanan informasi.
Diagnosa pertama, Risiko cedera berulang berhubungan dengan kurang
pengetahuan. Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah
Risiko cedera berulang berhubungan dengan kurang pengetahuan adalah kaji
pengetahuan klien,

libatkan keluarga dalam perencanaan dan implementasi,

berikan pendidikan kesehatan mengenai hipertensi dan perawatannya (Masase
kaki) serta berikan reinforcement positif.

sistolik
diastolik

Diagnosa kedua, ketidak efektifan menejemen kesehatan diri hipertensi,
berhubungan dengan kurang pajanan informasi. Intervensi keperawatan yang
dilakukan untuk mengatasi masalah ketidak efektifan menejemen kesehatan diri
hipertensi, berhubungan dengan kurang pajanan informasi adalah motivasi klien
untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi perilaku sehat dan
memberikan pendidikan kesehatan diet garam dan demonstrasi takaran garam
harian serta Vital Sign Monitoring (monitor tanda-tanda vital), serta melakukan
kontrak waktu untuk melakukan home care.
Home care dilakukan pada tanggal Home care dimulai pada tanggal 20
Juni 2015 hingga 1 Juli 2015. Fokus intervensi yang diberikan adalah lebih
berfokus pada manajemen hipertensi yaitu mengontrol tekanan darah klien.
Perawat memberikan pendidikan kesehatan dan mendemonstrasikan masase untuk
menurunkan tekanan darah pada klien.
Ny.S diberikan materi dan didemonstrasikan mengenai masase kaki

menggunakan minyak lavender untuk menurnkan tekanan darah. Ny.S disarankan
untuk rutin melakukan pijatan pada area kaki saat sedang beristirahat dan hasil
yang di dapatkan efektif dalam menurunkan tekanan darah Ny.S. setelah diberikan
intervensi masase kaki menggunakan minyak esensial lavender sebanyak 3 kali,
tekanan darah klien bereangsur angsur turun dari 180/90 mmHg sampai dengan
intervensi ketiga menjadi 140/80 mmHg. Dengan rentan penurunan pada
intervensi pertama 180/90 mmHg menjadi 175/90 mmHg, pada pelaksanaan
intervensi kedua dari 160/90 mmHg menjadi 150/90 mmHg, dan pada pemberian
intervensi ketiga turun menjadi 140/80 mmHg.
Dalam pemilihan aromaterapi yang akan digunakan dalam pemijatan ,
disesuaikan dengan khasiat dari masing-masing aromaterapi. Minyak esensial
lavender paling umum digunakan untuk masase karena kandungan aldehid yang
bersifat iritatif bagi kulit hanya 2% serta tidak bersifat toksik. Kandungan ester
pada bunga lavender bekerja dengan lembut di kulit dan memberikan efek
menenangkan (Price, 1997; Koensoemardiyah,2009).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masase kaki dengan minyak
esensial lavender berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah. Saran yang

diajukan terkait dengan penelitian ini yaitu masase kaki dengan minyak esensial
lavender dapat dijadikan sebagai salah satu bentuk terapi alternatif untuk
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. (Herliawati).

200
180 180
160
140
120
100
90
80
60
40
20
0
22-Jun

175

160

150

90

90

90

22-Jun

25-Jun

25-Jun

150

140

80

80

29-Jun

29-Jun

sistolik
diastolik

Grafik 4.2 menunjukkan perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik
pada Ny.S selama pre dan post penerapan masase kaki untuk menurunkan tekanan
darah. Hasilnya menunjukkan bahwa masase kaki dapat menurunkan tekanan
darah Ny.S.

Ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi kestabilan dari tekanan
darah klien, sehingga dapat mempengaruhi hasil dari terapi pijat kaki
menggubakan minyak esensial lavender antara lain:
1. Kepatuhan Diit
Diit yang buruk adalah diet yang berlebihan lemak,
makanan asin serta makanan yang mengandung kolesterol tinggi. Hal
ini adalah penyebab lain terbanyak dari tekanan darah tinggi.
Makanan asin (banyak mengandung garam) akan meningkatkan
kadar sodium dalam darah, yang bisa menyebabkan hipertensi. Diet

makanan tinggi jenuh(lemak hewani) dan lemak trans(lemak nabati
setelah dipanaskan) juga dapat merusak pembuluh darah.
Kelenjar Adrenal memproduksi suatu hormon yang
dinamakan

Ouobain.

Dan

kelenjar

ini

akan

lebih

banyak

memproduksi hormon tersebut ketika seseorang mengonsumsi terlalu
banyak garam. Faktanya, hormon ouobain ini berfungsi untuk
menghadirkan protein yang menyeimbangkan kadar garam dan
kalsium dalam pembuluh darah. Namun, ketika konsumsi garam
meningkat,

produksi

hormon

ouobain

rupanya

mengganggu

keseimbangan kalsium dan garam dalam pembuluh darah. Untuk itu,
kalsium dikirimkan ke pembuluh darah untuk menyeimbangkannya
kembali. Kalsium dan garam yang banyak inilah yang menyebabkan
penyempitan pembuluh darah dan tekanan darah tinggi.
2. Stres
Stres adalah beberapa faktor penyebab lain dari darah
tinggi. Stress adalah ketegangan yang melibatkan emosional dan
fisik, akibat tanggapan dari berbagai tekanan dari luar. Stress pun
menunjukkan gejala yang bisa dirasakan, dan bahkan melalui gejala
stress inilah seseorang bisa mederita sakit fisik. Saat kita stress oleh
karena berbagai sebab, misal bekerja keras sepanjang hari,
bertengkar, di PHK ataupun berhadapan dengan singa, pusat emosi
kita dalam otak, akan mengantarkan pesan-pesan saraf (impuls) ke
hipothalamus, yaitu suatu bagian dari pusat emosi kita yang terletak
dibagian dasar dan tengah otak besar. Kemudian, hipothalamus akan
mengolah impuls saraf tersebut, memproduksi dan melepaskan suatu
zat yang disebut CRH (Corticothropin Releasing Hormone) kepada
bagian otak lain yang berada dibawahnya, hipofisis atau pituitari.
CRH selanjutnya akan merangsan hipofisis untuk melepaskan ACTH
(Adrenocorticotropin Hormone) ke dalam sirkulasi darah. ACTH
yang membanjiri sirkulasi darah suatu saat akan mencapai kelenjar
adrenal yang berada di atas ginjal kanan dan kiri tubuh kita dan
memerintahkan kelenjar ini untuk memproduksi dan mengeluarkan

zat yang sudah lama kita kenal yaitu adrenalin, noradrenalin dan
kortisol. Keseluruhan rantai sinyal di atas sering disebut sebagai HPA
aksis (Hipothalamus-Pituitary-Adrenal). Adrenalin dan noradrenalin
inilah yang bertindak sebagai komando dalam tubuh kita selanjutnya
dalam memerintah kan berbagai macam organ untuk merubah ritme
dasar proses fisioligisnya menjadi lebih cepat dan kuat.
Hormon ini meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut
jantung serta meningkatkan tekanan darah, dengan maksud untuk
meningkatkan suplai oksigen, nutrien, metabolit dan zat lainnya
melalui darah ke organ-organ tubuh lainnya, terutama otak dan otot.
Penting juga untuk dicatat bahwa stres bisa mengganggu sistem
kekebalan tubuh, yang pada akhirnya menyebabkan rentan terhadap
infeksi dan flu. Gejala stres lainnya termasuk sakit kepala, sembelit,
diare, insomnia, dan mulas, yang bisa berdampak negatif terhadap
kesehatan secara keseluruhan. Stres juga seringkali menyebabkan
orang berperilaku yang tidak sehat, seperti makan berlebihan, diet
tidak tepat, tidur berlebihan, berhenti berolahraga, merokok, minum
alkohol,

dll. Termasuk

merubah

gaya

hidup

yang

banyak

mengkonsumsi makanan tinggi garam dan lemak, yang semua ini
bisa berpengaruh terhadap obesitas dan masalah pembuluh darah.
Dengan demikian, stres secara tidak langsung terkait dengan masalah
hipertensi.
3. Aktivitas
Kurang olahraga juga bisa mempengaruhi tekanan darah.
Hal ini akan menyebabkan penumpukan lemak dan kolesterol, dan
dalam jangka waktu lama bisa menyebabkan kenaikan berat badan da
kadar kolesterol tinggi. Gaya hidup adalah salah satu faktor risiko
untuk sejumlah besar penyakit, dan yang paling umum adalah
penyakit jantung. Berolahraga secara teratur selama 20-30 menit,
seperti berjalan cepat atau jogging bisa mencegah hipertensi dan
masalah kesehatan lain. Anda juga bisa menggunakan alat-alat gym
atau pergi ke gym dengan teknik yang benar atau sesuai dengan

petunjuk instruktur. Alternatif olharga lain yang bisa anda pilih
adalah berenang, menari, senam, aerobik, dll.
4. Kepatuhan minum obat
Kepatuhan minum obat pada

pengobatan

hipertensi sangat penting karena dengan minum obat
antihipertensi secara teratur dapat mengontrol tekanan
darah

penderita

hipertensi.

Sehingga

dalam

jangka

panjang risiko kerusakan organorgan penting tubuh
seperti jantung, ginjal, dan otak dapat dikurangi. Oleh
karena itu, diperlukan pemilihan obat yang tepat agar
dapat meningkatkan kepatuhan dan mengurangi risiko
kematian (Anonim, 2010).
Untuk penanganan

hipertensi,

rekomendasi

WHO

menganjurkan lima jenis obat dengan daya hipotensif dan efektivitas
kurang lebih sama, yaitu diuretik tiazid, ß-blockers, antagonis-Ca,
ACE-inhibitors dan ATII-reseptor blockers. Kerja dari semua obat ini
terletak pada daya kerja penurunan tekanan darah (Tjay dan
Rahardja, 2007). Tujuan awal pengobatan ditujukan pada penurunan
tekanan darah, tetapi tujuan akhir adalah untuk menghindarkan
komplikasi lambat, memperbaiki kualitas dan memperpanjang hidup
(Tjay dan Rahardja, 2007). Ada beberapa hasil penelitian yang
memberikan data bahwa menurunkan tekanan darah dengan beberapa
obat seperti angiotensin converting enzyme inhibitors (Angiotensin
Converting Enzyme Inhibitors (ACEI), angiotensin receptor blockers
(ARB), ß-blocker, calcium channel blockers (CCB), and tiazid tipe
diuretik akan mengurangi komplikasi yang disebabkan hipertensi
(Chobanian, 2003). Pengobatan dengan antihipertensi harus selalu
dimulai dengan dosis rendah agar tekanan darah jangan menurun
terlalu drastis dengan mendadak. Dosis dinaikkan berangsur-angsur
sampai tercapai efek yang diinginkan yang dinamakan metoda start
low go slow (Tjay dan Rahardja, 2007).

Teknik pemijatan berdampak terhadap lancarnya sirkulasi aliran
darah,menyeimbangkan aliran energi di dalam tubuh serta mengendurkan
ketegangan otot. Meskipun teknik pemijatan tidak akan berdampak banyak pada
penderita hipertensi berat, namun beberapa penelitian telah membuktikan bahwa
masase dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi ringan, sedang
maupun berat (Dalimartha,2008; Sutanto, 2010).
Dalam pemilihan aromaterapi yang akan digunakan dalam pemijatan ,
disesuaikan dengan khasiat dari masing-masing aromaterapi. Minyak esensial
lavender paling umum digunakan untuk masase karena kandungan aldehid yang
bersifat iritatif bagi kulit hanya 2% serta tidak bersifat toksik. Kandungan ester
pada bunga lavender bekerja dengan lembut di kulit dan memberikan efek
menenangkan (Price, 1997; Koensoemardiyah,2009).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masase kaki dengan minyak
esensial lavender berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah. Saran yang
diajukan terkait dengan penelitian ini yaitu masase kaki dengan minyak esensial
lavender dapat dijadikan sebagai salah satu bentuk terapi alternatif untuk
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. (Herliawati).

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal. Pada penderita hipertensi perlu
dilakukan pengkajian secara komprehensif seperti riwayat penyakit dahulu,
riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit sekarang, keluhan utama,
pemeriksaan fisik head to toe, pemeriksaan kebutuhan dasar manusia, serta
pemeriksaan penunjang. Masalah keperawatan yang paling sering muncul
adalah nyeri dan risiko cedera berulang. Intervensi keperawatan yang dapat
dilakukan pada masalah keperawatan nyeri adalah pain management dan

simple relaxation therapy sedangkan pada masalah keperawatan risiko cedera
berulang adalah health education. Selain itu perlu adanya discharge planning
sampai nanti perawattan di rumah atau home care. Discharge planning
diperlukan sebagai komponen sistem perawatan berkelanjutan untuk
menyiapkan klien dan keluarga sebelum perawatan di rumah. Discharge
planning yang dapat diberikan pada pasien hipertensi adalah pendidikan
kesehatan

mengenai

hipertensi

serta

pengobatan

tradisional

untuk

menurunkan tekanan darah yaitu masase kaki. Discharge planning yang
dilakukan diharapkan dapat menstabilkan tekanan darah, meminimalisir
terjadinya komplikasi, serta mempersiapkan klien dan keluarga untuk
melakukan self care.

B. SARAN
1. Bagi Penulis
Penulis sebaiknya mampu berkolaborasi dengan tempat pelayanan
kesehatan (puskesmas atau klinik) agar klien dapat lebih optimal dalam
melakukan self care misalnya tindakan pemeriksaan rutin kontrol tekanan
darah.
2. Bagi Puskesmas
Pihak puskesmas sebaiknya melaksanakan penyusunan disharge
planning guna mempersiapkan pasien dan keluarga untuk melakukan
perawatan secara mandiri.
3. Bagi Masyarakat

Masyarakat sebaiknya kooperatif dan memberikan apresiasi positif
terhadap pemberi pelayanan kesehatan agar mampu menerapkan
discharge planning yang lebih optimal.
4. Bagi Peneliti lain
Peneliti lain dapat melakukan karya tulis serupa dengan memberikan
terapi intervensi yang berbeda pada penderita hipertensi.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosis keperwatan: aplikasi [ada praktik klinis.
Jakarta: EGC.
Corwin, Elizabeth J.. 2009. patoofisiologi: buku saku. Jakarta: EGC.
Herliawati Rizkika Ramadhani. Pengaruh masase kaki dengan minyak esensial
lavender terhadap penurunan tekanan darah penderita hipertensi usia 45-59
tahun diKabupatyen Ogan Ilir Palembang, Skripsi Palembang.

Kemenkes. 2012. Masalah Hipertensi di Indonesia. Diakses pada tanggal 25 Juni
2015 melalui http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1909masalah-hipertensi-di-indonesia.html
Lili Marliani dan H. Tantan S. 2007. 100 Questions and Answer Hipertensi.
Jakarta: Elex Media Komputindo.
Mary Baradero, Mary Wilfrid, Yakobus Siswadi. 2008. Klien Gangguan
Kardiovaskuler: seri asuhan keperawatan. Jakarta: EGC.
Potter PA, Perry AG. 2005. Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses,
dan praktik volume 1. Ed 4. Jakarta: EGC
Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
Vitahealth. 2004. Hipertensi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Vitahealth. 2004. Hipertensi: Informasi Lengkap untuk Penderita dan Keluarga.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.