B RAYUTS LEMANR EGENCY

  Dinamika Komunik asi Dalam Pembangunan Desa…

  Muhammad Najih Farihanto

INAMIKA OMUNIKASI DALAM EMBANGUNAN ESA

  ISATA RAYUT D K P D W B

ABUPATEN LEMAN

K S YNAMICS F OMMUNICATION N HE EVELOPMENT N OURIST

  I T D O T

  V RAYUT LEMAN EGENCY B S R

Muhammad Najih Farihanto

Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

  ILLAGE D O C

  Jl. Pramuka 42, Sidikan, Umbulharjo, Yogyakarta 55161, Indonesia. +62 274 6692188 ext.211 Email: najiholic@gmail.com

  

diterima: 4 Januari 2016 | direvisi: 15 Januari 2016 | disetujui: 18 Januari 2016

ABSTRACT

  

Development of rural tourism in Yogyakarta lately very rapidly, in Sleman there are dozens of tourist villages

and even some tourist villages has status independently. To be a tourist village that independent status, there

are organizational communication that occurs between the managers of the tourist village. One is the tourist

village Brayut. In the construction of tourist villages must be available to independent status communication

dynamics that occur. This study showed that a lot of the dynamics of communication in the construction of a

tourist village. One of them is the conflict that occurs when Brayut village will serve as a tourist village and

also at host Ngayogjazz. Also found was also the dynamics of communication within the organization Brayut

Tourist Village. This research is a qualitative deskripstif and using case studies for empirical issues raised

regarding a case. It is intended to be more focused on the object of study and be able to explain the objects

around the study. In this study using interviews motode, penelususan documents and direct observation in the

data collection process.

  Keywords: Dynamics of Communication, Development, Tourism Village

ABSTRAK

  Pembangunan desa wisata di Yogyakarta akhir-akhir ini sangat pesat, di Kabupaten Sleman terdapat puluhan desa wisata bahkan beberapa desa wisata sudah berstatus mandiri. Untuk menjadi desa wisata yang berstatus mandiri, terdapat komunikasi organisasi yang terjadi di antara para pengelola desa wisata. Salah satunya adalah desa wisata Brayut. Dalam pembangunan desa wisata hingga berstatus mandiri tentunya terdapat dinamika komunikasi yang terjadi. Penelitian ini didapatkan hasil bahwa banyak terjadi dinamika komunikasi dalam pembangunan desa wisata. Salahsatunya adalah konflik yang terjadi pada saat desa brayut akan dijadikan sebagai desa wisata dan juga pada saat menjadi tuan rumah ngayogjazz. Selain itu ditemukan juga dinamika komunikasi dalam organisasi desa wisata brayut. Penelitian ini merupakan penelitian deskripstif kualitatif dan menggunakan studi kasus karena mengangkat masalah empiris mengenai suatu kasus. Hal ini dimaksudkan agar lebih terfokus kepada objek kajian serta mampu menjelaskan objek-objek di sekitar kajian. Dalam penelitian ini menggunakan motode wawancara, penelususan dokumen dan observasi langsung dalam proses pengumpulan data.

  Kata kunci: Dinamika Komunikasi, Pembangunan, Desa Wisata

  sosial dengan harapan meningkatnya partisipasi yang

I. Latar belakang

  luas dari masyarakat untuk kemajuan sosial dan Pembangunan secara awam dapat material (termasuk di dalamnya bertambah besarnya dimaknai sebagai upaya perbaikan kondisi ekonomi. keadilan, kebebeasan dan kualitas lainnya yang

  Pembangunan merupakan suatu proses perubahan dihargai) melalui kontrol yang lebih besar dengan

  Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 19 No.3 Februari 2016: 203-214

  tujuan meningkatkan pendapatan masyarakat yang bersumber dalam lingkungannya (Nasution, 2002). Demi mencapai sebuah pembangunan, dibutuhkan proses komunikasi yang berkesinambungan dan tentunya dapat menunjang tujuan dari proses pembangunan tersebut. Proses komunikasi yang terjadi dalam pembangunan disebut juga sebagai komunikasi pembangunan. Apabila dielaborasikan dengan pengertian pembangunan diatas, komunikasi pembangunan mengandung makna komunikasi yang terjadi dalam proses perubahan sosial untuk meningkatkan atau memperbaiki kondisi ekonomi masyarakat.

  Dalam menciptakan pembangunan daerah yang kondusif menurut Budiman (1996: 14) harus diciptakan kondisi-kondisi yang membuat manusia bisa mengembangkan kreatifitasnya. Bagaimanapun juga pembangunan pada akhirnya harus ditujukan pada pembangunan manusia. Manusia yang dibangun adalah manusia yang kreatif. Untuk bisa kreatif, manusia tersebut harus merasa bahagia, merasa aman dan bebas dari rasa takut. Hanya manusia seperti inilah yang bisa menyelenggarakan pembangunan dan memecahkan masalah yang dijumpainya.

  Di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta, banyak bermunculan Desa Wisata yang merupakan trend baru untuk tujuan wisata di kalangan masyarakat. Masyarakat perkotaan yang kesehariannya disibukkan dengan aktifitas pekerjaan yang sangat padat dan dipenuhi oleh gemerlapnya kehidupan metropolitan lebih memilih menghabisakan waktu liburnya di Desa Wisata yang alami. Di sisi lain, dampak positif dengan banyak bermunculannya Desa Wisata berarti juga dapat membuka peluang bagi penduduk desa untuk dapat meningkatkan kesejahteraan dengan membuka berbagai peluang usaha.

  Desa Wisata Brayut merupakan salah satu Desa Wisata yang terletak di Kabupaten Sleman daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Wisata ini menawarkan berbagai macam fasilitas seperti homestay, sanggar budaya, kegiatan bercocok tanam secara tradisonal dan beberapa fasilitas menarik lainnya. Prestasi yang telah diraih adalah Desa Wisata Brayut menjadi salah satu Desa Wisata dengan status mandiri dari Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif diantara seklian banyak desa wisata yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan adanya status tersebut berarti Desa Wisata Brayut dapat dengan mandiri mengelola segala potensi wisata yang dimiliki dan menjadi salah satu Desa Wisata percontohan. Selain itu, prestasi yang ditorehkan oleh desa wisata Brayut adalah menjadi tuan rumah Ngayogjazz selama dua kali. Perlu diketahui bahwa Ngayogjazz adalah event musik jazz prestisius tahunan yang diadakan di desa wisata di Yogyakarta.

  Namun menurut Darmadji ketua pengurus desa wisata Brayut yang peneliti temui pada 8 Juni 2014 di pendopo desa wisata Brayut, terdapat permasalahan yang terjadi di dalam kepengurusan organisasi desa wisata Brayut di mana terjadi perbedaan pendapat tentang desa wisata antara para sesepuh desa dan generasi muda. Perselisihan ini muncul salah satunya ketika penyelenggaraan Ngayogjazz yang pertama, para sesepuh menolak diadakannya Ngayogjazz, karena masih menganggap musik jazz adalah bagian dari budaya modern dan ingin mempertahankan budaya tradisional Jawa. Sementara para generasi muda ingin mengawinkan antara budaya modern dengan budaya Jawa sehingga menjadi keunikan tersendiri dan menjadi nilai lebih dari desa wisata Brayut. Komunikasi pembangunan yang terjadi di dalam kepengurusan desa wisata Brayut sangat dinamis. Namun apabila kita kembali kepada pernyataan Budiman di mana untuk menciptakan masyarakat yang kreatif, harus merasa bahagia, merasa aman dan bebas dari rasa takut. Tentusaja ini sangat bertolak belakang dengan yang terjadi di Desa Wisata Brayut yang sudah mendapat predikat Desa Wisata Mandiri.

  Dari teori dan latar belakang permasalahan di atas, peneliti ingin mengetahui lebih dalam tentang bagaimana dinamika komunikasi yang terjadi dalam pembangunan Desa Wisata Brayut. Dari latar belakang diatas dapat disimpulkan bahwa rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana dinamika komunikasi dalam pembangunan Desa Wisata Brayut?

  A. Komunikasi dan pembangunan

  Pembangunan secara awam dapat dimaknai sebagai upaya perbaikan kondisi ekonomi.

  Dinamika Komunikasi Dalam Pembangunan Desa… Muhammad Najih Farihanto

  205 Pembangunan merupakan suatu proses perubahan sosial dengan harapan meningkatnya partisipasi yang luas dari masyarakat untuk kemajuan sosial dan material (termasuk di dalamnya bertambah besarnya keadilan, kebebeasan dan kualitas lainnya yang dihargai) melalui control yang lebih besar dengan tujuan meningkatkan pendapatan masyarakat yang bersumber dalam lingkungannya (Nasution, 2002).

  Pada perkembangannya, pembangunan menurut paradigm baru didefinisikan sebagai seuatu proses partitipasi di segala bidang dalam perubahan sosial dalam sauatu masyarakat, dengan tujuan membuat kemajuan sosial dan material, termasuk pemerataan serta kebebeasan besar untuk mengatur lingkungannya (Rogers dalam Noor, 2008). Dalam sebuah Negara, informasi yang harus di komunikasikan dari pemerintah kepada masyarakat, dan sebaliknya, membutuhkan proses yang sangat penjang arar pesan dari masing-masing pihak tersampaikan dan terjadi pemahaman yang sama. Sedangakn menurut Quarry dan Ramiez (2009) kesuksesan komunikasi dalam pembangunan adalah jika pemerintah lebiih banyak mendengar apa saja kebutuhan masyarakat, karena pembangunan yang baik di dalamnya terdapat proses komunikasi yang baik pula. Pembangunan mengacu pada upaya pengiriman sumber daya, sehingga agenda lain daru pembangunan adalah perhatian pada peningkatan kapasitas dalam memfasilitasi dialog sosial. Tujuannya agar dalam dialog sosial terlihat posisi yang setara antara pemerintah dengan masyarakat. Schramm (1964) menyebutkan komunikasi dalam pembangunan meliputi tiga hal, yaitu: a.

  Informasi kepada masyarakat mengenai pembangunan nasional tersampaikan dengan baik. Perhatian masyarakat harus dipusatkan pada kebutuhan akan perubahan, kesempatan atau cara mencapai perubahan, serta sarananya, termasuk membangkitkan aspirasi masyarakat secara nasional.

  b.

  Masyarakat memperoleh kesempatan berperan aktif dalam proses pengambilan keputusan.

  Pemuka masyarakat diberi kesempatan memimpin dan mendengarkan pendapat masyarakat dari kelompok terbawah dan termarjinalkan, memberi penjelasan, serta menyampaikan alternative-alternatif dalam diskusi kemasyarakatan.

  c.

  Memperluas pendidikan kepada tenaga kerja, petani dan anak-anak. Masyarakat didik dan dilatih cara hidup sehat.

  Dalam arti luas, komuniasi pembangunan meliputi peran dan fungsi komunikasi diantara semua pihak yang terlibat dalam usaha pembangunan terutama masyarakat dan pemerintah, sejak dari porses perencanaan hingga penilaian pembangunan. Sementara secara presifik, komunikasi pembangunan merupakan upaya dan cara serta teknik penyampaian gagasan dan keterampilan-keterampilan pembangunan yang berasal dari pihak yang memiliki prakarsa pembangunan yang berasal dari pihak yang memiliki prakarsa pembangunan untuk masyarakat luas. Kegiatan tersebut bertujuan arar masyarakat menjadi sasaran pembangunan dapat memahami, menerima dan berpartisipasi dalam melaksanakan gagasan yang disampaikan (Nasution, 2002).

  B. Dinamika Komunikasi

  Dalam penelitian ini yang laing banyak peneliti temui adalah dinamika komunikasi organisasi. Komunikasi organisasi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan organisasi dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005). Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui dan berlaku dalam organisasi itu sendiri yang sifatnya berorientasi kepentingan organiasasi. Berupa cara kerja yang harus dalam organisasi, misalnya memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers dan surat-surat resimi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui dan berlaku hanya untuk perorangan. Orientasi bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggota secara kolektif.

  Sementara itu, Littlejohn dan Foss (2009: 395) menyatakan bahwa organisasi dapat dihasilkan melalui interaksi antara anggotanya. Dengan kata lain, komunikasi dianggap sebagai sebuah alat bantu oleh anggota organisasi sebenarnya merupakan media yang menjadikan organisasi tersebut ada. Komuniasi organisasi merupakan pengiriman dan penerimaan pesan di antara elemen-elemen komunikasi yang merupakan bagian dari semuah

  Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 19 No.3 Februari 2016: 203-214

  organisasi. Komunikasi organisasi bisa dilakukan secara vertikal maupun horisontal antar anggota organisasi. Komunikasi organisasi baik formal maupun sosial tidak hanya dilakukan internal organisasi tetapi juga dilakukan dengan ekternal organisasi. Komunikasi organisasi tidak hanya menyangkut pengiriman dan penerimaan pesan antara eleman-elemen organisasi, tetapi juga hubungan dengan elemen-elemen tersebut dengan lingkungan internal dan eksternal organisasi.

  Sementara itu, secara umum komunikasi organisasi dapat dibedakan atas komunikasi formal dan komunikasi informal. Komunikasi formal salurannya ditentukan oleh struktur yang telah direncanakan dan tidak dapat dipungkiri oleh organisasi. Bila pesan mengalir melaui jalur resmi yang ditentukan oleh hierarki resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan maka pesan itu berada dalam jalur komunikasi formal.

  Furqon, (2013) menyebutkan paling tidak ada tiga bentuk komunikasi formal, yaitu berdasarkan: (1) arah yang dituju: vertikal, horisontal/lateral (2) sifat, tipe jaringan komunikasi disesuaikan dengan tugas, misalnya pelaporan, perintah, pengarah atau perlindungan dan kepenasihatan dan (3) keformalan (sisi formal), sejauh mana alur komunikasi dibatasi oleh kewenangan. Dalam penelitian ini, peneliti akan melihat komunikasi dari arah yang dituju, yaitu pesan dalam komunikasi formal vertikal baik atas kebawah, dari bawah keatas dan juga komunikasi formal secara horisontal atau tingkat yang sama.

  Bentuk jaringan komunikasi vertikal terdiri atas vertikal dari atas dan dari bawah. Dalam komunikasi vertikal, pesan bergerak sepanjang saluran vertikal melalui dua arah, dari atas dan dari bawah. Komunikasi kebawah (top down) dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari jabatan berorientasi lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih rendah (Muhammad 2007: 108).

  Sementara itu komunikasi dari bawah keatas (bottom up) adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan atau dengan kata lain komunikasi yang terjadi dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi. Tujuan komunikasi ini adalah untuk memberikan balikan, memberikan saran dan mengajukan pertanyaan.

  Komunikasi ini mempunyai efek pada penyempurnaan moral dan sikap bawahan, tipe pesan adalah integrasi dan pembauran (Muhammad, 2007: 116-117).

  Pendapat lain mengatakan, komunikasi keatas berfungsi sebagai balikan bagi pemimpin memberikan petunjuk tentang keberhasilan suatu pesan yang disampaikan kepada bahawan dan dapat memberikan stimulus kepada anggotanya untuk berpartisipasi dalam merumuskan kebijakan bagi organisasinya (Goldhaber, 1986). Namun komunikasi keatas memiliki kendala yang salah satunya yaitu perasaan para bawahan bahwa sang pemimpin tidak dapat menerima dan merespons terhadap apa yang dikatakan oleh bawahan.

  Betuk komunikasi formal yang selanjutnya adalah komunikasi horizontal adalah pertukaran pesan di antara orang-orang yang sama tingkat otoritasnya di dalam organisasi (Muhammad, 2007:212). Pace dan Faules (2010: 95) mengatakan bahwa fungsi dari komunikasi horisontal adalah untuk saling memerikan informasi dalam perencanaan dan berbagai aktifitas. Ide dari banyak orang biasanya akan lebih baik dari pada ide satu orang. Oleh karena itu komunikasi horisontal sangat diperlukan untuk mecari ide yang lebih baik.

  II. METODOLOGI

  Penelitian ini merupakan penelitian deskripstif kualitatif. Peneliti ingin menggambarkan secara alami tentang keadaan dengan tidak menggunakan hipotesis. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang komunikasi organisasi dalam pembangunan Desa Wisata Brayut secara diskriptif. Melalui metode diskriptif akan mampu memaparkan fenomena secara rinci serta menghadirkan analisis yang lebih mendalam yang tidak mampu diungkapkan dengan metode kuantitatif.

  Penelitian ini menggunakan studi kasus karena mengangkat masalah empiris mengenai suatu kasus. Hal ini dimaksudkan agar lebih terfokus kepada objek kajian serta mampu menjelaskan objek-objek di sekitar kajian. Studi kasus merupakan suatu pendekatan untk mempelajari, menerangkan atu mengintepretasi suatu “kasus” dalam konteksnya yang alamian tanpa ada intervensi dari pihak luar (Baedowi dalam Agus Salim, 2006: 118). Studi kasus

  Dinamika Komunikasi Dalam Pembangunan Desa… Muhammad Najih Farihanto

  207 ini daat dilakukan ketika peneliti ingin memahami atau menjelaskan suatu fenomena tertentu (Wimmer dan Dominick, 2006: 136).

  Studi kasus adalah pendekatan yang bisa secara detail memberikan gambaran mengenai latar belakang sifat dan suatu peristiwa. Dalam penelitian ini, bentuk pertanyaan utama yang diajukan adalah “bagaimana”, yang sangat cocok dengan pendekatan studi kasus. Wimmer dan Dominick (2006: 138) menjelaskan: the case study is most appropriate for

  quoestions that begin with “how” or “why”. Yin

  (2004: 13) menjelaskan bahwa pertanyaan “bagaimana” akan diarahkan pada serangkaian peristiwa kontemporer di mana hanya memiliki sedikit peluang untuk melakukan kontrol terhadap peristiwa tersebut.

  Studi kasus sangat tepat karena peneliti tidak dapat melakukan intervensi atau kontrol terhadap implementasi kegiatan hubungan media diDesa Wisata Brayut. Peneliti hanya dapat melakukan pengamatan dengan seksama secara utuh dan menyeluruh mengenai segala unsur dan faktor yang menjadi bagian dari objek penelitian.

  Penelitian ini dilakukan Desa Wisata Brayut Kabupaten Sleman.Penelitian studi kasus, menurut Yin (2004:13) dapat dilakukan melalui beberapa cara, diantaranya adalah rekaman arsip, wawancara, dan observasi langsung. Peneliti telah mewawancarai informan yang dapat mendukung rumusan masalah diantaranya adalah ketua pengurus desa wisata, perwakilan dari sesepuh desa wisata, dan beberapa anggota pengurus desa wisata. Sementar untuk mendukung data yang dapatkan oleh wawancara, peneliti observasi langsung di dalam keseharian para pengurus desa wisata Brayut dalam menjalankan organisasi guna mengetahui dinamika komunikasi organisasinya. Untuk sebagai pelengkap data, peneliti menelusuri dokumen-dokumen yang dapat menguatkan atau menyeimbangkan dari data-data yang didapatkan dari wawancara dan observasi langsung.

  Data yang telah diperoleh kemudian dipelajari dan dikaji ulang dengan penyesuaian-penyesuaian dari keseluruahn data, baik dari wawancara, dokumentasi dan observasi langsung, agar sinkronisasi data ditemukan dan memepermudah pelaksanaan penelitian hingga pada tahap pelaporan.

  Triangulasi adalah teknik memeriksa keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Menurut Moleong (2009:330) diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembangding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah memeriksa melalui sumber lainnya. Denzin dalam Moleong (2009:330) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang menafaatkan pengguna sumber, metode dan teori.

  Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber, dimana peneliti membandingkan dan mengkoreksi ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbada dalam penelitian kualitatif (Patton dalam Moleong, 2009:330-331). Hal itu dicapai dengan jalan membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara dan membandingkan hasil wawancara dengan sutu dokumen yang berkaitan.

  Berdasarkan identifikasi masalah di atas, limitasi atau pembatasan penelitian masalah pada penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dinamika komunikasi dalam pembangunan Desa Wisata Brayut.

  III. HASIL DAN PEMBAHASAN

  Dalam bagian ini peneliti akan memaparkan tentang temuan-temuan penelitian dan analisis dinamika komunikasi dalam pembangunan desa wisata Brayut Temuan ini peneliti bagi berdasarkan kerangka konsep yang ada. Dimulai dari pembangunnan desa wisata Brayut dan dilanjutkan dengan dinamika komunikasi desa wisata Brayut.

  A. Pembangunan Desa Wisata Brayut

  Desa wisata Brayut berdiri pada tanggal 14 Agustus 1999 oleh inisiatif salah seorang warganya bernama Budi Utomo yang merupakan guru bahasa inggis di salah satu lembaga pendidikan di Yogyakarta. Seringkali Budi mengajak pada siswanya yang merupakan warga negara asing untuk berkunjung ke desa Brayut untuk meningkatkan kemampuan bahasa terutama dalam bahasa indonesia. Mulai dari situ, kegiatan tersebut

  Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 19 No.3 Februari 2016: 203-214

  diapresiasi bagus oleh para siswa dan para warga desa Brayut. Menutur Darmadji yang merupakan kepala desa wisata Brayut, desa wisatanya yang ia kelola sejak tahun 2004 tersebut merupakan desa wisata pertama yang berada di Sleman.

  “..desa Brayut merupakan desa wisata pertama di Sleman. Saat itu kita langsung mengundang Dinas Pariwisata, namun responnya kurang begitu bagus. Tapi kita tetap jalan terus, kita punya maksud baik, dalam artian untuk mengenalkan desa dengan orang asing, tamu-tamu asing

  ..” (Alosius Sudarmadji, 5 september 2015) Dalam membangun desa waisata Brayut, banyak sekali permasalahan yang dihadapi darmadji dan rekan-rekannya, salah satunya adalah dari warga yang belum mengerti apa itu desa wisata. Saat itulah Darmadji mengedukasi dan perlahan mengajak warga setempat untuk berpartisipasi dalam pembangunan desa wisata seperti rumah warga yang akan menjadi home stay, pemandu wisata, pengelola desa wisata, aktif dalam kelembagaan atau pengurus. Tujuan edukasi itu menurutnya adalah untuk membangun paradigma positif kepada warga bahwa desa wisata untuk pemberdayaan masyarakat dan yang paling penting warga bisa menjadi pelopor pariwisata di kampungnya sendiri. Tentunya segala proses pengembangan potensi pariwisata yang berbasis kearifan lokal.

  Edukasi yang dilakukan Darmadji dan rekan- rekan ternyata tidak berjalan dengan mulus namun ia tetap melanjutkan perjuangan.

  “..Memang banyak warga yang tidak setuju, namun kita boleh terus beroperasi asalkan tidak mengganggu. Namun kita terus berupaya untuk mengampanyekan tentang desa wisata ini, kan maksudnya juga baik to? Namun, desa wisata tidak akan bergerak tanpa adanya swadaya dari masyarakat. Karena, tempat menginap, pemandu wisata, semuanya dari warga juga.

  .” (Alosius Sudarmadji, 5 september 2015)

  Darmadji menjelaskan sempat terjadi resistensi oleh masyarakat dengan adanya desa wisata Brayut. Beberapaa warga bahkan menaruh rasa curiga, takut dan muncul anggapan bahwa pariwisata nantinya akan bisa menutup akses keberagamaan dan mengurangi kadar religiusitas masyarakat. Ternyata, sampai saat ini di desa Brayut tidak pernah ada resistensi dengan agama apapun. karena Darmadji memberikan penjelasan yang komperhensif mengenai pengembangan desa wisata.

  “..sekarang mungkin mulai berkurang ya, memang ada beberapa yang menaruh curiga, namun kecurigaan itu hanya sebatas skeptik, artinya hanya minta penjelasan secara detail, beberapa pertanyaan fundamental seperti, apa kontribusinya untung kampung, apa sisi positifnya, apa sisi negatifnya..

  ” (Alosius Sudarmadji, 5 september 2015) Pembangunan dapat dimaknai sebagai upaya perbaikan kondisi ekonomi. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan sosial dengan harapan meningkatnya partisipasi yang luas dari masyarakat untuk kemajuan sosial dan material (termasuk di dalamnya bertambah besarnya keadilan, kebebeasan dan kualitas lainnya yang dihargai) melalui control yang lebih besar dengan tujuan meningkatkan pendapatan masyarakat yang bersumber dalam lingkungannya (Nasution, 2002). Pada perkembangannya, pembangunan menurut paradigm baru didefinisikan sebagai seuatu proses partitipasi di segala bidang dalam perubahan sosial dalam suatu masyarakat, dengan tujuan membuat kemajuan sosial dan material, termasuk pemerataan serta kebebeasan besar untuk mengatur lingkungannya (Rogers dalam Noor, 2008). Begitu juga yang terjadi di desa wisata Brayut, perubahan desa Brayut menjadi desa wisata merupakan usaha yang berasal dari warga warga untuk merubah taraf hidup khususnya perekonomian warga desa. Para warga desa mencoba untuk terbuka dengan hal-hal baru yang merupakan angin segar untuk memperbaharui dan memperbaiki kualitas dan kuantitas sosial dan finansial. Namun sayangnya di awal perkembangan desa wisata Brayut kurang

  Dinamika Komunikasi Dalam Pembangunan Desa… Muhammad Najih Farihanto

  209 mendapat apresiasi dari pemerintah kabupaten Sleman, tetapi hal itu tidak menyurutkan semangat para warga untuk tetap memperbaiki taraf hidup melelaui perintisan desa Brayut menjadi desa wisata.

  “Pada tahun 2003 saya mencoba untuk melanjutkan cita-cita Pak Budi yang berhenti ini. Pada saat itu karena ada Bom Bali, kegiatan masih sangat terbatas ya, hanya berbasis wisata desa. Kita ajarin Baku jaga, Egrang, belajar Mbatik, hanya sebatas itu. Namun lama kelamaan responnya cukup meningkat, artinya tetap jalan to. Saya mencoba untuk melanjutkan terus, dan akhirnya pada tahun 2004 sekertariatnya kita pindah ke daerah sini sekitar bulan Agustus, sekaligus saya melaunching dan memperkenalkan Joglo Cafe. Dari ketela setidaknya kita bisa membuat 43 jenis makanan. karena keterampilan sudah cukup dirasa mumpuni, kita mencoba memperkuat lembaga dengan cara merekrut anak-anak muda untuk bergabung dan mengelola desa wisata. Namun, setelah itu kita masih bingung apa yang mau kita jual. tetapi setelah itu pemikiran kita berkembang, kita punya inisiatif untung mencari rumput, menanam padi, membajak sawah, menangkap ikan, permainan tradisional, belajar Batik, Karawitan, menari. Ooo.. itu semua hanya ada di Brayut. Setelah kita membuat brosur, promosi dan bekerjasama, Alhamdulillah tamu mulai berdatangan. Kita menyebut proses ini dengan istilah embrio, tumbuh, berkembang, mandiri. ” (Alosius Sudarmadji, 5 september 2015)

  Pembangunan mengacu pada upaya pengiriman sumber daya, sehingga agenda lain daru pembangunan adalah perhatian pada peningkatan kapasitas dalam memfasilitasi dialog sosial. Tujuannya agar dalam dialog sosial terlihat posisi yang setara antara pemerintah dengan masyarakat. Schramm (1964) menyebutkan komunikasi dalam pembangunan meliputi peran dan fungsi komunikasi diantara semua pihak yang terlibat dalam usaha pembangunan terutama masyarakat dan pemerintah, sejak dari porses perencanaan hingga penilaian pembangunan. Sementara secara spesifik, komunikasi pembangunan merupakan upaya dan cara serta teknik penyampaian gagasan dan keterampilan-keterampilan pembangunan yang berasal dari pihak yang memiliki prakarsa pembangunan yang berasal dari pihak yang memiliki prakarsa pembangunan untuk masyarakat luas. Kegiatan tersebut bertujuan agar masyarakat menjadi sasaran pembangunan dapat memahami, menerima dan berpartisipasi dalam melaksanakan gagasan yang disampaikan (Nasution, 2002). Desa wisata Brayut sekarang sudah mendapatkan predikat desa wisata mandiri. Hal ini menunjukan bahwa pemerintah Kabupaten Sleman sudah sangat memperhitungkan pembangunan desa wisata sebagai salah satu cara untuk mensejahterakan masyarakat baik secara sosial maupun finansial.

  “..kalau mandiri desa wisata itu, artinya desa wisata itu sudah bisa melakukan manajemen sendiri, promosi sendiri, tanpa harus bergantung kepada pemerintah. Kita tidak perlu mencari dana ke mana kan. Intinya kita berusaha untuk menghidupi organisasi ini agar terus bisa dinamis.

  .” (Alosius Sudarmadji, 5 september 2015) Sudarmadji menambahkan bahwa sekarang ini, antara pemerintah dan desa wisata satu sepakat, satu tujuan, satu tujuan, bahkan Pemerintah Kabupaten Sleman mengklaim desa wisata menjadi salah satu program unggulannya. Karena ada tiga hal keunggulan Sleman, yakni desa wisata, agrowisata, minapolitan.

  Prestasi yang ditoreh desa wisata Brayut tidak hanya menjadi desa wisata dengan predikat mandiri, tetapi juga telah dua kali menjadi tuan rumah perhelatan musik jazz tahunan yang bernama

  ngayogjazz pada tahun 2012 dan 2014. Menurut

  Darmadji desa Brayut sudah memenuhi prasayarat sebagai tuan rumah Ngayogjazz. Karena, persyaratannya cukup berat, ada beberapa aspek

  Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 19 No.3 Februari 2016: 203-214

  yang dijadikan parameter, yakni budaya, sosial, infrastruktur, kesiapan warga. Selama hampir tiga bulan penilita ngayogjazz melakukan survey mengenai kelayakan untuk menjadi tuan rumah. Di situlah warga kemudian dikumpulkan untuk berembuk dan bersepakat untuk bersedia jadi tuan rumah Ngayogjazz 2012. Tentunya pada saat sosialisasi atau rembuk, diterangkan juga kepada warga dampak positif dari kehadiran Ngayogjazz, yakni bisa meningkatkan wisatawan yang berkunjung, kemudian bisa mendapatkan nilai tambah seperti penjualan, branding nama, promosi, semua bisa didapat.

  Tidak hanya pada tahun 2012, di tahun 2014 desa wisata Brayut kembali menjadi tuan rumah

  ngayogjazz.

  “..Event Ngayogjazz yang kedua itu begini, rencana awalnya itu kegiatannya dilaksanakan di Malangrejo, Maguwoharjo. Namun, hampir sekitar 3 bulan ada banyak pro dan kontra di sana terkait penyelenggaraan event tersebut,

  nah,

  itu, kalau tetap dilanjutkan terlalu berisiko, karena mereka takut kampungnya jadi rusak, tanamannya banyak yang hancur. Padahal, konser Jazz tidak seperti Dangdut, penonton Ngayogjazz umumnya elit, santun, terpelajar, nrimo opo ono ne, akhirnya oleh panitia Ngayogjazz, desa Brayut ditawarkan lagi untuk menjadi tuan rumah. Setelah mendapat tawaran tersebut, kami kemudian merembukan serta memusyawarahkan kembali dengan elemen masyarakat. Dan ketika ditanya kesiapan untuk menjadi tuan rumah, warga menjawab dengan antusias :

  siaapp!

  Setelah mendapat lampu hijau dari warga, segala sesuatunya baik teknis dan pokok yang berkenaan dengan event tersebut, kita persiapkan secara bersama- sama.

  .” (Alosius Sudarmadji, 5 september 2015) Diselenggarakannya ngayogjazz di desa wisata Brayut merupakan salah satu bukti bahwa desa wisata Brayut melakukan sebuah pembangunan seperti yang dikatakan oleh Nasution (2002: 25) suatu jenis perubahan sosial di mana ide-ide baru diperkenalkan kepada sautu sistem sosial untuk menghasilkan pendapatan perkapita dan tingkat kehidupan yang lebih tinggi melalui metode produksi yang lebih modern dan organisasi sosial yang lebih baik disebut sebagai pembangunan.

  B. Dinamika Komunikasi Desa Wisata Brayut

  Penyelenggaraan ngayogjazz di desa wisata Brayut awalnya sempat ditolak oleh beberapa warga. Hal ini sangat lumrah ketika ada sesuatu hal yang baru tiba-tiba datang dan masuk ke sistem sosial yang masih tradisional.

  “..warga ada yang menolak. Tentunya mereka masih belum mengerti manfaatnya secara kongkrit terhadap desa. Efek jangka panjangnya juga, ada keresahan yang timbul, baik dari segi keamanan, pencurian dsb. Tetapi event tersebut tetap berjalan terus. Saat itu, Pak Lurah masih memegang jabatan di desa Brayut. Akhirnya kita bersama Pak Lurah beserta warga berembuk untuk menyelesaikannya. Dan, syukurlah beberapa warga tadi sepakat. Kemudian kita jalan.

  .” (Alosius Sudarmadji, 5 september 2015) Hal senada juga disampaikan Dwi, sekertaris desa wisata Brayut bahwa sempat terjadi penolakan yang dilakukan warga pada saat aka n diselenggarakannya ngayogjazz di desa wisata Brayut. Namun dengan segera pengelola desa wisata dan jga beebrapa panitia ngayogjazz mengadakan sosialisasi dan pendekatan secara persuasif kepada warga yang menolak.

  “awalnya sempat alot mas, karena para warga yang menolak belum ngerti ngayogjazz itu apa. Mereka kira konser ngayogjazz itu seperti konser-konser yang lain yang rusuh dan bisa mengganggu ketenangan dan kenyamanan para warga

  Dinamika Komunikasi Dalam Pembangunan Desa… Muhammad Najih Farihanto

  211 desa. Tapi kami lakukan penjelasakn ke mereka tentang manfaat-manfaat dari ngayogjaaz dan kami juga meyakinkan mereka kalau ngayogjazz itu tidak mengganggu warga..” (Rahmawan Dwi Atmaja, Sekertaris Desa Wisata Brayut 5 September 2015) Dari temuan data di atas menunjukkan kepada peneliti bahwa terjadi semuah dinamika komunikasi di desa wisata Brayut. Hal itu terjadi karena adanya interaksis para warga sehingga memunculkan transaksi pesan. Dinamika berasal dari kata Dynamics (Yunani) yang bermakna “Kekuatan” (force). “Dynamics is facts or concepts which refer

  to conditions of change, expecially to forces ”.

  Dinamika berarti tingkah laku warga yang satu secara langsung mempengaruhi warga yang lain secara timbal balik. Dinamika berarti adanya interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok yang satu dengan anggota kelompok secara keseluruhan. Terjadi sebuah interaksi dimana antara warga satu dengan warga yang lain saling mempengaruhi yang dalam konteks penelitian ini adalah warga Brayut yang saling meyakinkan tentang akan diselenggarakannya ngayogjazz.

  Selain dinamika komunikasi seperti temuan data di atas, peneliti juga menemukan dinamika komunikasi yang terjadi di dalam organisasi kepengurusan desa wisata Brayut. Dinamika komunikasi organisasi desa wisata Brayut bisa dilihat dari struktur kepengurusannya. Dijelaskan oleh darmadji bahwa struktur organisasi desa wisata amat sangat penting.

  “..memang itu sangat penting ya, istilahnya itu kelembagaan lokal. Di situ supaya ada penanggung jawabnya. Hierarkinya antara lain, ada ketua, sekertaris, bendahara, ada divisi untuk mengatur teknis kegiatan seperti perlengkapan, pertanian, kesenian, dan kuliner.

  .” (Alosius Sudarmadji, 5 september 2015)

  Namun dalam organiasi kepengurusan desa wisata Brayut masih bisa dibilang tradisional. Sejak tahun 2003 Darmadji menjadi ketua pengelola desa wisata.

  “..Saya memimpin sudah sejak tahun 2003. Saya itu kepingin teman-teman yang lain ikut mencoba. Namun ada-ada saja alasan mereka, umumnya khawatir

  sih, karena memang cukup berat, salah

  satunya adalah desa tidak boleh kaku dalam artian desa mesti terbuka dan sebanyak mungkin mencari medium atau akses yang tujuannya adalah menggali potensi pedesaan. .” (Alosius Sudarmadji, 5 september 2015) Melihat temuan data diatas, terdapat hubungan yang interdependensi antara anggota organisasi pengelola desa wisata Brayut yanng di mana hubungan interdependensi itu untuk menjaga eksistensi dari desa wisata Brayut. Eksistensi merupakan tolok ukur dari kehidupan organisasi tersebut. Apabila tidak ada interaksi yang terjadi di dalam organisasi tersebut makan roda organisasi akan terhentu dan tujuan dari organisasi akan tidak tercapai. Dalam konteks penelitian ini, desa wisata Brayut memiliki tujuan organisasi yang di manan tujuan itu harus dicapai dengan cara interaksi antar anggota organisasi yang saling berhubungan.

  Komunikasi formal yang terjadi di desa wisata Brayut terjadi pada saat rapat rutin dan beberapa kordinasi lainnya. Dijelaskan oleh Darmadji bahwa bentuk rapat rutin yang selama ini ada di kepengrurusan desa wisata Brayut hanya dilaksanaakan pada saat akan ada tamu atau ada kegiatan saja.

  “..iya, rapat rutin terus kita lakukan kadang tiga sampai enam kali dalam sebulan. Contoh, ketika ada rombongan yang ingin menginap di Brayut, maka kita akan menyiapkan segalanya, mulai dari akomodatif, home stay, teknis acara seremonial, konsumsi dsb. Kalau tidak ada tamu ya, kita bisa santai-santai. Tetapi

  Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 19 No.3 Februari 2016: 203-214

  sambil memikirkan konsep kegiatan berikutnya. (Alosius Sudarmadji, 5 september 2015) Melihat dari teori tentang komunikasi formal dan juga temuan data penelitian di desa wisata Brayut tentang rapat rutin yang bisa dikategorikan sebagai bentuk komunikasi formal organisasi bisa peneliti ambil benang merah bahwa komunikasi formal organisasi yang terjadi berfungsi sebagai sarana kordinasi pembagian tugas sesuai dengan fungsi setiap anggota organisasi yang telah disepakati. Selain itu bentuk komunikasi formal yang terjadi di desa wisata Brayut berbentuk vertikal dan horisontal. Komunikasi vertikal terjadi top down dan bottom up ketika antara pemimpin organisasi dan para anggotanya saling bertransaksi pesan, juga komunikasi vertikal terjadi ketika para anggota organisasi saling berinteraksi di mana kedudukan antara anggota organisasi satu dengan lainnya setara.

  Sementara itu komunikasi formal dalam organisasi adalah ketika anggota organisasi saling berinteraksi dengan yang lainnya tanpa memperhatikan posisi mereka dalam organisasin dan pengarahan arus informasi bersifat pribadi. Pengertian tersebut mengisyaraktkan terdapat dua jaringan dalam komunikasi informal organisasi yaitu sifat hubungan atau pola interaksi dan arah aliran informasi. Untuk sifat hubungan adalah hubungan pribadi yang termasuk hubungan antar pesona dan aliran aliran informasi bersifat pribadi yang muncul dari interaksi di antara orang-orang dan mengalir ke seluruh aliran organisasi tanpa bisa diperkirakan (Pace & Faules, 2010: 199).

  Komunikasi informal organisasi di desa wisata Brayut terjadi pada keseharian para anggotanya. Dijelaskan oleh Darmadji bahwa tidak adanya kordinasi rutin apabila tidak ada tamu yang akan berkunjung atau menginap di desa wisata Brayut memudahkan para pengurus organisasi dalam berkordinasi atau saling bertukar pikiran untuk memajukan pembangunan desa wisata. Bahkan menurut Dwi yang merupakan sekertaris pengelola dese wisata Brayut tidak banyaknya pertemuan rutin yang ada di desa wisata Brayut justru lebih mempermudah dirinya dalam memberikan dan menerima masukan dari anggota organisasi baik ketua maupun anggota yang lain. Peneliti menarik kesimpulan bahwa kordinasi informal justru membuat nyaman para anggota organisasi. Menilik dari teori di atas tentang komunikasi informal organisasi yang lebih menekankan hubungan antar personal antar anggota organisasi justru dapat menghilangkan sekat hirarki yang ada di dalam kepengurusan desa wisata. Aliran informasi lebih bersifat pribadi yang membuat para anggota lebih luwes dalam menyampaikan pedapatnya. Hal ini amat sangat lumrah ketika peneliti melihat sistem sosial yang masih tradisional. Ditunjang dengan budaya jawa yang masih sangat kental dan tidak mendukung masyarakat untuk ekspresif. Dengan kata lain bahwa komunikasi yang terjadi adalah komunikasi tingkat tinggi atau high context

  communications yang lekat dengan budaya indonesia pada umumnya khususnya budaya jawa.

  Dalam memimpin kepengurusan desa wisata Brayut, Darmadi mencoba untuk bersikap demokratis dan terbuka dengan ide atau gagasan para anggotanya. Menurutnya seorang pemimpin adalah pengintegrasi dari anggotanya.

  “..ketua itu kan harus menjadi panutan atau leader. Jadi, ide itu tidak harus dimonopoli oleh ketua. Justru, semakin banyak ide yang ditawarkan dari anggota, artinya suasana organisasi semakin lebih hidup. Di sini, tingginya jabatan tidak berpengaruh pada pemberian honor, tetapi parameternya adalah kinerja.

  .” (Alosius Sudarmadji, 5 september 2015) Hal yang sama juga disampaikan oleh Dwi.

  Sebagai salah satu generasi muda dalam kepengurusan desa wisata, dirinya mendapat banyak pelajaran dalam berorganisasi terutama dalam menyalurkan ide-idenya. Tidak hanya dengan para pengurus desa wisata, tetapi sikap terbuka seorang pemimpin juga ditunjukkan darmaji kepada warga desa wisata Brayut.

  “.. kita membangun perilaku warga. Karena apa? Kebersihan, ramah tamah dan kerapihan menjadi sebuah kewajiban, terutama terhadap tamu yang datang.

  Dinamika Komunikasi Dalam Pembangunan Desa… Muhammad Najih Farihanto

  213 Untuk itu, perlu ditanamkan secara gradual agar itu semua menjadi budaya.

  Sebagai panutan tentu saja warga nantinya secara perlahan akan meniru. Saya juga tidak memaksakan mereka (para pengurus) untuk terus atau tetap menjadi pengurus desa wisata. sistem yang kita gunakan yakni dengan pendekatan kultural, ada beberapa yang sudah bekerja di kantor, PNS, dan mahasiswa. Siasat kita yakni dengan merekrut pengganti warga sekitar dengan cara ditawarkan. Cara kerja kita berbasis kolektivitas, sama-sama, gotong royong, sosial. Konsepnya adalah pemberdayaan, tidak ada unsur paksaan.

  .” (Alosius Sudarmadji, 5 september 2015) Littlejohn dan Foss (2009: 395) menyatakan bahwa organisasi dapat dihasilkan melalui interaksi antara anggotanya. Dengan kata lain, komunikasi dianggap sebagai sebuah alat bantu oleh anggota organisasi sebenarnya merupakan media yang menjadikan organisasi tersebut ada. Komuniasi organisasi merupakan pengiriman dan penerimaan pesan di antara elemen-elemen komunikasi yang merupakan bagian dari semuah organisasi. Komunikasi organisasi bisa dilakukan secara vertikal maupun horisontal antar anggota organisasi. Komunikasi organisasi baik formal maupun sosial tidak hanya dilakukan internal organisasi tetapi juga dilakukan dengan ekternal organisasi.

  Dalam membangun desa waisata Brayut, banyak sekali permasalahan yang dihadapi darmadji dan rekan-rekannya, salah satunya adalah dari warga yang belum mengerti apa itu desa wisata. Saat itulah Darmadji mengedukasi dan perlahan mengajak warga setempat untuk berpartisipasi dalam pembangunan desa wisata seperti rumah warga yang akan menjadi home stay, pemandu wisata, pengelola desa wisata, aktif dalam kelembagaan atau pengurus. Tujuan edukasi itu menurutnya adalah untuk membangun paradigma positif kepada warga bahwa desa wisata untuk pemberdayaan masyarakat dan yang paling penting warga bisa menjadi pelopor pariwisata di kampungnya sendiri. Tentunya segala proses pengembangan potensi pariwisata yang berbasis kearifan lokal. Kendala tidak hanya datang dari warga tetapi juga dari pemerintah yang kurang mendukung berdirinya desa wisata sebagai wisata alternatif. Namun sekarang ini, antara pemerintah dan desa wisata satu sepakat, satu tujuan, satu tujuan, bahkan Pemerintah Kabupaten Sleman mengklaim desa wisata menjadi salah satu program unggulannya. Karena ada tiga hal keunggulan Sleman, yakni desa wisata, agrowisata, minapolitan.

  Di desa wisata Brayut terjadi dinamika komunikasi di mana terdapat interaksi antara warga satu dengan warga yang lain saling mempengaruhi salah satunya pada saat akan diselenggarakannya ngayogjazz yang sempat ditolak oleh beberapa warga. Selain itu juga ditemukan dinamika komunikasi yang terjadi di dalam organisasi kepengurusan desa wisata Brayut. Komunikasi formal yang terjadi di desa wisata Brayut terjadi pada saat rapat rutin dan beberapa kordinasi lainnya. Komunikasi informal organisasi di desa wisata Brayut terjadi pada keseharian para anggotanya. Tidak adanya kordinasi rutin apabila tidak ada tamu yang akan berkunjung atau menginap di desa wisata Brayut memudahlan para pengurus organisasi dalam berkordinasi atau saling bertukar pikiran untuk memajukan pembangunan desa wisata. kordinasi informal justru membuat nyaman para anggota organisasi. Hal ini amat sangat lumrah ketika peneliti melihat sistem sosial yang masih tradisional. Ditunjang dengan budaya jawa yang masih sangat kental dan tidak mendukung masyarakat untuk ekspresif. Dengan kata lain bahwa komunikasi yang terjadi adalah komunikasi tingkat tinggi atau high

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

  context communications yang lekat dengan budaya indonesia pada umumnya khususnya budaya jawa.

DAFTAR PUSTAKA

  Budiman, Arief. 1996. Teori Pembangunan Dunia Ketiga . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Furqon,Choirul.Hakikat Komunikasi Organisasi.

  Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 19 No.3 Februari 2016: 203-214 standford university press.

   Wirmer, Roger D & Dominick, Josep R. 2006. Mass

  . Diakses

  Media Researc an Introductions . Australia: Pada Tanggal 18 Maret 2013.

  Tomshon. Goldhaber, Gerald M,tt. 1986. Organizational

  Yin, Robert K. 2004. Studi Kasus, Desain dan